You are on page 1of 9

VOLUME 4 Nomor 03 November 2013 Tinjauan Pustaka

KONTEKS PENYELENGGARAAN KEBIJAKAN JAMKESDA


DI ERA JAMINAN KESEHATAN UNIVERSAL SECARA NASIONAL

THE CONTEXT OF POLICY IMPLEMENTATION JAMKESDA


IN FRAMEWORK NATIONAL UNIVERSAL HEALTH COVERAGE

Misnaniarti
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
HP: 081380381901, email: misna_niarti@yahoo.com

ABSTRACT
Background: Implementation of the National Social Security System with the National Health Insurance
began to be implemented in January 2014 for ensure health of the entire society gradually, known as the
Universal Health Coverage. On the other side, some local governments still maintain their own organized
the Regional Health Security (Jamkesda). Thus the question arises, how to position the organization of this
Jamkesda if the government has committed to ensure the entire population? Therefore, it is necessary to
study how the context of implementation Jamkesda in the framework universal health.
Method: This paper used a study literature from various sources related to policies of the Jamkesda and the
National Health Insurance. Analysis of policy which has done in context of the implementation Jamkesda
from the legal aspects, situational and structural.
Results: Implementation Jamkesda basically not violate the policy context of National Social Security System
Law. The Law No. 32 of 2004 became the basis for local governments to develop Jamkesda as a form of
responsibility in carrying out development in the field of health. From the situational aspect, condition
coverage JKN participants who have not reach the entire population became reinforcement and
encouragement local government to maintain Jamkesda with consideration to serve people who do not
guaranteed to Universal Health Coverage achieved in 2019. From the structural aspect, need to adjust the
type of service Jamkesda at JKN already include universal population. The local governments can add
services benefit in the form of complementary and or supplementary so there is no duplication.
Conclusion: The context of Jamkesda policy implementation still need to be implemented in framework of
national health insurance based on consideration of the legal aspects, situational and structural. It’s
recommended to local governments for considering of integration the Jamkesda into JKN, so that
implementation can be more sustainable and consistent with national programme.
Keywords: Policy, Insurance, Jamkesda, Universal Health Coverage

ABSTRAK
Latar Belakang: Implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dengan dilaksanakan Jaminan
Kesehatan Nasional mulai Januari 2014 untuk menjamin kesehatan seluruh masyarakat secara bertahap
dikenal dengan istilah Universal Health Coverage. Di sisi lainnya, beberapa Pemda tetap mempertahankan
menyelenggarakan sendiri Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Sehingga timbul pertanyaan, bagaimana
posisi Jamkesda jika Pemerintah sudah berkomitmen menjamin seluruh penduduk? Oleh karena itu perlu
dikaji bagaimana konteks penyelenggaraan Jamkesda dalam era jaminan kesehatan universal.
Metode: Makalah ini merupakan study literature dari berbagai sumber terkait dengan penyelenggaraan
kebijakan Jamkesda dan Jaminan Kesehatan Nasional. Analisis kebijakan (analysis of policy) dilakukan
terhadap konteks penyelenggaraan Jamkesda dilihat dari aspek legal, situasional dan struktural.
Hasil: Penyelenggaraan Jamkesda pada dasarnya tidak menyalahi konteks kebijakan UU SJSN. Adanya UU
No 32 tahun 2004 menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan Jamkesda sebagai wujud
tanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan di bidang kesehatan. Dari aspek situasional, kondisi
cakupan peserta JKN yang belum menjangkau seluruh penduduk menjadi penguat dan pendorong Pemda
untuk tetap mempertahankan Jamkesda dengan pertimbangan untuk melayani masyarakat yang tidak terjamin
sampai Universal Health Coverage tercapai pada tahun 2019. Dari aspek struktural, perlu penyesuaian jenis
pelayanan Jamkesda pada waktu JKN sudah mencakup penduduk secara universal. Pemda dapat

188
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

menambahkan benefit pelayanan yang bersifat komplementer dan atau suplementer sehingga tidak terjadi
duplikasi.
Kesimpulan: Konteks penyelenggaraan kebijakan Jamkesda tetap masih perlu dilaksanakan dalam era
jaminan kesehatan universal secara nasional berdasarkan pertimbangan aspek legal, situasional dan
struktural. Disarankan kepada Pemda agar dapat mempertimbangkan pengintegrasian Jamkesda ke JKN
sehingga pelaksanaannya dapat lebih berkesinambungan dan sejalan dengan program nasional.
Kata kunci: Kebijakan, Jaminan, Jamkesda, Universal Health Coverage.

