Professional Documents
Culture Documents
ID Survey Jentik Dan Aktifitas Nokturnal Ae PDF
ID Survey Jentik Dan Aktifitas Nokturnal Ae PDF
Larvae Survey and Nocturnal Activities of Aedes Spp. in Wisata Pangandaran Market
Heni Prasetyowati1, Rina Marina2, Dewi Nur Hodijah1, Mutiara Widawati1, Tri Wahono1
1
Loka Litbang P2B2 Ciamis
2
Pusat Teknologi Intervervensi Kesehatan Masyarakat
Email: myheraphie@gmail.com
ABSTRACT
Day and night activities in Wisata Pangandaran Market allows the emergence of Dengue transmission.
This study was aim to determine the potential of dengue disease transmission by knowing the entomology
index and Aedes spp nocturnal activity in wisata pangandaran market. This study was an observational
study. The samples in this study were 57 stalls which have been randomly selected. The survey carried out
by using single larvae methods. Larvae were identified in the laboratory of entomology in Loka Litbang
P2B2 Ciamis. Mosquito’s collection was done by human landing and resting collection methods. The
species identified as Aedes aegypti. House Index (HI) was 29,8 %, Bruteu Index (BI) was 47,7%, Container
Index (CI) was 61,4 % and Angka Bebas Jentik (ABJ) was 70,2 %. Container found in the Wisata
Pangandaran Market consist of dispensers, buckets inside bathroom, buckets outside the house, bathroom
basin, bird water reservoir, and other water container besides buckets. Aedes aegypti activity was detected
at night (from hour 18:00 to hour 3:00) both inside and outside the house. The results of the survey showed
that Wisata Pangandaran Market was potential in transmition of dengue virus and included in medium risk
category and Aedes spp. At Wisata’s Market presented a nocturnal activity.
ABSTRAK
Adanya aktifitas sepanjang hari termasuk malam hari di area pasar wisata pangandaran memungkinkan
adanya potensi penularan DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pasar wisata
pangandaran sebagai tempat terjadinya transmisi penularan penyakit DBD dengan mengetahui indeks
entomologi vektor DBD dan aktifitas nokturnal Aedes spp. di kawasan pasar wisata. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional. Sampel dalam penelitian ini adalah 57 kios yang terpilih secara acak.
Survei jentik dilakukan dengan menggunakan single larva methods. Jentik diidentifikasi di laboratorium
entomologi Loka Litbang P2B2 Ciamis. Penangkapan nyamuk dilakukan dengan cara human landing dan
resting collection. Spesies Aedes yang ditemukan adalah Aedes aegypti dengan indeks entomologi House
Indeks (HI) adalah 29,8%, Bruteu Indeks (BI) 47,7 sedangkan Container Indeks (CI) 61,4% dan Angka
Bebas Jentik (ABJ) 70,2%. Jenis kontainer yang ditemukan di kawasan pasar wisata pangadaran meliputi
dispenser, ember penampungan untuk mandi, ember yang terletak diluar, bak mandi, tempat minum burung
dan penampungan air selain ember. Ditemukan aktifitas Aedes aegypti malam hari (18.00-03.00) baik di
dalam dan di luar rumah. Hasil survey menunjukan bahwa pasar wisata berpotensi dan termasuk dalam
kategori risiko penularan sedang. Nyamuk Aedes spp. yang terdapat di pasar wisata menunjukan potensi
untuk beraktifitas di malam hari.
2012 tercatat ada 1,2 juta wisatawan kepadatan jentik, Kecamatan Pangandaran
berkunjung ke Pangandaran. Jumlah ini dikategorikan sebagai daerah risiko
meningkat di tahun 2013 sebesar 11,05 penularan DBD sedang dengan angka HI =
persen dari tahun sebelumnya. Total 29,20 %, CI = 9,30 %, dan BI = 40,6.
kunjungan selama tahun 2013 adalah (Hendri, et al, 2010).
