You are on page 1of 10

Survey jentik dan aktifitas nokturnal...

(Heni P, Rina M, Dewi NH, Mutiara W & Tri W)

SURVEY JENTIK DAN AKTIFITAS NOKTURNAL AEDES SPP. DI PASAR


WISATA PANGANDARAN

Larvae Survey and Nocturnal Activities of Aedes Spp. in Wisata Pangandaran Market

Heni Prasetyowati1, Rina Marina2, Dewi Nur Hodijah1, Mutiara Widawati1, Tri Wahono1
1
Loka Litbang P2B2 Ciamis
2
Pusat Teknologi Intervervensi Kesehatan Masyarakat
Email: myheraphie@gmail.com

Diterima: 27 Februari 2013; Direvisi: 25 Maret 2014; Disetujui: 28 Maret 2014

ABSTRACT

Day and night activities in Wisata Pangandaran Market allows the emergence of Dengue transmission.
This study was aim to determine the potential of dengue disease transmission by knowing the entomology
index and Aedes spp nocturnal activity in wisata pangandaran market. This study was an observational
study. The samples in this study were 57 stalls which have been randomly selected. The survey carried out
by using single larvae methods. Larvae were identified in the laboratory of entomology in Loka Litbang
P2B2 Ciamis. Mosquito’s collection was done by human landing and resting collection methods. The
species identified as Aedes aegypti. House Index (HI) was 29,8 %, Bruteu Index (BI) was 47,7%, Container
Index (CI) was 61,4 % and Angka Bebas Jentik (ABJ) was 70,2 %. Container found in the Wisata
Pangandaran Market consist of dispensers, buckets inside bathroom, buckets outside the house, bathroom
basin, bird water reservoir, and other water container besides buckets. Aedes aegypti activity was detected
at night (from hour 18:00 to hour 3:00) both inside and outside the house. The results of the survey showed
that Wisata Pangandaran Market was potential in transmition of dengue virus and included in medium risk
category and Aedes spp. At Wisata’s Market presented a nocturnal activity.

Keywords: Larvae survey, nocturnal, Aedes spp., pangandaran

ABSTRAK

Adanya aktifitas sepanjang hari termasuk malam hari di area pasar wisata pangandaran memungkinkan
adanya potensi penularan DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pasar wisata
pangandaran sebagai tempat terjadinya transmisi penularan penyakit DBD dengan mengetahui indeks
entomologi vektor DBD dan aktifitas nokturnal Aedes spp. di kawasan pasar wisata. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional. Sampel dalam penelitian ini adalah 57 kios yang terpilih secara acak.
Survei jentik dilakukan dengan menggunakan single larva methods. Jentik diidentifikasi di laboratorium
entomologi Loka Litbang P2B2 Ciamis. Penangkapan nyamuk dilakukan dengan cara human landing dan
resting collection. Spesies Aedes yang ditemukan adalah Aedes aegypti dengan indeks entomologi House
Indeks (HI) adalah 29,8%, Bruteu Indeks (BI) 47,7 sedangkan Container Indeks (CI) 61,4% dan Angka
Bebas Jentik (ABJ) 70,2%. Jenis kontainer yang ditemukan di kawasan pasar wisata pangadaran meliputi
dispenser, ember penampungan untuk mandi, ember yang terletak diluar, bak mandi, tempat minum burung
dan penampungan air selain ember. Ditemukan aktifitas Aedes aegypti malam hari (18.00-03.00) baik di
dalam dan di luar rumah. Hasil survey menunjukan bahwa pasar wisata berpotensi dan termasuk dalam
kategori risiko penularan sedang. Nyamuk Aedes spp. yang terdapat di pasar wisata menunjukan potensi
untuk beraktifitas di malam hari.

Kata kunci: Survei jentik, nokturnal, Aedes spp., pangandaran

PENDAHULUAN pangandaran meningkat setiap tahunnya.


Menurut data Dinas Pariwisata,
Kecamatan Pangandaran merupakan
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
daerah wisata pantai yang selalu ramai
Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten
dikunjungi oleh banyak wisatawan baik dari
Pangandaran menyebutkan bahwa sebelum
mancanegara maupun domestik. Jumlah
tahun 2012 Pangandaran rata-rata dikunjungi
kunjungan wisatawan ke objek wisata
600 ribu wisatawan per tahun. Pada tahun
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 1, Maret 2014 : 33 – 42

