You are on page 1of 17

1

PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP FATIGUE PADA PASIEN


INTRAHEMODIALISIS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Naskah Publikasi

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DWI NUR AINI

20121050008

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
2
3
4

ABSTRACT

The effect of physical exercise against fatigue on Intra-hemodialysis patients


at Regional General Hospital TugurejoSemarang

Dwi Nur Aini1, Arlina Dewi2, Novita Kurnia Sari3


1
Nursing Student, Magister of Nursing, Muhammadiyah University of Yogyakarta
2
Center of Islamic Medicine Studies, Muhammadiyah University of Yogyakarta
3
Magister of Nursing, Muhammadiyah University of Yogyakarta

Chronic kidney disease is chronic or irreversible condition where kidney


tissues experience depressed function progressively with the result unable to
maintain fluid balance in the body and need therapy namely
dialysis (hemodialysis, peritoneal dialysis) and transplantation. The most
common problem faced by the patients is fatigue, which is known as exhaustion,
tiredness, lethargy, and loss of energy. This study aimed to explore the effect of
physical exercise toward fatigue on Intra-hemodialysis patients.
The research used quasy-experiment design with pre-post without control
group design. The number of respondents were 30 patients who got physical
exercise. The tool was Piper Fatigue Scale (PFS).
The result showed that the average value of the fatigue score prior to
physical exercise is 5.68. The average value after physical exercise is 3.92.
Wilcoxon test results obtained p value 0,000 (p <α), so otherwise there is a
significant difference level of fatigue before and after physical exercise in patients
intrahemodialisis.
Conclusion influential studies physical exercise to reduce fatigue in
patients with chronic kidney disease who intrahemodialysis.

Chronic kidney disease, fatigue, physical exercise, Intra-hemodialysis


5

INTISARI

Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Fatigue Pada Pasien Intrahemodialisis


di RSUD Tugurejo Semarang

Dwi Nur Aini


Program Studi Magister Keperawatan

Penyakit ginjal kronik adalah kondisi kronik atau irreversible dimana


jaringan ginjal mengalami penurunan fungsi secara progresif sehingga tidak
mampu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh dan perlu dilakukan terapi
yaitu dialisis (hemodialisis , peritoneal dialisis) dan transplatasi. Permasalahan
yang sering dihadapi adalah fatigue yaitu lebih dikenal dengan keletihan,
kelelahan, lesu dan perasaan kehilangan energi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh latihan fisik terhadap fatigue pada pasien
intrahemodialisis
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment, dengan rancangan
pre-post without control group design. Jumlah responden dalam penelitian adalah
30 pasien yang diberikan intervensi latihan fisik. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitan adalah PSF (Piper Fatigue Scale).
Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata skor fatigue sebelum
dilakukan latihan fisik adalah 5,68. Nilai rata-rata setelah dilakukan latihan fisik
adalah 3,92. Hasil uji Wilcoxon didapatkan p value 0,000 (p< α), sehingga
dinyatakan ada perbedaan yang signifikan tingkat fatigue sebelum dan setelah
dilakukan latihan fisik pada pasien intrahemodialisis.
Kesimpulan penelitian latihan fisik berpengaruh untuk menurunkan
tingkat fatigue pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
6

PENDAHULUAN

Di Indonesia, berdasarkan data survei Perhimpunan Nefrologi Indonesia

(PERNEFRI) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan

prevalensi penyakit gagal ginjal kronik yang cukup tinggi, yaitu mencapai 30,7

juta penduduk1. Data PT Asuransi Kesehatan (ASKES), ada sekitar 14,3 juta

orang penderita gagal ginjal kronik yang saat ini menjalani pengobatan yaitu

dengan prevalensi 433 perjumlah penduduk, Jumlah ini akan meningkat hingga

melebihi 200 juta pada tahun 20252. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic

kidney disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang

beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversible dan

progresif, kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia. Penyebab

utama penyakit ginjal kronik adalah penyakit Diabetes Mellitus (DM) dan

hipertensi3,4,5.

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam

keadaan sakit akut dan melakukan terapi dialysis jangka pendek atau pasien

dengan stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau

permanen4. Salah satu permasalahan yang paling sering dikeluhkan pada pasien

yang menjalani dialisa adalah keletihan (fatigue). Fatigue merupakan keluhan

utama pasien yang menjalani hemodialisis jangka panjang. Intervensi potensial

yang dapat dilakukan untuk menurunkan fatigue meliputi energi konservasi,


7

najemen aktivitas (latihan fisik), meningkatkan kualitas tidur, relaksasi otot,

masase dan edukasi6.

