You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/284923217

UJI TOKSISITAS PADA IKAN PARI JENIS (Manta birostris, Dasyatis kuhli dan
Himantura varnak)

Article · February 2014

CITATIONS READS

0 1,355

3 authors:

Muhammad Zainuddin Lubis Sri Pujiyati


Politeknik Negeri Batam Bogor Agricultural University
152 PUBLICATIONS   247 CITATIONS    71 PUBLICATIONS   109 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Pratiwi Dwi Wulandari


Bogor Agricultural University
46 PUBLICATIONS   67 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

IMPACT OF ERP SAP ON BUSINESS PROCESSES AND IN DECISION MAKING: AN EXPLORATORY CASE STUDY BASED ON AN EINGINEERING, PROCUREMENT &
CONSTRUCTION (EPC) COMPANY OF PAKISTAN View project

Detection and Quantification of Acoustic Backscatter of Underwater Target Using Scientific Echo Sounder View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Zainuddin Lubis on 29 November 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


UJI TOKSISITAS PADA IKAN PARI JENIS (Manta birostris,
Dasyatis kuhli dan Himantura varnak), SEBAGAI SISTEM
PERTAHANAN DIRI
Muhammad Zainuddin Lubis1 , Sri Pujiyati2 , Pratiwi Dwi Wulandari1

ABSTRAK

Pari merupakan ikan air laut yang beracun dan memiliki tubuh yang pipih.
Racun pari dikeluarkan melalui saluran yang ada pada ekornya dan tersusun dari
enzim 5-nucleotidase phospodiesterase dan serotonin. Serotonin menyebabkan
luka parah pada otot polos. Kadar racun dari hati ikan pari dapat diketahui dengan
melakukan uji LC50 dari ekstrak hati ikan pari menggunakan metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Berdasarkan hasil penelitian, spesies Manta birotris
memiliki nilai LC50 sebesar 52.53µg/ml sehingga termasuk dalam kategori toksik.
Himantura varnak memilik inilai LC50 sebesar 15.1216 µg/ml sehingga termasuk
kategori sangat toksik sedangkan spesies Dasyatis kuhlii memiliki nilai LC50
sebesar 161.6 µg/ml sehingga termasuk kategori toksik.
Kata kunci: Dasyatis kuhlii, Himantura varnak, LC50, Manta birostris, toksik,

ABSTRACT
Pari is a saltwater fish that are poisonous and have a flattened body.
Stingray venom excreted through the existing channels on its tail and is composed
of the enzyme 5-nucleotidase phospodiesterase and serotonin. Serotonin causes
serious harm to the smooth muscle. Liver toxicity of stingrays can be determined
by test-LC50 from stingray liver extract using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Based on this research, species birotris Manta has LC50 values of 52.53μg/ml
thus included in the toxic category. Himantura varnak pick inilai LC50 of 15.1216
ug / ml so that the category of highly toxic while Dasyatis species kuhlii had LC50
values of 161.6 ug / ml so toxic category.

