You are on page 1of 9

LATIHAN 3

UNSTEADY-STATE MODELING OF MASS TRANSFER AND REACTION IN A


CYLINDRICAL CATALYST

Heterogeneous reactions A → Product occurs in a cylindrical solid catalyst with radius R. The
reaction rate:−𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴 in mol / volume / time units. The effective diffusivity of A in the catalyst
is known as De. If the concentration of A in the gas phase is constant at CA0, determine the
distribution of concentration A (CA) inside the catalyst as a function of radial position and time.
Data for calculation (all units are assumed to be consistent in SI units):

CA0=2 R=1e-1 k=1e-2


Nr=50 Da=4e-5 tspan=linspace(0,200,201);
Also calculate the effectiveness factor with various values of Da.

Penyelesaian:

Gambar 3.1 Pemodelan Katalis Dalam Silinder

A. Penurunan Model
Transfer massa hanya terjadi ke arah radial
a. Neraca Massa di Elemen Volum
Rate of Heat Input – Rate of Heat Output = Rate of Heat Accumulation
 CA   CA  CA
  De . A     De . A   rA .v  v
 r r   r r r  t

Karena transfer massa hanya terjadi ke arah radial maka v  2. .r.r.L

 CA   CA  CA


  De . A     De . A   rA .2 r.r.L  2 r.r.L.
 r r   r r r  t

Luas selimut tabung A  2 r.L dan rA  k .C A , maka diperoleh :

 CA   CA  CA


  De .2 r.L     De .2 r.L   k.CA .r.2 r.L  2 r.r.L.
 r r   r r r  t

Persamaan di atas dibagi dengan 2 r.L.r , kemudian dilimitkan dengan dengan r  0


sehingga diperoleh :

 C C 
 r A r A 
r r r r C
De  lim r
  k .C A  A
 x 0 r  r  t
 
 
1  C C A
De. . (r. A )  k .C A 
r r r t
Persamaan di atas kemudian diturunkan terhadap r sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut:
 2C A De C A C
De.  .  k .C A  A
r 2
r r t . . . (3.1)

b. Menenentukan Initial Condition dan Boundary Condition


 Initial Condition
t  0  CA  0

 Boundary Condition
C A . . . (3.2)
r 0 0
r
r  R  C A  C A0 . . . (3.3)
c. Finite Difference Approximation (FDA)
Pada aplikasi perhitungan ”Matlab” diberlakukan pembuatan Finite Difference
Approximation (FDA) agar persamaan menjadi persamaan aljabar dengan metode garis.
Diperoleh persamaan :

R1 -R0
∆r =
Nr

Persamaan umum first order derivative (centered) :

df f ( x  x)  f ( x  x)

dx 2x

Menjadi :

C C11  Ci 1
 . . . (3.4)
r 2.r

Persamaan umum second order derivative (centered) :

d2 f f ( x  x)  2 f ( x)  f ( x  x)

dx 2
x 2
Dengan persamaan diatas, dari i=2 hingga i=Nr didefinisikan dengan metode FDA
center

 2C Cn 1  2.Cn  Cn 1
 . . . (3.5)
r 2 (r )2
Menjadi :
C C  Cn 1
 n 1 . . . (3.6)
r 2.r

\Titik terakhir i=Nr+1 merupakan kondisi batas yaitu persamaan (2):

CNr 1  C A0

Selanjutnya dilakukan method of lines (MOL) yaitu teknik kombinasi FDA dengan
ODE Solver. ODE solver yang digunakan yaitu ode15s. Persamaan diferensial parsial diubah
bentuk menjadi persamaan diferensial ordiner. Maka didapatkan persamaan sebagai berikut
:
C A  C  2Ci  Ci 1 1  Ci 1  Ci 1  
 De  i 1    kCi . . . (3.7)
t  r2 r  2 r  

