You are on page 1of 10

Yusrizal et al.

/ Risk of Hypertension in Adolescents with Over Nutritional Status

Risk of Hypertension in Adolescents with Over Nutritional Status


in Pangkalpinang, Indonesia
Mirza Yusrizal 1), Dono Indarto 2), Muhammad Akhyar 3)
1)Health Department of Pangkalpinang, Bangka Belitung, Indonesia
2)Department of Physiology,Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta
3)Faculty of Teaching and Educational Science, Sebelas Maret University, Surakarta

ABSTRACT

Background: Adolescents are the changes of children to be adults. Gender, family history of
disease, age, sodium intake and physical activity affect the pravelence of hypertension
Adolescences are the time change from children into adults. Gender, family history of disease, body
mass index or BMI according to age, sodium intake and physical activity affect the prevalence of
hypertension in adulthood. Hypertension disorders in teenagers most will settle on adulthood. This
study aimed to analyze risk factors of hypertension in adolescent aged 15-17 years with over
nutritional status.
Subject and Methods: This was an observational analytic study with cross sectional design. This
was conducted in Pangkalpinang, Bangka Belitung Indonesia. A total of 120 students in grade X-XI
in four high schools were selected by fixed-exposure sampling. BMI measurement used antro-
pometri. Physical activity questionnaire used International Physical Activity Questionnaire.
Sodium intake was measured with a food frequency questionnaire. Blood pressure was measured
by using a sphygmomanometer. Data analysis was using a multiple linear regression.
Results: Gender and nutritional status more positively associated with hypertension, (B= 5.77; p=
0.017) and (B=4.85; p= 0.001), while sodium intake, family disease history and physical activity
have a negative relationship, (B= 0.01; p= 0.076), (B=-1.73; p= 0.481) and (B= -0.01; p = 0.592).
Multiple linear analysis obtained adjusted R2 = 0356 (35.6%).
Conclusions: Young men have a higher average blood pressure than women of 5.77 mmHg. Any
increase of 1 kg/m2 equivalent BMI will raise the blood pressure of 4.85 mmHg. Adolescents with
more nutritional status can increase knowledge about hypertension, as well as regulate eating
habits according to needs of physical growth and development.

Keywords: hypertension, adolescent, gender, BMI, sodium intake, physical activity.

Correspondence:
Mirza Yusrizal. Health Department of Pangkalpinang,Bangka Belitung, Indonesia.
Email: mirzayusrizal@yahoo.co.id

LATAR BELAKANG dihadapinya (Istiany dan Rusilanti, 2013).


Remaja merupakan siklus kedua dalam Pertumbuhan sosial dan pola kehidupan di
kehidupan setiap individu. Pertumbuhan masyarakat mempengaruhi jenis penyakit
dan perkembangan pada masa ini ditandai pada remaja (Soekatri et al., 2011).
oleh perubahan fisik, psikologis dan sosial WHO (2013) menyatakan bahwa pe-
(WHO, 2011b; Soekatri et al., 2011). Peru- nyakit kardiovaskuler secara global me-
bahan fisik ditandai dengan bertambahnya nyumbang 17 juta kematian setiap tahun-
masa otot, jaringan lemak dan perubahan nya. Sebanyak 9.4 juta kematian dikarena-
hormonal (Andriani dan Wirjatmadi, 2012). kan komplikasi dari hipertensi dan sekitar
Secara psikologis, remaja mengalami pe- 45% kematian dari penyakit jantung serta
rubahan emosi, pikiran, perasaan, lingku- 51% kematian akibat stroke. Hasil Riset
ngan pergaulan, dan tanggung jawab yang Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan

e-ISSN: 2549-0273 (online) 27


Journal of Epidemiology and Public Health (2016), 1(1): 27-36
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2016.01.01.04

