You are on page 1of 10

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI SMPN 5 SATU ATAP


TEMPUNAK KABUPATEN SINTANG

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH :

MARSIANA SELA TRIANI


NIM: F1261151012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW DI SMPN 5 SATU ATAP TEMPUNAK KABUPATEN SINTANG
DI SMP

Marsiana Sela Triani, Sri Buwono, F.Y. Khosmas


Program Studi Pendidikan IPS FKIP UNTAN Pontianak
Email: marsianaselatriani@gmail.com

Abstract
This study aims to find out the effectiveness of the Jigsaw cooperative learning used
conventional learning models. The form of this researchwas quasi-experimental with a
nonequivalent control group design. The technique of data collection was observation
sheet technique and the tool of data collection was a test in form of multiple-choice
test. The research hypothesis showed that using one sample t test with α = 5% obtained
Zhitung= 5,415 (Ztest>Ztable), located in the area of rejection of Ho. It showed that a
significant difference between the learning outcomes of students taught using the
Jigsaw type cooperative learning model and those treated with the used conventional
learning models. In the experimental after implemented by using jigsaw as a model
cooperative learning experienced. It found out an increase in the averagescore of
61.76 pre-test to the average score of post-test 85. It was also an increase in the
percentage of completeness from the score of the percentage of completeness pre-test
29.41% the post-test percentage score becomes 100%.So, it can be concluded that
learning by using jigsaw as a model in the material to introducing ASEAN countries in
eight students at SMPN 5 one roof, there was a highly significant effect learning
outcomes of students with the difference in score percentage of completeness 70.59%
and with the score of effect size 1,16.

Keywords: Cooperative Jigsaw, Effectiveness, Learning Model

PENDAHULUAN karena aktivitas yang disebut belajar itu


Pendidikan adalah usaha sadar dan muncul dalam berbagai bentuk.
terencana untuk mewujudkan suasana belajar Keberhasilan belajar siswa dikaitkan
dan proses pembelajaran agar peserta didik dengan kemampuan guru dalam
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk menyampaikan suatu materi, asumsi yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, terdapat di masyarakat adalah
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ketidakmampuan guru dalam menyampaikan
akhlak mulia, serta keterampilam yang materi menyebabkan siswa tidak memahami
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan materi yang disampaikan. Kebanyakan guru
Negara. menyampaikan materi dengan model yang
Menurut Suryabrata (dalam Nyanyu membosankan sehingga siswa kurang tertarik
Khodijah, 2014) “Belajar merupakan suatu terhadap materi yang disampaikan dan
proses yang berlangsung sepanjang hayat. menyebabkan siswa memperoleh hasil
Hampir semua kecakapan, keterampilan, belajar yang kurang memuaskan.Berdasarkan
pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan pendapat diatas seorang guru harus memiliki
sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan kemampuan yang membuat proses belajar
berkembang karena belajar”. Dalam menjadi tidak membosankan dan aktif, maka
kehidupan sehari-hari, istilah belajar dari itu pendidik harus memahami model-
digunakan secara luas.Hal ini disebabkan model pembelajaran yang cocok untuk siswa

