You are on page 1of 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama TUHAN yang Maha kuasa, Kami puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “asuhan keperawatan meningitis “.Makalah ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat untuk kita dan dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Penulis

Kelompok 3

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses peradangan dapat mengenai selaput otak (meningitis), jaringan otak
(ensefalitis),dan medulla spinalis (mielitis), walaupun yang paling sering terjadi adalah
meningitis. Selaput otak terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu durameter,
araknoid, piameter. Durameter adalahmembrane putih tebal yang kasar, dan menutupi
seluruh otak dan medulla spinalis. Araknoid merupakan membranelembut yang bersatu
di tempatnya denga piameter, diantaranya terdapat ruang subaraknoid di mana terdapat
arteridan vena serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Piameter merupakan
membrane halus yang kaya akan pemburu darah kecil yang mensuplai darah ke otak
dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan yanglangsung melekat dengan
permukaan otak dan seluruh medulla spinalis. Menganitis atau radang selaput otak
memerlukan pengobatan dini dan penanganan segera untuk meghindari kecacatan dan
mencegah kematian. Hal ini penting mengingat 90% kasus terjadi pada anak-anak
berusia 1 bulan hingga 6 bulan. Bayi berusia 6-12 bulan merupakan resiko terbesar
(Brunner 7 Suddart, 1987).
Meningitis adalah suatu peradangan araknoid dan piamater (lepto meningens)
dari medulla spinalis. Bakteri dan virus merupakan penyebab yang paling umum dari
meningitis, meskipun jamur-jamurdapat juga menyebabkan. Meningitis bakteri yang
sering terjadi. Deteksi awal dan pengobatan akan lebih memberikan hasil yang lebih baik
(widagdo Wahyu, dkk, 2008). Gejala meningitis tersebut diebaban dari infeksi dan
peningkatan TIK, serta organisme yang menyerang biasanya diidentifikasi melalui
pemerikasan kultur cairan serebrospinal dan darah. Meningitis adalah peradangan pada
selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal colum yang menyebabkan proses
infeksi pada sistem saraf pusat.
Meningitis dapat dibedakan oleh berbagai organisme yang bervariasi, tetapi ada
tiga tipeutama yaitu :
1. Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutamamengikoku,
pneumokokus, dan basil influenza.
2. Tuberculosis, yang disebabkan oleh basil tuberkel(M.Tuber culosa)
3. Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengkajian pada pasien dengan gangguan meningitis ?
2. Apakah diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis ?
3. Bagaimana perencanaan pada pasien dengan ganggun meningitis ?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses pengkajian pada pasien dengan gangguan meningitis
2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis
3. Mengimplentasi perencanaan pada pasien dengan gangguan meningitis

D. Manfaat
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis
yang meliputi pengkajian diagnose keperawatan, dan perencanaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI MENINGITIS
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer,
2001). Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok,
Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996). Meningitis adalah
peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan
medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996). Meningitis purulenta
adalah radang bernanah araknoid dan piamater yang meliputi otak dan medulla spinalis.
Penyebab antara lain : Diplococcus Pneutnaniae (neunokok), Neisseria Meningitidis
(meningokok) (Mansjoer, 2000). Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada
lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering
disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa
juga terjadi. (Donna D.,1999).

B. ETIOLOGI
1. Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumonia (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenza, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia,
pseudomonas aeruginosa.
2. Penyebab lainnya lues, virus Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
3. Faktor predisposisi: jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan perempuan.
4. Faktor maternal: rupture membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
5. Faktor imunologi: defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan
sistem persarafan.

C. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan daerah medulla spinalis bagian atas.
Faktor-faktor predisposisi mencakup infeksi jalan napas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru,
trauma kepala, dan pengaruh immunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring
posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran
vena-vena meningen, semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan
bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme
akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi. Eksudat perulen dapat menyebar
sampai dasar otak dan medulla spinalis. Radangn juga menyebar ke dinding membrane
ventriel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intracranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan
otak (barrier otak), edema serebral dan peningkatan TIK Pada infeksi akut pasien
meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien
ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya
hemoragi (pada sindrom Waterhouse-friderichsen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering).
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
karena adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi
maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat dan
edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital
(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai
bahan kolaborasi dengan tim medis.
Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian
antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi
antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah
tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB,
atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3
x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume
cairan intravena.

F. PERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisis CSS dan fungsi lumbal:
a. Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positif terhadap beberapa
bakteri.
b. Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur
virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat (meningitis)
3. LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
4. Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neurotrofil (infeksi bakteri)
5. Elektrolit darah: abnormal
6. Kultur darah /hidung/ tenggorokan/ urine: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi
atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
7. MRI/ CT scan: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak
ventrikel, hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
8. Rontgen dada/ kepala/ sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi intrakranial.
BAB III
ASKEP MENINGITIS

1. PENGKAJIAN
a) Biodata Klien
b) Riwayat kesehatan yang lalu
1. Apakah pernah menderita penyakit ISPA dan TBC
2. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala
3. Pernahkah operasi daerah kepala
c) Pola kebiasaan sehari hari
1. Aktivitas
Gejala: perasaan tidak enak (malaise) tanda ataksia, kelumpuhan, gerakan infolunter
2. Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat kardio patologi: endocarditis dan PJK.
Tanda: tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, takikardi,
disritmia
3. Eliminasi
Tanda: inkontinensi dan retensi
4. Makanan atau cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, sulit menelan
Tanda: anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membrane mukosa kering
5. Hygiene
Tanda: ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri
6. Pola hubungan dan peran
Biasanya interaksi pada keluarga atau orang lain akan berkurang , karena kesadaran
klien mulai menurun dari apatis sampai koma.
7. Pola penanggulangan stress
Akan cenderung mngeluh dengan keadaan dirinya ( stress).
d) Pemeriksaan Fisik
Tanda tanda vital
1) Peningkatan suhu lebih normal, yaitu 38-41 derajat C, dimulai dari fase sistemik,
kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat.
Keadaan tersebut dihubungkandengan proses inflamasidan iritasi meningen yang
sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh.
2) Penurunan denyut nadi, berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
3) Peningkatan frekuensi pernafasan, berhubungan dengan laju metabolism umum dan
adanya infeksi pada sistem pernafasan sebelum terjadi meningitis.
1. B1 (Breathing)
 Inspeksi adanya batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu
pernafasanyang disertai adanya gangguan pada sistem pernafasan.
 Palpasi thoraks apabila terdapat deformitas tulang dada.
 Auskultasi adanya bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan
meningitis tuberkolosa dengan penyebaran primer dari paru.
2. B2 (Blood)
Pengkajian ada sistem kardiovaskuler dilakukan pada klien meningitis tahap
lanjut apabila telah mengalami renjatan (syok), pada klien meningitis meningokokus
terjadi infeksi fulminating dengan tanda tanda septicaemia:demam tinggi yang tiba
tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok, dan
tanda tanda koagulasiintravaskuler diseminata
3. B3 (Brain)
a) Pemeriksaan focus dan lebih lengkap disbanding pengkajian pada sistem lain
b) Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis berkisar antara letargi, stupor
dan semikomatosa
c) Fungsi serebri
Status mental :observasi penampilan dan tingkah laku, nilai gaya bicara dan
observasi ekspresi wajah dan aktivitas motoric, pada klien meningitis tahap lanjut
biasanya status mental mengalami perubahan
d) Pemeriksaan saraf kranial
1. Saraf I, pada klien meningitis tidak ada kelainan
2. Saraf II, pemeriksaan ketajaman penglihatan pada kondisi normal dan
pemeriksaan papilledema pada meningitis supuratif yang disertai abses serebri
dan efusi subdural yang menyebabkan peningkatan TIK
3. Saraf III, IV dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil tanpa kelainan pada klien
meningitis tanpa penurunan kesadaran
4. Saraf V, tidak didapatkan paralisis otot wajah dan reflek kornea tidak ada kelainan
5. Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
6. Saraf VIII, tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi
7. Saraf IX, dan X, kemampuan menelan baik
8. Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
e) Sistem Motorik
Kekuatan otot menurun, pada meningitis tahap lanjut kontrol keseimbangan dan
koordinasi mengalami perubahan.
f) Pemeriksaan reflex
Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamntum, atau
periosteum derajat reflex pada respon normal. Reflex patologis terjadi pada klien
dengan tingkat kesadaran koma
g) Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan saraf, dan dystonia. Pada keadaan
tertentu biasanya mengalami kejang umum terutama pada anak dengan meningitis
yang disertai peningkatan suhu tubuh
h) Sistem sensorik
Pemeriksaan terkait peningkatan TIK, tanda tanda peningkatan TIK sekunder
akibat eksudat purulent dan edema serebri diantaranya perubahan TIK (melebarnya
tekanan pulse dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan
penurunan tingkat kesadaran. Adanya ruam merupakan ciri menyolok adanya
meningitis meningokokal (Neisseria meningitis)
4. B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan didapatkan berkurangnya volume
keluaran urine. Hal tersebut berhubungan dengan penurunan curah jantung ke ginjal
5. B5 (Bowl)
Mual hingga muntah karena peningkatan produksi asam lambung. Pada klien
meningitis pemenuhan nutrisi menurun karena anoreksia dan adanya kejang
6. B6 (Bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi sendi besar (lutut dan pergelangan
kaki), petekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada kasus berat klien
dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstremitas. Klein sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik sehingga mengganggu
aktivitas sehari hari.
2. DIAGNOSA
1. Hipertermi
2. Nyeri akut
3. Hambatan mobilitas fisik
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

