You are on page 1of 3
JKGUE 2001; 82) : 1-3 Jurnal Kedokteran Diterbithan di Jakarta Universitas Indonesia ISSN 0854-364x PERAN GIGI PADA TUMBUH KEMBANG DENTOFASIAL (Laporan Kasus) Retno Hayati Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Retno Hayati, Peran Gigi Pada Tumbuh Kembang Dentofasial, Jumal Kedokteran Gigi Universitas Indone- sia. 2001; 8(2) : 1-3 Abstract ‘The function of dentition is not only for mastication, the other function is to coordinate the growth of ‘maxilla, midface and mandible. This important function was done through occlusal contact during occlusion. The occlusal surfaces become a link of stomato-gnathic system. This ease report showed the midface growth ‘was affected by agenesis. The first case was 10-years old girl with congenital missing 16 and 26. ‘The relationship of upper and lower arch erior was edge to edge and erossbite. In posterior, the occlusal contact were found between upper second primary molars and lower first permanent molars, The second and third cases were 5 and 9-years old boys. They were siblings with ectodermal dysplasia and partial anodontia, The facial profile ofthese children were concave. The relationship of maxilla and mandible was class III. The ‘manifestation of growth retardation was shown by cephalometric measurement, SN, Ans-Pns, Ptm-A, N-Me, ‘AnseMe, S-Go were smaller than standard normal children Pendahuluan mungkin terjadi fungsi fisiologis system stomatognatik. Fungsi komponen sistem Gigi di dalam kompleks dentofasial stomatognatik diarahkan pada gigi, secara tidak hanya berfungsi sebagai alat mastikasi spesifik permukaan oklusal gigi menjadi saja, tetapi juga menunjang hubungan penghubung rangkaian berbagai komponen sistem tersebut. Fungsi normal terjadi jika hbubungan satu sama lain, dan terhadap seluruh komponen sistem harmonis. fisiologis setiap komponen stomatognatik dan terhadap Keseluruhan sistem. Gigi menjadi Komponen paling penting dari system ini arena tanpa gigi atau penggantinya, tidak Retno Hayati Hubungan antara_komponen-komponen kompleks dentofasial baru dapat terbentuk setelah gigi crupsi. Peran khusus gigi pada pertumbuhan fasial, dilaksanakan melalui hubungan Kontak permukaan oklusal pada saat oklusi. Kontak fungsional interdigitasi antara posterior atas dan bawah mengkoordinasi pertumbuhan maksila dan mandibula, Kondilus dan perkembangan anteroposterior midfasial.' Pada keadaan agenesis, gigi tidak ada di lengkung gigi akan ‘mempengaruhi tumbuh kembang dentofasial. Selanjutnya akan dilaporkan kasus yang menunjukkan peran gigi pada pertumbuhan Kompleks dentofasial, yaitu keadsan tidak adanya gigi secara kongenital menyebabkan hambatan pertumbuhan kompleks naso- maksila Kasus Untuk menunjukkan pentingnya peran gigi pada pertumbuhan kompleks dentofasial, dapat dilihat pada kasus berikut. Kasus pertama seorang anak perempuan usia 8 tahun, Keadaan fisik anak secara mum. tampak sehat, tidak tampak gangguan tumbuh kembang. Pemeriksaan ekstra oral terlihat profil cekung. Hubungan rahang atas dan bawah di regio anterior terlihat edge to edge dan adanya cross bite anterior, di regia posterior hubungan gigi molar dua sulung atas dengan molar satu permanen. bawah. Pada pemeriksaan intra oral dan dari gambaran foto panoramik tidak dijumpai gigi 16 dan 26 secara kongenital. Gambaran sefalometri_menunjukkan linier S-N, Ans- Pns, Ptn-A, N-Me, Ans-Me, $-Go lebih kecil dari ukuran anak normal.? Diagnosis kasua I adalah agenesis 16 dan 26 yang menyebabkan hambatan pertumbuhan midfasial.' Kasus kedua adalah anak laki-laki kaka beradik usia 5 dan 9 tahun dengan kelainan genetik berupa ectodermal displasia. Pemeriksaan ekstra oral terlihat profil fasial cekung. Hubungan rahang atas dan bawah terlihat Kelas Il. Pada pemeriksaan intra oral dan dari gambaran foto panoramik tidak dijumpai gigi sulung 52 51 61 62, benih gigi permanen 15 12 11 21 22 dan 25. Gambaran sefalometri menunjukkan komponen linier S~ ‘NN, Ans-Pns, Ptm-A, N-Me, Ans-Me, S-Go lebih kecil dari ukuran anak normal” Diagnosis kasus ini adalah anodontia parsial karena ectodermal displasia yang mengakibatkan —hambatan —_pertumbuhan midfasial. Pembahasan Adanya kecenderungan gigi bergerak ke mesial, sebagai akibat dari inklinasi aksial igi posterior ke mesial. Pada setiap gerakan rahang, kontraksi otot pengunyahan akan ditransmisikan ke gigi geligi ke segala arah, yaitu. mesial, distal, lateral dan apikal. Sebagai hasil dari tekanan dari berbagai kekuatan ini pada gigi posterior, yang predominan adalah arah mesial. Kekuatan ini dikenal sebagai anterior component of force, secara perlahan akan menggerakkan gigi ke anterior.’ Hal ini terlihat secara nyata pada kasus agenesis molar satu permanen atas kiri dan kanan, Setelah gigi molar satu permanen bawah kiri dan kanan erupsi, untuk memperoleh fungsi kontak oklusal terjadi pergeseran ke arah mesial. Karena gigi molar satu permanen atas kiri dan kanan agenesis, Kontak oklusi terjadi antara gigi molar satu permanen bawah dengan molar dua sulung atas di ddan kanan. Pada lengkung gigi sulung dijumpai diastemata primata (primate space) di rahang atas antara insisif lateral sulung dan kaninus sulung, di rahang bawah antara kaninus sulung dan molar satu sulung. Pada periode gigi bercampur saat molar satu permanen bawah crupsi, diastemata fisiologis yang awalnya ada diantara molar satu sulung dan kaninus sulung akan menutup. Pada terminal plane mesial step hubungan molar stau permanen langsung oklusi normal.’ Pada umumnya hungungan terminal plane molar dua sulung adalah mesial step. Jika gigi molar satu permanen atas agenesis, saat gigi molar satu permanen bawah erupsi akan bergerak ke mesial. Permukaan oklusal molar satu permanen bawah akan berkontak dengan permukaan oklusal gigi molar dua sulung, dalam hubungan lebih ke mesial, berupa mesioklusi. Hubungan rahang atas dan rahang bawah akan terbawa karena interdigitasi ini menetap selama periode gigi bercampur. Hasilnya akan tampak pertumbuhan mandi- ula lebih ke anterior jika dibandingkan maksila Mekanisme kompensasi dento-alveolar memungkinkan gigi erupsi dan mempunyai posisi dalam hubungan normal antar lengkung gigi. Mekanisme ini tergantung pada fungsi normal oral dan erupsi gigi, keadaan ruang di lengkung gigi, faktor penting lainnya yaitu pengaruh inclined plane gigi antagonis saat oklusi normal dan hubungan rahang yang baik.' Pada kasus agenesis gigi molar satu permanen atas, hubungan mesioklusi antara molar satu permanen bawah dan molar dua sulung atas akan mempengarhi hubungan rahang. Karena interdigitasi ini menetap selama periode gigi bercampur, hubungan rahang atas dan rahang ‘bawah akan terbawa. Hasilnya akan tampak pertumbuhan mandibula lebih ke anterior jika dibandingkan maksila Pada periode pertumbuhan kompleks nasomaksila, deposisi tulang terjadi di regio posterior tuberositas maksila yang tumbuhn ke arah posterior, epi tulang alveolar tumbuh Ke arah vertikal dan petumbuhan_ sutura- sutura intermaksila dalam arah vertikal dan horizontal. Pertumbuhan ini menghasilkan gerakan kompleks nasomaksila ke inferior dan ke anterior.** Posisi gigi molar satu permanen atas berada dalam tuberositas maksila. Keberadaan benih gigi di dalam tulang merangsang pertumbuhan tulang Khususnya tulang alveolar sesuai dengan mekanisme kompensasi dento-alveolar. Perkembangan gigi dan pertumbuhan fasial mempunyai karakteristik sesuai dengan periode pertumbubannya. Gigi permanen lengkap (tidak ternasuk molar tiga) pada usia 12 tahun, lebih awal dibandingkan selesainya Peran Gigi Pada Tumbuh Kembang Dentofacial pertumbuhan fasial pada usia dewasa. Karena itu gigi mempunyai peran yang dominan pada pertumbuhan fasial." Hal ini dapat dtunjukken oleh hubungan pertumbuhan midfasial pada asus agenesis molar satu permanen atas dan anodonsia parsial pada anak ectodermal displasia. Kesimpulan Peran fisiologis gigi tidak hanya untuk mastikasi saja, peran yang penting lainnya adalah mengkoordinasi_—_pertumbuhan dentofasial melalui interdigitasi gigi posterior atas dan bawah. Di samping gigi sulung ‘mempunyai peran penting karena merupakan tonggak pertama yang menentukan inter- digitasi, sehingga dapat menunjang pertum- buhan Jengkung gigi dan fasial, perlu diperhatikan sejak gigi erupsi, faktor-faktor yang mempengaruhi posisi gigi dan kontak permukaan oklusal. Demikian pula dengan keadaan agenesis dapat menghambat tumbuh kembang dentofasial. Daftar Pustaka 1, Van der Linden FPGM. Facial Growth and Facial Orthopedic. _Chicago:Quintessence Publishing Co, 1986,67-83, 178-93. 2. Geiger A and Hirschfeld. Minor tooth movement in general practice. St Louis: CV Mosby Co. 1974:76-85, 3. Reino Hayati, Analisis Tumbuh Kembang Dentoskeletal pada Anak usia 9-11 tahun. Edis Khusus Foril VI FKG Trisakti. 1999. 2442-7. 4. Koch G, Modeer T, Sven Poulsen and Rasmussen P, Pedodontics: a clinical approach. Copenhagen: Munksgaard. 1991:49-57. S. Enlow DH. Facial Growth, 3" ed. Philadelpia: WB Saunders Co, 1990: 58-118. 6 Gianelly AA. Craniofacial Growth and Development. In: Textbook of Pediatric Dentistry eds. Braham RL and Morris ME. Baltimore: Williams and Wilkins. 1980: 25- 45.

You might also like