PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA
JI. Kramat Raya No, 164 Jakarta 10430 Telp. (021) 31923033, 3908424 Fax (021) 3908425
E-mail : setjen@nu.orid - website : http//www.nn.onid
AMANAT
KETUA UMUM PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA
PADA PERINGATAN HARI SANTRI TANGGAL 22 OKTOBER 2019
185 yp Ab Lan yy pe (Dl
eel on lp
Wp le lay a pl pla ey a seal
Gash tpeay tl yee Lys
all
Hari ini tahun keempat Keluarga Besar Nahdlatul Ulama dan seluruh rakyat Indonesia
memperingati Hari Santri. Setelah sebelumnya peran kaum santri diakui negara melalui
Kepres No. 22 Tahun 2015 tentang Penetapan Tanggal 22 Oktober sebagai HARI
SANTRI, tahun ini kaum santri kembali mendapat penguatan negara melalui
pengesahaan UU Pesantren. Diharapkan melalui UU ini, santri dan pendidikan
pesantren dapat meningkatkan peran dan kontribusinya dalam pembangunan bangsa
dan negara melalui fungsi pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat.
Di tengah revolusi gelombang keempat (4.0), santri harus kreatif, inovatif, dan adaptif
terhadap nilai-nilai baru yang balk sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai lama
yang baik. Santri tidak boleh kehilangan jati dirinya sebagai Muslim yang berakhlakul
karimah, yang hormat kepada kiai dan menjanjung tinggi ajaran para leluhur, terutama
metode dakwah dan pemberdayaan Walisongo. Santi disatukan dalam asasiyat (dasar
dan prinsip perjuangan), khaifiyat (background sejarah), dan ghayat (tujuan).
Dasar perjuangan santri adalah memperjuangkan tegak lestarinya ajaran Islam
Ahlussunnah Waljama‘ah, yaitu Islam bermadzhab. Di tengah kampanye Islam anti-
madzhab yang menggemakan jargon kembali kepada ALQur'an dan Hadis, santri
dituntut untuk cerdas _mengembangkan argumen Islam moderat yang relevan,
kontekstual, membumi, dan kompatibel dengan semangat membangun simbiosis Istam
dan kebangsaan. Demikian inilah yang dicontohkan Walisongo. Islam tidak diajarkan
1PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA
Jl, Kramat Raya No. 164 Jakarta 10430 Teip. (021) 31923033, 3908424 Fax (021) 3908425
E-mail : setjen@nu.or id - website : http//www.nu.orid
dalam bungkusnya, tetapi isinya. Bungkusnya dipertahankan dalam wadah budaya
Nusantara, tetapi isinya diganti dengan ajaran Islam. Budaya dijadikan sebagai
infrastruktur agama, sejauh tidak bertentangan dengan syariat. Termasuk dalam hal ini
adalah bentuk negara, Bentuk negara apa pun, asal syariat Isiam dapat dijalankan -
masyarakat, sah dan mengikat, baik berbentuk republik, mamlakah, maupun emirat.
Karena NKRI berdasarkan Pancasila telah disepakati oleh para pendiri bangsa, seluruh
warga negara, termasuk santri, wajib patuh menjaga dan mempertahankan konsensus
kebangsaan
Jati diri santri adalah moralitas dan akhiak pesantren dengan kiai sebagai simbol
kepemimpinan spiritual (giyadah rohdniyah). Karena itu, meskipun santri telah
melangiang buana, menempuh pendidikan hingga ke mancanegara, dia tidak boleh
melupakan jati dirinya sebagai santri yang hormat dan patuh pada kial. Tidak ada
kosakata bekas kiai atau bekas santri dalam khazanah pesantren. Santri melekat
sebagal stempel seumur hidup, membingkai moral dan akhlak pesantren. Di hadapan
kiai, santri harus menanggalkan gelar dan titelnya, pangkat dan jabatannya, siap
berbaris di belakang kepemimpinan kiai.
