You are on page 1of 10

LATIHAN OTOT PERNAFASAN DAN NAFAS DALAM UNTUK

MENINGKATKAN EKSPANSI DADA DAN PARU PADA


PASIEN POST OP CORONARY ARTERY BY PASS GRAFT (CABG)
DI RUMAH SAKIT HARAPAN KITA JAKARTA

Ani Widiastuti
Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKES, UPN ”Veteran” Jakarta
Jl. RS. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan - 12450
Telp/HP. 021 7656971

Abstract

Coronary Artery Bypass Graft (CABG) is one of the common methods of revascularization
in patients with atherosclerosis or coronary heart disease with 3 or more blockages in the coronary
arteries or significant blockage in the Left Main Artery Coroner (Chulay & Burns, 2006). As a last
alternative management of coronary heart disease, CABG have little complications for the patient
for example hypovolemia, bleeding, cardiac tamponade, pneumonia, atelectasis and even failure
of the ventilator weaning process can occur due to complications. Prevention of complication should
be done early so that patients avoid new problems that can making late the healing process.
Necessary to prevent post-operative complications. Post-CABG patients will use breathing ascesories
and use tube or WSD (water sail drainage) to evacuate postoperative intrathoracic fluid. One of
the preventive measures that can be done to prevent complications is to train the patient's airway
in the respiratory muscles training. Breathing exercises is an effort to help maximize lung function
through-diaphragm abdominal breathing and lip-purse breathing (LPB), while the respiratory muscles
exercises with breathing diaphragm is a breathing technique using diafrahma movement so that
movement and use of accessory respiratory muscles may be either because it can reduce the
workload when breathing. The aim of this intervention is increase lung expansion while improving
oxygenation to the heart muscle. Research that have done by Westerdahl, 2005, mentions that train
regularly breathing in patients post CABG with mechanical ventilation can result in a significant
increase in lung volume capacity and improve gas exchange value in post-CABG patients (p <0.0001).

Key Words: breathing exercises, CABG, lung expansion

PENDAHULUAN atau angina serta keluhan lain akibat ischemic


Penyakit jantung koroner atau coronary atau infark miokard. Terdiri dari Angina Pektoris
heart disease adalah penyempitan lumen arteri Tidak Stabil, Infark Miokard dengan gambaran
koroner akibat terdapatnya plaque aterosklerosis EKG ST elevasi dan non ST elevasi. Ketiga
yang terbentuk dalam waktu lama sehingga keadaan tersebut merupakan keadaan kegawatan
menyebab-kan jantung mengalami iskemia atau dalam sistem kardiovaskuler yang memerlukan
infark. Iskemia terjadi ketika jantung tidak tatalaksana yang baik untuk menghindari
mendapat suplai darah yang cukup sesuai tejadinya kematian mendadak.
kebutuhan. Sedangkan infark atau kematian otot Menurut data American Heart Association
jantung terjadi ketika iskemia berlangsung lama (AHA), 2006, lebih dari 13 juta penduduk
dan kerusakan jaringan yang ditimbulkan bersifat Amerika menderita penyakit jantung, dan 700
irreversible (Ignatavicius danWorkman, 2006). ribu diantaranya meninggal dunia setiap tahun,
Serangan jantung sering disebut sebagai sementara pencegahan yang optimal belum juga
acute coronary syndrome (ACS). ACS merupakan dilakukan. (Shiplett, Barbara, 2007). Di Indonesia
suatu kondisi pasien yang mengalami nyeri dada sendiri berdasarkan Hasil Survei Kesehatan