1
dan sesuai dengan materi pelajaran yang akan ketuntasan 29.41% dan 61.78 untuk nilai
disampaikan. rata-rata pada VIII B.
Menurut Trianto (2017: 51) “Model Berdasarkan kondisi tersebut, perlu
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau adanya inovasi model pembelajaran yang
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dapat menjadi solusi permasalahan
dalam merencanakan pembelajaran di kelas rendahnya hasil belajar IPS serta dapat
atau pembelajaran dalam tutorial”. Model mengoptimalkan proses pembelajaran IPS di
pembelajaran sangat penting dalam proses SMPN 5 Satu Atap Tempunak. Peneliti
belajar mengajar agar guru memiliki melakukan penelitian eksperimen untuk
pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. melihat keefektifan model pembelajaran
Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah di inovatif yaitu model pembelajaran kooperatif
kemukakan Trianto (2017:52) “ Fungsi tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar
model pembelajaran adalah sebagai pedoman IPS siswa kelas VIII. Peneliti memilih model
bagi perancang pengajaran dan para guru pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena
dalam melaksanakan pembelajaran”. Model model pembelajaran ini belum pernah
pembelajaran yang tepat akan meningkatkan diterapkan di SMPN 5 Satu Atap Tempunak.
hasil belajar siswa sedangkan model Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak
pembelajaran yang tidak tepat akan (2012:137) “Jigsaw adalah strategi
menyebabkan hasil belajar siswa tidak sesuai pembelajaran dimana siswa menjadi pakar
dengan apa yang diharapkan. tentang subbagian satu topik dan
Pembelajaran IPS sebagai salah satu mengajarkan subbagian itu kepada orang
aspek pendidikan yang memiliki peran lain”. Pada pembelajaran dengan tipe
penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Jigsaw, siswa memiliki tanggung jawab lebih
Menurut Trianto (2017:171) “Ilmu besar dalam pelaksanaan pembelajaran,bukan
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan sang guru. Jigsaw telah dikembangkan dan
integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu diuji coba oleh Elliot Aronson’s dan teman-
sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, temannya di Universitas Texas, dan diadopsi
ekonomi, politik, hukum, dan budaya”. IPS oleh Slavin dan teman-temannya di
sangat penting bagi kehidupan dan berkaitan Universitas John Hopkins (Trianto, 2010:73).
dengan kegiatan yang ada di lingkungan Penelitian tentang model pembelajaran
sekitar siswa. Melalui IPS siswa mampu kooperatif tipe jigsaw ini juga pernah
memecahkan masalah – masalah sosial yang dilakukan oleh Eko Prayogo Jaya (2016)
ada di lingkungan sekitar. Pelajaran IPS juga dalam judul skripsi tentang “Pengaruh Model
dapat menumbuhkan dan mengembangkan Pembelajara Kooperatif Tipe
siswa untuk berpikir kreatif, kritis dan JigsawTerhadap Hasil Belajar Geografi
inovatif. Untuk itu pembelajaran IPS harus Siswa Kelas XI IPS SMA NEGERI 1
dilaksanakan secara komprehensif yang TULANG BAWANG TENGAH”
menyangkut ranah kognitif, dan psikomotor membuktikan bahwa kelas eksperimen yang
sehingga tertanam sikap yang baik dalam diri menggunakan model pembelajaran Jigsaw
peserta didik. dengan kelas kontrol yang menggunakan
Dilihat dari hasil belajar ulangan harian model pembelajaran konvensional.
IPS siswa kelas VIII SMPN 5 Satu Atap Dari hasil penelitian pada sejumlah 28
Tempunak pada observasi yang dilakukan siswa kelas eksperimen dan 28 siswa kelas
pada 15 juli 2019. Masih banyak siswa kelas kontrol didapatkan bahwa nilai rata-rata kelas
VIII yang belum mencapai KKM yaitu 75 eksperimen yang diajar dengan model
dan persentase ketuntasan nilai siswa pada pembelajaran Jigsawlebih tinggi dari nilai
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih rata-rata kelas kontrol yang diajar dengan
tergolong rendah dengan persentase model pembelajaran konvensional (83,53 >
ketuntasan 47.05% dan rata-rata nilai ulangan 62,17).
harian 68.23 pada kelas VIII A , persentase

