You are on page 1of 42
Menimbang : a. bahwa untuk menjamin keselamatan operasi penerbangan di bandar udara dan sekitamya, perlu menetapkan Kawasan Mengingat PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN, NOMOR:KM 14 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN KESELAMATAN OPERAS! PENERBANGAN OI SEKITAR BANDAR UDARA INTERNASIONAL JAKARTA. SOEKARNO-HATTA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. MENTERI PERHUBUNGAN, Keselamatan Operasi Penerbangan; b. bahwa sesuai dengan Pasal 201 dan Pasal 202 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, kawasan keselamatan operasi penerbangan termasuk dalam Penetapan lokasi yang ditetapkan oleh Menteri; ©. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar Bandar Udara Internasional Jakarta Soekamno-Hatta; 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomior 1, Tambahan Lembaran Negara Republik inconesis Nomor 4956), 2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Negara Republik indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 Kebandarudaraan (Lembaran Negara Repubiik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146); +. Menetapkan 10. " 12. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi_dan Tugas Eselon | Kementerian Negara Republik indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2008; Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor T.11/2/4-U tanggal 30 Nopember 1960 tentang Peraturan-Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (CASR) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 2009; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 47 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandar Udara; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi_ dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2008; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 2005 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7112-2005 mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan sebagai Standar Wajib; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2008 tentang Rencana Induk Bandar Udara Soekamo-Hatta ‘Tangerang, Provinsi Banten; MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN —TENTANG KAWASAN KESELAMATAN OPERAS! PENERBANGAN DI SEKITAR BANDAR UDARA INTERNASIONAL JAKARTA SOEKARNO-HATTA. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan 1 Bandar udara yaitu Bandar Udara Intemasional Jakarta Soekarno-Hatta. Landas pacu adalah suatu daerah persegi panjang yang ditentukan pada bandar udara di darat yang dipergunakan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat udara, Landas pacu instrumen dengan pendekatan presisi kategori | adalah landas pacu instrumen yang dilengkapi dengan Instrument Landing System (ILS) dan Alat Bantu Visual untuk pengoperasian pesawat udara jarak pandang vertikal tidak lebih rendah dari 60 m dan jarak pandang horizontal tidak kurang dari 800 m atau jarak visual landas pacu (RVR) tidak kurang dari 550 m. Permukaan utama landas pacu instrumen adalah permukaan yang garis tengahnya berhimpit dengan sumbu landas pacu yang membentang sampai 60 m di luar setiap ujung landas Pacu dan lebamya 300 m, dengan ketinggian untuk setiap titi pada permukaan utama diperhitungkan sama dengan ketinggian titik terdekat pada sumbu landas pacu. Bangunan adalah suatu benda bergerak maupun tidak bergerak yang bersifat sementara maupun tetap yang didirikan atau dipasang oleh orang atau yang telah ada secara alami, antara lain gedung-gedung, menara, mesin derek, cerobong asap, gundukan tanah, jaringan transmisi di atas tanah dan bukit atau gunung. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan adalah tanah dar/atau perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan. Koordinat geografis adalah posisi suatu tempattitik di Permukaan bumi yang dinyatakan dengan besaran lintang dan bujur dengan satuan derajat, menit dan detik yang mengacu terhadap bidang referensi World Geodetic System 1984 (WGS-84), Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. BABII KAWASAN KESELAMATAN OPERAS! PENERBANGAN a) (2) (3) (4) Pasal 2 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar bandar udara diukur dan ditentukan dengan bertitik tolak Pada rencana induk bandar udara. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar bandar udara terdiri atas: kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas; kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan; kawasan di bawah permukaan horizontal dalam; kawasan di bawah permukaan horizontal luar; kawasan di bawah permukaan kerucut; kawasan di bawah permukaan transisi. seaogD Batas-batas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8. Batas-batas kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan berdasarkan persyaratan permukaan_ batas Penghalang untuk landas pacu dengan pendekatan presisi kategori | nomor kode 4 sesuai Annex 14 ICAO Konvensi Chicago Tahun 1944 dan dinyatakan dalam sistem koordinat bandar udara yang posisinya ditentukan terhadap titik-titik referensi sebagai berikut a. Titik referensi bandar udara terletak pada koordinat geografis 06° _07' 49,99" LS 106° 40° 23,24" BT b. Titik referensi sistem koordinat bandar udara (perpotongan sumbu X dan sumbu Y ) terietak pada koordinat geografis 06° O7' 49,098" _LS 106° 40° 27.727" BT atau koordinat bandar udara:-X. 7 + 20,000 m; + 20.000 m Sumbu X berhimpit dengan sumbu landas pacu dengan arah 68° 18' 23,8" - 248° 18° 23,8" geografis, sumbu Y melalui ujung landas pacu 25 L dan tegak lurus pada sumbu X. 4 qa) (2) a) Pasal 3 Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a ditentukan sebagai berikut: a. tepi dalam dari kawasan ini berimpit dengan ujung-ujung permukaan utama, berjarak 60 m dari ujung landas pacu dengan lebar 300 m; b. kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a, meluas keluar secara teratur, dengan garis tengah merupakan Perpanjangan dari sumbu landas pacu, sampai lebar 4.800 m pada jarak mendatar 15.000 m dari ujung permukaan utama; ©. batas-batas kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis yang menghubungkan titk-titk A141, A4.2, B22, C21, A111, 0.24, £2.1, A413, A14, £15, A1.9, E14, D414, A113, C11, B13, A17, A18, B15, A15, A16, B23, C26, D26, £12, D25,C25, B1.1 dan A1.1 pada landas pacu O7R, O7C dan O7L serta titk-titk A2.1, B.1.2, A2.10, C16, 0.16, £26,015, C15, B24, A25,A24, B16, A27,A26,B14,C.14,A2.13, 0.1.4, E.1.4,A28,A29, E25, A23, £22, 022, A211, C22, B21, A22 dan A2.1 pada landas pacu 25L (Leff), 25C (Center) dan 25R (Righd). Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran | dan 1A Pasal 4 Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b merupakan sebagian kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas yang berbatasan langsung dengan ujung-ujung permukaan utama, ditentukan sebagai berikut: a. tepi dalam dari kawasan ini berimpit dengan ujung permukaan utama, dengan lebar 300 m, dari tepi dalam tersebut kawasan ini meluas keluar secara_teratur, dengan garis tengahnya merupakan perpanjangan dari garis tengah landas pacu, sampai lebar 1500 m dan jarak mendatar 4.000 m dari ujung permukaan utama; b. batas-batas kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis yang menghubungkan titk-titk A141, A1.2, B22, A111, A110, B.1.1, dan A1.1 pada landas pacu O7R dan titik-titik A.1,7, A1.8, 3 (2) a) (2) a) B.1.5,A.1.5, A1.6, B.2.3, A.1.12, 1.13, B.1.3 dan A17 pada landas pacu O7C dan landas pacu O7L serta titk-titik A21, 8.1.2, A210, A211, B21, A22, dan A2.1, pada landas pacu 25L dan titik-tik A'2.6, B.1.4, A213, 2.12, B.2.4,A2.5,A2.4,B.16,A27 danA26 Pada landas pacu 25C dan landas pacu 25R. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran tl dan IIA. Pasal 5 Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c ditentukan sebagai berikut: a. kawasan ini ditentukan oleh lingkaran dengan radius 4.000 m dari tiik tengah setiap ujung permukaan utama dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang berdekatan dan kawasan ini tidak termasuk kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas, kawasan lepas landas serta kawasan di bawah permukaan transisi; b. batas-batas kawasan sebagaimana dimaksud pada hurut a digambarkan dengan garis-garis lingkaran dan garis lurus yang menghubungkan titik-titk C.2.1, B.2.2, 8.2.1, C.2.2, C.2.3, C24 dan C.2.1 pada sebelah selatan landas pacu O7R ~ 25L titik-titk B.1.1, C.25, C.26, 8.2.3, B2.4, C.1.5, C.1.6, B.1.2 dan B.1.1 pada sebelah utara landas pacu 07R - 25L dan sebelah selatan landas pacu O7C - 25C, titik-titk B.1.3, C.1.1, C12, C.13, C.1.4, B.1.4 dan B.1.3 pada sebelah utara landas pacu O7L-25R. Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan IIIA. Pasal 6 Kawasan di bawah permukaan horizontal luar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d ditentukan sebagai berikut: @, kawasan ini ditentukan oleh lingkaran dengan radius 15,000 m dari tik tengah setiap ujung permukaan utama dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang berdekatan dan kawasan ini tidak termasuk kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas, kawasan lepas landas dan kawasan di bawah permukaan kerucut; 6 (2) (a) (2) a) b. batas-batas kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis lingkaran dan garis lurus yang menghubungkan titik-titik D.2.1, D.2.4, D.2.3, 0.2.2, £.2.2, £.2.3, £.2.4, £.2.1 dan D.2.1 pada sebelah selatan landas pacu 07R — 25L dan titik-tik D.1.1 E.1.1, E12, £.1.3, £.1.4, D.1.4, 0.1.3, 0.1.2, D1.1 pada sebelah utara landas pacu 07L — 25R. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV dan IVA. Pasal7 Kawasan di bawah permukaan kerucut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e ditetapkan sebagai berikut: a. kawasan ini ditentukan mulai dari tepi luar kawasan di bawah permukaan horizontal dalam meluas keluar dengan jarak mendatar 2.000 m; b._batas-batas kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis lingkaran dan garis lurus yang menghubungkan titik-titk C.2.1, C.2.4, C.2.3, C.2.2, D.2.2, 0.2.3, 0.2.4, 0.2.1 dan C.2.1 pada sebelah selatan landas pacu O7R ~ 25L dan titkctitk C.2.5, 0.2.5, 0.2.6, C.2.6 dan C.2.5 serta titik-titik C.1.5, 0.1.5, 16, C.1.6 dan C.1.5 pada sebelah utara landas pacu 07R — 25L dan sebelah selatan landas pacu 07C - 25C dan titkctitik C.1.1, C.1.2, C.1.3, C.1.4, D.1.4, 0.1.3, 0.1.2, .1.1 dan C1.1 pada sebelah utara landas pacu O7L — 25R. Kawasan di bawah permukaan kerucut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran V dan VA. Pasal 8 Kawasan di bawah permukaan transisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf f ditentukan sebagai berikut: . tepi dalam dari kawasan ini berimpit dengan sisi panjang Permukaan utama, sisi Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas serta sisi kawasan lepas landas, kawasan ini meluas ke luar sampai jarak mendatar 315 m dari sisi panjang permukaan utama; (2) a) (2) b. batas-batas kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis yang menghubungkan titititik A12, A22, B21, B22 dan A12 pada ‘sebelah selatan landas pacu 07R — 25L dan titik-titik Ad4, B11, B12, A2.1 dan A1.1 serta A16, A25, 8.2.4, B.2.3 dan A'1.6 pada sebelah utara landas pacu O7R - 25L dan sebelah selatan landas pacu 07C - 25C serta titi A.1.5, B.1.5, A1.8, A27, B.1.6, A2.4 dan A.1.5 sebelah utara landas pacu 07C ~ 25C dan sebelah selatan landas pacu O7L — 25R, serta titik-titik A.1.7, B.1.3, B.1.4, A.2.6 dan A.1.7 pada sebelah utara landas pacu O7L - 25R. Kawasan di bawah permukaan transisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Vi dan VIA, Pasal9 Alat bantu navigasi penerbangan dan alat bantu pendaratan penerbangan yang tersedia dalam penyelenggaraan operasi penerbangan di Bandar Udara Internasional Jakarta ‘Soekarno-Hatta terdiri dari: a. Non Directional Beacon (NDB), b. Compas Locator, c. Doppler Very High Frequency Omni Range (DVOR)/Distance Measuring Equipment (DME), d. Instrument Landing System (ILS) yang terdiri dari Localizer dan Glide Path, Middle Marker dan Outer Marker, e. Radio