UPN "VETERAN" JAKARTA


Rumah Tangga Nasional (SKRTN) tahun 2001, masalah baru yang dapat memperlambat proses
diketahui bahwa penyakit jantung koroner penyembuhan. Perawat turut berperan penting
merupakan penyebab kematian nomor 1 atau dalam upaya preventif terhadap komplikasi paska
sekitar 26,4% angka kematian disebabkan oleh operasi. Paska CABG, pasien akan menggunakan
penyakit jantung koroner. (Anggraeni, 2008). alat bantu pernafasan serta dipasang slang atau
Penanganan pasien dengan penyakit WSD untuk mengeluarkan cairan intratorakal
jantung koroner harus dilaksanakan secara serius paska operasi.
mengingat komplikasi yang ditimbulkannya. Salah satu upaya preventif yang dapat
Setelah terjadi serangan jantung koroner, maka dilakukan untuk mencegah komplikasi adalah
bila infark luas dan miokard yang harus melatih pasien nafas dalam sekaligus melatih
berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau otot-pernafasan. Tindakan ini bertujuan
infark lama maka daerah miokard akan meningkatkan expansi paru-paru sekaligus
memperlihatkan penurunan ejection fraction, memperbaiki oksigenasi ke otot jantung. Latihan
stroke volume dan peningkatan volume akhir nafas dalam juga mencegah atelektasis dan
distolik ventrikel kiri. Kondisi ini menyebabkan memperbaiki fungsi paru-paru yang dapat dilihat
tekanan atrium kiri juga naik yang akan dari pengembangan paru secara maksimal serta
menyebabkan transudasi cairan ke jaringan hasil pemeriksaan saturasi oksigen dengan
interstisium paru dan terjadi gagal jantung. oksimetri maupun hasil pemeriksaan tekanan
Perburukan hemodinamik akan terjadi bila oksigen dan CO2 dalam darah dapat kembali
iskemia berkepanjangan atau infark meluas, serta normal paska ekstubasi. Setiap keberhasilan
fibrilasi ventrikel yang akan menyebabkan tindakan membutuhkan peran perawat sebagai
kematian. Penatalaksanaan yang tepat serta petugas yang berada bersama pasien selama 24
terhindar dari komplikasi menjadi tujuan dari jam. Melatih nafas dalam secara teratur paska
upaya penanganan pasien dengan penyakit pasien lepas dari ventilator dapat member hasil
jantung koroner. yang signifikan terhadap meningkatnya kapasitas
Penatalaksanaan yang dilakukan terhadap volume paru dan memperbaiki nilai pertukaran
penyakit jantung koroner semakin berkembang. gas pada pasien paska CABG. (Westerdahl, 2005).
Tujuan utama penatalaksanaan adalah Evidence Based Nursing Practice (EBNP)
memperbaiki perfusi ke myokard dan yang diterapkan oleh penulis adalah melatih otot-
memperkecil kerusakan yang ditimbulkannya. otot pernafasan dan nafas dalam pasien post
Untuk memperbaiki perfusi myokard dapat CABG hari ke-2 dan ke-3 atau yang sudah
menggunakan tiga cara yaitu pemberian dilakukan pelepasan alat bantu nafas dan sudah
trombolitik, Percutaneus Coronary Intervention diekstubasi.
(PCI) dan CABG (coronary artery bypass graft).
Coronary Artery Bypass Graft merupakan salah TINJAUAN PUSTAKA
satu metode revaskularisasi yang umum dilakukan Pemilihan EBNP ini berdasarkan jurnal
pada pasien yang mengalami atherosklerosis penelitian yang dilakukan oleh Westerdahl, E.,
dengan 3 atau lebih penyumbatan pada arteri dkk. (2005) dengan judul “deep-breathing
koroner atau penyumbatan yang signifikan pada exercises reduce atelectasis and improve
Left Main Artery Coroner (Chulay&Burns, 2006). pulmonary function after coronary artery bypass
Sebagai alternative terakhir penatalak- surgery”. Penelusuran literatur dilakukan melalui
sanaan penyakit jantung koroner, Tindakan EBSCO data bases; CINAHL, Proquest dan
CABG memiliki komplikasi yang tidak sedikit MEDLINE. Kata kunci yang digunakan yaitu:
bagi pasien. Hipovolemia, perdarahan, tamponade deep breathing, muscle exercise, lip purse
jantung, infeksi pneumonia, atelektasis bahkan breathing, diaphragma technique, coronary
kegagalan proses weaning dari ventilator dapat artery bypass graft, nursing procedure.
terjadi akibat komplikasi dari tindakan. Hasil penelitian Westerdahl tersebut
Pencegahan terhadap kejadian komplikasi harus menunjukan pasien dengan latihan nafas dalam
dilakukan secara dini agar pasien terhindar dari yang dilakukan sesuai dengan prosedur peneliti

