You are on page 1of 7

Biomassa Lantai Hutan dan Jatuhan…(M.

Siarudin; Encep Rachman)

BIOMASSA LANTAI HUTAN DAN JATUHAN SERASAH


DI KAWASAN MANGROVE BLANAKAN, SUBANG, JAWA BARAT
(Biomass Production and Litter Fall on Blanakan Mangrove Area,
Subang, West Java)*)
Oleh/By :
M. Siarudin dan/and Encep Rachman
Balai Penelitian Kehutanan Ciamis
Jl. Raya Ciamis-Banjar Km. 4 PO. BOX. 5 Ciamis 46201 Telp. (0265) 771352, Fax (0265) 775866
*) Diterima : 13 Maret 2007; Disetujui : 27 Oktober 2008

s
ABSTRACT
Research on forest floor biomass and litter fall was conducted in Blanakan mangrove forest, Subang, West
Java in July-December 2006. Stratified random sampling method was used with 2 plots of ± 50 m x 50 m
each. Three observation spots in each plot were located purposively. Parameters observed were fresh weight,
dry weight, moisture content, layer depth of organic material, and litter fall. The data then were analyzed
using descriptive analysis. Result showed that the the available total biomass on Blanakan mangrove forest
floor were 11.164 ton/ha and moisture content = 74.60%; the biomass consisted of humus layer = 4.37
ton/ha, fermentation-1 layer = 1.558 ton/ha, fermentation-2 layer = 0.84 ton/ha, and litter layer = 4.369
ton/ha. Litter layer was at the depth of 0-1 cm, fermentation layer was at 1-2.5 cm, and humus layer was at
2.5-3 cm. The rate of litter fall was 8.56 ton/ha/yr of fresh weight are 6.23 ton/ha/yr of dry weight. Based on
mangrove species dominant at Blanakan, it was found that api-api (Avicennia marina (Forssk.) Vierh.)
produced more litter than bakau (Rhizophora apiculata Blume) i.e. 6.51 ton/ha/yr and 4.95 ton/ha/yr
respectively.
Keywords : Forest floor, biomass, litter, mangrove, fermentation, humus

ABSTRAK
Penelitian mengenai produksi biomassa lantai hutan dan jatuhan serasah telah dilaksanakan di kawasan hutan
mangrove Blanakan, Subang, Jawa Barat pada bulan Juli-Desember 2006. Pengambilan data dilakukan
dengan metode contoh acak bertingkat, yaitu dengan memilih dua petak masing-masing berukuran ± 50 m x
50 m. Untuk setiap plot dipilih tiga titik pengamatan secara acak terpilih yang dianggap mewakili kondisi
ekosistem. Parameter yang diamati adalah berat basah, berat kering, kadar air, dan kedalaman lapisan bahan
organik lantai hutan, dan jatuhan serasah. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa, biomassa yang tersedia di lantai hutan mangrove Blanakan adalah sebesar 11,164
ton/ha dan kadar air rata-rata 74,60%, yang terdiri dari lapisan humus = 4,37 ton/ha, lapisan fermentasi-1 =
1,558 ton/ha, lapisan fermentasi-2 = 0,84 ton/ha, dan lapisan serasah = 4,396 ton/ha. Lapisan serasah terletak
pada kedalaman 0-1 cm, lapisan fermentasi pada kedalaman 1-2,5 cm, dan lapisan humus pada kedalaman
2,5-3 cm. Laju jatuhan serasah mencapai rata-rata 8,56 ton/ha/th berdasarkan berat basah atau 6,23 ton/ha/th
berdasarkan berat kering. Berdasarkan jenis mangrove yang mendominasi daerah Blanakan, diketahui bahwa
jenis api-api (Avicennia marina (Forssk.) Vierh.) menghasilkan serasah lebih banyak dibandingkan dengan
bakau (Rhizophora apiculata Blume), yaitu masing-masing 6,51 ton/ha/th dan 4,95 ton/ha/th.
Kata kunci : Biomasa lantai hutan, serasah, mangrove, humus, fermentasi

I. PENDAHULUAN hutan mangrove mempunyai fungsi eko-


logis, antara lain sebagai penyedia nutrien
Hutan mangrove merupakan ekosis- bagi biota perairan, tempat pemijahan dan
tem utama pendukung kehidupan penting asuhan (nursery ground) berbagai macam
di wilayah pesisir dan kelautan. Selain biota, penahan abrasi pantai, pemecah