2012 tercatat ada 1,2 juta wisatawan kepadatan jentik, Kecamatan Pangandaran
berkunjung ke Pangandaran. Jumlah ini dikategorikan sebagai daerah risiko
meningkat di tahun 2013 sebesar 11,05 penularan DBD sedang dengan angka HI =
persen dari tahun sebelumnya. Total 29,20 %, CI = 9,30 %, dan BI = 40,6.
kunjungan selama tahun 2013 adalah (Hendri, et al, 2010).
1.552.153 orang dengan perincian jumlah
Di area wisata pantai Pangandaran
wisatawan mancanegara sebanyak 8.587
terdapat tempat yang diperuntukkan khusus
orang dan sisanya adalah wisatawan
untuk para penjual guna memperkenalkan
domestik (Anonim, 2014).
dagangan khas Pangandaran. Tempai ini
Penduduk Pangandaran memiliki berbentuk kumpulan kios yang dinamakan
mata pencaharian beragam. Sebagian besar Pasar Wisata Pangandaran. Tujuan di
dari mereka berprofesi sebagai nelayan bentuknya pasar tersebut adalah sebagai
tradisional yang aktif pada malam hari upaya pemerintah menertibkan para
sedangkan siang hari digunakan untuk pedagang di sekitar pantai Pangandaran.
istirahat. Adanya objek wisata di Sehingga pantai terlihat lebih indah dan dan
Pangandaran menyebabkan banyak penduduk tertata dengan lebih rapi. Pada perjalanannya,
bermukim atau tinggal di sekitar objek kios yang semula hanya bertujuan sebagai
wisata. Hal ini dikarenakan banyak peluang tempat berjualan ada sebagian yang juga
usaha yang dapat digunakan sebagai mata dijadikan untuk tempat tinggal dan tempat
pencaharian, mulai dari berdagang asongan, melakukan aktifitas sehari-hari. Aktifitas ini
pakaian, aksesoris makanan sampai memunculkan adanya tempat-tempat
menyediakan tempat penginapan (Nurjanah, perkembangbiakan potensial untuk vektor
2011). Adanya fasilitas tempat penginapan demam berdarah.
dan perdagangan di sekitar obyek wisata
Aedes aegypti sebagai vektor penular
Pangandaran memungkinkan pengunjung
penyakit DBD menempati habitat domestik
untuk menetap dalam beberapa hari di daerah
terutama penampungan air di dalam rumah
tersebut.
yang tidak berhubungan dengan tanah,
Mobilisasi penduduk dan sedangkan Ae. albopictus berkembang biak
pengunjung di daerah wisata Pangandaran di lubang-lubang pohon, drum, ban bekas
selain meningkatkan kehidupan sosial yang terdapat di luar (peridomestik) (WHO
ekonomi masyarakat juga menjadikan 2004). Di daerah perkotaan habitat Ae.
masyarakat Pangandaran rentan terhadap aegypti dan Ae. albopictus sangat bervariasi
penularan penyakit menular, termasuk tetapi 90% adalah wadah-wadah buatan
diantaranya Demam Berdarah Dengue manusia. Wadah air buatan manusia
(DBD). Kasus DBD di Kecamatan merupakan habitat Ae. aegypti yang potensial
Pangandaran dari tahun ke tahun mengalami di perkotaan (Gratz 1993). Ae. aegypti aktif
peningkatan. Mulai dari tidak ada kasus menghisap darah pada siang hari (diurnal)
dalam rentang waktu 1998-2002 meningkat 1 dengan dua puncak gigitan yaitu jam 08:00-
kasus di tahun 2003, 4 kasus pada tahun 09:00 dan jam 16:00-17:00 (Hadi &
2004, 22 kasus di tahun 2005, 35 kasus di Koesharto 2006).
tahun 2006, 10 kasus di tahun 2007, 12 kasus
Hasil penelitian Hadi et.al (2012)
di tahun 2008, 14 kasus di tahun 2009 dan 13
yang menyebutkan bahwa vektor DBD tidak
kasus di tahun 2010 ( Ruliansyah, 2011).
hanya aktif menghisap darah di siang hari
Kajian mengenai faktor risiko tetapi juga di malam hari. Aktifitas Ae.
penularan DBD di wilayah Pangandaran aegypti dan Ae. albopictus menghisap darah
pernah dilakukan. Pada tahun 2006, kajian pada malam hari (nokturnal) dari jam 18:00–
mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku 05:50 ditemukan di beberapa daerah di
masyarakat Kecamatan Pangandaran Indonesia yaitu Cikarawang, Babakan, dan
menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap Cibanteng Kabupaten Bogor (2004),
masyarakat yang berkaitan dengan upaya Cangkurawuk Darmaga Bogor (2005, 2007),
pencegahan dan pengendalian DBD sudah Pulau Pramuka, Pulau Pari Kepulauan Seribu
baik tapi tindakannya masih buruk (Ipa et al, (2008), Gunung Bugis, Gunung Karang,
2009). Sementara, berdasarkan indeks
Survey jentik dan aktifitas nokturnal...(Heni P, Rina M, Dewi NH, Mutiara W & Tri W)