2
Model Pembelajaran Kooperatif pelajaran guna mencapai prestasi yang
Cooperative learning berasal dari kata maksimal.
cooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu 2. Jigsaw, pembelajaran kooperatif jigsaw
secara bersama-sama dengan saling merupakan salah satu tipe pembelajaran
membantu satu sam alainnya sebagai satu kooperatif yang medorong siswa aktif dan
kelompok atau satu tim. Menurut Slavin saling membantu dalam menguasai materi
(dalam Isjoni 2016:15) mengemukakan “In pelajaran untuk mecapai prestasi yang
cooperative learning methods, students work maksimal.
togerher in four member teams to master 3. Grup Investigation, pada model ini siswa
material intially presented by the teacher”. dibagi ke dalam kelompok yang
Menurut Wina Sanjaya (2016:242) beranggotakan4-5 orang. Kelompok dapat
menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif dibentuk berdasarkan perkawan atau
merupakan model pembelajaran dengan berdasarkan pada keterkaitan atau sebuah
menggunakan model pembelajaran dengan materi tanpa melanggar ciri-ciri
menggunakan sistem pengelompokan/tim cooperative learning
kecil, yaitu antara enpat sampai enam orang 4. Rotating Trio Exchange, pada model ini
yang mempunyai latar belakang kemampuan kelas di bagi ke dalam beberapa kelompok
akadamik, jenis kelamin, ras, atau suku yang yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata
berbeda (heterogen). Menurut Agus sehingga setiap kelompok dapat melihat
Suprijono (2013:45) menyatakan bahwa kelompok lainnya di kiri dan di kanannya,
“Model pembelajaran merupakan landasan berikan pada setiap trio tersebut
praktik pembelajaran hasil penurunan teori pertanyaan yang sama untuk didiskusikan.
psikologi pendidikan dan teori belajar yang 5. Grup Resume, model ini akan mejadi
dirancang berdasarkan analisis terhadap interaksi antar siswa lebih baik, kelas
implementasi kurikulum dan implikasinya dibagi ke dalam kelompok-kelompok,
pada tingkat operasional di kelas”. setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang
Menurut Trianto (2017:51) menyatakan siswa. Berikan penekanan bahwa mereka
bahwa “Model pembelajaran adalah suatu adalah kelompok yang bagus, baik bakat
perencanaan atau suatu pola yang digunakan ataupun kemampuan di kelas.
sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif tipe
dalam tutorial”. Jigsaw
Menurut Paul dan Don (2012:137)
Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif menyatakan bahwa “Jigsaw adalah strategi
Untuk memilih tipe yang tepat digunakan pembelajaran dimana siswa individu mejadi
dalam pembelajaran, peneliti harus pakar tentang subbagian satu topik dan
mengetahui tipe-tipe dari model mengajarkan subbagian itu kepada orang
pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD, lain”. Sedangkan menurut Tallo (Dalam
jigsaw, grup investigation, rotating trio Skripsi Sugeng, 2012:2) menyatakan bahwa
exchange, dan grup resume. “Jigsaw is strategy of the learning method
Menurut Isjoni (2016:51) terdapat beberapa which demands the students to learn on
tipe dalam pembelajaran kooperatif group with 4-6 members’ students who have
diantaranya: heterogeneous ability.” Tujuan pembelajaran
1. Student Team Achievement Division tipe Jigsaw Pembelajaran tipe Jigsaw ini
(STAD), tipe ini dikembangkan oleh memiliki sejumlah tujuan.
Slavin, dan merupakan salah satu tipe Menurut Paul dan Don (2012:138)
kooperatif yang menekankan pada adanya menyatakan bahwa “Jika anda memilih
aktivitas dan interaksi diantara siswa menggunakan jigsaw sebagai strategi, tujuan
untuk saling memotivasi dan saling belajar bagi siswa anda adalah seperti
membantu dalam menguasai materi mendapatkan kemampuan penelitian, meraih