PENDAHULUAN program Jaminan Kesehatan Semesta


(Jamkesta) yang mulai dilaksanakan pada
Amandemen UUD 1945 tahun 2000
tahun 2012, sebelumnya dengan nama
dan 2002 dalam Pasal 28H ayat (3), serta
Jamkesda hanya untuk penduduk miskin yang
Pasal 34 ayat (2) mengamanatkan Pemerintah
belum terdaftar Jamkesmas. Serta masih
untuk mengembangkan suatu sistem jaminan
banyak daerah lagi yang menyelenggarakan
sosial bagi seluruh rakyat. Sehingga setelah
Jamkesda ini.2,3,4
melalui proses panjang pada Oktober 2004
Dana penyelenggaraan program
disyahkan Undang-Undang Nomor 40 tahun
Jamkesda tersebut utamanya berasal dari
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
sharing dana provinsi dan kabupaten/kota.
(UU SJSN) dalam rangka memberikan
Pengelolaan programnya beragam, ada yang
perlindungan sosial yang lebih menyeluruh
diserahkan ke PT Askes, ada yang dikelola
dan terpadu bagi masyarakat Indonesia.
oleh Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten.
Pemerintah membentuk Sistem
Program ini diselenggarakan dalam rangka
Jaminan Sosial Nasional dengan
mewujudkan pelayanan kesehatan yang
pertimbangan bahwa setiap orang berhak atas
menyeluruh bagi masyarakat di daerah yang
jaminan sosial untuk dapat memenuhi
belum tercakup dalam program jaminan
kebutuhan dasar hidup yang layak dan
kesehatan oleh Pemerintah pusat.
meningkatkan martabatnya menuju
Pada hakikatnya pelayanan kesehatan
terwujudnya masyarakat Indonesia yang
terhadap masyarakat menjadi tanggung jawab
sejahtera, adil dan makmur. Dimana secara
dan dilaksanakan bersama oleh pemerintah
eksplisit di Pasal 3 UU SJSN disebutkan
pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah
bahwa SJSN bertujuan untuk memberikan
daerah berkewajiban memberikan kontribusi
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup
sehingga menghasilkan pelayanan yang
yang layak bagi setiap peserta dan anggota
optimal. Penyelenggaraan Jamkesda bagi
keluarganya.1
beberapa daerah merupakan wujud
Bersamaan dengan hal ini, beberapa
implementasi Undang-Undang Nomor 32
pemerintah daerah juga menyelenggarakan
tahun 2004 yang mengamanatkan bahwa
jaminan kesehatan yang disebut Jamkesda
pemerintah daerah mempunyai kewajiban
(Jaminan Kesehatan Daerah). Seperti di
untuk meningkatkan derajat kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan diselenggarakan
masyarakat. Selain itu berdasarkan PP Nomor
program Jaminan Sosial Kesehatan
38 tahun 2007 juga disebutkan salah satu
(Jamsoskes) Sumsel Semesta mulai tahun
penyelenggaraan urusan wajib pemerintah
2009 yang merupakan salah satu bentuk
daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi
sistem jaminan kesehatan berupa pengobatan
daerah adalah urusan kesehatan.5,6
gratis bagi penduduk Sumatera Selatan yang
Tetapi selanjutnya dalam tataran
tidak mempunyai jaminan kesehatan. Di
pelaksanaan UU SJSN, apabila dikaji secara
Provinsi Aceh ada program Jaminan
lebih mendalam UU ini tidak secara jelas
Kesehatan Aceh (JKA) dilaksanakan mulai
mengatur peran dan fungsi Pemerintah dalam
tahun 2010, yang juga mencakup seluruh
hal jaminan sosial, juga tidak jelas peran
masyarakat Aceh. Di Provinsi Lampung ada

189 ● Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 4, Nomor 03 November 2013