Gunung Utara Balikpapan (2009) dan adalah semua kios yang ada di lingkungan
Kayangan, Lombok Utara (2009). Pasar Wisata Pangandaran yaitu sebanyak
784 kios yang terbagi ke dalam 98 bangunan.
Adanya aktifitas sepanjang hari baik
Sampel dalam penelitian ini adalah kios
siang maupun malam hari di area Pasar
terpilih. Berdasarkan banyaknya populasi
Wisata Pangandaran selain meningkatkan
kios serta ketentuan HI > 5 % maka sampel
perekonomian masyarakat juga
dalam penelitian ini adalah sebesar 57 kios.
memungkinkan adanya potensi penularan
Yang dimaksud kios adalah satuan bangunan
DBD di area Pasar Wisata Pangandaran.
yang sesuai dengan siteplan Pasar Wisata
Pengunjung pasar wisata berasal dari
Pangandaran dan atau mempunyai surat ijin
berbagai daerah baik dari daerah endemis
untuk mengadakan tindakan jual beli yang
DBD maupun non endemis DBD.
sesuai dengan yang dikeluarkan pemerintah.
Berdasarkan laporan kegiatan laboratorium
Survei jentik dilakukan dengan menggunakan
penelitian kesehatan Loka Litbang P2B2
single larva methods, yaitu mengambil satu
Ciamis tahun 2012 menyebutkan bahwa dari
ekor larva pada setiap kontainer yang
penyelidikan epidemiologi yang dilakukan
ditemukan ada larva, dengan cidukan atau
pada 7 penderita DBD di Kecamatan
gayung plastik atau menggunakan pipet
Pangandaran 4 diantaranya menyebutkan
panjang sebagai sampel, untuk pemeriksaan
mengunjungi Pasar Wisata Pangandaran
spesies jentik (identifikasi) (Depkes RI,
seminggu sebelum sakit (Anonim, 2012).
2002). Semua tempat yang dapat menjadi
Dari fakta di atas dapat diperoleh informasi
tempat perkembangbiakan nyamuk diperiksa
bahwa kawasan pasar wisata mempunyai
(dengan mata telanjang) untuk mengetahui
potensi sebagai tempat terjadinya transmisi
ada tidaknya jentik/pupa. Jika pada
penularan berbagai penyakit termasuk adanya
pandangan pertama tidak ditemukan maka
potensi penularan penyakit DBD yang dapat
tunggu kira kira 1-2 menit untuk memastikan
terjadi baik dari wisatawan ke pedagang
bahwa benar jentik/pupa tidak ada. Jentik
maupun sebaliknya. Penelitian ini bertujuan
yang diambil ditempatkan dalam botol kecil/
untuk mengetahui potensi Pasar Wisata
vial bottle dan memberi label berdasarkan :
Pangandaran sebagai tempat terjadinya
nomor bangunan yang disurvei dan nomor
transmisi penularan penyakit DBD yang
container dalam formulir. Jentik yang
dapat terjadi baik dari wisatawan ke
diperoleh di bawa ke laboratorium
pedagang maupun sebaliknya dengan
entomologi Loka Litbang P2B2 Ciamis untuk
mengetahui indek entomologi vektor DBD
diperiksa spesiesnya. Jentik dimasukkan ke
dan aktifitas nocturnal Aedes spp. di kawasan
cawan petri kemudian dimatikan dengan
Pasar Wisata Pangandaran.
menggunakan air panas. Spesies Aedes spp.
ditentukan berdasarkan kunci identifikasi
larva Aedes spp. Data hasil survei entomologi
BAHAN DAN CARA
dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
Penelitian ini merupakan penelitian Dan hasil survei jentik dihitung dalam indeks
observasional dengan desain crossectional. jentik yaitu House Indeks (%), Container
Survey dilakukan di area Pasar Wisata Indeks (%) dan Breteau Indeks (%), dengan
Pangandaran. Populasi dalam penelitian ini rumus :

HI = x 100%

CI = x 100%

BI = x 100%

Aktivitas nocturnal Aedes spp. dilakukan dengan cara human landing


diketahui dengan penangkapan nyamuk yang (umpan badan orang) dan resting collection
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 1, Maret 2014 : 33 – 42

(nyamuk istirahat) dari jam 18:00 sampai dibangun pada tahun 2002. Tujuan dari
dengan jam 06:00 di dalam dan di luar kios pembangunan pasar ini adalah untuk
(WHO 1975). Penangkapan nyamuk menampung para pedagang kaki lima (PKL)
dilakukan dengan cara menempatkan yang semula berjualan di tenda-tenda biru di
kolektor untuk umpan, duduk di dalam atau sisi pantai. Mulai dari yang berjualan makan
di luar kios. Kolektor menangkap nyamuk minum, pakaian pantai, suvenir dan
yang hinggap atau menggigit dengan sebagainya. Dengan direlokasinya para PKL
menggunakan aspirator. Penangkapan tersebut diharapkan keindahan, kebersihan
nyamuk dilakukan oleh enam orang kolektor serta ketertiban pantai lebih terjaga. Jumlah
pada tiga kios, masing-masing kios terdiri kios yang terdapat di Pasar Wisata
atas satu kolektor di dalam kios dan satu Pangandaran sebanyak 784 kios yang
orang di luar kios. Setiap jam penangkapan dibangun dalam 98 atap bangunan dengan
terdiri atas 50 menit, 10 menit digunakan jenis bangunan merupakan bangunan semi
untuk menangkap nyamuk istirahat di permanen. Luas areal Pasar Wisata
dinding dan sekitarnya. Nyamuk yang Pangandaran adalah 59.900 m2. Berdasarkan
tertangkap dimasukkan dalam paper cup dan data tahun 2003 sebanyak 628 kios sudah
dibedakan setiap jam. Nyamuk yang resmi dimiliki untuk tempat berjualan. Saat
tertangkap kemudian diidentifikasi di bawah ini informasi mengenai jumlah pasti dari
mikroskop. pemilik kios pasar tersebut sulit diperoleh.
Pada awalnya setiap kios tidak dilengkapi
dengan MCK maupun sumber air lainnya.
HASIL Keperluan air dipenuhi dari WC umum yang
Pasar Wisata Pangandaran terletak di ada di pinggir areal dari lokasi tersebut.
Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran

Gambar 1. Daerah PasarWisata sebagai wilayah penelitian


(SumberPeta: http://earthexplorer.usgs.gov/)

Hasil pemeriksaan jentik di Pasar (HI) = 29,8%, Bruteu Indeks (BI) = 47,7
Wisata Pangandaran menunjukkan bahwa sedangkan Container Indeks (CI) = 61,4%
spesies Aedes yang ditemukan adalah Ae. dan Angka Bebas Jentik (ABJ) = 70,2%.
aegypti dengan indeks entomologi area Pasar Berdasarkan jenis kontainer yang ditemukan
Wisata Pangandaran adalah House Indeks selama survey, terdapat beberapa jenis
Survey jentik dan aktifitas nokturnal...(Heni P, Rina M, Dewi NH, Mutiara W & Tri W)

kontainer dan kontainer yang positif jentik yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jenis kontainer dan kontainer yang positif jentik di Pasar Wisata Pangandaran
Jenis Kontainer Prosentase Prosentase yang positif jentik
Ember penampungan untuk mandi 53,2% 44,4%
Dispenser 31,9% 40%
Ember yang terletak diluar 0,02% 3,7%
Bak mandi 0,06% 11,11%
Tempat minum burung 0,02% 0%
Penampungan air selain ember 0,02% 0%

Upaya pengendalian populasi Aedes dan fisik. Gambaran upaya pengendalian dan
dan upaya pencegahan kontak dengan vektor pencegahan kontak dengan vektor di area
dilakukan warga di area Pasar Wisata Pasar Wisata Pangandaran tersaji dalam tabel
Pangandaran. Upaya itu meliputi upaya kimia 2.