3
kemandirian, dan mengembangkan “Kriteria efektivitas ada tiga aspek yaitu : (1)
keterampilan sosial dan komunikasi adalah kemampuan guru dalam mengelola
sangat penting, atau bahkan lebih penting, pembelajaran baik; (2) aktivitas siswa dalam
dengan tujuan materi anda”. pembelajaran baik; (3) hasil belajar siswa
Menurut Sudijarto (Dalam Nyanyu tuntas secara klasikal. Dengan syarat aspek
Khodijah 2016:189) menyatakan bahwa ketuntasan belajar terpenuhi.
“Hasil belajar adalah tingkat pernyataan yang
dicapai oleh siswa dalam mengikuti program METODE PENELITIAN
pembelajaran sesuai tujuan pendidikan yang Menurut Sugiyono (2017:2) Metode
ditetapkan.” Menurut Sutaryat penelitian pada dasarnya merupakan cara
Trisnamansyah (2015:57-58) menyatakan ilmiah untuk mendapatkan data dengan
bahwa “Hasil belajar dapat dikelompokkan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut
menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, Sugiyono (2017:11) dikatakan metode
psikomotor, dan afektif.” kuantitatif karena penelitian ini digunakan
1. Ranah Psikomotor untuk meneliti pada populasi atau sampel
2. Ranah psikomotor berhubungan dengan tertentu, pengumpulan datanya menggunakan
hasil belajar yang pencapaiannya melalui instrument penelitian,analisis data bersifat
keterampilan manipulasi, yang melibatkan kuantitatif atau angka dalam statistik, dengan
otot dan kekuatan fisik. tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
3. Ranah Kognitif diterapkan.
4. Ranah kognitifberhubungan erat dengan Metode penelitian yang akan digunakan
kemampuan berpikir termasuk dalam peenlitian ini adalah metode
kemampuan menghafal, memahami, eksperimen. Menurut Sugiyono (2017:72),
mengaplikasikan, menganalisis, metode eksperimen diartikan sebagai metode
menyintensis, dan kemampuan penelitian yang digunakan untuk mencari
mengevaluasi. pengaruh perlakukan tertentu terhadap yang
5. Ranah Afektif lain dalam kondisi yang terkendali”.Jadi
6. Ranah afektif mencakup watak perilaku metode eksperimen yang akan dilakukan
seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, dan dipenelitian ini untuk mengetahui bagaimana
moral. Efektivitas penggunaan model pembelajaran
Kooperatif Jigsaw dalam meningkatkan hasil
Efektivitas merupakan tolak suatu ukuran belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas
atau tolak ukur yang dapat menggambarkan VIII SMPN 5 Satu Atap Tempunak.
seberapa jauh atau seberapa besar pengaruh Berdasarkan penelitian diatas, penelitian
yang dicapai dalam suatu aktivitas dengan ini menggunakan Quasi Eksprimental.Desain
rencana yang telah disusun atau diterapkan ini dipilih karena peneliti tidak dapat
dengan rencana yang telah disusun atau mengontrol semua variabel luar yang
ditetapkan sebelumnya. Adapun yang mempengaruhi jalannya eksperimen.Bentuk
dimaksud dengan efektivitas dalam penelitian yang dipilih adalah Nonequivalent Control
ini adalah ukuran keberhasilan dari suatu Group Design, dalam desain ini terdapat dua
proses belajar mengajar yang diperoleh kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
melalui aktifas belajar mengajar untuk kelompok kontrol yang tidak dipilih secara
mencapai tujuan dalam pembelajaran yang random, kemudian diberi pre-test untuk
dilakukan melalui penggunaan model mengetahui keadaan awal. Hasil pre-test
pembelajaran untuk meningkatkan hasil yang baik bila nilai kelompok eksperimen
belajar. tidak berbeda secara signifikan
Indikator-indikator efektivitas (Sugiyono,2017:114-116).
pembelajaran dalam penelitian ini memiliki Adapun model pembelajaran yang akan
tiga indikator. Menurut Agung Wicaksono dilakukan dalam penelitian adalah Model
(dalam skripsi Farid Agus Susilo 2014: 28) Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. Kelas

