You are on page 1of 13

2 -10)

PENGARUH BOUNDARY SYSTEM & DIAGNOSTIC CONTROL


SYSTEM TERHADAP CUSTOMER-ORIENTED MEASURES
MELALUI EMPLOYEE-ORIENTED MEASURES SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING

Jordi Layadi dan Saarce Elsye Hatane


Program Akuntansi Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra
Email: elsyehat@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lansgung dari boundary system
terhadap employee-oriented measures, pengaruh langsung dari boundary system terhadap
customer-oriented measures, pengaruh langsung dari diagnostic control system terhadap
employee-oriented measures, pengaruh langsung dari diagnostic system terhadap customer-
oriented measures serta boundary system dan diagnostic control system terhadap customer-
oriented measures melalui employee-oriented measures sebagai variabel intervening.
Penelitian ini berbentuk penelitian kuantitatif, dimana data diperoleh melalui
penyebaran kuisioner kepada perusahaan-perusahaan terbuka di Indonesia. Data yang
diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan software Smart PLS. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh positif dari boundary system terhadap employee-oriented
measures, pengaruh positif antara boundary system terhadap customer-oriented measures,
pengaruh positif antara diagnostic control system terhadap employee-oriented measures,
pengaruh positif antara diagnostic control system terhadap customer-oriented measures dan
pengaruh positif employee-oriented measures terhadap customer-oriented measures pada
perusahaan-perusahaan terbuka di Indonesia.

Kata Kunci : Boundary System, Diagnostic Control System, Employee-oriented Measures, dan
Customer-oriented Measures

ABSTRACT

This study aimed to examine the direct influence of boundary system to employee-
oriented measures, boundary system to customer-oriented measures, diagnostic control system to
employee-oriented measures, diagnostic control system to customer-oriented measures, boundary
system and diagnostic control system on customer-oriented measures through employee-oriented
measures as an intervening variable.

This study used a quantitative approach, and the data obtained by distributing
questionnaires to public companies in Indonesia. Data were processed by using smartPLS
software. This study showed that there was a positive relationship of boundary system to
employee-oriented measures; positive relationship of boundary system to customer-oriented
measures; positive relationship of diagnostic control system to employee-oriented measures;
positive relationship of diagnostic control system to customer-oriented measures; and positive
relationship of employee-oriented measures to customer-oriented measures in public companies in
Indonesia.

Keywords : Boundary System, Diagnostic Control System, Employee-oriented Measures, dan


Customer-oriented Measures

445
446 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 5, NO. 1, Januari 2017 (445-456)

PENDAHULUAN 1. Apakah Boundary System memiliki


pengaruh terhadap Employee-oriented
Dewasa ini perekonomian di Measures ?
Indonesia mengalami kemajuan yang cukup 2. Apakah Boundary system memiliki
pesat. Indonesia yang merupakan negara pengaruh terhadap Customer-oriented
berkembang dituntut untuk dapat Measures ?
menghadapi persaingan agar dapat lebih 3. Apakah Diagnostic Control System
maju dan berkembang. Salah satu entitas memiliki pengaruh terhadap Employee-
yang mengalami persaingan ketat dalam oriented Measures?
globalisasi yaitu industri manufaktur yang 4. Apakah Diagnostic Control System
merupakan salah satu penopang utama memiliki pengaruh terhadap Customer-
perkembangan industri di sebuah negara. oriented Measures ?
Perkembangan industri di sebuah negara 5. Apakah Employee-oriented Measures
juga dapat dilihat baik dari aspek kualitas memiliki pengaruh terhadap Customer-
produk yang dihasilkan maupun kinerja oriented Measures ?
industri secara keseluruhan. Perkembangan
industri manufaktur di Indonesia dapat LANDASAN TEORI
dilihat dari hasil riset yang dilakukan oleh
sebuah lembaga internasional terhadap Management Control System
prospek industri manufaktur di berbagai
negara. Posisi industri manufaktur di Management Control System (MCS)
Indonesia cukup memprihatinkan karena seperti yang didefinisikan oleh Anthony
Indonesia menempati posisi terbawah dari (dikutip oleh Langfield-Smith, 1997) adalah
total 60 negara yang dijadikan sebagai objek proses dimana manajer memastikan bahwa
penelitian bersama dengan beberapa negara sumber daya diperoleh dan digunakan
Asia lainnya. secara efektif dan efisien dalam pencapaian
Chow dan Van Der Stede (2006) tujuan organisasi. Pengelolaan sistem
menyatakan bahwa kinerja perusahaan kontrol membantu untuk mengintegrasikan,
dapat diukur secara keuangan maupun non- memotivasi, mendukung dalam
keuangan. Kinerja non-keuangan dapat pengambilan keputusan,
diukur melalui sudut pandang karyawan mengkomunikasikan tujuan, memberikan
dan pelanggan. Hal yang sama dikatakan umpan balik, dll.
oleh Mulyadi (2007) bahwa pengukuran
yang berorientasi pada karyawan Simons (1987 dan 1990)
merupakan hal yang penting. Pengendalian berpendapat bahwa sistem kontrol terdapat
manajemen telah menjadi salah satu area dalam empat kategori, yaitu :
penting dalam penelitian perilaku
organisasi, sejalan dengan pertumbuhan 1. Diagnostic Control System
tekanan ekonomi, iklim industri yang tidak 2. Boundary System
menentu, krisis ekonomi, dan keadaan 3. Interactive Control System
lingkungan eksternal lainnya seperti 4. Belief System
konsumen, tingkat persaingan, pasar,
pemasok, distributor, sikap masyarakat dan Simons (2000) menjelaskan bahwa
pemerintah. Studi-studi yang telah ada terdapat empat sistem kontrol Levers of
(Anthony, 1966; Miller dan Friesen, 1982; Control (LOC) yaitu belief system,
Govindarajan, 1988; Simon, 1990; Fisher, boundary system, diagnostic control
1998; Syafruddin 2001; Tugiman 2002; system, dan interactive control system
Wasito dan Ghozali 2002) menemukan yang bekerja sama untuk manfaat
bahwa efektivitas pengendalian manajemen perusahaan.
yang digunakan dalam organisasi
berpengaruh secara signifikan terhadap a) Belief System
peningkatan kinerja perusahaan
Berdasarkan latar belakang di atas, Belief system merupakan sistem formal
maka rumusan masalah dalam penelitian yang digunakan oleh manajer untuk
ini adalah: mendefinisikan, mengkomunikasikan nilai-
nilai inti perusahaan dalam rangka
untuk menginspirasi dan memotivasi
446 Business Acounting Review, Vol. 5, No. 1, Januari 2017 (445-456)