Tabel 2. Jenis upaya pengendalian dan pencegahan kontak dengan vektor


yang dilakukan oleh warga area Pasar Wisata Pangandaran
No Upaya Pengendalian Prosentase
1 Pemakaian insektisida 82,5%
2 Penggunaan air tanah 3%
3 Menguras bak mandi 7,9%
4 Penggunaan kelambu 6,3%
5 Penggunaan kipas, raket listrik 6,3%
6 Tidak ada 3%

Nyamuk Aedes aegypti bersifat dengan dua puncak gigitan yaitu pagi hari
anthropopilic, aktivitas menggigit nyamuk jam 8:00-9:00 dan sore hari jam 16:00-17:00.
ini biasanya beberapa jam di pagi hari dan Aktivitas menggigit siang hari di kawasan
beberapa jam sebelum hari gelap. Pasar wisata Pangandaran belum di lakukan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pengamatan. Pada penelitian ini hanya
Ae. aegypti ternyata dapat menghisap darah dilakukan kajian mengenai aktivitas
pada malam hari (nokturnal) di Kawasan nokturnal. Hasil penangkapan nyamuk yang
Pasar Wisata Pangandaran. Padahal sejauh dilakukan di area Pasar Wisata Pangandaran
ini penelitian di berbagai tempat yang menunjukkan adanya aktivitas
menyebutkan bahwa Ae. aegypti aktif nokturnal Aedes spp. di sajikan pada tabel 3.
menghisap darah pada siang hari (diurnal)

Tabel 3. Hasil penangkapan nyamuk di area Pasar Wisata Pangandaran


Ae. aegypti Ae. albopictus
Jam penangkapan
UOL UOD UOL UOD
18.00-21.00 2 0 0 0
21.00-24.00 1 1 0 0
24.00-03.00 2 1 0 0
03.00-06.00 0 0 0 0

PEMBAHASAN Pangandaran. Dampak positif adanya objek


wisata Pantai Panganaran antara lain dapat
Keberadaan objek wisata Pantai
membantu perekonomian masyarakat sekitar,
Pangandaran dengan segala fasilitas di
menciptakan lapangan usaha baru bagi
dalamnya memiliki dampak sosial dan
masyarakat sekitar, mengurangi tingkat
ekonomi terhadap masyarakat sekitar Pantai
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 1, Maret 2014 : 33 – 42

pengangguran di daerah sekitar kawasan mengingat ember merupakan sarana


Pantai Pangandaran, menambah pendapatan penampungan air yang sangat murah dan
daerah ( Sari, dkk. 2013). Pasar wisata praktis. Hal ini dikarenakan adanya alih
Pangandaran sebagai salah satu fasilitas fungsi kios di kawasan Pasar Wisata
objek wisata Pantai Pangandaran dibangun Pangandaran yang semula dikhususkan
dengan tujuan untuk menampung para sebagai kios dan dibuat tanpa adanya tempat
pedagang kaki lima (PKL) yang semula penampungan air menjadi tempat tinggal
berjualan di tenda-tenda biru di sisi pantai. para pedagang. Karena kebutuhan akan
Pasar ini tersusun atas kios-kios yang semula sarana MCK untuk keperluan sehari-hari
difungsikan untuk area perdagangan. Setiap memaksa mereka untuk menyediakan tempat
kios tidak dilengkapi dengan MCK maupun penampungan air sederhana seperti ember
sumber air lainnya. Keperluan air dipenuhi atau tempayan bahkan bak mandi sederhana.
dari WC umum yang ada di pinggir areal dari Adanya tempat penampungan air di kawasan
lokasi tersebut. Dalam perjalanannya kios ini adalah merupakan bentuk pelanggaran
yang semula hanya bertujuan sebagai tempat dalam kontrak Hak Guna Bangunan, karena
berjualan ada sebagian yang juga dijadikan seharusnya kios-kios di area ini bebas dari
untuk tempat tinggal dan tempat melakukan sumber air. Keperluan air dipenuhi dari WC
aktifitas sehari-hari. Hal ini disebabkan umum yang ada di pinggir areal dari lokasi
wisatawan yang berkunjung di area ini tidak tersebut. Kenyataan ini menjadi masukan
hanya siang hari tapi juga sampai malam bagi pemegang kebijakan untuk mengetatkan
hari. Sebagian pedagang melayani wisatawan aturan terhadap para pedagang, sehingga
sepanjang hari sehingga kios yang tidak terjadi pelanggaran kontrak hak guna
seharusnya difungsikan khusus untuk bangunan lagi. Selain mengurangi
berdagang oleh sebagian pedagang dijadikan pelanggaran pengetatan aturan juga untuk
juga sebagai tempat tinggal. Sebagian mengurangi jumlah kontainer yang potensial
pedagang mulai membangun sarana MCK untuk perkembangan Aedes spp.
sederhana di kiosnya untuk memenuhi
Spesies nyamuk yang ditemukan
kebutuhan sehari-hari. Aktifitas ini
selama survey berlangsung di area ini adalah
memunculkan adanya tempat-tempat
Ae. aegypti. Penelitian yang dilakukan di
perkembangbiakan Aedes spp. di area ini.
Kecamatan Pangandaran oleh Ipa. et al
Ditemukannya tempat penampungan (2006) juga didapatkan hasil yang sama
air yang menjadi tempat perkembangbiakan dimana spesies nyamuk yang berhasil
nyamuk Aedes sebagai vektor DBD teridentifikasi semuanya Ae. aegypti .
menunjukkan adanya potensi penularan DBD Nyamuk Ae. aegypti banyak terdapat pada
di area ini. Berdasarkan jenisnya kontainer wadah buatan manusia, seperti pada
yang ditemukan adalah bak mandi, ember kontainer air di tempat terbuka, wadah –
untuk penampungan air mandi, ember wadah bekas, pot bunga, ember dan barang
penampungan air di luar rumah, dispenser, barang pecah (Christophers. 1960). Jenis
tempat minum burung dan penampungan air kontainer yang ditemukan di lokasi penelitian
lainnya. Ember untuk penampungan air adalah bak mandi, ember untuk
mandi merupakan jenis kontainer yang paling penampungan air mandi, ember
dominan di daerah survey, yaitu sebanyak penampungan air diluar rumah, dispenser,
55,3 % dari total keseluruhan. Disusul oleh tempat minum burung dan penampungan air
dispenser 31,9%. Hal sama ditemukan juga lainnya. Sebagian besar kontainer tersebut
pada penelitian Ma’mun (2007) di Bantul merupakan kontainer terbuka. Jika melihat
dimana banyak ditemukan kontainer dalam karakteristik dari kontainer yang ditemukan
jenis ember (34,49 %). Berbeda dengan di lokasi penelitian, dapat dipastikan sangat
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh cocok bagi tempat bertelur nyamuk Ae.
Ipa. et.al (2006) di Kecamatan Pangandaran aegypti. Untuk menghindari kontainer-
yang meyebutkan bahwa kontainer yang kontainer ini menjadi tempat
paling dominan ditemukan adalah bak mandi perkembangbiakan Aedes spp. perlu adanya
. penyuluhan kepada masyarakat di area ini
untuk menutup tempat-tempat penampungan
Ditemukannya ember sebagai
air dan mengurasnya sesering mungkin agar
kontainer yang dominan dianggap wajar,
Survey jentik dan aktifitas nokturnal...(Heni P, Rina M, Dewi NH, Mutiara W & Tri W)

