You are on page 1of 10
adalah ditempatkannya sila ketuhanan di sila pertama, Alasan. nya adalah supaya politik negara mendapatkan dasar Moral Yang kuat. Sekaligus, menjadi jalan tengah yang memenuhi SPiragi kelompok yang menghendaki Islam sebagai dasar Negara, pa. salnya, terdapat penggunaan kata “Allah” dalam kalimat “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa” dan anak kalimat sila per- tama “.. dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pe- meluk-pemeluknya.” Rumusan ini hendak memberikan Jaminan bahwa meskipun Indonesia bukan negara Islam, dan Islam bukan agama negara, namun pemerintah mempunyai suatu tanggung jawab untuk membantu serta melindungi pelaksanaan hukum- hukum Islam bagi para pemeluknya (Darmaputra, 1987: 108). Akan tetapi, satu fakta menarik yang perlu diangkat ada- lah bahwa rumusan Piagam Jakarta ini ditandatangani pula oleh Alexander Andries (A.A.) Maramis, seorang advokat Sulawesi Utara beragama Kristen Protestan, tanpa tekanan apa pun. Me- nurut pendapat Maramis, ia menyadari bahwa perihal menjalan- kan syariat Islam itu hanya akan mengikat orang yang beragama Islam (Gatra: 2012: 81). Terlepas dari penerimaan Maramis, di sisi lain, redaksi Pan- casila versi Piagam Jakarta ini akan senantiasa memicu kontro- versi seputar Pancasila bahkan hingga detik ini. 3. Periode Sidang BPUPKI Kedua (10 Juli 1945 - 17 Juli 1945) Sidang kedua ini membahas Rancangan Undang-Undang Dasar beserta pembukaannya. Panitia Perancang UUD yang a ketuai Ir. Soekarno menyetujui bahwa pembukaan UUD diambl dari Piagam Jakarta. Untuk merumuskan UUD, panitia perancand membentuk lagi panitia kecil yang diketuai oleh Prof. Dr. Hussein. 38 | Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi Pada tanggal 14 Juli 1945, Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang UUD kepada sidang sebagai berikut (Setiadi, 2007: 30). a. Pernyataan Indonesia merdeka b. Pembukaan Undang-undang Dasar c. Undang-undang Dasar (batang tubuh) Beberapa keputusan penting yang terjadi pada periode ini adalah keputusan soal bentuk negara Republik pada 10 Juli 1945, keputusan soal luas wilayah negara baru pada 11 Juli 1945, dan berubahnya istilah hukum dasar menjadi Undang-Undang Dasar pada rapat 15 Juli 1945 (Kaelan, 2010: 42). Akhirnya, sidang BPUPKI menerima hasil kerja panitia itu. Setelah berhasil menyelesaikan tugasnya, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945. Sebagai gantinya, dibentuklah Do- kuritsu Zyunbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indo- nesia (PPKI) pada tanggal yang sama dengan Soekarno sebagai ketua dan Muhammad Hatta sebagai wakil ketua. Akan tetapi, Jepang ternyata tidak memenuhi janjinya untuk memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Untungnya pada 15 Agustus 1945, Jepang takluk kepada tentara Sekutu. Alha- sil, ini memberikan momen yang baik bagi Indonesia untuk menda- patkan kemerdekaan dengan tangannya sendiri, bukan pemberi- an dari Jepang, dengan menyatakan proklamasi kemerdekaannya. 4. Periode Pengesahan Pancasila (18 Agustus 1945) © Menyusul kekalahan Jepang dari sekutu dan sudah terbentuknya PPKI, Indonesia pun memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tepat Pancasila Dalam Lintasan Sejarah Bangsa | 39 pada hari Jumat Legi, jam 10 pagi waktu Indonesia Barat. Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan Naskah Pro klamasi yang teks aslinya sebagaimana berikut ini: PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia, Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan dL, diselenggarakan dengan tiara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja, Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas Nama Bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta. Sehari sesudah proklamasi, yaitu pada 18 Agustus 1945, PPK! mengadakan sidang dan menyetujui Piagam Jakarta dijadikan Mukadimah dari UUD sekaligus mengesahkan rumusan yang di- hasilkan oleh panitia Supomo, yang kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Akan tetapi, kesepakatan ini ditandai dengan peru" bahan dasar negara yang tercantum dalam aliena ke-4 Piagem Jakarta, menjadi (Darmaputra, 1987: 110). 