MAJELIS ULAMA INDONE SIA
WADAH MUSYAWARAH PARA ULAMA ZU‘AMA DAN CENDEKIAWAN MUSLIM.
Jalan Proklamasi No, 51 Menteng Jakarta Pusat 10320 Tefp. 31902666-3917853, Fax. 21905265
Website : http /www.mui.ar.id E-mail : mui-online@mui-or.id
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESL
Nomor 12 Tahun 2009
Tentang
STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL
FES —_2
‘Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah =
MENIMBANG: a, bahwa pelaksanaan penyembelihan hewan di dalam Islam hams
mengikuli tala cara yang scsuai dengan ketentuan hukum Islam agar
dopat dikunsumsi oleh masyarakat muslim;
b. babwa dalam pelaksanasn proses penyembelihan hewan dewasa
banyak sekali rumah potong hewan yang memanfaatkan peralatan
modern seiring dengan perkembangan teknologi, sehingga muncul
teragam model penyembeliban dan pengolahan yang menimbulkan
pertanyaan terkait dengan kesesuaian pelcksanaan penyembelihan
tersebut dengan hukum Islam;
c, bahwa oleh Karena itu dipandang perlu adanya fatwa tentang standar
penyembeliban halal untuk dijadikan pedoman.
1. Firman Aliah SW
i pS oy ale alt ao 95 a SS
“Maka makanlalr binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama
Allah ketike: menyembelikaya, sika kamu beriman kepada ayat-ayatNya.”
(QS. ALAn'am [6]: 118)
ihhG thal Bally
(e585 hy ie ob
"Diharambkuen bagimu (memakaa) bangkai, darah, daging bal
hewan) yang disembetit atas nama setain Allak, yang tercekik yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kari menyembeliionya, dan (diharamkan baxima) yang
disembelih wituk berhala, Dan (dikaramkan juga) mengundi nasib
. dengan anak panah. ite adalah perbyatan Refasikan" (QS. Al-Maidah [5]
3)
% A ae be Oy Bd ay ole ahh gon SU te iE
OF AU SB ph Bhi oy F Joe gt
“Dan janganlak kamu memakan binctang-binatang yang tidak disebut
nama Allah ketika menyembelihnya Sesomgeuhmya perbuaian yang
eremeceome ites ciel sete bedeiien Gee eee ae
3‘membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu:
dan jika kau menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulak menjadi
orang-orang yang musyrik”, (QS. Al-An‘am [6] :121)
Sa le ids tban oad Jods
" Wain) orang yang menghalalkan bagi mereka segala yang Baik dan
menghararkan bagi mereka segala yang buruk" (QS. AL-A'taf (7}: 157)
pe oy pwn ag Slt
"Dihalalkan hagimy binatang ternak, kecuali yang ckan dibacakan
kepadiarne" (QS. Al-Maidah [5] -1)
7S Gale autny
"Dan Dia telah menciptakan binatang termak untuk kamu: padanya aclee
(bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagat manja'at, dan
sebahagiannya kamu mekan, (QS..Al-Nahl [16]: 5)
. Hadis Rasulullah s.a,w.; antara lain:
Soy OS Br by: Oe ply gle an le tn Ot yt gy on
8 Oe le ee
et
tndy todln oi AS iy
tee
"Dari Syidad bin Aus ra. bahwesanya rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya Allah mengharuskan berbuat baik terkadap segala hat,
Uneuk itu, bila kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik dan
bila kalian menyembelih, sembelihlan dengan care yang baik Dan
hendaknya satu di amara kalian mempertajam pisaunya serta membuat
senang hewom yang akan disembelih." (HR, Muslim dalam Kitab Shahift
Muslim juz 3 halaman 1548 hadis nomor 1955. Diriwayathan juga oleh
Imam [bn Hibban dalam Shahiknya juz 13 halaman 199, dan Imam al-
Turmudsi dalam Sunan al-Turmudzi juz ¢ halaman 23)
5% su gia
sd “fh ut
“Dari Rafi’ bin Khudaij ra ia herkata: Rasulullah saw bersabda:
“(Hewan yang disembelih dengan} alat yang mengalirkan darah dan
disebut name Allah atasnya maka makanlah, sepanjang alat tersebut
bukan gigi dan kuls. Gigi (dilarang) karena merupakan tulang sedang
Suku adatah alat potongnya orang habusyah” (HR. Jama‘ah, antara lain
dalam Mucsnud Ahmad juz 4 halaman [42).