Keywords: Dasyatis kuhlii, Himantura varnak, LC50, Manta birostris

1
1. Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB
2. Dosen Ilmu dan Kelautan IPB
PENDAHULUAN
Ikan pari jenis Manta birostris, Dasyatis kuhlii dan Himantura varnak
merupakan jenis pari yang dominan ditemukan di Laut Jawa (Fahmi et al, 2008).
Ikan Pari termasuk kelompok elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang
rawan dan juga kelompok cartilaginous (Last et al, 1994). Secara umum, ikan
pari memiliki tubuh pipih dan duri beracun pada ekornya. Biasanya, ikan ini
berada di dasar laut yang berpasir. Racun yang ditimbulkan ikan pari memang
tidak separah lepu, tetapi cukup menyakitkan. Selain sakit karena tusukannya,
orang yang terkena tusukan ekor pari juga bisa terkena racunnya. Racun paling
berbahaya dari ekor pari ini bisa menyebabkan luka pada otot. Hampir 100 jenis
pari dapat menyebabkan sengatan yang menyakitkan dengan duri beracun yang
terletak pada sepertiga dari pangkal ekor mereka yang panjang seperti cambuk.
Selain kelenjar racun, organ lain penghasil racun adalah hati. Kadar racun
yang terdapat pada organ dalam ikan berbeda-beda, tergantung kepada jenis ikan
dan organnya. Namun demikian, ovari dan hati merupakan organ-organ yang
sangat berbahaya. Racun ikan pari tidak berakibat fatal namun sangat
menyakitkan. Racun ini tersusun dari enzim 5-nucleotidase phospodiesterase dan
serotonin. Serotonin menyebabkan luka parah pada otot polos. Komponen inilah
yang mengakibatkan racun ikan pari sangat menyakitkan. Enzimnya
mengakibatkan kematian pada sel dan jaringan (Gusson et al, 2006).
Sebagian besar pari senang berada di perairan dangkal. Itulah sebabnya
banyak pari yang sering terinjak orang saat sedang mengubur diri di pasir. Luka
kecil yang disebabkan oleh pari kerap terjadi, tetapi tidak menyebabkan kematian.
Selama 10 tahun terakhir, hanya ada 17 kematian yang disebabkan pari dilaporkan
dari seluruh dunia. Dengan demikian, dibutuhkan informasi mengenai jenis ikan
pari yang lebih berbahaya, terutama di wilayah Kepulauan Seribu. Untuk
mengetahui hal tersebut, maka perlu dilakukan uji toksisitas pada ikan pari yang
sering ditemui di Kepulauan Seribu, Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat toksisitas ikan pari jenis
Manta birostris, Dasyatis kuhlii, dan Himantura varnak.

2
1. Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB
2. Dosen Ilmu dan Kelautan IPB
METODOLOGI
Metode pengukuran tingkat racun ikan pari dilakukan dengan
menggunakan metode LC50. Uji toksisitas ini dilakukan dengan mengadopsi
metode uji toksisitas dengan menggunakan larva Artemia salina (Meyer, 1982).
Adapun penetasan artemia dilakukan dengan cara meletakkan bibit artemia pada
media air laut yang sudah steril, kemudian diberi aerasi dan dibiarkan 18 jam
sampai menetas. Tanda bahwa artemia sudah menetas adalah cangkang yang
terpisah dengan artemia dan terlihat artemia bergerak dalam media.
Langkah awal dalam penelitian ini adalah pembedahan organ pari untuk
mengambil hati masing-masing pari untuk dilakukan proses ekstraksi. Proses
ekstraksi terdiri dari tahap pengahncuran, maserasi, filtrasi, dan evaporasi. Proses
penghancuran hati pari dilakukan dengan menambahkan 20 ml methanol. Hasil
penghancuran hati pari lalu dimaserasi selama 24 jam. Selanjutnya larutan
difiltrasi dengan menggunakan kertas saring. Proses evaporasi dilakukan dengan
menggunakan rotary evaporator sehingga didapatkan rendemen hasil ekstraksi.
Hasil evaporasi dilarutkan dengan air laut steril hingga diperoleh
konsentrasi 1000ppm, 500ppm, 100ppm, dan 10ppm. Hasil pengencerean inilah
yang kemudian diteteskan ke dalam tabung reaksi berisi larva A. salina yang
masing-masing berjumlah 10 ekor. Hasil dari reaksi tetesan racun pari terhadap
artemia diamati 24 jam kemudian dengan menghitung jumlah artemia yang mati
dalam setiap tabung. Data hasil uji coba kemudian digunakan untuk menghitung
LC50. Perhitungan LC50 dilakukan dengan menggunakan analisis regresi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji toksisitas Pada PKM-AI ini merupakan uji hayati yang berguna untuk
menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan
juga untuk pemantauan rutin suatu limbah Metode LC50 merupakan salah satu
metode untuk mengetahui kadar toksik dari suatu zat melalui analisa konsentrasi
zat tersebut dalam mematikan 50% populasi uji. Populasi uji yang digunakan
dalam metode tersebut adalah larva udang jenis Artemia salina yang merupakan