Latihan fisik dilakukan pada saat pasien menjalani hemodialisis. Latihan

dapat dilakukan selama 30 sampai 45 menit dan secara umum diberikan sebelum

hemodialisis selesai dilakukan7,8.

METODE
Rancangan penelitian menggunakan quasi experimental pre-post test

without control group dengan intervensi latihan fisik selama hemodialisis. Sampel

penelitian sebanyak 30 pasien ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD

Tugurejo Semarang. Instrumen penelitian berupa kuesioner karakteristik

responden, lembar observasi pelaksanaan latihan fisik dan Piper Fatigue Scale..

Analisis data dilakukan dengan statistik univariat dan bivariat yakni Wilcoxon

HASIL

Pengumpulan data responden dimulai tanggal 21 September 2015 sampai

dengan 17 Oktober 2015. Jumlah sampel yang didapatkan berdasarkan kriteria

sebanyak 30 responden. Dari 30 responden (100%) semuanya mendapatkan

perlakuan atau intervensi sebanyak 8 kali.

Analisa unvariat menggambarkan karakteristik pasien gagal ginjal kronis

yang menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang meliputi usia, jenis

kelamin, pendidikan, status pekerjaan, lama menjalani hemodialisa, dan tingkat

fatigue sebelum dan setelah intervensi.

Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan usia pasien gagal ginjal kronik yang
8

menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015 (n=


30)

Variabel Mean Median SD Min-Maks 95% CI


Usia 46,27 46,00 12,15 23-75 41,73-50,80

Usia responden rata-rata 46,27 tahun (95% C1 : 41,73-5,80) dengan

standar deviasi 12,15. Usia termuda 23 tahun dan usia tertua 75 tahun. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia

pasien adalah 41,73 sampai dengan 50,80 tahun.

Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan status
pekerjaan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di
RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2015 (n=30)
Variabel Frekuensi (N) Prosentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 53,3
Perempuan 14 46,7

Pendidikan
Tidak sekolah 1 3,3
SD 4 13,3
SMP 6 20
SMA 19 63,3
PT 0 0

Status Pekerjaan
Bekerja 8 26,7
Tidak Bekerja 22 73,3
Total 30 100

Jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki sebanyak 16 responden

(53,3%), sementara itu untuk pendidikan terbanyak adalah SMA sebanyak 19

responden ( 63,3%). Sedangkan untuk status pekerjaan sebagian besar tidak

bekerja sebanyak 22 responden (73,3%).

Tabel. 4.4 Distribusi responden berdasarkan lama hemodialisa (dalam bulan)


pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD
9

Tugurejo Semarang tahun 2015 (n=30)

Variabel Mean Median SD Min-Mak 95% CI


Lama HD 24,03 23,50 13,66 12-80 18,93-29,13

Rata-rata lama HD responden adalah 24,03 bulan dengan standar deviasi

13,66 bulan. Yang paling sedikit waktu menjalani HD adalah 12 bulan sedangkan

yang paling lama adalah 80 bulan. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan

bahwa 95% CI diyakini bahwa rata-rata lama HD responden adalah antara 18,93

sampai dengan 29,13bulan.

Tabel. 4.6 Gambaran rata-rata tingkat fatigue sebelum dan setelah diberikan
latihan fisik pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015 (n=30)

Variabel Mean Median SD Min-Mak 95% CI


Score fatigue sebelum 5,68 5,93 1,25 3-9 5,21 – 6,14
intervensi
score fatigue setelah 3,92 3,95 0,88 3-5 3,59 – 4,25
intervensi

Rata-rata fatigue sebelum diberikan intervensi latihan fisik adalah 5,68

dengan standar deviasi 1,25 dan nilai minimal – maksimal fatigue 3 – 9, dan

tingkat kepercayaan 95% adalah 5,21 – 6,14. Sedangkan rata-rata setelah

diberikan intervensi latihan fisik adalah 3,92 dengan standar deviasi 0,88 dengan

nilai minimal – maksimal fatigue 3 – 5 dan tingkat kepercayaan 95% adalah 3,59

– 4,25

Tabel 4.7. Hasil Analisis tingkat fatigue sebelum dan setelah dilakukan latihan
fisik di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2015 (n =30)
10

Variabel n Mean±s.b Median (Min-Mak) p


Score fatigue sebelum 30 5,68±1,25 5,93 (3 – 9)
intervensi
0,000
score fatigue setelah 30 3,92±0,88 3,95 (3 – 5)
intervensi

Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari

nilai α sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan tingkat fatigue

sebelum dan setelah dilakukan latihan fisik pada pasien intrahemodialisis

PEMBAHASAN

1. Tingkat fatigue sebelum dilakukan intervensi latihan fisik pada pasien

intrahemodialisis

Nilai tingkat fatigue sebelum dilakukan intervensi latihan fisik dengan

nilai tingkat fatigue minimum 3 dan maksimum 9 dengan rata-rata nilai

tingkat fatigue 5,68. Sebelum diberikan intervensi latihan fisik responden

berada pada rentang skore fatigue yang cukup variatif. Terdapat satu

responden dengan skore fatigue 9 hal ini dikarenakan faktor usia (75 tahun).

Bertambahnya usia mengakibatkan berkurangnya fungsi organ dan apabila

diiringi dengan patologi penyakit ginjal kronik akan mengakibatkan fisik

menjadi fatigue. Kondisi fisik yang menurun pada usia tua mengakibatkan

fatigue pada usia tua lebih tinggi tingkatannya9.

Sebelum diberikan latihan fisik, apabila responden merasakan fatigue

hanya dipakai untuk tiduran saja. Aktivitas yang dilakukan responden pada

saat proses hemodialisa adalah tidur, makan dan berbicang- bincang dengan

sesama pasien maupun dengan keluarganya. Beberapa responden mengatakan


11

jenuh dengan therapy yang sedang dijalani, hal ini bisa memicu terjadinya

stress pada responden, dari kondisi stress bisa memuculkan terjadinya fatigue.

Berdasarkan lama menjalani Hemodialisa rata-rata responden lebih dari 2

(dua) tahun. Fatigue mulai dirasakan pasien yang menjalani hemodialisis rata-

rata dibulan ke-6 sampai dengan 8 bulan pertama9.

Fatigue muncul sebagia akibat dari berbagai faktor diantaranya

adalah factor fisiologis (anemia, malnutrisi, uremia, hyperparathyroid,

inflamasi) yang dimunculkan dari proses penyakit gagal ginjal kronis. Anemia

merupakan salah satu penyebab fatigue. Sekresi erythropoietin dikendalikan

oleh ginjal dan disimpulkan sebagai perkembangan gagal ginjal. Produksi sel

darah merah di sumsum tulang kemudian menurun, mengakibatkan anemia.

Selain itu, sel-sel darah merah yang dihasilakan memiliki kehidupan yang

singkat dan rentan karena terdapat racun di dalam darah. Pasien dengan

anemia akan mulai merasakan fatigue jika kadar hemoglobinnya berada pada

10 gram/l10.

Faktor psikologis diantaranya stress, depresi, ansietas dapat memicu

terjadinya fatigue. Respon stress masuk ke dalam sistem saraf pusat, lalu

dihipothalamus dilepaskan corticotrophin hormone releasing factor yang akan

menstimulasi sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin yang

merupakan vasokonstriktor dan berakibat pada kontraksi otot polos11.

2. Tingkat fatique setelah dilakukan intervensi latihan fisik pada pasien


12

intrahemodialisis

Nilai tingkat fatigue setelah dilakukan intervensi latihan fisik dengan

nilai tingkat fatigue minimum 3 dan maksimum 5 dengan rata-rata nilai

tingkat fatigue 3,92. Nilai rata-rata tingkat fatigue menurun dari sebelum

dilakukan intervensi latihan fisik dan setelah dilakukan intervensi latihan

fisik. Responden diberikan intervensi latihan fisik yang meliputi latihan

peregangan yaitu peregangan leher, peregangan tangan/lengan, peregangan

bahu, peregangan dada dan peregangan paha. Latihan dilakukan sebanyak 8

kali selama 4 minggu. Latihan dilakukan sebanyak dua set, untuk setiap

gerakan diulang sebanyak 8 hitungan. Mulai latihan kelima responden mulai

hafal dengan gerakan yang diajarkan. Sebelumnya peneliti juga memberikan

poster tentang gerakan-gerakan latihan fisik.