3. INTERVENSI
NO Diagnosa NOC NIC RASIONAL
Keperawata
n
Hipertermi Setelah diberikan Setelah diberikan 1. Untuk
tindakan asuhan tindakan asuhan mengetahui
keperawatan keperawatan keadaan umum
selama 3x24 jam, selama 3x24 jam, pasien dan efek
masalah masalah keperawatan dari peningkatan
keperawatan hipertermi teratasi suhu adalah
hipertermi teratasi dengan kriteria perubahan nadi,
dengan kriteria hasil: pernafasan dan
hasil: 1. Suhu normal 36,5- tekanan darah.
1. Suhu normal 37,5oC 2. Lipatan paha
36,5-37,5oC 2. Kulit pasien dan aksila dilintasi
2. Kulit pasien terlihat lembab dan pembuluh darah
terlihat lembab dan turgor kulit kembali besar sehingga
turgor kulit kembali normal (normal < 2 mengompres pada
normal (normal < 2 detik). daerah tersebut
detik). 3. TTV dalam batas lebih efektif untuk
3. TTV dalam batas normal (TD: 120/80 menurunkan
normal (TD: 120/80 mmHg, S: 36,5-37°C, demam atau untuk
mmHg, S: 36,5-37°C, N: 60-100x/menit, proses evaporasi.
N: 60-100x/menit, RR: 16-20x/menit). 3. Mengetahui
RR: 16-20x/menit). perkembangan
suhu pasien.
4. Mencegah
terjadinya risiko

Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri. 1. Mengetahui


asuhan keperawatan 3 2. Observasi nyeri. tingkat keparaan
x 24 jam masalah 3. Monitor TTV. nyeri melalui
nyeri akut/kronis 4. Anjurkan PQRST.
teratasi dengan istirahat yang cukup. 2. Mempertahank
kriteria hasil: 5. Kolaborasi an skala nyeri tidak
4. TTV dalam dalam pemberian mengalami
batas normal (TD: analgesik sesuai keparahan.
120/80mmHg, RR: indikasi. 3. Perubahan
12-20x/menit, N: 60- pada pernapasan
100x/menit, S: 36- (>20x/menit
37,5 derajat Celcius) mempunyai resiko
5. Skala nyeri 0 ketidakefektifan
(dari 1-10). pola napas.
6. Wajah tidak Perubahan pada
meringis kesakitan. nadi (>100x/menit)
mempunyai resiko
penurunan curah
jantung.
4. Istirahat yang
cukup dapat
menenangkandiri
terhadap nyeri.
5. Membantu
mengurangi rasa
nyeri.

Hambatan Setelah diberikan 1. Kaji kemampuan 1. Hemiparise


mobilitas tindakan asuhan mobilisasi. mungkin dapat
fisik keperawatan selama 2. Alih posisi pasien tejadi.
3x24 jam, masalah setiap 2 jam. 2. Menghindari
keperawatan 3. Lakukan ROM kerusakan kulit
hambatan mobilitas pasif. 3. Menghindari
fisik teratasi dengan 4. Konsul pada ahli kontraktur dan
Kriteria Hasil : fisioterapi jika atrofi.
1. Pasien dapat diperlakukan 4. Perencanaan
mempertahankan yang penting lebih
mobilisasinya secara lanjut
optimal.
2. Integritas kulit
utuh
3. Tidak terjadi
kontraktur
Resiko Setelah diberikan 1. Kaji respon 1. Informasi yang
ketidakefektif tindakan asuhan terhadap perabaan didapat melalui
an perfusi keperawatan selama atau sentuhan, panas pengkajian penting
jaringan 3x24 jam, masalah atau dingin, tajam untuk mengetahui
serebral keperawatan atau tumpul dan catat tingkat kegawatan
ketidakefektifan perubahan yang dan kerusakan otak
perfusi jaringan terjadi. 2. Membantu
cerebral teratasi. 2. Kaji persepsi untuk memberikan
Kriteria Hasil : pasien dan intervensi
1. Tingkat kemampuan orientasi selanjutnya
kesadaran normal terhadap orang, 3. Untuk
(GCS E4 M6 V5) tempat dan waktu. merangsang
2. Pasien 3. Berikan stimulus, kembali
kooperatif dalam seperti menagajak kemampuan
pelaksanaan prosedur bicara dan berikan persepsi
tindakan sentuhan 4. Untuk menjaga
4. Berikan keselamatan dan
keamanan pasien pada mencegah
sisi tempat tidur terjadinya resiko
injury.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak
dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ organ jamur.
Bakteri ; mycobacterium tuberculosa, diplococus, pneumonia (peneumokok),
neisseria meningitis (meningokok), streptococcus haemolyticuss, stapilococus aureus,
haemophilus influenza.