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 40 | Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi 3. Persatuan Indonesia 4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan da- lam Permusyawaratan/Perwakilan. 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Perubahan terutama dilakukan pada sila pertama. Sebab, pada 7 Agustus 1945 saat PPK| terbentuk, sudah ada keberatan dari perwakilan wilayah Indonesia timur (Sunda Kecil, Borneo, Sulawesi dan Maluku) yang bersepakat menolak ideologi dasar Pancasila dan UUD 1945 apabila tujuh kata”...dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” tetap di- pertahankan (Gatra, 2017: 86). Tambahan lagi, menjelang sore pada 17 Agustus 1945, Mu- hammad Hatta mengatakan bahwa dirinya menerima laporan dari seorang opsir angkatan laut (kaigun) yang menyampaikan keberatan perwakilan Nasrani di wilayah Indonesia timur terha- dap tujuh kata. Opsir itu melaporkan bahwa sebagian besar dari kalangan minoritas menganggap tujuh kata itu sebagai diskrimi- nasi. Atas dasar itu, sebelum memulai rapat PPKI 18 Agustus 1945, Hatta melakukan pertemuan informal dengan elite Islam, seper- ti Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasjim, Kasman Singodimedjo, dan Teuku Muhammad Hassan. Hasilnya, Hatta mampu meyakin- kan pada elite Islam bahwa mengganti tujuh kata dengan “Ke- tuhanan Yang Maha Esa” tidaklah akan melenyapkan semangat Piagam Jakarta (Kompas, “Membaca Indonesia”, 31 Maret 2017). Akan tetapi, meski Pancasila sudah disahkan sebagai dasar negara secara resmi pada tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila te- rus menghadapi tantangan zaman yang berat dari masa ke masa. Pancasila Dalam Lintasan Sejarah Bangsa | 41 D. Masa Kemerdekaan: Periode Konstitusi RIS dan Uub: (27 Desember 1949 - 5 Juli 1959) S 1959 Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Ind masih harus menghadapi kekuatan Sekutu yang berupa nanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia. Se, Belanda secara licik mempropagandakan kepada dunia luar bah. Wa negara Republik Indonesia adalah hadiah dari fasis Jepang, Tarik-menarik antara Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda ini lantas berujung pada perundingan Konferensj Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949. Hasil dari Konferensi ini adalah pemerintah Belanda Mengakui kedaulatan dan kemerde- kaan Indonesia sekaligus berdirinya Republik Indonesia Serikat/ RIS (Kaelan, 2010: 50). Namun, negara federal ini tidak berumur Panjang. Pada 17 Agustus 1950, Indonesia kembali ke bentuk Ne- gara Kesatuan Republik Indonesia. ‘Onesig va me. lain itu, Di dalam Konstitusi RIS maupun UUDS 1950, Pancasila diu- bah menjadi (armaputra, 1987: 111): 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Peri Kemanusiaan 3. Kebangsaan 4. Kerakyatan 5. Keadilan Sosial. Adapun UUDS 1950 disebut sementara karena UUD yang final akan dirumuskan oleh Konstituante yang anggota-anggota- nya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Pemi- liban Umum yang diselenggarakan Kabinet Burhanuddin Harat- arap itu berlangsung pada 29 September 1955 yang diikuti oleh 28 partai politik atau calon Perorangan. Hasil pemilu itu adalah 42 | Pendidikan Pancasita untuk Perguruan: Tinggi PNI dan Masyumi memperoleh masing-masing 57 kursi parlemen dari total jumlah 257 kursi; NU mendapatkan 45 kursi, dan PKI 39 kursi, sementara partai-partai lain kurang dari 10 kursi. Ke- mudian, kursi yang didapat untuk Majelis Konstituante rata-rata menjadi dua kali lipat karena jumlah anggota majelis ini dua kali jumlah anggota parlemen. (Maarif, 2006: 123). Pada 10 November 1956, Soekarno meresmikan pembentuk- an Konstituante hasil Pemilu 1955, yang langsung memulai persi- dangannya yang pertama. Majelis ini dipercaya untuk menyusun konstitusi negara. Pada mulanya, mereka