1.552.153 orang dengan perincian jumlah
Di area wisata pantai Pangandaran
wisatawan mancanegara sebanyak 8.587
terdapat tempat yang diperuntukkan khusus
orang dan sisanya adalah wisatawan
untuk para penjual guna memperkenalkan
domestik (Anonim, 2014).
dagangan khas Pangandaran. Tempai ini
Penduduk Pangandaran memiliki berbentuk kumpulan kios yang dinamakan
mata pencaharian beragam. Sebagian besar Pasar Wisata Pangandaran. Tujuan di
dari mereka berprofesi sebagai nelayan bentuknya pasar tersebut adalah sebagai
tradisional yang aktif pada malam hari upaya pemerintah menertibkan para
sedangkan siang hari digunakan untuk pedagang di sekitar pantai Pangandaran.
istirahat. Adanya objek wisata di Sehingga pantai terlihat lebih indah dan dan
Pangandaran menyebabkan banyak penduduk tertata dengan lebih rapi. Pada perjalanannya,
bermukim atau tinggal di sekitar objek kios yang semula hanya bertujuan sebagai
wisata. Hal ini dikarenakan banyak peluang tempat berjualan ada sebagian yang juga
usaha yang dapat digunakan sebagai mata dijadikan untuk tempat tinggal dan tempat
pencaharian, mulai dari berdagang asongan, melakukan aktifitas sehari-hari. Aktifitas ini
pakaian, aksesoris makanan sampai memunculkan adanya tempat-tempat
menyediakan tempat penginapan (Nurjanah, perkembangbiakan potensial untuk vektor
2011). Adanya fasilitas tempat penginapan demam berdarah.
dan perdagangan di sekitar obyek wisata
Aedes aegypti sebagai vektor penular
Pangandaran memungkinkan pengunjung
penyakit DBD menempati habitat domestik
untuk menetap dalam beberapa hari di daerah
terutama penampungan air di dalam rumah
tersebut.
yang tidak berhubungan dengan tanah,
Mobilisasi penduduk dan sedangkan Ae. albopictus berkembang biak
pengunjung di daerah wisata Pangandaran di lubang-lubang pohon, drum, ban bekas
selain meningkatkan kehidupan sosial yang terdapat di luar (peridomestik) (WHO
ekonomi masyarakat juga menjadikan 2004). Di daerah perkotaan habitat Ae.
masyarakat Pangandaran rentan terhadap aegypti dan Ae. albopictus sangat bervariasi
penularan penyakit menular, termasuk tetapi 90% adalah wadah-wadah buatan
diantaranya Demam Berdarah Dengue manusia. Wadah air buatan manusia
(DBD). Kasus DBD di Kecamatan merupakan habitat Ae. aegypti yang potensial
Pangandaran dari tahun ke tahun mengalami di perkotaan (Gratz 1993). Ae. aegypti aktif
peningkatan. Mulai dari tidak ada kasus menghisap darah pada siang hari (diurnal)
dalam rentang waktu 1998-2002 meningkat 1 dengan dua puncak gigitan yaitu jam 08:00-
kasus di tahun 2003, 4 kasus pada tahun 09:00 dan jam 16:00-17:00 (Hadi &
2004, 22 kasus di tahun 2005, 35 kasus di Koesharto 2006).
tahun 2006, 10 kasus di tahun 2007, 12 kasus
Hasil penelitian Hadi et.al (2012)
di tahun 2008, 14 kasus di tahun 2009 dan 13
yang menyebutkan bahwa vektor DBD tidak
kasus di tahun 2010 ( Ruliansyah, 2011).
hanya aktif menghisap darah di siang hari
Kajian mengenai faktor risiko tetapi juga di malam hari. Aktifitas Ae.