4
eksperimen diberikan perlakuan Model ∆= Ȳ2-Ȳ1
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan kelas S1
kontrol diberikan perlakuan Model Keterangan :
Pembelajaran Konvensional atau Ceramah. ∆= Effect Size
Menurut Sugiyono (2017:80), populasi Ȳ2=Rata-rata skor post test kelas eksperimen
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: Ȳ1= Rata-rata perubahan skor post test kelas
objek, subjek yang mempunyai kualitas dan kontrol
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh S1= Standar devisi kelas kontrol
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik Kriteria besarnya effect sizediklasifikasikan
kesimpulannya. Dalam peneltian ini yang sebagai berikut:
menjadi sasaran populasi adalah siswa kelas ES < 0,2 = tergolong rendah
VIII SMPN 5 Satu Atap Tempunak.Jumlah 0,2< ES <0,8 = tergolong rendah
siswa kelas VIII SMPN 5 Satu Atap ES > 0,8 = tergolong tinggi
Tempunak A dan VIII B berjumlah 34 siswa.
Hal ini dikarenakan di sekolah yang saya HASIL PENELITIAN DAN
teliti kelas VIII hanya berjumlah dua kelas. PEMBAHASAN
Apabila semua elemen yang ada dalam Hasil
wilayah penelitian, maka penelitiannya Pada kelas kontrol setelah dilakukan
merupakan penelitian populasi. perlakuan dengan penerapan menggunakan
Tehnik dan Alat Pengumpulan Data model pembelajaran konvensional
Dalam penelitian ini peneliti akan mengalami peningkatan nilai rata-rata, dari
menggunakan tehnik pengumpulan data nilai rata-rata sebelum 68.23 menjadi nilai
dengan menggunakan tehnik observasi rata-ratasesudahsebesar 72.64 dengan selisih
langsung, tehnik pengukuran , dan tehnik peningkatan nilai rata-rata sesudah sebesar
studi Dokumenter sedangkan alat 4.41 pada kelas kontrol mengalamin
pengumpulan data dengan menggunakan peningkatan persentase ketuntasan dari nilai
angket dan catatan/ dokumen yaitu : Lembar sebelum 52.94% tuntas sebelum dilakukan
observasi , Test hasil belajar, Lembaran perlakuan dengan menggunakan model
catatan atau dekomenter. pembelajaran konvensional dan setelah
Jika data memiliki varian yang berbeda, dilakukan perlakuan model pembelajaran
maka dilanjutkan dengan effect size. konvensionalnilai persentase sesudahmenjadi
Sedangkan jika tidak data memiliki varian 58.82%.
yang sama, maka tidak diperlukan effect size. Untuk mengetahui apakah terdapat
Effect size digunakan untuk melihat seberapa perbedaan antara nilai sebelum dan sesudah
efektif model pembelajaran jigsaw pada menggunakan model pembelajaran
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa konvensional yang diterapkan di kelas VIII
kelas VIII SMPN 5 Satu Atap Tempunak. A, maka peneliti melakukan perhitungan data
Adapun rumus effect size sebagai berikut: menggunakan komputerisasi dengan aplikasi
SPSS versi 20 dengan uji Paired sampel Test.

Tabel 1. Paired Samples Test Kelas Kontrol


Paired Differences T df Sig. (2-
Mean Std. Std. 95% Confidence tailed)
Devia Error Interval of the
tion Mean Difference
Lower Upper
Nilai
Pair Sebelum - 11,44 -
-4,412 2,775 -10,294 1,470 16 ,000
1 Nilai 0 6,590
Sesudah

5
Pada kelas eksperimen setelah dilakukan nilai persentase post-test menjadi 100%
perlakuan dengan penerapan menggunakan tuntas. Semua siswa mendapatkan nilai diatas
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw KKM. Pada kelas eksperimen mengalami
mengalami peningkatan nilai rata-rata, dari peningkatan nilai persentase ketuntasan
nilai rata-rata sebelum 61.78 menjadi nilai dengan selisih peningkatan ketuntasan
rata-ratasesudahsebesar 85 dengan selisih sebesar 70.59%.
peningkatan nilai rata-rata sesudah sebesar Untuk mengetahui apakah terdapat
23.24. pada kelas eksperimen juga perbedaan antara nilai sebelum dan sesudah
mengalamin peningkatan persentase menggunakan model pembelajaran kooperatif
ketuntasan dari nilai sebelum 29.42% tuntas tipe jigsaw, maka peneliti melakukan
sebelum dilakukan perlakuan dengan perhitungan data menggunakan
menggunakan model pembelajaran kooperatif komputerisasi dengan aplikasi SPSS versi 20
tipe jigsaw, dan setelah dilakukan perlakuan dengan uji Paired sampel Test.
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Tabel 2. Paired Sampel Test Kelas Eksperimen


Paired Differences t Df Sig. (2-
tailed)
Mean Std. Std. 95% Confidence
Deviat Error Interval of the
ion Mean Difference
Lower Upper
Nilai
-
Pair Sebelum 11,44
23,23 2,777 -29,122 -17,349 -8,368 16 ,000
1 - Nilai 8
5
Sesudah

Tabel 3. Perhitungan uji-t Independent Sampel Test


Levene's t-test for Equality of Means
Test for
Equality of
Variances
F Sig. T Df Sig. Mea Std. 95% Confidence Interval of
(2- n Error the Difference
taile Diff Differ Lower Upper
d) eren ence
ce
Equal
1,06 5,14 12,9
variances ,310 32 ,000 2,515 7,818 18,064
3 5 41
assumed
Equal
27,
variances 5,14 12,9
74 ,000 2,515 7,787 18,095
not 5 41
8
assumed