UF: I ploy we ate BN yey of ae dt eiry allt tabi Gi ge
. keel shay Abo EE Ae poicits
"Dari Abi Umamah al-Bahily ra bahwa rasulullah saw bersabea:
(Dikolehkan sebagai alat menyembelih) setiap alat yang memotong serat-
urat stpanjang bukan faring ataupun iuku” (HR. al-Baihagi,
sohagaimana dalam Sunan a!-Baihagi al-Kubra jue 9 halaman 278Sy gloyale dle dng
"Dari Abdilah bin Umar ra ia berkata: Rasubullch saw memerintahkan
untuk —mempertajam —pisaw ala untuk —menyembelth) ean
menyembunyitannya dari binatang ternak (yang aken disembelih)" (HR.
Imam Ahmad dalam Musnad Admad juz 2 halaman 108 hadis nomor
5864, dan fbn ul-Baihagi dalam Sunan al-Baihayé al-Kubra juz 9
halaman 280)
oberg ale it le Sage ey top rcs
: fe SB oy yt
ve ly ale ah he git Je 8 Of IG cal
‘ i SU Ab hs play ale Bi le sy bhai
(G28 olyyy ale a ash a Ty Ket oo ga
“Dari Abdiltah on Umar ra bahwa aabi saw bertem dengan Zaid bin
“Amr bin Nufail di dekat Baldeh sebetum turunaya wakyu, emudian
dihidangkan makanan (berupa daging) kepedta abi saw, namun beliaw
enggan memakcnnya lantas bersabda: "Sesumeeuhnya saya tidak
memakan daging yang kalian sembelil atas berhala-herhala kaltan. Aku
tidak makan makanan yang tidak disebur nama Allah atasnya”. (FR, Al-
Bukhari scbagaimana dalam Shahih al-Bukhari juz 3 halaman 1391 hadis
nomor 3614. Juya diriwayatkan Imam al-Nasai dalam al-Sunan al-Kubra
{jue 5 halaman §5 badis nomor 8189).
MEMPERHATIKAN ;
§
Pendapat Imam al-Qurthuby dalam tafsimya mengenai ketentuan alat
belihan scbagai berikut:
“Para Ulama berbeda pendapat mengenai bagaimana sahnya
sembelihan Menurut jumhur Ulama bahwa setiap alat yang mampu
memotong urat-urat dan mengeluarkan darah adalah termasuk alat
penyembelthan selain gigi dan kukur Pendepat ini didukung oleh atsar
Yang mutawatir" (Imam al-Qurthuby dalam Tafsir al-Ourthubi, juz 6,
halaman 53).
Pendapat Imam al-Bahuty dalam Kitab Kasysyaf al-Qina tentang
persyaratan Lasmiyah dalam ni reenbeie bewan a Berkut:
dae
‘Davar “keahragain menyebut nama Allah ketika menyembelih adalah
firman Aflah " Dan janganlah kamu mematan binatang-binatang yangtidak disebut nama Allah ketika menyembeliinya. Sesunggubnya
perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan” Fisq adalah
haram, Nabi saw ketika menyembelih juga menyebut nama Allah.
Den disunnakkan membaca takbir menyetai tasmiyah dengan
mengueapkan "Bismillaki Wallahu Akbar” sebagaimana hadis nabi saw
felika beliau menyembelih mengucapkan "Bismillahi Wallakte Akbar",
demikian juga yang dilakukan Ibn Umar. Tidak ada perbeclaan Bahwa
ucapan "Bismillah" saja sudah cukup" (Imam al-Bahuty dalam
Kasysyaf al-Qina’, juz. 6 halaman 208).