penularan DBD di wilayah Pangandaran aegypti dan Ae. albopictus menghisap darah
pernah dilakukan. Pada tahun 2006, kajian pada malam hari (nokturnal) dari jam 18:00–
mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku 05:50 ditemukan di beberapa daerah di
masyarakat Kecamatan Pangandaran Indonesia yaitu Cikarawang, Babakan, dan
menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap Cibanteng Kabupaten Bogor (2004),
masyarakat yang berkaitan dengan upaya Cangkurawuk Darmaga Bogor (2005, 2007),
pencegahan dan pengendalian DBD sudah Pulau Pramuka, Pulau Pari Kepulauan Seribu
baik tapi tindakannya masih buruk (Ipa et al, (2008), Gunung Bugis, Gunung Karang,
2009). Sementara, berdasarkan indeks
Survey jentik dan aktifitas nokturnal...(Heni P, Rina M, Dewi NH, Mutiara W & Tri W)
Gunung Utara Balikpapan (2009) dan adalah semua kios yang ada di lingkungan
Kayangan, Lombok Utara (2009). Pasar Wisata Pangandaran yaitu sebanyak
784 kios yang terbagi ke dalam 98 bangunan.
Adanya aktifitas sepanjang hari baik
Sampel dalam penelitian ini adalah kios
siang maupun malam hari di area Pasar
terpilih. Berdasarkan banyaknya populasi
Wisata Pangandaran selain meningkatkan
kios serta ketentuan HI > 5 % maka sampel
perekonomian masyarakat juga
dalam penelitian ini adalah sebesar 57 kios.
memungkinkan adanya potensi penularan
Yang dimaksud kios adalah satuan bangunan
DBD di area Pasar Wisata Pangandaran.
yang sesuai dengan siteplan Pasar Wisata
Pengunjung pasar wisata berasal dari
Pangandaran dan atau mempunyai surat ijin
berbagai daerah baik dari daerah endemis
untuk mengadakan tindakan jual beli yang
DBD maupun non endemis DBD.
sesuai dengan yang dikeluarkan pemerintah.
Berdasarkan laporan kegiatan laboratorium
Survei jentik dilakukan dengan menggunakan
penelitian kesehatan Loka Litbang P2B2
single larva methods, yaitu mengambil satu
Ciamis tahun 2012 menyebutkan bahwa dari
ekor larva pada setiap kontainer yang
penyelidikan epidemiologi yang dilakukan
ditemukan ada larva, dengan cidukan atau
pada 7 penderita DBD di Kecamatan
gayung plastik atau menggunakan pipet
Pangandaran 4 diantaranya menyebutkan
panjang sebagai sampel, untuk pemeriksaan
mengunjungi Pasar Wisata Pangandaran
spesies jentik (identifikasi) (Depkes RI,
seminggu sebelum sakit (Anonim, 2012).
2002). Semua tempat yang dapat menjadi
Dari fakta di atas dapat diperoleh informasi
tempat perkembangbiakan nyamuk diperiksa
bahwa kawasan pasar wisata mempunyai
(dengan mata telanjang) untuk mengetahui
potensi sebagai tempat terjadinya transmisi
ada tidaknya jentik/pupa. Jika pada
penularan berbagai penyakit termasuk adanya
pandangan pertama tidak ditemukan maka
potensi penularan penyakit DBD yang dapat
tunggu kira kira 1-2 menit untuk memastikan
terjadi baik dari wisatawan ke pedagang
bahwa benar jentik/pupa tidak ada. Jentik
maupun sebaliknya. Penelitian ini bertujuan
yang diambil ditempatkan dalam botol kecil/
untuk mengetahui potensi Pasar Wisata
vial bottle dan memberi label berdasarkan :
Pangandaran sebagai tempat terjadinya
nomor bangunan yang disurvei dan nomor
transmisi penularan penyakit DBD yang
container dalam formulir. Jentik yang
dapat terjadi baik dari wisatawan ke
diperoleh di bawa ke laboratorium
pedagang maupun sebaliknya dengan
entomologi Loka Litbang P2B2 Ciamis untuk
mengetahui indek entomologi vektor DBD
diperiksa spesiesnya. Jentik dimasukkan ke
dan aktifitas nocturnal Aedes spp. di kawasan
cawan petri kemudian dimatikan dengan
Pasar Wisata Pangandaran.
