Professional Documents
Culture Documents
Perangkat Pembelajaran Ipa Berbasis Inkuiri Terbim PDF
Perangkat Pembelajaran Ipa Berbasis Inkuiri Terbim PDF
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
Abstract. This research purposed to produce science learning materials that eligible to complete
student learning achievement at junior high school of the System of Excretion materials. The
development of this learning tool based on Dick and Carey model and the using test based One
Group Pretest-Posttest Design. The test conducted in eighth grade student of SMP Negeri 16
Poleang Tengah. This research consisted of two stages: 1) Developing the learning materials
consisted of lesson plan, student’s book, and student’s worksheet, and learning achievement test
validated by experts. 2) Implementation of the validated learning materials which instrument that
used in this research are validation sheet, observational sheet of learning accomplishment, the
learning constraints, observational sheet of student’s activity, and Student’s response
questionnaire. The result showed that: 1) The learning materials were valid; 2) the lesson plan
accomplishment was categorized as good; 3) The student activities indicated that they learn to
actively build their own knowledge through a process of inquiry; 4) The students responded
positively to the learning process; 5) The student’s learning achievements of attitude, knowledge,
and skill aspects were accomplished. Based on the following results can be concluded that the
science learning materials based on guided inquiry with a project task on Excretion of System were
valid, practical, and effective. Thus the science learning materials can be used on the learning
process and proofed to be effective to complete student’s learning achievement.
Keywords: Guided inquiry, project task, completeness of student’s, excretion system.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA yang layak
untuk menuntaskan hasil belajar siswa SMP pada materi Sistem Ekskresi. Pengembangan
perangkat pembelajaran mengikuti model Dick and Carey dengan ujicoba menggunakan rancangan
one group pretest-posttest design. Ujicoba telah dilaksanakan pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 16
Poleang Tengah. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu: 1) pengembangan perangkat pembelajaran
meliputi RPP, buku ajar, lembar kegiatan siswa, tes hasil belajar yang telah divalidasi oleh para
pakar; 2) perangkat pembelajaran yang telah divalidasi, kemudian diimplementasikan. Instrumen
yang digunakan antara lain lembar validasi, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran,
lembar observasi kendala dalam pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, dan angket
respons siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) validitas perangkat pembelajaran yang
dikembangkan berkategori valid; 2) keterlaksanaan RPP berkategori baik; 3) aktivitas siswa
menunjukkan ke arah pembelajaran siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui
proses inkuiri; 4) siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran; 5) hasil belajar
siswa baik dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan mencapai ketuntasan. Berdasarkan
hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan tugas proyek pada materi sistem ekskresi sudah valid,
praktis dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran dan terbukti efektif untuk
menuntaskan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Inkuiri terbimbing, tugas proyek, hasil belajar siswa SMP, sistem ekskresi
81
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
PENDAHULUAN
82
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
Kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015 pada semester ganjil. Ketuntasan hasil belajar
siswa Kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015 semester ganjil SMP Negeri 16 Poleang
Tengah pada mata pelajaran IPA hanya mencapai 42% sedangkan 58% siswa
dinyatakan tidak tuntas. Hasil wawancara dari beberapa siswa Kelas VIII, menunjukkan
bahwa mata pelajaran IPA kurang menarik bagi para siswa. Pelajaran IPA merupakan
pelajaran yang membosankan karena guru hanya memberi informasi kepada siswa dan
kemudian memberi beban kepada siswa dengan hafalan materi yang sangat banyak.
Pengetahuan yang diperoleh siswa hanya sebatas pengetahuan konseptual, sehingga
pembelajaran menjadi tidak bermakna.
Model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mendapatkan pemahaman tentang metode ilmiah guna mengembangkan kemampuan
berpikir, pengaturan diri dan pemahaman tentang topik-topik spesifik adalah model
pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang dirancang
untuk memberi siswa pengalaman metode ilmiah. Metode ilmiah adalah pola pemikiran
yang menekankan pada pengajuan pertanyaan, mengembangkan hipotesis untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis dengan data (Eggen dan
Kauchak, 2012). Proses inkuiri merupakan kegiatan menjawab permasalahan dengan
cara membuat prediksi dan mengujinya dengan data sehingga siswa mendapatkan
pengalaman memecahkan masalah dan melakukan penyelidikan. Proses mengumpulkan
data dan analisis hipotesis yang rumit memerlukan bimbingan guru untuk membantu
siswa melalui proses inkuiri terbimbing (Banchi, 2008).