Dari hasil perhitungan pada tabel 4.6 = 32, hasil t tabelnya yaitu 2,00 nilai t hitung
dapat dilihat bahwa data ini t hitung (Equal ini berarti hitung > t tabel (5,145 > 2,00).
variances assemed) yaitu 5,145. Sedangkan t Jadi, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
tabel dengan signifikansi 0,05:2 = 0.025 (uji dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan
2 sisi) dengan derajat kebesaran n-2 atau 34-2 bahwa penerapan model pembelajaran

6
kooperatif tipe jigsaw berpengaruh dalam sebelum 52.94% tuntas sebelum dilakukan
meningkatkan hasil belajar di SMP N 5 Satu perlakuan dengan menggunakan model
Atap Tempunak. pembelajaran konvensional dan setelah
Untuk mengetahui besar efektifitas model dilakukan perlakuan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw maka konvensionalnilai persentase sesudahmenjadi
peneliti melakukan perhitungan effect size, 58.82%.
menggunakan rumus berikut : Pada kelas eksperimen setelah dilakukan
∆= Ȳ2-Ȳ1 perlakuan dengan penerapan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
S1 mengalami peningkatan nilai rata-rata, dari
Keterangan : nilai rata-rata sebelum 61.78 menjadi nilai
∆=Effect Size rata-ratasesudahsebesar 85 dengan selisih
Ȳ2=Rata-rata skor nilai sesudah kelas peningkatan nilai rata-rata sesudah sebesar
eksperimen 23.24. pada kelas eksperimen juga
Ȳ1=Rata-rata perubahan skor nilai sesudah mengalamin peningkatan persentase
kelas kontrol ketuntasan dari nilai sebelum 29.42% tuntas
S1= Standar devisi kelas kontrol sebelum dilakukan perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
Dengan krateria : tipe jigsaw, dan setelah dilakukan perlakuan
ES < 0,20 = Digolongkan rendah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
0,20 < ES ≤ 0,80 = Digolongkan Sedang nilai persentase post-test menjadi 100%
ES > 0,80 = Digolongkan tinggi tuntas. Semua siswa mendapatkan nilai diatas
KKM. Pada kelas eksperimen mengalami
85−72.64 peningkatan nilai persentase ketuntasan
∆= = 1.16
10.59 dengan selisih peningkatan ketuntasan
sebesar 70.59%.
Untuk kelas eksperimen rata-ratanya nilai
Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas
hasil belajar yang diambil dari nilai sesudah
kontrol berjalan seperti biasa dan dengan
sebesar 85 sedangkan rata-rata nilai hasil
waktu 90 menit cukup untuk guru
belajar diambil dari sesudah kelas kontrol
menjelaskan dengan singkat dan jelas kepada
sebesar 72.64 dan standar devisi kelas kontrol
siswa. Namun banyak siswa yang merasa
10.59. setelah dihitung melalui rumus effect
bosan hanya dengan mendengarkan
size diperoleh hasil sebesar 1.61. Berdasarkan
penjelasan oleh guru. Pada akhir pelajaran
kriteria yang berlaku nilai effect size dalam
ketika guru bertanya kepada siswa banyak
penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi.
siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan
Hal ini menunjukkan bahwa keefektifan
guru karena tidak mendengarkan penjelasan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
guru.
yang diterapkan oleh peneliti pada kelas VIII
Sedangkan proses pelaksanaan model
B di SMP N 5 Satu Atap Tempunak ini
pembelajan tipe jigsaw di kelas eksperimen
tergolong tinggi yaitu sebesar 1.61.
berjalan sangat efektiv. Banyak siswa yang
sangat aktif dalam mengikuti proses kegiatan
Pembahasan
belajar mengajar. Siswa sangat menerima
Pada kelas kontrol setelah dilakukan
baik model pembelajaran yang baru mereka
perlakuan dengan penerapan menggunakan
ikuti tersebut. Namun pada kelas eksperimen
model pembelajaran konvensional
kekurangan waktu menjadi masalah dalam
mengalami peningkatan nilai rata-rata, dari
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
nilai rata-rata sebelum 68.23 menjadi nilai
tipe jigsaw ini. Karena kekurangan waktu
rata-ratasesudahsebesar 72.64 dengan selisih
pembelajaran pada kelas eksperimen ini
peningkatan nilai rata-rata sesudah sebesar
menyebabkan ada beberapa kelompok yang
4.41 pada kelas kontrol mengalamin
tidak mempresentasikan hasi diskusi
peningkatan persentase ketuntasan dari nilai

