You are on page 1of 50

LAPORAN

KULIAH KERJA NYATA (KKN) EKONOMI

TOKO CAHAYA SURABAYA

Disusun Oleh:

Zulfikar Faza (G74214129)

Dosen Pendamping Lapangan

Abid Rohman, S.Ag, M.Pd.I


NIP. 197706232007101006

Koordinator Lapangan
Putri Perdani

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


BEKERJASAMA DENGAN
DINAS PERDAGANGAN KOTA SURABAYA
2018
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Laporan : Kuliah Kerja Nyata (KKN) Ekonomi


Profil Toko Cahaya
Lokasi KKN : Toko Cahaya Jl. Gn. Anyar Tengah No.72, Gn. Anyar,
Surabaya

Masa Bimbingan : Tanggal 11 Desember 2017 – 23 Februari 2018

Surabaya, 9 Februari 2018


Dosen Pembimbing Lapangan

Abid Rohman, S.Ag, M.Pd.I


NIP. 197706232007101006
PENGESAHAN LAPORAN KULIAH KERJA NYATA (KKN) EKONOMI
PENDEKATAN ABCD

Bahwa Laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Ekonomi ini,


Judul Laporan : Kuliah Kerja Nyata (KKN) Ekonomi
Profil Toko Cahaya
Lokasi KKN : Toko Cahaya Jl. Gn. Anyar Tengah No.72, Gn. Anyar,
Surabaya

Telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan pelaksanaan KKN


tahun 2018

Surabaya, 9 Februari 2018


Kepala LP2M UIN Sunan Ampel Kepala PPM UIN Sunan Ampel

Dr. H. Muh. Fathoni Hasyim, M. Ag. Drs. H. Sumarkan, M.Ag.


NIP. 198601101987031001 NIP. 196408101993031002
PENDAHULUAN
KKN Ekonomi bekerja sama dengan Dinas Perdagangan Kota Surabaya pada
tanggal 11 Desember 2017 sampai dengan 23 Februari 2018. Kami menggunakan
metode ABCD dan dilakukan selama 30 pertemuan. Tahap pelaksanaan KKN
Ekonomi metode ABCD dibagi menjadi empat tahapan besar, yaitu input, proses,
output, dan outcome. Proses merupakan tahapan yang dilakukan mahasiswa dalam
melaksanakan aktivitas KKN Ekonomi, dengan beberapa tahapan seperti
inkulturasi (perkenalan), discovery (mengungkapkan informasi), design
(mengetahui asset dan mengidentifikasi peluang), define (mendukung
keterlaksanaan program), dan refleksi (evaluasi). Pada semua tahap tersebut
mendapatkan hasil penataan display toko, Laporan keuangan, pemisahan keuangan
toko dan pribadi, peningkatan pemasaran.

1 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Nyata Ekonomi Febi (KKN Ekonomi) di
Toko Cahaya Jl. Gn. Anyar Tengah No.72, Gn. Anyar, Surabaya, Kota SBY, Jawa
Timur 60294.
Laporan ini sebagai bukti telah dilaksanakannya Kuliah Kerja Nyata dengan
pendekatan (ABCD) Asset Based Community Development di Toko Cahaya Jl. Gn.
Anyar Tengah No.72, Gn. Anyar, Surabaya, Kota SBY, Jawa Timur 60294 pada
tanggal 11 Desember 2017 sampai dengan 9 Februari 2018.
Penyusunan laporan ini dapat diselesaikan berkat dukungan, bimbingan, serta
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini,
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Abd. A’la, M.Ag selaku Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya.
2. Prof. Akh. Muzakki, M.Ag, Grad. Dip.SEA, M.Phil, Ph. D. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.
3. Dr. H. Muh. Fathoni Hasyim, M. Ag. selaku kepala LPM UIN Sunan Ampel
Surabaya.
4. Dr. H. Sumarkan, M.Ag. selaku Kepala PPM Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya.
5. Lilik Rahmawati, MEI selaku kepala Laboratorium Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
6. Bapak Abid Rohman, S.Ag, M.Pd.I selaku dosen Pembimbing Lapangan
KKN Ekonomi kelompok 6 yang telah membimbing kami mulai dari awal
program hingga penyelesaian pengerjaan laporan ini.
7. Putri Jaya Perdani selaku Mantri dari Dinas Perdagangan Kota Surabaya.
8. Ibu Siti Muniamah beserta anggota keluarga terkait yang telah berpartisipasi
mendukung terlaksananya kegiatan KKN Ekonomi.

2 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa KKN Ekonomi Kelompok 6 yang semangat,
kompak, dan saling membantu atas berbagai masalah yang terjadi selama
proses KKN Ekonomi di Toko Cahaya Jl. Gn. Anyar Tengah No.72, Gn.
Anyar, Surabaya.

Tiada yang dapat penulis ucapkan sebagai balas budi kami selain untaian
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan do’a. semoga semua amal kebaikan
semua pihak selama ini penuh dengan iringan rahmat dan ridho Allah SWT. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan penyusunan laporan KKN Ekonomi di masa yang akan
datang.
Akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Aamiin.

Surabaya, 9 Februari 2018

Penulis

3 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................... 2
PENGESAHAN LAPORAN KULIAH KERJA NYATA (KKN) EKONOMI
PENDEKATAN ABCD .................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. 5
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... 5
BAB I .................................................................................................................................. 6
1. Pengertian ABCD ................................................................................................... 6
2. Prinsip-prinsip ABCD ............................................................................................. 7
a. Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empity) ........................................ 8
b. Semua Punya Potensi (No body Has Nothing).................................................... 9
3. Partisipasi (Partipaticion) ..................................................................................... 10
4. Kemitraan (Partnership) ........................................................................................ 13
5. Penyimpangan Positif (Positive Deviance) ........................................................... 19
6. Berawal dari Masyarakat (Endogenous) ............................................................... 22
7. Menuju Sumber Energi (Heliotropic) ................................................................... 24
8. Teknik-Teknik Pendampingan .............................................................................. 25
BAB II .............................................................................................................................. 27
A. INKULTURASI (PERKENALAN) ..................................................................... 28
B. DISCOVERY ( MENGUNGKAPKAN INFORMASI) ....................................... 30
C. DESIGN (MENGETAHUI ASSET DAN MENGIDENTIFIKASI PELUANG) 32
D. DEFINE (MENDUKUNG KETERLAKSANAAN PROGRAM) ....................... 34
E. REFLEKSI (EVALUASI KETERCAPAIAN PROGRAM) ................................ 37
BAB III............................................................................................................................. 39
BAB IV ............................................................................................................................. 46
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 46
B. SARAN ................................................................................................................... 46
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................................... 47

4 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


DAFTAR TABEL
2.1 Aspek Sumber daya manusia (SDM) Toko Cahaya ....................................... 34
2.2 Aspek Keuangan Toko Cahaya ....................................................................... 37
3.1 Aspek Komoditi/ Produksi Toko Cahaya ............................................................ 40

DAFTAR GAMBAR
1.1 Gelas Setengah Terisi.........................................................................................9
2.1 Gambaran Umum Pelaksanaan KKN Ekonomi Metode ABCD .................... 26
2.2 Silaturahim Toko Cahaya ................................................................................ 28
2.3 Mapping Lingkungan Toko Cahaya ............................................................... 31
2.4 Diagram Venn Asset Sosial Toko Cahaya ..................................................... 32
3.1 Pendampingan dan Edukasi Laporan Keuangan Harian ..................................41
3.2 Konsumen Berbelanja ..................................................................................... 42
3.3 Penataan Display Toko ................................................................................... 43

5 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


BAB I
TEORI PENDAMPINGAN

1. Pengertian ABCD
ABCD adalah pendekatan (ABCD) Asset Based Community
Development, pemberdayaan yang mengutamakan pemanfaatan aset dan
potensi yang ada disekitar dan dimiliki oleh komunitas masyarakat.
Pendekatan ABCD (Asset Based Community Development)
merupakan sebuah pendekatan dalam pengembangan masyarakat yang
berada dalam aliran besar mengupayakan terwujudkan sebuah tatanan
kehidupan sosial dimana masyarakat menjadi pelaku dan penentu upaya
pembangunan di lingkungannya atau yang seringkali disebut dengan
Community-Driven Development (CDD).1
Dalam Metode ABCD memiliki lima langkah kunci untuk
melakukan proses riset pendampingan diantaranya:2
1. Discovery (Menemukan)
2. Dream (Impian)
3. Design (Merancang)
4. Define (Menentukan)
5. Destiny (Lakukan)
Teori pada dasarnya adalah petunjuk (guide) dalam melihat realitas
di masyarakat. Teori dijadikan pola pikir dalam memecahan suatu masalah
yang ada masyarakat. Pendampingan ini menggunakan pendekatan teori
Asset Based Community Development (ABCD), yang mengutamakan
pemanfaatan aset dan potensi yang ada disekitar dan dimiliki oleh
masyarakat. Untuk kemudian digunakan sebagai bahan yang
memberdayakan masyarakat itu sendiri.

