You are on page 1of 17

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

MANAJEMEN PIUTANG

80
Tolong diperhatikan isi dan font tulisan. Masih ada yang belum sesuai antar paragraf.

Kalau memang mengcopy dari sumber lain, lebih dikembangkan bahasa dan penulisan
kalimatnya

Dosen Pengampu : Amiruddin Kalbuadi, MM

Disusun oleh :

1. Maratin Hasni (180501007)


2. Syahrul Mubarak (180501013)
3. Arnawiatun (180501019)
4. Novia Putri Rahmatillah (180501024)
5. Muhammad Arif Firmansyah (180501029)
6. Mulia Anggi Wulandari (180501034)
7. Miraz Haerani (180501039)
III/A

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2
A. Konsep Dasar Menejemen piutang
1. Konsep piutang
a. Piutang merupakan harta perusahaan yang timbul karena terjadinya transaksi
penjualan serta kredit atas barang dan jasa yang di hasilkan perusahaan.
b. Piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang yang timbul karena adanya
suatu transaksi .
c. Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan)
sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit.
d. Piutang adalah aktifa atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari di
laksanakannya kebijakan penjualan kredit .
e. Piutang adalah semua tuntutan atau taguhan kepada pihak lain dalam bentuk uang
yang timbul dari adanya penjualan secara kredit.

Adapun juga piutang merupakan aktifa lancar yang diharapkan dapat dikonfersi menjadi
khas dalam waktu satu tahun atau satu priode akuntansi,yang timbul dari hasil usaha pokok
perusahaan dan adanya usaha di luar kegiatan pokok perusahaan.

Menurut zaki badriwan ,taguhan-tagihan yang di miliki perusahaan dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu:

a. Taguhan-tagihan yang tidak di dukung dengan janji tertulis di sebut piutang.


b. Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis di sebut piutang.

2. Klasifikasi piutang
a. Piutang usaha adalah piutang yang timbul akibat transaksi penjualan secara kredit dalam
rangka kegiatan usaha-perusahaan.
b. Piutang non dagang atau piutang lain-lain adalah piutang yang timbul bukan dari
transaksi penjualan barang dagangan, jasa dan diluar kegiatan usaha perusahaan
misalnya,oiutang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit atas aktifa perusahaan
yang sudah tidak produktif lagi . Piutang biasanya timbul karena kebijakan kredit dari
perusahaan barang atau jasa kepada pihak lain. Namun, terkadang terjadi suatu keadaan

3
tidak tertagihnya sebagai piutang oleh perusahaan, hal ini merupakan konsekuensi dari
kebijakan kredit yang biasanya
dilakukan oleh perusahaan yang bertujuan meningkatkan penjualan secara kredit1
c. Piutang Tak Tertagih
Menurut Kieso (2008:350) yang diterjemahkan oleh Emill Salim piutang tak tertagih
adalah kerugian pendapatan, yang memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat
pada akun, penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan dengan laba.

3. Kebijakan Piutang Unsur-unsur Pemberian Kredit


Atmaja (2006, h.268) menyatakan bahwa pemberian kredit mengandung empat unsur
yaitu periode kredit, standar kredit, kebijakan penagihan, kebijakan diskon. Brigham dan
Houston, (2006 : 174) kebijakan kredit terdiri dari empat variable yaitu :
a. Periode kredit, merupakan jangka waktu yang diberikan kepada pembeli untuk melunasi
pembelinya.
b. Standart kredit, yang memiliki arti kekuatan keuangan yang diisyaratkan atas pelanggan
yang menerima fasilitas kredit.
c. Kebijakan penagihan, yang diukur oleh seberapa keras atau lunaknya perusahaan dalam
usaha menagih akun-akun yang lambat pembayarannya.
d. Kebijakan diskon, yang diberikan untuk pembayaran lebih cepat, termasuk persentase
potongan harga dan seberapa cepat pembayaran harus dilakukan untuk memenuhi
persyaratan pembelian potongan harga2.

3
4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Besarnya Piutang

a. Volume penjualan kredit

Besar kecilnya volume penjualan kredit yang ditetapkan oleh


perusahaan memengaruhi jumlah piutang perusahaan. Semakin besar volume

1
Setia mulyawan, S.E., MM, manajemen keuangan,bandung 2015,halman ,211-212
2
https://www.researchgate.net/publication/324251414_ANALISIS_PENGELOLAAN_PIUTANG_DAN_POTENSI
_PIUTANG_YANG_TIDAK_TERTAGIH_SEBAGAI_TINDAK_LANJUT_KEBIJAKAN_PEMBAYARAN_KR
EDIT_PADA_BIMBINGAN_BELAJAR_X_DI_MADIUN
3
Loc.cit., Bambang Riyanto, 2001, hlm. 87.