karyawan untuk mencari, mengeksplorasi, Interactive control system merupakan


membuat, serta mengeluarkan upaya dalam sistem pengendalian dimana manajer
tindakan yang tepat (Simon, 1994). Belief secara teratur dan aktif melibatkan diri
system menjelaskan tentang nilai-nilai inti ke dalam pengambilan keputusan dan
organisasi, definisi organisasi, tujuan dan aktifitas karyawan (Simon, 1994).
arah organisasi (Simon, 1995, 34). Hal Interactive control system merupakan
tersebut berupa visi dan misi organisasi proses komunikasi dua arah yaitu
(Simon, 1995). Dalam Simon (1994) antara manajer dengan karyawan
contoh dari belief system yaitu: bawahan pada berbagai tingkat organisasi
Pernyataan tentang Visi organisasi, (Abernethy & Lillis, 1995; Speklé, 2001).
Pernyataan tentang Misi organisasi, Dalam Simon (1994) manajer dapat
Pernyataan tentang Tujuan organisasi. menggunakan interactive control system
dari : mendiskusikan agenda penting
b) Boundary System organisasi dengan bawahan, fokus
perhatian manajemen di seluruh operasi
Boundary system merupakan sistem organisasi, partisipasi dalam diskusi
formal yang digunakan oleh top manajer yang berhadapan langsung dengan
untuk mengkomunikasikan batasan dan bawahan, melakukan debat secara
aturan organisasi untuk dihormati (Simon, berkelanjutan mengenai data, asumsi dan
1994). Boundary system memberitahukan tindakan perencanaan.
karyawan apa yang mereka tidak dapat
lakukan (Simons, 2000). Tujuannya adalah Employee-Oriented Measures (EOM)
untuk memungkinkan karyawan memiliki
kebebasan untuk berinovasi, menggali, Menurut Chow dan Van Der Stede (2006),
menciptakan, dan mencapai standar pengukuran performa perusahaan
tertentu. Salah satu contoh dari memainkan peranan penting dalam
boundary system dalam (Simon, 1994) organisasi. pengukuran kinerja dapat
yaitu merupakan sistem yang berisi dijelaskan melalui secara keuangan
tentang aturan, batasan, dan larangan maupun non-keuangan. Performa non-
dalam : Kode etik organisasi, Sistem keuangan dapat diukur melalui
perencanaan strategis, Sistem pengukuran yang berorientasi kepada
penganggaran. karyawan. Mulyadi (2007) menyatakan
bahwa pengukuran yang berorientasi pada
c) Diagnostic Control System
karyawan merupakan pengukuran
Dalam Simon (1994), diagnostic control merupakan salah satu pengukuran yang
system merupakan sistem umpan balik penting bagi perusahaan.
formal yang digunakan untuk memantau Sistem penilaian yang berorientasi pada
manfaat organisasi serta mengkoreksi karyawan dapat diukur melalui indikator
kesalahan apakah sesuai dengan standar (Chow & Van Der Stede, 2006):
kinerja organisasi. Tujuan dari diagnostic  Kepuasan Karyawan
control system adalah memotivasi karyawan  Kemampuan/skill karyawan
untuk melakukan, menyelaraskan perilaku  Kemampuan dalam mengempower
karyawan dengan tujuan organisasi, dan karyawan
untuk menyediakan mekanisme  Kemampuan perusahaan dalam
pemantauan, selain itu dengan dengan mengutamakan keselamatan karyawan
adanya diagnostic control system, dalam bekerja
karyawan memiliki kebebasan dalam  Frekuensi training yang diberikan
berinovasi, membuat serta mencapai kepada karyawan
target tertentu dalam sebuah organisasi
(Widener, 2007). Dalam Simon (1994) Customer Oriented Measures
contoh dari diagnostic control system Menurut Chow dan Van Der Stede
yaitu : rencana laba dan penganggaran, (2006), pengukuran performa perusahaan
sistem tujuan organisasi, sistem memainkan peranan penting dalam
pemantauan kegiatan, sistem pemantauan organisasi. pengukuran kinerja dapat
pendapatan. dijelaskan melalui secara keuangan maupun
non-keuangan. Performa non-keuangan
d) Interactive Control System dapat diukur melalui pengukuran yang
Layadi: Pengaruh Boundary & Diagnostic Control System 447

