furmal Filsafat Agustus ‘95)
COGITO ERGO SUM
DESCARTES
Judul Buku
Pengarang
Alihbahasa
Tebal Buku
aS a
PENDAHULUAN
Bag! Indonesia yang felah menikmat 50 tahun kemerdekcannya, temyata semakin
penting mewujudkan kemantapan dalam segala bidang kehidupan, apalag! dalam
bidang pemikian yang kin! semakin ‘mendunia’, Antara lain, untuk menghadapi pengaruh
Barat, kemantapan tersebut memeriukan suatu pengertian yang menyeluruh, yang
sekaligus dapat menangkap arus pem-Barat-an ini dalam keanekaragaman dan
relattvitasnya.
Pemikiran Descartes sudch banyak dikenal oleh masyarckat kita, namun belum
beat ferebar cs. Dengan ferinya anya hv, pemkton Deseas yang cukup um
sii karya Klask in| sullt disesualkan dengan struktur bahasa indonesia. Demikian
pengakuan para penterjemah, buku yang asiinya berjudul La PenseS ini. Rene Descartes
dalam karyanya yang monumental Ini menampilkan satu tema filsafat, yattu Risalah
Tentang Metode.
PEMBAHASAN
LeHfur ini disusun menjadi enam bagian. Pada bagian awal dibicarakan masaiah
kal sehat, yang menurut Descartes dimilki oleh setiap orang. Pemaparan mengenai akal
sehat ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang imu pengetahuan. Akal yang dirnilik!
oleh setiap orang, frekuensinya saling berbeda. Ada orang yang memiiki akal cemeriang,
Nn[ Ponal Prajet Agnes)
ada pula yang memilki kemampuan akainya sedang-sedang saja, bahkan ada yang
memiliki kemampuan berpikit yang sangat terbatas.
Menurut Descartes, bukan kelebihan atau keterbatasan kemampuan akal yang
dibutuhkan, melainkan penggunaan akal yang sesual dengan kebutuhan. Sebab,
kenyataan menunjukkan orang yang bemalar tingg! dapat melakukan hal-hal yang
Menakjubkan, tetapl dapat pula melakukan hal-hal yang paling keji, Descartes sendi
‘sebagai seorang filsuf kondang dengan tendah hati mengakul kemampuan akainya tidak
lebih unggul daripada kemampuan akal orang kebanyakan. Oleh karena itu, risalah ini
bukan bertujuan menggutul orang lain, tetapi lebih banyak ditujukan pada usaha melatth
penalarannya sendiri.
Bagian kedua memaparkan tentang penemuan Descartes fethadap jawaban
tentang kaidah-kaidah metode. Kendatt tidak memberikan rumusan metode yang Jelas,
Descartes betkeyakinan bahwa karya yang dikerjokan oleh satu orang hasiinya akan lebih
sempuma dibandingkan dengan karya yang dikerjakan oleh banyak orang. Nampak
dengan jelas Descartes menempatkan metode sebagai prosedur berpiki. Dengan
Mmenggunakan prosedur yang benar, maka orang tidak akan menghadapi kesultfan
darimana harus memuiol suatu pekerjaan. Orang dapat mengetahul mulai dari yang
paling sederhana dan paling mudah dikerjakan,
Baglan ketiga membicarakan kaldah-kaidah moral. Pada bagian ini dipaparkan
dipaparkan fandasan untuk menerapkan suatu metode. Menurut Descartes, penerapan
suatu metode harus memperhatkan beberapa prinsip penting seperti: undang-undang
dan adat istladat suatu negara. Dalam menerapkan suatu metode harus berskap setegas
dan semantap mungkin dalam bertindak, selalu mengalahkan dit, bukan nasi,
Mengubah keinginan sendiii, bukan merombak tatanan dunia,
Bagian keempat membicarakan bukll-bukli keberadaan Tuhan dan jwa manusia
atau Asas-csas Metafiska. Dalam bab ini sudah mulal ferkuak pemikiran Descartes,
perbedaan antara kemampuan akal dan kemampuan indera, Sehingga Descartes
™emiih kebenaran akal di atas kebenaran indera, yang pada gllrannya melahitkan
CCogtto ergo sum Descartes yang terkenal itu.
Bagian kelima mengupas masalah-masalah fisika, Disusul dengan bagian keenam,
yaltu hat-hal yang dipetsyaratkan untuk maju lebih jauh dalam peneliian alam. Rene
Descartes adalah seorang fisuf besar, bersfat generis dengan keahlan yang muti-
dimensional. Hal tersebut dapat diihat dari pandangan umum Descartes, yang intinya
berikut, Descartes sejak masa kanak-kanak telah mengenal imu humaniora, dal
siniah la mencintal seni. Menurut Descartes, seni berbicara memilki kekuatan dan
diperoieh lewat pendidikan.