1
Tim Penyusun, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya : LP2M UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2015), 14.
2
Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, Australian Cmmunity
Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCES) Tahap II, (Agustus,2013), 96-97.

6 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


2. Prinsip-prinsip ABCD
Sebagai sebuah bentuk pendekatan dalam pengembangan dan
pemberdayaan toko kelontong, asset based community-driven (ABCD)
mempunyai dasar paradigmatik dan sekaligus prinsip-prinsip yang
medasarinya. Paradigma dan prinsip-prinsip itu menjadi acuan pokok dan
sekaligus menjadi karakteristik dan distingsi pendekatan ini dari
pendekatan-pendekatan lain dalam pengembangan dan pemberdayaan toko
kelontong. Point yang perlu digaris bawahi dalam paradigma dan prinsip
yang dimiliki oleh pendekatan ABCD adalah bahwa semuanya mengarah
kepada konteks pemahaman dan internalisasi aset, potensi, kekuatan, an
pendayagunannya secara mandiri dan maksimal. Masing-masing prinsip
mengisyaratkan peyadaran akan keberadaan kekuatan dan energi positif
yang dimiliki “toko kelontong” yang harus diidentifikasi, diketahui,
difahami, diinternalisasi, untuk kemudian dimobilisasi oleh toko kelontong
sendiridalam kerangka menuju peningkatan kesejahteraan dan keberdayaan
semua elemen komunitas toko kelontong.
Dalam implemenyasinya, paradigma dan prinsip-prinsip dalam
pendekatan ABCD tersebut mesti dapat dilakukan secara utuh dan simultan.
Persyaratan ini diberlakukan karena masing-masing prinsip merupakan
mata rantai yang saling berhubungan erat dan saling memberikan efek
“penguatan”. Sehingga akan menjadi penanda maksimal atau tidaknya
aplikasi pendekatan ABCD dalam proses pengembangan dan
pemberdayaan komunitas toko kelonton, tergantung dari sejauh mana
prinsip-prinsip tersebut melandasinya sebagai “ruh”. Semakin utuh,
simultan dan kuatnya paradigma dan prinsip-prinsip tersebut menjai “ruh”
dari proses pengembangan dan pemberdayaan yang dilakukan, maka
harapan besar semakin maksimal “output dan outcome” yang dimunculkan.
Demikian juga sebaliknya, semakin prinsip-prinsip tersebut teraplikasikan
tidak utuh, tidak maksimal, maka output dan outmennya juga akan
dipertanyakan.

7 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Adapun paradigma dan prinsip-prinsip pengembangan toko
kelontong berbasis aset (ABCD) yang dijelaskan pada bab ini adalah
sebagai berikut:
1. Setengah Terisi Lebih Berarti (Half full and half empity)
2. Semua punya potensi (No body has nothing)
3. Partisipasi (Partipacition)
4. Kemitraan (Patnership)
5. Penyimpangan positif (Positive Deviance)
6. Berasal dari dalam masyarakat (Endegoneous)
7. Mengarah pada sumber energi (Heliotropic)
Masing-masing prinsip diatas, dijelaskan secara sederhana, terendiri,
dan sedikit dengan bahasa teknis agar dapat dengan mudah difahami.
Bahkan beberapa diantaranya dilengkapi dengan langkah-langkah
operasionalisasinya dalam tataran praktis di lapangan “kehidupan”
komunitas toko kelontong.
a. Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empity)
Salah satu modal utama dalam program pengabdian masyarakat
berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas terhadap dirinya.
Tidak hanya terpaku pada kekurangan da masalah yang dimiliki. Tetapi
memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat
dilakukan.3 Materi ini akan mengajarkan bagaimana pentingnya aset dalam
pengembangan toko kelontong.
Setengah terisi lebih berarti setiap detail dari alam ini akan
memberikan manfaat kepada kita jika kita mau menggali dan benar-benar
meyakini manfaat aset tersebut. Akan tetapi, seringkali kita lupa besaran
aset yang kita miliki, dan terjebak dalam pandangan masalah yang ada di
sekitar kita. Sebagai gambaran bagimana seharsnya memandang aset dalam
sebuah komunitas. Lihat gambar berikut.4

3
Tim Penyusun, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya..., 21.
4
ABCD berfokus pada bagian gelas yag terisi, bagian yang terisi ini dapat berupa kekuatan, dan
aset komunitas. Beberapa komunitas seringkali lebih berfokus pada bagian yang kosong sehingga
melupakan aset yang dimiliki.

8 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Gambar1.1: Gelas setengah terisi

Mari kita lihat gelas di atas. Gambaran ini adalah ilustrasi bagaimana
seharusnya melihat sebuah aset. Jika pandangan kita pada gelas ini hanya
tertuju pada bagian yang kosong, maka kita belum bisa benar-benar
bersyukur dan menyadari aset yang kita miliki. Akhirnya, energi kita hanya
habis untuk kecewa atas kekosongan gelas daripada bersyukur atas air yang
mengisi ruang kosong di setengahnya.
Sebaliknya, jika kita fokus padda setengah air yang mengisi separuh
gelas ini, maka sesungghnya kita orang yang beruntung karena berhasil
melihat kekuatan yang ada sebagai modal dalam sebuah perubahan. Dan
tentu energi kita akan lebih banyak kita gunakan untuk berpikir mengisi
setengah gelas kosong sisanya dan memnafaatkan setengah air yang sudah
terisi.
b. Semua Punya Potensi (No body Has Nothing)
“Manusia yang cerdas adalah manusia yang menyaadarinya
kelebihan yang dimiliki, dan tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia di muka
bumi ini”. (Intisari QS. Ali Imran: 191)
Kutiapan ayat di atas semakin menguatkan bahwa selalu ada
manfaat yang dapat diambil dari setiap ciptaan Tuhan semua berkelibahn.
Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “No body has
nothing”. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-masing. Tidak

9 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


ada yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan untuk
tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa
berkontribusi.
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap anggota komunitas
untuk tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik. Bahkan,
keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Ada
banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil
membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah, sebuah kekuatan.
3. Partisipasi (Partipaticion)
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah
pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Partisipasi adalah suatu
keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut
bertanggung jawab di dalamnya. Banyak ahli memberikan pengertian
mengenai konsep partisipasi.5 Partisipasi berarti peran serta seseorang atau
kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk
pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan
pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut
memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan.
Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat
keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam
bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan
jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah
mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan
memecahkan masalahnya.
Bentuk partisipasi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
ketentuan yang melingkupinya. Berdasarkan posisi pelaku dalam partisipasi,
partisipasi dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam
masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam

5
Tim Penyusun, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya..., 26.

10 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada
sebagai posisi bawahan.
2. Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil
untuk mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok
masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang
lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka
melakukan kegiatan dengan pihak lain.
Berdasarkan bentuk keterlibatan dalam aktifitas, partisipasi
dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
1. Partisipasi Langsung. Partisipasi yang terjadi apabila individu
menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini
terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas
pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang
lain atau terhadap ucapannya.
2. Partisipasi tidak langsung. Partisipasi yang terjadi apabila individu
mendelegasikan hak partisipasinya.
Berdasarkan macam pelaksanaan dalam partisipasi, patisipasi dibagi
menjadi empat jenis, yaitu:
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama
berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan
dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama.
Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti
ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat,
diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang
ditawarkan.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya
dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program.
Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana
yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan maupun tujuan.