bahwa prevalensi hipertensi pada pendu- mengalami hipertensi pada usia dini diban-
duk usia 18 tahun keatas sebesar 5.9% dingkan dengan yang tidak memiliki riwa-
(dari 31.7%. tahun 2007 menjadi 25.8% yat penyakit keluarga (Hartono, 2013). Bila
tahun 2013). Prevalensi hipertensi tertinggi kedua orang tua menderita hipertensi esen-
di Indonesia adalah Provinsi Kepulauan sial maka 44.8% anaknya akan menderita
Bangka Belitung, yaitu 30.9% (Kemente- hipertensi, dan bila salah satu orang tua
rian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). yang hipertensi maka 12.8% keturunan
Hasil pengukuran di tujuh Kabupaten/Kota yang akan mengalami hipertensi (Saing,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 2005). Penelitian yang dilakukan pada re-
usia 15 tahun keatas menyatakan Kota maja usia 14-17 tahun di Afrika Amerika
Pangkalpinang mempunyai prevalensi menyatakan bahwa riwayat keluarga de-
hipertensi 28.5% (Kementerian Kesehatan ngan tekanan darah tinggi meningkatkan
RI, 2013c). Hasil pengukuran tekanan kemungkinan terjadinya hipertensi pada
darah pada anak-anak sekolah menengah remaja sebanyak 65% (Covelli, 2007).
umum tingkat atas di tiga SMA di Pangkal- Status gizi berperan penting terjadi-
pinang oleh dinas kesehatan Kota Pangkal- nya hipertensi pada remaja dapat dilihat
pinang pada bulan oktober 2015 didapat- dari indeks massa tubuh menurut usia
kan hasil sebesar 10.28% (Dinas Kesehatan (IMT/U). Penelitian di Lisbon, Portugal
Pangkalpinang, 2015). menyatakan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Banyak faktor yang berhubungan pada remaja dengan hipertensi didapati ha-
dengan hipertensi pada remaja. Gaya hidup sil dengan berat badan normal 30.4%, ke-
yang tidak sehat antara lain konsumsi al- gemukan 45.2% dan obesitas 45.5% (Silva
kohol, merokok, konsumsi natrium ber- et al., 2012). Konsumsi makanan tinggi
lebih, tingkat stress yang tinggi dan ku- natrium juga akan mempengaruhi tekanan
rangnya aktifitas fisik dapat menyebabkan darah (Yang et al., 2012). Penelitian yang
penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi dilakukan oleh He (2008) pada anak
(Cordente-martinez et al., 2009; Roberta et rentang usia 4-18 tahun menyatakan bahwa
al., 2015; Nkeh-Chungag et al., 2015). Bila ada hubungan yang signifikan antara asup-
tekanan darahnya tinggi, cenderung akan an garam dengan tekanan darah sistolik
menjadi hipertensi saat dewasa dan dapat dan diastolik.
meningkatkan risiko penyakit stroke, jan- Peningkatan aktivitas fisik merupa-
tung, ginjal, dan menjadi risiko morbiditas kan salah satu cara untuk menurunkan ri-
serta mortalitas yang lebih tinggi (Lurbe et siko hipertensi karena dengan aktivitas
al., 2009; Saing, 2005). fisik, energi yang dikeluarkan akan semakin
Laki-laki memiliki risiko sekitar 2.3 banyak sehingga keseimbangan energi da-
kali lebih banyak mengalami peningkatan pat tercapai serta dapat mengontrol berat
tekanan darah sistolik dibandingkan badan (WHO, 2011a). Amerika mereko-
dengan perempuan (Kementerian Kesehat- mendasikan agar remaja mulai meningkat-
an RI, 2013a). Penelitian di Hungaria dan kan aktivitas fisiknya selama 1500 menit/
Timur-Tengah menunjukkan bahwa tekan- minggu atau sekitar 3.5 jam/hari, bahwa
an darah sistolik maupun diastolik pada melakukan aktivitas fisik paling sedikit 15
laki-laki secara signifikan lebih tinggi menit dalam sehari diperkirakan dapat me-
daripada perempuan (Katona et al., 2011). nurunkan 14% risiko hipertensi yang dapat
Adanya riwayat hipertensi dalam ke- menyebabkan kematian (Lauer, 2012).
luarga mempunyai peluang 3-4 kali untuk

28 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Yusrizal et al./ Risk of Hypertension in Adolescents with Over Nutritional Status

Tujuan penelitian ini adalah untuk dengan kuesioner International Physical


mengetahui faktor-faktor yang berhubung- Activity Questionaire. Asupan natrium
an dengan kejadian hipertensi pada remaja diukur dengan food frequency questio-
usia 15-17 tahun di Kota Pangkalpinang, naire. Pengukuran tekanan darah meng-
Kepulauan Bangka Belitung. gunakan Sphygmomanometer. Analisis
data menggunakan regresi linier berganda.
SUBJEK DAN METODE Penelitian ini telah mendapatkan perse-
Jenis penelitian ini merupakan obser- tujuan dari komisi etik penelitian kesehatan
vasional analitik dengan pendekatan cross RSUD Dr. Moewardi, Fakultas Kedokteran
sectional. Lokasi penelitian di Kota Pang- Universitas Sebelas Maret dengan nomor:
kalpinang, Kepulauan Bangka Belitung pa- 233/III/HREC/2016.
da siswa kelas X-XI di 4 SMA yang berusia
15-17 tahun. Subjek penelitian sebanyak HASIL
120 orang mengalami status gizi cukup dan Tabel 1 menunjukan distribusi frekuensi
satus gizi lebih sebagai kasus. Teknik sam- Karakteristik subjek penelitian. Rata-rata
pling menggunakan dengan sistem fixed- usia subjek penelitian adalah 16 tahun
exposure sampling. Pengukuran status gizi sebesar 32.50% dengan jenis kelamin
dengan antropometri. Aktivitas fisik diukur perempuan.
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian
Jenis kelamin
Variabel Laki-laki Perempuan
n % n %
Usia
15 tahun 11 9.17 25 20.83
16 tahun 35 29.17 39 32.50
17 tahun 3 2.50 7 5.80
IMT
Normal 33 27.50 57 47.50
Gemuk 16 13.33 14 11.67
Status hipertensi
Ya 17 14.17 10 8.33
Tidak 32 26.67 61 50.83
Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi 30 25.00 33 27.50
Stroke 7 5.83 8 6.67
Tidak ada 12 10.00 30 25.00
Asupan natrium
Cukup 33 27.50 55 45.83
Lebih 16 13.33 16 13.33
Aktivitas fisik
Sedang 34 28.33 53 44.17
Tinggi 15 12.50 18 15.00