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
pemerintah propinsi dan kabupaten. Dalam Makalah ini merupakan study literature
UU SJSN hanya disebutkan Pemerintah yang yang diambil dari berbagai sumber yang
konotasinya adalah pemerintah pusat. terkait dengan kebijakan Jaminan Kesehatan
Sementara saat ini kenyataannya, Pemerintah Daerah dan Jaminan Kesehatan Nasional.
propinsi dan kabupaten mempunyai andil Analisis kebijakan (analysis of policy)
besar dalam jaminan kesehatan. dilakukan terhadap konteks penyelenggaraan
Ketidakjelasan ini sempat memicu judicial Jamkesda dilihat dari beberapa aspek seperti
review di Mahkamah Konstitusi (MK) dengan aspek legal, situasional dan struktural.
adanya gugatan oleh pengelola jaminan Kerangka berpikir yang digunakan
kesehatan di daerah terhadap UU SJSN.7 dalam penulisan makalah ini melihat teori
Selain itu mulai pada tahun 2014 Segitiga kebijakan kesehatan Walt and
Pemerintah akan melaksanakan jaminan Gilson,11 yang difokuskan pada aspek konteks
kesehatan bagi seluruh masyarakat (Universal kebijakan. Konteks mengacu ke faktor
Health Coverage = UHC) melalui Jaminan sistematis (politik, ekonomi dan sosial,
Kesehatan Nasional (JKN) sebagai wujud nasional dan internasional) yang mungkin
implementasi UU SJSN. Peraturan lainnya memiliki pengaruh pada kebijakan kesehatan.
untuk mendukung implementasi kebijakan Ada banyak cara untuk mengelompokkan
SJSN ini juga telah disahkan antara lain UU faktor-faktor tersebut, tetapi Leichter,12
Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan memaparkan cara yang cukup bermanfaat,
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)8, yaitu terdiri dari: faktor situasional, faktor
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2012 struktural, faktor budaya dan faktor
tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan internasional.
Kesehatan9 dan Peraturan Presiden Nomor 12 Untuk memperkuat fakta yang
tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.10 mendukung isi pokok tulisan maka digunakan
Hal yang menjadi pertanyaan jika banyak sumber literatur antara lain peraturan
Pemerintah melaksanakan JKN pada tahun perundangan yang terkait, informasi dari buku
2014 dengan arah cakupan kesehatan teks serta online. Diharapkan dengan
universal secara nasional, adalah bagaimana penulisan ini dapat menjadi bahan masukan
posisi penyelenggaraan Jamkesda nantinya. yang akan mendukung kebijakan Pemerintah
Sedikit banyaknya akan menghadapi beberapa Daerah dalam penyelenggaraan jaminan
permasalahan di antaranya mungkin ada kesehatan. Sehingga kebijakan yang
masyarakat yang dijamin oleh Jamkesda tapi dilaksanakan oleh Pemerintah pusat maupun
juga terdaftar di JKN. Padahal dalam oleh Pemerintah Daerah akan bermanfaat bagi
penyelenggaraan asuransi ada namanya seluruh masyarakat sehingga tercapai
prinsip indemnitas dimana tidak boleh ada pemerataan pelayanan kesehatan di seluruh
duplikat jaminan sosial, sehingga tidak boleh wilayah Indonesia.
ada masyarakat yang terjamin oleh dua
program dengan tujuan berspekulasi untuk PEMBAHASAN
mencari untung. Oleh karena itu sebaiknya Konsep Jaminan Kesehatan Nasional dan
konteks penyelenggaraan Jamkesda ini Jamkesda
seharusnya dibuat sejelas mungkin agar tidak Pada bagian ini terlebih dahulu akan
terjadi kebingungan di tataran pelaksana. dibahas tentang Jaminan Kesehatan Nasional
Sehingga melalui makalah ini akan dikaji (JKN) dan Jaminan Kesehatan Daerah
bagaimana konteks penyelenggaraan (Jamkesda), sehingga pemahaman terhadap
Jamkesda dalam era jaminan kesehatan kedua program tersebut menjadi jelas. Kedua
universal yang diselenggarakan oleh program ini sama-sama menggunakan istilah
Pemerintah secara nasional. jaminan kesehatan, atau di beberapa literatur

Misnaniarti, Konteks Penyelenggaraan Kebijakan Jamkesda di Era Jaminan Kesehatan ● 190