Detection and Ranging (Radar); f. Approach Lighting System. Penempatan alat bantu navigasi penerbangan dan alat bantu Pendaratan penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan sebagai berikut: a. Non Directional Beacon (NDB) terletak pada koordinat geografis: 06*_43' 00,000" LS 108° 34° 00,000" BT —_Lokasi Cirebon 05° 34’ 00,000" LS 107° 27° 00,000" BT —_Lokasi Purwakarta 06° 11" 35,000" LS 107° 02' 22,000" BT —_Lokasi Bekasi dengan ukuran nominal lokasi 100 m x 100 m O20 noed Sepue] EIEN YEIAqeS ISe40}] 1g OSP'LZ BE 901 ST.96520 20.80 ‘920 Noeg sepue] sz noed Sepue| UEIEI9S YBIaqes ISeY07 1G .991'6S OF 901 ST .0erse 20.90 492 Noed sepuey €LO noed 1 90L eee BO .90 ZO Noeg sepuey Sepue| UE}EI8S YEIeqes ISE407 1G .9ZE'LY ST :syes6086 yeUIpJOOY eped yeIaL) YJ OPI! *| (S7/) wajshg Bupue7 juawinysuy “p w 002 x W 00z !Se¥o} }eUIWOU UesMyN UeBUEp MKewespul Ise¥O7] LG .Zee'0Z_0Z BOL ST .6erst Bt 280 Buemesey Bunfuel Isey0] 1G hEZ'LL ZO oLOb ST .eres ZS G0 Stay Jesed ISEHO] 1G WZZe'LY LE OL ST .S6E Sr TT 280 :syes6oe6 yeulpi004 eped ye\eUe (gw) jewdinby buunseey SOUeISIT(HOAG) ebueY INWO Y6IH Aiea sajddog 9 W 0S XW Og ISeyo) JeUjWOU UeINyN UeBUAEP Wwng B10 ISEHO1 LG HBZ'LZ PE OOb ST .870 ey 80 00 depeg rejued Isex0] 18 £767 Lb 901 ST.S20'r OF 80 PREP BIO ISEAO] LG .¥Ob'BS LCE 90b ST.ors be OF 80 lewey Ise407 18 .v86'L0 by 2901 ST.2ev er 80.00 ‘syes60e6 yeUIp1ooy eped 4219118) 1072907 sediOD -q ot ‘O20 noed Sepue| Jeg YeIaqES ISEHOT 1G .8S'eh LE 90L ST .B6E8C 0.90 O20 noeq sepuey sz noed Sepue| nw, Yejaqas Ise¥01 1a .069'9E OF .901 ST 969) 0-90 Jez Noed sepuey wZ0 noed Sepue| 182g YeIedes ISEYO7 1G .8E'SO BE O01 ST 99657 80.00 20 Noeg sepuey ‘826026 JeuIpiooy eped eIeY8) JOX/EHY OIPPIN W 022 x W 009 ISeY0} jeUIWOU UeIMN UeBUEP ‘20 noed ‘sepue| je1eg Yeleqes |Sex07 1g ,0S9'9} OF 901 ST .2ZV6e 90.90 ‘OSz noeq sepuey sz noed SePUE] MW Yeleqes 1SEHO] 1G .Sb'LL BE GOL ST .zoeer ZT 90 ‘O20 Noeg SepueT Zo need Sepue] je1eg Yeleqes Iseyo] 19 .0S'SE OF o901 ST .S6F 20-80 Jez noeg sepuey sz noed SePUE| INU] YeIEGeS Ise4O7 1G .SP'8Z BE 901 ST.08T Se 80 90 ‘YZ0 Neg sepueT :syei6096 JeuIpiooy eped ye}eU9) 18z//2907 * Ww O0€ x W O08 ISe¥0} jeUIWOU UeJNYN UeBUEp ‘Osz noed Sepue| FEIN Yelees ISE4O7 1G .EE'ZS BE 0901 ST .SIWTE 90 90 Osz ney sepue] u g 04 Jequia| UeGuap ledwes | ay sequie| IIA uesidwey eped wnjueose} eueWIeBeges eXuseieq-seieq Buek ueynyBuesieg Buek jee ep iseyo| seyeq ide) eped nyueye, Nn yn ueyBungnybuew 6uek sueb-sueb edrieq uexequesip (2) 1eke eped pnsyewip euewleBeges yeue) sejeq-sereg “ynquiny epueq seqeq eyes eyes sruey noed sepue| se Uep wi 0zb Jesaqes 14617 yoeoldy Un Uep UeUeY Yelaqes tp ueye| ueyerekssed ueBuep W 09 x OOO'L ISEXO JeuWOU UeIMyN UeBUEP wia}S%s BuyYbr Yyoeo!ddy “9 Ww 004 x W OOF !se¥61 feulWoU UeuNyN UeBUEP sz - 40 Me UBIEISS UEI8G9S ISEXHOTLE ,O8O'LE 6 901 ST.2ir0e 80.90 Buen uIseg Suing yeseq Yelaqas |se4O7 1a WPSL'ZE OP 901 31 .0Z970 20.90 ‘syes6006 JeUIpI00y eped yejeH8) (sepey) BuiGuey pue uoyosjeq oIpeY “s W OL X W OL ISeyO] feuIWOU UesMyN UBBUEp depeq tejued Isex01 1g .Zh'6z £h o901 ST.SCOET OF 80 ‘Oz noeg sepuey wing Boy ISEXO] Le hEZ'LZ WE 0901 ST.80eF 80.90 ‘O20 noe sepueT Jewey ISexOT1 8620 by 090 ST.zever_80 00 gz noed sepuey APP BJO SEO] 1G .bOP'BS CE GOL STIS be OF 80 YZO Noed sepuey syes6006 JeUIpi00y eped yeIa1/0) JaWEW) J8HNO “b W 0} X W OF Iseyo) jeuWoU Uesnyn UeBUEp ‘Osz noed Sepue| sNwi| Yeleges ISe4O] 16 .8LZ'Oy OP o90L ST.2sler 20 ‘982 Noed sepuey (e) Pasal 10 Batas-batas Kawasan Keselamatan Operasi_Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 secara keseluruhan sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII BAB III BATAS-BATAS KETINGGIAN PADA KAWASAN KESELAMATAN OPERAS! PENERBANGAN Pasal 11 Batas-batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh untuk setiap kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 ditetapkan dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19 atas dasar: a. Persyaratan permukaan batas penghalang untuk landas pacu instrumen pendekatan presisi kategori | dan nomor kode 4. b. Ketinggian semua titik pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan ditentukan terhadap ketinggian ambang landas pacu 25C sebagai titik referensi sistem ketinggian bandar udara yaitu titik 0,00 m yang ketinggiannya + 6.325 m di atas permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Leve/MSL). cc. Ketinggian permukaan horizontal dalam dan permukaan horizontal luar ditentukan masing-masing + 46 m dan + 151 m di atas ambang landas pacu 25C. Pasal 12 (1) Batas-batas ketinggian pada kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas pada landas pacu 07R ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas acu sebagai berikut: a. bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari ujung permukaan utama pada ketinggian ambang landas pacu ‘07R sampai jarak mendatar 2.103 m pada ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C; b. bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.897 m pada ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C; c. bagian ketiga dengan kemiringan 5% (lima persen) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 1.265 m, pada ketinggian + 109 m di atas ambang landas pacu 25C; 2 (2) (3) bagian keempat pada agian tengah dengan kemiringan 2% (dua persen) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 2.088 m, pada bagian tepi dengan kemiringan pertama 5% (lima persen) sampai jarak mendatar tambahan 454 m, kemiringan kedua 2,5% (dua setengah persen) sampai jarak mendatar tambahan 763m serta kemiringan ketiga 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 871 m; bagian kelima (terakhir) kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 7.647 m pada ketinggian + 151 m di atas ambang landas pacu 25C. Batas-batas ketinggian pada kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas pada landas pacu 07C ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas pacu sebagai berikut: bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari ujung permukaan utama pada ketinggian ambang landas pacu 07C sampai jarak mendatar 2.135 m pada ketinggian + 46 mdi atas ambang landas pacu 25C; bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol persen) sampai_ jarak mendatar tambahan 1.865 m pada ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C; bagian ketiga dengan kemiringan 5% (lima persen) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 1.243 m, pada ketinggian + 103 m di atas ambang landas pacu 25C; bagian keempat pada agian tengah dengan kemiringan 2% (dua persen) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 2.141 m, pada bagian tepi dengan kemiringan pertama 5% (lima persen) ‘sampai jarak mendatar tambahan 449 m, kemiringan kedua 2,5% (dua setengah persen) sampai jarak mendatar tambahan 815m serta kemiringan ketiga 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 877 m; bagian kelima (terakhir) kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 7.616 m pada ketinggian + 151 m di atas ambang landas pacu 25C. Batas-batas ketinggian pada kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas pada landas pacu O7L ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas pacu sebagai berikut (4) bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari ujung permukaan utama pada ketinggian ambang landas pacu 07L sampai jarak mendatar 2.135 m pada ketinggian + 46 mdi atas ambang landas pacu 25C; bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.865 m pada ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C; bagian ketiga dengan kemiringan 5% (lima persen) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 1.243 m, pada ketinggian + 103 m di atas ambang landas pacu 25C; bagian keempat pada bagian tengah dengan kemiringan 2% (dua persen) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 2.141 m, pada bagian tepi dengan kemiringan pertama 5% (lima persen) sampai jarak mendatar tambahan 449 m, kemiringan kedua 2,5% (dua setengah persen) sampai jarak mendatar tambahan 815m serta kemiringan ketiga 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 877 m; bagian kelima (terakhir) kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 7.616 m pada ketinggian + 151 m di atas ambang landas pacu 25C. Batas-batas ketinggian pada kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas pada landas pacu 25L ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas pacu sebagai berikut: a bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari ujung permukaan utama pada ketinggian ambang landas pacu 25 L sampai jarak mendatar 2.205 m pada ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C; bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.795 m pada ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C; bagian ketiga dengan kemiringan 5% (lima persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.197 m, pada ketinggian + 106 m di atas ambang landas pacu 25C; bagian keempat pada bagian tengah dengan kemiringan 2% (dua persen) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 2,258 m, pada bagian tepi dengan kemiringan pertama 5% (lima persen) sampai jarak mendatar tambahan 441 m, kemiringan kedua 2,5% (dua setengah persen) sampai jarak mendatar tambahan 926 m serta kemiringan ketiga 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 891 m; “ (8) 6) @. agian kelima (terakhir) kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 7.545 m pada ketinggian + 151 m di atas ambang landas pacu 25C. Batas-batas ketinggian pada Kawasan Ancangan Pendaratan dan Lepas Landas pada landas pacu 25C ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui Perpanjangan sumbu landas pacu sebagai berikut: a. bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari ujung Permukaan utama pada ketinggian ambang Landas pacu 25C sampai jarak mendatar 2.300 m pada ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C; b. bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.700 m pada ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C; ¢. agian ketiga dengan kemiringan 5% (lima persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.134 m, pada ketinggian + 102 m di atas ambang landas pacu 25C; d. bagian keempat pada bagian tengah dengan kemiringan 2% (dua persen) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 2.366 m, pada bagian tepi dengan kemiringan pertama 5% (lima persen) sampai jarak mendatar tambahan 426 m, kemiringan kedua 2,5% (dua setengah persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.040 m serta kemiringan ketiga 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 900 m; fe. bagian kelima (terakhir) kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 7.500 m pada ketinggian + 150 m di atas ambang landas pacu 25C. Batas-batas ketinggian pada kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas pada landas pacu 25R ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas pacu sebagai berikut: a. bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua Persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari ujung Permukaan utama pada ketinggian ambang landas pacu 25R sampai jarak mendatar 2.300 m pada ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C; b. bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.700 m pada ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C, ©. bagian ketiga dengan kemiringan 5% (lima persen) sampai_jarak mendatar tambahan 1.134 m, pada ketinggian + 102 m di atas ambang landas pacu 25C; d. bagian keempat pada bagian tengah dengan kemiringan 2% (dua persen) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 2.366 m, pada bagian tepi dengan kemiringan pertama 5% (lima persen) sampai jarak mendatar tambahan 426 m, kemiringan kedua 2,5% (dua setengah persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.040 m serta kemiringan ketiga 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 900 m; e. bagian kelima (terakhir) kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 