Rerata IMT memiliki status gizi 6.67% penyakit stroke pada jenis kelamin
normal sebesar 47.50%, dan tidak meng- perempuan, serta rerata asupan natrium
alami hipertensi sebesar 50.83% dengan diperoleh 45.83% dengan asupan natrium
jenis kelamin perempuan. Rerata subjek cukup dan aktivitas fisik diperoleh 44.17%
yang memiliki riwayat penyakit keluarga memiliki aktivitas fisik dengan jenis
dengan hipertensi sebesar 27.50% dan kelamin perempuan.

e-ISSN: 2549-0273 (online) 29


Journal of Epidemiology and Public Health (2016), 1(1): 27-36
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2016.01.01.04

Tabel 2. Distribusi frekuensi variabel IMT, asupan natrium, dan aktivitas fisik
terhadap hipertensi
Status hipertensi
Variabel Normal Hipertensi
n % n %
IMT
Normal 84 70.00 6 5.00
Gemuk 9 7.50 21 17.50
Asupan natrium
Cukup 76 63.30 12 10.00
Tinggi 17 14.20 15 12.50
Aktivitas fisik
Sedang 69 57.50 18 15.00
Tinggi 24 20.00 9 7.50

Tabel 2 menunjukkan rata-rata subjek trium cukup sebesar 63.30%, memiliki tekan-
penelitian memiliki tekanan darah normal an darah normal dengan aktivitas fisik
dengan IMT normal sebesar 70.00%, memi- sedang sebesar 57.50%.
liki tekanan darah normal dengan asupan na-
Tabel 3. Analisis multivariat tentang faktor risiko hipertensi pada remaja dengan
variabel jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga hipertensi dan stroke, IMT/U,
asupan Na, aktivitas fisik
CI 95%
Variabel Koefisien regresi (B) p
Batas atas Batas bawah
Riwayat penyakit keluarga
-1.73 -6.59 3.13 0.481
(hipertensi)
Jenis kelamin (Laki-laki) 5.77 1.07 10.48 0.017
IMT (kg/m2) 4.85 3.03 6.66 <0.001
Asupan natrium(mg) < 0.01 <0.01 < 0.01 0.076
Aktivitas fisik (METs) >-0.01 >- 0.01 < 0.01 0.592
Konstanta 100.24 86.84 113.65 <0.001
N 120
Adj R2 35.60%
p <0.001

PEMBAHASAN sistolik remaja laki-laki lebih besar 4


Hasil penelitian terdapat hubungan positif mmHg pada usia 13–15 tahun dibanding-
antara jenis kelamin dengan risiko hiper- kan perempuan dan usia 16–18 tahun me-
tensi, laki-laki memiliki tekanan darah le- miliki perbedaan tekanan darah mencapai
bih tinggi dari perempuan. Penelitian di 10 – 14 mmHg lebih tinggi pada laki-laki
Hungaria dan Timur-tengah menunjukkan dibandingkan perempuan (Maranon dan
bahwa tekanan darah sistolik maupun dias- Reckelhoff, 2013). Salah satu perbedaan
tolik pada laki-laki secara signifikan lebih tersebut disebabkan oleh adanya faktor ho-
tinggi dibandingkan dengan perempuan rmonal seperti: hormon androgen dan tes-
(Katona et al., 2011). toteron, diduga berperan dalam pengaturan
Laki-laki memiliki risiko sekitar 2.3 tekanan darah terkait dengan adanya per-
kali lebih banyak mengalami peningkatan bedaan kedua jenis kelamin tersebut
tekanan darah sistolik dibandingkan de- (Kementerian Kesehatan Republik Indo-
ngan perempuan (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013a). Tekanan darah