Peneliti menggunakan model inkuiri terbimbing yang dipadukan dengan tugas
proyek. Tugas proyek tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta
pelaporan (Kemendikbud, 2015). Pembelajaran model inkuiri terbimbing merupakan
salah satu model pembelajaran IPA yang memberi pengalaman bagi siswa untuk mampu
menyelesaikan masalah yang sulit untuk dipecahkan dan membangun keterampilan
yang diperlukan dalam kehidupan. Kelebihan dari pembelajaran inkuiri adalah siswa
dibimbing untuk membangun pengetahuannya secara aktif dalam memecahkan masalah
pembelajaran berbasis penyelidikan (Khalid & Azeem, 2012), sehingga pada akhirnya
siswa akan terbantu dalam meningkatkan aktivitas penalaran mereka dan meningkatkan
pemahaman mereka tentang konsep-konsep ilmiah (Smyrnaiou, 2012). Pembelajaran
model inkuiri dengan tugas proyek memberi dampak besar bagi perkembangan mental
positif siswa melalui keterlibatan aktif siswa dalam menyelesaikan masalah dan
membangun keterampilan sehingga mampu memecahkan masalah dan mengaplikasikan
prinsip dan konsep yang diterima dalam kehidupan sehari-hari (Alberta, 2004).
Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing diimplementasikan pada materi sistem
ekskresi. Materi pelajaran sistem ekskresi merupakan materi IPA di Kelas VIII yang
mempelajari sistem kerja pada tubuh makhluk hidup khususnya pada manusia yang
berkaitan dengan struktur dan fungsi organ sistem ekskresi, cara kerja organ sistem
ekskresi, kandungan zat yang dikeluarkan oleh organ sistem ekskresi, serta kelainan dan
penyakit yang terjadi pada organ sistem ekskresi pada manusia sangat sulit untuk
dipahami. Materi sistem ekskresi pada manusia sangat sarat dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang berhubungan dengan sistem kerja organ tubuh manusia sehingga
diperlukan proses pendekatan inkuiri untuk memberikan pemahaman yang lebih
bermakna dan mudah dipahami. Pembelajaran akan lebih bermakna jika melalui proses
inkuiri ilmiah yang dipadukan dengan tugas proyek guna menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan kecakapan hidup yang memberi pengalaman belajar langsung
melalui tugas keterampilan dalam bentuk tugas proyek (Kemendikbud, 2015).
Tugas proyek pada materi sistem ekskresi diwujudkan dalam bentuk karya tulis
sehingga siswa mampu mengembangkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan fakta-fakta
dalam bentuk sebuah karya tulis ilmiah. Karya ilmiah mengambil tema pentingnya
menjaga kesehatan organ sistem ekskresi guna memenuhi tuntutan kompetensi
keterampilan dalam bentuk sebuah karya tentang sistem eksresi pada manusia dan
penerapannya dalam menjaga kesehatan diri dengan indikator membuat tugas proyek
berupa karya tulis ilmiah tentang penyakit dan upaya menjaga kesehatan organ sistem
83
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
eksresi pada manusia sehingga siswa dapat menuangkan ide-ide dalam bentuk konsep,
fakta dan prinsip tentang kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi serta bagaimana
cara menjaga kesehatan organ sistem eksresi dalam kehidupan sehari-hari. Tugas
proyek memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja lebih otonom, dalam
mengembangkan pembelajaran mandiri, menjadi lebih realistik dan menghasilkan suatu
produk (Sastrika, 2013).
Tugas proyek memiliki potensi yang sangat besar untuk menuntaskan hasil
belajar siswa. Tugas ini menuntun siswa berlatih dan memahami berfikir kompleks dan
mengetahui bagaimana mengintegrasikan bentuk keterampilan dengan kehidupan nyata
sehingga terbiasa aktif dan kreatif dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip yang diterima
(Widiyatmiko, 2012). Tugas proyek menghasilkan produk pembelajaran, sehingga siswa
mampu dan terampil dalam menerapkan konsep yang diperoleh serta dapat
meningkatkan hasil belajarnya. Tugas proyek sangat penting dalam rangka mendukung
proses belajar dan memberikan penekanan pada aspek proses dan produk sains,
sehingga meningkatkan kemampuan berpikir sistematis, objektif dan kreatif dalam
segala hal (Roessingh, 2012).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ingin mencoba melakukan
penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri
Terbimbing dengan Tugas Proyek materi Sistem Ekskresi untuk Menuntaskan hasil
belajar Siswa SMP”. Perangkat pembelajaran IPA yang dikembangkan terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Buku Ajar
Siswa (BAS), dan Instrumen Penilaian Sikap, Pengetahuan dan keterampilan (Tugas
Proyek).
METODE PENELITIAN
84
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
Keterangan:
A = Frekuensi kecocokan antar penilai (Agreement).
D = Frekuensi ketidakcocokan antar penilai (Disagreement).
