You are on page 1of 14

PENILAIAN KEBERHASILAN PROGRAM TB DOTS BERDASARKAN

ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN DAN ANGKA KONVERSI


DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
PERIODE JANUARI 2008 – DESEMBER 2012

Nyta Hasra M
Azizman Saad
Fifia Chandra
Email: nyta.hasra@gmail.com

ABSTRACT
World Health Organization (WHO) classified tuberculosis (TB) as global
emergency at the end of 1993. Directly Observed Treatment Short-course (DOTS)
is a direct supervision for short-term treatment, recommended by the World
Health Organization for the world TB prevention. The Millennium Development
Goals (MDGS) in 2015 is to reduce the number of deaths caused by tuberculosis
for 50%. To achieve the target, program policy against tuberculosis improvement
and evaluation will be needed. Evaluation in this research done by using two
nasional indicators, which are success rate (national targets should be at least
85%) and conversion rate (national targets should be at least 80%). This
research was using mixed methods with quantitative and qualitative
approachment. Samples was taken by total sampling method, where 304 people
have obtained as quantitative research samples and 3 people as qualitative
research samples. Research results showed that the success rate at the end of
2009 and 2012 was 94%, in 2010 was 93%, in 2011 was 86%, and in 2008 was
77%. While the conversion rate at the end of 2011 was 96%, in 2012 was 94%, in
2009 was 91%, in 2008 was 89%, and in 2010 was 82%. It can be concluded that
success rate in General Hospital Arifin Achmad Riau Province in 2008 have not
reached national targets yet, but in 2009, 2010, 2011, and 2012 have exceeded
national targets. The conversion in General Hospital Arifin Achmad Riau
Province at the end of 2008, 2009, 2010, 2011 and in 2012 have exceeded
national targets.

Key words : Tuberculosis (TB), Directly Observed Treatment Short-course


(DOTS), success rate, conversion rate

PENDAHULUAN TB dapat merusak jaringan paru


Tuberkulosis (TB) paru sehingga pasien akan sulit untuk
adalah penyakit menular yang bernafas.2 TB telah menginfeksi
disebabkan oleh bakteri basil sepertiga dari populasi dunia.3 Pada
Mikobakterium tuberkulosis.1 Bakteri tahun 2010 Indonesia masuk ke

JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 1


dalam sepuluh besar negara dengan Pada penelitian sebelumnya
permasalahan TB terbesar dari 22 oleh Chomisah E di Rumah Sakit
negara di dunia.4 Di Indonesia Umum Pusat Dr. Moehamad Hoesin
insiden TB pada tahun 2011 sebesar Palembang tahun 1999 didapatkan
189 per 100.000 penduduk. World angka konversi sebesar 84,16%
Health Organization (WHO) sedangkan untuk kesembuhan adalah
merekomendasikan strategi DOTS 76,19%.9 Sementara penelitian oleh
untuk pengobatan TB di Ramadhani A tahun 2010 di RSUD
dunia pada tahun 1995. Tahun 1995 Dr. Kariadi Semarang didapatkan
Indonesia mulai menggunakan hasil konversi sebesar 47,5% dan
strategi DOTS yang dilaksanakan di angka keberhasilan pengobatan
10
pusat kesehatan masyarakat adalah 52,5%. Lalu penelitian oleh
(puskesmas) secara bertahap.6Pada Hasanah MN di Rumah Sakit Paru
tahun 2000 secara bertahap strategi Surabaya tahun 2012 didapatkan
DOTS mulai dikembangkan di angka konversi sebesar 77%.11
seluruh Unit Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah
(UPK).7 Target Millenium Arifin Achmad Provinsi Riau telah
Development Goals (MDGs) 2015 menggunakan program TB DOTS
adalah dapat menurunkan 50% angka rumah sakit untuk penanggulangan
kematian yang disebabkan oleh TB.8 tuberkulosis di Poli Paru sejak tahun
Untuk mencapai target tersebut, 2007. Selama ini belum ada
maka evaluasi perlu dilakukan untuk dilakukan penelitian tentang
kepentingan perencanaan dan keberhasilan program TB DOTS di
pengembangan program RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
penanggulangan tuberkulosis.6 Berdasarkan latar belakang
Terdapat sepuluh indikator tersebut, maka penulis ingin
penanggulangan TB di berbagai mengetahui Penilaian keberhasilan
tingkat UPK. Pada penelitian ini, program TB DOTS berdasarkan
evaluasi keberhasilan program angka keberhasilan pengobatan dan
DOTS akan dilakukan dengan angka konversi di RSUD Arifin
menggunakan 2 indikator nasional, Achmad Provinsi Riau periode
yaitu angka keberhasilan pengobatan Januari 2008 sampai dengan
yang ditargetkan minimal 85% dan Desember 2012 dilihat dari angka
angka konversi minimal 80%.6 keberhasilan pengobatan dan angka
Angka keberhasilan pengobatan di konversi.
Indonesia pada tahun 2011 adalah
90,3% sedangkan Riau adalah METODE PENELITIAN
76,8%. Sementara untuk angka Desain penelitian yang
konversi di Indonesia adalah 84,4% digunakan adalah penelitian
sedangkan untuk Riau adalah deskriptif yang menggunakan
metode gabungan (mixed methods)
73,0%.5
dengan pendekatan kuantitatif dan

JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 2


kualitatif. Data kuantitatif digunakan informan, peneliti memberikan
untuk mendapatkan angka keterangan penelitian, informed
keberhasilan pengobatan sedangkan consent, dan seluruh pembicaraan
data kualitatif digunakan sebagai
direkam. Data kuantitatif yang
penunjang untuk membahas angka
keberhasilan pengobatan dan angka diperoleh dari TB.03 dikelompokkan
konversi. Penelitian dilakukan di poli berdasarkan variabel penelitian dan
paru RSUD Arifin Achmad pada diolah secara manual dan
bulan April 2013 sampai bulan Juni komputerisasi kemudian disajikan
2014. Populasi untuk penelitian dalam bentuk grafik. Sedangkan
kuantitatif adalah seluruh data pasien untuk menguji keabsahan data
TB paru yang awal pengobatan hasil
(validitas data) data kualitatif
pemeriksaan BTAnya positif yang
datanya lengkap yang tercatat dalam dilakukan triangulasi data yaitu
TB.03 di poli paru RSUD Arifin triangulasi sumber dengan cara
Achmad Provinsi Riau dari bulan melakukan cross check data dengan
Januari 2008 sampai dengan fakta dari sumber lainnya, serta
Desember 2012. Sedangkan triangulasi data dengan cara
informan kualitatif adalah tim DOTS membandingkan data dari berbagai
rumah sakit yang bersedia
kasus. Analisis data kualitatif
memberikan informasi yang berada
di Poli paru RSUD Arifin Achmad dilakukan dengan menggunakan
Provinsi Riau. Sampel analisis isi (content analysis) untuk
untuk penelitian kuantitatif diambil mendapatkan informasi mendalam
secara total sampling. Jumlah sampel mengenai penilaian keberhasilan
adalah 304. Sedangkan sampel untuk program TB DOTS di RSUD Arifin
penelitian kualitatif diambil secara Achmad Provinsi Riau Periode 1
total sampling. Informan berjumlah 3 Januari 2008-31 Desember 2012
orang diambil sesuai kecukupan. dengan cara mencatat, dibuat matrik
Data kuantitatif dikumpulkan dari dan analisis secara manual.
register TB kabupaten/kota (formulir
TB.03) dengan strategi DOTS di HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Arifin Achmad provinsi Berdasarkan formulir TB.03
Riau periode Januari 2008 sampai terdapat 304 pasien yang berobat TB
dengan Desember 2012. Angka dengan strategi DOTS di RSUD
keberhasian pengobatan dikatakan Arifin Achmad Provinsi Riau pada
telah mencapai/melebihi target periode 1 Januari 2008 sampai
nasional jika ≥ 85%. Sedangkan dengan 31 Desember 2012.
untuk angka konversi dikatakan telah Perbandingan pasien TB laki-laki
mencapai/melebihi target nasional dan perempuan adalah 196 laki-laki
jika ≥ 80%. Data kualitatif (64%) dan 108 perempuan (35%).
dikumpulkan dengan metode Berdasarkan formulir TB.03 juga
wawancara mendalam kepada diperoleh data sebagai berikut:
informan. Sebelum melakukan
wawancara mendalam dengan
JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 3
4.1 Angka keberhasilan Arifin Achmad Provinsi Riau
pengobatan semuanya telah melebihi target
Angka keberhasilan nasional yaitu 80%. Angka konversi
pengobatan pasien TB BTA positif pada tahun 2011 adalah 96%, tahun
yang berobat di RSUD Arifin 2012 adalah 94%, tahun 2009 adalah
Achmad Provinsi Riau pada tahun 91%, tahun 2008 adalah 89%, serta
2009 dan tahun 2012 adalah sebesar tahun 2010 adalah 82%. Berikut
94%, tahun 2010 adalah 93%, tahun adalah grafik angka konversi BTA
2011 adalah 86%, dan tahun 2008 pasien TB yang berobat di RSUD
adalah 77%. Terlihat bahwa angka Arifin Achmad Provinsi Riau per
keberhasilan pengobatan pada tahun tahun.
2008 (77%) masih belum mencapai
target nasional yaitu 85%, sedangkan 100%
96%94%
angka keberhasilan pengobatan pada 90% 89%91%
tahun 2009, tahun 2010, tahun 2011 80% 80%80%82%
80%80%80%
serta tahun 2012 telah melebihi 70%
Angka
target nasional yaitu 85%. Berikut 60% konvers
50% i
adalah grafik angka keberhasilan
40%
pengobatan pasien TB yang berobat Target
30%
di RSUD Arifin Achmad Provinsi 20%
Riau periode 1 Januari 2008 sampai 10%
dengan 31 Desember. 0%
2008
2009
2010
2011
2012

100%
94%93% 94%
90%
86%85%
85%85%85%85% Angka Gambar 5.2: Grafik angka
80% 77% Keberha konversi per tahun
70%
silan
60% Pengoba 4.3 Peranan tim DOTS
50% tan
40% a. Waktu mulai terbentuk program
Target
30% TB DOTS dan tim DOTS
20% Waktu mulai terbentuk
10% program TB DOTS serta tim DOTS
0%
terbentuk pada tahun 2007. Namun
2008
2009
2010
2011
2012

SK pembentukan tidak dapat dilihat.