4
penjualan kredit, semakin besar pula investasi dalam piutang perusahaan.
Sebaliknya, semakin kecil volume penjualan kredit yang ditetapkan
perusahaan, semakin kecil jumlah piutangnya.

b. Syarat pembayaran penjualan kredit

Syarat atas penjualan kredit yang ditetapkan pihak perusahaan dapat


bersifat ketat atau lunak. Semakin ketat syarat pembayaran yang
ditetapkan, semakin cepat pengembalian piutang sehingga jumlah piutang
perusahaan akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin lunak syarat
pembayaran yang ditetapkan, semakin lama pengembalian piutang dan jumlah
piutang aan lebih besar.

c. Ketentuan tentang pembatasan kredit

Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas pemberian


kredit kepada pelanggan. Semakin tinggi batas yang ditetapkan, semakin
besar pelanggan membeli secara kredit sehingga jumlah piutang akan lebih
besar.

d. Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang

Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang dapat dilakukan secara aktif


ataupun pasif. Apabila digunakan secara aktif, perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk mendanai usaha ini. Apabila perusahaan
menerapkan cara pasif, pengumpulan piutang akan lebih lama sehingga
jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.

e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan

Kebiasaan pelanggan untuk membayar dalam periode cash discount


mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil. Sebaliknya, pelanggan membayar

5
pada periode setelah cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang
lebih besar karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama
untuk terealisasi menjadi kas. Agnes Sawir menambahkan bahwa jumlah
piutang ditentukan oleh:4

1) Volume penjualan, yaitu jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan


penjualan barang.
2) Rata-rata waktu antara penjualan dan penagihan atau rata-rata jangka
waktu penagihan.

5. Perputaran Piutang

Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan


menghitung perputaran piutang (turn over receivable), yaitu dengan membagi
total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata.5

Darsono (2004), mendefinisikan perputaran piutang adalah seberapa kali


saldo rata-rata piutang dikonversikan ke dalam kas selama periode tertentu.
Untuk menghitung perputaran piutang dapat digunakan rumus:6

Perputaran Piutang =
Penjualan Bersih
Saldo Piutang Rata-rata

Harnanto (1999) menambahkan bahwa:

"… Pada dasarnya, tingkat perputaran rata-rata piutang harus dihitung


berdasarkan hasil penjualan kredit. Akan tetapi, karena dalam laporan
keuangan yang dipublikasikan tidak dinyatakan secara terpisah antara
penjualan tunai dan kreditnya, pihak eksternal pada umumnya menggunakan

4
Loc.cit., Agnes Sawir, 2003, hlm. 198.
5
Loc.cit., S. Munawir, hlm. 75.
6
Darsono dan Ashari, 2004, Manajemen Keuangan, Yogyakarta: BPFE, hlm. 59

6
data hasil penjualan secara total dengan asumsi bahwa penjualan tunai
relatif kecil dan kurang berarti."7

Oleh karena itu, menurut Harnanto, perputaran piutang dapat dihitung


dengan rumus berikut:8

Perputaran Piutang =
Penjualan Bersih
Saldo Piutang Rata-rata

Dengan demikian, perputaran piutang terdiri atas dua variable, yaitu


total penjualan bersih dan rata piutang.

6. Resiko Kerugian Piutang


Kebijakan penjualan kredit akan menimbulkan resiko bagi
perusahaan. Oleh karen itu, biaya resiko tidak dapat ditagihnya pitang
perlu diperhitungkan dalam bentuk bad debt expense.
Dengan demikian, risiko kerugian piutang terdiri atas:
1) Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang. Risiko ini terjadi
apabila jumlah risiko kerugian piutang tidak dapat direalisasikan.
2) Risiko tidak dibayarkan sebagai piutang. Hal ini akan mengurangi
pendapatan perusahaan, bahkan mengakibatkan kerugian apabila jumlah
piutang yang diterima kurang dari harga pokok barang yang dijual secara
kredit.
3) Risiko keterlambatan pelunasan kredit. Hal ini akan menimbulkan adanya
tambahan dana untuk biaya penagihan kepada peminjam.
4) Risiko tertanamnya modal dalam piutang. Risiko ini terjadi karena adanya
tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga mengakibatkan jumlah

7
Harnanto, 1999, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: BPFE, hlm. 194.
8
Ibid.

7
modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin besar. Hal ini dapat
pula mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.