menampung tiga ga- gasan dasar negara: Pancasila, Islam, dan Sosialisme. Gagasan dasar negara Pancasila beroleh dukungan 273 sua- ra, gagasan dasar negara Islam mendapatkan 230 suara, semen- tara gagasan dasar negara Sosialisme tak menjadi pusat pembi- caraan lantaran hanya meraup sembilan suara (Gatra, 2017: 87). Kegagalan yang dipersepsikan terjadi ini lantas membuat Presiden Soekarno tidak sabaran. Apalagi, kehidupan politik kian labil akibat seringnya pergantian kabinet dan terjadinya ganggu- an keamanan berupa sejumlah pemberontakan bersenjata di da- erah-daerah. Akibatnya, Soekarno lekas memberlakukan Dekrit 5 Juli 1959, yang menandai masuknya Indonesia ke era Orde Lama. Adapun isi Dekrit itu adalah (Kaelan, 2010: 52): 1. Membubarkan Konstituante 2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan Tidak berla- kunya kembali UUDS 1950 3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat- singkatnya. Berdasarkan Dekrit itu, UUD 1945 kembali berlaku di Nega- Pancasila Dalam Lintasan Sejarah Bangsa | 43 ra Kesatuan Republik Indonesia. Sekaligus, berlakunya kembay versi Pancasila yang disahkan pada 18 Agustus 1945, Namun, Ine nariknya Dekrit ini berkontribusi pada terciptanya jalan tenga, antara Pancasila versi Piagam Jakarta (Pancasila plus tujuh kata) dan Pancasila versi 18 Agustus 1945. Yaitu, ketika Konsi. deran Dekrit ini menyatakan “berkeyakinan bahwa Piagam j,. karta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai Undang-Undang Dasay 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut” (Anshari, 1997: 244). Konsideran ini Juga- lah yang selalu membayangi dinamika pertarungan ideologi dan politik dalam perjalanan sejarah Indonesia. Sebab, konsideran ini dipersepsikan membuka celah bagi pemberlakuan syariat Islam. dalam segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di |n- donesia. E. Era Orde Lama (5 Juli 1959 - 11 Maret 1966) Pemberlakuan Dekrit sesungguhnya memiliki dua sisi: positif se- kaligus negatif. Sisi positifnya adalah dasar negara Pancasila kian dikokohkan dengan kembalinya Indonesia ke UUD 1945 mengi- ngat Pancasila tercantum di dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945 itu. Sisi negatifnya adalah Dekrit membuka jalan bagi pe- merintahan otoriter yang dijalankan Presiden Soekarno dengan konsep Demokrasi Terpimpinnya, Dalam Demokrasi Terpimpin, segala kekuasaan dipusatkan di tangan Soekarno. Tidak ada prinsip saling mengoreksi (checks and balances) oleh Trias Politika (eksekutif, legislatif, yudikatif) sebagaimana lazim dipraktikkan oleh negara-negara demokratis- Bahkan, Soekarno membekukan DPR hasil pemilu 1955 yand de mokratis dan menggantinya dengan DPR Gotong Royond (OPR 44 | Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi GR) yang para anggotanya justru ditunjuk Presiden sendiri. Konsep ini kian dikukuhkan oleh sosialisasi gencar Manipol USDEK yang digagas Soekarno dalam pidatonya tertanggal 17 Agustus 1959. Manipol USDEK adalah manifestasi politik yang terdiri atas UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpim- pin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (USDEK). Presiden Soekarno pun memperkenalkan konsep NASAKOM, ke- pendekan dari Nasionalis, Agama, Komunis (Setiadi, 2007: 41). Berbekal Manipol USDEK dan NASAKOM, Partai Komunis In- donesia (PKI) mendapatkan momentum untuk tampil dominan di pentas politik nasional, Tokoh-tokohnya pun mulai menge- tengahkan tafsiran-tafsiran atas Pancasila yang sesungguhnya tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh, Aidit menguraikan bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan ru- ang bagi kebebasan untuk tidak beragarna, Selain.itu, Aidit me- nyatakan bahwa Pancasila hanyalah alal oginersaty. Sefnentara 4 tenag 02 ) dunaxS6 to; Penis o isme, yaitu persatuan buruh di seluruh du 19). Loy, Fae Aan Kepercayaan diri PKI yang berlebihan kemadian mencetus- kan upaya pemberontakan Gerakan 30 September (G 30S) 1965 di tengah krisis ekonomi dengan inflasi menggila 650 persen