329
Vol. V No. 4 : 329-335, 2008

angin dan gelombang tsunami, penyerap bertujuan untuk mendapatkan informasi


limbah dan pencegah interusi air laut ju- tentang produksi biomassa lantai hutan
ga mempunyai fungsi ekonomis seperti dan jatuhan serasah di hutan mangrove
sebagai penyedia kayu, obat-obatan, ha- Blanakan, Subang, Jawa Barat. Informasi
bitat budidaya perikanan tambak, dan yang diperoleh diharapkan dapat menjadi
ekowisata. referensi dalam upaya perlindungan, pe-
Berdasarkan kemampuan daya du- lestarian, dan pemanfaatan hutan mang-
kung (carrying capacity) dan kemampuan rove di Blanakan secara lestari.
alamiah untuk memperbaharui (assimila-
tive capacity), hutan mangrove menjadi
sasaran kegiatan eksploitasi sumberdaya II. METODE PENELITIAN
alam dan pencemaran lingkungan akibat
tuntutan pembangunan yang lebih meni- A. Lokasi dan Waktu Penelitian
tikberatkan kepentingan ekonomi. Kondi- Lokasi penelitian dilaksanakan di ka-
si ini berdampak pada kerusakan ekosis-
wasan hutan mangrove Resort Pemang-
tem mangrove yang ditunjukkan dengan kuan Hutan (RPH) Tegal Tangkil, Bagian
semakin berkurangnya luas dan penurun- Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH)
an daya dukungnya. Lebih dari separuh Ciasem Pamanukan, Kesatuan Pemang-
(57,6%) luas hutan mangrove di Indone- kuan Hutan (KPH) Purwakarta. Secara
sia dalam keadaan rusak parah, di antara- administratif wilayah ini termasuk dalam
nya 1,6 juta ha dalam kawasan hutan dan pemerintahan Desa Blanakan, Kecamatan
3,7 juta ha di luar kawasan hutan (Anwar Blanakan, Kabupaten Subang. Kegiatan
dan Gunawan, 2006). Hutan mangrove penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli
mengalami degradasi yang cukup nyata, sampai dengan Desember 2006.
yaitu sekitar 200 ribu hektar/tahun akibat
kegiatan konversi menjadi lahan tambak,
B. Alat dan Bahan
penebangan liar, dan sebagainya (Dahuri,
2002). Alat dan bahan yang digunakan da-
Kegiatan perlindungan, pelestarian, lam penelitian ini adalah jaring/net, tali,
dan pemanfaatan hutan mangrove secara kantong plastik, tally sheet, kompas, alat
ideal diupayakan terintegrasi dengan ke- tulis, timbangan analitik, oven, dan per-
pentingan ekologis, pembangunan, dan alatan penunjang lainnya.
hak masyarakat sekitar. Hal ini bertujuan
agar masyarakat dapat merasakan manfa- C. Metode Pengumpulan Data
at keberadaan hutan mangrove sehingga Pengumpulan data dilakukan dengan
dapat meningkatkan tanggungjawab dan metode contoh acak bertingkat (stratified
peranserta dalam perlindungan, pelestari- random sampling method), yaitu dengan
an, dan pemanfaatannya secara lestari. memilih dua blok berukuran 50 m x 50 m
Salah satu peranan mangrove dalam di kawasan hutan mangrove Blanakan.
usaha perikanan tambak adalah sebagai Setiap blok dipilih tiga titik pengamatan
pemasok bahan organik, selain sebagai jatuhan serasah secara acak terpilih (pur-
tempat penyedia bibit. Serasah mangrove posive random) yang dianggap mewakili
yang jatuh diuraikan oleh mikroorganis- kondisi ekosistem. Pengamatan jatuhan
me kemudian masuk ke rantai makanan, serasah dilakukan dengan memasang ja-
sehingga dapat menyediakan nutrien bagi ring berukuran 2,5 m2 (1,2 m x 2,08 m) di
organisme yang hidup di perairan seki- bawah tegakan mangrove. Jaring dipa-
tarnya (Noor et al., 1999). Namun demi- sang setinggi dada dengan mengikatkan
kian data dan informasi mengenai daya keempat sudutnya pada pohon yang ada
dukung ekologis mangrove tersebut ma- di sekitarnya. Serasah yang jatuh dan ter-
sih kurang memadai. Penelitian ini tampung dalam jaring diamati setiap