30 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Yusrizal et al./ Risk of Hypertension in Adolescents with Over Nutritional Status

nesia, 2013a, Maranon dan Reckelhoff, yang dikelompokkan menjadi: gen yang
2013). mengkode sistem renin-angiotensin (Poil-
Hormon androgen diduga secara kuat morfisem I/D gen Angiotensi-converting
sebagai mediator hipertensi dan penyakit enzym), gen yang berperan dalam home-
kardiovaskuler. Fakta lain ET-1 yang diha- ostatis natrium ginjal dan gen yang menga-
silkan oleh sel endotel pembuluh darah le- tur metabolisme streoid. (Zarouk et al.,
bih sedikit pada perempuan dibandingkan 2012; Sayed-Tabatabaei et al., 2006;Ehret
dengan laki-laki. Adanya androgen pada and Caulfield 2013). Gen-gen yang berpe-
laki-laki diketahui dapat menstimulasi pro- ran dalam homeostasis natrium di ginjal
duksi ET-1. Androgen diduga berperan di yaitu gen lysine-deficient protein kinase 1,
dalam terjadinya hipertensi. Dalam hal ini, amilorid-sensitive shodium channel, gen
hipertensi terjadi mungkin karena penga- subunit beta dan gamma yang mengkode 2
ruh renin-angiotensin ginjal. Testosteron subunit EnaC channel sodium (Toker et al.,
juga diketahui dapat mengaktivasi sistem 2015). Gen-gen tersebut mempengaruhi
renin-angiotensin yang mempengaruhi pompa Na+-K+ pada tubulus ginjal sehingga
peningkatan tekanan darah (Adhita dan meningkatkan retensi natrium dan air pada
Pramuningtyas, 2010). ginjal. Meningkatnya reabsorbsi natrium
Terdapat hubungan negatif antara ri- pada ginjal maka volume plasma dan cairan
wayat penyakit keluarga dan risiko hiper- ekstrasel meningkat, begitu juga volume
tensi. Ini dimungkinkan karena usia subjek ekstrasel meningkat dan menyebabkan pe-
masih remaja, risiko hipertensi meningkat ningkatan aliran darah balik vena ke jan-
bermakna sejalan dengan bertambahnya tung. Terjadilah peningkatan curah jantung
usia, semakin bertambah usia semakin dan selanjutnya peningkatan tekanan arteri
meningkat risiko hipertensi (Rahajeng dan (Zarouk et al., 2012; Sayed et al., 2006;
Tuminah, 2009). Penelitian di Eropa me- Ehret dan Caulfield, 2013).
nunjukkan prevalensi hipertensi pada Gen-gen yang berpengaruh pada me-
anak-anak dan remaja sebesar 1%-4% tabolisme steroid yaitu CYP11B2 (gen
(Kollias, 2011). Menurut penelitian Henu- aldosteron synthase) dan NR3C2 (gen re-
hili et al., (2011) bahwa gen hipertensi septor mineral kortikoid). Gen-gen tersebut
bersifat dominan, setiap individu hipertensi meningkatkan produksi aldosteron sehing-
ada di setiap generasi, dan keturunan yang ga nantinya akan meningkatkan retensi
tidak mewarisi hipertensi akan mempunyai natrium di ginjal. Terjadi peningkatan cu-
keturunan hipertensi juga, pewarisan hi- rah jantung dan selanjutnya meningkatkan
pertensi bukan bersifat X-linked, yaitu gen tekanan arteri (Zarouk et al., 2012; Sayed et
yang terdapat pada kromosom kelamin, al., 2006; Ehret dan Caulfield, 2013). Poli-
karena baik ayah atau ibu dapat me- morfisme insersi/delesi dari angiotensin-
wariskan pada keturunan laki-laki maupun converting enzyme (ACE) dikarakteristikan
perempuan. dengan adanya atau hilangnya repeat
Menurut hukum Mendel, jika hanya sequence 28bp pada intron 16 dan meru-
salah satu orang tua menderita hipertensi, pakan gen yang juga diduga berperan kuat
maka kemungkinan anaknya untuk tidak dalam mekanisme hipertensi. Polimorfisme
menderita hipertensi yaitu 50% (Kalangi et gen tersebut menghasilkan 3 genotipe: II
al, 2015). Beberapa penelitian yang menya- Homozigot, ID heterozigot, dan DD homo-
takan bahwa gen yang dapat mempenga- zigot. Studi menyatakan individu homo-
ruhi tekanan darah, antara lain gen-gen zigot dengan alel D mempunyai konsentrasi

e-ISSN: 2549-0273 (online) 31


Journal of Epidemiology and Public Health (2016), 1(1): 27-36
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2016.01.01.04

