Suprapti : Studi Mutu Dan Citarasa Biji Kopi
‘STUDI MUTU DAN CITARASA BWI KOPI SULAWESI SELATAN
DI TINGKAT PEDAGANG PENGUMPUL KABUPATEN,
A Study of Quality and Flavor of South Sulawesi Coffee Beans in the Regencial Collector Level
Suprapti
Balai Riset dan Standardisasi Indag Makassar
Ji Racing Centre No. 28 Makassar, 90231
ABSTRACT: A Study of quality and flavor of South Sulawesi robusta coffee beans in the
regencial collectors level has been conducted. Samples taken randomly from production
centers of Majene, Luwu, Tana Toraja, Wajo, Pinrang, and Polmas regencies. The quality of
coffee beans was analyzed based on SNI 01 - 2907 - 1999 for dry processing coffee beans.
The results showed that 33,3 % of coffee beans did not comply with the SNI 01 - 2907 - 1999,
By the quality, the coffee beans not included in the quality 1 oF 2, butin quality 3, 4a, 4b, and 5.
By flavor, the coffee beans scores were 2-2,6 (low mediumt-medium), acidity were',6-1,8 (iow
low medium), "body" were 1,6-2,3 (low-low medium), fermented were 0-0,9, while earthy,
mouldy, and musty score were 0-0,6 (low),
Keywords: quality, flavor of coffee beans.
ABSTRAK: Studi mutu dan citarasa bili Kopi robusta Sulawesi Selatan di tingkat pedagang
Pengumpul kabupaten telah dilakukan. Studi dilakukan pada tahun 2004. Biji kopi diambii
secara acak dari sentra-sentra produksi Kabupaten Majene, Luwu, Tana Toraja, Wajo,
Pinrang dan Polmas. Mutu bij kopi dianalisis berdasarkan SNI 01 - 2907 - 1999 untuk kopi
pengolahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33,3% biji kopi Sulawesi Selatan
‘idak memenul syarat mutu bij kopi. Ditinjau dari syarat mutu bij berdasarkan nilai cacat, bij
Kopi Sulawesi Selatan tidak memenwhi rutu 1 dan 2 tetapi hanya termasuk mutu 3, 4a, 4b,
dan 5. Ditinjau dari citarasa, aroma biji kopi menunjukkan skor 2 - 2.6 : (rendah’sedang
sedang) : keasaman_menunjukkan skor : 1,6 - 1,8(rendah_rendah sedang) ; body biji Kopi
‘menunjukkan skor: 1,6 -2,3: (rendah-tendah sedang) ; fermented menunjukkan skor :0-0,9
(rendah) serta earthy, mouldy dan musty skornyaQ-0,6 (rendah),
Kata kunci: mutu,cteresa bi kop
PENDAHULUAN
Sulawesi Selatan kaya akan_hasil
perkebunan sebagai penghasil devisa
negara non migas. Salah satu hasil
perkebunan adalah biji kopi yang merupakan
komoditi unggulan daerah ini. Jenis kopi yang
dikembangkan di Sulawesi Selatan adalah
opi arabika dan robusta. Kopi arabika yang
terkenal adalah Celebes coffee, kopi Kalosi
dan kopi Toraja, yang akhir-akhir ini banyak
dikembangkan sebagai cerdera mata dalam
bentuk kopi bubuk dalam kemasan ukiran
bambu Toraja.
Pada tahun 2004 luas areal tanaman kopi
robusta di Sulawesi Selatan 28.603,90 Ha
dengan produksi 15.930,76 ton. Sebagian
besar dihasilkan dari Kabupaten Luwu Utara,
Tana Toraja, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng dan
Pinrang. Luas areal tanaman kopi arabika di
Sulawesi Selatan pada tahun yang sama
tercatat_35.592,00 Ha dengan produksi
15.101,92 ton, sebagian besar dari Kabupaten
Tana Toraja, ‘Sinjai, Jeneponto, Gowa dan
Enrekang, (Anonim, 2004).
Meskipun sebagian telah diekspor ke
mancanegara, kualitas biji kopi Sulawesi
Selatan sebagian besar belum memenuhi
Diterbitkan oleh Balat Riset dan Standardisasi Indag Makassar 1Majalah Kimia Vol . 34 No. 1, Juni 2006 : 4-5
standar kualitas ekspor. Masalah rendahnya
‘mutu biji Kopi atau tidak konsistennya mutu
biji Kopi, terutama dari biji Kopi yang
dihasilkan oleh perkebunan rakyat.