11 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


3. Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan
manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang
berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat
dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari
presentase keberhasilan program.
4. Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan
dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya.
Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian
program yang sudah direncanakan sebelumnya.
Sedangkan level partisipasi dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa tingkatan mulai dari level yang terendah sampai level yang
tertinggi dalam partisipasi sebagaimana berikut ini:
1. Partisipasi Pasif. Masyarakat diajak berpartisipasi dengan diberitahu apa
yang sudah dan sedang terjadi. Mereka mendapatkan manfaat. Mereka
berpartisipasi sepanjang ada manfaat yang tersedia.
2. Partisipasi Sebagai Kontributor. Masyarakat berpartisipasi dengan
memberikan informasi, sumber daya atau membantu pekerjaan dalam
proyek. Dalam merencanakan proyek, peran masyarakat , kalaupun ada
sangat sedikit.
3. Partisipasi sebagai Konsultan. Masyarakat dikonsultasi mengenai
masalah dan peluang dalam suatu daerah, dan desain sebuah proyek.
Professional pembangunanlah yang membuat keputusan mengenai
desain.
4. Partisipasi sebagai implementasi. Masyarakat berpartisipasi dengan
membentuk kelompok untuk melaksanakan suatu kegiatan dalam
proyek atau program. Mereka tidak terlibat dalam proses pengambilan
keputusan.
5. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Masyarakat berpartisipasi
secara aktif dalam analisis dan perencanaan bersama dengan
professional pembangunan. Mereka terlibat dalam pengambilan
keputusan.

12 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


6. Mobilisasi-diri. Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif
secara mandiri dari institusi dari luar. Mereka bisa melibatkan
dampingan dari professional pembangunan, tetapi mereka tetap
memegang control dalam proses.
Level keenam dari tingkatan partisipasi yaitu mobilisasi diri
merupakan level partisipasi tertinggi. Partisipasi dalam level keenam ini
menunjukkan keberdayaan dari komunitas, dimana komunitas atau
masyarakat yang mengontrol semua proses pembangunan. Sehingga slogan
pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat dapat diimplementasikan secara
riil dan maksimal dalam level partisipasi mobilisasi diri. Seharusnya
partisipasi yang ada, muncul dan terbangun dalam masyarakat adalah level
partisipasi mobilisasi diri ini. Hal ini akan menjadi penanda tingginya
tingkat keberdayaan yang dimiliki oleh masyarakat sebagaimana tujuan dari
pembangunan itu sendiri, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keberdayaan
masyarakat secara hakiki.
4. Kemitraan (Partnership)
Partnership secara harfiyah berarti kemitraan. Secara istilah
partnership adalah “a relationship between individuals or groups that is
characterized by mutual cooperation and responsibility, as for the
achievement of a specified goal.” (Hubungan yang dibangun antara
beberapa individu atau grup yang didasari oleh kerjasama dan tanggung
jawab yang sama dalam menggapai tujuan tertentu).
Partnership mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi
minimal antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak
merupakan ”mitra” atau ”partner”. Kemitraan adalah proses
pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling
menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai
kepentingan bersama. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai
komponen baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau
non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan
atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.

13 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Partnership juga mengandung pemahaman adanya suatu
kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk
bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta
membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun
keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan
memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan.
Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pendekatan
pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community
Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat
dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat dalam
pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk
pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak utamanya adalah
masyarakat itu sendiri (community driven development). Karena
pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya
masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku utamanya.
Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang maksimal,
berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu terjadi
karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense of
belonging) terhadap pembangunan yang terjadi di sekitarnya.6
Berdasarkan urgensi diatas, maka fokus dan konsern terhadap
partnership harus menjadi salah satu prioritas utama dalam proses-proses
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan.
Partnership memiliki beberapa prinsip yang mesti dan harus
terimplementasikan secara kongkrit didalamnya, yaitu:
1. Prinsip Saling Percaya (Mutual Trust) Kemitraan mesti didasarkan pada
prinsip saling percaya yang harus terbangun diantara pihak-pihak yang
bermitra. Saling percaya akan menjadi pondasi yang kuat bagi
kemitraan yang akan dibangun. Adanya saling percaya mengindikasikan
bahwa kemitraan yang terbangun harus jauh dari prasangka-prasangka,

6
Ibid, 30-31.

14 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


apalagi prasangka yang negatif. Karena sesungguhnya ketika muncul
ketidakpercayaan diantara partner yang bermitra, maka sejak saat itu
juga sesungguhnya kemitraan yang dibangun menjadi runtuh.
2. Prinsip Saling Kesefahaman (Mutual Understanding) Prinsip kemitraan
yang selanjutnya adalah adanya saling kesefaham. Prinsip ini
mengandung pengertian bahwa kemitraan harus dibangun diatas saling
memahami atau saling mengerti diantara partner yang terlibat dalam
kemitraan. Saling memahami yang dimaksudksan adalah memahami
tentang konteks kemitraan yang dibangun diantara mereka.
3. Prinsip Saling Menghormati (Mutual Respect) Prinsip saling
menghormati berarti bahwa dalam kemitraan masing-masing mitra
harus saling menghormati eksistensi masingmasing partner. Prinsip
saling menghormati juga bermakna saling menghormati posisi, peran
dan tanggung jawab masing-masing mitra dalam kemitraan yang
dibangun.
4. Prinsip Kesetaraan (Equity) Prinsip kesetaraan bermakna bahwa dalam
kemitraan masing-masing mitra harus menganggap dan memposisikan
sama atau setara antara semua partner yang terlibat. Tidak
diperbolehkan adanya partner yang menganggap dirinya, lembaga atau
institusinya lebih tinggi dari yang lain.
5. Prinsip Keterbukaan (Open) Kemitraan harus dibangun diatas prinsip
keterbukaan dalam artian bahwa konteks kemitraan yang dibangun
harus diketahuai oleh semua partner yang terlibat. Tidak boleh ada yang
ditutupi dari pihak-pihak yang bermitra dalam semua hal yang terkait
dengan kemitraan yang dibangun.
6. Prinsip Bertanggung Jawab Bersama (Mutual Responsibility) Prinsip
bertanggungjawab bersama mengandung pengertian bahwa dalam
kemitraan yang dibangun semua pihak yang terlibat dalam kemitraan
memiliki tanggung jawab bersama terhadap keberhasilan dan
kesuksesan kemitraan. Bertanggung jawab bersama juga menyangkut
dalam hal ketika kemitraan yang dibangun mengarah atau bahkan

15 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


mengalami ketidakberhasilan. Masing-masing partner bertanggung
jawab terhadap proses dan hasil kemitraan yang dibangun, keberhasilan
dan atau kegagalan.
7. Prinsip saling menguntungkan (Mutual Benefit) Prinsip ini mengandung
makna bahwa kemitraan harus dibangun diatas kemanfaatan bersama.
Semua pihak yang bermitra harus memperoleh manfaat dan benefit yang
sama sesuai dengan kesepakatan kemitraan. Tidak boleh kemudian
muncul pihak-pihak yang bermitra tidak dapat mengambil manfaat dari
kemitraan yang dibangun atau bahkan hanya mendapatkan kerugian.
Prinsip-prinsip diatas merupakan sebuah keniscayaan dan keharusan
dalam partnership. Prinsip-prinsip tersebut menjadi dasar dan penanda
berkualitasnya sebuah bentuk partnership. Semakin prinsip-prinsip tersebut
terimplementasikan secara utuh dan maksimal, semakin berkualitaslah
sebuah bentuk partnership. Sebaliknya, semakin tidak utuh dan tidak
maksimalnya prinsip-prinsip tersebut teraktualisasikan dalam sebuah
bentuk partnership, maka semakin kurang atau tidak berkualitasnya sebuah
partnership tersebut.
Ketika partnership yang terbangun adalah bentuk partnership yang
berkualitas, maka akan menjadi modal utama dan besar bagi keberhasilan
proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga
bentukbentuk upaya maksimal dalam rangka mewujudkan partnership yang
berkualitas akan sejalan dan seirama dengan semakin maksimalnya proses
pembangunan yang terjadi.
Partnership sebagai salah satu prinsip utama dalam pengembangan
masyarakat berbasis aset dapat diimplementasikan melalui langkah-langkah
operasional berikut:
1. Pengenalan potensi-kekuatan. Langkah pertama yang mesti dilakukan
adalah memahami konteks kemitraan yang akan dibangun, dengan
memahami potensikekuatan yang akan dijadikan sebagai bagian inti
dalam kemitraan. Pemahaman dan pengenalan tentang potensi-kekuatan
yang dimiliki mesti harus dilakukan sebagai landasan dasar dalam