ACE yang lebih tinggi dibandingkan dengan Asupan tinggi kalium dapat meminimalisir
individu heterozigot ID atau homozigot II peningkatan tekanan darah oleh adanya
(Kuschnir and Mendonça, 2007). Dengan natrium yang berlebih (Appel, 2011).
bertambahnya kadar ACE dalam darah dan Terdapat penelitian yang menyebut-
jaringan, maka kadar Ang II (angiotensin kan bahwa rasio natrium dan kalium dalam
II) juga meningkat. Dua pengaruh utama urin lebih kuat untuk menggambarkan hu-
Angiotensin II dalam meningkatkan tekan- bungan dengan tekanan darah (Mahan et
an arteri yaitu vasokonstriksi di berbagai al, 2012). Penelitian ini sejalan dengan
bagian di tubuh dan penurunan ekskresi penelitian yang dilakukan Kautsar et al
garam dan ginjal oleh air. Dengan adanya (2014) menyatakan tidak ada hubungan
vasokonstriksi di berbagai tempat, maka antara asupan natrium dengan risiko hiper-
terjadi peningkatan tahanan perifetotal tensi. Sedangkan penelitian yang dilakukan
yang selanjutnya meningkatkan tekanan oleh Fatta dan Sulchan (2012),menyatakan
arteri. Ang II juga berperan dalam reab- terdapat hubungan bermakna antara asu-
sorpsi natrium dan air dari urin. Meka- pan natrium dengan risiko hipertensi, asu-
nisme terjadinya hipertensi sama dengan pan tinggi natrium berisiko 4.536 kali un-
mekanisme hipertensi oleh gen yang tuk menjadi hipertensi. Penelitian He et al.,
berperan dalam homeostasis natrium di (2008) menyatakan bahwa ada hubungan
ginjal (Zarouk et al., 2012; Sayed et al., antara asupan natrium terhadap tekanan
2006; Ehret dan Caulfield, 2013). Perlu darah, peningkatan 1 g/hari dalam asupan
dilakukan penelitian lebih lanjut lagi ten- narium dapat menaikkan 0.4 mmHg pada
tang riwayat penyakit keluarga dan usia ter- tekanan sistolik dan 0.6 mmHg tekanan
hadap kejadian hipertensi. diastolik. Asupan tinggi natrium menye-
Tidak terdapat hubungan positif an- babkan hipertrofi sel adiposit akibat proses
tara asupan natrium dengan kejadian risiko lipogenik pada jaringan lemak putih, jika
hipertensi. Adanya hubungan antara asu- berlangsung terusmenerus akan menye-
pan natrium dengan risiko hipertensi dike- babkan penyempitan saluran pembuluh
mungkinan karena tidak semua orang me- darah oleh lemak dan berakibat pada pe-
miliki kepekaan individu terhadap asupan ningkatan tekanan darah (Fonseca-Alaniz
natrium yang dipengaruhi oleh genetik, et al, 2008).
kemungkinan lain karena reaksi individu Asupan natrium yang tinggi dapat
terhadap jumlah natrium didalam tubuh mengakibatkan ion Na dalam bahan
berbeda tergantung pada sensitivitas yang makanan diserap dalam pembuluh darah,
dimiliki oleh individu tersebut (Kotchen et ion Na di dalam darah akan mengakibatkan
al., 2006). Terjadi kebiasaan yang sudah tubuh meretensi lebih banyak air untuk
lama dilakukan dengan mengkonsumsi mempertahankan elektrolit sehingga terjadi
makanan tinggi natrium (penggunaan pe- penumpukan cairan dalam tubuh karena
nyedap masakan, makanan olahan dan ma- natrium mengikat cairan di luar sel yang
kanan yang diawetkan seperti terasi, ikan tidak dapat dikeluarkan (Adrogue dan Ma-
asin, dan kerupuk) (Mahan et al, 2012). dias, 2008;Kementerian Kesehatan Repu-
Adanya asupan zat gizi lain seperti kalium blik Indonesia, 2013a). Konsumsi natrium
juga mempengaruhi respon natrium ter- yang berlebihan dalam jangka waktu lama
hadap tekanan darah. Kalium merupakan berpotensi besar untuk meningkatkan hi-
kation utama dalam cairan intraseluler pertensi (Covelli, 2007). Diperlukan pene-
yang memiliki fungsi sama seperti natrium.

32 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Yusrizal et al./ Risk of Hypertension in Adolescents with Over Nutritional Status

