You are on page 1of 8

Supomo, dkk Karakterisasi dan Skrining

Farmakognosi Akfar

KARAKTERISASI DAN SKRINING FITOKIMIA DAUN KEREHAU


(Callicarpa longifolia Lamk.)

CHARACTERIZATION AND LEAVES PHYTOCHEMICAL SCREENING


KEREHAU(Callicarpa longifolia Lamk.)

Supomo*, Risa Supriningrum dan Risaldi Junaid


Bidang Farmakognosi Akademi Farmasi Samarinda
Jl. Brig A. Wahab Syahranie, Kelurahan Air Hitam-Samarinda Ulu.
*Email :fahmipomo@gmail.com

ABSTRACT
Plants kerehau empirically used to treat swelling, abdominal pain and diarrhea. Kerehau leaf research
data related to quality botanicals have not done, this causes the botanicals and extracts do not have a
standard. The purpose of this study to determine the chemical characterization and the compound leaf extract
botanicals and kerehau.
The research object leaves kerehau obtained from the village of Muara District Muara Aloh Muntai,
made crude drug samples are extracted using maceration method by ethanol 70%. Then examined the
macroscopic, microscopic, these characterizations include: water assay, assay of soluble extract in water,
soluble extract assay of ethanol, the determination of ash content and assay of acid insoluble ash is then
performed phytochemical screening. Data were analyzed using descriptivemethods.
The characterization results simplicia, macroscopic kerehau has green leaves, pointed leaf tip, leaf base
tapering, serrated leaf edge, the shape of elongated leaves, a single leaf, leaf arrangement pinnate, pinnate
leaves arrangement of bones, flesh soft thin leaves, leaf length 10,5- 14 cm and 4-6 cm wide leaves.
Microscopic hair bulbs discovered fragment identifier cover, file vessels, glands hair, and stomata calcium
oxalate crystal anisositik. The water content of 9.6%, water soluble extract content of 17.7% ethanol soluble
extract content of 11.3%, ash content of 6%, acid insoluble ash content of 1%.
The characterization results extract ethanol, 15% water content, water soluble extract content of 40.4%
ethanol soluble extract content of 39.9%, ash content of 3.5%, acid insoluble ash content of 0.3%. While the
results of the identification of classes of chemical compounds, known kerehau leaf contains flavonoids,
tannins, saponins and terpenoids.

Keywords: Callicarpa Longifolia, Characterization, Phytochemical Screening.

PENDAHULUAN kerehau juga dipercaya sebagai obat sakit perut


Penduduk Kalimantan Timur terdiri dari atau obat diare [1].
beberapa suku salah satu diantaranya Suku Dayak Berdasarkan hasil penelitian Semiawan
Tunjung dengan adat yang masih sangat kental 2015, menyatakan bahwa ekstrak metanol daun
yang diturunkan secara turun-temurun dari kerehau dengan dosis 250 mg memiliki aktifitas
leluhur, termasuk dalam hal penggunaan antiinflamasi yang efektif. Data penelitian awal
tumbuhan obat dalam mengobati penyakit. tentang karakterisasi serbuk simplisia maupun
Salah satu tumbuhan obat yang biasa digunakan ekstrak simplisia belum pernah dilakukan.
oleh suku Dayak Tunjung adalah tumbuhan Karakterisasi berguna untuk mengetahui mutu
kerehau (Callicarpa longifolia Lamk). Kerehau dari suatu bahan simplisia, sehingga hasil tersebut
dimanfaatkan oleh suku Dayak Tunjung sebagai dapat dijadikan sebagai acuan untuk
pupur dingin untuk menghilangkan bekas jerawat pengembangan penelitian lanjutan.
pada wajah serta penghilang bengkak. Akar dari Dari uraian di atas, maka dilakukan
penelitian mengenai “Karakterisasi dan Skrining