berorientasi kepada pelanggan/pasar. terhadap pasar. Orientasi pada pasar ini


Yamin, Gunasekuran dan Marvondo (1999) telah terdapat di dalamnya kesetiaan
menyatakan bahwa penilaian perusahaan pelanggan dan kepuasan pelanggan
yang baik harus juga berdasarkan orientasi (Deshpande dan Farley, 2004). Pada
pada pelanggan atau pasar. akhirnya, perusahaan akan lebih fokus
Sistem penilaian yang berorientasi terhadap pelanggan.
pada pelanggan atau pasar dapat diukur H2 : Boundary System memiliki
melalui indikator (Chow & Van Der Stede, pengaruh terhadap Customer-oriented
2006): Measures
• Market Share
• Waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi Pengaruh Diagnostic Control System
pesanan pelanggan terhadap Employee Oriented Measures
• Kemampuan pengiriman pesanan
pelanggan Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
• Kecepatan perusahaan untuk menanggapi oleh Armesh, Salarzehi & Kord (2010), tidak
masalah yang dihadapi oleh pelanggan hanya boundary control yang mampu
• Fleksibilitas produk memotivasi karyawan tetapi diagnostic
• Kepuasan pelanggan control system juga digunakan dalam
• Kemampuan mendapatkan pelanggan menetapkan standar untuk meningkatkan
baru efisiensi dan kreatifitas karyawan. Sehingga
• Kemampuan untuk mempertahankan mendukung pernyataan yang dinyatakan
pelanggan lama oleh Armesh, Salarzehi & Kord (2010),
diagnostic control system mampu untuk
mengukur dan meningkatkan performa
Pengaruh Boudary System terhadap karyawan dalam perusahaan.
Employee Oriented Measures H3 : Diagnostic control system
memiliki pengaruh terhadap employee-
Simons (1995) bahwa sistem oriented measures.
pengendalian manajemen berupa boundary
system sangat berdampak dalam Pengaruh Diagnostic Control System
meningkatkan kinerja perusahaan seperti terhadap Customer Oriented Measures
mendorong karyawan dalam mencari,
mengeksplorasi, dan bereksperimen dalam Simon (1994) menyatakan
keadaan tertentu dengan tetap dalam diagnostic control system merupakan
batasan yang diberikan sehingga mampu sistem umpan balik formal yang
meningkatkan kinerja organisasi melalui digunakan untuk memantau manfaat
performa atau kemampuan karyawan dari organisasi serta mengkoreksi kesalahan
perusahaan. apakah sesuai dengan standar kinerja
organisasi. Tujuan dari diagnostic control
H1: Boundary system memiliki pengaruh system adalah memotivasi karyawan untuk
terhadap employee-oriented measures. melakukan, menyelaraskan perilaku
karyawan dengan tujuan organisasi, dan
Pengaruh Boundary System terhadap untuk menyediakan mekanisme
Customer Oriented Measures pemantauan. Menurut Langfield-Smith
(1997) menyatakan bahwa diagnostic control
Simons (2000) menjelaskan bahwa sistem system sebagai sistem umpan balik untuk
pengendalian manajemen yang diterapkan menilai dan mengevaluasi kinerja yang
oleh perusahaan harus dijalankan secara berorientasi pada pasar dan pelanggan
bersama-sama agar memiliki kekuatan apakah sudah sesuai dengan standar yang
kontrol yang baik dan kuat. Sistem telah ditetapkan. Dengan adanya sistem
boundary memberikan batasan-batasan pengendalian diagnostik dan interaktif
yang harus dihindari oleh semua anggota maka strategi yang telah dirumuskan
organisasi dalam menjalankan sistem sebelumnya dapat dikelola dengan baik
pengendalian manajemen (Simons,1995). (Langfield-Smith, 1997) sehingga strategi
Boundary system memberikan kebebasan yang berorientasi pada pasar dan pelanggan
kepada karyawan untuk berinovasi namun dapat berjalan dengan baik dan mampu
tetap berada pada satu tujuan yang sama mencapai tujuan perusahaan yang
dengan perusahaan yaitu berorientasi berorientasi pada pasar dan pelanggan.
448 Business Acounting Review, Vol. 5, No. 1, Januari 2017 (445-456)