litian lebih lanjut yang menghubungakan Terdapat hubungan positif antara


asupan natrium dengan kalium. IMT dan risiko hipertensi. Penelitian
Tidak terdapat hubungan yang positif Fitriana et al., (2013) didapat bahwa obe-
antara aktivitas fisik dan risiko hipertensi. sitas mempengaruhi kejadian hipertensi.
Kejadian ini dimungkinkan karena hanya Penelitian yang dilakukan Kautsar et al.,
sebagian kecil siswa yang melakukan olah- (2014) menunjukkan ada hubungan yang
raga secara teratur dan sebagian besar wak- bermakna antara kegemukan terhadap
tu digunakan untuk kegiatan rutin seperti kejadian hipertensi. Penelitian di Meksiko
pekerjaan rumah tangga, belajar dan me- menunjukkan bahwa terdapat hubungan
nonton TV. Olahraga yang dilakukan antara hipertensi dengan status gizi lebih
remaja mungkin masih belum sepenuhnya pada remaja (Flores-Huerta et al., 2009).
melakukan olahraga dengan mekanisme Kelebihan berat badan meningkatkan keja-
yang baik, maksudnya adalah pada saat dian risiko penyakit hipertensi lima kali
mereka melakukan olahraga, jenis, waktu, lebih tinggi dibandingkan dengan berat ba-
intensitas, serta frekuensinya kurang tepat dan normal Kautsar et al, (2014). Adanya
atau terlalu lama sehingga tidak sesuai peningkatan berat badan normal sebesar
dengan standar kesehatan. 10% mengakibatkan kenaikan darah 7
Menurut Sutangi dan Winantri, mmHg (Kementerian Kesehatan Republik
(2011), bahwa olahraga yang tidak sesuai Indoneisa, 2013a). Menurut (Sanchez-
dengan standar kesehatan tidak akan mem- Zamoran et al., 2009;Rusilanti dan Istiany,
berikan efek kesehatan, olahraga isotonik 2013), risiko untuk terkena hipertensi 3.6
yang memanfaatkan gerakan kaki seperti kali lebih besar pada remaja dengan
jalan lebih baik daripada olahraga iso- kelebihan berat badan dan 14 kali lebih
metrik yang memanfaatkan gerakan tangan besar dari remaja obesitas. Obesitas akan
seperti angkat beban, karena efek dari mengaktifkan kerja jantung dan dapat me-
olahraga isotonik dapat meningkatkan nyebabkan hipertrofi jantung dalam jangka
ketahanan pernapasan jantung atau mene- waktu lama, curah jantung, isi sekuncup
kan menyempitnya pembulu darah sedang- jantung, volume darah dan tekanan darah
kan olahraga isometrik yang kurang meng- akan cenderung naik selain itu fungsi
untungkan pada sistem pernafasan jantung endokrin juga terganggu, sel-sel beta pan-
atau dapat meningkatkan tekanan darah. kreas akan membesar, insulin plasma me-
Pada penelitian Prasetyo et al., (2015) ningkat dan toleransi glukosa juga me-
menyatakan tidak ada hubungan antara ningkat sehingga memudahkan terjadinya
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. penyakit hipertensi (Kautsar et al, 2014).
Penelitian yang dilakukan Sulastri dan Hasil penelitian dapat disimpulkan
Sidhi, (2011) juga meyatakan tidak ada hu- bahwa terdapat hubungan positif antara je-
bungan antara aktivitas fisik dengan keja- nis kelamin dan IMT dengan faktor risiko
dian hiperteni pada remaja. Aktivitas yang hipertensi pada remaja usia 15-17 tahun.
dilakukan seperti olah raga dapat menu- Remaja putra memiliki rerata tekanan da-
runkan tekanan perifer yang akan menu- rah lebih tinggi dari perempuan sebesar
runkan tekanan darah (hipertensi) dan da- 5.77 mmHg. Setiap peningkatan setara 1
pat melatih otot jantung sehingga menjadi kg/m2 IMT akan meningkatkan tekanan
terbiasa bila jantung harus melakukan pe- darah sebesar 4.85 mmHg. Remaja dengan
kerjaan yang lebih berat pada kondisi status gizi lebih dapat meningkatkan pe-
tertentu (Tsioufis et al., 2010). ngetahuan tentang hipertensi, serta meng-

e-ISSN: 2549-0273 (online) 33


Journal of Epidemiology and Public Health (2016), 1(1): 27-36
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2016.01.01.04

atur kebiasaan makan sesuai kebutuhan Heart Journal. 34(13): 951–961.


