Professional Documents
Culture Documents
Measuring Problem Solving Skillsof High School Students On Biology
Measuring Problem Solving Skillsof High School Students On Biology
Abstrak
Assessment yang mampu mengukur problem solving skills siswa SMA pada mata pelajaran
Biologi. Penelitian menggunakan model Research & Development yang mengacu pada Borg
& Gall. Assessment yang dikembangkan merupakan soal uraian berbentuk kasus. Validasi
produk dilakukan oleh ahli materi dan evaluasi. Uji coba melibatkan 88 orang siswa dari
tiga sekolah yang berbeda. Data hasil uji coba dianalisis menggunakan program Quest.
Komponenassessment yang dikembangkan meliputi keterampilan: mendefinisikan masalah,
memeriksa masalah, merencanakan solusi, melaksanakan rencana yang telah dibuat, dan
mengevaluasi. Hasil studi menunjukkan perangkat asesmen memiliki validitas butir yang fit
dengan Model Rasch, dan reliabilitas tinggi. Terdapat 13% soal kategori mudah, 41,7% soal
kategori sedang, dan 46,3% soal kategori sukar. Daya beda disetiap butir soal dengan
interpretasi minimal “cukup”.
Abstract
This study aimed to describe the characteristics and feasibility of high school students
problem solving skills assessment on Biology. This research is using Research &
Development model which refers to Borg & Gall. Assessment developed are open-ended
cases. Product validation conducted by subject matter and evaluation experts. Test involving
88 students from three different schools. Data from the field test were analyzed using the
Quest program. Assessment components that have been developed includedskills to defining
the problem, checking the problem, planning a solution, implementing the plan, and
evaluate.The study shows that the assessment instrument has a validity that fit with the Rasch
model and high reliability. The final result that 13 % items were easy, 41,7 % items were
moderate, and 46,3 % items were categorized as difficult. Discriminationindex in each item
have a minimal interpretation of "sufficient".
Pendahuluan
kehidupan yang semakin kompleks dan
Rotherdam & Willingham (2009)
dapat berubah dengan cepat (Warsono dan
mencatat bahwa kesuksesan seorang peserta
Hariyanto, 2012).
didik tergantung pada penguasaan
Partnership for 21th Century Skills
kecakapan abad 21. Sekedar mengetahui
mengidentifikasi bahwa salah satu
pengetahuan (knowing of knowledge) saja
kecakapan abad 21 adalah kecakapan
terbukti tidak cukup efektif untuk dapat
problem solving. Kecakapan ini dapat
berhasil dalam menghadapi hidup dan
membantu siswa membuat keputusan yang
1
Naintyn, dkk: Mengukur problem solving skills..........
tepat, cermat, sistematis, logis, dan memberikan soal rutin atau soal ulangan
mempertimbangkan berbagai sudut pandang. harian yang sama dengan soal evaluasi yang
Kurangnya kemampuan ini mengakibatkan ada pada buku pelajaran.
siswa melakukan berbagai kegiatan tanpa Adapun tes yang lazim digunakan di
mengetahui tujuan dan alasan ketiga sekolah tersebut adalah tes tertulis,
melakukannya. dengan tipe soal yang cenderung
Secara eksplisit telah dirumuskan menekankan hapalan konsep biologi, dan
dalam Permen 22 tahun 2006 tentang bukan pengetahuan siswa tentang proses,
Standar Isi untuk mata pelajaran biologi prosedur, dan cara berpikir siswa. Padahal
SMA/MA yang menyatakan bahwa perlu penilaian pembelajaran biologi selain
dikembangkan kemampuan berpikir analitis, menuntut penguasaan materi, juga menuntut
induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan penguasaan keterampilan, sikap ilmiah,
masalah yang berkaitan dengan peristiwa pemecahan masalah, dan penerapan biologi
alam sekitar (Depdiknas, 2006). dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
Saat membelajarkan sains, itu, penelitian ini bertujuan untuk
kemampuan memecahkan masalah dan mengembangkan instrumen assessment
wawasan berpikir untuk kehidupan masa untuk mengukur kemampuan siswa
depan yang baik dapat dilatihkan kepada memecahkan masalah.