H4 : Diagnostic Control System memiliki (2005) menyatakan bahwa kepuasan


pengaruh terhadap customer-oriented pelanggan erat akitannya dengan kontribusi
measures. karyawan yang baik.
Armesh, Salarzehi & Kord (2010), diagnostic
Pengaruh Employee Oriented Measures control system mampu untuk mengukur dan
terhadap Customer Oriented Measures meningkatkan performa karyawan dalam
perusahaan.
Djati (2004) menyatakan bahwa Simons (1995) bahwa sistem pengendalian
kinerja karyawan berpengaruh secara manajemen berupa boundary system sangat
signifikan terhadap kepuasan pelanggan berdampak dalam meningkatkan kinerja
selanjutnya kepuasan pelanggan perusahaan seperti mendorong karyawan
berpengaruh pada kepercayaan pelanggan. dalam mencari, mengeksplorasi, dan
Hal ini juga menunjukan bahwa orientasi bereksperimen dalam keadaan tertentu
pemasaran untuk kepentingan pelanggan dengan tetap dalam batasan yang diberikan
semakin terbukti dapat dijadikan sebagai sehingga mampu meningkatkan kinerja
dasar pembentukan kompetensi inti untuk organisasi melalui performa atau
menghadapi persaingan yang begitu ketat. kemampuan karyawan dari perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Peljhan& Tekavcic (2008), didukung dengan Hipotesis
penelitian yang dilakukan oleh Bulgarella H1 : Boundary system memiliki pengaruh
(2005) menyatakan bahwa kepuasan terhadap employee-oriented measures.
pelanggan erat akitannya dengan kontribusi H2 : Boundary system memiliki pengaruh
karyawan yang baik. terhadap customer-oriented measures.
H5 : Employee-oriented Measures memiliki H3 : Diagnostic control system memiliki
pengaruh terhadap customer-oriented pengaruh terhadap employee-oriented
measures. measures.
H4 : Diagnostic control system memiliki
Penelitian Terdahulu pengaruh terhadap customer-oriented
Jamil dan Mohamed (2013), measures.
management control system berpengaruh H5 : Employee-oriented measures memiliki
positif terhadap organizational performance. pengaruh terhadap customer-oriented
Dengan adanya system pengendalian measures.
manajemen yang baik maka akan
meningkatkan performa organisasi hal ini
terjadi karena meningkatnya kreatifitas, METODE PENELITIAN
kepuasan, kerjasama antar karyawan,
empower dan memotivasi karyawan Model analisis yang akan digunakan
(Armesh, Salarzehii and Kord , 2010). Hal dalam penelitian ini adalah model analisis
yang sama dinyatakan bahwa system regresi linear berganda. Model analisis ini
pengendalian manajemen yang kuat akan digunakan untuk menganalisis pengaruh
meningkatkan performa organisasi terjadi boundary system dan diagnostic control
dikarenakan meningkatnya kepuasan system terhadap customer-oriented measures
pelanggan dan jumlah pelanggan baru dan melalui employee-oriented measures sebagai
bertahannya pelanggan tetap (Peljhan and variabel intervening. Dibawah ini
Tekavic, 2008). merupakan model analisis yang akan
Djati (2004) menyatakan bahwa kinerja digunakan dalam penelitian.
karyawan berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan pelanggan selanjutnya
kepuasan pelanggan berpengaruh pada
kepercayaan pelanggan. Hal ini juga
menunjukan bahwa orientasi pemasaran
untuk kepentingan pelanggan semakin
terbukti dapat dijadikan sebagai dasar
pembentukan kompetensi inti untuk
menghadapi persaingan yang begitu ketat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Peljhan& Tekavcic (2008), didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bulgarella
Layadi: Pengaruh Boundary & Diagnostic Control System 449

System, yang diadopsi dari Simons


(2000).
b. Intervening Variable : Employee-
oriented Measures, yang diadopsi
dari Chow dan Van Der Stede
(2006).
c. Dependent Variable : Customer-
oriented Measures, yang diadopsi
dari Chow dan Van Der Stede
(2006).

Gambar 1. Model Analisis Hipotesis Penelitian ini menggunakan teknik


analisis statistika PLS (Partial Least
Skala pengukuran yang digunakan Square) yang merupakan bagian, sekaligus
dalam penelitian ini adalah skala alternatif dari SEM.
pengukuran interval dan skala pengukuran
likert. Dalam penelitian ini digunakan 5 Sampel
skala likert. Skala yang digunakan adalah
sebagai berikut: Sampling melibatkan prosedur yang
menarik kesimpulan berdasarkan
1 = Sangat Tidak Jelas / Tidak Pernah pengukuran sebagian dari populasi. Dengan
/ Sangat Rendah kata lain, sampel adalah bagian dari
populasi yang lebih besar. Jika prosedur
2 = Tidak Jelas / Pernah / Rendah statistik tertentu diikuti, peneliti tidak
perlu memilih setiap item dalam populasi
3 = Kurang Jelas / Jarang / Sedang karena hasil sampel yang baik harus
memiliki karakteristik yang sama dengan
4 = Jelas / Sering / Tinggi populasi secara keseluruhan (Zikmund,
2010).
5 = Sangat Jelas / Sangat Sering / Sampel yang akan digunakan dalam
Sangat Tinggi penelitian ini adalah 31 perusahaan terbuka
(Tbk) yang terletak di Indonesia.
Sumber data dalam penelitian ini
berasal dari data primer yang diperoleh Hasil Penelitian dan Analisis
melalui kuisioner yang disebarkan kepada
perusahaan-perusahaan terbuka di Kuisioner yang berhasil
Indonesia. Prosedur pengumpulan data dikumpulkan terdiri dari 31 perusahaan
dalam penelitian ini adalah melalui studi terbuka di Indonesia. Berikut profil
pustaka dan penyebaran kuisioner responden yang menjadi sampel penelitian.
Tabel 1. Deskriptif Profil
Populasi dalam penelitian ini adalah Responden Berdasarkan Jenis
perusahaan TBK yang ada di Indonesia. Kelamin
Berdasarkan standar penentuan jumlah Jenis Kelamin Prosentase
sampel oleh Sugiyono (2010), maka sampel
Laki-Laki 54,8%
dalam penelitian ini adalah 31 perusahaan
terbuka di Indonesia. Penelitian ini Perempuan 45,2%
menggunakan non-probability sampling Total 100%
dengan menggunakan teknik sampling
purposive sampling. Unit analisis dalam Tabel 2. Deskriptif Profil
penelitian ini adalah perusahaan terbuka di Responden Berdasarkan jabatan
Indonesia.
Jabatan Prosentase
Kuisioner yang dilampirkan terdiri Staff 65,4%
dari empat bagian: Supervisor 18,3%
Manajer 14,4%
a. Independent Variable : Boundary Director 1,9%
System & Diagnostic Control Total 100%
450 Business Acounting Review, Vol. 5, No. 1, Januari 2017 (445-456)