16 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


melakukan kemitraan, dan harus dilakukan sebelum kemitraan dibangun.
Kemitraan harus didasarkan pada pertanyaan kunci yaitu kemitraan
dibangun dalam rangka mengembangkan potensi-kekuatan apa.
Pengenalan terhadap potensi-kekuatan yang dimilki akan menjadi
modal utama untuk menentukan langkah-langkah dalam partnership
selanjutnya. Sehingga bentuk dan model partnership yang akan
dibangun akan lebih fokus, tepat sasaran, dan berdyaguna secara
maksimal.
2. Seleksi potensi-kekuatan. Potensi-kekuatan yang sudah diidentifkasi
kemudian diseleksi berdasarkan kebutuhan dan konteks kemitraan yang
akan dibangun. Tidak semua potensi-kekuatan kemudian dilibatkan
dalam konteks kemitraan yang akan dibangun, karena hal itu justru akan
berdampak kontra produktif.
3. Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku-pelaku potensial.
Langkah selanjutnya adalah melakukan identifkasi terhadap calon mitra
yang akan dilibatkan dalam kemitraan. Kemudian diklasifikasikan
mitra-mitra mana saja yang potensial untuk diajak bergabung, dan yang
kurang potensial untuk kemudian tidak dilibatkan dalam kemitraan yang
akan dibangun.
4. Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antar sesama
mitra dalam upaya mencapai tujuan. Setelah melakukan identifikasi
calon mitra potensial yang akan dilibatkan, maka selanjutnya adakah
melakukan idenfikasi peran, tanggungjawab dan hak masing-masing
mitra dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan dalam bermitra.
5. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan, tujuan
dan tanggung jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan
sumberdaya yang tersedia di masing-masing mitra kerja. Langkah ini
menekankan pada menumbuhkan kesepakatan diantara para mitra yang
tergabung dalam kemitraan tentang bentuk kemitraan yang disepakati,
tujuan kemitraan, tanggungjawab masingmasing mitra, perumusan
kegiatan yang dilakukan secara bersamasama dalam kerangka

17 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


memadukan sumberdaya, potensi, kekuatan dan kelebihan yang dimiliki
oleh masing-masing mitra. Kesepakatan tersebut akan berdampak
positif dan berpengaruh kuat terhadap keberhasilan kemitraan yang akan
dibangun.
6. Menyusun rencana kerja: penyusunan rencana kerja dan jadwal kegiatan,
pengaturan peran, tugas dan tanggung jawab. Langkah selanjutnya
adalah menyusun rencana kerja bersamasama termasuk didalamnya
jadwal kegiatan serta pengaturan dan penetapan peran, tugas dan
tanggung jawab masing-masing mitra.
7. Melaksanakan kegiatan terpadu: menerapkan kegiatan sesuai yang telah
disepakati bersama melalui kegiatan, bantuan teknis, laporan berkala,
dll.
Setelah rencana tersusun dengan maksimal, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan rencana yang telah disusun secara bersamasama sesuai
peran dan tanggungjawab masing-masing secara maksimal.
Palaksanaan ini juga termasuk didalamnya pelaporanpelaporan yang
dibutuhkan, baik secara berkala, maupun untuk kepentingan laporan
akhir.
8. Monitoring dan evaluasi (Monev) Semua langkah yang sudah disusun
dan diimplementasikan tidak akan berdampak secara maksimal tanpa
adanya langkah monitoring dan evaluasi. Monev berarti proses
pendampingan terhadap jalannya kemitraan yang dibangun melalui
kegiatan yang dilakukan bersamasama. Monitoring merupakan aksi
dalam rangka memberikan pengawasan terhadap proses dan jalannya
partnership. Sehingga ketika dalam proses partnership terjadi
penyimpangan atau bahkan berlawanan dengan konsep dan kesepakatan
semula, maka melalui kegiatan monitoring penyimpangan tersebut
dapat diluruskan kembali. Sedangkan evaluasi merupakan kegiatan
yang menyertai monitoring dalam rangka melihat sejauhmana hasil dari
partnership yang dilakukan. Hasil yang muncul kemudian dilihat untuk

18 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


diperbandingkan dengan tujuan utama yang dirancang untuk diperoleh
dalam partnership yang dilakukan.
5. Penyimpangan Positif (Positive Deviance)
Positive Deviance (PD) secara harfiah berarti penyimpangan positif.
Secara terminologi positive deviance (PD) adalah sebuah pendekatan
terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang didasarkan pada
realitas bahwa dalam setiap masyarakat meskipun bisa jadi tidak banyak
terdapat orang-orang yang mempraktekkan strategi atau perilaku sukses
yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk mencari solusi yang
lebih baik atas masalah yang dihadapi daripada rekan-rekan mereka. 7
Praktek tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari
praktek yang pada umum dilakukan oleh masyarakat. Realitas tersebut
mengisyaratkan bahwa seringkali terjadi pengecualian-pengecualian dalam
kehidupan masyarakat dimana seseorang atau beberapa orang
mempraktekkan perilaku dan strategi berbeda dari kebanyakan masyarakat
pada umumnya. Strategi dan perilaku tersebut yang membawa kepada
keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang lainnya. Realitas ini juga
mengisyaratkan bahwa pada dasarnya masyarakat (anggota masyarakat)
memiliki aset atau sumber daya mereka sendiri untuk melakukan
perubahan-perubahan yang diharapkan.
Proses PD memungkinkan sebuah komunitas atau organisasi untuk
mengidentifikasi dan memperkuat praktek-praktek tersebut, mengukur hasil,
dan berbagi strategi sukses mereka dengan lain. Pendekatan PD digunakan
untuk membawa pada perilaku dan perubahan sosial berkelanjutan dengan
mengidentifikasi solusi yang sudah ada dalam sistem di masyarakat. PD
menunjukkan bahwa terdapat perilaku dan strategi khusus atau biasa yang
memungkinkan orang atau kelompok untuk mengatasi masalahnya tanpa
menggunakan atau memerlukan sumber daya khusus.

7
Ibid, 36.

19 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Konsep ini pertama kali muncul dalam penelitian gizi pada 1970-an.
Para peneliti mengamati bahwa meskipun kemiskinan melanda masyarakat,
beberapa keluarga miskin memiliki anak bergizi baik. Penelitian tersebut
kemudian merekomendasikan untuk menggunakan informasi yang
dikumpulkan dari keluarga miskin yang memiliki anak bergizi baik tersebut
sebagai rujukan untuk merencanakan program peningkatan gizi masyarakat.
Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan
masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-
kekuatan. Positive deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu
senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing komunitas.
Positive Deviance merupakan pendekatan pembangunan atau
pemberdayaan masyarakat berbasis kekuatan-aset yang diterapkan pada
masalah yang membutuhkan perilaku dan perubahan sosial. Positive
deviance secara implementatif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Masyarakat pada dasarnya sudah memiliki solusi. Mereka adalah ahli
terbaik dalam memecahkan tantangan mereka sendiri.
2. Komunitas mengatur dirinya sendiri dan memiliki sumber daya manusia
dan aset sosial untuk memecahkan tantangan mereka.
3. Kecerdasan kolektif. Kecerdasan dan pengetahuan tidak terkonsentrasi
ke beberapa anggota masyarakat atau ahli eksternal saja, tetapi
didistribusikan ke seluruh anggota masyarakat.
4. Keberlanjutan sebagai landasan pendekatan. Pendekatan PD
memungkinkan masyarakat atau organisasi untuk mencari dan
menemukan solusi yang berkelanjutan bagi masalah yang dihadapi.
5. Positive deviance didasarkan pada prinsip bahwa lebih mudah untuk
mengubah perilaku dengan berlatih atau berbuat dengan sesuatu yang
baru tersebut, daripada hanya dengan sekedar mengetahui atau
memahami tentang hal baru itu.
Secara umum desain PD terdiri dari empat langkah mendasar yaitu:
mendefinisikan (define), menentukan (determine), menemukan (discover),

20 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


dan desain (design). Keempat langkah tersebut dapat di-breakdown ke
dalam langkah-langkah operasional berikut:
1. Ajakan kepada masyarakat untuk melakukan perubahan. Proses PD
dimulai dengan ajakan kepada masyarakat yang ingin mengatasi
masalah penting yang mereka hadapi. Ini merupakan langkah awal
yang penting dari pembentukan rasa kepemilikan masyarakat
terhadap proses yang akan mereka lakukan.
2. Mendefinisikan potensi-kekuatan. Proses ini dilakukan oleh
masyarakat dengan mendefinisikan potensi-kekuatan mereka sendiri.
Proses ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
merefleksikan potensi-kekuatan yang ada serta memproyeksikan
tujuan yang ingin dicapai dengan pengembangan potensi-kekuatan
tersebut. Proses ini juga memberikan peluang untuk
mengidentifikasi pemangku kepentingan dan pengambil keputusan
dalam konteks tantangan yang dihadapi. Pemangku kepentingan
lainnya dan para pengambil keputusan akan ditarik di seluruh proses
yang diidentifikasi.
3. Menentukan adanya pelaku (individu atau kelompok) PD; Melalui
observasi atau pengumpulan data di masyarakat. Kemudian,
masyarakat menetapkan bahwa ada pelaku PD di tengah-tengah
mereka.
4. Menemukan praktik atau perilaku yang tidak biasa. Langkah ini
merupakan penyelidikan PD untuk menemukan perilaku, sikap, atau
keyakinan yang memungkinkan PD menjadi sukses. Fokusnya
adalah pada strategi sukses PD, bukan pada membuat pahlawan
orang yang menggunakan strategi. Langkah ini merupakan proses
dimana mereka yang telah menemukan solusi sukses memberikan
"bukti sosial" bahwa masalah ini dapat diatasi, tanpa harus
membutuhkan sumber daya dari luar.
5. Merancang program. Setelah masyarakat mengidentifikasi strategi
sukses, mereka memutuskan strategi apa yang ingin mereka adopsi,