3
1. Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB
2. Dosen Ilmu dan Kelautan IPB
kelompok udang-udangan dari phylum Atrhtopoda, mereka berkerabat dekat
dengan zoopolankton lain seperti copepoda dan daphnia. A. salina hidup di
danau-danau garam (berair asin) yang ada di seluruh dunia (Pisutthanan et al,
2004).
Spesies Artemia salina L. dipilih untuk dilakukan uji LC50 karena spesies
ini diangggap lebih efektif dan sederhana. Hal ini disebabkan oleh kemudahan
dalam menetaskan telur menjadi larva, pertumbuhan yang cepat dari larva serta
mudah dalam mempertahankan populasi dalam kondisi akuarium. Suatu bahan
dikatakan sangat toksik jika nilai LC50 nya <30 µg/ml, toksik jika 30 – 100 µg/ml,
dan tidak toksik jika nilai LC50 nya >1000 µg/ml (Meyer et al. 1982).
Sepuluh larva A. salina yang telah dilakukan uji toksisitas pada
konsentrasi 10 ppm, 100 ppm dan 500 ppm ekstrak methanol organ hati Manta
birostris, Dasyatis kuhlii dan Himantura varnak ternyata memiliki tingkat
mortalitas yang berbeda-beda. Melalui persamaan dari grafik regresi yang
terbentuk, diperoleh nilai toksisitas LC50 (Tabel 1).

Tabel 1. Nilai toksisitas ekstrak organ hati ikan pari terhadap hewan uji Artemia
salina L.

Ekstrakmetanol Konsentrasi Log Persen Probit LC50


(ppm) Konsentrasi Mortalitas(%) (µg/ml)
Manta birostris 10 1 30 4.48 52.553
100 2 60 5.25
500 2.7 80 5.48
Dasyatiskuhlii 10 1 40 4.75 15.1216
100 2 90 6.28
500 2.7 100 8.09
Himanturavarnak 10 1 20 4.16 161.1
100 2 30 4.48
500 2.7 80 5.84

4
1. Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB
2. Dosen Ilmu dan Kelautan IPB
Dari tabel diatas didapatkan nilai kematian dari sepuluh Artemia sp. pada
setiap konsentrasi ekstrak methanol organ hati tiga spesies ikan pari cukup
bervariasi. Hal inilah yang membedakan nilai LC50 pada uji toksisitas hati ikan
pari.
Hubungan antara indeks probit dengan log konsentrasi ekstrak hati ikan
pari pada masing-masing jenis ditampilkan pada Gambar 1. Persamaan yang
terbentuk dari hubungan log konsentrasi dengan mortalitas probit pada spesies
Dasyatis kuhlii adalah y= 0.68x + 3.83 dimana R2 = 0.9942. Nilai y merupakan
nilai probit sedangkan nilai x adalah nilai log konsentrasi. Persamaan untuk
spesies Himantura varnak adalah y= 1.67x + 3.0333 dimana R2 = 0.9977.
Persamaan untuk spesies Manta birostris adalah y= 0.84x + 3.1467 dimana R2 =
0.8867. Berdasarkan ketiga persamaan di atas didapatkn nilai R yang mendekati 1,
artinya konsentrasi ketiga ekstrak tersebut dengan nilai mortalitas A. salina
memiliki hubungan yang erat, dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang
diberikan semakin besar pula jumlah A. salina yang mati.

(a) (b)