B. Hasil Simulasi dan Pembahasan


Dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi ”Matlab”, diperoleh
grafik profil suhu pada katalis silinder sebagai berikut:
Gambar 3.2 Distribusi Konsentrasi Dalam Katalis Silinder Pada Berbagai Waktu dan
Posisi

Gambar 3.2 menunjukkan bahwa jari-jari katalis silinder mempengaruhi perubahan


konsentrasi tiap waktu dan pada berbagai posisi. Perpindahan massa reaktan ke dalam jari-
jari katalis silinder melalui proses difusi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
konsentrasi reaktan terhadap produk. Difusi adalah peristiwa mengalirnya/ berpindahnya
suatu zat tertentu dari bagian berkonsentrasi tinggi kebagian yang berkonsentrasi rendah.
Difusi pada zat A dimulai dari bulk ke permukaan luar zat kemudian menuju permukaan
dalam katalis. Zat A yang teradsorpsi pada permukaan katalis akan mengalami reaksi.
Semakin kecil jari-jari katalis maka semakin menurun konsentrasi zat A (CA) di dalam katalis
begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena terjadi distribusi fasa gas dari konsentrasi
tinggi pada r=0,1 ke konsentrasi rendah. Pada saat mencapai waktu tertentu t=140-200 detik,
distribusi konsentrasi pada katalis sudah mencapai keadaan steady state pada setiap jari-jari.
Berdasarkan konsep transfer massa, konsentrasi merupakan fungsi dari jari-jari. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin panjang jari-jari katalis dan semakin lama waktu yang
dibutuhkan maka konsentrasi zat A yang terdistribusi di dalam katalis akan semakin besar
pula.
Difusivitas efektif A dalam katalis diketahui sebesar Da. Terdapat hubungan linier
antara penurunan konsentrasi zat A dalam katalis terhadap laju reaksi dimana penurunan
konsentrasi zat A dalam katalis mengakibatkan penurunan laju reaksi zat A tersebut.

Gambar 3.3 Profil Distribusi Konsentrasi A pada berbagai nilai Da

Gambar 3.3 menunjukkan distribusi konsentrasi A pada berbagai waktu dengan


memvariasikan nilai Da. Semakin lama waktu yang dibutuhkan dan semakin tinggi
konsentrasi zat A maka nilai Da semakin besar dan lebih cepat mencapai kondisi steady state.
Da bertindak sebagai driving force dari proses difusi zat A ke dalam katalis silinder. Proses
difusi akan terus terjadi sampai seluruh partikel tersebar luas secara merata dan perpindahan
molekul juga tetap terjadi. Saat difusivitas efektif konsentrasi A dalam katalis (Da)= 4.10-5
terjadi kenaikan yang sangat signifikan dalam waktu yang cepat sehingga saat t> 15 detik,
konsentrasi sudah mengalami keadaan yang konstan. Sedangkan pada Da=10-5 dan Da=10-
3
untuk mencapai keadaan yang konstan membutuhkan waktu yang lebih lama dan
konsentrasi yang terdistribusi tidak begitu besar. Sehingga semakin besar nilai difusivitas
maka reaksi yang berlangsung semakin baik namun apabila mencapai waktu tertentu saat
keadaan saturated maka konsentrasi yang terdistribusi akan konstan.

Selain berpengaruh terhadap distribusi konsentrasi A, nilai Da juga mempengaruhi


nilai effectiveness factor. Semakin besar nilai Da maka nilai effectiveness factor nya akan
semakin besar. Bentuk katalis padatan yang digunakan akan mempengaruhi nilai overall
effectiveness dari katalis (ƞ) yang sama dengan laju reaksi actual atau laju reaksi yang
dihasilkan jika semua bagian katalis semakin mendekati efektifitas faktor 1 maka katalis
yang digunakan akan semakin efektif yang dikenal dengan weisz prater criterion
effectiveness factor.