aki- bat kebijaksaan mercusuar (kebijakan untuk menonjolkan citra, tapi tanpa mernperhatikan kekuatan ekonomi, negara) Soekarno, seperti penyelenggaraan Asian Games 1962, penyelenggaraan Ganefo (Games of New Emerging Forces), dan lain-lain. Akan tetapi, Gerakan ini berhasil ditanggulangi oleh TNI di bawah ko- mando Letjen Soeharto, sekaligus berakibat pada tergerusnya wibawa Soekarno, Puncaknya, Soekarno membuat Surat Perin- itu, Nyoto mengartikan Peri Kernanusi Pancasila Dalam Lintasan Sejarah Bangsa | 45 tah Sebelas Maret (Supersemar) 1966 yang memberikan kepey. cayaan dan wewenang kepada Letjen Soeharto untuk Men keadaan yang serba tidak menentu dan sulit dikendalik tiadi: 2007, 43). Sekaligus, menjadi awal berakhirnya Lama dan datangnya era Orde Baru. Quasaj ‘aN (Se. Ta Orde F. Era Orde Baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998) Meski sesungguhnya masih Mmemegang jabatan Presiden seusaj dikeluarkannya Supersemar, Soekarno sejatinya tidak lagi memi- liki kekuasaan secara riil sejak 11 Maret 1966 itu. Akhirnya, So. ekarno menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Jenderal Soeharto pada 22 Februari 1967 di Istana Merdeka. Kemudian, MPRS mengadakan Sidang Istimewa pada 7-12 Maret 1967 yang menghasilkan Ketetapan No. XXIII/MPRS/1967 untuk mencabut kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno dan menarik kembali mandat MPRS serta segala sesuatu kekuasaan peme- rintah negara yang diatur dalam UUD 1945 dari Presiden Soe- karno. Berdasarkan Ketetapan (Tap) itu, Jenderal Soeharto seba- gai pengemban Supersemar diangkat menjadi Pejabat Presiden hingga terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilu Pada 21-30 Maret 1968, MPRS Mengadakan Sidang Umum V yang mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI sampal terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilu (Setiadi, 2007: 44). Dengan kata lain, resmilah Sudah Indonesia memasuki era Orde Baru dengan Presiden Soeharto sebagai presiden definitifnya. Jargon utama era ini adalah pembangunan. Karena itu, st@- bilitas politik menjadi syarat mutlak bagi upaya pembangunan ekonomi. Adapun salah satu faktor utama menciptakan stabilitas 46 | Pendidikan Pancasila untuk Perquruan -tin,.; MST A WMT ie ay f ‘ politik adalah kekokohan ideologi, Atau, meminjam ungkapan resmii rezim Orde Baru, “kembali kepada jiwa yang asli dari Pan- casila dan melaksanakan UUD 1945 secara konsekuen” Athasil, rezim Orde Baru membutuhkan penafsiran tunggal terhadap Pancasila, Itulah sebabnya pada 1975, Soeharto menun- K lima sesepuh untuk merumuskan “perumusan tunggal” dari a: Mohammad Hatta, Amad Subardjo Djojoadisurjo, A.A. Maramis, Sunario, dan Abdul Gafar (A.G.) Pringgodigdo. Mereka ini disebut Panitia Lima yang kemudian merumuskan hasil kerja mereka pada 1977 dengan nama Uraian Pancasila (Darmaput- ts, 1987: 114). Sejumlah poin penting dari Panitia Lima ini adalah Soekarno merupakan penemu dan penggali Pancasila (Gatra, 2017: 8). Kemudian, “Ketuhanan yang Maha Esa menjadi dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan, yang memberikan jiwa kepada usaha menyelenggarakan segala yang benar, adil dan baik, sedangkan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kelanjutan dalam perbuatan dan praktik hidup dari da- Sar yang memimpin tadi” (Darmaputra, 1987: 108). Pada tahun 1978, MPR mengesahkan Tap MPR nomor II/ MPR/1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pan sprasetia Pancakarsa, yang terkenal dengan sebut- an P-4 yang ingin difungsikan sebagai “penuntun dan pegangan hidup” (Darmaputra, 1987: 115). Dalam P-4 ini, kelima sila atau 2sas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan. Atas dasar inilah, Presiden Soeharto menginstruksikan perlu di- Jaksanakannya penataran dengan tujuan untuk menyebarluaskan P-4 seluas mungkin. Akan tetapi, meskipun bagus dalam tujuan, penafsiran Re- zim Orde Baru tentang Pancasila jauh dari sempurna, bahkan Pancasila Dalam Lintasan Sejarah Bangsa | 47

You might also like