7.500 m pada ketinggian + 150 m di atas ambang landas pacu 25C. Pasal 13 Batas-batas ketinggian pada kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan ditentukan oleh kemiringan 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar dimulai dari ujung permukaan utama pada ketinggian masing-masing ambang landas pacu sampai dengan ketinggian + 46 m di atas ambang landas pacu 25C sepanjang jarak mendatar 4.000 m melalui perpanjangan sumbu landas pacu Pasal 14 Batas-batas ketinggian pada kawasan di bawah permukaan horizontal dalam ditentukan + 48 m di atas ketinggian ambang landas pacu 25C. Pasal 15, Batas-batas ketinggian pada kawasan di bawah permukaan horizontal luar ditentukan + 151 m di atas ketinggian ambang landas pacu 25C Pasal 16 Batas-batas ketinggian pada kawasan di bawah permukaan kerucut ditentukan oleh kemiringan 5% (lima persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari tepi luar kawasan di bawah permukaan horizontal dalam pada ketinggian + 46 m sampai memotong permukaan horizontal luar pada ketinggian + 151 m di atas ketinggian ambang landas pacu 25C. Pasal 17 Batas ketinggian pada pertemuan garis batas luar kawasan di bawah permukaan kerucut dengan garis batas dalam kawasan di bawah permukaan horizontal luar ditentukan + 146 m di atas ketinggian ambang landas pacu 25C. Pasal 18 Batas-batas ketinggian pada kawasan di bawah permukaan transisi ditentukan oleh _kemiringan 14,3% (empat belas koma tiga persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari sisi panjang dan pada ketinggian yang sama seperti permukaan utama serta permukaan ancangan pendaratan dan lepas landas menerus sampai_memotong permukaan horizontal dalam pada ketinggian + 46 m di atas ketinggian ambang landas pacu 25C. Pasal 19 Batas-batas ketinggian pada kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan dan alat bantu pendaratan Penerbangan ditentukan sebagai berikut : a. batas ketinggian di sekitar Non Directional Beacon (NDB) ditentukan oleh _kemiringan bidang kerucut dengan sudut 3° (tiga derajat) ke atas dan ke luar dari tik tengah dasar antena dan sampai radius 300 m dari antena dilarang ada bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi/baja, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian tersebut; b. _batas ketinggian di sekitar Compas Locator ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 3° (tiga derajat) ke atas dan ke luar dari tik tengah dasar antena dan sampai radius 300 m dari antena dilarang ada bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi/baja, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian tersebut; c. batas ketinggian di sekitar alat Doppler Very High Frequency Omni Directional Range (DVOR)IDistance Measuring Equipment (DME) ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 1° (satu derajat) ke atas dan keluar dari titik antene pada ketinggian bidang counterpois, dan pada jarak radial kurang 600 m dilarang adanya transmisi tegangan tinggi, bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain-lain melebii batas ketinggian sudut tersebut. d. _ batas ketinggian di sekitar alat Localizer dibatasi oleh bidang yang dibentuk dengan sudut 1° (satu derajat) dari titik tengah dasar antena Localizer terhadap bidang horizontal sejauh 20.000 m ke arah landas pacu; 0 @. batas ketinggian di sekitar Glide Path (GP) dibatasi oleh bidang yang dibentuk dengan sudut 2° (dua derajat) dari titik tengah dasar antena Glide Path terhadap bidang horizontal sejauh 6.000 m ke arah landas pacu; f. batas ketinggian Middle Marker ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 20° (dua puluh derajat) ke atas dan ke luar dari titik dasar antena dan sampai radius 300 m dari antena dilarang adanya bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian kerucut tersebut; g. _batas ketinggian Outer Marker ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 20° (dua puluh derajat) ke atas dan ke luar dari tik dasar antena dan sampai radius 300 m dari antena dilarang adanya bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian kerucut tersebut; h. batas ketinggian di sekitar alat Radar ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 1° (satu derajat) ke atas dan ke luar dari titk antena pada ketinggian dasar antena, dan dalam radius 500 m tidak diperkenankan adanya bangunan metal, tangki minyak, bangunan dan lain-lain melebihi ketinggian dasar antena. Pasal 20 (1) Batas-batas luas tanah, persyaratan dan_ ketinggian bangunan serta tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 19 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Vil !embar ke 1 sampai lembar ke 7. (2) Batas-batas ketinggian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 18 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX.A dan Lampiran 1X.B. (3) Batas ketinggian bangunan yang diperkenankan, apabila alat bantu navigasi penerbangan dan alat bantu pendaratan Penerbangan ditempatkan pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8, merupakan batas ketinggian yang lebih menjamin keselamatan operasi penerbangan, yaitu batas ketinggian terendah pada kawasan yang bersangkutan. Pasal 21 (1) Untuk mendirikan, mengubah atau melestarikan bangunan, serta menanam atau memelihara benda tumbuh di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan harus memenuhi batas-batas ketinggian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19 (2) Untuk mendirikan bangunan baru di dalam kawasan ancangan pendaratan lepas landas, harus memenuhi batas ketinggian dengan tidak melebihi kemiringan 1,6 % (satu koma enam persen) arah ke atas dan ke luar dimulai dari uujung permukaan utama pada ketinggian masing-masing ambang, landas pacu O7R, landas pacu 07C dan landas pacu O7L, landas pacu 25L, landas pacu 25C dan landas pacu 25R (3) Pada kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan sampai jarak mendatar 1.100 m dari ujung-ujung permukaan utama hanya digunakan untuk bangunan yang diperuntukkan bagi keselamatan operasi penerbangan