Gambar 5.1: Grafik angka b. Perencanaan program TB DOTS


keberhasilan pengobatan BTA per Informasi yang di dapat dari
tahun penelitian tentang perencanaan
program TB DOTS meliputi hal
4.2 Angka konversi
berikut:
Angka konversi pasien TB
BTA positif yang berobat di RSUD
JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 4
1. Tenaga terlatih sementara untuk OAT kategori 2
Seluruh tim DOTS telah akan habis dalam waktu kurang lebih
mendapatkan pelatihan tenaga dari 3 bulan.
Dinas Kesehatan setiap tahun, tidak 4. Formulir Pencatatan dan
ada yang menolak untuk ikut serta pelaporan
pelatihan karena sudah merupakan Formulir TB untuk
tugas/kewajiban dari RSUD Arifin pencatatan dan pelaporan didapat
Achmad, peserta yang akan ikut dari dinas kesehatan, dan
pelatihan dipilih oleh rumah sakit ketersediaannya selalu ada, formulir
yang telah berkoordinasi dengan TB yang tersedia adalah
ketua tim DOTS, tidak ada kriteria TB.01,TB.02,TB.05, TB.06, TB.09,
khusus untuk pemilihan peserta TB.010, kendala di tempat
pelatihan. Kendala yang dihadapi pencatatan adalah tidak adanya
adalah adanya mutasi. Petugas baru petugas khusus dari rumah sakit
setelah mutasi merupakan petugas untuk pencatatan, sehingga untuk
baru yang belum mendapatkan pencatatan masih belum optimal.
pelatihan sebelumnya, petugas 5. Fasilitas peralatan dan reagensia
tersebut akan diikut sertakan dalam Fasilitas peralatan baik di
pelatihan. ruangan dan di laboratorium
2. Anggaran program TB DOTS memadai untuk menunjang
Anggaran program TB DOTS pelayanan TB, begitu juga dengan
berasal dari Dinas kesehatan dan dari reagensia ketersediannya selalu ada,
global fund. Tidak ada sumber dana dikarenakan adanya stok, peralatan
dari tempat lainnya. dan reagensia diperoleh dari rumah
3. Ketersediaan OAT sakit. Mikroskop yang telah
ketersediaan OAT untuk digunakan dibersihkan kembali.
kategori 1 tidak pernah kosong Tidak ada perawatan khusus untuk
dikarenakan adanya stok yang mikroskop, petugas laboratorium
banyak, sementara untuk OAT berjumlah 3 orang, latar belakang
kategori 2 pernah kosong petugas laboratorium adalah analis.
dikarenakan stok yang sedikit.
Sebelum habis OAT diminta ke c. Pelaksanaan program TB DOTS
Dinas Kesehatan. Stok OAT kategori Informasi yang di dapat dari
2 sedikit dikarenakan kasus yang penelitian tentang pelaksanaan
jarang untuk pemakaian OAT program TB DOTS meliputi hal
kategori 2. Waktu permintaan OAT berikut:
ke Dinas Kesehatan sampai OAT 1. Pelaksanaan rapat rutin
didapat tidak lebih dari 2 hari, OAT Rapat rutin tidak
dapat dijemput atau diantar oleh dilaksanakan di rumah sakit, rapat
petugas Dinas kesehatan. OAT rutin hanya berlangsung dengan
kategori 1 akan habis dalam waktu dinas kesehatan dan puskesmas
sekitar kurang lebih 6 bulan, lainnya yang diadakan sekali 3 bulan

JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 5


untuk evaluasi. hal ini dikarenakan tersebut berupa pengantar, jumlah
kurangnya koordinasi dan sosialisasi. pasien yang berobat, pasien suspek
Hal yang dibahas pada rapat rutin TB paru, pasien BTA positif, pasien
dengan dinas kesehatan adalah yang sembuh, pasien yang
tentang pencapaian DOTS, kendala- pengobatan lengkap serta pasien
kendala yang didapat selama yang konversi, laporan tersebut
berjalannya program, evaluasi kerja disajikan dalam bentuk kolom
RSUD dan puskesmas. Salah satu berdasarkan kasus, laporan tidak
perbaikan dari Dinas Kesehatan dihitung dengan rumus indikator.
dalam rapat tersebut adalah masalah 3. Penegakan diagnosis dengan
cross chek, laporan yang tidak menggunakan pemeriksaan
diantar oleh petugas rumah sakit mikroskopis.
ataupun puskesmas akan di jemput Penegakan diagnosis TB
oleh petugas Dinas kesehatan. menggunakan Gold standar yaitu
pemeriksaan BTA sputum, namun
d. Monitoring dan evaluasi program tetap di dukung oleh pemeriksaan
DOTS foto thoraks. Jika dahak pasien tidak
Informasi yang di dapat dari ada maka diagnosis TB
penelitian tentang monitoring dan menggunakan foto thoraks.
evaluasi program TB DOTS meliputi 4. Buku pedoman penanggulangan
hal berikut: TB
1. Jejaring internal dan jejaring Tim DOTS RSUD Arifin
eksternal achmad memiliki buku yang
Jejaring internal tim dots digunakan sebagai pedoman dalam
belum berjalan sesuai dengan yang pelaksanaan program TB DOTS
diinginkan, hal ini terlihat dari tidak yaitu buku pedoman nasional
adanya rapat rutin di rumah sakit, penanggulangan TB yang didapatkan
sedangkan untuk jejaring eksternal setiap ikut pelatihan.
telah berjalan yaitu dengan 5. Monitoring pengawas menelan
melakukan kerja sama dengan obat (PMO) dan keteraturan pasien
puskesmas dalam merujuk pasien, TB untuk menyelesaikan pengobatan
pasien dirujuk jika rumah pasien jauh Tim DOTS RSUD Arifin
untuk mempermudah pasien dalam Achmad memonitoring PMO dengan
menyelesaikan pengobatan. cara melihat keteraturan pasien
2. Laporan monitoring dan evaluasi dalam pengobatan, kemudian
kepada direktur rumah sakit menelepon PMO bila pasien tidak
Laporan monitoring dan teratur datang berobat. Sedangkan
evaluasi selalu di sampaikan secara cara memonitoring keteraturan
tertulis kepada direktur rumah sakit pasien berobat adalah dengan cara
tapi tidak ada tindak lanjut, laporan melihat tanggal datang pasien
tersebut diberikan setiap 3 berobat yang terdapat di kotak yang
bulan/pertriwulan. Isi laporan telah disediakan, bila pasien tidak
JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 6
datang sesuai tanggal berobat yang didapatkan angka keberhasilan
telah ditentukan maka PMO pasien pengobatan sebesar 73,3%. 12
akan dihubungi. Di Indonesia angka
keberhasilan pengobatan pada tahun
PEMBAHASAN 2011 adalah 90,3%, sementara angka
Berdasarkan penelitian konversi pada tahun 2011 adalah
didapatkan hasil bahwa angka 84,4%, angka tersebut telah melebihi
keberhasilan pengobatan Di RSUD target nasional.5
Arifin Achmad Provinsi Riau pada Angka keberhasilan
tahun 2009, tahun 2010, tahun 2011 pengobatan adalah persentase pasien
serta tahun 2012 telah melebihi baru TB paru BTA positif yang
target nasional. Sedangkan angka menyelesaikan pengobatan (baik
keberhasilan pengobatan pada tahun yang sembuh maupun yang
6
2008 belum mencapai terget lengkap). Sementara angka konversi
nasional. Target nasional untuk adalah persentase pasien TB paru
angka keberhasilan pengobatan BTA positif yang mengalami
6
adalah 85%. Sementara untuk angka perubahan menjadi BTA negatif
konversi pada tahun 2008, tahun setelah menjalani masa pengobatan
2009, tahun 2010, tahun 2011 dan intensif (2 bulan).6
tahun 2012 telah melebihi target Hal yang mempengaruhi
nasional. Target nasional untuk rendahnya angka keberhasilan
angka konversi adalah 80%. pengobatan pada tahun 2008 karena
Terdapat beberapa penelitian pada tahun tersebut masih
yang sama sebelumnya yaitu merupakan tahun awal berjalan
penelitian yang dilakukan oleh program TB DOTS sehingga
Ramadhani A tahun 2010 di RSUD perencanaan dan pelaksanan program
Dr. Kariadi Semarang didapatkan TB DOTS pada tahun 2008 masih
hasil konversi sebesar 47,5% dan kurang optimal. Sementara untuk
angka keberhasilan pengobatan perencanaan dan pelaksanaan pada
10
sebesar 52,5%. kemudian tahun 2009, tahun 2010, tahun 2011
penelitian oleh Chomisah E di serta tahun 2012 tim DOTS RSUD
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Arifin Achmad menggunakan hasil
Moehamad Hoesin Palembang tahun evaluasi tahun awal agar