89 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

Fitokimia Daun Kerehau (Callicarpa longifolia mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan
Lamk.)”. Karakterisasi pada penelitian ini kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut
meliputi uji makroskopik, uji mikroskopik, etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan
penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut kadar abu tidak larut asam dilakukan menurut
dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, prosedur [2].
penetapan kadar abu, penetapan kadar abu tidak Pemeriksaan Makroskopik
larut dalam asam, selanjutnya dilakukan skrining Uji makroskopik bertujuan untuk
fitokimia. menentukan ciri khas simplisia dengan
pengamatan secara langsung berdasarkan bentuk
METODOLOGI PENELITIAN simplisia dan ciri-ciri daun kerehau (Callicarpa
Alat longifolia) menurut literatur secara umum.
Alat yang diperlukan dalam penelitian Pemeriksaan Mikroskopik
iniadalah seperangkat alat maserasi, penangas, Simplisia yang diperiksa berupa serbuk
cover glass, objek gelas, gelas ukur, beaker gelas, daun kerehau dilakukan dengan cara meletakkan
erlenmeyer, corong, batang pengaduk, labu ukur, serbuk simplisia daun kerehau di atas objek gelas
tabung reaksi, mikroskop, timbangan analitik, yang ditetesi air dan kloral hidrat di atas lampu
krus porselin, cawan, sikat tabung, penjepit spiritus. Diamati di bawah mikroskop untuk
tabung,pipet tetes, rak tabung, spatel, kertas saring melihat fragmen pengenal dalam bentuk sel, isi sel
bebas abu, kertas label, lampu spiritus. atau jaringan tanaman serbuk simplisia daun
Bahan kerehau.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam Penetapan Kadar Air
penelitian ini, yaitu; Serbuk simplisia daun Di timbang 5 gram serbuk serbuk simplisia
kerehau, aquades, kloralhidrat, asam klorida 2N, didalam cawan dangkal berdasar rata yang telah
asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, besi(III) diketahui beratnya, kemudian dikeringkan dalam
klorida 1%, etanol 95%, etanol 70%, pereaksi oven pada suhu 105ºC selama 5 jam, kemudian
mayer, pereaksi bouchardat, pereaksi dragendrof, didinginkan dalam desikator dan ditimbang
serbuk magnesium, n-heksan, kloroform P. hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen
terhadap bahan yang dikeringkan diudara.
Prosedur Penelitian
Determinasi Tumbuhan ( )
= 100%
Determinasi tumbuhan kerehau dilakukan
di Laboratorium Anatomi dan Sistematika
Keterangan:
Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu
a : Berat cawan
Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman
b : Berat sampel
Samarinda.
c : Berat cawan + sampel [3]
Pembuatan Simplisia
Daun kerehau yang telah dikumpulkan,
dilakukan sortasi basah untuk memisahkan Penetapan kadar sari larut dalam air
Ditimbang 5 gram serbuk simplisia,
kotoran atau bahan asing lainnya dari bahan
dimaserasi dengan 100 ml kloroform P (2,5 ml
simplisia, kemudian dicuci di bawah air mengalir
kloroform dalam 1000 ml aquadest) selama 24
menggunakan air (PAM). Setelah dicuci langsung
jam menggunakan labu bersumbat sambil sekali-
ditiriskan agar sisa air cucian terbuang kemudian
kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian
dilakukan perajangan dengan lebar 1,5 cm agar
didiamkan selama 18 jam. Di saring cepat, 20 ml
proses pengeringan berlangsung lebih cepat dan
filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar
disebarkan di atas kertas koran sehingga air
rata (yang telah ditara) di atas penangas air hingga
terserap. Simplisia dikeringkan dengan cara
kering, sisa dipanaskan pada suhu 105ºC hingga
diangin-anginkan pada tempat yang terlindung
bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen terhadap
dari sinar matahari.Simplisia yang telah kering
bahan yang telah dikeringkan diudara.
dibuat serbuk untuk dilakukan penelitian dengan
100
cara menggunakan alat blender agar lebih = 100%
mempermudah penyerbukan, kemudian diayak 20
dengan pengayak mesh 60.
Keterangan :
Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia
a : Berat sari
Penetapan karakterisasi simplisia seperti
b : Berat simplisia
pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan

Kimia FMIPA Unmul 90


Supomo, dkk Karakterisasi dan Skrining
Farmakognosi Akfar

Penetapan kadar sari larut dalam etanol Pembuatan Ekstrak


Ditimbang 5 gram serbuk simplisia Sebanyak 600 g serbukkering daun kerehau
dimaserasi dengan 100 ml etanol 95% selama 24 dimaserasi di dalam wadah kaca berwarna gelap
jam menggunakan labu bersumbat sambil sekali- dengan pelarut etanol 70% 6000 ml sampai
sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian seluruh serbuk terendam, ditutup dan disimpan
didiamkan selama 18 jam. Disaring cepat untuk pada suhu kamar terlindung dari cahaya, sambil
menghindari penguapan etanol, 20 ml filtrat sering diaduk.Pengadukan menggunakan mesin
diuapkan dalam cawan berdasar rata (yang telah pengaduk sehingga mempersingkat waktu
ditara) di atas penangas air hingga kering, maserasi dan remaserasi sebanyak 2 kali.
dipanaskan sisa pada suhu 105ºC hingga bobot Kemudian disaring sehingga didapat maserat, lalu
tetap. Kadar dalam persen dihitung terhadap cairan kemudian diuapkan di atas penangas air
bahan yang telah dikeringkan diudara. sampai diperoleh ekstrak kental.
Skrining Fitokimia
100 Skrining fitokimia dilakukan terhadap
= 100%
20 simplisia dan ekstrak daun kerehau yang meliputi;
pemeriksaan senyawa kimia golongan alkaloid,
Keterangan : flavonoid, saponin, tanin dan steroid/terpenoid.
a : Berat sari Pemeriksaan Alkaloid
b : Berat simplisia Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia
ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air
Penetapan kadar abu suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
Sebanyak 2 gram serbuk simplisia yang menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang
telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan diperoleh dipakai untuk tes alkaloid. Diambil 3
dalam krus porselin yang telah dipijarkan dan tabung reaksi, lalu masing-masing dimasukkan
ditara, diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan 0,5 ml filtrat. Pada masing-masing tabung reaksi
hingga arang habis, pijaran dilakukan pada suhu ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer, bouchardat,
600ºC selama 3 jam kemudian didinginkan dan dan dragendorff. Alkaloid positif jika terjadi
ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar endapan atau kekeruhan.Bila sedikitnya 2 dari 3
abu dihitung terhadap bahan ynag dikeringkan di pereaksi di atas positif maka sampel mengandung
udara. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, alkaloid.
ditambahkan air panas, saring melalui kertas Pemeriksaan Flavonoid
saring bebas abu. Dipijarkan sisa kertas dan kertas Sebanyak 2 g serbuk simplisia ditambahkan
saring dalam krus yang sama. Dimasukkan filtrat 20 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan
ke dalam krus, diuapkan. Dipijarkan hingga bobot disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang
tetap, ditimbang dan dihitung. diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu
ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat
= 100% dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan

memisah. Dimasukkan 10 tetes filtrat daun
Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam kerehau dalam tabung reaksi, kemudian
asam ditambahkan 2 tetes asam klorida pekat,
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar ditambahkan serbuk magnesium, lalu
abu, didihkan dengan 25 ml asam klorida encer ditambahkan amil alkohol.Bila terbentuk warna
selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak kuning, orange atau merah pada lapisan amil
larut dalam asam , saring melalui krus kaca masir alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
atau kertas saring bebas abu yang telah diketahui Pemeriksaan Saponin
beratnya, lalu sisa dipanaskan, kemudian Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia
didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan
Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung 10 ml air panas, didinginkan dan kemudian
terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk
buih yang banyak selama tidak kurang dari 10
= 100%
menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm dan tidak
hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2
Keterangan : N menunjukkan adanya saponin.
a : Berat abu sisa pijar
b : Berat simplisia

91 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

Pemeriksaan Tanin Keterangan :