Data yang terkumpul kemudian Jelas /


Sering
ditabulasikan dan dicari nilai rata- ratanya. 4,188
Untuk memperoleh rata- rata, sebelumnya
peneliti menentukan interval kelas yang Tabel 5. Penilaian Responden
dicari dengan rumus: Terhadap Variabel Employee Oriented
Measures & Customer Oriented
Nilai Tertinggi  Nilai Measures
Interval Kelas Terendah 5 1 
  0.8 Total
Total Mean
Jumlah Kelas 5 Kategori
Mean Per
Indikator
Berdasarkan interval kelas diatas 3,77
maka disusunlah kriteria rata- rata 4,03
jawaban responden berikut ini : Employee 4,08
Tabel 3. Kategori Rata-Rata Oriented 4,23 3,52 Tinggi
Measures
Jawaban Responden 3,73
Interval 2,79
Kategori 2,00
4,00
3,92
Sangat Jelas / Sangat
4,20 < rata- rata ≤ 5,00 Sering / Sangat Tinggi Customer 4,12
Oriented 4,11 4,03 Tinggi
Measures 3,93
3,40 <rata- rata ≤ 4,20 Jelas / Sering / Tinggi
4,16
2,60 < rata- rata ≤ 3,40 Kurang Jelas / Jarang / Sedang 3,98
3,775 Tinggi

1,80 < rata- rata ≤ 2,60 Tidak Jelas / Pernah / Rendah


Dari penilaian responden terhadap variable
Sangat Tidak Jelas / Tidak employee oriented measures & customer
1,00 < rata- rata ≤ 1,80
Pernah / Sangat Rendah oriented measures pada table 5 tampak
bahwa penilaian employee oriented measures
& customer oriented measures terhadap
perusahaan terbuka di Indonesia memiliki
Tabel 4. Penilaian Responden
nilai 3,52 & 4,03 yang berarti tingkat
Terhadap Variabel Managament employee oriented measures & customer
Control System
oriented measures perusahaan-perusahaan
terbuka di Indonesia sudah termasuk pada
Total
Total Mean Per Katego kategori Tinggi.
Mean Indikator ri
4,65 Tabel 6. Nilai Outer Loading
4,39 boundary com diagnostic Eom
4,23 Sangat
Belief System 4,22 BD 1 0.819879
4,16 Jelas
4,04 BD 2 0.789094
4,05
BD 3 0.768168
4,50
4,42 Sangat BD 4 0.923106
Boundary Jelas /
System
4,29 4,36 Sangat BD 5 0.624803
4,37 Sering
COM
4,24 0.856315
1
4,04 COM
4,00 0.734353
Interactive
2
4,12 4,04 Sering COM
Control System 0.879144
4,02 3
4,00 COM
0.812043
4,15 4
COM
Diagnostic 4,14 0.839868
4,13 Sering 5
Control System 4,10 COM
4,14 0.826198
6
Layadi: Pengaruh Boundary & Diagnostic Control System 451

COM COM
0.869654 0.285623 0.826198 0.644742 0.631582
7 6
DCS COM
0.941154 0.500071 0.869654 0.793627 0.836884
1 7
DCS DCS
0.975415 0.631744 0.79532 0.941154 0.792664
2 1
DCS DCS
0.954436 0.584698 0.801783 0.975415 0.810054
3 2
DCS DCS
0.946038 0.39409 0.646874 0.954436 0.771973
4 3
EOM DCS
0.922317 0.549763 0.703008 0.946038 0.726879
1 4
EOM EOM
0.780318 0.409566 0.727389 0.721401 0.922317
2 1
EOM EOM
0.906769 0.502399 0.602346 0.667794 0.780318
3 2
EOM EOM
0.838147 0.519053 0.78843 0.773922 0.906769
4 3
EOM EOM
0.912683 0.398615 0.757608 0.666937 0.838147
5 4
EOM
0.543083 0.771789 0.719965 0.912683
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa semua 5
outer loading >0.50 sehingga dapat dinilai
signifikan secara praktikal. Berdasarkan table cross loading pada tabel
8 diatas dapat disimpulkan bahwa masing-
Tabel 7. Average Variance Extracted masing indikator yang ada di suatu variabel
(AVE) laten memiliki perbedaan dengan indikator
AVE di variabel lain yang ditunjukkan dengan
skor loadingnya yang lebih tinggi di
Boundary 0.625492 konstruknya sendiri. Dengan demikian,
com 0.692734 model telah mempunyai validitas
diagnostic 0.910785 diskriminan yang baik.
eom 0.763455
Tabel 9. Nilai Composite Reliability
Berdasarkan tabel 7, nilai AVE variabel Composite Reliability
boundary system adalah 0.625492,
Boundary 0.891626
diagnositc control system adalah 0.910785,
COM 0.940246
employee oriented measures adalah
0.763455, customer oriented measures Diagnostic 0.976093
adalah 0.692734. Nilai AVE dari masing- EOM 0.941433
masing variabel >0,5, sehingga variabel
yang digunakan dalam penelitian ini sudah Tabel 9 menunjukkan bahwa composite
memenuhi validitas diskriminan. reliability variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini telah memenuhi rule of
Tabel 8. Nilai Cross Loading thumb. Boundary system sebesar 0.891626,
Diangostic Control System sebesar 0.976093,
boundary com diagnostic eom Customer oriented measures sebesar
BD 1 0.819879 0.231684 0.290031 0.305081 0.940246, Employee oriented measures
BD 2 0.789094 0.225948 0.291124 0.374871 sebesar 0.941433. Keempat nilai composite
BD 3 0.768168 0.314878 0.214334 0.258539 reliability tersebut di atas 0.7. Hasil ini
BD 4 0.923106 0.453265 0.410296 0.429568
menunjukkan bahwa model dalam
BD 5 0.624803 0.630334 0.709491 0.559843
COM penelitian ini telah reliable.
0.537662 0.856315 0.646989 0.746186
1
COM Tabel 10. Nilai Cronbach’s Alpha
0.430088 0.734353 0.485524 0.625069
2 Cronbach’s Alpha
COM
3
0.421555 0.879144 0.544656 0.600919 Boundary 0.858906
COM COM 0.925821
0.323908 0.812043 0.661342 0.537174
4 Diagnostic 0.967329
COM
0.608482 0.839868 0.682615 0.812719 EOM 0.921458
5
452 Business Acounting Review, Vol. 5, No. 1, Januari 2017 (445-456)

Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai menjelaskan informasi yang terkandung


cronbach’s alpha juga telah memenuhi rule dalam data sebesar 91.24%.
Pengaruh Direct Indirec of
Effect t thu Tabel 12. Hasil Inner Weight
Effect mb.
Boundary -> EOM 0.118 - Cro Original
Boundary -> COM 0.084 - nba Sample T Statistics
ch’s (O) (|O/STERR|)
EOM -> COM 0.594 - alp Boundary -
Boundary*EOM*COM - 0.118* ha. > EOM 0.118 2.607
0.594 Bou Boundary -
= nda > COM 0.084 2.374
0.070 ry Diagnostic
Diagnostic -> EOM 0.747 syst -> EOM 0.747 16.706
Diagnostic -> COM 0.244 em Diagnostic
-> COM 0.244 3.184
Diagnostic*EOM*COM 0.747* seb
EOM ->
0.594 esar
COM 0.594 7.331
= 0.85
0.4437 890
18 6,
Tabel 13. Direct dan Indirect Effect
Dia
Tabel 13 diatas menunjukkan, di antara
ngostic Control System sebesar 0.967329,
variabel boundary system, diagnostic control
Customer oriented measures sebesar
system dan employee oriented measures,
0.925821, Employee oriented measures
employee oriented measures memberikan
sebesar 0.921458. Keempat variabel
pengaruh yang lebih besar terhadap
tersebut telah >0.6. Hasil ini menunjukkan
customer oriented measures. Hal ini tampak
bahwa model dalam penelitian ini telah
pada direct effect employee oriented measures
reliable.
terhadap customer oriented measures
sebesar 0.594 yang lebih besar bila
Tabel 11. Nilai R Square
dibandingkan dengan direct effect boundary
system dan diagnostic control system
R Square
terhadap customer oriented measures yang
Boundary hanya sebesar 0.084 dan 0.244. Selain itu
COM 0.733262 hubungan tidak langsung antara diagnostic
Diagnostic control system dan customer oriented
EOM 0.671751 measures memiliki hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan hubungan langsung
Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai R² antara diangnostic control system dan
0671751 menunjukkan bahwa variasi customer oriented measures.
perubahan variabel boundary system dapat
dijelaskan oleh variabel employee-oriented Nilai T-statistic pengaruh boundary system
measures sebesar 67%. Nilai R² 0.733262 terhadap employee oriented measures
menunjukkan bahwa variasi perubahan sebesar 2.607, dimana lebih besar dari 1.96
variabel customer-oriented measures dapat sehingga menunjukkan hubungan yang
dijelaskan oleh variabel employee-oriented signifikan. Original sample adalah sebesar
measures, boundary system dan diagnostic 0.118 yang berarti terdapat hubungan
control system sebesar 73%. positif antara boundary system dengan
employee oriented measures. Dengan
Total nilai R² di atas dapat digunakan demikian, boundary system memberikan
untuk menghitung secara manual goodness pengaruh terhadap peningkatan kinerja
of fit (GOF) model karena aplikasi yang berorientasi terhadap karyawan.
perangkat lunak PLS tidak menyediakan Dengan demikian, hipotesis terdapat
menu khusus untuk menghitung GOF. Dari pengaruh langsung boundary system
nilai R² di atas, maka nilai Q² = 1-((1 - terhadap employee oriented measures pada
0.733262) x (1 - 0.671751)) = 0.912444 = perusahaan terbuka di Indonesia diterima.
91.24%. Dengan demikian model yang Pengaruh boundary system terhadap
digunakan dalam penelitian ini dapat customer oriented measures memiliki t-
Layadi: Pengaruh Boundary & Diagnostic Control System 453