Persamaan Effectiveness Factor dapat dituliskan sebagai berikut:


R1

 k.Ca(r ).2 r.dr.L



R0

k .Cao .Vcat

Dimana Vcat   R 2 L , maka persamaan menjadi :


R1

 k.Ca(r ).2 r.dr.L



R0

k .Cao . R 2 L
Kemudian disederhanakan dengan menghilangkan nilai k L , maka diperoleh
persamaaan :
R1

2  Ca(r ).r.dr.

R0

Cao .R 2
Dari persamaan tersebut diperoleh hasil faktor efektivitas dengan memvariasikan nilai
Da, adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Effectiveness Factor pada variasi nilai Da
Da Faktor Efektivitas
1e-3 98,77 %
1e-5 50,89 %
4e-5 77,81 %

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa hubungan antara nilai Da dengan faktor efektivitas
sangat berpengaruh. Semakin besar nilai Da maka faktor efektivitas katalis juga semakin
besar, dan sebaliknya jika nilai Da kecil maka faktor efektivitas katalis akan semakin kecil
pula.
Lampiran Program
% ini program panggil eff
De=[1e-5 4e-5 6e-5];
for i=1:3;
ok=effektif(De(i));
end

% case 3 unsteady state difusi


function eff=effektif(De)
global Cafinal
k=1e-2;
R=1e-1;
Ca0=2;
Cawal=0;
Nr=500;
dr=R/Nr;
IC=Cawal.*ones(1,Nr);
tspan=linspace(0,400,401);
[t,Ca]=ode15s(@ajirp,tspan,IC,[],Nr,Ca0,dr,De,k,R);
Ca(:,1)=(-Ca(:,3)+4*Ca(:,2))/3;
Ca(:,Nr+1)=Ca0;
%menghitung effectiveness factor'
Cafinal=Ca(end,:);
r=0:R/10:R;
z=2.*Cafinal*(trapz(r,r)/(Ca0.*R.^2));
figure
plot(linspace(0,R,length(z)),z);
title(' Grafik eff vs r');
ylabel(' nilai effectiveness');
xlabel(' nilai r');
eff=[];

function dCadt=ajirp(t,Ca,Nr,Ca0,dr,De,k,R)
dCadt=zeros(Nr,1);
Ca(1)=(-Ca(3)+4.*Ca(2))./3;
Ca(Nr+1)=Ca0;
for i=2:Nr
d2Cadx2(i)=(Ca(i+1)-2.*Ca(i)+Ca(i-1))./dr.^2;
dCadr(i)=(Ca(i+1)-Ca(i))./(2.*dr); %digunakan forward
%orde 1 karena kalo orde dua tidak ada data Ca(1+2) = Ca(52)
dCadt(i)=De.*(d2Cadx2(i)+1./R.*dCadr(i)-k.*Ca(i)./De);
end
end

% case 3 unsteady state difusi


%model 2
clear all
clc
global Cafinal
k=1e-2;
De=4e-5;
R=1e-1;
Ca0=2;
Cawal=0;
Nr=500;
dr=R/Nr;
IC=Cawal.*ones(1,Nr);
tspan=linspace(0,400,401);
[t,Ca]=ode15s(@ajirp,tspan,IC,[],Nr,Ca0,dr,De,k,R);
Ca(:,1)=(-Ca(:,3)+4*Ca(:,2))/3;
Ca(:,Nr+1)=Ca0;
figure(1);
sx=linspace(0,R,Nr+1);
imagesc(sx,tspan,Ca)
colormap jet
colorbar
xlabel(' jari-jari, cm');
ylabel(' waktu, men');
title(' Distribusi Konsentrasi vs Time vs Jari-jari (cm)');
%menghitung effectiveness factor'
Cafinal=Ca(end,:);
r=0:R/10:R;
z=2.*Cafinal*(trapz(r,r)/(Ca0.*R.^2));
figure(2)
plot(linspace(0,R,length(z)),z);
title(' Grafik eff vs r');
ylabel(' nilai effectiveness');
xlabel(' nilai r');

You might also like