1999 didapatkan angka konversi mendapatkan hasil yang lebih baik
sebesar 84,16% 9 Lalu penelitian lagi. Sehingga angka keberhasilan
oleh Hasanah MN di Rumah Sakit pengobatan pada tahun 2009, tahun
Paru Surabaya tahun 2012 2010, tahun 2011 serta tahun 2012
didapatkan angka konversi sebesar dapat melebihi target nasional. Hal
77%.11 Serta penelitian yang ini didukung oleh pernyataan
dilakukan oleh Bahagia IR tahun informan kunci 1 yang mengatakan
2010 di puskesmas keramat jati bahwa hal yang menyebabkan
rendahnya angka keberhasilan
JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 7
pengobatan pada tahun 2008 adalah pedoman manajerial pelayanan
karena pada tahun 2008 masih tuberkulosis dengan strategi DOTS
merupakan tahun-tahun awal di rumah sakit mengatakan bahwa
berjalan program TB DOTS di perencanaan program pelayanan TB
RSUD Arifin Achmad, sehingga dirumah sakit meliputi tenaga
pelaksanaannya masih kurang terlatih, anggaran, obat-obatan,
efisien. Hal ini didukung oleh reagensia, peralatan serta formulir
pernyataan informan kunci 2 yang pencatatan TB.13
mengatakan bahwa rendahnya angka Berikut adalah perencanaan,
keberhasilan pengobatan pada tahun pelaksanaan serta monitoring
2008 disebabkan karena program TB evaluasi program TB DOTS di
DOTS baru dimulai pada RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau:
pertengahan tahun 2007, sehingga Seluruh tim DOTS RSUD
pada tahun 2008 pelaksanaannya Arifin Achmad telah mendapatkan
masih kurang optimal dikarenakan pelatihan dari dinas kesehatan, baik
masih baru. petugas pencatatan, petugas labor
Angka keberhasilan serta petugas lainnya. Pelatihan
pengobatan dari tahun 2009 sampai tersebut diselenggarakan setiap satu
dengan tahun 2012 serta angka tahun sekali. Petugas DOTS di pilih
konversi dari tahun 2008 sampai oleh pihak rumah sakit yang
dengan tahun 2012 telah melebihi berkoordinasi dengan koordinator
target nasional, pencapaian ini DOTS, tidak terdapat petugas yang
didukung oleh tim DOTS yang telah menolak untuk pelatihan karena
melaksanakan tugasnya sesuai sudah merupakan kewajiban dari
dengan protapnya masing- masing. RSUD.
Tugas tersebut meliputi perencanaan, Teori mengatakan pelatihan
pelaksanaan serta monitoring merupakan salah satu upaya
evaluasi. Namun tetap terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan
beberapa kendala yang ditemukan keterampilan petugas dalam rangka
seperti anggaran program, kurangnya meningkatkan mutu dan kinerja
tenaga dibagian pencatatan, serta petugas. Pelatihan pada tim DOTS
kurangnya koordinasi dan sosialisasi adalah dengan memasukkan materi
dari manajemen rumah sakit kepada program penanggulangan
setiap SMF sehingga jejaring internal tuberkulosis strategi DOTS dalam
belum berjalan sesuai dengan yang pembelajaran/ kurikulum institusi
dinginkan. pendidikan tenaga kesehatan, dengan
Perencanaan program TB diberikan pelatihan diharapkan dapat
DOTS di RSUD Arifin Achmad meningkatkan mutu dan kinerja tim
meliputi pelatihan tenaga, anggaran, DOTS.6
obat-obatan, formulir pencatatan dan Anggaran program TB DOTS
pelaporan, serta peralatan di ruangan diperoleh dari Dinas Kesehatan dan
maupun di laboratorium. Buku Global fund, anggaran tersebut
JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 8
digunakan untuk semua kegiatan dilakukan oleh tim DOTS RSUD
dalam pelaksanaan program TB Arifin Achmad ketika kategori 2
DOTS. kosong sementara adalah dengan
Alokasi APBD untuk meminjam salah satu jenis OAT
pengendalian TB secara umum kategori 2 yaitu streptomycin kepada
rendah dikarenakan tingginya rumah sakit sampai kategori 2 dari
pendanaan dari donor internasional Dinas Kesehatan datang. Dengan
dan banyaknya masalah kesehatan begitu kebutuhan pasien untuk
masyarakat lainnya yang juga perlu kategori 2 tetap dapat terpenuhi.
didanai.6 Penelitian Suharjana pada Secara keseluruhan, sistem
tahun 2004 menyatakan bahwa logistik obat belum berjalan dengan
penemuan TB rendah dapat optimal dalam menjamin
disebabkan oleh pengalokasian dana ketersediaan obat TB secara
yang belum optimal.14 berkesinambungan. Penyediaan OAT
Untuk ketersediaan OAT di kategori 2 untuk TB MDR masih
dapat dari dinas kesehatan, impor, sedangkan proses pengeluaran
ketersedian OAT untuk kategori 1 obat dari bandara lama. Ketersediaan
tidak pernah kosong dikarenakan OAT kategori 2 untuk kasus MDR
stok yang banyak, sedangkan sedang diupayakan untuk
ketersedian OAT kategori 2 pernah mendapatkan persetujuan dari GLC
kosong dikarenakan stok yang (Green Light Committee). Perbaikan