330
Biomassa Lantai Hutan dan Jatuhan…(M. Siarudin; Encep Rachman)

bulan dengan dipisahkan antara daun, ca- berat kering dikonversi dalam satuan ton/
bang/ranting, bunga/buah. Parameter ha dengan formula (3) dan (4), sebagai
pengamatan yang dilakukan adalah berat berikut :
basah (g) dan berat kering (g) dengan me-
BLBB  bb x 0,04 ……………….…………(3)
masukkan serasah ke dalam oven dengan
suhu 60oC hingga beratnya konstan. Hasil BLBK  bk x 0,04 …………………………(4)
Keterangan :
pengukuran berat basah dan berat kering
bb = Berat basah (g)
dikonversi menjadi satuan ton/ha/th de- bk = Berat kering (g)
ngan formula (1) dan (2), sebagai berikut: BLBB = Biomassa lantai hutan berdasar berat
basah (ton/ha)
JSBB  bb x 0,048 .......................................(1) BLBK = Biomassa lantai hutan berdasar berat
JSBK  bk x 0,048 ......................................(2) kering (ton/ha)
Keterangan : Biomassa lantai hutan dilengkapi de-
bb = Berat basah (g)
bk = Berat kering (g) ngan pengamatan kedalaman masing-ma-
JSBB = Jatuhan serasah berdasar berat basah sing lapisannya. Pengukuran kedalaman
(ton/ha/th) lapisan dilakukan dengan membuat peng-
JSBK = Jatuhan serasah berdasar berat kering amatan horizon tanah.
(ton/ha/th)

Pengamatan biomassa lantai hutan di- D. Analisis Data


lakukan dengan membuat petak kecil pa- Data yang diperoleh diolah kemudian
da lantai hutan berukuran 50 cm x 50 cm. dianalisis secara deskriptif.
Pada petak tersebut diambil bahan orga-
nik, sebagai berikut : 1) Lapisan L (litter)
pada petak di bagian atas tanpa merusak III. HASIL DAN PEMBAHASAN
keadaan di bawahnya, dengan ciri-ciri :
serasah yang baru jatuh, kandungan air A. Biomassa Lantai Hutan
masih tinggi, bentuk masih utuh, warna Biomassa pada lantai hutan mangrove
kehijauan atau kecoklatan, masih agak se- menjadi salah satu indikator jumlah pa-
gar; 2) Lapisan F1 (fermentasi tahap 1) sokan bahan organik yang menjadi salah
yang mempunyai ciri-ciri : serasah yang satu rantai makanan dalam ekosistem per-
mulai terdekomposisi, bentuk sudah tidak airan mangrove. Hasil pengamatan bio-
utuh lagi, bentuk serasah asli masih terli- massa lantai hutan mangrove ditampilkan
hat, warna kecoklatan, masih merupakan dalam Tabel 1.
satuan serasah tunggal/tidak saling leng- Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa bio-
ket; 3) Lapisan F2 (fermentasi tahap 2) massa lantai hutan mangrove yang ada di
yang mempunyai ciri-ciri : serasah telah Blanakan adalah 11,164 ton/ha. Persenta-
terdekomposisi lebih lanjut, bentuk asli se biomassa terbesar ada pada lapisan
sudah tidak kelihatan lagi tapi masih bisa litter, yaitu mencapai 4,40 ton/ha atau
dibedakan jenis serasah, warna kecok- 39,38% dari biomassa yang ada. Lapisan
latan, serasah saling lengket; 4) Lapisan humus juga memiliki jumlah yang hampir
H (humus) yang mempunyai ciri-ciri : se- sama, yaitu 4,37 ton/ha atau 39,14% dari
rasah telah terdekomposisi sempurna se- total biomassa. Sedangkan lapisan F ha-
hingga berbentuk seperti kompos, bentuk nya 1,558 ton/ha pada lapisan F1 dan 0,84
sudah tidak kelihatan lagi, warna kehi- ton/ha pada lapisan F2 atau hanya 13,96%
taman, struktur remah, gembur. dan 7,52% dari total biomassa yang ada.
Lapisan L, F1, F2, dan H yang telah Jumlah produksi biomassa dengan per-
dibedakan daun, tangkai/dahan, bunga/ sentase humus yang cukup tinggi meru-
buah diukur berat basah dan berat kering- pakan potensi yang baik untuk mendu-
nya. Hasil pengukuran berat basah dan kung budidaya perikanan tambak.