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
disebut juga dengan istilah asuransi kesehatan Peserta JKN meliputi Penerima
sosial. Tapi karena penggunaan istilah Bantuan Iuran (PBI) dan bukan PBI. Peserta
asuransi kesehatan masih relatif baru di PBI meliputi orang yang tergolong fakir mis-
Indonesia, serta karena informasi yang bias kin dan orang tidak mampu, sedangkan
tentang asuransi kesehatan yang didominasi peserta bukan PBI terdiri dari: pekerja
oleh paham asuransi kesehatan komersial dari penerima upah, pekerja bukan penerima upah,
Amerika.13 Sehingga beberapa pihak lebih dan bukan pekerja (semua beserta anggota
sering menggunakan istilah jaminan keluarganya). Peserta dikenai kewajiban
kesehatan. untuk membayar iuran/premi dengan besaran
Jaminan kesehatan adalah suatu yang sudah ditentukan, dimana iuran peserta
instrumen sosial untuk menjamin seseorang PBI dibayarkan oleh Pemerintah.9, 10, 17
atau anggota dapat memenuhi kebutuhan Sedangkan pengertian Jamkesda
pemeliharaan kesehatan tanpa menurut beberapa daerah adalah salah satu
mempertimbangkan keadaan ekonomi orang bentuk perlindungan sosial yang
tersebut saat kebutuhan pelayanan kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah daerah (baik
muncul.14 Pendapat lainnya menuliskan provinsi maupun kabupaten/kota) untuk
bahwa jaminan kesehatan merupakan sebuah memberikan jaminan kesehatan kepada
pelayanan kesehatan yang tidak boleh semata- sebagian atau seluruh penduduk di wilayah
mata diberikan berdasarkan status sosial kerjanya.
masyarakat sehingga semua lapisan berhak Cakupan peserta Jamkesda pada
untuk memperoleh jaminan pelayanan umumnya adalah penduduk yang tidak
kesehatan.15 mempunyai jaminan kesehatan seperti di
Jaminan kesehatan merupakan salah Sumsel, Aceh, Lampung, Bali dan Jakarta.
satu jenis program dari jaminan sosial (social Peserta tidak dipungut iuran/premi, dimana
security). Jaminan sosial adalah salah satu sumber pendanaan kegiatan berasal dari
bentuk perlindungan sosial untuk menjamin Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
seluruh rakyat agar dapat memenuhi (APBD). Sedangkan manfaat pelayanan pada
kebutuhan dasar hidup yang layak.1 Jaminan umumnya tidak jauh berbeda dengan program
sosial dalam bidang pelayanan kesehatan JKN.
dimaksudkan agar pembiayaan pelayanan
kesehatan tersebut dipikul oleh masyarakat Aspek Legal Jamkesda
atau pekerja dengan bantuan pemerintah atau Pengembangan Jamkesda dianggap
perusahaan tergantung dari status pekerja. merupakan tanggung jawab Pemerintah
Apabila peserta adalah seorang karyawan daerah karena urusan kesehatan menjadi salah
swasta maka biasanya biaya dipikul oleh satu kewenangan daerah sesuai dengan UU
karyawan (50%) dan perusahaan (50%). Nomor 32 tahun 2004 serta mempunyai
Secara populer sistem ini dikenal sebagai kewajiban mengembangkan sistem jaminan
asuransi kesehatan (sosial).16 sosial sebagaimana yang ada di pasal 22 UU
Perlu dipahami bahwa JKN yang ini bahwa “dalam menyelenggarakan
dikembangkan di Indonesia yang merupakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban : (f)
bagian dari SJSN, diselenggarakan melalui mengembangkan sistem jaminan sosial.”
mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang Sehingga Pemda diharapkan tetap
bersifat wajib (mandatory) berdasarkan berkontribusi dan mempertahankan serta
Undang-Undang No.40 Tahun 2004. menyempurnakan program Jamkesda.
Tujuannya adalah agar semua penduduk Dasar lain yang memperkuat Pemda
Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, dalam menyelenggarakan Jamkesda adalah
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan seperti yang diulas dalam penelitian
dasar kesehatan masyarakat yang layak.17

191 ● Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 4, Nomor 03 November 2013


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Retnaningsih dkk,18 berdasarkan hasil uji tentang sistem jaminan sosial nasional
materi terhadap UU Nomor 40 tahun 2004 sebagaimana diatur dalam UU SJSN.18, 19
menurut keputusan Mahkamah Konstitusi Berdasarkan beberapa alasan di atas,
RI,19 pada Agustus 2005, tentang permohonan Pemerintah daerah dapat tetap
pengujian terhadap Pasal 5 ayat (4) telah menyelenggaraan Jamkesda karena didukung
dikabulkan, karena atas pertimbangan oleh UU No. 32 tahun 2004, serta tidak
hukumnya Mahkamah Konstitusi (MK) bertentangan dengan UU SJSN sehingga
berpendapat bahwa kewenangan untuk dapat terus dilaksanakan bersamaan dengan
menyelenggarakan sistem jaminan sosial pelaksanaan JKN. Selain itu Jamkesda sudah
nasional bukan hanya menjadi kewenangan memenuhi aspek legal jika dibentuk dengan
Pemerintah Pusat, tetapi dapat juga menjadi Peraturan Daerah.
kewenangan Pemerintah Daerah. Sehingga
adanya keputusan MK ini berarti bahwa UU Aspek Situasional Jamkesda
SJSN tidak menutup peluang bagi Pemerintah Jaminan Kesehatan Nasional
Daerah untuk membentuk dan dilaksanakan ke arah cakupan kesehatan
mengembangkan badan penyelenggara universal (Universal Health Coverage) yang
jaminan sosial tingkat daerah dalam kerangka diharapkan tercapai pada tahun 2019.
sistem jaminan sosial nasional. Indonesia bukan merupakan satu-satunya
Akan tetapi jika melihat konteks dan negara yang akan mengarah ke Universal
pemahaman pembuatan UU 32 tahun 2004, Health Coverage. Beberapa negara bahkan
sesungguhnya dapat dipastikan bahwa kata sudah mencapai jaminan kesehatan universal
“jaminan sosial” dalam UU tersebut bersifat ini sejak beberapa tahun lalu. Sehingga
umum (seperti mengurus anak terlantar, Indonesia dapat banyak belajar dari
penduduk jompo, pengangguran, korban pengalaman negara-negara tersebut.
PHK, gelandangan, korban bencana alam, dan Mekanisme pembiayaan dalam
sebagainya). Ini berbeda dengan makna yang melaksanakan jaminan kesehatan bagi seluruh
dirumuskan oleh UU SJSN yang bersifat penduduk berdasarkan pengalaman di
khusus lex specialis. Kata jaminan sosial yang beberapa negara terdapat dua model yang
menjadi kewajiban Pemda adalah pelayanan efektif, yaitu: pembiayaan dari penerimaan
sosial yang bersifat sementara dan lokal. pajak (general tax revenue) seperti yang
Sementara UU SJSN hanya mengatur lima dilaksanakan di Inggris, Malaysia, Srilanka,
program jaminan yang bersifat jangka Hongkong dan Australia. Model lainnya
panjang, yang berlaku seumur hidup bagi adalah melalui asuransi kesehatan sosial
seluruh rakyat secara nasional. Sehingga seperti yang dilakukan Kanada, Taiwan,
dapat dipastikan bahwa kata ‘jaminan sosial’, Korea, Muangthai, Filipina, Jepang, dan
yang muncul dalam UU 32/2004 sama sekali Jerman.13, 20
tidak dimaksudkan sama dengan ‘jaminan Jaminan kesehatan merupakan salah
sosial’ yang didefinisikan secara lugas dalam satu program dalam jaminan sosial. Selama
UU SJSN. Tetapi intinya tidak ada beberapa dekade terakhir di Indonesia telah
pertentangan antara UU 32/2004 dan UU menjalankan beberapa program jaminan
40/2004 karena kewenangan yang diatur sosial seperti: Program Asuransi Kesehatan
kedua UU tersebut berbeda.20 (Askes) PNS, Program Jaminan Sosial
Lebih lanjut ditegaskan MK bahwa hak Tenaga Kerja (Jamsostek), Program Dana
daerah menyelenggarakan jaminan sosial Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri
tidaklah eksklusif. Pengembangan atau (Taspen), dan Asuransi Sosial Angkatan
pembentukan jaminan sosial di daerah dapat Bersenjata Republik Indonesia (Asabri).
ditetapkan dengan berdasarkan Peraturan Berbagai program tersebut baru mencakup
Daerah (Perda) dengan memenuhi ketentuan