3. Pendapat Imani al-Syarbini dan Ibn Qudamah mengenai proses
penyembclihan hewan sebagai be
“Barang siapa yang menyeribelih hewan, kemudtan ada orang tain yang
mengeluarkan isi perutnya atau menyobek lambungnya secara
bersamaan make hukumnya tidak halal karena penyebab kematiannya
fidak tertentu". (Imam al-Syarbini al-Khatib dalam Kitab al-Iqua’
~ juz 2 halaman 578)
(Ab 23 BS BI
i oe BUSS ON eS Se
5 de ore
Apabila ada hewan yang telah disembelih kemudian tubichnya bergerak
dan belum mett lantas fatuh ke air atau tertinpa sesuatu i alasnya
maker hewan tersebul tidak dimakan, yaoi tertimpa sesualu yang secara
umn meayebabkan kematian, Pendapat ini adalah yang disebutkan
Iriam al-Khargi sebagai pendepat imam Ahmad. Semenara,
kebanyakan ufama —mutaakhkhirin pengikut mactchab — Hanbali
menvatakan yang demikian idak haram. Demikian pandangan
mayoritas fugwhc. Hal ini mengingar jika sudah disembelih maka
difmkumi mati. Demikian juga jika dipenggal kepalanya setelah
Penyembelihan hukumaya tidak haram, sebagaimana pandangan Imam
Ahmad... Landasun tmam ui-Kharyi adalah hadis nabi saw yang
diriwayatkan Imam ‘Adi bin Sictim "Apabiles hewan jatich ke dalam air
maka jangan dimakan”. Ibnu Mas'ud juga meriwayathan "Barang siapa
melempar burung (untuk berburu) kemuctian jatwh ke air dave tenggetam
maka jangan dimaken kurcna tenggelam (bisa jadi) menjadt sebab yang
memattkan, Apabila berkumpul sebab ini (tenggelam) beserta sebab
penyembelihctr. maka herarti berkumpul amara yang menyebabkan
holeh (dimakan) yang menyebabkan haram. Dalam konelisi inidimenangkan yang haram. Di somping: itu, tidak ada jaminan sebab
Jang menentukan kematian. Bisa jadi matinya sebub dua aktfitas, yakni
Sang boleh dan yang haram. tial ini mirip dengan adanya dua tindakan
(Gubyek) dalam satu hal fobyek) atcu jika ada (hewan Burwan) dilempar
olel orang musiim dan majusi kenrudian mati. (Ibn Qudamah, al-
Mughni, juz 9 halaman 318)
4. Pendapat Imam al-Syarbini dan Imam al-Nawawi mengenai tanda-tanda
"hayah mustaqirrah” sebagai berikut:
Tanda hayah mustagirrah adalah adanya gerakan yang lat setelah
pemotongan saluranpernafésan dan saluran makanan menurus
pendapat yang lebih shah datam al-Zawaid dan al-Majneu’ (tmam al-
Syarbini al-Khatib dalam al-fgna’ juz? halaman 579).
seals pb hi ae ian hs te ads og onul 35
: (60 ay
Di antara tanda adanya hayah mustogirrah adalah adanya gerakan
yang kuat setelah pemotongan saluran pernafasan dan saleran makanen
‘serta ferpancarnya darak. (Imam al-Nawawi, Rawdlah al-Thalibin,
jue 3 halaman 203)
5. Pendapat Wahbah al-Zuhaily mengenai tata cara penyembelihan dengan
alat modern sebagai berikut:
“Tidak ada halangan untck menggurekun sarana-sarana yang
memperlemah gerakan hewan dengan tampa penyiksaan terhadapnya
(uatick penyembelihan ewan). Untuk itu, dalam islam dibolehkan
menggunakan cara pemingsanan modern (siumning) yang tidak
mematikan sebelum penyembelthan” (Wabbah al-Zuhaily dalam al-
Figh al-Islamy wa Adiltatuh, juz 4 halaman 2800).
6. Keputusan Fatwa Majclis Ulama Indonesia tentang Penyembelihan
Hewan Secara Mckanis pada tanggal 18 Oktober 1976;
7. Keputusan Rapat koordinasi Komisi Fatwa dan LP POM MUI serta
Departemen Agama RI, pada 25 Mei 2003 di Jakarta,
8. Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2003
tentang Standarisasi Fatwa Halal.
9. Hasil Keputusan |jtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia If Tahun
2006 di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo tentang Masalah-Masalah
Kritis datam Audit Halal,
10, Hasil Rapat Kelompok Kerja Kemisi Fatwa MUI Bidang Pangan,
Oatan-obatan dan Kosmetika besenta Tim LPPOM MUTI pada 12
November 2009.
11. Pendapat peserta rapat-rapat Komisi Fatwa, yang terakhir pada tanggal
17-November 2009 dan ? Desember 2009.Menctapkan
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT
MEMUTUSKAN
FATWA TENTANG STANDAR PENYEMBELIHAN HALAL,
Ketentuan Umum =
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan
1. Penyembelihan adalah penyembelihan hewan sesuai dengan
ketentuan hukum Islam.