sedikit. Namun untuk kosong lama dalam manajemen obat TB di tingkat
tidak pernah dijumpai dikarenakan provinsi dan kabupaten/kota harus
permintaan OAT ke dinas kesehatan dilakukan secara kontinyu untuk
dilakukan sebelum OAT habis. mencegah stock-out.15
Waktu permintaan sampai obat Penelitian Muninjaya
datang tidak lebih dari 2 hari, menyebutkan logistik diperlukan
kategori 1 biasanya mampu bertahan untuk menunjang pelayanan. Ia juga
hampir 6 bulan dikarenakan stok menambahkan bahwa kekurangan
yang banyak, namun untuk kategori dalam penyediaan logistik dapat
2 akan habis dalam waktu kurang mengganggu mutu pelayanan
dari 3 bulan dikarenakan stok yang dikarenakan masalah ini
sedikit, stok sedikit dikarenakan menyangkut kebijakan pengadaan
kasus TB yang masih jarang untuk dan pemeliharaan.14
pemakaian OAT kategori 2. Formulir TB untuk
Buku pedoman manajerial pencatatan dan pelaporan diminta ke
pelayanan tuberkulosis dengan Dinas Kesehatan, serta
strategi DOTS di rumah sakit ketersediaannya selalu ada. Formulir
mengatakan bahwa terdapat TB yang tersedia adalah TB.01,
kebijakan/ketentuan/prosedur tentang TB.02, TB.05, TB.06, TB.09, serta
OAT, ketersediaan obat, bila terjadi TB.010. Kendala di bagian
kekosongan.13 Kebijakan yang pencatatan adalah tidak adanya
JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 9
petugas khusus dari rumah sakit. tuberkulosis dengan strategi DOTS
Petugas pencatatan memiliki tugas di rumah sakit menyatakan bahwa
rangkap, sehingga pencatatan fasilitas yang cukup harus tersedia
berjalan kurang optimal. Pada tahun bagi staf medis sehingga dapat
2014 rumah sakit telah memberikan tercapai tujuan dan fungsi pelayanan
petugas khusus untuk pencatatan DOTS yang optimal bagi pasien
agar pencatatan dapat berjalan TB.13
optimal. Penelitian manaf 1996
Buku pedoman manajerial membuktikan adanya hubungan
pelayanan tuberkulosis dengan bermakna antara kelengkapan sarana
strategi DOTS di rumah sakit dengan kepatuhan bidan terhadap
menyatakan bahwa direktur/wakil standar operasional pelayanan (SOP)
direktur membentuk tim DOTS layanan antenatal di Puskesmas
rumah sakit, salah satu anggota dari Jakarta Pusat. Oleh karena itu dapat
tim DOTS tersebut adalah petugas disimpulkakan ada hubungan antara
pencatatan dan pelaporan, agar ketersediaan logistik, sarana dan
pencatatan dan pelaporan dapat prasarana dengan kontinuitas
14
terlaksana dengan benar dan tepat pelayanan.
waktu kepada direktur maupun dinas Pada pelaksanaan program
kesehatan kabupaten/kota.13 TB DOTS tidak terdapat rapat rutin
Fasilitas peralatan di ruangan yang diadakan di rumah sakit, rapat
poli, peralatan dilaboratorium, rutin hanya berlangsung dengan
reagensia serta mikroskop dinas kesehatan dan puskesmas lain,
didapatkan dari rumah sakit. hal yang menyebabkan tidak adanya
Ketersediaan reagensia tidak pernah rapat rutin di jejaring internal tim
kosong dikarekan adanya stok. Tidak DOTS dikarenakan masih kurangnya
ada kendala di laboratorium dalam koordinasi dan sosialisasi antara
pemeriksaan BTA Sputum. Setelah setiap SMF lain dan unit DOTS.
digunakan mikroskop dibersihkan. Pembahasan dalam rapat bersama
Petugas yang berada dilabor dinas kesehatan adalah tentang
berjumlah 3 orang, latar belakang pencapaian DOTS, kendala-kendala
petugas laboratorium adalah analis. yang didapat selama berjalannya
Menurut WHO, ketersediaan program serta evaluasi kerja RSUD,
alat dan bahan yang cukup sangat puskesmas. Rapat tersebut dihadiri
berpengaruh untuk menunjang oleh semua rumah sakit dan
keberhasilan penanggulangan TB puskesmas yang menggunakan
dengan strategi DOTS.16 Program DOTS dalam pengobatan TB.
Nasional pengendalian tuberkulosis Buku pedoman manajerial
akan memberikan kontribusi dalam pelayanan tuberkulosis dengan
hal pelatihan, OAT, mikroskopis dan strategi DOTS di rumah sakit
bahan-bahan laboratorium.13 Buku menjelaskan bahwa untuk evaluasi
pedoman manajerial pelayanan dan monitoring program TB DOTS
JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 10
adalah adanya pertemuan berkala di rumah sakit menjelaskan bahwa
secara formal antara pimpinan rumah ada laporan dan hasil evaluasi
sakit dan komite medik/Tim DOTS pelaksanaan jejaring internal dan ada
untuk membahas, merencanakan dan rencana tindak lanjut dari hasil
mengevaluasi pelayanan medis serta evaluasi.13
upaya peningkatan mutu pelayanan Diagnosis pasien tuberkulosis
medis TB. 13 di poli RSUD Arifin Achmad adalah
Jejaring internal tim DOTS dengan menggunakan pemeriksaan
belum berjalan sesuai dengan yang BTA sputum, namun tetap didukung
diinginkan, hal ini dapat dilihat dari oleh pemeriksaan foto thoraks