Sebanyak 1 g serbuk simplisia dididihkan a : Berat sari
selama 3 menit dalam 10 ml air suling lalu b : Berat simplisia
didinginkan dan disaring.Filtrat diencerkan
sampai hampir tidak berwarna, lalu ditambahkan Penetapan kadar sari larut dalam etanol
1-2 tetes pereaksi besi(III) klorida, jika terjadi Ditimbang 5 gram ekstrak etanol yang telah
warna biru kehitaman atau hijau kehitaman dikeringkan, dimaserasi dengan 100 ml etanol
menunjukkan adanya tanin. 95% selama 24 jam menggunakan labu bersumbat
Pemeriksaan Steroid/Terpenoid sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam
Sebanyak 1 g simplisia dimaserasi denga 20 pertama, kemudian didiamkan selama 18 jam.
ml n-heksan selama 2 jam, disaring, filtrat Disaring cepat untuk menghindari penguapan
diuapkan dan sisanya ditambahkan pereaksi asam etanol, 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan
asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Jika berdasar rata (yang telah ditara) di atas penangas
terbentuk warna ungu atau merah yang berubah air hingga kering, dipanaskan sisa pada suhu
menjadi biru ungu atau biru kehijauan 105ºC hingga bobot tetap. Kadar dalam persen
menunjukkan adanya triterpenoid/steroid bebas. dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
Pemeriksaan Karakterisasi Ekstrak Etanol diudara.
Pemeriksaan karakterisasi ekstrak etanol
meliputi : penetapan kadar air, penetapan kadar 100
= 100%
sari yang larut air, penetapan kadar sari larut 20
etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan
kadar abu tidak larut asam. Penetapan dilakukan Keterangan :
menurut metode Ditjen POM (2000). a : Berat sari
Penetapan kadar air b : Berat simplisia
Ditimbang 5 gram ekstrak etanol didalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah diketahui Penetapan kadar abu total
beratnya, kemudian dikeringkan dalam oven pada Sebanyak 2 gram ekstrak etanol yang telah
suhu 105ºC selama 5 jam, kemudian didinginkan digerus dan ditimbang seksama dimasukkan
dalam desikator dan ditimbang hingga bobot dalam krus porselin yang telah dipijarkan dan
tetap. Kadar dihitung dalam persen terhadap ditara, diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan
bahan yang dikeringkan diudara. hingga arang habis, pijaran dilakukan pada suhu
600ºC selama 3 jam kemudian didinginkan dan
( ) ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar
= 100%
abu dihitung terhadap bahan ynag dikeringkan di
udara. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan,
Keterangan: ditambahkan air panas, saring melalui kertas
a : Berat cawan saring bebas abu. Dipijarkan sisa kertas dan kertas
b : Berat sampel saring dalam krus yang sama. Dimasukkan filtrat
c : Berat cawan + sampel [3] ke dalam krus, diuapkan.Dipijarkan hingga bobot
tetap, ditimbang dan dihitung.
Penetapan kadar sari larut dalam air
Ditimbang 5 gram ekstrak etanol,

dimaserasi dengan 100 ml kloroform P (2,5 ml = 100%
kloroform dalam 1000 ml aquadest) selama 24
jam menggunakan labu bersumbat sambil sekali- Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian Abu yang diperoleh pada penetapan kadar
didiamkan selama 18 jam. Di saring cepat, 20 ml abu, didihkan dengan 25 ml asam klorida encer
filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak
rata (yang telah ditara) di atas penangas air hingga larut dalam asam , saring melalui krus kaca masir
kering, sisa dipanaskan pada suhu 105ºC hingga atau kertas saring bebas abu yang telah diketahui
bobot tetap.Kadar dihitung dalam persen terhadap beratnya, lalu sisa dipanaskan, kemudian
bahan yang telah dikeringkan diudara. didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung
100
= 100% terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
20