Misnaniarti, Konteks Penyelenggaraan Kebijakan Jamkesda di Era Jaminan Kesehatan ● 192


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
sebagian kecil penduduk. Sedangkan sebagian dimana dengan sistem pemilihan langsung
besar penduduk belum memperoleh kepala daerah berusaha mencari kebijakan
perlindungan yang memadai. populer seperti berobat gratis sehingga Pemda
Sehingga dalam penyelenggaraan SJSN tetap mempertahankan Jamkesda dan tidak
diatur sebagai sebuah jaminan sosial yang mau melepaskan pengelolaan Jamkesda ke
mensinkronkan penyelenggaraan berbagai BPJS.
bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh Selain itu berkembangnya
beberapa penyelenggara agar dapat penyelenggaraan Jamkesda di berbagai daerah
menjangkau ke peserta lain yang lebih luas dikatakan telah menimbulkan dampak
serta memberikan manfaat yang lebih besar persoalan baru yang dihadapi oleh
bagi setiap peserta. Jenis jaminan sosial pemerintah. Persoalan tersebut diantaranya
dalam SJSN meliputi: 1) Jaminan Kesehatan, terkait dengan belum adanya sistem yang
2) Jaminan Kecelakaan Kerja, 3) Jaminan terintegrasi sebagai upaya untuk mengelola
Hari Tua, 4) Jaminan Pensiun, dan 5) Jaminan berbagai skema yang ada, peningkatan isu
Kematian, walaupun secara bertahap baru portabilitas, kekhawatiran akan keberlanjutan
dilaksanakan dalam bidang jaminan program, diskriminasi, serta perbedaan
kesehatan. kapasitas tiap-tiap daerah dalam membiayai
Di sisi lain, beberapa Pemda berupaya program. Jika berbagai persoalan tersebut
tetap mengedepankan perannya dalam tidak segera diatasi, maka penyelenggaraan
mengembangkan Jamkesda. Alasannya jaminan kesehatan semesta (universal)
karena cakupan peserta JKN belum menjadi sulit dicapai.23
menjangkau seluruh penduduk, sebagaimana Walaupun demikian, keberadaan
data Kemenkes,21 jumlah peserta Jamkesmas Jamkesda di era pelaksanaan JKN untuk
pada tahun 2012 sekitar 148.2 juta jiwa cakupan universal masih sangat diperlukan.
(63.18%) masih ada 90.4 juta jiwa (36,82%) Sehingga dilihat dari aspek situasional ini,
yang belum ter-cover. Dimana dari data ini Jamkesda dapat tetap dilaksanakan dengan
diperkirakan pada tahun 2014 jumlah peserta tujuan untuk melayani masyarakat yang tidak
yang dikelola oleh BPJS kesehatan sekitar termasuk dalam kepesertaan JKN.
124.3 juta jiwa (50.75%), dikelola oleh badan
lain (Jamkesda, private insurance) sekitar Aspek Struktural Jamkesda
sekitar 50.07 juta jiwa (20.44%), dan yang Aspek struktural Jamkesda disini yang
belum jadi peserta sekitar 70.6 juta jiwa dilihat adalah jenis pelayanan dan
(28.82%). kelembagaannya. Jika dilihat dari jenis
Direncanakan baru pada tahun 2019 pelayanan, pada waktu JKN sudah mencakup
nanti Jaminan Kesehatan Nasional yang penduduk secara universal maka Pemda
dikelola oleh BPJS ini bisa mencakup semua seharusnya melaksanakan Jamkesda dengan
penduduk Indonesia. Secara teori mungkin penyesuaian karena dalam penyelenggaraan
bisa diputuskan agar seluruh dana Jamkesda asuransi sosial ada namanya prinsip
dialihkan ke JKN sehingga dapat dikelola indemnitas dimana tidak boleh ada duplikat
oleh satu BPJS. Tetapi untuk pelaksanaannya jaminan sosial, sehingga tidak boleh ada
akan menemui hambatan antara lain belum masyarakat yang terjamin oleh dua program.
tentu semua daerah mau menyerahkan Solusinya Pemda dapat tetap
pengelolaan dana Jamkesda ke BPJS, seperti menyelenggarakan Jamkesda dengan
Jamsoskes di Sumsel.22 Juga karena adanya menambah benefit pelayanan berupa
perbedaan kemampuan setiap daerah untuk pelayanan yang bersifat komplementer dan
memenuhi besaran iuran bagi peserta sesuai atau suplementer.22
kesepakatan BPJS dengan Pemerintah. Alasan
lainnya bisa juga karena pertimbangan politis