Adanya latihan fisik mulai dirasakan manfaatnya oleh responden

terutama mulai minggu keempat dan seterusnya. Pada awal latihan, rata-rata

responden mengatakan takut untuk melakukan latihan fisik, karena takut

mengganggu proses hemodialisis. Akan tetapi mulai minggu kedua dan

seterusnya responden sudah tidak merasakan takut lagi. Saat dilakukan

evaluasi 75% pasien mengatakan badannya terasa lebih bugar. Salah satu

responden mengatakan, setelah mengikuti latihan fisik ini badannya terasa

lebih bugar, lebih enak. Selain itu terdapat juga responden yang mengatakan

setelah mengikuti latihan ini, waktu dilakukan proses hemodialisa tidak

langsung tidur, sehingga malam harinya merasa tidur lebih nyenyak dan

bangun dalam kondisi segar. Motivasi responden untuk mengikuti latihan ini
13

cukup baik yang ditunjukkan dengan konsistensi mereka melakukan latihan

dari minggu pertama sampai akhir minggu keempat.

Pemberian latihan fisik secara teratur pada saat intrahemodialisis

dapat meningkatkan aliran darah pada otot, memperbesar jumlah kapiler serta

memperbesar luas dan permukaan kapiler sehingga meningkatkan

perpindahan urea dan toksin dari jaringan ke vaskuler yang kemudian

dialirkan ke dializer atau mesin HD12.

Intervensi potensial yang dapat dilakukan untuk menurunkan fatigue

meliputi energi konservasi, manajemen aktivitas (latihan fisik), meningkatkan

kualitas tidur, relaksasi otot, masase dan edukasi13. Latihan fisik juga dapat

menunjukkan adanya perbaikan pada kebugaran tubuh, fungsi fisiologis,

ketangkasan, mengurangi tingkat fatigue, ketangkasan dan meningkatkan

kekuatan otot14.

3. Perbedaan tingkat fatigue sebelum dan setelah dilakukan intervensi latihan

fisik pada pasien intrahemodialisis

Sebelum dilakukan intervensi Latihan fisik pada pasien

intrahemodialisi rata-rata nilai tingkat fatigue adalah 5,68. Sedangkan setelah

dilakukan intervensi latihan fisik selama 8 kali dengan durasi ± 25 menit nilai

rata-rata tingkat fatique adalah 3,92. Nilai tingkat fatigue mengalami

penurunan 1,76.

Hasil yang dicapai menunjukkan penurunan skore fatigue. Latihan

fisik yang dilakukan secara teratur memiliki keuntungan mengurangi rasa

lelah pada pasien yang menjalani therapi hemodialisis. Namun, terdapat


14

responden dengan skore fatigue yang meningkat setelah diberikan latihan

fisik, hal ini terjadi karena responden tidak sungguh-sungguh dalam

melakukan latihan fisik. Saat dilakukan wawancara pasien mengatakan

mengantuk karena semalam tidak bisa tidur nyenyak.

Kurangnya perhatian terhadap latihan fisik ini banyak faktor yang

mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap partisipasi

pasien dalam latihan fisik adalah adanya masukan dari healthcare provider15.

Nefrologist tidak menyediakan layanan konsultasi secara rutin karena

keterbatasan waktu, kurangnya kepercayaan diri pada kemampuan untuk

memberikan konsultasi kepada pasien serta kurangnya keyakinan akan respon

pasien. Dibuthkan adanya informasi tentang latihan fisik sebagai bagian dari

program rehabilitasi pasien penyakit ginjal kronik yang mempunyai banyak

manfaat. Selain itu diperlukan strategi untuk kesuksesan latihan ini yang dapat

diimplementasikan dan penyedia layanan percaya diri akan respon pasien

serta diperlukan latihan untuk metode pengkaian terhadap latihan fisik serta

layanan konseling.

Latihan fisik secara teratur menjadi salah satu bagian dari program

terapi dan rehabilitasi pada pasien penyakit ginjal tahap akhir 16. Memulai

latihan dengan melaksanakan kolaborasi yang baik antara dokter, perawat dan

pasien akan menghasilkan terapi yang terbaik untuk pasien dan dapat

menghilangkan keluhan yang ada. Latihan fisik yang dilakukan pada saat

hemodialisis dapat meningkatkan aliran darah pada otot, memperbesar jumlah

kapiler serta memperbesar luas dan permukaan kapiler sehingga


15

meningkatkan perpindahan urea dan toksin dari jaringan ke vaskuler yang

kemudian dialirkan ke dializer atau mesin HD12.

Latihan fisik juga dapat menunjukkan adanya perbaikan pada

kebugaran tubuh, fungsi fisiologis, ketangkasan, mengurangi tingkat fatigue,

ketangkasan dan meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah14. Latihan

yang dilakukan akan merangasang pertumbuhan pembuluh darah yang kecil

(kapiler) dalam otot. Hal ini akan membantu tubuh untuk lebih efisien

menghantarakan oksigen ke otot, dapat memperbaiki sirkulasi secara

menyeluruh dan menurunkan tekanan darah serta mengeluarkan hasil sampah

metabolik seperti asam laktat dari dalam otot17.