pertumbuhan dan perkembangannya Fatta LA, Sulchan M (2012). Asupan Tinggi
Natrium dan Berat Badan Lahir
DAFTAR PUSTAKA sebagai Faktor Risiko Kejadian
Adhita PM, Pramuningtyas R (2010). Hipertensi Obesitas pada Remaja
Perbedaan Angka Kejadian Hipertensi Awal. Journal of Nutrition College.
antara Pria dan Wanita Penderita 1(1): 127–133.
Diabetes Mellitus Berusia ≥45 Tahun. Fitriana R, Lipoeto NI, Triana V(2013).
Biomedika, 2(2): 67–71. Diakses pada Faktor Risiko Kejadian Hipertensi
tanggal 9 Juni 2016. pada Remaja di Wilayah Kerja
Adrogue HJ, Madias NE (2008). Sodium Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo
and Potassium in the Pathogenesis of Kota Pekanbaru. Jurnal Kesehatan
Hypertension. The New England Masyarakat. 7(1): 10–15. Diakses pada
Journal of Medicine. 356(19): 1966– tanggal 15 Januari 2016.
1978. Diakses pada tanggal 16 Flores HS, Klunder KM, Cruz LR, Santos
September 2015. JI(2009). Increase in Body Mass
Andriani M, Wirjatmadi B (2012). Peran Index And Waist Circumference is
Gizi dalam Siklus Kehidupan. Edisi Associated With High Blood Pressure
Pertama, Jakarta: Kencana Prenada in Children And Adolescents in
Media Group. Mexico City. Archives of Medical
Appel LJ (2011). Diet and Blood Pressure Research, 40(3): 208–215.
Nutrition Diet and Hypertension In: Fonseca AMH, Takada J, AndreottiS,
Rous AC, Caballero B, Cousins RJ, Campos TBF, Campana AB, Borge
Tucker KL, Ziegler TR. Modern SCN, Lima FB (2008). High Sodium
Nutrition And Health Disease. 11th Intake Enhances Insulin-Stimulated
ed. Philadelpia; Wolters Kluwer. 875- Glucose Uptake in Rat Epididymal
886. Adipose Tissue. Journal of Obesity.
Cordente MCA, Garcia SP, Sillero QM, 16(6): 1186–92.
Stirling JR (2009). Correlations bet- Hartono A(2013). Dasar-dasar Patofisiologi
ween the Blood Pressure and Other Penyakit. Edisi Pertama. Tangerang
Health Variables in Spanish Ado- Selatan: Binarupa Aksara.
lescents. Journal Adolescent Medicine He FJ, Marrero NM, Macgregor GA(2008).
Health. 21(4): 635–651. Salt and Blood Pressure in Children
Covelli MM (2007). Prevalence of Behavi- and Adolescents. Journal of Human
oral and Physiological Risk Factors of Hypertension. 22: 4–11.
Hypertension in (African) (American) Henuhili V, Rahayu T, Nurkhasanah
Adolescents. Journal Pediatric L(2011). Pola Pewarisan Penyakit Hi-
Nursing. 33(4): 323–332. pertensi dalam Keluarga sebagai
Dinkes Pangkalpinang (2015). Laporan Sumber Belajar Genetika. 242–247.
Hasil pengukuran Tekanan Darah Istiany A, Rusilanti (2013). Gizi Terapan.
Pada Anak SMU 2015, Pangkal- Edisi Pertama. Bandung: PT. Remaja
pinang. Rosdakarya.
Ehret GB, Caulfield MJ (2013). Genes for Katona E, Zrinyi M, Komonyi E, Lengyel S,
blood pressure: An Opportunity to Paragh G, Zatik J, Fulesdi B, Pall
Understand Hypertension. European D(2011). Factors Influencing Adoles-

34 e-ISSN: 2549-0273 (online)


Yusrizal et al./ Risk of Hypertension in Adolescents with Over Nutritional Status

cent Blood Pressure: The Debrecen In “Low-Risk” Adults. American


Hypertension Study. Kidney and Heart Association. 4: 1–4.
Blood Pressure Research. 34(3): 188– Lurbe E, Cifkova R, Cruickshank JK, Dillon
195. Diakses pada tanggal 12 Desem- MJ, Ferreira I, Invitti C, Kuznetsova
ber 2015. T, Laurent S, Mancia G, Morales OF,
Kalangi JA, Umboh A, Pateda V(2015). Stergiou G, Wuhl E, Zanchetti A
Hubungan Faktor Genetik dengan (2009). Management of High Blood
Tekanan Darah pada Remaja. Jurnal Pressure in Children and Adolescents:
e-Clinic.3: 3–7. Recommendations of The European
Kautsar F, Syam A, Salam A(2014). Society of Hypertension. Journal of
Hubungan Obesitas, Asupan Natrium Hypertension. 27(9) : 1719–1742.
dan Kalium Dengan Tekanan Darah Mahan LK, Escott SS, Raymond JL (2012).
Pada Mahasiswa Universitas Hasan- Krause's Food and The Nutrition Care
uddin. 1–9. Process, 13th edition, Philadelphia.
Kementerian Kesehatan Republik Indo- 900-918.
nesia(2013a). Pedoman Teknis Pene- Maranon R, Reckelhoff JF (2013). Sex and
muan dan Tatalaksanan Hipertensi. Gender Differences in Control of
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Blood Pressure. Clinical science
Kementerian Kesehatan Republik Indo- National Institutes of Health, 125(7) :
nesia (2013b). Riset Kesehatan Dasar 311–318.
(RISKESDAS) 2013. Nkeh CBN, Sekokotla AM, Sewani RC,
Kementerian Kesehatan Republik Indo- Namugowa A, Iputo JE (2015). Pre-
nesia (2013c). Riskesdas dalam Angka valence of Hypertension and Pre-
2013 Pokok-Pokok Hasil RISKESDAS hypertension in 13-17 Year Old Ado-
dalam Angka Provinsi Kepulauan lescents Living in Mthatha - South
Bangka Belitung Tahun 2013. Jakarta: Africa: a Cross-Sectional Study. Cen-
Badan Penelitian dan Pengembangan tral European Journal of Public
Kesehatan. Diakses pada tanggal 20 Health. 23(1): 59–64.
November 2016. Prasetyo DA, Wijayanti AC, Werdani
Kollias A (2011). Hypertension in Children EK(2015). Faktor-Faktor yang Berhu-
and Adolescents. Pediatric Clinics of bungan dengan Kejadian Hipertensi
North America. 1(1): 15–19. pada Usia Dewasa Muda di Wilayah
Kotchen TA, Kotchen JM (2006). Nutrition, Puskesmas Sibela Surakarta.(1).
diet, and Hypertension, In: Shils ME, Rahajeng E, Tuminah S(2009). Prevalensi
Shike M, Ross AC, Caballerro B, Hipertensi dan Determinannya di
Cousins RJ, Editors, Modern Nutri- Indonesia. Maj Kedokteran Indonesia.
tion in Health and Disease. 10th 59(12): 580–587.
Edition, Philadelpia; Lippincott Roberta G, Holanda I, Vieira EES, Nunes
Williams and Wilkins. 1095-1107. RB, Vilarouca AR(2015). Prevalence
Kuschnir MCC, Mendonca GAS(2007). Risk of Arterial Hypertension and Risk
Factors Associated with Arterial Factors in Adolescents. Acta Paul
Hypertension in Adolescents. Journal Enferm. 28(1): 81–87.
de Pediatria. 83(4): 335–342. Rusilanti, Istiany A (2013). Gizi Terapan.
Lauer MS(2012). And What About Edisi Pertama. Bandung: PT. Remaja
Exercise? Fitness and Risk of Death Rosdakarya.