7
kelompoknya. Jadi, untuk penelitian Saran
selanjutnya seharusnya lebih diperhatikan Saran yang dapat diberikan berdasarkan
waktu dalam diskusi kelompok asal maupun penelitian ini adalah sebagai berikut : 1)
kelompok ahli. Hasil belajar yang diperoleh Dalam menerapkan model pembelajaran
oleh kelas ekperimen ini sangat memuaskan kooperatif tipe jigsaw secara operasional
karena pada tahap dimana mereka peneliti masih terdapat beberapa kekurangan
merumuskan masalah, banyak kelompok dari langkah-langkah pembelajaran, untuk
yang merumuskan pertanyaan hampir sama kedepannya guru mata pelajaran IPS perlu
dengan soal yang peneliti buat. Oleh sebab memperbaiki agar mencapai peningkatan
itu banyak siswa yang paham betul terhadap nilai hasil pembelajaran yang tertinggi. 2)
soal yang dibuat oleh peneliti. Untuk meningkatkan kemampuan berfikir
Berdasarkan kriteria diatas, peneliti siswa, guru mata pelajaran IPS sebaiknya
menyimpulkan bahwa efektifitas model lebih banyak melakukan umpan balik dalam
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada bertanya dan menyajikan informasi, agar
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada mendorong siswa untuk lebih berfikir. 3)
materi Mengenal Negara-Negara Asean pada Bagi peneliti yang akan menggunakan model
kelas eksperimen VIII B mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini agar
kriteria sangat efektif dengan harga selisih memperhatikan durasi waktu yang dipunya ,
persentase ketuntasan 70.59%. pada waktu diskusi arahkan siswa agar fokus
pada materi diskusi dan tidak bertele-tele
KESIMPULAN DAN SARAN dalam penyampaian presentasi.
Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari tes DAFTAR RUJUKAN
hasil belajar dan observasi pembelajaran Eggen & Don Kauchak. (2012). Strategi dan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Model Pembelajaran. Jakarta:
Pembelajaran menggunakan model Indeks
konvensional berhasil diterapkan pada mata Farid. (2014). Peningkatan Efektivitas Pada
pelajaran IPS kelas VIII A di SMP N 5 Satu Proses Pembelajaran (Online)
Atap Tempunak dengan nilai rata-rata 72.64. diakses pada tanggal 9 Agustus
2) Penerapan model pembelajaran kooperatif 2019
tipe jigsaw berhasil diterapkan dengan baik Isjoni.(2009).Cooperative Learning
dari tahap persiapan hingga penelitian yang Mengembangkan Kemampuan
dibantu oleh guru IPS di SMP N 5 Satu Atap Belajar Kelompok.Bandung:
Tempunak. Pembelajaran menggunakan Alfabeta
model kooperatif tipe jigsaw membuat nilai Khodijah.( 2014). Psikologi Pendidikan.
sebelum dan sesudah memiliki perbedaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Dimana nilai sebelum kelas eksperimen Sugiyono.(2017).
adalah 61.76 dan nilai sesuadah diterapkan MetodePenelitianKualitatif,
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Kuantitatifdan R&D. Bandung:
adalah 85. 3) Berdasarkan perhitungan Alfabeta.
keefektifan model pembelajaran kooperatif Suprijono.(2013). Cooperative Learning
tipe jigsaw digunakan rumus effect size. Dari Teori dan Aplikasi PAIKEM.
hasil perhitungan diperoleh nilai sebesar 1,16 Yogyakarta: Pustaka Belajar.
maka berdasarkan kriteria yang berlaku nilai Suryabrata(2018(. Metodologi Penelitian.
effect size termasuk dalam kategori tinggi. Mataram: RajawaliPers
Trianto.(2017). Model Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara

You might also like