Kimia FMIPA Unmul 92


Supomo, dkk Karakterisasi dan Skrining
Farmakognosi Akfar

100% dengan air pada segala perbandingan, panas yang


=
diperlukan untuk pemekatan lebih rendah,
kapang dan kuman sulit tumbuh dalam
Keterangan : konsentrasi alkohol lebih dari 20% sehingga
a : Berat abu sisa pijar dapat mencegah tumbuhnya jamur pada ekstrak
b : Berat simplisia [6].
Sebanyak 600 g serbuk daun kerehau
HASIL DAN PEMBAHASAN dimaserasi dengan cairan penyari etanol 70%
Identifikasi Tumbuhan sebanyak 6 L dengan perbandingan 1:10,
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan diperoleh ekstrak sebanyak 130 g. Ekstrak ini
di Laboratorium Anatomi dan Sistematika digunakan dalam penetapan karakterisasi dan
Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu identifikasi golongan senyawa kimia.
Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman
Samarinda adalah tumbuhan kerehau dengan Hasil Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak
nama Calicarpa longifolia Lam, family Etanol Daun Kerehau
Lamiaceae. Hasil pemeriksaan makroskopik daun kerehau
Pengolahan Simplisia Hasil pemeriksaan makroskopik daun
Ekstraksi simplisia daun kerehau dilakukan kerehau berbentuk memanjang, berwarna hijau,
dengan metode maserasi.Daun diolah menjadi daun tunggal, susunan daun menyirip, pangkal
simplisia terlebih dahulu sebelum dilakukan daun meruncing, ujung daun meruncing, tepi daun
ekstraksi. Dari 2,3 kg daun basah kemudian bergerigi, susunan tulang daun menyirip, daging
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di daun tipis lunak, panjang daun 10,5-14 cm dan
tempat yang terlindung dari sinar matahari lebar daun 4-6 cm. Pengamatan pada serbuk
langsung. Pengeringan bertujuan agar simplisia simplisia daun kerehau diketahui bahwa serbuk
tidak mudah rusak dan untuk menghindari berwarna hijau pekat, tekstur serbuk halus lunak,
pembusukan, sehingga dapat disimpan dalam tidak berserat.
waktu yang lebih lama [4]. Simplisa yang kering Hasil pemeriksaan mikroskopik daun kerehau
dibuat serbuk menggunakan blender, kemudian Pengujian mikroskopik dimaksudkan untuk
serbuk diayak menggunakan ayakan mesh 60. mengetahui ciri anatomi dan fragmen pengenal
Pengayakan dengan mesh 60 bertujuan untuk daun, dengan cara mengamati serbuk simplisia di
memperoleh serbuk yang lebih halus dan bawah mikroskop. Penambahan klorahidrat
homogen, semakin kecil ukuran penyerbukan bertujuan untuk menghilangkan kandungan sel
simplisia semakin memperbesar luas permukaan seperti amilum dan protein sehingga sel-sel lain
simplisia dan menghomogenkan ukuran partikel dapat terlihat jelas di bawah mikroskop. Fiksasi
serbuk sehingga proses ekstraksi lebih efektif dan dilakukan agar kloralhidrat sedikit menguap
efesien [5]. Serbuk simplisia dengan luas karena pemanasan sehingga simplisia dapat
permukaan lebih besar pada umumnya penyarian menempel sempurna pada kaca objek. Selain
akan bertambah baik, karena permukaan serbuk kloralhidrat dilakukan juga pengamatan serbuk
simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari dalam air.
makin luas dan memecah dinding sel sehingga Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui
cairan penyari dapat masuk ke dalam sel dan bahwa daun kerehau memiliki fragmen pengenal
mengekstraksi lebih banyak kandungan kimia. seperti rambut penutup, rambut kelenjar, hablur
Dari proses pengeringan didapatkan simplisia kalsium oksalat, berkas pembuluh bentuk tangga,
kering 786 g. dan stomata tipe anisositik karena sel penutup
Pembuatan Ekstrak Daun Kerehau dengan dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tidak sama
Metode Maserasi besar.
Simplisia daun kerehau diekstraksi dengan Hasil pemeriksaan penetapan kadar air, kadar
metode maserasi, keuntungan proses maserasi sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar
adalah murah dan mudah dilakukan dengan alat- abu, kadar abu tidak larut asam simplisia dan
alat sederhana, cara penarikan zat aktif yang tidak ekstrak etanol daun kerehau
menggunakan pemanasan. Serbuk simplisia Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia
dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70%. dan ekstrak etanol daun kerehau diharapkan dapat
Penggunaan cairan penyari ini atas dasar sebagai acuan di dalam buku parameter simplisia
bahwa etanol lebih selektif, tidak beracun, dan ekstrak sehingga dapat memenuhi persyaratan
netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur sebagai bahan baku obat karena belum ada