menggunakan air panas. Spesies Aedes spp.
ditentukan berdasarkan kunci identifikasi
larva Aedes spp. Data hasil survei entomologi
BAHAN DAN CARA
dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
Penelitian ini merupakan penelitian Dan hasil survei jentik dihitung dalam indeks
observasional dengan desain crossectional. jentik yaitu House Indeks (%), Container
Survey dilakukan di area Pasar Wisata Indeks (%) dan Breteau Indeks (%), dengan
Pangandaran. Populasi dalam penelitian ini rumus :
HI = x 100%
CI = x 100%
BI = x 100%
(nyamuk istirahat) dari jam 18:00 sampai dibangun pada tahun 2002. Tujuan dari
dengan jam 06:00 di dalam dan di luar kios pembangunan pasar ini adalah untuk
(WHO 1975). Penangkapan nyamuk menampung para pedagang kaki lima (PKL)
dilakukan dengan cara menempatkan yang semula berjualan di tenda-tenda biru di
kolektor untuk umpan, duduk di dalam atau sisi pantai. Mulai dari yang berjualan makan
di luar kios. Kolektor menangkap nyamuk minum, pakaian pantai, suvenir dan
yang hinggap atau menggigit dengan sebagainya. Dengan direlokasinya para PKL
menggunakan aspirator. Penangkapan tersebut diharapkan keindahan, kebersihan
nyamuk dilakukan oleh enam orang kolektor serta ketertiban pantai lebih terjaga. Jumlah
pada tiga kios, masing-masing kios terdiri kios yang terdapat di Pasar Wisata
atas satu kolektor di dalam kios dan satu Pangandaran sebanyak 784 kios yang
orang di luar kios. Setiap jam penangkapan dibangun dalam 98 atap bangunan dengan
terdiri atas 50 menit, 10 menit digunakan jenis bangunan merupakan bangunan semi
untuk menangkap nyamuk istirahat di permanen. Luas areal Pasar Wisata
dinding dan sekitarnya. Nyamuk yang Pangandaran adalah 59.900 m2. Berdasarkan
tertangkap dimasukkan dalam paper cup dan data tahun 2003 sebanyak 628 kios sudah
dibedakan setiap jam. Nyamuk yang resmi dimiliki untuk tempat berjualan. Saat
tertangkap kemudian diidentifikasi di bawah ini informasi mengenai jumlah pasti dari
mikroskop. pemilik kios pasar tersebut sulit diperoleh.
Pada awalnya setiap kios tidak dilengkapi
dengan MCK maupun sumber air lainnya.
HASIL Keperluan air dipenuhi dari WC umum yang
Pasar Wisata Pangandaran terletak di ada di pinggir areal dari lokasi tersebut.
Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran
Hasil pemeriksaan jentik di Pasar (HI) = 29,8%, Bruteu Indeks (BI) = 47,7
Wisata Pangandaran menunjukkan bahwa sedangkan Container Indeks (CI) = 61,4%
spesies Aedes yang ditemukan adalah Ae. dan Angka Bebas Jentik (ABJ) = 70,2%.
aegypti dengan indeks entomologi area Pasar Berdasarkan jenis kontainer yang ditemukan
Wisata Pangandaran adalah House Indeks selama survey, terdapat beberapa jenis
Survey jentik dan aktifitas nokturnal...(Heni P, Rina M, Dewi NH, Mutiara W & Tri W)
kontainer dan kontainer yang positif jentik yang disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Jenis kontainer dan kontainer yang positif jentik di Pasar Wisata Pangandaran
Jenis Kontainer Prosentase Prosentase yang positif jentik
Ember penampungan untuk mandi 53,2% 44,4%
Dispenser 31,9% 40%
Ember yang terletak diluar 0,02% 3,7%
Bak mandi 0,06% 11,11%
Tempat minum burung 0,02% 0%
Penampungan air selain ember 0,02% 0%
Upaya pengendalian populasi Aedes dan fisik. Gambaran upaya pengendalian dan
dan upaya pencegahan kontak dengan vektor pencegahan kontak dengan vektor di area
dilakukan warga di area Pasar Wisata Pasar Wisata Pangandaran tersaji dalam tabel
Pangandaran. Upaya itu meliputi upaya kimia 2.