SIMPULAN

Nilai rata-rata skore fatigue sebelum dilakukan intervensi latihan fisik

terhadap responden adalah 5,68 dengan nilai minimun skore fatigue 3 dan nilai

skore fatigue 9. Sedangkan setelah diberikan latihan fisik selama 8 kali dengan

durasi ± 25 menit adalah 3,92 dengan nilai minimum skore fatigue 3 dan nilai

maksimum skore fatigue 5. Latihan fisik efektif untuk menurunkan tingkat

fatigue pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis (P =

0,000)

DAFTAR PUSTAKA
16

1. PERNEFRI. (2012). Naskah Lengkap Workshop Dan Simposium Nasional


Peningkatan Pelayanan Hemodialisis, Penyakit Ginjal Dan Aplikasi
Indonesian Renal Registry

2. Wardani, Venny Kusuma. (2014). Hubungan Antara Asupan Energi Dan


Protein Dengan Status Gizi (Sga) Pada Pasien Rawat Jalan Hemodialisis Di
Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia, Jakarta Timur Tahun 2014. Diunduh
tanggal 12 Agustus 2014, dari www.academia.edu

3. Black, J.M., & Hawks, J.H. (2009). Medical Surgical Nursing Clinical
Managemen or Positive Outcome. (8th ed). St. Louis: Elsevier

4. Smeltzer, S.C., & Bare. B.G., (2008). Textbook Of Medical Surgical Nursing.
(1st Ed). Philladelphia : Lipincott

5. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Edisi V). Jilid II. Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI : Jakarta

6. Mitchell, S.A.,Beck,S.L.,Hood,L.,Moore,K.,Tanmer,E.R.(2007). Putting


evidenceinto practice : Evidence based intervention for fatigue during and
following cancer and its treatment. Clinical Journal of Oncology Nursing, 11
(1), 99-113

7. Cheena, B. S., O’Sullivan. J, Chan, M., Patwardhan A., et.al. (2006).


Progressive resistance training during hemodialysis : rationale and method of
a randomized-controlled trial. Hemodialysis International Journal; 10: 303-
310. Diunduh tanggal 29 Juni 2012 dari http://www.interscience.com

8. Hidayati. W. (2009). Laporan analisis praktek residensi spesialis keperawatan


medikal bedah peminatan sistem perkemihan di RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo dan RS PGI Cikini, tidak dipublikasikan

9. Sulistini, Rumentalia. (2010). Gambaran faktor yang berhubungan dengan


fatigue padapasien yang menjalani hemodialisa di RSUP dr, Moh Husein
Palembang. (tesis). Perpustakaan UI.

10. Rosenthal, Thomas C. Barbaraa Majeroni,Richard Pretorius, and Khalid


Malik.(2008). Fatigue: overview. Department of Family Medicine. University
at Buffalo: Buffalo New York

11. Guyton, A. & Hall, J. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC
17

12. Parsons, T.K., Tosselmire E.D., King-VanVlack C.E. (2006). Exercise training
during hemodialysis improves dyalisis efficacy and physical performance.
Exercise Arch phys med rehabil: 2006; 87:680-7, from
http;//www.interscience.com

13. O’Sullivan, D., & McCarthy, G. (2009). Exploring the symptom of fatigue
inpatients with end stage renal disease. Nephrology Nursing Journal. 37-47

14. Takhreem, M., (2008) The effectiveness of intradialityc exercise prescription


onquality of life in patient with chronic kidney disease. Medscape J Med.
2008;10 (10): 228, diunduh tanggal 3 Juli 2013dari http://ncbi.nlm.nih.gov

15. Johansen. (2005). Exercise and chronic kidney disease : current


recommendations.Sports Med 2005;35(6):485-99. Diunduh tanggal 10Agustus
2012, dari www.jasn.org

16. Knap B, Ponikvar B.J, Ponikvar R, Bren F.A. (2005). Regular exercise as a
part of treatment for patients with end stage renal disease. Therapeutic
Apheresis and Dialysis; 9 (3):211-213, Diunduh tanggal 29 Juni 2012, dari
http://www.proquest.umi.com

17. Sulisyaningsih, R, D. (2010). Efektivitas latihan fisik selama hemodialisis


terhadap peningkatan kekuatan otot pasien penyakit ginjal kronik di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Semarang. tidak dipublikasikan

You might also like