dan benda tumbuh yang tidak membahayakan keselamatan operasi_ penerbangan dengan batas ketinggian sebagaimana diatur dalam Peraturan ini (4) Untuk mempergunakan tanah, perairan atau udara di setiap kawasan yang ditetapkan dalam Peraturan ini, harus mematuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut’ a. tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyarat navigasi penerbangan dan alat bantu pendaratan Penerbangan serta komunikasi radio antar bandar udara dan pesawat udara; b. tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-lampu rambu udara dengan lampu-lampu lain; ©. tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang mempergunakan bandar udara, d. tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara; e. tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung, atau dengan cara lain dapat membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas landas atau gerakan pesawat udara yang bermaksud mempergunakan bandar udara; f. tidak meningkatkan tingkat fatalitas apabila terjadi kecelakaan penerbangan. Pasal 22 Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 hanya diperkenankan apabila: a. Sesuatu hal tertentu diberi persetujuan oleh Menteri untuk itu, setelah_mendengar pertimbangan Direktur Jenderal, melalui Kajian Khusus Aeronautika, b. Sesuai ketentuan dan teknis keselamatan operasi penerbangan, bangunan tersebut mutlak diperlukan. Pasal 23 (1) Terhadap bangunan yang berupa benda tidak bergerak yang sifatnya sementara maupun tetap yang didikan atau dipasang oleh orang atau yang telah ada secara alami, sebelum diterbitkannya ini antara lain gedung-gedung, menara, cerobong asap, gundukan tanah, jaringan transmisi, bukit dan gunung yang sekarang ini menjadi penghalang (obstacle) tetap diperkenankan sepanjang prosedur keselamatan operasi penerbangan terpenuhi. (2) Bangunan-bangunan dan/atau benda-benda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran X BAB IV PEMBERIAN TANDA DAN/ATAU PEMASANGAN LAMPU Pasal 24 (1) Bangunan atau sesuatu benda yang ada secara alami berada di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan ketinggiannya masih dalam batas ketinggian yang diperkenankan, akan tetapi diduga dapat membahayakan keselamatan operasi penerbangan, harus diberi tanda dan atau dipasangi lampu. (2) Bangunan-bangunan dan/atau benda-benda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus diberi tanda atau dipasangi lampu. Pasal 25 (1) Pemberian tanda atau pemasangan lampu, termasuk pengoperasian dan _pemeliharaannya_—_ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24 dilaksanakan oleh dan atas biaya pemilik atau yang menguasainya 2» (2) Pemberian tanda atau pemasangan lampu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. BABV PEMBERIAN REKOMENDASI Pasal 26 (1) Untuk mengendalikan batas-batas Keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Bab Il dan Bab I membangun atau menanam pohon yang diperkirakan mengganggu keselamatan operasi penerbangan yang terletak di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar Bandar Udara__Intemnasional Soekarno-Hatta diperlukan rekomendasi dari Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk. (2) Tata cara pengendalian dan pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pasal 27 Penyelenggara bandar udara wajib memenuhi persyaratan dokumen kelengkapan rencana induk yang memuat : a. daerah lingkungan kerja; b. _daerah lingkungan kepentingan. Pasal 28 Setelah dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dipenuhi, maka dokumen Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan merupakan bagian dari lampiran penetapan lokasi BABVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Direktur Jenderal melakukan pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan Peraturan ini. a Pasal 30 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. JAKARTA 1 Februari 2010 Ditetapkan di : Pada tanggal : MENTERI PERHUBUNGAN ttd FREDDY NUMBERI ‘SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : BOEPNOMERONS Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Menteri Hukum dan HAM; Menteri Dalam Negeri; Menteri Pertahanan; Menteri Negara Lingkungan Hidup; Menteri Negara BUMN; Sekretaris Kabinet; Gubernur Provinsi Banten; Gubernur Provinsi DKI Jakarta; Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan; Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Banten; Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKi Jakarta; PT. (Persero) Angkasa Pura Il; DPP INACA 2 PPERATURAM MENTER! PERHUBUNGAN 1a TAHUN 20 TANGGAL 1 1S FEBRUARIZOIO LaMPaRAN :1 KAWASAN ANCANGAN PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS. LAMPIRAN I A PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN, NOMOR — : KM 14 TAHUN 2010 TANGGAL : 15 FEBRI KAWASAN ANCANGAN PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS. KOORDINAT BANDAR UDARA KOORDINAT GEOGRAFIS x ¥ LINTANG SELATAN BUSUR TIMUR (my (my pH C290] Cv] spe ey eC 15940 20150 | 06 | 08 | 33496 | 105 | 38 | 23260 13940 sso | 06 | o8 | 42867 | 106 | 38 | 26.870 940 17600 | 06 | 12 | sists | 106 | 31 | 20.680 940 2400 | 06 | 10 | 2618 | 106} 30 | 2.016 1666 asa | 06 | 08 | 49335 | 106 | 30 | 09.795 16666 23061 | 06 | 06 | sees | 106 | 38 | 0.122 16666 ni | 06 | 07 | 05.760 | 106 | 38 | 13.760 16666 sor | os | 39 | 2nsea | 106 | 3s | rae 16666 2ser | 06 | o7 | treo | 106 | 38 | 16153 16666 x21 | 06 | 07 | 20879 | 106 | 38 | 19:58 13999 22661 | 06 | o7 | 16821 | 106 | 37 | 54.800 20060 20150 | 06 | o7 | as.azs | 106 | 40 | a7.73 35060 17600 | 06 | 06 | oo1a1 | 106 | 48 | 31.586 20060 isso | 06 | 07 | 52896 | 106 | 40 | 31.399 35786 asin | 06 | or | sezs | 106 | 47 | 20.688 35588 99st | 06 | os | a1soz | 106 | 48 | 18.837 20786 23061 | 06 | 06 | o70ss | 106 | 40 | 15.629 20786 zi | 06 | 06 | i6t24 | 106 | 40 | 18.234 27460 21260 | 06 | os | a1o087 | 106 | 43 | 57934 20786 zs | 06 | 06 | 22172 | 106 | 40 | 200627 20786 2261 | 06 | 06 | 31243 | 106 | 40 | 26.233 21482 zo | o6 | 06 | nto | 106 | 40 | 