Nyamuk Aedes aegypti bersifat dengan dua puncak gigitan yaitu pagi hari
anthropopilic, aktivitas menggigit nyamuk jam 8:00-9:00 dan sore hari jam 16:00-17:00.
ini biasanya beberapa jam di pagi hari dan Aktivitas menggigit siang hari di kawasan
beberapa jam sebelum hari gelap. Pasar wisata Pangandaran belum di lakukan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pengamatan. Pada penelitian ini hanya
Ae. aegypti ternyata dapat menghisap darah dilakukan kajian mengenai aktivitas
pada malam hari (nokturnal) di Kawasan nokturnal. Hasil penangkapan nyamuk yang
Pasar Wisata Pangandaran. Padahal sejauh dilakukan di area Pasar Wisata Pangandaran
ini penelitian di berbagai tempat yang menunjukkan adanya aktivitas
menyebutkan bahwa Ae. aegypti aktif nokturnal Aedes spp. di sajikan pada tabel 3.
menghisap darah pada siang hari (diurnal)
selama survey. Hal ini diduga karena Cibanteng Kabupaten Bogor (2004),
penelitian ini dilakukan di daerah dengan Cangkurawuk Darmaga Bogor (2005, 2007),
bangunan yang cukup rapat dan sedikit ruang Pulau Pramuka, Pulau Pari Kepulauan Seribu
terbuka, sehingga kontainer lebih banyak (2008), Gunung Bugis, Gunung Karang,
ditemukan di dalam ruangan. Di beberapa Gunung Utara Balikpapan (2009) dan
kota yang banyak pepohonan Ae. aegypti dan Kayangan, Lombok Utara (2009) (Hadi, et al
Ae. albopictus hidup bersamaan, namun pada . 2012).
umumnya Ae. aegypti lebih dominan dan
Keberadaan nyamuk di area Pasar
sering tergantung dari jenis perumahan
Wisata Pangandaran mengharuskan
didaerah tersebut (Suroso dan Imron, 2000).
warganya melakukan upaya-upaya
Ae. aegypti bersifat diurnal atau aktif pengendalian vektor dan pencegahan kontak
pada pagi hingga siang hari (Womack, 1993). dengan vektor. Upaya pengendalian vektor
Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai adalah kegiatan yang dilakukan agar tidak
petang dengan dua puncak waktu yaitu ada kontak antara vektor dan manusia pada
setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan suatu lingkungan. Hasil penelitian ini
sebelum matahari terbenam (15.00- 17.00) menunjukkan bahwa dalam upaya
(Djakaria, 2000). Kebiasaan menghisap darah pengendalian vektor dan pencegahan kontak
ini dilakukan berpindah-pindah dari individu dengan vektor, warga Pasar Wisata
satu ke individu lain (Gandahusada, 1998). Pangandaran lebih banyak menggunakan
Penelitian yang dilakukan oleh Hadi et.al insektisida dibandingkan dengan upaya 3 M.