B. Kebijakan Kredit
Kebijakan penjualan produk secara kredit yang selanjutnya disebut
kebijakan kredit merupakan rangkaian keputusan yang ditempuh perusahaan
(manajer keuangan) yang akan mempengaruhi investasi dalam piutang.
Walaupun kodisi eksternal perusahaan khususnya kondisi ekonomi makro
mempunyai pengaruh kuat terhadap tingkat piutang, namun tingkat piutang
juga dipengaruhi oleh kebijakan kredit perusahaan. Dalam hubungan ini
“Standar Kredit” menjadi hal penting karena mengibdikasikan
persyaratan lunak dan ketatnya kredit yang ditetapkan perusahaan.
Selanjutnya kebijaksanaan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan
standar kredit, syarat kredit, dan kebijakan penagihan yang akan dibahas
dalam materi selanjutnya.

C. Standar dan Syarat Pemberian Kredit


1. Standar Kredit
Standar kredit adalah salah satu kriteria yang di pakai perusahaan
untuk menyelesaikan para langganan yang akan di beri kredit dan besarnya
jumlah yang harus di berikan. Jika perusahaan melakukan penjualan dengan
kredit hanya kepada para pelanggan yang kuat, kerugian karena timbulnya
piutang ragu-ragu biasanya kecil. Sebaliknya ada kemungkinan tingkat
penjualan yang hilang dapat lebih besar dari pada biaya yang dapat di
hindari nya. Untuk menentukan standar Kredit yang optimal perusahaan
harus membandingkan biaya marginal pemberian kredit dan laba marginal
dari peningkatan penjualan.

8
Biaya marginal adalah biaya produksi dan penjualan. Akan
tetapi biaya yang perlu di perhatikan adalah biaya-biaya yang berkaitan
dengan kualitas para pelanggan atau biaya kualitas kredit, yaitu :
a. Kerugian karena piutang ragu-ragu.
b. Biaya pemeriksaan dan penagihan yang lebih tinggi.
c. Biaya yang lebih besar yang bertahan dalam piutang dagang ( yang
mengakibatkan biaya modal lebih tinggi karena pelanggan yang kurang
layak menerima kredit, menunda pembayaran ).

2. Syarat Kredit
Syarat Kredit meliputi periode kredit dan potongan tunai secara
umum, periode kredit di mulai pada tanggal yang tertera pada faktur,
tetapi tergantung pada standar tiap industri periode pembayaran dapat di
mulai ketika barang di angkut barang di terima pembeli, awal bulan,
akhir bulan, tengah bulan atau waktu-waktu tertentu.
Lima aspek syarat kredit yaitu sebagai berikut:
a. Sifat ekonomis produk
Barang-barang dengan perputaran penjualan yang tinggi di jual
dengan syarat kredit yang relatif pendek, pembeli menjual kembali
dengan cepat yang menghasilkan uang tunai sehingga mampu membayar
kepada pemasok.
b. Kondisi penjual
Penjualan yang keuangannya lemah membutuhkan uang tunai atau
syarat kredit yang di tawarkan berjangka sangat pendek.
c. Kredit pembeli
Pada umumnya pengecer yang sehat kondisi keuangannya menjual
secara kredit dan sebaliknya menerima kredit yang lebih lama.
d. Periode kredit

9
Melonggarkan periode kredit dapat mendorong kenaikan penjualan,
tetapi biaya atas dana yang terkait pada piutang dagang akan
meningkat.
e. Potongan tunai
Yaitu reduksi harga di dasarkan atas pembayaran yang dilakukan
selama periode waktu yang telah di tentukan.

3. Kebijakan Manajemen Kredit


Setiap perubahan kebijaksanaan kredit yang di lakukan korporasi
merupakan keputusan yang menyangkut trade-of antara kenaikan
profitabilitas pada satu sisi dan risiko pada sisi lain. Manajemen
kredit menyangkut bidang keputusan sebagai berikut:
a. Analisis risiko kredit.
b. Menetapkan standar untuk menerima atau menolak risiko kredit.
c. Menspesifikasikan kredit.
d. Memutuskan cara membiayai piutang usaha kredit yang ada.

4. Analisis Kredit
Analisis kredit menggambarkan proses untuk melakukan penilaian atau
evaluasi untuk memberi kredit kepada pelanggan atau tidak. Analisis
kredit berusaha untuk menetapkan pelanggan yang layak menerima dengan
memerhatikan hal-hal berikut.
a. Sumber Informasi
Ada tiga sumber informasi eksternal yang tersedia:
1) Pertemuan kelompok lokal dan dengan syarat menyurat, pengalaman
berhubungan dengan debitur dipertukarkan melalui asosiasi para
pemberi kredit;
2) Pelaporan kredit;
3) Bank-bank komersial.