Bagi perninum kopi, rilai suatu kopi dalam
snemberi kenikmatan dan kepuasan ditentukan
oleh flavor, aroma dan pengaruh fisiologis serta
psikologis yang ditimbulkannya, oleh karena itu
faktor mutu sangat penting. Mutu adalah
gabungan sifat-sifat khas yang dapat
membedakan masing-masing satuan dari suatu
bahan atau barang dan mempunyai pengaruh
nyata didalam menentukan derajat penerimaan
konsumen terhadap bahan atau barangtersebut
(lsmayaci, 2000).
Secara umum, faktor-faktor yang
menentukan mutu.biji Kopi mencakup faktor
komoditas, fisiologis, agronomis, teknologis dan
sosial ekonomisinon teknis. Karakteristk kopi
‘sangat kampleks dan sampai saat inihanya dapat
dinilai berdasarkan uj inderawi, karena belum
tersedia metode penilaian kuantitatif
menggunakan alat yang dapat digunakan untuk
menilai karakter kopi secara penuh. Beberapa
komponen Kimiawi tertentu dinilai dapat
digunakan sebagai salah satu acuan dalam
penilaian karakter Kopi, tetapi karena
Kompleksnya karakter kopi_ maka penilaian
berdasarkan uji kimiawi tersebut belum dapat
menggantikan uji organoleptik. Penilaian secara
kuantitatif dinilai relatif masin mahal dan
prosedumya lebin rumit dibanding dengan
penilaian organoleptik(Ismayaci, 2000),
Di daerah Sulawesi Selatan pengolahan
biji opi dilakukan dengan cara basah dan
cara keting. Pada umumnya kopi robusta
diolah dengan cara kering yaitu buah kopi
yang telah dipetik langsung dikeringkan
dengan panas matahari, setelah kering
dikupas kulitnya dengan cara ditumbuk atau
dengan alat pengupas kulit. Selain itu juga,
buah yang dipetik dimemarkan dahulu kulit
‘uahnya dengan cara ditumbuk dengan alat
penumbuk dari kay setelah itu dikeringkan
dan selanjutnya dikupas kulitnya dengan cara
ditumbuk atau dengan alat pengupas kult
kopi. Sedangkan kopi arabika diproses
dengan cara basah yaitu dengan cara
mengupas kulit buah, biji dikeringkan baik
dengan matahari maupun alat pengering,
selanjutnya kulit tanduk dikupas dengan cara
ditumbuk atau dengan alat pengupas kulit
dan sortasikering. (Hardiman, et, al., 1980).
Untuk memastikan mutu dan citarasa bij
kopi Sulawesi Selatan khususnya di tingkat
pedagang pengumpul kabupaten maka
dilakukan penelitian mutu dan citarasa biji
kopi robusta dengan cara mengambil contoh
dari pedagang pengumpul kabupaten pada
sentra-sentra produksi biji kopi dan
melakukan pengujian mutu dengan mengacu
pada syarat mutu bili Kopi SNI 01 - 2907 -
1999 dan citarasa biji Kopi. Penelitian ini
dilakukan selama kurun waktu tahun 2004.
METODOLOGI
A. Bahan danAlatPenelitian
Bahan baku yang digunakan adalah bili
kopi robusta dari pedagang pengumpul
kabupaten pada sentra-sentra produksi biji
Kopi robusta di Sulawesi Selatan yaitu
Majene, Luwu. Tana Toraja, Wajo, Pinrang
dan Palmas selama kurun waktu 2004.
Peralatan yang digunakan adalah aven
listrik, timbangan analitik, eksikator, cawan
petridish, kaca arioji, ayakan biji Kopi dan alat-
alat lainnya untuk analisis.
B. Metode Penelitian
Biji kopi yang digunakan untuk penelitian
disampling secara acak dari masing-masing
sentra, selanjutnya dianalisis sesuai
parameter uji yang digunakan yaitu SN 01-
2907 - 1999 di laboratorium Balai Riset dan
Standardisasi Industri Makassar, khusus
untuk uji citarasa biji Kopi dilakukan di Balai
Penghujian Mutu Barang Jakarta,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis mutu dan uji citarasa bij
kopi robusta di tingkat pedagang pengumpul
dari. masing-masing sentra produksi
ditampilkan pada Tabel 1, 2, dan3.