(2012) yang menyebutkan bahwa vektor Penggunaan insektisida terutama penggunaan
DBD tidak hanya aktif menghisap darah di obat nyamuk bakar sangat dominan di
siang hari tetapi juga di malam hari kawasan ini. Hal ini berbeda dengan hasil
menunjukkan adanya perubahan perilaku penelitian Nusa, et al. (2012) di daerah Kota
menggigit Aedes spp. Perubahan perilaku Sukabumi yang menunjukkan bahwa upaya
menggigit Ae. aegypti di area Pasar Wisata yang paling banyak digunakan adalah 3M
Pangandaran juga ditemukan. Berdasarkan sebanyak 267 (35,79%), diikuti penggunaan
hasil penelitian menunjukkan adanya Ae. insektisida bagi nyamuk dewasa sebanyak
aegypti ternyata dapat menghisap darah pada 236 (31,6%), dan terdapat 1,87% yang
malam hari (nokturnal) di area Pasar Wisata menyatakan tidak melakukan upaya untuk
Pangandaran. Aktifitas nocturnal Ae. aegypti pengendalian vektor dan pencegahan kontak
berlangsung malam hari baik di dalam dan di dengan nyamuk. Upaya pengendalian vektor
luar kios melalui metode umpan orang. dan pencegahan kontak dengan vektor
Adanya aktifitas itu terlihat pada jam 18:00- dengan menggunakan insektisida secara terus
21:00 sebanyak 2 Ae. aegypti tertangkap menerus perlu dihindari mengingat dampak
melalui UOL. Pada jam 21:00-24:00 yang disebabkan penggunaan insektisida ini
sebanyak 1 Ae. aegypti tertangkap melalui adalah munculnya resistensi vektor terhadap
UOL dan 1 Ae. aegypti tertangkap melalui insektisida.
UOD. Pada jam 24:00-03:00 sebanyak 2 Ae.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada
aegyti tertangkap melalui metode UOL dan 1
peningkatan terutama pada angka CI dan BI
Ae. aegypti tertangkap melalui metode UOD.
bila dibandingkan penelitian yang dilakukan
Berdasarkan fakta temuan di atas, di area yang sama oleh Hendri, et al (2010).
Ae. aegypti ternyata dapat menghisap darah Hal ini mengindikasikan penurunan upaya
pada malam hari (nokturnal), padahal sejauh masyarakat dalam mengendalikan populasi
ini diketahui bahwa Ae. aegypti aktif Aedes spp. di area ini. Perlu upaya untuk
menghisap darah pada siang hari (diurnal). lebih menggiatkan warga area Pasar Wisata
Informasi ini dapat menjadi dasar agar Pangandaran untuk melakukan kegiatan
pencegahan dari gigitan nyamuk ini harus pemberantasan sarang nyamuk (PSN) atau
dilakukan tidak hanya pada siang hari, tetapi dengan melaksanakan 3 M plus melalui
juga malam hari. Aktifitas nocturnal Ae. penyuluhan atau penyebaran informasi
aegypti juga di temukan di berbagai daerah di tentang DBD. Dengan adanya penyuluhan ini
Indonesia. Ae. aegypti menghisap darah pada diharapkan pengetahuan masyarakat area
malam hari (nokturnal) dari jam 18:00–05:50 Pasar Wisata Pangandaran mengenai
ditemukan di Cikarawang, Babakan, dan keberadaan Aedes sebagai vektor DBD
Survey jentik dan aktifitas nokturnal...(Heni P, Rina M, Dewi NH, Mutiara W & Tri W)
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Survei Nurjanah EL. 2011. Pengaruh Kunjungan Pantai
Entomologi Demam Berdarah Dengue. Pangandaran terhadap Peningkatan Ekonomi
Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Para Pedagang. Tugas Akhir. SMAN 2
Penyehatan Lingkungan, Jakarta Cimalaka. Sumedang
Djakaria, 2000. Vektor penyakit virus, riketsia, Nusa RES. 2008. Respon Imunologi virus Dengue di
spiroketa dan bakteri. Dalam: Srisasi G, Propinsi Jawa Barat tahun 2008. Laporan
Herry DI, Wita P, penyunting. Parasitologi Penelitian Loka Litbang P2B2 Ciamis.
Kedokteran. Edisi Ketiga. Balai Penerbit Nusa Roy,R, Prasetyowati H, Nurindra R et al. 2012.
FKUI, Jakarta: 235-237. Pemetaan Model Pengendalian DBD di Kota
Gandahusada, S; D. Henry; Pribadi W. 1998. Sukabumi. Laporan Hasil Penelitian Loka
Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Balai Litbang P2B2 Ciamis.