10
b. Analisis Informasi Kredit
Penilaian kredit akan timbul dengan analisis rasio keuangan
yang relative baku, dengan penekanan pada rasio likuidas,
leverage,dan profobilitas. Rasio tersebut dibandingkan dengan
rasio gabungan untuk bidang industry usaha tempat perusahaan
tersebut bergerak.
Disamping, analisis keuangan umum, dilakukan juga beberapa
penilaian khusus dengan kegiatan kredit. Informasi tentang
pembayaran kembali yang dilakukan oleh para pelanggan dimasukkan
dalam pertimbangan penilaian. Hal ini dilakukan dengan cara
mengambil data utang dagang dari neraca dan menghitung umur rata-
rata utang dagang. Perode pembayaran rata-rata tersebut dapat
digunakan dengan dua data pembanding lain, yaitu:
1) Periode pembayaran actual dari syarat kredit
2) Periode pembayaran rata-rata untuk bidang usaha tempat
pelanggan bergerak.
c. System Penilaian Formal
Setelah analisis informasi kredit, perusahaan berusaha mengungkapkan
hasil-hasilnya dan istilah kuantitatif. Secara umum, perusahaan
melakukan penilaian kredit (kredit scoring) yang merupakan cara paling
mudah dan murah untuk menilai pemberian kredit.

5. Memantau Manajemen Piutang


Beberapa faktor yang memengaruhi kebijakan kredit, antara lain sebagai
berikut.
a. Potensi laba (Profit Potential)

11
Jika dapat menjual secara kredit sekaligus membebankan bunga pada
piutang dagang, penjualan kredit lebih menguntungkan daripada
penjualan tunai.
b. Pertimbangan Legal (Legal Consideration)
Perusahaan tidak membebankan harga yang berada di antara konsumen,
kecuali perbedaan harga ini diperbolehkan secara legal.
c. Instrument Kredit (Credit Instruments)

Beberapa hal yang termasuk instrumen kredit (credit instruments),


antara lain:
1) Open account
2) Promissory
3) Commercial draft
4) Conditional sales contract

Cara membuat standar kredit, meliputi:


1) Kerugian dari piutang macet
2) Biaya pemeriksaan dan penagihan
3) Penembahan modal untuk piutang dagang

Untuk meningkatkan kualitas kredit dibuat kriteria penilaian


kredit, yaitu:
1) Character (kepribadian), pihak yang berwewenang dari pembelian
kredit yang berkaitan dengan kepercayaan perusahaan pada janji
yang bersangkutan untuk melunasi utang dagangannya,
2) Capccity (kemampuan), penialaian subjektif yang diukur dari
prestasi bisnisnya pada masa lampau

12
3) Capital (modal), dapat dilihat dari posisi keuangan perusahaan
dengan mengukur struktur modal dan likuiditasnya
4) Collateral (jaminan berupa dana tunai pada giro)
5) Condition (kondisi ekonomi yang berdampak pada usaha pelanggan)

D. Kebijakan Penagihan
Pada umumnya sebuah perusahaan terlibat dalam penjualan barang dan
jasa. Cara pembayaran barang dan jasa tersebut yaitu dengan penjualan
tunai dan juga sebagian besar secara kredit. Jika penjualan dilakukan
dalam bentuk kredit, maka akan meningkatkan piutang dagang bagi
perusahaan tersebut. Penjualan secara kredit dilakukan untuk
mempertahankan pelanggan-pelanggan yang sudah ada dan juga untuk menarik
pelanggan baru bagi perusahaan. Persyaratan-persyaratan kredit mungkin
berbeda dari satu jenis usaha ke jenis usaha lainnya. Tetapi untuk
perusahaan-perusahaan dalam jenis usaha yang sama biasanya memberikan
persyaratan yang tidak jauh berbeda. Namun tentu saja dalam hal ini
masih terdapat pengecualian karena seringkali supplier memberikan
persyaratan yang begitu gampang kepada pelanggan tertentu baik dalam
rangka membantu pelanggan tersebut maupun menariknya agar mau menjadi
langganan tetap perusahaan.9
Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan
atau piutang kepada langganan, sangat erat hubungannya dengan
persyaratan kredit yang diberikan. Selain itu pengumpulan piutang juga
sering tidak tepat pada waktu. Dengan demikian dibutuhkan kebijaksanaan
pengumpulan piutang yang diatur dengan cara seefisien mungkin. Menurut
tujuan akuntansi, istilah piutang pada umumnya diterapkan dalam
pengertian yang sempit yaitu berupa klaim yang diharapkan akan