e-ISSN: 2549-0273 (online) 35


Journal of Epidemiology and Public Health (2016), 1(1): 27-36
https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2016.01.01.04

Saing JH(2005). Hipertensi pada Remaja. Toker RT, Yildirim A, Demir T, Ucar B,
Sari Pediatri. 6(4): 159–165. Kilic Z(2015). Circadian Blood Pres-
Sanchez ZLM, Salazar ME, Anaya-Ocampo sure Rhythm in Normotensive Off-
R, Lazcano PE(2009). Body Mass spring of Hypertensive parents. Car-
Index Associated with Elevated Blood diology Journal, 22(2): 172–178.
Pressure in Mexican School-Aged Tsioufis C, Kyvelou S, Tsiachris D, Tolis P,
Adolescents. Preventive Medicine. Hararis G, Koufakis N, Psaltopoulou
48(6): 543–548. T, Panagiotakos D, Kokkinos P, Stefa-
Sayed TFA, Oostra BA, Isaacs A, Van DCM, nadis C(2010). Relation between Phy-
Witteman JCM (2006). ACE Poly- sical Activity and Blood Pressure Le-
morphisms. Circulation Research. vels in Young Greek Adolescents : The
98(9): 1123–1133. Leontio Lyceum Study. 21(1): 63–68.
Silva D, Matos A, Magalhaes T, Martins V, WHO(2013). A Global Brief on Hyper-
Ricardo LA(2012). Prevalence of tension Silent Killer, Global Public
Hypertension in Portuguese Ado- Health Crisis World Health Day 2013,
lescents in Lisbon, Portugal. Revista 1211. Geneva, Switzerland.
Portuguesa de Cardiologia (English WHO (2011b). Strengthening the Health
Edition). 31(12): 789–794. Sector Response to Adolescent Health
Soekatri M, Almatsier S, Soetardjo S(2011). and Development. 805–813. Diakses
Gizi Seimbang dalam Daur pada tanggal 12 November 2015.
Kehidupan. Jakarta: Gramedia Yang Q, Zhang Z, Kuklina EV, Fang J, Ayala
Pustaka Utama. C, Hong Y, Loustalot F, Dai S, Gunn
Sulastri D, Sidhi(2011). Faktor Risiko JP, Tian N, Cogswell ME, and Merritt
Hipertensi pada Siswa SMU Adabiah R(2012). Sodium Intake and Blood
di Kota Padang. Majalah Kedokteran Pressure Among US Children and
Andalas. 35(2): 149–158. Adolescents. Pediatrics. 130(4): 611–
Sutangi H, Winantri (2011). Faktor yang 619.
Berhubungan dengan Kejadian Hiper- Zarouk WA, Hussein IR, Esmaeil NN,
tensi pada Wanita Lansia di Raslan HM, Reheim HAA, Moguib O,
POSBINDU Desa Sukaurip Keca- Emara NA (2012). Association of
matan Balongan Indramayu. e-jurnal Angiotensin Converting Enzyme Gene
Kesehatan Masyarakat Universitas (I/D) Polymorphism with Hyper-
Wiralodra Indramayu, pp.1–8. Availa- tension and Type 2 Diabetes. Bratisi
ble at: ISSN 1693-7945. Lek Listy, 113(1): 14–18.

36 e-ISSN: 2549-0273 (online)

You might also like