statistic sebesar 2.374 dimana lebih besar batasan yang diberikan sehingga mampu
dari 1.96 sehingga dapat dikatakan meningkatkan kinerja organisasi melalui
signifikan. Selain itu original sample performa atau kemampuan karyawan dari
sebesar 0.084 menunjukkan adanya perusahaan.
hubungan positif antara boundary system Hasil penelitian kedua menyatakan
dengan customer oriented measures. Dengan bahwa terdapat pengaruh antara boundary
demikian, boundary system yang baik dapat system terhadap customer oriented measures
meningkatkan customer oriented measures. diterima. Simons (2000) menjelaskan bahwa
Dengan demikian, hipotesis terdapat sistem pengendalian manajemen yang
pengaruh boundary system terhadap diterapkan oleh perusahaan harus
customer oriented measures pada dijalankan secara bersama-sama agar
perusahaan terbuka di Indonesia diterima. memiliki kekuatan kontrol yang baik dan
Pengaruh diagnostic control system kuat. Sistem boundary memberikan
terhadap employee oriented measures. batasan-batasan yang harus dihindari oleh
Hubungan signifikan dapat terlihat dari t- semua anggota organisasi dalam
statistic sebesar 16.706 lebih besar dari 1.96. menjalankan sistem pengendalian
Sedangkan pengaruh antara diagnostic manajemen (Simons,1995). Meskipun
control system terhadap employee oriented boundary system sebagai salah satu kontrol
measures ditunjukkan oleh original sample sistem yang memberikan batasan-batasan
nilai sebesar 0.747. Dengan demikian, kepada karyawannya namun tujuan dari
diagnostic control system yang baik dapat kontrol ini bersifat positif yaitu untuk
meningkatkan customer oriented measures. memungkinkan karyawan memiliki
Dengan demikian, hipotesa terdapat kebebasan untuk berinovasi, menggali,
pengaruh antara diagnostic control system menciptakan, dan mencapai standar
terhadap employee oriented measures pada tertentu. Boundary system memberikan
perusahaan terbuka di Indonesia juga kebebasan kepada karyawan untuk
diterima. berinovasi namun tetap berada pada satu
Pengaruh antara diagnostic control tujuan yang sama dengan perusahaan yaitu
system terhadap customer oriented measures berorientasi terhadap pasar. Orientasi pada
memiliki nilai path coefficient sebesar 0.244 pasar ini telah terdapat di dalamnya
dan t-statistic sebesar 3.184. Dengan kesetiaan pelanggan dan kepuasan
demikian, diagnostic control system yang pelanggan (Deshpande dan Farley, 2004).
baik dapat meningkatkan customer oriented Pada akhirnya, perusahaan akan lebih
measures. Dengan demikian dapat fokus terhadap pelanggan.
disimpulkan, pengaruh diagnostic control Dari data penelitian terbukti bahwa
system terhadap customer oriented measures hipotesis ketiga diterima yaitu terdapat
diterima. pengaruh antara diagnostic control system
Pengaruh antara employee oriented terhadap employee oriented measures.
measures terhadap customer oriented Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
measures memiliki nilai T-statistic sebesar oleh Armesh, Salarzehi & Kord (2010), tidak
7.331 sehingga dinyatakan signifikan. Nilai hanya boundary control yang mampu
original sample sebesar 0.594 menunjukkan memotivasi karyawan tetapi diagnostic
hubungan antara employee oriented control system juga digunakan dalam
measures terhadap customer oriented menetapkan standar untuk meningkatkan
measures diterima. efisiensi dan kreatifitas karyawan. Sehingga
mendukung pernyataan yang dinyatakan
Analisis oleh Armesh, Salarzehi & Kord (2010),
Hasil penelitian pertama diagnostic control system mampu untuk
menunjukkan adanya pengaruh antara mengukur dan meningkatkan performa
boundary system terhadap employee oriented karyawan dalam perusahaan.
measures. Pengaruh ini sesuai dengan Dari hasil pengolahan data yang
pernyataan Simons (1995) bahwa sistem dilakukan pada hipotesis ke empat diterima
pengendalian manajemen berupa boundary yaitu terdapat pengaruh antara diagnostic
system sangat berdampak dalam control system terhadap customer oriented
meningkatkan kinerja perusahaan seperti measures. Simon (1994) menyatakan
mendorong karyawan dalam mencari, diagnostic control system merupakan
mengeksplorasi, dan bereksperimen dalam sistem umpan balik formal yang
keadaan tertentu dengan tetap dalam digunakan untuk memantau manfaat
454 Business Acounting Review, Vol. 5, No. 1, Januari 2017 (445-456)

organisasi serta mengkoreksi kesalahan Management Control System adalah


apakah sesuai dengan standar kinerja sistem yang digunakan dalam organisasi
organisasi. Tujuan dari diagnostic control yang berguna mengumpulkan dan
system adalah memotivasi karyawan untuk menggunakan informasi untuk
melakukan, menyelaraskan perilaku mengevaluasi kinerja sumber daya
karyawan dengan tujuan organisasi, dan organisasi yang pada akhirnya akan
untuk menyediakan mekanisme mempengaruhi perilaku organisasi untuk
pemantauan. Menurut Langfield-Smith menerapkan strategi organisasi. Diagnostic
(1997) menyatakan bahwa diagnostic control control system dan boundary system harus
system sebagai sistem umpan balik untuk digunakan untuk menetapkan standar guna
menilai dan mengevaluasi kinerja yang meningkatkan efisiensi dan kreativitas.
berorientasi pada pasar dan pelanggan Dengan meningkatnya efisiensi dan
apakah sudah sesuai dengan standar yang kreativitas karyawan maka kepuasan
telah ditetapkan. Dengan adanya sistem pelanggan akan meningkat.
pengendalian diagnostik dan interaktif
maka strategi yang telah dirumuskan Dari hasil pengolahan data penelitian maka
sebelumnya dapat dikelola dengan baik diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
(Langfield-Smith, 1997) sehingga strategi
yang berorientasi pada pasar dan pelanggan 1. Terdapat pengaruh positif antara
dapat berjalan dengan baik dan mampu boundary system terhadap employee-
mencapai tujuan perusahaan yang oriented measures. Dengan penerapan
berorientasi pada pasar dan pelanggan. boundary system yang sesuai dengan
Fungsi dari diagnostic control system yaitu porsinya dalam sebuah organisasi, maka
sebagai pengawas yang memantau akan meningkatkan kepuasan terhadap
pekerjaan atau kinerja dari karyawan karyawan. Dengan demikian hipotesis
apakah sesuai dengan standar-standar pertama diterima.
organisasi atau tidak. Standar yang 2. Terdapat pengaruh positif antara
dipantau seperti sistem tujuan organisasi boundary system terhadap customer-
yang pastinya berorientasi pada konsumen. oriented measures. Sistem pengendalian
Hasil pengolahan data pada boundary yang baik dan bagus dalam
hipotesis ke lima yaitu terdapat hubungan sebuah perusahaan akan mendorong
yang positif antara employee oriented tercapainya tujuan perusahaan yang
measures dan customer oriented measures berorientasi terhadap pasar dan
diterima. Artinya bahwa kinerja karyawan pelanggan. Dengan demikian hipotesis
ditunjukan melalui kualitas layanan yang kedua diterima.
diberikan kepada pelanggan sehingga 3. Terdapat pengaruh positif antara
persepsi pelanggan tersebut dapat diagnostic control system terhadap
mengevaluasi kualitas layanan karyawan. employee-oriented measures. Diagnostic
Djati (2004) menyatakan bahwa kinerja control system yang diimplementasikan
karyawan berpengaruh secara signifikan secara tidak berlebihan di dalam sebuah
terhadap kepuasan pelanggan selanjutnya perusahaan akan meningkatkan
kepuasan pelanggan berpengaruh pada kemampuan dan kepuasan karyawan.
kepercayaan pelanggan. Hal ini juga Dengan demikian hipotesis ketiga
menunjukan bahwa orientasi pemasaran diterima.
untuk kepentingan pelanggan semakin 4. Terdapat pengaruh positif antara
terbukti dapat dijadikan sebagai dasar diagnostic control system terhadap
pembentukan kompetensi inti untuk customer-oriented measures. Diagnostic
menghadapi persaingan yang begitu ketat. control system yang dilaksanakan sesuai
Hasil penelitian yang dilakukan oleh dengan porsinya akan mencapai tujuan
Peljhan& Tekavcic (2008), didukung dengan perusahaan yang berorientasi pada
penelitian yang dilakukan oleh Bulgarella kepuasan pelanggan, mempertahankan
(2005) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan dan mampu mendapatkan
pelanggan erat akitannya dengan kontribusi pelanggan baru. Dengan demikian
karyawan yang baik. terbukti bahwa hipotesis keempat
diterima.
KESIMPULAN DAN SARAN 5. Terdapat pengaruh positif antara
employee-oriented measures terhadap
Kesimpulan customer-oriented measures. Kepuasan
Layadi: Pengaruh Boundary & Diagnostic Control System 455