39.585 MENTERI PERHUBUNGAN td FREDDY NUMBERI KAWASAN KEMUNGKINAN BAHAYA KECELAKAAN, Peer ratsey Po aebroe aero ehh bho bbl a | WS Tk. 1{IVib) LAMPIRAN I A PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN, NOMOR —:KM 14 TAHUN 2010 TANGGAL_: 1S FEBRUARI 2010 KKAWASAN KEMUNGKINAN BAHAYA KECELAKAAN KOORDINAT BANDAR UDARA| KOORDINAT GEOGRAFIS x ¥ LINTANG SELATAN ‘BUJUR TIMUR a oO ay 20150) 08 38 20150 a 0 2261 06 | 07 37 | 38 40 g a\a|8 Bis 18 BS Ri BRRl/R) ss tos |_ 2 MENTERI PERHUBUNGAN td FREDDY NUMBERI 30220 198903 1 001 ‘ioe uvngad St WOORYL vonnaniiad sauNGN WveruNea WWV1VG TVLNOZINOH NYWINWYSd H¥MV I NYSYMW LAMPIRAN Il A PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN, NoMOR =: KM 14 TAHUN 2010 TANGGAL : 15 FEBRUARI 2010 KAWASAN DI BAWAH PERMUKAAN HORIZONTAL DALAM. KOORDINAT BANDAR UDARA| ‘KOORDINAT GEOGRAFIS ¥ LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR (im) OTe OT o) 20465 ; 106 16018 20865 395 MENTERI PERHUBUNGAN FREDDY NUMBER sesuai dengan aslinya Sabina tk 1 (Vib) 79630220 198903 1001 KAWASAN DI BAWAH PERMUKAAN HORIZONTAL LUAR TANOGAL | 15 FEBRUARIZO1O LAMPIRAN IV A PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR =: KM 14 TAHUN 2010 TANGGAL : 15 FEBRIIART 2010 KAWASAN DI BAWAH PERMUKAAN HORIZONTAL LUAR KOORDINAT BANDAR UDARA| KOORDINAT GEOGRAFIS No] TITIK x Y LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR (im) (m) cot ey TO fy @) Dii_| 10776 | 23048 | 06 | 07 | aoaa7 | 106] 35 o1si2 re zeit | 08 20786 28911 2696 ee e12 | 16666 oT MENTERI PERHUBUNGAN ttd FREDDY NUMBERI ina Tk. (IV/b) NIP. 19630220 198903 1 001 KAWASAN DI BAWAH PERMUKAAN KERUCUT LAMPIRAN V A PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN, NOMOR — :KM 14 TAHUN 2010 TANGGAL : 1$ FEBRUARI 2010 KAWASAN DI BAWAH PERMUKAAN KERUCUT KOORDINAT BANDAR UDARA| KOORDINAT GEOGRAFIS No x ¥. LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR (m) (mm) OLot} ce 23651, o & {g 3/8 /8)/8 alalas MENTERI PERHUBUNGAN ttd FREDDY NUMBERI KAWASAN DI BAWAH PERMUKAAN TRANSIS! LAMPIRAN VI A PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR — :KM 14 TAHUN 2010 TANGGAL_: 15 FEBRUARI 2010 KAWASAN DI BAWAH PERMUKAAN TRANSISI KOORDINAT BANDAR UDARA| KOORDINAT GEOGRAFIS, No] TnI x Y LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR (my cy 2 13. 14, 15. 16. ". 18. 19, 20, 21 2. MENTERI PERHUBUNGAN ttd FREDDY NUMBERI pete Wi) $9530220"195908 1 001 LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR —: KM 14 Tahun 2010 TANGGAL : 15 Februari 2010 LEMBAR 1 BATAS-BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN NON DIRECTIONAL BEACON (NDB ) L A 1 PERLET: NDB Luas Tanah: 100 mx 100m Koordinat Lokasi : 06° 43' 00,000" LS 108° 34° 00,000" BT Lokasi Cirebon 05° 34' 00,000" LS 107° 27 00,000" BT Lokasi Purwakarta of 35,000" LS 107° 02' 22,000" BT Lokasi Bekasi 2, PERSYARATAN BATAS KETINGG R NDB t ee ta tre er] = et Ft 3. PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH = Di dalam batas tanah 100 m x 100 m : bebas bangunan dan benda tumbuh = Sampai dengan radius 300 m dari titik tengah antenna tidak diperkenankan ada bangunan metal seperti konstruksi baja, tiang listrik dan lain-lain. = Sampai dengan radius 1.000 m dar titi tengah antenna tidak diperkenankan adanya kelompok pohon dan bangunan lainnya melebihi batas ketinggian permukaan kerucut 4. FUNGSI NDB ADALAH SEBAGAI BERIKUT : - Homing, untuk memandu Penerbang dalam mengemudikan pesawat udara menuju lokasi bandar udara = Locator, memberikan panduan arah pendaratan kepada Penerbang pada saat posisi pesawainya berada di kawasan pendekatan untuk melakukan pendaratan. - En Route, memberikan panduan kepada pesawat yang melakukan penerbangan jelajah di jalur Blank Spot. - Holding, untuk memandu penerbang yang metakukan holding yaitu menunggu antrian dalam pendaratan yang diatur oleh ATC. LEMBAR 2 BATAS-BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN DOPPLER VERY HIGH FREQUENCYDIRECTIONAL OMNI RANGE (DVOR) 1 DISTANCE MEASURING EQUIPMENT (DME) 1, LUAS TANAH DAN. 1 PERLET, | Luas Tanah: 200mx 200m 06° 11" 16,395" LS Lokasi me" 106° 31° 47,822" BT Pasar Kemis 05° 57’ $3,184" LS Lokasi 107° 02 17,234" BT Tanjung Karawang 062 18" "LS Lokasi 108° 20° 20,382" BT Indramayu ~ Didalam batas tanah 100 m dari ttik tengah Iahan : bebas benda tumbuh dan bangunan = Didalam radius 100 - 200 m dari titik tengah lahan : ketinggian bangunan dan benda tumbuh tidak melebihi bidang Counterpoise ~ Sampai radius 600 m dari titik tengah lahan pada permukaan kerucut tidak diperkenankan terdapat Saluran Udara Tegangan Tinggi ~ Didalam batas-batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh ditentukan oleh permukaan kerucut sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2 diatas 4, EUNGSI DVOR/DME ADALAH SEBAGAI HOMING, ENROUTE DAN HOLDING DENGAN MAKSUD : ~ Untuk menentukan azimuth, sudut searah jarum jam terhadap utara dari stasiun VOR dengan garis yang menghubungkan stasiun tersebut dengan pesawat. - Menunjukkan data besamya deviasi kepada Penerbang, sehingga Penerbang dapat ‘mengetahui posisi pesawat yang berada di kiri atau di Kanan dari jalur penerbangan yang seharusnya. + Menunjukkan apakah arah pesawat menuju ke atau meninggalkan stasiun VOR. LEMBAR 3 BATAS-BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN LOCATOR 1 Luas tanah 50 m x 50m Koordinat Lokasi Locator : ese 06° 06' 18,422" LS 106° 44" 07,984" BT Lokasi Kamal 06° 10' 24,516" LS 106° 33" 58,464" BT azure. ‘Lokasi Kota Jaya. 062_10"_13,025" LS 106° 43" 29,423" BT Lokasi Pantai Dadap 06° 08" 48,048" 106° 34" 27,284" Lokasi Kota Bumi LS T 2 N iGGIAN DI SEKITAR_LOCATOR 2. PERSYARATAN BATAS BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH a. Di dalam batas tanah 50 m x 50 m:: bebas bangunan dan benda tumbuh b. Sampai dengan radius 300 m dari titik tengah antena tidak diperkenankan ada bangunan metal seperti konstruksi baja, tiang listrik dan lain-lain ¢. Sampai dengan radius 1.000 m dari tiik tengah antena, kelompok pohon dan bangunan lainnya tidak diperkenankan melebihi batas ketinggian permukaan kerucut sebagaimana pada gambar. 