You are on page 1of 16

BAB II

KEDUDUKAN TENAGA KONTRAK PETUGAS JAGA


PUSKESMAS 24 JAM DI KABUPATEN MALINAU

A. Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Kontrak Petugas Jaga


Puskesmas 24 Jam di Kabupaten Malinau.

Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, dalam dunia

outsourcing, baik dalam pemborongan pekerjaan maupun penyediaan jasa tenaga

kerja, perusahaan diwajibkan menjamin perlindungan/jaminan terhadap hak-hak

pekerja/buruh.perlindungan tersebut dimulai dengan adanya kewajiban, bahwa

perusahaan harus berbadan hukum. Bila kita berbicara masalah perlindungan kerja

dan syarat-syarat kerja, maka hal ini merupakan masalah yang sangat komplek

karena akan berkaitan dengan kesehatan kerja, keselamatan kerja, upah,

kesejahteraan, dan jamsostek. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 telah mengatur

semua di dalam pasal-pasalnya.

Menurut Soepomo, Perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi 3 (tiga) macam,


yaitu :

1. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk


penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di
luar kehendaknya.

2. Perlindungan sosial, yaitu : perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan


kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk
berorganisasi.

3. perlindungan teknis, yaitu : perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan


dan keselamatan kerja.

1
2

Keselamatan kerja merupakan salah satu hak pekerja/buruh (Pasal 86 ayat

(1) huruf a Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.Untuk itu pengusaha wajib

melaksanakan secara sistematis dan terintegrasi dengan sistem managemen

perusahaan.

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi

keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal,

dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian

bahaya di tempat kerja,promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Begitu

pentingnya keselamatan kerja ini bagi tenaga kerja, maka Undang-Undang No. 13

Tahun 2003 mengatur dalam Pasal 86 ayat (1), yaitu :

Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas :

a. Keselamatan dan kesehatan kerja;

b. Moral dan kesusilaan; dan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia

serta nilai-nilai agama.

Ketentuan tentang keselamatan kerja diatur dalam Undang-Undang No. 1

tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Keselamatan kerja yang dimaksud adalah

keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di

permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah

kekuasaan hukum Republik Indonesia. (Pasal 2 ayat (1)).


3

Ketentuan tersebut di atas berlaku di dalam tempat kerja tertentu, seperti yang

diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sebagai berikut :

Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana :

a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,


peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan;

b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkutatau disimpan

bahan atau barang, yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun,

menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau

pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya, termasuk

bangunan-bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah

tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan;

d. Dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,

pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,

peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;


4

e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak,

logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau

mineral lainnya, baik dipermukaan atau di dalam bumi, maupun

didasar perairan;

f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di

daratan, melalui terowongan, di permukaan air dalam air maupun

di udara;

g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu,

dermaga, dok, stasiun atau gudang;

h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di

dalam air;

i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah

atau perairan;

j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi

atau rendah;

k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,

kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,

hanyut atau terpelanting;


5

l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang;

m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api,

asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi suara atau

getaran;

n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;

o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar,

televisi, atau telepon;

p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau

riset dan observasi dengan menggunakan alat teknik;

q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan

atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;

r. Diputar film, dipertunjukan sandiwara atau diselenggarakan

rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listri atau

mekanik.

Kewajiban dari perusahaan sebagai akibat dari timbulnya hubungan kerja

adalah membayar upah. Secara umum upah adalah pembayaran yang diterima

buruh selama ia melakukan pekerjaan atau dipandang melakukan pekerjaan


6

Nurimansyah Haribuan mengatakan: “Upah adalah segala macam bentuk

penghasilan (carning), yang diterima buruh/pegawai (tenaga kerja) baik berupa

uang ataupun barang dalam jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi

Agar tenaga kerja outsourcing dapat hidup dengan layak maka diatur

perlindungan hukum mengenai upah sesuai dengan Pasal 27 ayat (2) undang-

Undang dasar 1945 yaitu : “Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”Pasal ini dijabarkan lebih lanjut

dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu pada

Pasal 88 ayat (1) : “setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang

memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Yang dimaksud dengan

penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak adalah jumlah penerimaan

atau pendapatan pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya mampu memenuhi

kebutuhan hidup pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar yang meliputi

makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan

jaminan hari tua.

Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau mengeluarkan beberapa Keputusan

dalam Upaya memberikan perlindungan Terhadap pekerja kontrak terutama

Kepada Petugas Jaga 24 Puskesmas di Kabupaten Malinau.

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN MALINAU
NO : 800/002-1/SK/DKK-MLN/I/2016

TENTANG
7

PENETAPAN STAF HONORER PETUGAS JAGA PUSKESMAS 24 JAM


TAHUN ANGGARAN 2016

Menimbang : a. Bahwa puskesmas selalu Penyedia Pelayanan


Kesehatan Tk I adalah ujung tombak pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang melaksanakan 4
bentuk layanan yaitu : promotif, prepensive, kuratif dan
Rehabilitatif.
b. Dalam Upaya meningkatkan Pelayanan Kesehatan
kepada masyarakat, 5 Puskesmas di Wilayah Perkotaan
dikembangkan pelayanannya dari pelayanan rawat jalan
menjadi pelayanan UGD 24 Jam.
c. Berdasarkan hasil Tes Penerimaan calon staf honorer
petugas jaga puskesmas 24 jam diperoleh nama-nama
yang tercantum dalam lampiran keputusan ini, yang
dianggap cakap dan mampu untuk melaksanakan
tugasnya sebagai staf honorer petugas jaga puskesmas
24 Jam

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang


Pembentukan Kabupaten Malinau, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai
Timur, dan Kabupaten Bontang (Lembaran Negara
Nomor 175 Tahun 1999 ; Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3896).
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor 125
Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437 Tahun 2004)
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan K euangan antar Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Nomor 126 Tahun 2004,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438 Tahun
2004)
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara RI Nomor 82 Tahun 2011
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5239)
8

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 Tentang


Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara ( Lembaran
Negara RI Tahun 2012 Nomor 229 , Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5362) .
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun
2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5587); sebagaimana telah dirubah dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4262).
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Nomor 82 Tahun 2007, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4741)
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4741)
9. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2014
Tentang Puskesmas
10. Peraturan Daerah Kabupaten Malinau Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Penetapan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Malinau Tahun
2016 (Lembaran Daerah kabupaten Malinau Tahun
2015 Nomor 3)
11. Peraturan Bupati Malinau Nomor 57 Tahun 2015
tentang penjabaran Anggaran Pendapatan Belanja
daerah (APBD) Kabupaten Malinau Tahun Anggran
2016 (Berita Daerah Kabupaten Malinau tahun 2015
Nomor 57)

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
9

PERTAMA : Menunjuk dan Mengangkat Tenaga Staf Honorer Petugas


Jaga Puskesmas 24 Jam tahun 2016 sebagaimana
tersebut dalam lampiran keputusan ini.

KEDUA : Tugas dan Tanggung Jawab Staf Honorer petugas


Jaga Puskesmas 24 Jam dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Melaksanakan tugas jaga sesuai Jadwal Yang
Telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas dengan
penuh Tanggung Jawab
2. Apabila yang brsangkutan berhalangan
dalam melaksanakan tugas jaga, wajib melapor
kepada kepala Puskesmas dan menguhubungi
petugas jaga cadangan untuk menganti tugasnya
3. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
kegiatan jaga sesuai format yang tersedia di
puskesmas

KETIGA : Segala Biaya yang dikeluarkan akibat ditetapkan

Keputusan Ini dibebankan kepada Anggran


keadaan penyedian operasional puskesmas 24 Jam
dan Rawat Inap Tahun 2016 dengan kode
kegiatan 1.02.1.02.01, 16.24

KEEMPAT :
Pengupahan lebih lanjut diuraikan dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, antara lain :

1. Menetapkan kebijakan pengupahan dalam pasal 88 ayat (2) dan (3), yang

meliputi : upah minimum, upah kerja lembur, upah tidak masuk kerja karena

berhalangan, upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar

pekerjaannya, upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya, bentuk

dan cara pembayaran upah, denda dan potongan upah, hal-hal yang dapat
10

diperhitungkan dengan upah, struktur dan skala pengupahan perhitungan pajak

penghasilan.

2. .Upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau kabupaten/kota dan

berdasarkan sektor wilayah propinsi atau kabupaten/kota. (Pasal 89 ayat (1).

Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum (Pasal

90 ayat (1)). Upah tidak dibayar bila pekerja tidak melakukan pekerjaan.

(Pasal 93 ayat (1). Ketentuan ini merupakan asas yang pada dasarnya

berlaku untuk semua buruh/pekerja, kecuali bila pekerja/buruh

yang bersangkutan tidak dapat melakukan pekerjaan bukan karena

kesalahannya.

Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, perusahaan wajib untuk


menjamin kesejahteraan dari tenaga outsourcing. Undang-Undang No 13 Tahun
2003 telah mengatur sebagai berikut :

1) Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan social

tenaga kerja (Pasal 99 ayat (1)).

2) Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan keluarganya,

pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan yang meliputi

pelayanan keluarga berencana, tempat penitipan anak, perumahan

pekerja/buruh, fasilitas beribadah, fasilitas olehraga, fasilitas kantin,

fasilitas kesehatan dan fasilitas rekreasi tentunya penyediaan fasilitas

tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/ buruh

dan ukuran kemampuan perusahaan. (Pasal 101 ayat (1)).


11

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Program Jamsostek) merupakan

bentuk perlindungan ekonomis dan perlindungan sosial . Dikatakan demikian

karena program ini memberikan perlindungan dalam bentuk santunan berupa uang

atas berkurangnya penghasilan dan perlindungan dalam bentuk pelayanan dan

perawatan/pengobatan pada saat seorang pekerja tertimpa risiko-risiko tertentu.

Program Jamsostek merupakan kelanjutan dari program Asuransi Sosial

Tenaga Kerja (ASTEK) yang didirikan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 1977. Secara yuridis penyelenggaraan program Jamsostek dimaksudkan

sebagai pelaksana Pasal 10 dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969

tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (yang sekarang sudah

dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, yang diatur dalam Pasal 99 yang pelaksanaannya sementara ini

masih mengikuti ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) berikut aturan pelaksanaannya yaitu

PP No. 14 tahun 1993, PP No, 64 tahun 2005 tentang perubahaPn ke empat atas

PP No, 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek. Program Jamsostek

meliputi jaminan Kematian, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Penyelenggaraan Program Jamsostek

diwajibkan bagi pengusaha yang memiliki tenaga kerja minimal 10 (sepuluh)

orang.

B. Kedudukan Tenaga Kontrak Bagi Tenaga Kerja Kontrak


Petugas Jaga Puskesmas 24 Jam di Kabupaten Malinau.
12

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 Angka 3. Tenaga kerja merupakan salah

satu dari faktor–faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang

dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dalam

kegiatan produksi tenaga kerja merupakan input yang terpenting selain bahan

baku dan juga modal. Di beberapa negara, tenaga kerja juga dijadikan aset

terpenting karena memberikan pemasukan kepada negara yang bersangkutan.

Sangat beruntung sekali bagi negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang

besar, karena negara tersebut pasti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar pula.

Negara-negara yang seperti inilah merupakan salah satu incaran dari perusahaan-

perusahaan asing untuk menanamkan investasinya. Upah tenaga kerja yang

sangat murah semakin mendukung lancarnya investasi masuk ke negara

tersebut. Para investor beranggapan bahwa apabila upah buruh dapat ditekan maka

dapat mengurangi biaya produksi perusahaan. Sehingga pendapatan perusahaan

jauh lebih besar di negara itu dibandingkan apabila perusahaan tersebut

menanamkan investasi di negaranya sendiri.

Salah satu sumber daya yang memiliki kedudukan dan peran yang

penting dalam proses pembangunan guna terlaksananya pembangunan nasional di

Indonesia adalah sumber daya manusia berupa tenaga yang berkualitas dan

mampu untuk berkontribusi. Berdasarkan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar

Negera Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa “setiap warga negara
13

mempunyai hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Realisasi dari pasal tersebut sulit untuk diwujudkan karena terdapat beberapa

faktor yang menimbulkan hambatan bagi tercapainya tujuan tersebut. Salah satu

faktornya adalah masalah ketenagakerjaan di Indonesia.

Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan penyebaran penduduk

yang kurang seimbang mengakibatkan terjadinya penumpukan tenaga kerja di

wilayah tertentu. Kondisi yang demikian mendorong pengusaha atau instansi

pemerintah maupun swasta untuk meminimalkan jumlah rekrutmen terhadap

tenaga kerja agar biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan pembiayaan

kepegawaian dapat lebih rendah.

Adanya pengurangan jumlah rekrutmen terhadap tenaga kerja tidak hanya

terjadi pada perusahaan swasta saja Instansi-Instansi Pemerintah yang banyak

mendayagunakan pekerja turut serta melakukan pengurangan terhadap rekrutmen

PNS (Pegawai Negeri Sipil) untuk meminimalkan jumlah biaya pengeluaran

Negara.

Instansi pemerintah dalam menjalankan kegiatannya baik yang sifatnya

fungsional maupun administratif membutuhkan dukungan dan kontribusi yang

besar terutama berkaitan dengan sumber daya manusia. Keberadaan sumber daya

manusia yang mampu untuk memberikan kontribusi secara memadai bagi

instansi pemerintah dalam menjalankan kegiatannya berbanding lurus dengan

dana yang harus dikeluarkan guna pembiayaan pegawai.


14

Keberadaan sumber dana guna pembiayaan pegawai merupakan sesuatu

yang penting dan vital karena sistem pengupahan yang baik dan benar dapat

mempengaruhi kinerja pegawai. Kondisi yang demikian menuntut instansi

pemerintah untuk mengatur manajemen kepegawaian sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara kebutuhan akan sumber daya manusia dengan biaya yang

harus dikeluarkan guna pembiayaan kepegawaian.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

membagi pegawai aparatur sipil negara menjadi 2 (dua) macam, yaitu PNS

(Pegawai Negeri Sipil) dan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).

Pengertian PNS (Pegawai Negeri Sipil) menurut Pasal 1 angka 3 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yaitu warga negara

Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara

tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Selain PNS (Pegawai Negeri Sipil), instansi pemerintah memiliki

kewenangan untuk mengangkat PPPK (Pegawai Pemerintah dengan

Perjanjian Kerja). Pengertian PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian

Kerja) sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 5 tahun

2014 tentang Aparatur Sipil Negara yaitu warga negara Indonesia yang memenuhi

syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk waktu tertentu

dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah.


15

Berdasarkan kedua pengertian yang dijelaskan dalam Pasal 1 angka 3 dan 4

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dapat

diketahui bahwa PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) tidak

berkedudukan sebagai pegawai negeri karena pegawai tersebut diangkat

untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas atau pekerjaannya.

Rekrutmen terhadap PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja)

merupakan salah satu bentuk antisipasi yang dilakukan oleh pemerintah

terhadap tingginya jumlah kebutuhan pegawai tetapi harus tetap memperhatikan

keterbatasan dana yang disediakan oleh APBN/APBD karena sistem penggajian

PPPK( Pegawai Pemeintah dengan Perjanjian Kerja diambil dari dana

APBN/APBD.

Status kepegawaian dari PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian

Kerja) berdasarkan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara, yaitu sebagai pegawai dengan perjanjian kerja yang

diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian memiliki kesamaan dengan

pengertian tenaga honorer yang diatur dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer

Menjadi Pegawai Negeri Sipil yang menjelaskan bahwa: Tenaga honorer adalah

seorang yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain

dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas tertentu pada instansi

pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.


16

Permasalahan pegawai tidak tetap selama ini memang menjadi polemik

masalah kepegawaian di Indonesia . Kedudukannya yang dilematis dan am

bigu antara dibutuhkan maupun tidak diperlukan. Mengenai status dan posisi

pegawai tidak tetap dalam konstelasi pendayagunaan aparatur negara

sangatlah dinamis, terlebih semenjak disahkannya Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2014 ini. Dikatakan sangatlah dinamis, karena terdapat berbagai perubahan

yang signifikan dalam melihat posisi pegawai tidak tetap dalam Manajemen

Kepegawaian Negara kontemporer. Adapun berbagai macam perubahan tersebut

meliputi adanya aspek pemberian tugas pokok fungsi, relasi kedudukannya

dengan pegawai negeri sipil, mekanisme pengangkatan, maupun tunjangan

kesejahteraan yang selama ini menjadi k r u s i a l d a l a m membincangkan

pegawai tidak tetap ini.

You might also like