193 ● Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 4, Nomor 03 November 2013


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Hal ini dipertegas karena UU Nomor Hal ini juga pernah direkomendasikan
32/2004 tersebut tidak bersifat kontradiktif oleh tim peneliti Universitas Indonesia pada
dengan UU Nomor 40/2004 melainkan Jamsoskes Sumsel Semesta untuk mengatasi
bersifat komplementer. Karena perlu masalah database kepesertaan, yaitu harus
dipahami bahwa UU No. 32/2004 mengatur mulai disiapkan dan dibangun database
urusan pemerintahan sedangkan UU No. berbasis Teknologi Informasi (TI) tentang
40/2004 mengatur penyelenggaraan jaminan data peserta (by name) yang ditanggung
sosial tingkat nasional oleh BPJS (Badan Jamsoskes untuk mengatasi permasalahan
Penyelenggara Jaminan Sosial) yang syarat administrasi yang berdampak
merupakan korporat bukan pemerintahan. terjadinya pungutan liar di kantor kepala
Oleh karena itu Pemda dapat melaksanakan desa/kelurahan dan menghindari sumber
Jamkesda yang bersifat kompelementer dan pendanaan ganda.22,24
atau suplementer.18,19,20 Di samping itu, Pemda mempunyai
Penyesuaian yang dapat dilaksanakan kewajiban dan kewenangan penuh dalam
oleh Pemda dalam Jamkesda ini antara lain mengatur, membangun dan menyediakan
misalnya melakukan pelayanan yang bersifat fasilitas kesehatan berupa rumah sakit dan
komplementer dengan menambah benefit puskesmas. Rumah sakit tersebut dapat
untuk jenis pelayanan yang tidak dicakup menarik pasien dari kota atau provinsi lain
dalam pelayanan Jamkesmas, misalnya untuk yang pembayarannya dilakukan oleh BPJS
penambahan biaya jika terjadi selisih kelas nasional (money follow patient). Pemda tidak
pada pelayanan rawat inap. Atau dengan perlu membangun BPJS sendiri yang
menanggung biaya transportasi pasien dan eksklusif, karena hal itu tidak praktis dan
akomodasi bagi penunggu pasien. Bisa juga tidak memberi kemudahan bagi peserta di
dengan menambah benefit pelayanan yang daerah itu sendiri.20
bersifat suplementer seperti Akan tetapi semua keputusan
menyelenggarakan jaminan lain di luar perubahan dan penyesuaian Jamkesda
jaminan kesehatan contohnya jaminan tersebut diserahkan kepada pemangku
kematian, jaminan pengentasan kemiskinan kebijakan di daerah, dengan prinsip semuanya
dan lain-lain.22 dilakukan untuk kepentingan rakyat sehingga
Aspek yang menjadi keterbatasan dan dapat dicapai cakupan kesehatan universal.
akan menjadi hambatan dalam pelayanan Dalam penyelenggaraan Jamkesda, mulai dari
Jamkesda sekarang ini, antara lain yaitu tahap proses penyusunan sampai pada
pelayanan yang ditawarkan masih terbatas pelaksanaan kebijakan akan melibatkan
pelayanan di kelas III, sehingga tidak banyak pihak stakeholder sebagai pelaku
mengakomodir peserta yang ingin mendapat (actor) kebijakan di masing-masing tataran.
pelayanan dengan klas lebih tinggi. Selain itu Pelaku pembuat kebijakan (policy
masih ada beberapa Jamkesda yang sistem maker)Jamkesda di tingkat daerah yang
pelayanan kepesertaannya dengan masih menjadi aktor kunci adalah Pemerintah
menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Daerah beserta dinas kesehatan, Bappeda dan
atau Kartu Keluarga (KK). Hal ini berpotensi DPRD yang mempunyai peran dominan
menimbulkan terjadi ketidakjujuran identitas untuk menentukan bentuk kebijakan
diri peserta Jamkesda, maupun oleh provider Jamkesda itu sendiri. Aktor kebijakan ini
sehingga dapat menimbulkan morald hazard yang menentukan kelembagaan Jamkesda
yang dapat merugikan Pemerintah. Oleh akan dikelola oleh Pemerintah daerah atau
karena itu Pemda dituntut untuk berinovasi diserahkan ke pihak BPJS.
dalam mengembangkan jenis pelayanan bagi Saat ini masih ada pihak Pemda yang
masyarakat peserta Jamskesda.22 mempertahankan pengelolaan Jamkesda tetap
ada pada Pemerintah daerah (tidak diserahkan