331
Vol. V No. 4 : 329-335, 2008

Tabel (Table) 1. Biomassa lantai hutan mangrove yang tersedia di Blanakan (Mangrove foret floor biomass
available at Blanakan)
Berat basah Berat kering Kadar air Biomassa Persentase biomassa
Lapisan
(Fresh weight) (Dry weight) (Moisture content) (Biomass) (Biomass percentage)
(Layer)
(gr) (gr) (%) (ton/ha) (%)
Litter 202,75 109,90 84,49 4,40 39,38
F1 67,55 38,95 73,43 1,56 13,96
F2 37,80 21,00 80,00 0,84 7,52
H 175,35 109,25 60,50 4,37 39,14
Total 483,45 279,10 74,60 11,16 100,00

Sebagaimana disampaikan oleh Nontji pada kedalaman 2,5-3 cm. Lapisan litter
(1987), nilai penting ekosistem mangrove berupa serasah yang baru jatuh dan belum
bukanlah sebagai sumberdaya hutan me- tersentuh oleh mikroorganisme serta ma-
lainkan sebagai penunjang sumberdaya sih segar. Lapisan F berupa serasah yang
perikanan di perairan lepas pantai. Sera- sudah mulai terdekomposisi, bentuk su-
sah mangrove yang jatuh diuraikan oleh dah tidak utuh lagi, sebagian sudah saling
mikroorganisme kemudian masuk ke lengket antar bagian-bagian serasah, ber-
rantai makanan sehingga dapat menyedia- warna kecokelatan. Lapisan humus meru-
kan nutrien bagi organisme yang hidup di pakan lapisan yang telah terdekomposisi
perairan sekitarnya. secara sempurna, hasil pengamatan me-
Biomassa lantai hutan merupakan ba- nunjukkan lapisan ini bertekstur lempung
han-bahan organik berupa daun, ranting, berwarna kehitaman. Berdasarkan hasil
cabang, buah, bunga, batang maupun fa- analisis laboratorium, bahan organik yang
una yang jatuh di lantai hutan. Bahan-ba- terkandung dalam tanah di lokasi peneli-
han tersebut apabila terdekomposisi oleh tian adalah 1,39-1,40% C dan 0,09-0,01%
mikroorganisme akan termineralisasi N, dengan rasio C/N 14-15.
menjadi unsur-unsur yang siap digunakan Ekosistem mangrove yang dicirikan
oleh tanaman. Biomassa lantai hutan ter- dengan adanya pengaruh pasang surut air
bagi dalam tiga lapisan, yaitu: litter, fer- laut dan air sungai menyebabkan terjadi-
mentasi/forna, dan humus. Berdasarkan nya oksidasi dan reduksi pada lapisan mi-
pengamatan horizon tanah yang dibuat neral tanah. Pada lokasi kegiatan, lapisan
pada lantai hutan mangrove di plot peng- mineral tanah pada kedalaman 3-35 cm
amatan, didapatkan kedalaman masing- berupa tanah liat berwarna kelabu dan pa-
masing lapisan sebagaimana ditampilkan da kedalaman 35 cm sudah dijumpai air.
dalam Tabel 2. Hasil analisis laboratorium menunjukkan
bahwa tekstur tanah di lokasi kegiatan be-
Tabel (Table) 2. Kedalaman lapisan biomassa rupa debu 36,5% dan liat 63,5%. Pada
lantai hutan mangrove di Blanakan (Layer depth lantai hutan yang terendam air, lapisan
of mangrove forest floor at Blanakan)
bahan organik + 10 cm berwarna kehi-
Lapisan biomassa Kedalaman taman dan pada lapisan di bawahnya ber-
(Biomass layer) (Depth) (cm) warna kelabu.
Litter (Litter) 0-1
Fermentasi (Fermentation) 1-2,5
Humus (Humus) 2,5-3 B. Jatuhan Serasah Mangrove
Pasokan utama biomassa lantai hutan
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui diperoleh dari serasah vegetasi yang ter-
kedalaman lapisan litter teratas setebal jatuh. Hasil pengukuran jatuhan serasah
satu cm, lapisan F setebal 1,5 cm terletak di delapan titik pengamatan menunjukkan
pada kedalaman 1-25 cm, dan lapisan hu- bahwa laju jatuhan serasah rata-rata di
mus yang hanya setebal 0,5 cm terletak Blanakan mencapai 8,56 ton/ha/th