nyamuk Aedes tidak sempat berkembangbiak Menurut indikator WHO


di kontainer. Penyuluhan ini juga untuk (Service,1993), indeks jentik yang
meningkatkan pengetahuan masyarakat didapatkan dari hasil survey termasuk dalam
mengenai tempat-tempat lain yang potensial kategori risiko penularan sedang karena
sebagai tempat perkembangbiakan Aedes, berada pada skala 3 sampai 5 yaitu
sehingga populasi Aedes di area ini bisa mempunyai ambang batas HI = 29,8 %, CI =
dikendalikan. 61,4 %, dan BI = 47,7. Resiko penularan
sedang ini jika dibiarkan akan terus
Hasil pengamatan tempat
meningkat mengingat Kasus DBD di
perkembangbiakan Aedes di Pasar Wisata
Kecamatan Pangandaran dari tahun ke tahun
Pangandaran ditemukan 17 bangunan positif
mengalami peningkatan. Mulai dari tidak ada
jentik Aedes dari 57 jumlah bangunan yang
kasus dalam rentang waktu 1998-2002
diperiksa (HI = 29.80 %). Dari 44 jumlah
meningkat 1 kasus di tahun 2003, 4 kasus
kontainer yang diperiksa ditemukan 27
pada tahun 2004, 22 kasus di tahun 2005, 35
kontainer positif jentik ( CI = 61,4 %) dan
kasus di tahun 2006, 10 kasus di tahun 2007,
(BI = 47,7). Bila dibandingan dengan
12 kasus di tahun 2008, 14 kasus di tahun
penelitian yang sama yang dilakukan di area
2009 dan 13 kasus di tahun 2010 (
yang sama oleh Hendri, et al (2010) terdapat
Ruliansyah, 2011). Ditambah adanya fakta
perbedaan hasil, dimana didapatkan indeks
bahwa berdasarkan laporan kegiatan
jentik HI = 29,20 %, CI = 9,30 %, dan BI =
laboratorium penelitian kesehatan Loka
40,6. Hasil penelitian ini menunjukkan ada
Litbang P2B2 Ciamis tahun 2012
peningkatan terutama pada angka CI dan BI,
menyebutkan bahwa dari penyelidikan
yang berarti semakin banyak kontainer yang
epidemiologi yang dilakukan pada 7
ditemukan positif jentik di area ini. Hal ini
penderita DBD di Kecamatan Pangandaran 4
mengindikasikan penurunan upaya
diantaranya menyebutkan mengunjungi Pasar
masyarakat dalam mengendalikan populasi
Wisata Pangandaran seminggu sebelum sakit
Aedes spp. di area ini. Kenyataan ini perlu
(Anonim, 2012).
mendapat perhatian khusus, karena apabila
dibiarkan akan mejadikan area ini sebagai Pasar Wisata Pangandaran
daerah resiko penularan tinggi DBD. merupakan tempat umum dimana semua
orang bisa berinteraksi disitu. Keberadaan
House index merupakan salah satu
virus pada individu yang mengalami viremia
indikator yang digunakan untuk menghitung
dan ketersediaan Aedes spp. dewasa yang
risiko penyebaran penyakit. Indeks ini
mampu berperan sebagai vektor pada saat
memberikan petunjuk tentang persentase
yang bersamaan akan memperbesar potensi
rumah yang positif untuk perkembangbiakan
penularan virus dengue. Dampak dari
dan oleh karena itu menunjukkan populasi
penularan ini tidak serta merta menjadikan
manusia yang berisiko terkena DBD (WHO,
individu terinfeksi sebagai penderita infeksi
2003). Container index mengungkapkan
virus dengue. Hasil penelitian di Jawa Barat
presentase kontainer yang positif jentik
tahun 2008 menunjukkan adanya 30%
Aedes. Daerah tertentu bisa saja mempunyai
individu yang terinfeksi virus dengue namun
sedikit kontainer yang positif jentik, tetapi
tanpa tidak menunjukkan gejala
mungkin penting secara epidemologis karena
(asymtomatis) (Nusa RES, 2008).
menghasilkan jentik dalam jumlah banyak.
Keberadaan penderita asymtomatis ini
Dan sebaliknya, di daerah yang mempunyai
memperbesar peluang penularan di tempat-
banyak kontainer yang positif tetapi hanya
tempat umum, karena penderita tidak merasa
menghasilkan jumlah jentik yang sedikit
sakit sehingga mereka masih dapat
sehingga secara epidemiologis kurang
melakukan aktifitas di luar rumah seperti
berisiko terjadi outbreak (Look, 1985). Dari
biasanya, dan tanpa disadari dengan adanya
ketiga indeks jentik tersebut Breteau Index
vektor di tempat yang mereka kunjungi
merupakan prioritas terbaik yang digunakan
penderita asimtomatik ini menjadi sumber
untuk memperkirakan densitas karena sudah
penularan infeksi virus dengue terhadap
mengkombinasikan keduanya baik rumah
individu lain yang berada di tempat tersebut.
maupun kontainer. (WHO, 2003).
Dalam penelitian ini Ae. aegypti
merupakan spesies tunggal yang ditemukan
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 1, Maret 2014 : 33 – 42