UPN "VETERAN" JAKARTA


mengalami jumlah kejadian atelektasis yang lebih disease) adalah sekumpulan gejala akut pada
sedikit serta perbaikan hasil spirometri dibanding pembuluh darah koroner akibat suplai darah yang
pasien yang tidak mendapat intervensi dari tidak adekuat pada pembuluh darah koroner,
peneliti (p<0.05). Semua pasien (100%) yang mencakup angina pectoris tidak stabil, infark
dilatih pernafasan diafragma dan latihan nafas myokard dengan gelombang ST elevasi dan tanpa
dalam menyatakan mudah melakukan prosedur gelombang ST elevasi ( Brunner dan Suddarth,
tersebut. Dari jumlah tersebut, 70% menyatakan 2002 ). Gejala akut ini muncul akibat penyempitan
sangat bermanfaat mengikuti latihan nafas dalam pembuluh darah koroner Pembuluh ini dapat
yang telah diajarkan. menyempit akibat pertumbuhan plak sehingga
Hasil pengukuran dan pemeriksaan lainnya diameter pembuluh darah tersebut menyempit
pada pasien dengan latihan pernafasan meliputi dan pasokan darah ke otot jantung menjadi
saturasi oksigen stabil normal, pola nafas pasien berkurang dan otot jantung mengalami ischemic
juga normal, frekuensi pernafasan tidak lebih atau infark. Infark Miokard adalah nekrosis
dari 20x/menit. Hasil foto torak pada hari keempat miokard akibat gangguan aliran darah ke otot
juga normal, tidak menunjukan gambaran jantung karena adanya sumbatan atau thrombus
atelektasis atau pneumonia. arteri koroner.
Penelitian lain yang mendukung EBNP ini
adalah penelitian “Inspiratory muscle training Tanda dan Gejala Penyakit jantung coroner
in adults with chronic obstructive pulmonary Nyeri dada hebat seperti tertusuk-tusuk
disease: A systematic review “ yang dilakukan yang dapat menjalar ke bahu dan terus kebawah
oleh Lynne Geddes, E., Darlene Reid, W., Crowe, menuju lengan kiri, dan leher. Biasanya diatas
J., Kelly O'Brien, dan Brooks, D. (2005), dengan region sternal bawah dan abdomen bagian atas.
hasil Latihan otot-otot pernafasan inspiratori Terjadi lebih intensif dan menetap daripada angina
dapat meningkatkan kekuatan (ditingkatkan (lebih dari 30 menit), tidak sepenuhnya
dengan 12.3 cm H2O (95% CI: 7,5, 17.1)) dan menghilang dengan istirahat maupun pemberian
ketahanan otot-otot inspiratory sekaligus nitrogliserin, sering disertai nausea, berkeringat,
memperbaiki kapasitas paru serta mengurangi dan sangat menakutkan pasien. Pada pemeriksaan
sesak nafasIntervensi latihan pernafasan dan fisik didapatkan muka pucat, takikardi, dan bunyi
nafas dalam pada pasien pos operasi CABG jantung III (bila disertai gagal jantung kongestif).
dapat meningkatkan ekspansi dada dan paru , Peningkatan hasil pemeriksaan enzyme
memperbaiki oksigenasi, yaitu pola nafas normal, jantung pada kondisi infark luas, dimana enzim
saturasi oksigen meningkat, tekanan CO2 normal, akan dilepaskan dari sel miokardium dalam aliran
serta mencegah komplikasi atelektasis.Penurunan darah. Pada diagnosis myokard infark, yang
ekspansi dada dan paru akan mengganggu penting bukan banyaknya kadar konsentrasi
pernafasan pasien yang berlanjut pada gangguan enzim, tetapi nilai maksimalnya yang terjadi
oksigenasi, timbul komplikasi sehingga masa hanya sementara.Kreatinin kinase miokardium
penyembuhan .dan lama rawat akan memanjang (CPK-MB/CPK) akan meningkat 4-6 jam,
Sebanyak 70% pasien post CABG masih memuncak pada 12-24 jam, kembali normal
mengeluh sesak nafas atau nafas tidak nyaman dalam 36-48 jam. Laktat Dehidrogenasi (LDH)
paska ekstubasi. Pasien masih tampak tegang meningkat dalam 12-24 jam dan memakan waktu
dan tidak rilek serta tidak nyaman dalam lama untuk kembali normal. Aspartan
pengaturan posisi. Mengingat pentingnya peran aminotransferase ASAT/SGOT meningkat dalam
perawat untuk memberikan rasa nyaman kepada 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali
pasien serta memenuhi kebutuhan dasar dan normal dalam 3-4 hari.
fisiologis pasien, maka penting bagi perawat Perubahan gambaran EKG yang dapat
untuk membantu pasien memperbaiki oksigenasi terjadi pada kondisi infark miokardium adalah
dengan melakukan latihan otot-otot pernafasan elevasi segmen ST, gelombang Q phatologis pada
dan nafas dalam guna membantu ekspansi paru. elektroda yang berhadapan dengan daerah
Penyakit jantung koroner (coronary heart nekrosis dan bisa ditemukan depresi segmen ST,