21 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


dan mendesain berbagai kegiatan untuk membantu anggota
masyarakat yang lain untuk mengakses dan dan mempraktekkan
strategi yang tidak umum tadi. Rancangan program tidak hanya
terfokus pada menyebarkan "praktik terbaik" tetapi membantu
anggota masyarakat "bertindak dengan cara mereka sendiri ke dalam
cara berpikir baru" melalui kegiatan nyata.
6. Monitoring dan evaluasi. Program PD yang dilakuakn dimonitoring
dan dievaluasi melalui proses partisipatif. Pemantauan akan
diputuskan dan dilakukan oleh masyarakat. Prosesnya dengan
menggunakan alat-alat monev yang mereka buat dengan disesuaikan
dengan kondisi dan situasi yang ada. Sehingga, proses monev dapat
dilakukan secara fleksibel, dengan memungkinkan semua anggota
masyarakat bahkan yang buta hurufpun dapat berpartisipasi dalam
kegiatan monev melalui bentuk-bentuk monitoring bergambar atau
melalui penggunaan alat-alat lain yang sesuai. Sementara itu valuasi
memungkinkan masyarakat untuk melihat kemajuan mereka menuju
tujuan yang ingin dicapai, juga dalam kerangka memperkuat
perubahan perilaku, sikap, dan keyakinan.
Positive deviance sangat dibutuhkan dalam proses
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis aset dan
kekuatan. Terlebih ketika proses pembangunan yang diharapkan
berdampak secara maksimal membutuhkan terobosan-terobosan strategi,
teknik dan metode yang tepat, cepat dan sesuai dengan lingkup dan
konteks lokalitas yang ada.
6. Berawal dari Masyarakat (Endogenous)
Istilah endogenous secara bahasa berarti dari dalam, dikembangkan
dari dalam “masyarakat”. Pemaknaan kata endegenous akan mengikuti sub
kata yang disifatinya. Sehingga ketika kata yang disifati dan muncul
sebelumnya adalah pembangunan, maka pembangunan endogen berarti
pembangunan yang dikembangkan dari dalam masyarakat sendiri. Dalam
penggunaannya, kata-kata endogenous seringkali digunakan untuk

22 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


mensifati pembangunan. Sehingga yang sering muncul kemudian adalah
istilah local endogenous dan istilah pembangunan endogen. Pembangunan
endogen sendiri sebagaimana telah disinggung sebelumnya mengandung
arti pembangunan yang berdasar dari dalam konteks atau komunitas tertentu
atau pembangunan yang dikembangkan dari dalam masyarakat.
Pembangunan endogen kemudian berkembang dengan menemukan apa
yang bisa ditemukan dalam satu konteks tertentu “dalam masyarakat”
berdasarkan stimulus dari pengetahuan dan pemahaman di luar konteks
tersebut. Istilah pembangunan endogen kemudian menjadi istilah tersendiri
dalam konteks pendekatan dalam pengembangan masyarakat berbasis aset.
Istilah pembangunan endogen pada prinsipnya mengacu pada tujuan
pokok yaitu memperkuat komunitas lokal untuk mengambil alih kendali
dalam proses pembangunan mereka sendiri. Tujuan memperkuat komunitas
lokal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut:
1. Merevitalisasi pengetahuan turun temurun yang ada di komunitas dan
pengetahuan lokal yang dimiliki.
2. Memilih sumber daya eksternal yang paling sesuai dengan kondisi lokal.
3. Mencapai peningkatkan keanekaragaman hayati dan keragaman budaya,
mengurangi kerusakan lingkungan, dan interaksi di tingkat lokal dan
regional yang berkesinambungan.
Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa
konsep inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan
pemberdayaan komunitas-masyarakat berbasis aset-kekuatan. Beberapa
konsep inti tersebut adalah sebagai berikut:8

1. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan.


2. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh.
3. Mengapresiasi cara pandang dunia.
4. Menemukan keseimbangan antara sumber daya lokal dan eksternal.

8
Ibid, 41.

23 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Beberapa aspek diatas merupakan kekuatan pokok yang sangat
penting dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya,
konsep “pembangunan endogen” kemudian mengakuinya sebagai
asetkekuatan utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal
utama dalam pengembangan masyarakat. Aset dan kekuatan tersebut bisa
jadi sebelumnya terabaikan atau bahkan seringkali dianggap sebagai
penghalang dalam pembangunan. Aset-aset tersebut terintrodusir dalam
kelompok aset spiritual, sistem kepercayaan, cerita, dan tradisi yang datang
dari adat istiadat masyarakat dan sangat memengaruhi kehidupan sehari-
hari komunitas.
Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut menjadi aset
penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi
kerakyatan. Meteode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut
sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka
pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi bagian dari
prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh dinegasikan
sedikitpun.
7. Menuju Sumber Energi (Heliotropic)
Heliotropic adalah istilah untuk menggambarkan proses
berkembangnya tumbuhan yang condong mengarah kepada sumber energi.
Demikian juga komunitas. Sebagaimana dalam gambar di bawah, mereka
akan tumbuh mengarah pada sumber penghidupan bagi komunitas mereka.
Energi dalam pengembangan komunitas bisa beragam. Diantaranya
adalah mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan
yang apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh
totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya
keberadaan matahari bagi tumbuhan. Terkadang bersinar dengan terang,
mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga energi dalam
komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan.
Komunitas juga seharusnya mengenali peluang-peluang sumber
energi lain yang mampu memberikan penyegaran kekuatan baru dalam

24 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


proses pengembangan. Sehingga tugas komunitas tidak hanya menjalankan
program saja, melainkan secara bersamaan memastikan sumber energi
dalam kelompok mereka tetap terjaga dan berkembang.9

8. Teknik-Teknik Pendampingan
Metode dan alat menemukan, mengenali, dan memobilisasi aset
untuk pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based Community
Development (ABCD), antara lain:
1. Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)
Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan
perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa
setiap organisasi memiliki hidup, efektif, dan berhasil, serta
menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan
stakeholdernya dengan cara yang sehat.10
2. Pemetaan Komunitas
Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal.
Community mapp merupakan visualisai pengetahuan dan persepsi
berbasis masyarakat mendorong pertukaran informasi dan menyertakan
bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses yang
mempengaruhi lingkungan dan hidup mereka.
3. Pemetaan Asosiasi dan Institusi
Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya
lembaga-lembaga sosial yang sederhana yang terbentuk karena
memenuhi faktor-faktor, diantaranya : kesadaran akan kondisi yang
sama, adanya relasi sosial, dan orientasi pada tujuan yang telah
ditentukan.
4. Pemetaan Aset Individu
5. Sirkulasi Keuangan
6. Skala Prioritas (Low Hanging Fruit)

9
Ibid, 43.
10
Soetomo, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2009), 41.

25 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang
mereka miliki dengan melalui menemukan informasi dengan santun,
pemetaan aset, penelusuran wilayah, pemetaan kelompok atau institusi,
maka langkah berikutnya adalah bagaimana mereka bisa melakukan
semua keinginan.