siswa (Rutherford & Ahlgren, 1990;
Rustaman, 2006). Apabila mengacu pada Metode Penelitian
National Research Council USA rendahnya
kontribusi pembelajaran sains terhadap Penelitian ini menggunakan metode
kelulushidupan warga negara disebabkan Research and Developmet (R&D), yaitu
salah satunya akibat penggunaan assessment penelitian pengembangan assessment untuk
yang kurang tepat (NRC, 1996). mengukur problem solving skills siswa SMA
Hasil observasi peneliti pada tiga pada Biologi. Langkah R & D mengacu
sekolah menengah atas negeri di Kabupaten pada Borg & Gall (1983). Tahap penelitian
Pesawaran Propinsi Lampung menunjukkan ini meliputi tahap studi pendahuluan yang
siswa sudah memiliki kepercayaan diri yang melibatkan 16 orang siswa yang dipilih
tinggi dalam memahami, menentukan secara acak, dan tahap pengembangan
karakteristik, menggambar kan, dengan responden 88 orang siswa dari tiga
memecahkan masalah, memi kir ka n sekolah yang berbeda.
solusi, dan mengkomunikasikan masalah. Pengolahan data menggunakan teknik
Tetapi pada saat diberikan tes kognitif deskriptif persentase kemudian dilakukan
problem solving skills, ternyata hasil tes kategorisasi. Validitas butir soal dihitung
siswa partisipan masih sangat rendah, dengan melihat Infit MNSQ pada output
kurang, bahkan gagal. program Quest (Hambleton & Swaminathan,
Hasil analisis butir soal formatif, 1985). Kelayakan assessment problem
sumatif dan butir soal yang terdapat pada solving skills dilihat dari persentase respon
buku paket yang digunakan, soal ulangan siswa dan guru yang besarnya lebih dari
harian, soal Ujian Akhir Semester, soal 80%. Reliabilitas soal dilihat dari nilai
Ujian Sekolah, dan Ujian Nasional summary person of estimate kemudian
khususnya pada materi lingkungan di ketiga dikategorikan menurut tafsiran koefisien
sekolah diketahui bahwa soal-soal masih reliabilitas. Daya pembeda butir soal dilihat
belum memberdayakan problem solving dari nilai Pt-Biserial kemudian
skills. Kurangnya persentase soal yang dikategorikan menurut tafsiran koefisien
dapat memberdayakan problem solving daya pembeda Arikunto (2009). Tingkat
skills siswa ini diduga berdampak pada kesukaran soal dilihat dari persentase soal
rendahnya kemampuan siswa dalam sukar, kemudian dikategorikan menurut
menyelesaikan masalah dan membuat tafsiran koefisien tingkat kesukaran menurut
solusinya. Berdasarkan hasil wawancara Arikunto (2009) yang semuanya merupakan
diperoleh informasi bahwa guru hanya output program analisis data Quest.
2
Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal 1-6
Indikator problem solving skills yang memiliki validitas konstruk dan konten yang
digunakan diadaptasi dari Mourtos, baik sebelum digunakan. Hasil validasi
Okamoto & Rhee (2004) yang sebelumnya assessment problem solving skills yang
telah dimodifikasi oleh peneliti (Tabel 1). dikembangkan termasuk dalam kategori
Tahap awal pengembangan adalah “sangat baik”. Validitas dinyatakan baik
validasi oleh ahli. Ennis & Weir (1985); dengan kategori koefisien antara cukup
Dokctor & Heller (2009) menyatakan bahwa hingga sangat baik, dan reliabilitas soal juga
instrumen keterampilan berpikir hendaknya berkategori tinggi (Guilford, 1954),
sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
3
Naintyn, dkk: Mengukur problem solving skills..........
Validasi butir soal problem solving tinggi. Selain itu, soal problem solving skills
skills yang diujicobakan di Sekolah A, hasil pengembangan merupakan soal yang
Sekolah B dan Sekolah C menunjukkan memuat 36 butir soal uraian berkasus.
bahwa ada beberapa butir soal masuk dalam Jumlah butir soal uraian tersebut sudah
kategori tidak valid. Padahal, validitas butir cukup panjang untuk sebuah tes.
soal dapat dinyatakan valid apabila nilai infit Instrumen soal problem solving
MNSQ nya sesuai dengan Model Rasch, skills memiliki daya beda dengan kategori
yaitu antara 0,77-1,30. Soal hasil baik dan cukup. Soal yang memiliki daya
pengembangan digunakan untuk mengukur beda baik dan cukup baik artinya sudah
problem solving skills siswa, sedangkan dapat membedakan siswa yang
tidak semua siswa mampu menyelesaikan berkemampuan rendah dan yang
soal tersebut. Hal inilah yang menyebabkan berkemampuan tinggi. Sebuah soal yang
soal menjadi tidak valid. Menurut Sugiharto memiliki daya beda jelek harus dibuang
(2010), validitas bersifat spesifik. Suatu meskipun memiliki nilai tingkat kesukaran
soal mungkin hanya valid untuk kelompok yang dapat diterima (Kurpius & Stafford,
tertentu saja dan tidak valid untuk kelompok 2006).