Misnaniarti, Konteks Penyelenggaraan Kebijakan Jamkesda di Era Jaminan Kesehatan ● 194


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
ke pihak ketiga, seperti PT Askes/BPJS). kabupaten/kota diperlukan untuk mengambil
Salah satu permasalahan yang mungkin peran dalam memberikan dukungan dalam
menghambat jika Jamkesda dikelola oleh memastikan program sampai kepada
23
dinas kesehatan antara lain menyebabkan pola penerima manfaat yang tepat.
pengelolaan keuangan tidak fleksibel, karena
Satgas dan UPTD seperti dinas kesehatan KESIMPULAN DAN SARAN
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Dapat disimpulkan bahwa secara
tahun 2007 tidak mempunyai kewenangan kontekstual penyelenggaraan Jamkesda masih
untuk mengumpulkan dan mengelola dana.22 diperlukan keberadaannya di era Jaminan
Terkait hal ini, dari hasil assesment Kesehatan Nasional, dan dari aspek legal
beberapa Jamkesda di Indonesia pada tahun tidak menyalahi aturan UU SJSN. Adanya
2012 diketahui setidaknya ada empat model UU No 32 tahun 2004 menjadi dasar bagi
pengaturan kelembagaan Jamkesda, yaitu: 1) pemerintah daerah untuk mengembangkan
Pengaturan kelembagaan jamkesda sebagai Jamkesda sebagai wujud tanggung jawab
proyek yang dialokasikan melalui anggaran dalam menyelenggarakan pembangunan di
bantuan sosial, 2) Pemisahan pengelolaan bidang kesehatan. Dari aspek situasional,
fungsi regulasi program kepada dinas kondisi cakupan peserta JKN yang belum
kesehatan dan fungsi keuangan kepada menjangkau seluruh penduduk menjadi
sekretariat daerah, 3) Pengaturan penguat dan dorongan Pemda untuk tetap
kelembagaan dimana dinas kesehatan mempertahankan Jamkesda dengan
ditugaskan sebagai organisasi utama dalam pertimbangan untuk melayani masyarakat
menyelenggarakan program, dan 4) Skema yang tidak terjamin sampai Universal Health
daerah sebagai subordinasi program provinsi, Coverage tercapai pada tahun 2019. Dari
dimana pemerintah daerah diberi tugas untuk aspek struktural, perlu penyesuaian jenis
mengontrol pelaksanaan program di daerah pelayanan Jamkesda pada waktu JKN sudah
masing-masing.23 mencakup penduduk secara universal.
Perlu dipahami bahwa Disarankan kepada Pemerintah daerah
mengembangkan skema Jamkesda sendiri agar dapat mempertimbangkan konteks
dapat melengkapi skema jaminan kesehatan pengintegrasian program Jamkesda ke
universal secara nasional. Perkembangan Jaminan Kesehatan Nasional sehingga
Jamkesda dapat mengindikasikan beberapa pelaksanaan program dapat lebih
kemungkinan dalam merealisasikan jaminan berkesinambungan dan sejalan dengan
kesehatan universal di Indonesia, terutama program nasional, dan akhirnya cita-cita
dengan mengembangkan upaya terkoordinasi jaminan kesehatan universal dapat segera
antara pemerintah pusat dengan daerah. tercapai dan dapat bermanfaat secara tepat
Dalam perspektif ini, pemerintah pusat guna dan tepat sasaran. Pemda dapat
dapat dipandang sebagai “tulang punggung” menambahkan benefit pelayanan yang bersifat
skema nasional dalam menyediakan cakupan komplementer dan atau suplementer sehingga
dasar dan esensial, khususnya bagi kelompok tidak terjadi duplikasi jaminan.
masyarakat miskin. Pemerintah provinsi dan