selama survey. Hal ini diduga karena Cibanteng Kabupaten Bogor (2004),
penelitian ini dilakukan di daerah dengan Cangkurawuk Darmaga Bogor (2005, 2007),
bangunan yang cukup rapat dan sedikit ruang Pulau Pramuka, Pulau Pari Kepulauan Seribu
terbuka, sehingga kontainer lebih banyak (2008), Gunung Bugis, Gunung Karang,
ditemukan di dalam ruangan. Di beberapa Gunung Utara Balikpapan (2009) dan
kota yang banyak pepohonan Ae. aegypti dan Kayangan, Lombok Utara (2009) (Hadi, et al
Ae. albopictus hidup bersamaan, namun pada . 2012).
umumnya Ae. aegypti lebih dominan dan
Keberadaan nyamuk di area Pasar
sering tergantung dari jenis perumahan
Wisata Pangandaran mengharuskan
didaerah tersebut (Suroso dan Imron, 2000).
warganya melakukan upaya-upaya
Ae. aegypti bersifat diurnal atau aktif pengendalian vektor dan pencegahan kontak
pada pagi hingga siang hari (Womack, 1993). dengan vektor. Upaya pengendalian vektor
Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai adalah kegiatan yang dilakukan agar tidak
petang dengan dua puncak waktu yaitu ada kontak antara vektor dan manusia pada
setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan suatu lingkungan. Hasil penelitian ini
sebelum matahari terbenam (15.00- 17.00) menunjukkan bahwa dalam upaya
(Djakaria, 2000). Kebiasaan menghisap darah pengendalian vektor dan pencegahan kontak
ini dilakukan berpindah-pindah dari individu dengan vektor, warga Pasar Wisata
satu ke individu lain (Gandahusada, 1998). Pangandaran lebih banyak menggunakan
Penelitian yang dilakukan oleh Hadi et.al insektisida dibandingkan dengan upaya 3 M.
(2012) yang menyebutkan bahwa vektor Penggunaan insektisida terutama penggunaan
DBD tidak hanya aktif menghisap darah di obat nyamuk bakar sangat dominan di
siang hari tetapi juga di malam hari kawasan ini. Hal ini berbeda dengan hasil
menunjukkan adanya perubahan perilaku penelitian Nusa, et al. (2012) di daerah Kota
menggigit Aedes spp. Perubahan perilaku Sukabumi yang menunjukkan bahwa upaya
menggigit Ae. aegypti di area Pasar Wisata yang paling banyak digunakan adalah 3M
Pangandaran juga ditemukan. Berdasarkan sebanyak 267 (35,79%), diikuti penggunaan
hasil penelitian menunjukkan adanya Ae. insektisida bagi nyamuk dewasa sebanyak
aegypti ternyata dapat menghisap darah pada 236 (31,6%), dan terdapat 1,87% yang
malam hari (nokturnal) di area Pasar Wisata menyatakan tidak melakukan upaya untuk
Pangandaran. Aktifitas nocturnal Ae. aegypti pengendalian vektor dan pencegahan kontak
berlangsung malam hari baik di dalam dan di dengan nyamuk. Upaya pengendalian vektor
luar kios melalui metode umpan orang. dan pencegahan kontak dengan vektor
Adanya aktifitas itu terlihat pada jam 18:00- dengan menggunakan insektisida secara terus
21:00 sebanyak 2 Ae. aegypti tertangkap menerus perlu dihindari mengingat dampak
melalui UOL. Pada jam 21:00-24:00 yang disebabkan penggunaan insektisida ini
sebanyak 1 Ae. aegypti tertangkap melalui adalah munculnya resistensi vektor terhadap
UOL dan 1 Ae. aegypti tertangkap melalui insektisida.
UOD. Pada jam 24:00-03:00 sebanyak 2 Ae.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada
aegyti tertangkap melalui metode UOL dan 1
peningkatan terutama pada angka CI dan BI
Ae. aegypti tertangkap melalui metode UOD.
bila dibandingkan penelitian yang dilakukan
Berdasarkan fakta temuan di atas, di area yang sama oleh Hendri, et al (2010).
Ae. aegypti ternyata dapat menghisap darah Hal ini mengindikasikan penurunan upaya
pada malam hari (nokturnal), padahal sejauh masyarakat dalam mengendalikan populasi
ini diketahui bahwa Ae. aegypti aktif Aedes spp. di area ini. Perlu upaya untuk
menghisap darah pada siang hari (diurnal). lebih menggiatkan warga area Pasar Wisata
Informasi ini dapat menjadi dasar agar Pangandaran untuk melakukan kegiatan
pencegahan dari gigitan nyamuk ini harus pemberantasan sarang nyamuk (PSN) atau
dilakukan tidak hanya pada siang hari, tetapi dengan melaksanakan 3 M plus melalui
juga malam hari. Aktifitas nocturnal Ae. penyuluhan atau penyebaran informasi
aegypti juga di temukan di berbagai daerah di tentang DBD. Dengan adanya penyuluhan ini
Indonesia. Ae. aegypti menghisap darah pada diharapkan pengetahuan masyarakat area
malam hari (nokturnal) dari jam 18:00–05:50 Pasar Wisata Pangandaran mengenai
ditemukan di Cikarawang, Babakan, dan keberadaan Aedes sebagai vektor DBD
Survey jentik dan aktifitas nokturnal...(Heni P, Rina M, Dewi NH, Mutiara W & Tri W)