93 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

tercantum dalam monografi terbitan resmi larut asam dilakukan untuk mengetahui kadar
Departemen Kesehatan. Hasil karakterisasi senyawa yang tidak larut asam, misalnya
simplisia dan ekstrak etanol daun kerehau dapat silika, logam-logam berat seperti Pb, Hg.
dilihat pada Tabel 1 berikut. Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia
dan Ekstrak Daun Kerehau
Tabel 1. Hasil Karakterisasi Serbuk Simplisia Skrining fitokimia terhadap simplisia
dan Ekstrak Daun Kerehau dan ekstrak dilakukan untuk mendapatkan
Kadar Kadar informasi golongan senyawa metabolit
Uraian
Simplisia Ekstrak sekunder yang terdapat didalamnya.Hasil
Kadar air 9,6% 15% pemeriksaan skrining fitokimia dapat dilihat
Kadar sari pada Tabel 2 dan 3.
larut dalam 17,7% 40,4%
air Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Serbuk
Kadar sari 39,9% Simplisia Daun Kerehau
larut dalam 11,3% Hasil
etanol Uji
(warna/end
Kadar abu 6% 3,5% Senyawa Pereaksi
apan)
Kadar abu Mayer ( - )Tidak
tidak larut 1% 0,3% ada endapan
asam Alkaloid Bouchardat ( - )Tidak
ada endapan
Hasil penetapan kadar air yang
Dragendrof ( - )Tidak
diperoleh pada simplisia lebih kecil dari 10%
ada endapan
yaitu 9,6%, memenuhi persyaratan yang
Serbuk Mg (+)
ditetapkan Materia Medika Indonesia IV
Flavonoid + HCl pekat Warnajingg
(MMI IV) [7], sedangkan pada ekstrak
+ Amil apada
diperoleh 15%. Menurut Voigt [8], ekstrak
alkohol lapisan amil
cair lebih dari 30%, ekstrak kental 5-30%,
alkohol
ekstrak kering kurang dari 5%. Kadar air yang
+ 1-2 tetes (+) Warna
besar dapat menyebabkan pertumbuhan
Tanin pereaksi hijau
mikroba karena air merupakan media
FeCl3 1% kehitaman
pertumbuhan mikroorganisme dan juga
Air panas, (+) Busa
sebagai media terjadinya reaksi enzimatis
Saponin dikocok + permanen
yang dapat menguraikan senyawa aktifnya.
HCl 2 N
Penetapan kadar sari larut air untuk
Asam asetat
mengetahui kadar senyawa kimia bersifat
Terpenoid anhidrat + (+) Hijau
polar yang terkandung di dalam simplisia dan
H2SO4 kebiruan
ekstrak, yang hasilnya diperoleh 17,7% pada
pekat
simplisia 40,4% ekstrak. Kadar sari larut
dalam etanol dilakukan untuk mengetahui Serbuk simplisia yang ditambah dengan
kadar senyawa larut dalam etanol, baik pereaksi Mayer, Bouchardat dan Dragendrof
senyawa polar maupun non polar diperoleh tidak menunjukan adanya endapan yang
hasil 11,3% pada simplisia 39,9% ekstrak. berarti simplisia tidak mengandung alkaloid.
Kandungan sari larut dalam air lebih tinggi Menurut Harborne [9], apabila pada saat
daripada kadar sari larut etanol, ini berarti penambahan pereaksi mayer terbentuk
senyawa kimia yang larut dalam air lebih endapan putih atau kuning, pereaksi
banyak dibandingkan larut etanol. Penetapan bouchardat terbentuk endapan coklat sampai
kadar abu dilakukan untuk mengetahui kadar hitam, pereaksi dragendrof terbentuk endapan
senyawa anorganik dalam simplisia dan jingga sampai merah coklat menandakan
ekstrak, misalnya logam K, Ca, Na, Pb, Hg, adanya alkaloid. Sedangkan pemeriksaan
silika, sedangkan penetapan kadar abu tidak
Kimia FMIPA Unmul 94
Supomo, dkk Karakterisasi dan Skrining
Farmakognosi Akfar