26 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


BAB II
AKTIVITAS MAHASISWA KKN EKONOMI

Tahap pelaksanaan KKN Ekonomi metode ABCD dibagi menjadi


empat tahapan besar, yaitu input, proses, output, dan outcome. Input merupakan
proses persiapan yang mana menyiapkan 166 toko kelontong (dampingan) dan
pembekalan 28 dosen pembimbing lapangan (DPL) dan 200 mahasiswa. Proses
merupakan pelaksanaan dengan beberapa tahapan seperti inkulturasi, discovery,
design, define, dan refleksi. Output merupakan pelaporan berupa laporan
individual (laporan akademik dan field note), laporan kelompok (video populer),
raport perkembangan usaha tiap-tiap toko kelontong. Outcome yang
diantaranya meningkatkan kesadaran pemilik toko kelontong dalam
pengelolaan toko yang lebih baik, pemilik toko mampu mengembangkan
tokonya, dan mahasiswa memiliki kreatifitas dan inovasi sebagai bekal menjadi
entrepreneur. Berikut gambaran umum pelaksanaan KKN Ekonomi metode
ABCD :

OUTCOME
OUTPUT
INPUT Pelaporan •Meningkatkan
kesadaran pemilik
Persiapan toko kelontong
•Laporan
•Penyiapan PROSES dalam pengelolaan
individual
166 toko Pelaksanaan (laporan toko yang lebih
kelontong akademik dan baik
(dampingan) •Inkulturasi field note) •Pemilik toko
•Pembekalan •Discovery •Laporan mampu
28 dosen •Design kelompok mengembangkan
pembimbing •Define (video populer) tokonya
lapangan •Refleksi •Raport •Mahasiswa
(DPL) dan perkembangan memiliki kreatifitas
200 usaha tiap-tiap dan inovasi sebagai
mahasiswa toko kelontong bekal menjadi
entrepreneur

27 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Gambar 2.1 Gambaran Umum Pelaksanaan KKN Ekonomi Metode ABCD
Berikut beberapa tahapan pelaksanaan KKN Ekonomi Metode
ABCD, diantaranya :
A. INKULTURASI (PERKENALAN)
Inkulturasi adalah sejenis penyesuaian serta adaptasi kepada masyarakat,
suatu kelompok umat, kebiasaan, bahasa, dan perilaku yang biasa terdapat pada
suatu tempat. Jika diartikan maka inkulturasi berasal dari kata in yang berarti
masuk sedangkan kata culture berarti budaya. Dari penjelasan tersebut, dapat
kita artikan bahwa inkurturasi adalah sebuah proses pengenalan budaya yang
ada pada masyarakat.
Inkulturasi (perkenalan) menjadi tahapan yang sangat penting dalam
kesuksesan sebuah program pengembangan masyarakat. Inkulturasi
merupakan tahap awal yang alamiah dilakukan pada sebuah proses tatanan
kehidupan hal ini dilakukan guna menjaga keselamatan mereka dan orang-
orang yang mereka sayangi maka dari itu masyarakat atau komunitas mitra
pada tahap awal menekankan penghindaran daripada bersikap positif.
Dalam melaksanakan inkulturasi tersebut kami lakukan dengan
bersilatuahim pada pemilik toko dan pengelolanya, yang dapat kami jabarkan
sebagai berikut :
1. Memperkenalkan diri serta tujuan kedatangan kepada pemilik toko.
Dalam inkulturasi tahap pertama ini, kami memperkenalkan diri kepada
pemilik toko dan juga tentang program kegiatan yang sedang kami ikuti,
salah satunya adalah manfaat yang diperoleh oleh toko kelontong dalam
kegiatan ini. Toko Cahaya dikelola oleh Ibu Siti Muniamah beserta
keluarga.
2. Menjelaskan kegiatan yang akan kami lakukan dalam hal ini toko
cahaya untuk tiga puluh kali pertemuan. Secara garis besar kami juga
berusaha menjelaskan apa yang akan kami laksanakan terhadap toko
kelontong yang menjadi tanggung jawab kami, salah satunya mengubah
mind-set pemilik tokel.

28 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


3. Tahap ini dilakukan pada minggu pertama kegiatan. Inkulturasi
menjadi sebuah keharusan untuk mengurangi sikap penghindaran dari
komunitas mitra sehingga kepercayaan pemilik toko kelontong serta
keluarga dapat terbangun dengan baik
4. Langkah awal kami pada tahap inkulturasi ini, adalah kami
bersilaturahim kepada pemilik toko kelontong yaitu ibu Riyati dengan
mendatangi toko kelontong yang berlokasi di Jl. Gn. Anyar Tengah
No.72, Gn. Anyar, Surabaya. Pada saat sebelum pelaksanaan KKN
Ekonomi Metode ABCD. Kami dapatkan informasi bahwa ibu Siti
kegiatan segari-harinya hanya berjualan dan terkadang mengikuti
pengajian. Kami juga menggali informasi lain seperti tempat tinggal,
dan awal berdirinya toko Cahaya hingga bagaimana proses di dalamnya
sampai sekarang.

Gambar 2.2 silaturahmi dengan Ibu siti Muniamah

29 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


5. Pada tahap ini pula kami berusaha untuk menggali dan memahami
bagaimana display dan juga sistem penjualan yang selama ini telah
dijalankan oleh pemilik toko Cahaya.
6. Memberikan saran dan masukan kepada pemilik toko bagaimana tips
stocking, display dan penjualan barang yang baik dalam perdagangan
dan tips seputar pentingnya pencatatan keuangan yang rapi dan tepat
dalam penjualan sehari-sehari.

B. DISCOVERY ( MENGUNGKAPKAN INFORMASI)


Setelah tahapan inkulturasi selesai maka dilanjutkan pada tahapan
Discovery (menungkapkan informasi). Dalam perencanaan pengembangan
toko berbasis aset, perencanaan merupakan salah satu elemen yang sangat
penting untuk dilakukan. Namun demikian, perencanaan aksi tidak dapat
dilakukan tanpa didahului oleh identifikasi informasi-informasi penting
yang menjadi landasan sebuah perencanaan. Discovery merupakan tahap
dimana proses pencarian yang mendalam tentang hal positif serta hal-hal
terbaik yang pernah dicapai, dan pengalaman-pengalaman keberhasilan di
masa lalu. Dalam tahap ini kami akan memaparkan hal-hal terbaik yang
pernah dicapai. Hal terbaik yang pernah dicapai oleh Toko Kelontong
Cahaya adalah omset yang mencapai rata-rata 60 juta rupiah perbulan.

Kemudian kami menelaah sukses dan kekuatan dalam artian


mengungkap elemen dan sifat khusus apa yang muncul dari cerita-cerita
yang disampaikan oleh toko kelontong yang bisa menjadi asset untuk
dikembangkan di masa depan.
Langkah kedua yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Ekonomi
Metode ABCD ialah melakukan pemetaan asset melalui indepth interview
yaitu dengan menanyakan pada keluarga pemilik toko kelontong sesuai
form pemetaan kampung dan survei rumah tangga serta pemetaan toko
kelontong dan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
mahasiswa dapat mengidentifikasi asset dan potensi toko kelontong. Hasil

30 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


dari proses tersebut, terpetaknya asset diantaranya asset personal, asset
sosial, asset keuangan, asset spiritual dan kultural.
1. Asset Personal.
Asset personal yang dimilik oleh pemilik toko Cahaya yakni ibu
Riyati yaitu keahlian beliau dalam menghadapi pelanggan, beliau dapat
dikatakan orang yang tekun dalam menuntut ilmu, dibuktikan dengan
banyaknya buku bacaan beliau di rak dalam toko, Ibu Siti juga cepat dalam
menghitung tanpa menggunakan alat bantu seperti kalkulator. Ibu Siti
Muniamah dengan keahliannya dalam mengingat stock barang yang ada
baik jenis maupun jumlah. Ibu Nurhayati dengan keahliannya menghafal
harga setiap barang dagangan dan peletakannya sebelum adanya
pendampingan KKN Ekonomi.
2. Asset Sosial
Asset sosial yang dimiliki ibu Siti Muniamah dengan bergabung
dalam beberapa kelompok sosial seperti Pengajian, arisan, grup whatsapp
pengajian Surabaya, serta toko Cahaya terdata di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Surabaya.
3. Asset Keuangan
Keuangan toko memiliki kontribusi besar dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari hal tersebut diketahui jika penghasilan dari toko
Cahaya menjadi penopang kebutuhan satu keluarga, yang mana dapat
menyekolahkan kedua anaknya pula.
4. Asset Spiritual Dan Kultural
Asset spiritual yang dimiliki pemilik toko cahaya ialah dengan berinfak
dan shodaqah pada orang yang tidak mampu, mengikuti pengajian rutin
dan membaca banyak buku tentang agama. Sedangkan asset kultural
kemasyarakatan yang dilakukan seperti buwuh manten dan sunatan,
selametan, juga walimahan.
Selain keempat asset di atas dalam discovery juga dilakukan transect
(penelusuran wilayah) guna menemukenali asset dalam bentuk mapping toko

31 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


dan lingkungan agar diketahui kekuatan lingkungan setempat. Berikut
mapping lingkungan toko.