meningkat. Meningkatnya pengetahuan KESIMPULAN


masyarakat mengenai tempat-tempat yang
Spesies Aedes yang ditemukan di
potensial sebagai tempat perkembangbiakan
kawasan pasar wisata Pangandaran adalah
nyamuk menjadikan masyarakat lebih cermat
Aedes aegypti dengan indeks entomologi di
dalam mengendalikan populasi Aedes spp.,
kawasan ini adalah HI = 29,8%; BI=47,7 ; CI
sehingga pengetahuan masyarakat tidak
= 61,4% dan ABJ = 70,2%. Jenis kontainer
hanya terpaku pada bak mandi dan
yang dominan ditemukan dan banyak
penampungan air minum, tetapi ke
ditemukan jentik di kawasan pasar wisata
penampungan air lain seperti pot bunga, vas
Pangadaran adalah ember penampungan
bunga, talang air dan lain-lain.
untuk mandi. Ditemukannya aktifitas Aedes
Pengetahuan masyarakat yang aegypti malam hari mulai jam 18:00-03:00
kurang tentang tempat-tempat baik di dalam dan di luar kios melalui metode
perkembangbiakan Aedes spp. menyebabkan umpan orang.
keberadaan Aedes spp. terus ada. Masyarakat
hanya fokus pada menguras bak mandi dan
tempat-tempat penampungan air minum. SARAN
Padahal di sekitar mereka masih terdapat Saran yang perlu disampaikan adalah
tempat penampungan air yang potensial perlu adanya upaya penyuluhan bagi warga
sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. di area Pasar Wisata Pangandaran untuk tidak
Peningkatan pengetahuan masyarakat merubah fungsi kios menjadi tempat tinggal.
berdampak dalam peningkatan upaya Penyuluhan juga untuk memberikan
pengendalian Aedes spp.. Hal ini informasi seluk beluk penularan DBD dan
diungkapkan Widiasuti dan Yuniarti (2009) tempat potensial perkembangbiakan vektor
dari hasil penelitiannya dimana secara umum DBD. Selain itu diperlukan upaya
pengetahuan masyarakat Dukuh Kenteng, menggiatkan warga dikawasan ini untuk
Kelurahan Tegalrejo, Kota Salatiga melakukan PSN dan meningkatkan upaya
meningkat lebih tinggi sesudah penyuluhan pencegahan kontak dengan vektor baik siang
mengenai DBD dibandingkan dengan maupun malam untuk mengurangi resiko
sebelum penyuluhan. Hal tersebut dapat penularan penyakit DBD.
dipahami bahwa meskipun sebagian besar
masyarakat sibuk berdagang, akan tetapi
mereka mempunyai motivasi tinggi untuk UCAPAN TERIMA KASIH
belajar. Bukan hanya melalui penyuluhan
yang disampaikan oleh petugas kesehatan Ucapan terima kasih disampaikan
akan tetapi pengaruh lain juga dapat kepala instalasi laboratorium kesehatan Loka
memotivasi dan merupakan kegiatan Litbang P2B2 Ciamis, Kepala Puskesmas
penyadaran masyarakat. Pangandaran beserta seluruh jajarannya,
Kelurahan Pananjung, para Ketua RT/RW
Adanya aktifitas penghuni area Pasar dan masyarakat dikawasan pasar wisata
Wisata Pangandaran yang berlangsung siang Pangandaran atas dukungan baik moril
dan malam dan adanya alih fungsi kios maupun materiil sehingga penelitian ini bisa
menjadi tempat tinggal menjadikan area dilaksanakan dengan baik.
Pasar Wisata Pangandaran menjadi tempat
yang potensial bagi perkembangan Aedes
spp.. Potensi ini memungkinkan area Pasar DAFTAR PUSTAKA
Wisata Pangandaran sebagai tempat
penularan DBD mengingat adanya mobilisasi Anonim. 2012. Laporan Kegitan Laboratorium
Penelitian Kesehatan. Loka Litbang P2B2
pengunjung pasar wisata pangandaran yang Ciamis
berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Anonim. 2014. Pengunjung Pangandaran meningkat
Potensi ini semakin besar terjadi mengingat 11,05 persen. Diunduh dari www. Pikiran-
masih kurangnya kesadaran masyarakat rakyat.com/node/264832 pada tanggal 26
Maret 2014
dalam mengendalikan ppulasi Aedes di Christophers SSR. 1960. Aedes aegypti (L) the yellow
sekitar area Pasar Wisata Pangandaran. fever mosquito. London: Cambridge Univ.
Press.
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No 1, Maret 2014 : 33 – 42