Instrumen dikatakan cocok apabila memiliki Percentage of agreement > 75%
(Borich, 1994).
85
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
𝐴−𝐵
R = [1 − ] 𝑥 100%
𝐴+𝐵
Keterangan:
R= Percentage of Agreement.
A= Skor aspek keterlaksanaan yang teramati dengan skor tinggi.
B= Skor aspek keterlaksanaan yang teramati dengan skor rendah.
Instrumen dikatakan cocok apabila memiliki tingkat kecocokan antar pengamat >
75% (Borich, 1994:385).
∑R
P= x 100%
∑N
Keterangan:
P = Persentase aktivitas siswa
ΣR = Frekuensi aktivitas yang muncul dalam menit
ΣN = Frekuensi keseluruhan siswa dalam menit
86
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
Nilai Kompetensi
Predikat
Sikap Pengetahuan Keterampilan
(Sangat Baik) 86-100 86-100 A
(Baik) 71-85 71-85 B
(Cukup) 56-70 56-70 C
(Kurang) ≤ 55 ≤ 55 D
(Sumber: Kemendikbud No. 53, 2015)
Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti (KI) 3 dan KI 4 hasil belajar,
dikatakan mencapai ketuntasan secara individu apabila memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimum yang ditetapkan yaitu sebesar 71 dan memiliki predikat minimal B (Baik).
Efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan didasarkan pada data hasil
pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.
Data tes tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan rumus N-gain.
Besarnya peningkatan atau gain dianalisis dengan menggunakan rumus Hake (1999)
sebagai berikut:
〈𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 〉 − 〈𝑆𝑝𝑟𝑒 〉
〈𝑔 〉 =
〈𝑆𝑚𝑎𝑥 〉 − 〈𝑆𝑝𝑟𝑒 〉
Keterangan
g : Nilai gain
Spost : Nilai posttest
Spre : Nilai pretest
Smax : Nilai maksimal
87
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
∑K
P= x 100%
∑N
Keterangan:
P = Persentase respon siswa
ΣK = Jumlah siswa yang memilih jawaban dengan kategori pilihan yang ada
ΣN = Jumlah siswa yang mengisi angket
88
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
89
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
90
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
3,5
2,5
1,5
0,5
0
pendahuluan kegiatan inti penutup pengelolaan suasana kelas
waktu
91
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
30
20
15
10
0
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14
Aktivitas yang tidak relevan ini adalah aktivitas yang tidak diinginkan selama proses
pembelajaran berlangsung yaitu seperti tidak dapat bekerja sama dengan teman satu
kelompok, tidak dapat menyatakan pendapat dengan bahasa yang baik dan kurang
disiplin. Aktivitas siswa yang tidak relevan seperti tidak dapat bekerjasama dengan
teman satu kelompok maka pada pertemuan berikutnya siswa tersebut diberi tugas yang
lebih mudah dalam melakukan percobaan agar dapat bertanggung jawab dan
berinteraksi dengan teman satu kelompok. Keseluruhan aktivitas siswa dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.
92
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
b. Pengetahuan
Tes hasil belajar aspek pengetahuan dilakukan untuk mengukur ketercapain
kompetensi siswa sesuai indikator pembelajaran. Tes aspek pengetahuan dilakukan
sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) proses pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek. Pretest dimaksudkan
untuk menyiapkan siswa dalam proses belajar, mengetahui tingkat kemajuan siswa
sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, mengetahui kemampuan awal
siswa, dan mengetahui tujuan pembelajaran yang perlu mendapatkan penekanan dan
perhatian khusus (Mulyasa, 2013).
Berdasarkan analisis hasil tes aspek pengetahuan, dapat diketahui bahwa
persentase ketuntasan siswa pada saat pre-test sebesar 0% yang artinya semua siswa
belum mencapai ketuntasan. Hal ini terjadi karena siswa belum mengikuti pembelajaran
pada materi sistem ekskresi yang diujikan sehingga jawaban mereka hanya berdasarkan
pengetahuan awal atau bahkan perkiraan siswa. Hasil pre-test siswa berkebalikan
dengan hasil post-test yang menunjukkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa
siswa sebesar 100% baik secara individual maupun klasikal. Seluruh siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas
proyek dapat mencapai ataupun melebihi skor minimal yang ditetapkan sekolah yaitu
71, karena seorang siswa dikatakan tuntas belajarnya jika nilainya telah mencapai ≥ 71
(Kemendikbud No. 53, 2015). Ketuntasan seluruh siswa ini sangat berkaitan dengan
keaktifan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa dapat belajar dan
menyerap ilmu dengan baik jika mereka dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran
(Bruner dalam Slavin, 2011).