UPN "VETERAN" JAKARTA


pada kondisi iskemik dapat ditemukan gambaran dan (2) CABG (Coroner arteri bypass Graft),
T terbalik atau inverted. yaitu pembedahan dilakukan dengan tehnik
terbuka di daerah thorax untuk membuat aliran
Faktor resiko penyakit jantung koroner darah baru pada jantung dengan menanam
Beberapa faktor risiko utama terjadinya pembuluh darah pindahan dari lokasi lain
aterosklerosis/penyakit jantung meliputi: (1) sehingga terjadi bypass ke aorta.
Merokok-Tembakau mengandung komponen
tertentu yang dapat merusak dinding pembuluh Coronary Artery Bypass Graft (CABG)
darah. Efek rokok menyebabkan beban jantung Coronary Artery Bypass Graft merupakan
bertambah, pembuluh darah menyemit dan salah satu metode revaskularisasi yang umum
menurunkan kadar kolesterol baik (HDL), (2) dilakukan pada pasien yang mengalami
Hiperlipidemia (trigliserida). Trigliserida atherosklerosis dengan 3 atau lebih penyumbatan
merupakan lemak di dalam tubuh yang terdiri pada arteri koroner atau penyumbatan yang
dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak signifikan pada Left Main Artery Coroner (Chulay
jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar dan Burns, 2006). Prosedur ini menggunakan
trigliserida yang tingga akan memicu arteri atau vena dari tempat lain dalam tubuh
pembentukan aterosklerosis dan menimbulkan untuk membuat jalan pintas melewati bendungan
penyakit jantung koroner. Nilai normal trigliserida dalam arteri koroner. Pembedahan bypass
adalah < 150 mg/dl, (3) Diabetes Mellitus. Kadar memperbaiki aliran darah ke jantung, menurunkan
gula dalam darah yang tidak terkontrol akan nyeri dada, dan mencegah serangan jantung
menyebabkan penurunan aliran darah sehingga (infark).
mempermudah pembentukan aterosklerosis pada Pembedahan ini sangat efektif dilakukan
arteri koroner yang menyebabkan penyakit pada penderita angina dan penyakit arteri koroner
jantung koroner, (4) Hipertensi. Tekanan darah yang tidak meluas. Pembedahan ini bisa
yang terus menerus tinggi akan menyebabkan memperbaiki toleransi penderita terhadap
pembesaran ventrikel kiri dan meningkatkan aktivitasnya, mengurangi gejala dan memperkecil
kerja jantung sehingga menurunkan pompa jumlah atau dosis obat yang diperlukan.
jantung termasuk ke otot jantung sendiri. Selain Pembedahan dilakukan pada penderita angina
itu hipertensi juga memudahkan terjadinya berat yang: tidak menunjukkan perbaikan pada
aterosklerosis yang akan menimbulkan sumbatan pemberian obat-obatan..
koroner jantung, (5) Jenis kelamin. Pria beresiko Secara sederhana, CABG adalah operasi
mengalami penyakit jantung koroner lebih dini pembedahan yang dilakukan dengan
di banding wanita. Pada usia 40-49 tahun pria memindahkan pembuluh darah atau bypass
memiliki risiko dua kali lebih sering menderita terhadap pembuluh darah yang tersumbat
penyakit ini dibanding wanita, tetapi pasca sehingga melancarkan kembali aliran darah yang
menopause, rasio menjadi sama antara pria dan membawa oksigen untuk otot jantung yang
wanita, dan (6) Genetik. Faktor keturunan tidak diperdarahi pembuluh tersebut.
dapat diabaikan pada penyakit jantung koroner, Coronary Artery Bypass Graft (CABG)
karena jika ada riwayat jantung koroner dini pada bertujuan untuk revaskularisasi aliran arteri
orang tua atau anggota keluarga yang lain, maka koroner akibat adanya penyempitan atau
meningkatkan resiko terjadinya penyakit yang sumbatan ke otot jantung. Pasien penyakit jantung
sama. koroner (PJK) yang dianjurkan operasi CABG
adalah pasien yang hasil kateterisasi jantung
Reperfusi Miokardium ditemukan: (1) Penyempitan >50% dari left main
Tindakan medis yang bertujuan untuk disease atau left main equivelant yaitu
reperfusi myokard pada penyakit jantung koroner penyempitan menyerupai left main arteri misalnya
adalah (1) PTCA (Percutaneous Coronary ada penyempitan bagian proximal dari arteri
Angioplasty), yaitu pemasangan stent atau cukup anterior desenden dan arteri circumflex, (2)
dengan meniupkan balon pada lokasi stenosis, Penderita dengan 3 vessel disease yaitu 3 arteri