karyawan dalam sebuah perusahaan Manajemen dan Akutansi I Vol. 25


menjadi salah satu kunci bagi perusahaan No. 2, desember 2015.
dalam meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap pelanggan. Peningkatan kualitas Bisbe, J. &. (2004). The effects of the
pelayanan oleh karyawan tentu saja akan interactive use of management
memberikan dampak yang positif
control systems on product
terhadap pelanggan seperti pelanggan
innovation. Accounting,
merasa puas dan akan melakukan
pembelian kembali. Dengan demikian Organizations and Society 29, 709–
terbukti bahwa hipotesis kelima diterima. 737.

Saran Brenninger, H. J. F. (2015), “Employee


Satisfaction And Its Impact On
1. Sistem pengendalian yang terlalu ketat Company Value”
seperti boundary control dan diagnostic
control system awalnya terlihat baik dan Bulgaella, C. C. (2005), “Employee
diterima oleh karyawan tetapi karyawan Satisfaction & Customer
bekerja keras hanya karena ada rasa Satisfaction: Is There a
takut yang timbul oleh karens sistem Relationship?”
pengendalian yang ketat. Hal ini dapat
berdampak terhadap kepuasan pelanggan Carton, R. (2004). Measuring organizational
atas pelayanan yang diberikan oleh performance: An exploratory study.
karyawan sebuah organisasi. Oleh karena
itu, sistem pengendalian manajemen yang Christiani, E. d. (2014). PENGARUH
diterapkan oleh sebuah organisasi MANAGEMENT CONTROL
haruslah diterapkan secara merata agar SYSTEM TERHADAP FIRM
karyawan dalam organisasi dapat PERFORMANCE MELALUI
memberikan pelayanan terbaik mereka
EMPLOYEE MOTIVATION
terhadap perusahaan sendiri dan
SEBAGAI VARIABEL
pelanggan.
2. Organisasi harus lebih memperhatikan INTERVENING (STUDI KASUS
kepuasan karyawan yang akan PADA SEKTOR NON
berdampak terhadap kualitas layanan MANUFAKTUR DI SURABAYA.
yang pada akhirnya akan meningkatkan BUSINESS ACCOUNTING
kepuasan konsumen. REVIEW, VOL. 2, NO. 2, JULI 2014
3. Sistem pengendalian manajemen yang
: 64-74.
baik dapat mengerti bagaimana cara agar
sistem pengendalian tersebut tidak
Indrayani, A. I. (2012). PENGARUH
memberikan tekanan kepada karyawan
sehingga karyawan dapat melayani KEPUASAN KARYAWAN,
pelanggan dengan sepenuh hati dan TRAINING, TURNOVER, DAN
pelanggan merasa puas. PRODUKTIVITAS KARYAWAN
TERHADAP KEUNGGULAN
DAFTAR REFERENSI BERSAING MELALUI KINERJA
PERUSAHAAN. Jurnal Dinamika
Anthony, R. N. (1966). Management
Akuntansi.
Planning dan Control Systems : A
Framework for Analysis, Harvard Peljhan, D. (2005). Management Control
Business Scholl Press. Systems for Organisational
Performance Management: A Case of
Aura Pratadina, R. N. (2015). Pengaruh
a Slovenian Company,. PhD Thesis,
Sistem Pengendalian Manajemen
University of Ljubljana, Faculty of
Terhadap Kreatifitas Manajer
Economics, Ljublja.
Dengan Motivasi Sebagai Variabel
Intervening. Fakultas Ekonomi Su, S. K. (2015). The moderating effect of
Universitas Riau. . Jurnal Ekonomi, organisational life cycle stages onthe
456 Business Acounting Review, Vol. 5, No. 1, Januari 2017 (445-456)

association between the interactive


and diagnostic approaches to using
controls with organisational
performance. Australia Management
Accounting Research, Department of
Accounting and Corporate
Governance, Faculty of Business and
Economics, Macquaire University.

Widener, S. K. (2007). An empirical analysis


of the levers of control framework.
Accounting, Organizations and
Society, 32(7–8), 757–788.
http://dx.doi.org/10.1016/j.aos.2007.0
1.001.

You might also like