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Survei Nurjanah EL. 2011. Pengaruh Kunjungan Pantai
Entomologi Demam Berdarah Dengue. Pangandaran terhadap Peningkatan Ekonomi
Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Para Pedagang. Tugas Akhir. SMAN 2
Penyehatan Lingkungan, Jakarta Cimalaka. Sumedang
Djakaria, 2000. Vektor penyakit virus, riketsia, Nusa RES. 2008. Respon Imunologi virus Dengue di
spiroketa dan bakteri. Dalam: Srisasi G, Propinsi Jawa Barat tahun 2008. Laporan
Herry DI, Wita P, penyunting. Parasitologi Penelitian Loka Litbang P2B2 Ciamis.
Kedokteran. Edisi Ketiga. Balai Penerbit Nusa Roy,R, Prasetyowati H, Nurindra R et al. 2012.
FKUI, Jakarta: 235-237. Pemetaan Model Pengendalian DBD di Kota
Gandahusada, S; D. Henry; Pribadi W. 1998. Sukabumi. Laporan Hasil Penelitian Loka
Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Balai Litbang P2B2 Ciamis.
Penerbit FKUI: Jakarta. Ruliansyah, A. 2011. Pemanfaatan Citra Penginderaan
Gratz NG. 1993. Lessons of Aedes aegypti control in Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk
Thailand. Journal Medicine Veteriner Pemetaan Daerah Rawan Demam Berdarah
Entomology 7:1-10. Dengue (Studi Kasus di Kecamatan
http://dx.doi.org/10.1111/j.1365- Pangandaran Kabupaten Ciamis Propinsi
2915.1993.tb00644.x. Jawa Barat. Thesis. Fakultas Geografi
Hadi UK, Koesharto FX. 2006. Nyamuk. Di dalam: Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Sigit SH, Hadi UK. (Ed.), Hama Permukiman Sari DW, Pramadita FA, Purwadibrata A. 2013.
Indonesia. Pengenalan, Biologi, dan Identifikasi Kawasan Objek Wisata Pantai
Pengendali-an. pp. 23-51. Bogor: Unit Pangandaran dan Pantai Batu Karas. Tugas
Kajian Pengendalian Hama Permukiman. Terstruktur. Jurusan Planologi. Fakultas
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Teknik. Universitas Pasundan. Bandung
Pertanian Bogor. Service, M.W., Mosquito Ecology Field Sampling
Hadi UK, Soviana S, Gunandini D.D. 2012. Aktifitas Methods Scond Edition, Chapman & Hall,
Nocturnal vektor Demam Berdarah Dengue London, 1993
di beberapa daerah di Indonesia. Jurnal Suroso T, Imran, A. 2000. Situasi Penyakit DBD 5
Entomologi Indonesia. Vol 9. No 1, 1-16 tahun Terakhir (1995-1999) diIndonesia dan
Hendri J, Nusa RES, Prasetyowati H. 2010. Tempat Renstra Program Penyakit DBD Tahun 2001-
Perkembangbiakan Nyamuk Aedes spp. Di 2005. Dipresentasikan pada Pertemuan
Pasar Wisata Pangandaran. Aspirator Vol. 2 Demam Berdarah Dengue di Jakarta tahun
No. 1 Tahun 2010 : 23-31 2000.
Ipa, M., Lasut, D., Yuliasih, Y., Delia, T., in : Studi WHO. 1975. Manual on practical in malaria part II.
Perilaku Masyarakat dan Index Jentik Vektor Geneva: WHO
Demam Berdarah Dengue di Kecamatan WHO. 2003. Prevention and control of dengue and
Pangandaran Kabupaten Ciamis, Laporan dengue haemorrhagic fever. New Delhi
Penelitian Loka Litbang P2B2, Ciamis, 2006. India: WHO Regional Publication SEARO.
Look, C.K, Singapore’s Dengue Haemorrhagic Fever WHO. 2004. Dengue alert in South East Asia Region.
Programme : A Case Study On The Succesful New Delhi. World Health Organisation.
Control Of Aedes aegypti And Aedes Regional Office for South East Asia.
albopictus Using Mainly Environmental Available at:
Meassure As A Part Of Integrated Vector http://w3.whosea.orga/index.htm [accessed
Control. Singapore, 1985. 25 August 2004]
Ma’mun, K. 2007. Survei Entomologi Penyakit Widyastuti, U dan Yuniarti, RA. Pengendalian Jentik
Demam Berdarah Dengue Dan Perhitungan Aedes aegypti menggunakan Mesocyclops
Maya Index Di Dusun Kalangan Kelurahan aspericornis melalui partisipasi masyarakat.
Baturetno Kecamatan Banguntapan Media Penelitian. dan Pengembangan.
Kabupaten Bantul : Skripsi Fakultas Kesehatan. Volume XIX . 2009
Kedokteran UGM, Jogjakarta. Womack, M., 1993. The yellow fever mosquito, Aedes
aegypti. Wing Beats. 5(4): 4.

You might also like