ekstrak etanol satu dari tiga pereaksi yaitu pekat dan amil alkohol pada simplisia dan
dragendrof membentuk endapan merah ekstrak memberikan warna jingga pada
coklat. lapisan amil alkohol menunjukkan adanya
flavonoid.Pereaksi FeCl3 1% memberikan
Table 3. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak warna hijau kehitaman menunjukkan adanya
Etanol Daun Kerehau senyawa tanin. Menurut Robinson [10],
Hasil senyawa tanin membentuk kompleks dengan
Uji
(warna/end larutan feriklorida (FeCl3) menghasilkan
Senyawa Pereaksi
apan) warna hitam biru sampai warna hijau yang
Mayer ( - )Tidak berarti adanya senyawa fenol. Skrining
ada endapan saponin yang dilakukan pada simplisia dan
Bouchardat ( - )Tidak ekstrak menghasilkan busa yang stabil dan
Alkaloid ada endapan tidak hilang dengan penambahan HCL 2 N.
Dragendrof ( + )endapan Sifat busa saponin disebabkan adanya struktur
merah amfifilik saponin mengakibatkan sifat fisika
coklat saponin sebagai surfaktan yang sifat ini sama
Serbuk Mg (+) seperti sabun dan deterjen, penambahan HCL
Flavonoid + HCl pekat Warnajingg 2 N mengakibatkan kestabilan busa semakin
+ Amil apada lama.
alkohol lapisan amil Pemeriksaan terpenoid simplisia dan
alkohol ekstrak membentuk warna hijau kebiruan
+ 1-2 tetes (+) Warna pada saat penambahan asam asetat anhidrat
Tanin pereaksi hijau dan asam sulfat pekat . Menurut Harborne [9],
FeCl3 1% kehitaman jika mengandung senyawa terpenoid apabila
Air panas, (+) Busa ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam
Saponin dikocok + permanen sulfat pekat akan terbentuk warna hijau atau
HCl 2 N hijau kebiruan. Berdasarkan hasil skrining
Asam asetat fitokimia yang dilakukan diketahui bahwa
Terpenoid anhidrat + (+) Hijau daun kerehau mengandung senyawa
H2SO4 kebiruan flafonoid, tanin, saponin dan terpenoid.
pekat
Keterangan : KESIMPULAN
1. Karakteristik simplisia daun kerehau,
+ : Mengandung senyawa kimia secara makroskopik merupakan daun
- : Tidak mengandung senyawakimia tunggal, susunan daun menyirip, bentuk
memanjang, pangkal meruncing, ujung
Serbuk simplisia yang ditambah dengan meruncing, tepi bergerigi, susunan tulang
pereaksi Mayer, Bouchardat dan Dragendrof daun menyirip, daging daun tipis lunak,
tidak menunjukan adanya endapan yang panjang 10,5-14 cm dan lebar daun 4-6
berarti simplisia tidak mengandung alkaloid. cm.Pengamatan mikroskopik serbuk
Menurut Harborne [9], apabila pada saat simplisia memiliki fragmen rambut
penambahan pereaksi mayer terbentuk penutup, berkas pembuluh bentuk tangga,
endapan putih atau kuning, pereaksi hablur kalsium oksalat, stomata tipe
bouchardat terbentuk endapan coklat sampai anisositik dan rambut kelenjar. Kadar air
hitam, pereaksi dragendrof terbentuk endapan 9,6%, kadar sari larut air 17,7%, kadar sari
jingga sampai merah coklat menandakan larut etanol 11,3%, kadar abu 6%, kadar
adanya alkaloid. Sedangkan pemeriksaan abu tidak larut asam 1%.
ekstrak etanol satu dari tiga pereaksi yaitu 2. Karakteristik ekstrak etanol daun kerehau
dragendrof membentuk endapan merah diketahui bahwa kadar air 15%, kadar sari
coklat. larut air 40,4%, kadar sari larut etanol
Penambahan serbuk Mg, asam klorida

95 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

39,9%, kadar abu 3,5%, kadar abu tidak [3] Andarwulan, Nuri., Feri Kusnandar dan
larut asam 0,3%. Dian Herawati, 2011. Analisa Pangan.
3. Golongan senyawa kimia metabolit Jakarta: PT. Dian Rakyat.
sekunder simplisia dan ekstrak daun [4] Departemen Kesehatan RI, 1985. Cara
kerehau mengandung senyawa flavonoid, Pembuatan Simplisia. Departemen
tanin, saponin dan terpenoid. Kesehatan RI: Jakarta.
[5] Departemen Kesehatan RI, 2000.
SARAN Parameter Standar Umum Ekstrak
1. Pada pengujian identifikasi senyawa kimia Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan
hendaknya menggunakan Kromatografi RI: Jakarta.
Lapis Tipis agar didapatkan hasil yang [6] Departemen Kesehatan RI, 1986. Sediaan
lebih baik. Galenik. Departemen Kesehatan RI:
2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan Jakarta.
dapat meneliti bioaktifitas daun kerehau. [7] Departemen Kesehatan RI, 1989. Materia
Medika Indonesia Jilid V.
DAFTAR PUSTAKA [8] Voigt, 1994.Buku Pelajaran Teknologi
[1] Setyowati, F. M, 2010.Etnofarmakologi Farmasi. Diterjemahkan oleh S.
dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Noerono, UGM Press: Yogyakarta.
Dayak Tunjung Kalimantan Timur. [9] Harborne, J. B, 1987. Metode Fitokimia
Media Litbang Kesehatan Volume XX Pennuntun Cara Modern Menganalisis
Nomer 3: Jakarta-Bogor. Tumbuhan. Penerbit ITB: Bandung.
[2] Departemen Kesehatan RI, 1995. [10] Robinson, T, 1995. Kandungan Organik
Farmakope Indonesia, ed, IV. Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB:
Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Bandung.

Kimia FMIPA Unmul 96

You might also like