Penerbit FKUI: Jakarta. Ruliansyah, A. 2011. Pemanfaatan Citra Penginderaan
Gratz NG. 1993. Lessons of Aedes aegypti control in Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk
Thailand. Journal Medicine Veteriner Pemetaan Daerah Rawan Demam Berdarah
Entomology 7:1-10. Dengue (Studi Kasus di Kecamatan
http://dx.doi.org/10.1111/j.1365- Pangandaran Kabupaten Ciamis Propinsi
2915.1993.tb00644.x. Jawa Barat. Thesis. Fakultas Geografi
Hadi UK, Koesharto FX. 2006. Nyamuk. Di dalam: Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Sigit SH, Hadi UK. (Ed.), Hama Permukiman Sari DW, Pramadita FA, Purwadibrata A. 2013.
Indonesia. Pengenalan, Biologi, dan Identifikasi Kawasan Objek Wisata Pantai
Pengendali-an. pp. 23-51. Bogor: Unit Pangandaran dan Pantai Batu Karas. Tugas
Kajian Pengendalian Hama Permukiman. Terstruktur. Jurusan Planologi. Fakultas
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Teknik. Universitas Pasundan. Bandung
Pertanian Bogor. Service, M.W., Mosquito Ecology Field Sampling
Hadi UK, Soviana S, Gunandini D.D. 2012. Aktifitas Methods Scond Edition, Chapman & Hall,
Nocturnal vektor Demam Berdarah Dengue London, 1993
di beberapa daerah di Indonesia. Jurnal Suroso T, Imran, A. 2000. Situasi Penyakit DBD 5
Entomologi Indonesia. Vol 9. No 1, 1-16 tahun Terakhir (1995-1999) diIndonesia dan
Hendri J, Nusa RES, Prasetyowati H. 2010. Tempat Renstra Program Penyakit DBD Tahun 2001-
Perkembangbiakan Nyamuk Aedes spp. Di 2005. Dipresentasikan pada Pertemuan
Pasar Wisata Pangandaran. Aspirator Vol. 2 Demam Berdarah Dengue di Jakarta tahun
No. 1 Tahun 2010 : 23-31 2000.
Ipa, M., Lasut, D., Yuliasih, Y., Delia, T., in : Studi WHO. 1975. Manual on practical in malaria part II.
Perilaku Masyarakat dan Index Jentik Vektor Geneva: WHO
Demam Berdarah Dengue di Kecamatan WHO. 2003. Prevention and control of dengue and
Pangandaran Kabupaten Ciamis, Laporan dengue haemorrhagic fever. New Delhi
Penelitian Loka Litbang P2B2, Ciamis, 2006. India: WHO Regional Publication SEARO.
Look, C.K, Singapore’s Dengue Haemorrhagic Fever WHO. 2004. Dengue alert in South East Asia Region.
Programme : A Case Study On The Succesful New Delhi. World Health Organisation.
Control Of Aedes aegypti And Aedes Regional Office for South East Asia.
albopictus Using Mainly Environmental Available at:
Meassure As A Part Of Integrated Vector http://w3.whosea.orga/index.htm [accessed
Control. Singapore, 1985. 25 August 2004]
Ma’mun, K. 2007. Survei Entomologi Penyakit Widyastuti, U dan Yuniarti, RA. Pengendalian Jentik
Demam Berdarah Dengue Dan Perhitungan Aedes aegypti menggunakan Mesocyclops
Maya Index Di Dusun Kalangan Kelurahan aspericornis melalui partisipasi masyarakat.
Baturetno Kecamatan Banguntapan Media Penelitian. dan Pengembangan.
Kabupaten Bantul : Skripsi Fakultas Kesehatan. Volume XIX . 2009
Kedokteran UGM, Jogjakarta. Womack, M., 1993. The yellow fever mosquito, Aedes
aegypti. Wing Beats. 5(4): 4.