Gambar 2.3 Mapping Lingkungan Toko Cahaya

C. DESIGN (MENGETAHUI ASSET DAN MENGIDENTIFIKASI


PELUANG)
Design bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja.
Sebagai kata kerja, desain memiliki arti proses untuk membuat dan
menciptakan obyek baru. Design juga dapat diartikan sebagai gambaran,

32 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


rencana dan kerangka. Dalam hal ini design berarti menemukan asset yang
dipunyai oleh toko yang kemudian bisa dikembangkan kembali sehingga
dapat mencapai suatu pencapaian yang diharapkan mengenai masa depan.
Setelah adanya identifikasi aset tersebut, maka kami mengetahui aset apa
yang akan kami kembangkan selanjutnya

Langkah ketiga yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Ekonomi


Metode ABCD ialah mendiskusikan dan menjelaskan hasil pemetaan asset
kepada pemilik toko kelontong dengan menunjukkan form pemetaan asset
mahasiswa kepada pemilik toko kelontong disertai penjelasan. Kegiatan
tersebut bertujuan agar pemilik toko kelontong mengetahui asset yang
dimiliki. Hasil dari proses tersebut, pemilik toko kelontong menyadari
kekuatan positif yang dimiliki serta pemilik toko kelontong merasa sadar
dan butuh untuk melakukan manajemen toko yang lebih baik. Berikut
diagram venn yang menggambarkan asset sosial seperti pengajian fatayat
pada tiap minggunya yang diikuti ibu Siti.

Gambar 2.4 Diagram Venn Asset Sosial Toko Cahaya

33 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh mahasiswa KKN
Ekonomi Metode ABCD ialah mengidentifikasi peluang serta
merencanakan program kerja yang telah didiskusikan terlebih dahulu
dengan pemilik toko kelontong. Kegiatan tersebut bertujuan agar
didapatkan identifikasi peluang ke depan bagi toko kelontong. Hasil dari
proses tersebut, pemilik toko kelontong tergerak dan semangat untuk
mobilisasi asset dan kekuatan yang dimiliki serta pemilik toko kelontong
turut berkontribusi dalam kelancaran program kerja pendampingan.
Program kerja yang direncanakan yaitu penaataan barang atau display
dengan lebih teratur, pembuatan laporan keuangan sederhana serta
pemasaran.

D. DEFINE (MENDUKUNG KETERLAKSANAAN PROGRAM)


Define merupakan tahap dimana pemilik toko kelontong
mendukung keterlaksanaan program kerja. Pemilik toko kelontong
melakukan kegiatan dengan menggunakan asset mereka guna mencapai
bagian dari mimpi mereka. Pemilik toko kelontong bisa menentukan
program kerja yang menjadi prioritas utama dalam usaha perbaikan usaha
toko kelontong.
Langkah keempat yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Ekonomi
Metode ABCD ialah memfasilitasi pelaksanaan program pendampingan
seperti manajemen keuangan toko, pembuatan laporan keuangan sederhana,
serta manajemen stocking, display, dan penjualan barang. Kegiatan tersebut
bertujuan agar terlaksananya prioritas program kerja bagi toko kelontong.
Hasil dari proses tersebut, pemilik toko kelontong mampu mengumpulkan
kwitansi pembelian dari sales maupun tempat kulakan, mencatat keuangan
toko, membuat laporan keuangan sederhana (pemasukan, pengeluaran,
saldo), serta mengatur stock barang sesuai kebutuhan toko kelontong

34 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


No Problem Tujuan Tindakan Alat Bantu
1 Kebersihan pada Area tertentu Bersih di segala sisi agar - Melakukan diskusi/ berbincang-bincang -
pengunjung nyaman dengan pemilik toko untuk Meminta ijin
membantu membersihkan toko
- Membantu membersihkan roko
2 Belum ada pencatatan sederhana Adanya pencatatan sederhana - Memberikan gambaran tentang - Form
tentang pengeluaran dan untuk mengetahui tingkat pentingnya pencatatan sederhana Laporan
pendapatan penjualan Toko keuntungan yang didapat perhari - Memberikan form yang harus diisi oleh Keuangan
Cahaya dan pemisahan keuangan Pribadi pemilik toko untuk memahami Harian
dan toko pencatatan
- Membuat pencatatan sederhana sebagai
contoh untuk pembuatan pencatatan
sederhana di bulan selanjutnya
3 Ada pelanggan berhutang Pelanggan membayar tunai dan - Memberikan stiker peringatan “dilarang - Stiker
lunas disetiap transaksi berhutang” Peringatan

35 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


4 Anggota keluarga lain selain Ibu Seluruh penjaga toko hafal - Membuat daftar harga produk - Daftar
Siti kurang hafal dengan harga dengan harga harga
barang
5 Sarana pemasaran di toko cahaya Adanya atribut pemasaran di - Berdiskusi bersama untuk menentukan -
sudah rusak Toko Cahaya atribut yang cocok untuk pemasaran
Toko
- Memperbaharui banner yang terletak di
depan toko.
Tabel 2.1 pendukung keterlaksanaan program

36 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


E. REFLEKSI (EVALUASI KETERCAPAIAN PROGRAM)
Refleksi atau evaluasi pada suatu program berbasis asset maka yang
dicari ialah setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis
aset bertanya tentang seberapa besar pemilik serta pelaksana toko kelontong
mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset toko
kelontong mereka mendekati tujuan ke depan. Hasil monitoring ini dapat
disertai dengan sebuah refleksi yang berbentuk narasi dari setiap pertanyaan.
Langkah kelima yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Ekonomi
Metode ABCD ialah melakukan monitoring kegiatan di dalam toko
kelontong. . Kegiatan tersebut bertujuan agar mengetahui sejauh mana
program membawa dampak perubahan bagi toko kelontong. Hasil dari
proses tersebut, pemilik toko kelontong turut berkontribusi dalam
memberikan masukan serta merespon baik pendampingan yang dilakukan
dan bersedia meneruskan program. Masukan yang diberikan seperti display
aneka roti kering yang lebih baik tidak terlalu bertumpuk di depan,
kebersihan yang selalu dijaga, pencatatan keuangan yang rutin setiap
harinya, penambahan lampu agar barang lebih terlihat oleh pembeli..

37 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


NO Perlakuan indikator √
penilaian kelayakan √
Daftar Penghuni Rumah √
Data Kesehatan Keluarga √
pendapatan √
belanja perbulan √
data tokel √
Profil Usaha √
1 Wawancara
Penjelasan Produk √
Perhitungan nilai toko -
analisa kompetitor -
strategi pemasaran √
Potensi barang baru -
Analisa resiko -
Permodalan -
memperhatikan barang dagangan sesuai jenis atau belum √
mengelompokkan barang dagangan bagian depan √
2 Display toko membuat spanduk/banner terlihat √
mengelompokkan barang dagangan bagian atas √
mengelompokkan barang dagangan bagian dalam √
merapikan pencatatan keuangan Toko √
3 Laporan Keuangan
memisahkan kuangan pribadi dan toko √
4 Pemasaran Peningkatan Pemasaran (banner dll) √
5 SDM upgrading pada penjaga toko √
Asset Personal √
asset sosial √
6 identifikasi asset asset Institusi -
asset keuangan √
asset spiritual dan kultural √
7 program kerja tabel program kerja -
Table 2.2 tabel evaluasi ketercapaian program

38 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


BAB III
PROFIL TOKO KELONTONG

A. Gambaran Umum Toko Kelontong


Toko Cahaya merupakan nama toko kelontong yang berada di jalan
Gunung Anyar Tengah no 72, Surabaya. Toko Cahaya berhadapan dengan
toko ADC yang merupakan toko modern yang mana produk-produk yang
disediakan kurang lebih sama dengan apa yang disediakan di toko Cahaya.
Tepat berada di sebelah utara toko Cahaya merupakan penyedia jasa jahit
dan dekat dengan masjid. Disebelah selatan toko Cahaya merupakan penjual
mie ayam dan terdapat counter penjual pulsa.
Pemilik toko Cahaya bernama Ibu Siti Muniamah. Beliau
mengungkapkan bahwa toko Cahaya berdiri mulai tahun 2006. Hingga saat
ini, toko Cahaya mampu berjalan lebih dari lima tahun. Bangunan yang
beliau tempati untuk berusaha tersebut bukan milik sendiri, melainkan sewa.
Dengan luas toko sekitar 5x5 m2, toko Cahaya meraup omzet senilai 60jt/bln.
Dalam menjalankan usahanya, toko Cahaya menyediakan bahan-
bahan pokok dan aneka produk lainnya. Toko Cahaya pernah terlibat dalam
pinjaman kredit di sebuah bank sejumlah 5jt rupiah dan telah dilakukan
sebanyak dua kali. Dan saat ini, hutang tersebut sudah lunas.
Toko Cahaya memiliki NPWP usaha dan tidak memiliki izin usaha.
Selama menjalankan usaha, pencatatan keuangan secara tepat belum dapat
dijalankan oleh toko Cahaya. Toko Cahaya memiliki jam operasional buka
mulai pukul setengah lima pagi hingga jam sepuluh malam atau kondisional.