(c)
5
1. Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB
2. Dosen Ilmu dan Kelautan IPB
Grafik 2. Grafik regresi hubungan log konsentrasi dan mortalitas A. salina dalam
nilai probit dar (a) ekstrak methanol Dasyatis kuhlii; (b) ekstrak
methanol Himantura varnak; (c) ektrak methanol Manta birostris
Berdasarkan grafik yang terbentuk dari hubungan antara nilai probit dan
log konsentrasi, didapatkan analisa bahwa peningkatan log konsentrasi dari
ekstrak metanol organ hati Dasyatis kuhlii akan meningkatkan kematian individu
dari populasi Artemia sp. Sedangkan analisis nilai probit dari ekstrak metanol
organ hati ikan pari Himantura varnak didapatkan nilai LC50 sebesar 161.1
(µg/ml) dengan regresi linier y= 1.67x + 3.0333 dimana R2 = 0.9977. Grafik yang
terbentuk cukup sama dengan hasil Dasyatis kuhlii, yaitu peningkatan log
konsentrasi dari ekstrak metanol organ hati Himantura varnak akan meningkatkan
pula kematian individu dari populasi Artemia salina . Untuk analisis nilai probit
dari ekstrak metanol organ hati ikan pari spesies Himantura varnak didapatkan
nilai LC50 sebesar 52.553 (µg/ml) dengan regresi linier y= 0.84x + 3.1467
dimana R2 = 0.8867. Grafik yang terbentuk pun terbilang sama dengan hasil
Dasyatis kuhlii dan Himantura varnak yaitu peningkatan log konsentrasi dari
ekstrak metanol organ hati Dasyatis kuhlii akan meningkatkan pula kematian
individu dari populasi Artemia sp.
Dari data yang didapatkan melalui ekstrak methanol organ pari dari ketiga
spesies terhadap mortalitas populasi Artemia sp. memiliki pengaruh yang sama,
yaitu semakin tinggi konsentrasi ekstrak akan meningkatkan mortalitas dari
populasi Artemia sp tersebut. Namun organ hati ikan pari jenis Dasyatis kuhlii
memiliki kadar toksik yang tertinggi dibandingkan dua jenis ikan pari lainnya.
Ekstrak hati Dasyatis kuhliimemiliki nilai LC50 hanya sebesar
15.1216(µg/ml) untuk dapat mematikan 50% populasi dari Artemia sp yang
merupakan objek uji. Ekstrak organ hati yang memiliki kadar toksik tertinggi
kedua adalah jenis Dasyatis kuhliiyaitu dengan nilai LC50 sebesar 52.553
(µg/ml). Sedangkan kadar toksik terendah didapatkan dari ekstrak organ hati ikan
pari jenis Himanturavarnakdengan nilai LC50 sebesar 161.1 (µg/ml).
Potensi toksisitas akut ekstrak methanol organ hati pada ikan pari diduga
berkaitan dengan kandungan serotonin yang dimilikinya (Gusson et al, 2006).
Racun ikan pari tidak berakibat fatal namun sangat menyakitkan. Racun ini

6
1. Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB
2. Dosen Ilmu dan Kelautan IPB
tersusun darienzim 5-nucleotidase phospodiesterase dan serotonin. Serotonin
menyebabkan luka parah pada otot polos. Komponen inilah yang mengakibatkan
racun ikan pari sangat menyakitkan. Enzimnya mengakibatkan kematian pada sel
dan jaringan berbeda.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada PKM-AI, nilai LC50 berbeda-beda pada
tiap spesies. Manta birotris memiliki nilai LC50 52.53 µg/ml sehingga termasuk
dalam kategori toksik, Himantura varnak memiliki nilai LC50 sebesar 15.1216
µg/ml sehingga termasuk kategori sangat toksik sedangkan spesies Dasyatis kuhlii
memiliki nilai LC50 sebesar 161.6 µg/ml sehingga termasuk kategori toksik.

SARAN
Di harapkan penelitian tentang uji toksisitas mengunakanspesies yang
lebih beragam . Dengan hal seperti ini maka output / keluaran dari PKM-AI ini
dapat trcapai yaitu sebagai pertahanan diri.

DAFTAR PUSTAKA

Gusson. Leon, M.D. 2006. Stingray's Poisonous Spine is Sharp, Rigid, and Nasty.
[Internet]. [Diunduh pada 10 November 2012]. Terdapat pada:
http://journals.lww.com/em-news /Fulltext/2006/11000/
Stingray_s_Poisonous_Spine_is_Sharp,_Rigid,_and.11.aspx
Fahmi. Mohammad A. Dharmadi. 2008. Kontribusi Ikan Pari (Elasmobranchii)
pada Perikanan Cantrang di Laut Jawa. J Lit Perikan. Vol 14 No 3 hlm 295-
301
Last, P.R. dan J.D. Stevens. 1994. Sharks and Rays of Australia. Australia :
CSIRO
Meyer BN, Ferigni NR, Patnam JE, Jacobsen LB, Nicholas DE. 1982. Brine
shrimp: a convenient general bioassay for active plant constituents.
Plantamedica 45(3). 314-319

7
1. Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB
2. Dosen Ilmu dan Kelautan IPB
Pisutthanan, S. Pinyupa P, Nisit, Siriluk R, Onrudee M . 2004. Brine Shrimp
Lethality Activity of Thai Medicinal Plants in the Family Meliaceae.
Naresuan University Journal.12(2): 13-18

8
1. Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB
2. Dosen Ilmu dan Kelautan IPB

View publication stats

You might also like