DAFTAR PUSTAKA Selatan Semesta Tahun 2009. Dinas


1. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Palembang. 2009.
Jakarta. 2004. 3. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
2. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera http://www.jamsosindonesia.com/
Selatan. Pedoman Pelaksanaan Program jamsosda/detail/12. Diakses Februari
Jaminan Sosial Kesehatan Sumatera 2013.

195 ● Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 4, Nomor 03 November 2013


Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
4. Provinsi Lampung. 17. Kementerian Kesehatan RI. Buku
http://www.jamsosindonesia.com/jamsos Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan
da/detail/430. Diakses Februari 2013. Nasional (JKN) dan Sistem Jaminan
5. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Sosial Nasional. Jakarta. 2013.
tentang Pemerintahan Daerah. 18. Retnaningsih, E. Misnaniarti. Ainy, A.
6. Peraturan Pemerintah RI nomor 38 tahun Kajian Kelayakan Badan Layanan Umum
2007 tentang Pembagian Urusan dan Alternatif Bentuk Penyelenggaraan
Pemerintahan, antara Pemerintah, Jamsoskes Sumatera Selatan Semesta
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Sesuai Undang-Undang Sistem Jaminan
Pemerintah Daerah kabupeten/Kota. Sosial Nasional. Jurnal Manajemen
7. Trisnantoro L. Undang-Undang SJSN Pelayanan Kesehatan Vol.15 No.01 Maret
Perlu untuk Diamandemen dan Diikuti 2012. Yogyakarta. 2012.
Penyusunan Undang-Undang Asuransi 19. Mahkamah Konstitusi RI. Keputusan
Kesehatan. Jurnal Manajemen Pelayanan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Kesehatan Vol.13 No.01 Maret 2010. tertanggal 13 Agustus 2005 tentang Uji
Yogyakarta. 2010. Materi UU SJSN. Jakarta. 2005.
8. Undang-undang Nomor 24 tahun 2011 20. Thabrany, H. Strategi Pendanaan
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Jaminan Kesehatan Indonesia dalam
Sosial. SJSN. Disampaikan pada Diskusi
9. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun RPJMN Bappenas, Jakarta 29 April 2008.
2012 tentang Penerima Bantuan Iuran 21. Mukti, A.G. Rencana Kebijakan
Jaminan Kesehatan. Implementasi Sistem Jaminan Sosial
10. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Nasional. Makalah disampaikan pada
tentang Jaminan Kesehatan. Forum Nasional Kebijakan Kesehatan
11. Buse, Kent. Mays, Nicolas. Walt, Gill. Indonesia, Surabaya 19 September 2012.
Making Health Policy. Open University 22. Misnaniarti. Analisis Kebijakan
Press. London School of Hygiene and Pemerintah Daerah dalam
Tropical Medicine. 2005 Pengembangan Jaminan Sosial
12. Nagel, Stuart, ed. Policy Theory and Kesehatan Sumatera Selatan Semesta’
Policy Evaluation: Concepts, Knowledge, Menyambut Universal Health Coverage.
Causes, and Norms. New York: Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia.
Greenwood. 1990. Volume 02 Nomor 03 September 2013.
13. Thabrany, H. Modul Asuransi Kesehatan Yogyakarta. 2013.
Nasional. Perhimpunan Ahli Manajemen 23. Dwicaksono, A. Nurman, A. Prasetya,
dan Asuransi Kesehatan Indonesia. P.Y. Jamkesmas dan Program Jaminan
Jakarta. Edisi Mei 2013. Kesehatan Daerah; Laporan Pengkajian
14. Thabrany, H. Pendanaan Kesehatan dan di 8 Kabupaten/Kota dan 2 Provinsi.
Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Perkumpulan INISIATIF. Bandung.
Indonesia. PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Jakarta. 2005. 24. Tim Peneliti Universitas Indonesia.
15. Muninjaya, A.A.G. Manajemen Evaluasi Program Berobat Gratis
Kesehatan. EGC, Jakarta. 2004. Jamsoskes Sumsel Semesta. Disampaikan
16. Sulastomo. Manajemen Kesehatan. pada Acara Sosialisasi dalam Rangka
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Menindaklanjuti Rekomendasi Hasil
Jakarta, 2007. Kajian Tim Universitas Indonesia.
Palembang 3 Mei 2011.

Misnaniarti, Konteks Penyelenggaraan Kebijakan Jamkesda di Era Jaminan Kesehatan ● 196

You might also like