yang lain. Menurut Anastasia (2003), tingkat
Menurut Depdiknas (2008), faktor- kesukaran soal ditentukan oleh tujuan dari
faktor yang mempengaruhi nilai reliabilitas penggunaan soal yang bersangkutan.
adalah panjang tes, panjang waktu Apabila tujuan soal adalah untuk mengukur
mengerjakan soal, homogenitas belahan dan kemampuan rata-rata siswa dalam
tingkat kesukaran soal. Pada pembahasan menyelesaikan masalah maka digunakan
tingkat kesukaran soal didapat rata-rata soal tingkat kesukaran sedang, sedangkan untuk
problem solving skills memiliki tingkat mengukur siswa yang unggul dalam
kesukaran sedang dan sukar (Tabel 3). menyelesaikan masalah maka digunakan
Artinya, soal tersebut masih dapat tingkat kesukaran sedang dan sukar. Untuk
dikerjakan oleh sebagian siswa sehingga memperoleh hasil yang baik, sebaiknya
mempengaruhi nilai reliabilitas menjadi proporsi antara tingkat kesukaran tersebar
secara normal (Dwipayani, 2013).
4
Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal 1-6
Tabel 3. Hasil Analisis Daya Beda dan Tingkat Kesukaran pada Soal Uraian Problem
Solving Skills
Daya Beda Soal
Kategori Rata-Rata
Sekolah A Sekolah B Sekolah C
Dibuang - - - 0%
Jelek - - - 0%
Cukup 34 (94,44 %) 20 (55,55 %) 20 (55,55 %) 68,5 %
Baik 2 (5,56 %) 16 (44,45 %) 16 (44,45 %) 31,5 %
Sangat Baik - - - 0%
Tingkat Kesukaran
Kategori Rata-Rata
Sekolah A Sekolah B Sekolah C
Mudah 5 (13,89 %) 6 (16,67 %) 3(8,33 %) 13 %
Sedang 10 (27,78%) 16 (44,44 %) 19 (52,78 %) 41,7 %
Sukar 21 (61,11 %) 14(38,89 %) 14(38,89 %) 46,3%
Jumlah 36 36 36 100
5
Naintyn, dkk: Mengukur problem solving skills..........
Daftar Pustaka
Kurpius S.E & Stafford M.E. (2006).
Afcariono, M. (2008). Penerapan
Testing and Measurement : A User
pembelajaran berbasis masalah
Friendly Guide.California : Sage
untuk meningkatkan kemampuan
Publications, Inc.
berpikir siswa pada mata pelajaran
Mourtos, N. J., Okamoto D & Rhee, J.
biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif.
(2004). Defining teaching, and
Vol.3. No 2. pg. 65-68.
assessing problem solving skills.
Anastasia, U.S. (2003). Psycological testing.
Prosiding. UICEE Annual
New Jersey: Prentice-Hall.
Conference on Engineering
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar evaluasi
Education. Mumbai, India, 9-13
pendidikan. Jakarta : PT. Bumi
Februari.
Aksara.
NRC. (1996). National science education
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983).
standards observe interact change.
Educational research an
Washington DC: National Academic
introduction. New York:
Press .
Longman.
Richmond, J.E.D. (2007). Bringing critical
Depdiknas. (2008). Panduan analisis butir
thinking to the education of
soal. Jakarta: Depdiknas.
developing country professionals.
Depdiknas. (2006). Peraturan menteri
International Education Journal.
pendidikan nasoinal 22 tahun 2007
Vol.8. No. 1. Pg. 1-29.
tentang standar isi. Jakarta:
Rotherdam, Andrew J., Willingham, Daniel.
Depdiknas.
(2009). 21st century skills: The
Docktor. J, & Heller, K. (2009). Robust
challenges ahead. Educational
assessment instrument for student
Leadership, Vol. 67. Pg. 16-21.
problem solving. Prosiding. the
Rutherford, F. James,. Ahlgren, Andrew.
NARST 2009 Annual
(1990). Science for all americans.
Meeting.Minnesota University.
New York: Oxford University.
Ennis, R. H. & Weir, E. (1985). The ennis
Sugiarto, Iwan. (2004). Mengoptimalkan
weir critical thinking essay test.
daya kerja otak dengan berpikir
Pacific Grove, CA:
holistik & kreatif. Jakarta: Gramedia
MidwestPublication, I.
Utama.
Hambleton, R.K. & Swaminathan, H.
Warsono dan Hariyanto. (2012).
(1985). Item response theory.
Pembelajaran aktif. Bandung: PT.
Boston: Kluwer Nijjhoff Publiser.
Remaja Rosdakarya.