Data ketuntasan pre-test dan post-test yang telah dipaparkan di atas
menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan pengetahuan siswa tentang materi
sistem ekskresi. Peningkatan tersebut juga dapat diketahui melalui hasil penghitungan
rata-rata N-gain yaitu sebesar 0,79 dengan kategori tinggi (Hake, 1999). Meningkatnya
hasil belajar berarti ini menandakan bahwa siswa telah mengikuti pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan tugas proyek yang dibuktikan dengan adanya perubahan hasil belajar
93
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
siswa kearah yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing dengan tugas proyek yang
dikembangkan efektif dalam peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa. Hasil yang
sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Deta (2013) dan Utami (2014), yang
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek
meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif
serta meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa.
Berdasarkan data pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa semua siswa yang
diberikan pre-test tidak mencapai ketuntasan hasil belajar siswa, hal ini dilihat dari rata-
rata nilai pre-test sebesar 34,16 dengan predikat kurang. Setelah diberikan perlakuan
dengan melalui pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek kemudian
diberikan post-test maka semua nilai siswa tuntas, hal ini dapat dilihat rata-rata nilai
post-test siswa sebesar 85,71 dengan predikat baik (Permendikbud No 53 Tahun 2015).
Ketuntasan hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 3.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22
Pre-test Post-test
c. Tugas Proyek
Penilaian tugas proyek merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui penyelesaian tugas dalam
periode waktu tertentu (Permendikbud No. 53 Tahun 2015. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu
secara jelas (Kemendikbud, 2013). Penilaian keterampilan tugas proyek diambil pada
saat siswa melakukan kegiatan proyek pada pertemuan 1-4 yang meliputi persiapan,
rumusan judul, sistematika penulisan, keakuratan sumber data/informasi, kuantitas
sumber data, penarikan kesimpulan, performan, presentasi/penguasaan materi dan
produk. Penilaian persiapan dan rumusan judul dinilai pada saat pertemuan kedua dan
ketiga, sedangkan sistematika penulisan, keakuratan sumber data/informasi, kuantitas
sumber data, penarikan kesimpulan dinilai dari makalah yang dikumpulkan oleh siswa
pada saat pertemuan keempat, penilaian performan dan presentasi/penguasaan
dilakukan serta produk juga pada pertemuan keempat.
Berdasarkan hasil analisis data tugas proyek menunjukkan bahwa rata-rata nilai
tugas proyek sebesar 86 dengan predikat A. Keseluruhan siswa mendapatkan nilai diatas
71 maka dinyatakan tuntas (Permendikbud No.5 Tahun 2015). Menurut Educational
Technology Division (2006), pembelajaran dengan tugas proyek akan membantu peserta
didik untuk dapat berpikir abstrak, tugas berpikir (intelektual) untuk mengeksplorasi
permasalahan kompleks. Hal tersebut akan mendorong pemahaman, yaitu pengetahuan
sejati. Siswa akan mengeksplorasi, membuat keputusan, menafsirkan, dan mensintesis
informasi secara bermakna. Melalui penerapan tugas proyek, siswa akan dibawa
langsung ke dalam dunia yang konkret tentang penanaman konsep pembelajaran,
sehingga siswa tidak hanya bisa menghayalkan materi dan pada akhirnya akan
94
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
meningkatkan hasil belajar (Uno & Mohamad, 2012). Tugas Proyek disajikan pada
Gambar 4.
100
90
80
70
60
Nilai
50
40
30
20
10
0
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22
Inisial siswa
95
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
mengerjakan tugas proyek yang dilaksanakan. Hal ini disebabkan siswa merasa tugas
proyek yang dilaksanakan merupakan hal baru sehingga mereka belum terbiasa
mengerjakan hal tersebut. Guru memberikan bimbingan yang sesuai kepada siswa
maupun kelompok yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Hasil analisis respon siswa yang berminat terhadap kegiatan pembelajaran
sebanyak 100% dengan kategori sangat kuat (Riduwan, 2012). Hal ini menunjukkan
bahwa siswa mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan
tugas proyek yang telah dilakukan. Siswa juga berpendapat agar pada pembelajaran
berikutnya dapat dilaksanakan pembelajaran dengan cara yang sama. Respon positif
dari siswa ini diperkuat dengan hasil penelitian dari Utami (2014) yang menyatakan
bahwa siswa memberikan respon positif terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing dengan tugas proyek yang telah dilakukan.
KESIMPULAN
Berdasasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan telah diuraikan pada Bab
V, maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
dengan tugas proyek yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan untuk
menuntaskan hasil belajar siswa SMP pada materi Sistem Ekskresi.
DAFTAR PUSTAKA
96
Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 81-97, Juni 2017 p-ISSN: 2614-0500
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi
97