Sebagai fisuf, Descartes paiee Gomer clan materi. Menurut Descartes matematika
memberkan kepastian, mucah digunakan untuk dasar penalaran. Tetap! si sis! lain,
Descartes mengakul tidak melihat kegunaan matematika secara konkret. Descartes juga
sesat yang dimaksud antara lain: cikimia, astologl, shh, cian sejenisnya. Adat istladat tidak
eT S—————s—<—us—t_d[ font Fiaalat Apastns 95)
terlepas dori pengamatan Descartes, namun dalam pandangannya adat istiadat tidak
memberikan kepastian,
Pemikiran Descartes
Metode bagi Descartes fidak lain merupakan suctu prosedur berpikir, dengan
menggunakan prosediur ini orang tidak akan kesulifan untuk menentukan darimana harus
mulai. Dengan berpegang pada metode, orang sudah fahu harus mulai dari hal-hal yang
paling sedethana dan mudah dikerjakan. Berbicara tentang metode aritmatka, menurut
Descartes metode inl memberkan tuntunan untuk mengikufi urut-urutan yang benar dan
tinci secara tepat dari segala kemungkinan apa yang kita carl.
Lain halnya dengan logika, yang memuat empat prinsip pokok. Pertama, tidak
pemah menetima apa pun sebagai benar, kecuali jika mengetahul secara jelas bahwa
hal itu memang benar. Kedua, memilah satu persatu kesulitan yang akan ditelaah
menjadi bagian-bagian kecil sebanyak mungkin atau sejumiah yang diperlukan. Ketiga,
berplkir secara runtut dengan memulai dari objek yang paling sedethana dan paling
mudah dikenal, meningkat sedikit demi sedikit sampai ke masalah yang paling rumit.
Keempat, dimana-mana membuat perincian yang selengkap mungkin dan pemeriksaan
yang demikian menyeluruh sampai yakin tidak aca yang terlupakan (Hal. 20).
‘Menyangkut kaidah moral disebutkan pula beberapa prinsip yang harus digunakan.
Pertama, mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri sambil berpegang pada
agama yang diterima sejak kecil. Kedua, bersikap setegas dan semantap mungkin dalam
tindakan, mengikut! pendapat yang paling meyakinkan maupun yang meragukan. Ketiga,
selalu berusaha mengalahkan dil sendiri, dan bukannya nasib, mengubah keinginan-
keinginan sendiri, Dalam membicarakan soal moral ini, Descartes menelaah berbagal
kegiatan yang dapat dllakukan oleh orang satu persatu dan memillh yang paling balk
diantaranya. Kata-kata bersayap Descartes yang sangat terkenal lalah: Cogito ergo sum
(Saya berpiki, maka saya ada). Kata-kata bersayap ini memancing banyak tuduhan
seolah-olah Descartes seorang atheis, Orang meneremahkan semboyan Descartes itu
seolah-olah ia dilahitkan oleh pikrannya. Prasangka ini sangat keliru, sebab Cogtto ergo
sum merupakan implkasi dari kegiatan berpikit tu sendiil. Dikatakan dengan tegas,
setelah menyadati bahwa sementara saya berpikir semuanya tidak benar, saya sebagai
yang memikitkannya, harusiah merupakan sesuatu. Saya memperhatkan bahwa
kebenaran inl: saya berpikir, jadi saya ada (Cogtto ergo sum), sehingga semua anggapan
yang paling betlebihan pun tidak mampu menggoyahkannya (Hal. 34).
Penjelasan Iain menyangkut hal tersebut, lebih lanjut dapat dituturkan sebagal
berikut. Dalam ungkapan saya berpikr, subjek dan atibut saling berkattan. Justru dengan
berpikir, yang merupakan objek langsung, saya mendapati diti saya sebagai aku yang
berpiki, berfolak dar! pengalaman pribadi itulah Descartes merumuskan jwa manusia.
Jadi Cogito merupakan penegasan subjek berpikir yang tak dapat dtfundukkan; tok ada
pemikiran tanpa perikir (hal. 80).
Selanjuinya Descartes berpendapat semakin kta maju dalam ilmu pengetahuan,
semakin diperlukan eksperimen atau percobaan, Jean-Louis Chevreau menulis dalam
fampiran buku, Descartes pemah menyatakan: "tidak ada jalan lain yang terbuka bagi
‘Mmanusia untuk mengetahul kebenaran, kecuail infuis! yang gamblang dan deduksi yang
niscaya’. Intuis! bukan kepercayaan atau kesaksian yang berubah-ubah dati indera atau
Peniiaian yang menyesatkan dari imaginas, pengaruh yang buruk, melainkan
Pembentukan suctu pikiran sehat dan cermat. Sedangkan deduks| hanyalah kelanjutan
dati infuis; artinya 'metinat’ bahwa satu peryataan adalah akibat dari pemyataan yang
fain.
—————_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_————_—— eTParma Fiteapet Apastus 95)
Buku kecil yang diber! pengantar oleh Dr. Toet! Heraty Noerhadi inl membawa kita
masuk ke dalam nuansa perguictan intelektual pemikir besar dunia, Layak dibaca oleh
para peminat fsafat.