B. Sumber Daya Manusia (SDM) Toko Kelontong Pra dan Pasca


Pendampingan
Pra Pendampingan:
Toko Cahaya berdiri atas nama kepemilikan Ibu Siti Muniamah.
Beliau yang menjalankan usaha toko kelontong tersebut dengan beliau juga

39 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


sebagai karyawan. Ibu Siti Muniamah senantiasa berusaha menyediakan
apa yang konsumen butuhkan.
Untuk melayani konsumen, ibu Siti Muniamah tidak terus menerus
menjaga toko Cahaya mulai pagi hingga petang. Melainkan terbagi pada
dua shift yaitu shift pagi dan sore. Shift pagi dijaga oleh ibu Siti Muniamah
hingga sore, kemudian pada shift selanjutnya toko Cahaya dijaga oleh suami
beliau atau bergantian dengan anaknya. Untuk menjaga toko Cahaya secara
sistematis tidak terjadwal. Tentunya kondisional saja.
Selain itu, harga-harga produk yang dijual di toko Cahaya dikuasai
oleh ibu Siti. Sedangkan untuk suami dan anak-anaknya tidak begitu
menguasai harga-harga produk yang ada sehungga pelayanan tidak
maksimal.

Pasca Pendampingan:

Berdasarkan paparan Sumber Daya Manusia (SDM) pra


pendampingan toko kelontong diatas, untuk mengoptimlkan kinerja
pelayanan. Kami memberikan kontribusi untuk membuat daftar harga
produk-produk yang disediakan.

Jika di-list seluruh produk, tidak memungkinkan untuk dikerjakan


secara langsung, maka di-list harga barang-barang yang sering dicari dan
dibeli oleh konsumen saja. Dengan begitu, pergantian shift tidak akan
menghambat penjualan toko.

Selain itu, meningkatkan kualitas pelayanan dengan bersikap ramah,


santun, dan sopan terus ditingkatkan agar konsumen merasa nyaman dan
akan timbul rasa ingin membeli kembali di toko Cahaya.

Edukasi yang diberikan mengenai mindset (pola pikir) dalam


menjalankan usaha disertai dengan manajemen usaha yang baik dan

40 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


meningkatkan kemampuan melakukan pelayanan pada konsumen dapat
dilakukan dan diterapkan di toko Cahaya.

Tabel 3.1 List Harga Produk Tokel Cahaya

C. Keuangan Toko Kelontong Pra dan Pasca Pendampingan


Pra Pendampingan:
Aspek keuangan toko kelontong menjadi hal penting untuk
dilakukan. Pasalnya melalui pencatatan, secara langsung hasil atau
keuntungan usaha akan terlihat. Namun pada kenyataannya, toko Cahaya
belum dapat melaksanakan pencatatan keuangan sederhana sama sekali.
Baik itu keluar masuknya uang, pencatatan barang, ketersediaan barang, dan
tidak sedikit konsumen yang memiliki hutang pada toko Cahaya. Hal itu

41 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


menjadi sebuah kendala dalam menjalankan dan meningkatkan usaha toko
kelontong.
Beberapa penyebab hal tersebut dapat terjadi karena tidak sempat
melakukan pencatatan dari pembelian maupun penjualan barang yang
dilakukan, nota-nota dari produksi barang diletakkan begitu saja, dan belum
ada pencatatan keluar masuk uang secara sederhana.

Pasca Pendampingan:

Diiringi dengan rasa antusias ibu Siti Muniamah untuk mempelajari


pencatatan keuangan dan pencatatan ketersediaan barang, beliau kini
berusaha untuk mencatat segala kegiatan perputaran keuangan toko
kelontong dengan tidak mencampurkan uang toko dengan uang
pribadi/keluarga, selanjutnya mengumpulkan nota-nota pembelian dari
sales, dan mencatat stok barang, serta mengurangi memberikan hutang
kepada konsumen dengan harapan perputaran uang akan lebih cepat.

Gambar 3.2 Pendampingan dan edukasi Laporan Keuangan Harian

D. Komoditi/ Produksi Toko Kelontong Pra dan Pasca Pendampingan


Pra Pendampingan:
Barang-barang tidak tertata dengan rapi sehingga tidak begitu
terlihat stock barang mana saja yang masih banyak atau sudah habis.

42 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Selanjutnya penataan barang yang masih diletakkan di depan toko terlalu
banyak sehingga menutupi barang yang lain. pena
Sebagian besar produk-produk yang dijual didapatkan toko Cahaya
dari pengiriman sales sehingga memudahkan ibu Siti Muniamah selaku
pemilik toko menyediakan barang-barang tanpa harus mengkulak.

Pasca Pendampingan:

Dari beberapa produk yang terhalang satu sama lain, maka ditata dan
diperbaiki display nya. Tidak seluruh stock diletakkan atau dipasang di rak.
Melainkan cukup beberapa item saja sebagai sampel. Merapikan barang-
barang yang dijual sehingga ketersediaan stok akan terlihat dengan mudah.

Gambar 3.3 konsumen Berbelanja

E. Display Toko Kelontong Pra dan Pasca Pendampingan


Pra Pendampingan:
Display pada dasarnya termasuk pada kategori komoditi/produksi
toko kelontong. Dalam hal ini, toko Cahaya masih meletakkan barang-
barangnya dimana saja, maksudnya belum tertata antara bahan makanan dan
sabun atau segala produk yang berbau menyengat. Dikarenakan terbatas
luas bangunan, penempatan barang asal diletakkan begitu saja tanpa
memperhitungan kategori masing-masing barang.

Pasca Pendampingan:

43 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Menerapkan penataan barang sesuai kategori masing-masing.
Memanfaatkan dengan maksimal atas ketersediaan aset berupa rak, etalase,
dan kulkas sehingga lebih rapi dan dapat dilihat oleh konsumen produk apa
saja yang tersedia di toko Cahaya tersebut.

Gambar 3.5 Penataan Display Toko

F. Pemasaran Toko Kelontong Pra dan Pasca Pendampingan


Pra Pendampingan:
Pada aspek pemasaran, toko Cahaya memasang banner pada bagian
depan toko. Namun, saat ini kondisi banner sudah kotor dan cukup rusak
akibat usia dan luput dari perawatan. Dengan begitu, nampak tidak rapi jika
dilihat dari halaman toko Cahaya.

Gambar 3.6 Banner di Toko Cahaya

44 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


Pasca Pendampingan:
Aspek pemasaran toko kelontong pasca pendampingan, telah dibuat
penanda di aplikasi google maps dan aplikasi WAZE untuk memudahkan
konsumen mampir dan membeli produk-produk yang dicari di toko Cahaya
melalui google maps yang telah ditandai. Dengan begitu, proses pemasaran
dapat berjalan lancar dan konsumen merasa mudah untuk mengakses toko
Cahaya Serta penggantian Banner yang akan segera jadi di akhir bulan.

45 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kuliah Kerja Nyata yang kami lakukan selama 30 kali pertemuan,
ditemukan hasil :
1. Laporan keuangan yang sebelumnya tidak ada laporan keuangan harian
menjadi ada dan pemilik toko sudah dapat memisahkan laporan keuangan
toko dan pribadi.
2. Display toko yang sebelumnya tercampur antara barang berbau tajam dan
makanan menjadi terpisah menurut jenisnya.
3. Pemilik toko yang sebelumnya kurang memperhatikan pemasaran, mulai
memperhatikan kebersihan toko dan banner.
4. Anggota keluarga yang kurang hafal dengan harga barang menjadi hafal
dengan cara menempelkan daftar harga.
5. Pemilik toko lebih rapi dalam menata nota pembelian dan penjualan.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka diberikan saran yang kiranya
dapat bermanfaat bagi kemajuan toko Cahaya yaitu pemilik toko ibu Siti
Muniamah, agar dapat memertahankan beberapa perubahan positif yang ada
seperti saat dilakukannya pendampingan. Namun alangkah lebih baik jika
nantinya secara mandiri dapat meningkatkan kearah perubahan yang lebih baik
lagi.

46 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD


LAMPIRAN-LAMPIRAN

47 | KKN EKONOMI PENDEKATAN ABCD

You might also like