B. Saran
Melalui makalah ini, kami selaku penyusun makalah ini berharap agar
pembaca senantiasa memperdulikan akan kesehatannya sendiri, lingkungan dan
sekitarnya juga kebiasaan hidupnya agar terhindar dari penyakit Meningitis.
DAFTAR PUSTAKA

Harsono. 2009. Neurologi. Yogyakarta: University Press.


Nanda International. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Smeltzer&bare, 2002. Keperawatan Medical Bedah ( Brunner& Suddarth). Jakarta: EGC.
Wahyu, Toto. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: TIM.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.
CONTOH SURAT

type to search
HOME › SURAT PEMBERITAHUAN
Contoh Surat Pemberitahuan Kegiatan Resmi
1 Comment
Contoh Surat Pemberitahuan Kegiatan Resmi ~ Selamat pagi sahabat setia
Contohsurat123.com. Bagaimana kabar Anda semua? semoga dalam keadaan
sehat dan tidak kekurangan suatu apapun. Seperti biasanya, pagi ini saya akan
kembali membagikan contoh surat pemberitahuan seperti yang telah saya
bagikan beberapa waktu yang lalu yaitu contoh surat teguran yang juga
termasuk dalam kategori surat pemberitahuan. Namun pada kesempatan ini
saya akan bagikan contoh surat pemberitahuan kegiatan resmi. Untuk itu mari
kita simak ulasan berikut ini terlebih dahulu sebelum saya bagikan contohnya
kepada Anda.

Surat pemberitahuan kegiatan resmi adalah sebuah surat yang isinya berupa
pemberitahuan kepada beberapa pihak tertentu berkenaan dengan suatu acara/
aktifitas / kegiatan yang membutuhkan izin ataupun tidak membutuhkan izin.
Surat ini biasanya dibuat untuk melancarkan berjalannya sebuah kegiatan.
Contoh dari surat ini dapat berupa seperti contoh surat pemberitahuan
kegiatan sekolah / kampus atau contoh surat pemberitahuan kegiatan
pemerintah kepada seluruh warga masyarakat.

Cara Membuat Surat Pemberitahuan Kegiatan

Surat pemberitahuan kegiatan ini termasuk dalam surat resmi, sehingga dalam
penulisannya harus menggunakan bahasa yang formal / baku sesuai dengan
tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Ada beberapa informasi penting yang harus dimuat dalam surat ini, yaitu:

Baca Juga
Contoh Surat Pemberitahuan Kegiatan Resmi
Contoh Surat Teguran Karyawan
Contoh Surat Pemberitahuan Pengiriman Barang
1. Identitas penyelenggara kegiatan
2. Nama dan jenis kegiatan
3. Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan

Berkenaan dengan identitas penyelenggara kegiatan biasanya dimuat pada


bagian awal yang kemudian diikuti dengan dengan pernyataan pemberitahuan
dan detil kegiatan yang akan dilaksanakan seperti nama kegiatan, jenis
kegiatan dan lainnya. Pada bagian akhir surat ditandatangani oleh sorang
penanggung jawab yaitu biasanya ketua panitia / pelaksana.

Gambar Contoh Surat Pemberitahuan Kegiatan Resmi

Contoh Surat Pemberitahuan Kegiatan

Nah, dari penjelasan singkat di atas, saya rasa Anda sudah cukup mengerti
bagaimana format / bentuk surat pemberitahuan bukan? Namun jika masih
bingung, silahkan lihat contoh di bawah ini.

Contoh Surat Pemberitahuan Kegiatan Sekolah I


CONTOH SURAT PEMBERITAHUAN RESMI

Nomor : 045/Mandel/SP/IV/2016
Lamp. : -
Hal : Pemberitahuan

Kepada Yth,
Kepala MAN Model Banda Aceh
di- Tempat

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala berkat
serta rahmat-Nya sehingga kita masih di berikan kesempatan untuk melakukan
aktivitas pada hari ini.

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya kegiatan Perpisahan Program


Pengalaman Lapangan (PPL), yang Insyaallah akan diselenggarakan pada :

Hari/Tanggal : Senin / 01 Februari 2016


Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Man Model Banda Aceh

Maka kami atas nama mahasiswa PPL UIN Ar-Raniry Banda Aceh,
memberitahukan kepada kepala MAN Model Banda Aceh tentang acara yang
akan kami laksanakan.

Demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan


kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Hormat kami,
Agus Rinaldi Dewi Puspita
Ketua Sekretaris

You might also like