2. 4, FUNGSI LOCATOR ADALAH SEBAGAI BERIKUT : - Homing, untuk memandu Penerbang dalam mengemudikan pesawat udara menuju lokasi Bandar udara. + Locator, memberikan panduan ach pendaatan kepada Penang pada sa! poss pesawainya berada di kawasan pendekatan untuk melakukan pendaratan - En Route, memberikan panduan kepada pesawat yang melakukan penerbangan jelajah di jalur Blank Spot - Holding, untuk memandu penerbang yang melakukan holding yaitu menunggu antrian dalam pendaratan yang diatur oleh ATC. LEMBAR 4000 BATAS - BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN INSTRUMENT LANDING SYSTEM (ILS - LOCALIZER ) 1, LUAS TANAH DAN LOKASI PERLETAKAN ILS-LOCALIZER ~Landas Pacu 07R 06° 08" 36,780" LS 106° 38° 28,458" BT Lokasi sebelah Timur landas pacu 2SL_ ‘As tantosan ~Landas Pacu 251, 06° 06" 49,95" LS — 106° 44° 35,50" BT Lokasi sebelah Barat landas pacu 07R ~Landas Pacu 07C 06° 17° 19,362" LS 106°. 38° 11,454" BT Lokasi sebelah Timur landas pacu 25C Luas Tanah : 600 m x 220 m ~Landas Pacu 25C 06° 05" 13,025" LS 106° 43° 29,423" BT Lokasi sebelah Barat landas pacu 07C 2, PERYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR ILS - LOCALIZER *y ‘Sampai dengan jarak 20 km dari antena ke arah landasan, ketinggian. maksimum bbangunan dan benda tumbuh ditentukan oleh sudut bidang datar sebagaimana ditentukan pada gambar 2 diatas 3. PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH. ~ Ketinggian lahan di antenna Localizer sama dengan ketinggian threshold ~ Peralatan shoulder di daerah kritis < 3 ~ Pada di IL leh terdapat gundukan ban; Pagia daerah fits ILS Localize tidak boleh tetdapat gundukan tanah, bangunan dan 4, FUNGSLILS - LOCALIZER ADALAH SEBAGAL BERIKUT : Memberikan informasi azimuth dari "center line" landasan LEMBAR 5 BATAS - BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN INSTRUMENT LANDING SYSTEM (ILS GLIDE PATH ) L e Luas Tanah :600 m x 300 m Lokasi dalam bandara Koordinat Lokasi ILS Glide Path Landas Pacu07R: Landas Pacu2SL: — Landas Pacu07C: —_Landas Pacu 25C (06° 08" 33,888"LS 06° 07’ 36,720" LS 06° 07" 07,596" LS 06° 06" 31.416" LS 106° 38° 47,826" BT 106° 40" 59,166" BT 106° 38° 27,450" BT 106° 39° 57,936" BT di sebelah Selatan di sebelah Selatan —_di sebelah Utara di sebelah Utara Landas Pacu07R —Landas Pacu2SL_ —_Landas Pacu 07C Landas Pacu 25C 2, PERSYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR ILS-GLIDE PATH fbih’ditentukan oleh sudut sebagaimana pada gambar 2 diatas. 6,000 ke arah pendaratan bangunan 3, PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH ~ Kemiringan shoulder didaerah kritis < 1,5 % ~ Peralatan shoulder didaerah kritis <3 em = Pada daerah kritis dan sensitif tidak boleh terdapat bangunan, gundukan tanah dan pepohonan yang dapat mengganggu pancaran Glide Path, 4, FUNGSIILS - GLIDE PATH ADALAH SEBAGAI BERIKUT : Memberikan informasi kepada Penerbang untuk mengetahui sudut pendaratan pesawat LEMBAR 6 BATAS - BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN INSTRUMENT. LANDING SYSTEM (ILS - MIDDLE MARKER ) 1, LUAST, RLE’ N ILS-! MARKER Koordinat Lokasi ILS-Middle Marker ~ Landas Pacu 07R :_06° 08" 45,966" LS 106° 38° 05,388" BT Lokasi di sebelah Barat Landas Pacu 07R - Landas Pacu 251 : 06° 07" 45,636" LS 106° 40°36,690" BT ‘Lokasi di sebelah Timur Landas Pacu 25L, = Landas Pacu 07C : 06° 07° 28,398" LS Luas Tanah : 10mx10m 106° 37° 48,588" BT Lokasi di sebelah Barat Landas Pacu 07C Lokasi dalam bandara ~Landas Pacu 25C : 06° 06" 19,752" LS 106° 40° 40,218" BT Lokasi di sebelah Timur Landas Pacu 25C 2, PERYARATAN BATAS KETINGGIAN DI EKITAR ILS-MIDDLE MARKER 3, PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH ‘Sampai dengan radius 60 m dari pusat antena ketinggian bangunan bangunan dan benda tumbuh dibatasi oleh permukaan kerucut sebagaimana pada rambar 2 diatas 4, FUNGSI ILS - MIDDLE MARKER ADALAH SEBAGAI BERIKUT ;, Memberikan tuntunan (guidance) kepada pesawat yang berjarak 1.050 meter dari landasan guna melakukan pendekatan pendaratan LEMBAR 7 BATAS - BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN INSTRUMENT LANDING SYSTEM (ILS - OUTTER MARKER ) |. LUAS TANAH DAN LOKAST PERLETAKAN 1L5-OUTTER MARKER Koordinat Lokasi ILS-Outter Landas Pacu 07R, 106° 33" 58,464" BT Lokasi Kota Jaya Landas Pacu 251. 06?_06' 18,422" LS 106° 44° 07,984" BT Lokasi Kamal Landas Pacu 25C who sos 106 43° 29,423" BT Lokasi Pantai dadap Luas Tanah : 10mx 10m Landas Pacu 07C 06° _08' 48,048" LS 106° 34° 27,284" BT Lokasi Kota Bumi 2, PERYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR ILS-OUTTER Permaaen 3, PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH ‘Sampai dengan radius 60 m dari pusat antena ketinggian bangunan bangunan dan benda tumbuh dibatasi oleh permukaan kerucut sebagaimana pada gambar 2 diatas. 4, FUNGSI ILS - OUTTER MARKER ADALAH SEBAGAI BERIKUT : ‘Memberikan tuntunan (guidance) kepada pesawat yang berjarak 7.200 meter dari landasan guna melakukan pendekatan pendaratan LEMBAR 8 BATAS-BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN RADAR 4. _LUAS TANAH DAN LOKASI PERLETAKAN RADAR Lokasi dalam Bandara Koordinat Lokasi Radar 106°40" 32,754" BT Lokasi sebelah barat Stiling Basin Utara 06? 08' 20,112" LS 106° 39'31,080" BT Lokasi sebelah selatan RW 07R-25L 109 Luas Tanah : 100mx 100m 2. PERSYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR RADAR ivan baer ——_ omy 3. PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH - Didalam radius 500 m dari antena radar, elevasi ketinggian maksimum sama dengan Elevasi Dasar Antena Radar (7). - _ Batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh dibatasi oleh permukaan kerucut sebagaimana ditentukan pada angka 2 diatas. 4. FUNGSI RADAR ADALAH SEBAGAI BERIKUT : Memberikan data mengenai jarak, tinggi dan arah gerakan pesawat, sehingga ATC dapat memandu lalu lintas penerbangan dengan baik. MENTERI PERHUBUNGAN ttd FREDDY NUMBER!

You might also like