tidak adanya rapat rutin di rumah sebagai pemeriksaan tambahan.
sakit, untuk jejaring eksternal tim Buku pedoman nasional
DOTS RSUD Arifin Achmad penanggulangan tuberkulosis
menjalin kerja sama dengan menyatakan bahwa gold standard
puskesmas dalam merujuk pasien diagnosis pasien TB adalah dengan
agar mempermudah menyelesaikan pemeriksaan dahak BTA sputum.6
pengobatan dan juga agar pasien Tim DOTS rumah sakit juga
tidak terkendala dengan jarak yang memiliki buku panduan nasional
jauh. penanggulangan tuberkulosis yang
Penelitian Namursa AR di didapat setiap ikut pelatihan, buku
BP4 Palembang mengatakan jarak tersebut digunakan sebagai pedoman
ketempat pengobatan berpengaruh dalam penanggulangan TB.
terhadap keteraturan berobat. Pedoman pelaksanaan
Semakin dekat jarak tempat program penanggulangan
pengobatan maka keteraturan pasien tuberkulosis sangat penting dalam
dalam menyelesaikan pengobatan melakukan setiap kegiatan dan
semakin baik.17 tindakan. Berdasarkan teori,
Tim DOTS RSUD Arifin seringkali suatu pelayanan menjadi
Achmad telah memberikan laporan tidak menentu karena pedoman
kepada rumah sakit, laporan tersebut pelaksanaannya tidak jelas. Oleh
diberikan pertriwulan, namun tidak sebab itu, untuk mencapai hasil kerja
di tindaklanjuti. Isi laporan tersebut yang optimal diperlukan pedoman
meliputi kata pengantar, jumlah pelaksanaan program yang jelas.14
pasien yang berobat, suspek TB, Buku pedoman manajerial
pasien BTA positif, pasien sembuh, pelayanan tuberkulosis dengan
pasien pengobatan lengkap serta strategi DOTS di rumah sakit
pasien konversi. Laporan tersebut menyatakan bahwa setiap pelayanan
disajikan dalam bentuk kolom TB dengan strategi DOTS bagi
berdasarkan jumlah kasus tanpa pasien TB harus berdasarkan standar
menggunakan rumus indikator. Buku pelayanan yang telah ditetapkan oleh
pedoman manajerial pelayanan Program Penanggulangan
tuberkulosis dengan strategi DOTS Tuberkulosis Nasional.13
JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 11
Tim DOTS RSUD Arifin dibutuhkan karena salah satu tugas
Achmad juga melakukan monitoring PMO adalah memberikan dorongan
terhadap PMO dan pasien. kepada penderita agar mau berobat
Monitoring PMO dilakukan dengan secara teratur dan mengingatkan
cara menelepon PMO apabila pasien penderita untuk periksa ulang dahak
tidak datang untuk berobat, sebelum pada waktu yang ditentukan.19 Selain
menelepon PMO petugas pencatatan dipengaruhi kinerja PMO,
bekerja sama dengan petugas apotik keteraturan pasien berobat juga
untuk memastikan pasien benar- dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
benar tidak datang ke poli maupun ke mutu pelayanan kesehatan, sarana
apotik untuk mengambil obat. dan prasarana pelayanan, efek
Setelah pasien dipastikan tidak samping obat, dan regimen
20
datang petugas pencatatan pengobatan.
menelepon PMO pasien agar dapat Penelitian Hapsari JR
mengingatkan pasien untuk datang mengatakan bahwa terdapat
berobat. Selain itu monitoring PMO hubungan antara kinerja PMO
bisa dilihat dari keteraturan pasien dengan keteraturan berobat pasien
dalam berobat, jika pasien teratur TB paru strategi DOTS di RSUD
berarti PMO tersebut jalan. Untuk dr.moewardi Surakarta. Semakin
monitoring keteraturan pasien dalam baik kinerja PMO maka semakin
pengobatan dilakukan dengan cara tinggi keteraturan berobat pasien TB
melihat tanggal pasien datang paru strategi DOTS di RSUD dr.
berobat, jika pasien tidak datang Moewardi Surakarta.21 Menurut
pada tanggal yang telah ditentukan, Retnaningsih meskipun petugas
maka PMO dari pasien tersebut akan sudah terlatih dan alat serta sarana
ditelepon oleh petugas pencatatan untuk penanggulangan TB terjamin
TB. ketersediaannya, namun bila pasien
Teori mengatakan bahwa yang mau berobat tidak ada tetap saja
pengawasan dan perhatian dari tidak akan berguna.22
tenaga kesehatan maupun pihak
keluarga yang telah dipercaya SIMPULAN
merupakan salah satu faktor yang Berdasarkan penelitian yang
mempengarui kepatuhan pasien telah dilakukan dapat disimpulkan
tuberkulosis dalam menjalani bahwa angka keberhasian
pengobatan yang membutuhkan pengobatan di poli paru RSUD
waktu yang cukup lama. Walaupun Arifin Achmad Provinsi Riau pada
panduan obat yang digunakan baik tahun 2009, tahun 2010, tahun 2011
tetapi bila penderita tidak berobat serta tahun 2012 telah melebihi
dengan teratur maka umumnya hasil target nasional, namun pada tahun
pengobatan mengecewakan.18 2008 masih belum mencapai target
Dukungan emosioanal PMO nasional. Sedangkan angka konversi