332
Biomassa Lantai Hutan dan Jatuhan…(M. Siarudin; Encep Rachman)

berdasarkan berat basah dan 6,23 ton/ha/ culata) dan api-api (Avicenia marina), di-
th berdasarkan berat kering. Berdasarkan dapatkan produktivitas serasah jenis api-
pengamatan setiap bulan yang dimulai api lebih besar dibandingkan dengan jenis
pada bulan Juli hingga Desember 2006, bakau. Perbandingan produksi serasah
didapatkan jatuhan serasah sebagaimana kedua jenis mangrove ini ditampilkan da-
ditampilkan dalam Gambar 1. lam Gambar 2.
Pada Gambar 1 dapat dilihat jatuhan Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa je-
serasah cukup tinggi pada bulan ke-1 nis api-api dapat menghasilkan serasah
(bulan Juli) kemudian turun pada bulan mencapai 6,51 ton/ha/th sedangkan jenis
Agustus, naik lagi pada bulan September bakau hanya menghasilkan 4,95 ton/ha/th.
dan Oktober, dan turun pada dua bulan Produksi serasah antar jenis-jenis mang-
terakhir. Kemungkinan jatuhan serasah rove yang diamati terjadi sebaliknya di
yang relatif tinggi pada bulan Juli hingga tempat lain. Berdasarkan pengamatan Khai-
Oktober dapat dipahami mengingat pada rijon (1999) di hutan mangrove Pangkalan
waktu itu adalah bulan-bulan kering Batang, Bengkalis, Riau, jenis R. mucrona-
sehingga lebih banyak daun dan ranting ta menghasilkan 12,21 ton/ha/th daun dan
ranting kering, sedangkan jenis A. marina
yang berguguran. Pada bulan November
hanya menghasilkan 4,78 ton/ha/th. Pro-
saat mulai terdapat hujan, daun dan
duksi serasah tersebut cenderung membesar
ranting kembali bersemi dan lebih kuat. ke arah garis pantai. Sementara menurut
Jenis serasah yang jatuh sebagian be- Halidah (2000), perbedaan produksi sera-
sar adalah daun, yaitu sebesar 4,52 ton/ sah mangrove dapat juga dipengaruhi usia
ha/th atau 72,5% dari total serasah; seba- tanamannya.
gian kecil berupa buah dan bunga sebesar
Berdasarkan jenis serasah, persentase
1,36 ton/ha/th atau 21,8% dari total se- jenis serasah pada bakau dan api-api ditam-
rasah serta ranting dan cabang sebesar 0,1 pilkan dalam Gambar 3.
ton/ha/th atau hanya 5,6% dari total serasah.
Berdasarkan hasil pengukuran pada Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa
dua jenis mangrove dominan di daerah pada jenis bakau, persentase daun dan bu-
Blanakan, yaitu bakau (Rhizophora api- nga/buah hampir seimbang (masing-masing

2500
Berat kering (Dry weight)
Berat basah (Wet weight)
Jatuhan seresah (Litter fall) (kg/ha)

2000

1500

1000

500

0
1 2 3 4 5 6
Pengamatan bulan ke- (Month of observation)

Gambar (Figure) 1. Rata-rata jatuhan serasah mangrove Blanakan pada lima bulan pengamatan (Average of
mangrove litter fall in five month observation)

333
Vol. V No. 4 : 329-335, 2008

Avicennia marina Rizophora apiculata

4.95 ton/ha/th 6.51 ton/ha/th

Gambar (Figure) 2. Jatuhan serasah berdasarkan jenis mangrove yang mendominasi Blanakan (The amount
of litter fall by dominant mangrove species at Blanakan)
Jenis mangrove (Mangrove species)