9
http://syafrizalhelmi.blogspot.com/2008/06/kebijakan-piutang.html

13
diselesaikan melalui penerimaan kas. Semua piutang yang diharapkan akan
tertagih menjadi kas dalam jangka waktu yang tidak lebih dalam 1 tahun.
a. Prosedur Penagihan Piutang
Pada tahap berikutnya setelah terjadi piutang maka akan dilakukan
penagihan terhadap para debitur. Penagihan sebaiknya dilakukan
oleh petugas yang khusus ditunjuk untuk itu, yang disebut dengan
kolektor. Adapun proses penagihan piutang menurut Indriyo dan
Basri (2002:83) adalah:
1) Bagian piutang menyusun daftar tagihan piutang yang jatuh
tempo. Daftar tersebut akan diserahkan kepada penagih
beserta kuitansi penjualan asli.

2) Penagih langsung mendatangi pelanggan ke alamat masing-


masing dan menagih piutang yang tercantum pada daftar
tagihan. Setiap pelunasan yang dilakukan pelanggan akan
diberikan kuitansi penjualan yang asli yang dicap lunas.
3) Uang hasil penagihan yang diperoleh akan diserahkan kepada
kasir serta daftar tagihannya.
4) Kasir menghitung uang tagihan dan apabila sudah cocok dengan
daftar tagihan maka daftar tagihan tersebut akan diberikan
cap dimana tagihan tersebut telah diterima oleh kasir.
Setelah dicap daftar tagihan tersebut akan diserahkan
kembali kepada penagih atau kolekor.
5) Selanjunya bagian penagihan akan menyerahkan daftar tagihan
ke bagian piutang dan akuntansi, penagihan piutang yang
diterima pada buku tambahan dan bagian akuntansi mencatat ke
buku kasir dan buku besar.

14
Menurut Kasmir (2003;95) ada beberapa cara yang dilakukan untuk
melakukan penagihan piutang yaitu:

1) Melalui Surat
Apabila pembayaran hutang dari pelanggan sudah lewat
beberapa hari tetapi belum dilakukan pembayaran maka
perusahaan dapat mengirim surat untuk mengingatkan atau
menegur pelanggan yang belum membayar hutangnya yang jatuh
tempo. Apabila hutang tersebut belum juga dibayar setelah
beberapa hari surat dikirimkan maka dapat dikirimkan lagi
surat dengan teguran yang lebih keras.
2) Melalui Telepon
Apabila setelah pengiriman surat teguran ternyata tagihan
tersebut belum juga dibayar maka bagian kredit dapat
menelepon pelanggan dan secara pribadi memintanya untuk
segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan
tersebut ternyata pelanggan mempunyai alasan yang dapat
diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan
perpanjangan sampai jangka waktu tertentu.
3) Kunjungan Personal
Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat
pelanggan sering kali digunakan karena dirasakan sangat
penting dalam usaha-usaha pengumpulan piutang.
4) Tindakan Yuridis
Jika ternyata pelanggan tidak mau membayar kewajibannya maka
perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan
mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

15
Apabila pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya, maka perusahaan perlu
mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan kredit tersebut agar tidak macet.
Tindakan atau kebijakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Melalui teguran yang dilakukan melalui surat atau telepon. Teguran ini dapat
bersifat mengingatkan, misalnya kredit jatuh tempo pelanggan ditelepon dengan
teguran halus. Kemudian teguran dapat pula bersifat menyuruh nasabah untuk
segera membayar dan memastikan tanggal kapan pelanggan akan dibayar.
2) Apabila melalui teguran baik surat maupun teleppon sudah tidak ditanggapi, maka
perusahaan dapat menyerahkan ke badan penagih (collection agency) semacam
bedt collector untuk menagih kredit tersebut hingga tertagih.10

10
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta. Hlm. 246

16
DAFTAR PUSTAKA

Darsono dan Ashari. 2004. Manajemen Keuangan, Yogyakarta: BPFE

Harnanto. 1999.Akuntansi Biaya, Yogyakarta: BPFE

Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Jakarta

Mulyawan,Setia. 2015. Manajemen Keuangan . Bandung: Pustaka Setia

https://www.researchgate.net/publication/324251414_ANALISIS_PENGELOLAAN_PIUTANG
_DAN_POTENSI_PIUTANG_YANG_TIDAK_TERTAGIH_SEBAGAI_TINDAK_LANJUT_
KEBIJAKAN_PEMBAYARAN_KREDIT_PADA_BIMBINGAN_BELAJAR_X_DI_MADIU
N

http://syafrizalhelmi.blogspot.com/2008/06/kebijakan-piutang.html

17

You might also like