Beberapa figur tokoh nasional yang santri diantaranya adalah Pangeran Diponegoro,
tidak hanya dikenal sebagai panglima perang melawan Belanda, Pangeran Diponegoro
yang mempunyai nama aseli Abdul Hamid adalah santri tulen yang mondok pertama
kali kepada KH. Hasan Besari Tegalsari, Jetis, Ponorogo yakni belajar ngaji Kitab Fathul
Qorib sampai khatam, selain itu beliau juga ngaji kita kuning pada KH. Taftazani
Kertosono, ngaji Tafsir Jalalain kepada KH. Baidiowi Bantul-Jogjakerta, dan terahir ngaji
hikmah kepada KH, Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang, Tidak hanya
Pangeran Diponegoro, ada juga figur tokoh nasional yang santri yakni Bapak
Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara alias Suwardi Suryaningrat, beliau belajar
ngaji Al Qur'an kepada Romo K. Sulaiman Zainuddin Kalasan-Prambanan sampaiPENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA
I Kramat Raya No. 164 Jakarta 10430 Telp. (021) 31923033, 3908424 Fax (021) 3908425
Esmail : sefjen@nu.or.id - website : http//www.nu.orid
khatam. Dan juga satu lagi figur penting penggubah lagu “Syukur’, yakni Habib Husein
Muthahar, Semarang. Jadi, yang mencipta lagu “Syukur’ yang kita semua hafal dan
nyanyikan adalah seorang Sayyid, cucu bagina Nabi Muhammad SAW.
Tujuan pengabdian santri adalah meninggikan kalimat Allah yang paling Iuhur (li 774i
kalimatiliéh allatt hiya al-ulya) yaitu tegaknya agama Islam rahmatan fil alamin. islam
yang harus diperluangkan bukan sekadar akidah dan syariah, tetapi imu dan
peradaban (tsaqafah wakhadidrah), budaya dan kemajuan (tamaddun) dan juga
kemanusiaan (wal insaniyah). Islam dalam ethos santri adalah keterbukaan,
kecendekiaan, toleransi, kejyjuran, dan kesederhanaan, Semangat inilah yang
diwariskan oleh salafus shalih, yang telah mencontohkan cara bela agama yang benar.
Islam pernah mencapai zaman keemasan pada abad ke-7 sampai 13 M dengan ilmu
dan peradaban. Para fisuf dan ulama seperti Jabir ibn Hayyan (721-815 M), Al-Fazari
(w. 796/806 M), Al-Farghani (w. 870 M), Al-Kindi (801-873 M), Al-Khawarizmi (780-850
M), AlFarabi (874-950 M), AlMas'udi (896-956 M), Ibn Miskawaih (932-1030 M), Ibn
Sina (980-1037 M), Al-Razi (1149-1209 M), Al-Haitsami (w. 1039 M), Al-Ghazali (1058-
1111 M), dan bn Rushd (1126-1198 M) telah berjasa kepada dunia dengan sumbangan
mereka yang tiada tara bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Manfaatnya lintas
zaman, melampaui sekat agama dan bangsa. Dunia berterima kasih kepada Islam
karena ilmu pengetahuan. Itulah cara bela Islam yang benar.
Islam tidak boleh dibela dengan pekik takbir di jalanjalan, dengan kerumunan massa
yang mengibar-ngibarkan bendera, dengan caci maki dan sumpah serapah. Islam
harus dibela dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Itulah cara bela Islam yang
benar. Benarlah peringatan Imam Ghazali dalam Kitab Tahdfutul Faldsifah:PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA
JI. Kramat Raya No. 164 Jakarta 10430 Telp, (021) 31923033, 3908424 Fax (021) 3908425
E-mail : setjen@nu.or.id - website : http/www.nu.orid
A pla Ah Clay Cyan 9 pe Cin SN Ay sls Yo pels ae & pill jpeg
“Kehancuran agama dari para pembela yang tidak tahu caranya membela itu lebih
besar daripada kehancuran agama dari para pencela.”
Santri mewarisi legacy yang ditinggalkan oleh para ulama di abad keemasan Islam
Karena itu, kebangkitan Islam akan sangat ditentukan oleh kiprah dan peranan kaum
santri,
Selamat Hari Santri 2019. Santri Ungul Indonesia Makmur.
Clay AS lly yall cay St
ash pl ol Sia aly
ABS yA Lan yy Sle aly
Jakarta, 22 Oktober 2019
Dr. KH Agil Siroi, MA.
Ketua Umum