Rizophora sp.
Daun (Leaf)
Ranting/cabang
(Branch)
Avicenia sp. Bunga/buah
f
(Flower/fruit)
species)

0 20 40 60 80 100
Persentase jenis serasah (Percentage of litter by the part of plant)

Gambar (Figure) 3. Persentase jenis serasah pada R. apiculata dan A. marina (Percentage of litter of R.
apiculata and A. marina by the part of plant)

51,1% dan 46,9%) dan hanya sebagian serasah berupa daun dan ranting yang le-
kecil terdapat ranting dan cabang (2,1%). bih besar dari api-api.
Sedangkan pada jenis api-api, serasah be-
rupa daun mencapai 82,3% dan hanya
11,4% berupa bunga/buah dan 6,3% be- IV. KESIMPULAN
rupa ranting/cabang. Persentase serasah 1. Biomassa yang tersedia di lantai hu-
berupa bunga/buah yang relatif besar pa- tan mangrove Blanakan, Subang, Ja-
da bakau dapat dipahami mengingat ben- wa Barat sebesar 11,164 ton/ha dan
tuk buah pada jenis ini yang relatif besar kadar air rata-rata 74,60%, dengan la-
dibandingkan buah pada api-api. Semen- pisan humus (yang terdekomposisi
tara pada api-api yang memiliki pertajuk-
sempurna) sebesar 4,37 ton/ha, lapis-
an lebih lebat, tentu akan menghasilkan an fermentasi tingkat satu sebesar

334
Biomassa Lantai Hutan dan Jatuhan…(M. Siarudin; Encep Rachman)

1,558 ton/ha, lapisan fermentasi ting- Dahuri, R. 2002. Integrasi Kebijakan


kat dua sebesar 0,84 ton/ha, dan lapis- Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
an litter sebesar 4,396 ton/ha. Lapisan dan Pulau-Pulau Kecil. Makalah
litter terletak pada kedalaman 0-1 cm, Disampaikan Pada Lokakarya Na-
lapisan fermentasi pada kedalaman 1- sional Pengelolaan Ekosistem
2,5 cm, dan lapisan humus pada keda- Mangrove. Jakarta.
laman 2,5-3 cm. Halidah. 2000. Produksi dan Kecepatan
2. Laju jatuhan serasah mencapai rata- Penguraian Serasah Rhizophora
rata 8,56 ton/ha/th berdasarkan berat spp. dan B. gymnorrhiza di Teluk
basah dan 6,23 ton/ha/th berdasarkan Kendari, Sulawesi Tenggara. Pro-
berat kering. siding Ekspose Hasil Penelitian
3. Berdasarkan jenis mangrove yang Kehutanan. Makasar, 22 Novem-
mendominasi daerah Blanakan, dike- ber 2000. Balai Penelitian Kehu-
tahui bahwa jenis api-api (Avicennia tanan Ujung Pandang.
marina (Forssk.) Vierh.) menghasil- Khairijon. 1999. Analisis dan Laju De-
kan serasah lebih banyak dibanding- komposisi Serasah Avicennia ma-
kan dengan bakau (Rhizophora apicu- rina dan Rhizophora mucronata
lata Blume), yaitu masing-masing Menurut Zonasi di Hutan Mang-
6,51 ton/ha/th dan 4,95 ton/ha/th. rove Pangkalan Batang, Bengka-
lis, Riau. Prosiding Seminar VI :
DAFTAR PUSTAKA Ekosistem Mangrove. Pekanbaru,
15-18 September 1988. Kontribusi
Anwar, C., H. Gunawan. 2006. Peranan
MAB Indnonesia No .76-LIPI. Ja-
Ekologis dan Sosial Ekonomis
karta.
Hutan Mangrove dalam Mendu-
kung Pembangunan Wilayah Pesi- Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Pener-
sir. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil bit Djambatan. Jakarta.
Penelitian : Konservasi dan Reha- Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N Surya-
bilitasi Sumberdaya Hutan. Pusat dipura. 1999. Panduan Pengenalan
Penelitian dan Pengembangan Hu- Mangrove di Indonesia. PKA/WI-P.
tan dan Konservasi Alam. Bogor. Bogor.

335

You might also like