2 Diterbitkan oleh Balai Riset dan Standardisasi Indag Makassar1 Studi Mutu Dan: Citarasa Biji Kopi
Dari Tabel 1 dapat dilthat bahwa biji kopi
robusta asal Tana Toraja dan Pinrang tidak
memenuhi syarat SNI 01 - 2907 - 1999 karena
kadar aimya masing-masing 13,8% dan 14,3%
Ditinjau dari kadar kotoran, biji Kopi dari Tana
Toraja dan Pinrang masing-masing 1,4% dan
4,1% tidak memenuhi syarat SNI_ 01 - 2907 -
1999 yang mensyaratkan kadar kotoran
maksimum 0,5% pengolahan kering SNI 01 -
2907 - 1999 (Tabel 1). Secara umum 33,3% bili
Kopi Sulawesi Selatan pada tingkat pedagang
pengumpultidakmemenuinisyarat
Penyebab biji_kopi_ tidak memenvhi
syarat SNI 01 - 2907 - 1999 karena adanya
kotoran dan kadar air biji kopi. Hal ini
disebabkan Karena tidak dilakukannya
sortasi kering biji kopi. Kadar air biji kopi dari
Tana Toraja dan Pintang tidak memenuhi
syarat disebabkan karena pengeringan buah
kopi yang tidak sesuai. Ditinjau dari
parameter biji kopi berbau busuk dan berbau
kapang, serangga hidup, biji lolos ayakan
3mm x 3mm dan biji ukuran besar, lolos
ayakan 56m x 5,6mm, semua sampel
memenuhi syarat mutu SN(O01 - 2907-1999,
Pada Tabel 2 penggolongan mutu biji koni
berdasarkan nilai cacat menunjukkan bahwa
biji Kopi dari Wajo termasuk mutu 3, Luwu
termasuk mutu 4a, Majene termasuk mutu 4b,
dan Tana Toraja, Pinrang dan Polmas
termasuk mutu 5. Dengan demikian tidak ada
contoh uji yang diambil dari pedagang
Tabel 1. Hasil analisis mutu bij kopi den syarat mutu bijikopi pengolahan kering,
| No. Jenis Uji Satuan | Persyaratan | Majene | Luwu | Wajo | Pinrang | Poimas
| | baw | tora |
+ | Bi berbaubusuk | - | Twakade | Teak | Tidak | Tidak | Tidak | Tidak | Took
| Ban berbau kenang ‘ada | ‘ada | ada | ada | oda | aca
2. | Serenaga hidup > | Tidakada | Tidak | Tidak | Tidak | Tidak | Taek | Tidok
| ada | ede | ada | ‘ada | ada | ada
3 [Kedarar ea) | _% | Masts | 6 | a7 | ise | 123 | 13 | 109
[Ta Tkedarkotoran i) | % | Make 0s | 0 | 0 [14] 0 | 11 | 02
S. | Bi oles ayakan % | Mass | o | 0 | 0] 0 | 0 ) a |
ukuran arm x
mm (ob) |
@ | Bijukuren beeen | % | Make.6 o [as fo | 06 | 0
lols ayakan
tkwran 56mm x
{| Sem ers |
Tabel 2. Hasit analisis mutu biji kopi berdasarkan nilai cacat.
- 7 Total Nilai Cacat
Mut ‘Syare ie
C3 yar Mis Majene | Luwu| Tana | Wajo | Pinrang] Polmas
s Torala
‘Mulu 1 | Jamlah nila cacat maksimur 11
‘Mulu2 | Jumlah ill cacatantara 12-25 i
Mutu 3 Jumlah nilai cacat antara 26 - 44 35,75 | |
Mutu 4a__| Jumlah nila cacat antara 45 - 60 451
“Mutu 40 | Jumian nla cacat antara 61-80 | 634 t L
Mutu 5 Jumiah nilai cacat antara 81 - 150 132,2_| N29 148.6
‘Mutu | Jumiah rill caeatentara 151-225 | }
Diterbitkan oleh Balai Riset dan Standar
indag MakassarMajalah Kimia Vol . 34 No. 1, Juni 2006: 1-5
pengumpul kabupaten yang memenuhi mutu 1
atau 2. Hal ini disebabkan Karena contoh ui bij
kopi banyak mengandung hii hitam sebagian,
biji cokelat, bi pecah, bili hitam pecah, bij
berlubang satu, biji beriubang lebih dari satu,
‘bij nuda, Kult kopi (husk) ukuran besar dan
‘sedang, biji berkulit tanduk, Kulit tanduk ukuran
sedang dan kecil, dan adanya ranting dan batu.
Penyebab cacat pada biji Kopi antara lain
akipat faktor pra panen yang meliputi bijiterserang
hama penyakit dan faktor genetik, faktor
kesalahan pengolahan dan penanganan bij kopi.
Bij pecah dapat disebabkan karena pengupasan
‘ult yang tidak sempurna Sedangkan biji cokelat
mungkin pengeringan terialu lama, buah terlalu
masak atau. buah terfermentasi. Biji_hitam
disebabkan karena buah terlalu masak atau mati
atau terserang penyakit. Biji berlubang
disebabkan karena tersetang bubuk buah di
pertanaman atau terserang hama gudang. Bij
berkulit tanduk disebabkan karena biji tidak
‘erkupas sempuma pada saat pengupasan kui.
Adanya kulit tanduk, ranting, tanah atau batu
mungkin disebabkan Karena bj Kopi tidak
disortasi secara baik.
abel, Hasilujicitarasa bij Kopi.