2. Pengolahan adalah proses yang dilakukan terhadap hewan setelah
disembelih, yang meliputi antara lain pengulitan, pencincangan, dan
pemotongan daging.
3. Stunning adalah sua cara melemahkan hewan melalui
femingsanan scbelum peloksanaan penyembelihan agar pada waktu
mbeli hewan tidak banyak bergerak
4. Gagal penyembelihan adalah hewan yang disembelih dengan tidak
memenwihi standar penyembelihan halal.
Ketentuan Hukum :
A. Standar Hewan Yang Disembelih
1, Hewan yang disembclih adalah hewan yang boleh dimakan,
2. Hewan harus dalam keadaan hidup ketika disembelih,
3. Kondisi hewan harus memenuhi standar kesehalan hewan yang
ditetapkan olch lembaga yang memiliki kewenangan.
B. Standar Penyembelih
1. Beragama Islam dan sudab akil baligh.
2, Memahami tata cara penyembelihan secara sya
3. Memiliki keshlian dalam penyembelihan,
C, Standar Alat Penyembelihan
1. Alat penyembelihai hamus tajam.
2, Alat dimaksud bukan kuku, gigitaring atau tulang
D, Standar Proses Penyembelihan
1. Penycmbeliban dilaksanakan dengan niat menyembelih dan
menyebut asma Allah
2 Penycmbelihan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui
Pemotongun saluran makanan — (mari‘fesophagus), saluran
pemafasan/tenggorokan (hulgun‘rarchea), dan dua pembuluh darah
(wadajain‘vena jugilaris dean arteri earotids),
3. Penycmbelihan dilakukan deagan sau kali dan secara cepat,
4, Memastikan adanya aliran darah danatau gerakan hewan sebagai
lands hidupnya hewan (hapa mustagirrah),
5. Memastikan’ matinya hewan disebabkan oleh penyembelihan
tersebut.
E, Standar Pengolahan, Penyimpanan, dan Pengiriman
1. Pengolahan dilakukan setelah hewan dalam keadaan mati oleh sebab
penyembelihan
2. Hewan yang gagal penyembelihan harus dipks
3. Penyimpanan dilakukan sccara terpi
nonhalal.
antara_yang halal dan
S pengiriman daging, harus ada informasi dan jaminan
tus Kehalalannya, mulai dari penyiapan (sepertipengepakan dan pemasukan ke dalam kontainer). pengangkutan
(seperti pengapalanishipping). hingga penerimsan,
F, Lain-Lain
1. Hewaa yang akan discmbelik, disunnabkan untuk dihadapkan ke
kiblat,
2. Penyembelihan semaksimal mungkin dilaksanakan sccara manual,
tanpa didahului dengan siwening (pemingsanan) dan semacamnya.
3. Stunning —(pemingsanan) — untuk mempermudah proses
penyembelihan hewan hnukumnya boleh, dengan syarat:
a. stunning hanya menyebabkan bewan pingsan sementar,
tidak menyebabkan kematian serta tidak menyebabkan
ceedera permancn
>, bertujuan untuk mem
€. pelaksanaannya seb
ewan:
d. peralatan steaming hanis mampu menjamin terwujudnya
syarat a, b, ¢, Serta tidak digunakan antara hewan halal dan
sonhalal (babi) sebagai langkah preventif.
fe. Penetapan kelentvan stuning, pemilihan jenis, dan tcknis
pelaksamaannya harus di bawah pengawasan ahli yang
menjémin terwajudnya syarat a, be, dan d.
4. Melakukan penggelonggongan hewan, hukumnya haram.
yudah penyembelihan:
bontuk Hosa, bukan untuk menyiksa
Rekomendasi (Taushiah) ;
|, Pemerintah diminta menjadikan fatwa ini sebagai pedoman dalam
Penentuan standar penyembelihan hewan yang dikensumsi olch
umat Islam.
2. Pemerintah harus segera menerapkan standar penyembelihan yang
benar sccara hukum Islam dan aman secara keschatan di Rumah
Potong Hewaa (RPH) untuk menjamin bak Konsumen muslim dalam
mengensumsi hewan halal dan thayyib,
3. LPPOM MUI diminta scgera merumuskan petunjuk teknis
operasional berdasarkan fatwa ini sebagai pedoman pelaksanaan
auditing penyembelihan halal, baik di dalam maupun lar neger
Ditetapkan di: Jakarta
Padatanggal ; 15 Dzulhijjah 1430
2 Desember 2009M
SANLDIN, M.Ag