pada penderita TB paru sangat di poli paru RSUD Arifin Achmad
JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 12
Provinsi Riau pada tahun 2008, tahun Januari-Desember 2012. Jakarta;
2009, tahun 2010, tahun 2011 serta hlm 12-21.
tahun 2012 telah melebihi target
6. Kementrian Kesehatan Republik
nasional. Indonesia. Pedoman
penanggulangan tuberkulosis,
UCAPAN TERIMA KASIH Edisi dua. Jakarta: Direktorat
Penulis mengucapkan terima Jendral Pemberantasan Penyakit
kasih yang sebesar-besarnya kepada Menular dan Penyehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lingkungan; 2011; hlm 1-92.
Riau dan poli paru RSUD Arifin 7. Departemen Kesehatan.
Achmad Provinsi Riau atas segala Direktorat Jenderal
fasilitas kemudahan yang diberikan Pengendalian Penyakit dan
kepada penulis selama melaksanakan Penyehat Lingkungan. Pedoman
penelitian ini. Penerapan DOTS di Rumah
Sakit. Jakarta: Dapertemen
Kesehatan; 2007; hlm 4-11.
DAFTAR RUJUKAN
1. Poa, Chaulet P. Tuberculosis 8. World Health Organization.
handbook. Geneva: Global Global Tuberculosis control
tuberkulosis program; World report 2012. Available from:
Health Organization. 1998. http://www.who.int/tb/publicatio
ns/global_report/en/. [diakses
2. Perkumpulan Pemberantasan tanggal 4 juni 2013]
Tuberkulosis Indonesia.
Tuberkulosis: Simposium 9. Chomisah E. Faktor-faktor yang
Nasional World TB day 2012. berhubungan dengan kepatuhan
31 maret 2012. 3-13. Jakarta. berobat penderita TB paru BTA
positif di Rumah Sakit Umum
3. Centers for Disease Control and Dr. Moehammad Hoesin
Prevention. Tuberculosis. Palembang tahun 1998-2000.
Available from: Universitas Indonesia.
http://www.cdc.gov/tb/topic/basi
cs/default.htm [diakses pada 4 10. Rahmadani A. Pengaruh
juni 2013] pelaksanaan pmo terhadap
konversi BTA (+) pada pasien
4. Zumla A, Raviglione M, Hafner tuberkulosis paru di RSDK
R, Von RF. Tuberculosis. N tahun 2009-2010. Fakultas
Engl J Med 368; 8 nejm. org kedokteran universitas
february 21, 2013. diponegoro. 2012.
5. Ditjen Pengendalian Penyakit 11. Hasanah NM. Analisis faktor
dan Penyehat Lingkungan. yang berhubungan dengan
Kementrian Kesehatan Republik kegagalan konversi BTA (+)
Indonesia. Laporan situasi pada akhir pengobatan fase
terkini perkembangan intensif penderita tuberkulosis
Tuberkulosis di Indonesia paru di Rumah Sakit paru
Surabaya. 2013. Fakultas
JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 13
kesehatan masyarakat Pascaserjana Fakultas
universitas airlangga.2013. Kedokteran Universitas
Indonesia. 2000.
12 Bahagia IR. Hubungan
penerapan strategi DOTS 18. Senewe FP. Faktor-faktor yang
terhadap keberhasilan terapi TB mempengaruhi kepatuhan
di Puskesmas Kramat Jati berobat penderita tuberkulosis
periode Januari 2010-Oktober paru di puskesmas Depok.
2010. Fakultas kedokteran Buletin kesehatan volume 3
universita pembangunan nomor 1. Jakarta. 2002.
nasional “Veteran” Jakarta.
2010. 19. Dapertemen kesehatan Repuplik
indonesia. Pedoman nasional
13. Kementrian Kesehatan Republik penanggulangan tuberkulosis.
Indonesia. Dapertemen Direktorat Jendral
Kesehatan Republik Indonesia. Pemberantasan Penyakit
Pedoman manajerial pelayanan Menular dan Penyehatan
tuberkulosis dengan strategi Lingkungan. Jakarta; 2002.
DOTS di rumah sakit Direktorat
Jendral bina pelayanan medik; 20. Mukhsin, Yodi, Riris. Faktor-
Jakarta. 2010. faktor yang mempengaruhi
14. Farietny. Kontinuitas pelayanan keteraturan minum obat pada
dalam tatalaksana pengobatan penderta TBC paru yang
penderita tuberkulosis paru di mengalami konversi di kota
kabupaten Tanah datar Provinsi jambi. Universitas Gajah mada
Sumatera Barat. KMPK, Yogyakarta. 2009.
working paper series Oktober
2007. 21. Hapsari JR. Hubungan kinerja
pengawas minum obat (PMO)
15. Kementrian Kesehatan Republik dengan keteraturan berobat
Indonesia. Rencana aksi nasional pasien TB paru strategi DOTS di
logistik pengendalian RSUD DR Moewardi Surakarta.
tuberkulosis. Jakarta: Direktorat Fakultas kedokteran universitas
Jendral Pemberantasan Penyakit sebelas maret Surakarta.2010.
Menular dan Penyehatan
Lingkungan; 2011; hlm 5-6. 22. Retnaningsih e. Pengaruh
kemiskinan kontekstual terhadap
16. WHO. Strategic approach for the akses layanan kesehatan suspek
strengthening of laboratory penderita TB di Indonesia.
services for tuberculosis control Jurnal pembangunan
2006-2009. United states: WHO, indonesia.2005.
2006. 1-22.

17. Namursa AR.Faktor-faktor yang


berhubungan dengan keteraturan
berobat penderita tuberkulosis
paru di BP4 Kota Palembang
tahun 1999. Tesis Magster

JOM Vol.1 No.2 Oktober 2014 14

You might also like