Fy Tol ee]
No.) Asal Contoh Aroma | Acidity | Body | Fermented | mouly
e L 23 | 16
a8
@ [Pag | 28 | 03 ta [a7
a Teas pets tf tae
Keterangan: Skore O=nore 3=mesium
4=low 4=highmedium
2=lowmedium 5=high
Dari Tabel 3 dapat dihat bahwa aroma bij
opi si tingkat pedagang pengumpul kabupaten
hanya pada skor antara 2 - 26 : low medium
sampai medium. Hal ini dapat disebabkan
karena rilai cacat biji Kopi yang tinggi citandai
dengan adanya bij hitam, biji hitam sebagian,
dan bij hitam pecah seperti ditunjukkan pada
Tabel 2 dimana nhal-hal tersebut akan
‘menyebabkan aroma/fiavor kopi menjadilemah.
‘Tingkat keasaman (acidity) biji kop berada
pada skor antara 1,6 - 1,8 = low - low medium,
adanya asam asetat, asam malat, asam sitrat
dan asam fosfat sangat penting pada
pembentukan komponen citarasa acidity bij
kopi. Body bij Kopi semua contoh berada antara
1,6-2,3: low- low medium, Adanya karbohidrat
dalam biji Kopi ini yang bertanggung jawab
tethadap terjadinya wama coklat pada kopi
disangrai serta sangat berperan pada
pembentukan komponen-komponen volatil dan
memperkuat body. Kandungan kafein biji Kopi
member sumbangan pada body dan kekentalan
seduhan kopi. Fermented biji kopi semua
sampel antara 0 - 0,9 : low. Hal ini dapat
disebabkan adanya ester-ester asam
karboksilat pada biji kop! menunjukkan adanya
cacat fermented dengan citarasa busuk (cacat
stinker). Cacat stinker disebabkan antara lain
oleh fermentasi alkohol oleh Saccharomyces
cerevisiae, fetmentasi terlalu panjang,
fermentasi tak tetkontrol atau pengoiatian terial
lambat (Ismayadi, 2000)
Earthy, mouldy dan musty bili kopi
berada antara 0 - 0,6 : low. Hal ini dapat
disebabkan karena biji berlubang, bij hitam,
biji berjamur, juga karena pengeringan dan
penyimpanan yang kurang baik
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimputan
Dari hasil
disimpulkan bahwa
1. Biji Kopi Sulawesi Selatan pada tingkat
pengumpul kabupaten tahun 2004 33,3%
tidak memenuhi syarat mutu bili kopi
pengolahan kering SNI 01 - 2907 - 1999.
2. Ditinjau dari syarat_mutu_biji kopi
berdasarkan nilai cacat SNIO1 -2907 -1999
biji Kopi Sulawesi Selatan tidak ada yang
‘memenuhi mutu 1 dan 2. Biji kopi Sulawesi
Selatan termasuk mutu 3, 4a, 4b dan5
3. Ditinjau dari uji citarasa biji Kopi, biji kopi
‘Sulawesi Selatan menunjukkan skor aroma
2 - 2,6 (rendah sedang - sedang), skor
keasaman : 4,6 - 1.8 (rendah - rendah
penel dapat
an ini
4 Diterbitkan oleh Balai Riset dan Standatdisasi Indag MakassarSuprapti : Studi Mutu Dan Citarasa Biji Kopi
sedang), skor body 1,6 - 2,3 (rendah
rendah sedang) : skor fermented 0 - 0,9
(fendah) dan skor earthy, mouldy dan
musty: 0-0,6(sendah)
B. Saran
Untuk meningkatkan dan memperbaiki
mutu. biji kopi Sulawesi Selatan perlu
ditingkatkan penguasaan dan penerapan
teknologi pengolahan biji kopi pada tingkat
petani supaya mutu biji kopi yang dihasilkan
memenuhi syarat mutu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Sulawesi Selatan dalam
Angka
Anonim, 2000, Beberapa Faktor yang
Berpengaruh terhadap Mutu Kopi, Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
Jember.
Hardiman dan BxKartike.-1960, Pedoman
Pemungytan dare, Pengolahan Hasil-hasil
Pérkebun&n, Kerjasama Dirjen Perkebutian
Dept. Pertanian dengan Fak. Teknologi
Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Ismayadi, C, 2000, Karakteristik dan
Deskripsi Citarasa Kopi, Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia.
Sivetz, M.dan FH Elliot, 1963, Coffeee
Processing Technology Vol One, The AVI
Publishing Company Inc, Westport
Connecticut.
Sivetz, M dan N.Desrosier,W, 1974, Coffee
Technology, AVI Publishing Company Inc
Westport, Connecticut.
Diterbitkan oleh Balai Riset dan Standardisasi Indag Makassar 5