UPN "VETERAN" JAKARTA


koroner semuanya mengalami penyempitan mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah
bermakna yang fungsi jantung mulai menurun sehingga dibutuhkan lebih banyak cairan untuk
(EF:<50%>), (3) Penderita yang gagal dilakukan memenuhi rongga pembuluh darah, (3)
balonisasi dan stent, (4) Penyempitan 1 atau 2 perdarahan pasca operasi jantung terbagi 2 yaitu
pembuluh namun pernah mengalami gagal medical dan surgical. Perdarahan medikal terjadi
jantung, dan (5) Anatomi pembuluh darah suitable karena gangguan pembekuan darah akibat rusak
(sesuai) untuk CABG. dan pecahnya trombosit. Selain itu mekanisme
Secara mutlak tidak ada kontraindikasi pembekuan darah juga akan terganggu bila
CABG, tetapi secara relatif CABG pasien dalam keadaan hipotermik. Kedua,
dikontraindikasikan bila terdapat berbagai faktor perdarahan surgical terjadi karena faktor
yang memperberat atau meningkatkan resiko pembedahan seperti jahitan yang bocor atau dari
selama dan sesudah operasi, seperti: (1) faktor dinding dada akibat tusukan kawat sternum.
usia yang sudah sangat tua, (2) pasien dengan Jumlah drainase tidak boleh melebihi
penyakit pembuluh darah koroner kronik akibat 3cc/kgBB/jam selama 3 jam berturut-.turut, (4)
diabetes mellitus dan EF yang sangat rendah tamponade jantung adalah kondisi dimana
<15%, (3) sklerosis aorta yang berat, dan (4) terkumpulnya cairan di lapisan pericardium
struktur arteri koroner yang tidak mungkin untuk jantung yang menekan jantung dari luar sehingga
disambung. menghalangi darah untuk masuk ke ventrikel.
Operasi CABG menggunakan 2 teknik Manifestasi klinisnya adalah terjadi hipotensi
yaitu on pump dan off pump. Masing-masing arteri, bunyi jantung lemah, penurunan haluaran
teknik memiliki kekurangan dan kelebihan urine, tekanan PCWP dan CVP meningkat,
masing-masing. Pada operasi on pump prosedur takikardi, drainase berkurang, pulsus paradoksus
dijalankan menggunakan alat mekanis mesin (penurunan lebih dari 10 mmHg selama inspirasi),
jantung paru. Mesin jantung paru memungkinkan akral dingin, (5) kelebihan cairan merupakan
lapangan operasi yang bebas darah sementara masalah yang jarang terjadi pada pasien pasca
perfusi tetap dapat dipertahankan untuk jaringan bedah jantung. Tekanan arteri Pulmonal, PCWP
dan organ lain di tubuh. Pintasan jantung paru dan CVP meningkat. Biasanya diberikan diuretic
dilakukan dengan memasang kanula di atrium dan kecepatan pemberian cairan via intravena
kanan dan vena kava untuk menampung darah diperlambat, (6) gangguan afterload sering
dari tubuh. Kanula kemudian dihubungkan disebabkan oleh perubahan suhu tubuh pasien.
dengan tabung yang berisi cairan kristaloid Pada hipotermia terjadi konstriksi pembuluh
isotonic. Darah vena yang diambil dari tubuh darah sehingga terjadi peningkatan afterload.
disaring, di oksigenasi, dijaga temperatunya Penanganannya adalah dengan menghangatkan
kemudian dikembalikan ke tubuh. Kanula yang kembali pasien secara bertahap, dan jika
mengembalikan darah ke tubuh dimasukkan ke diperlukan dilakukan pemberian vasodilator
aorta ascenden. Operasi teknik off pump tidak sementara menunggu penghangatan. Sebaliknya
menggunakan mesin jantung paru sehingga demam atau kondisi hipertermik akan
jantung tetap berdetak secara normal dan paru- meningkatkan afterload, (7) Hipertensi terjadi
paru berfungsi secara biasa saat operasi dilakukan. akibat peningkatan afterload. Jika pasien sudah
Paska operasi CABG dapat terjadi mengalami hipertensi sebelum pembedahan maka
komplikasi potensial pada jantung diantaranya, penatalaksaan terapinya disesuaikan seperti
(1) gangguan preload meliputi hipovolemia, sebelum operasi, (8) Aritmia dapat mempengaruhi
perdarahan menetap, tamponade jantung dan curah jantung. Tujuan utama penanganannya
kelebihan cairan, (2) hipovolemia merupakan adalah mengembalikan irama jantung ke irama
penyebab tersering terjadinya penurunan curah sinus normal dan mencapai irama stabil yang
jantung setelah operasi jantung. Prosedur operasi menghasilkan curah jantung yang sesuai dengan
menyebabkan kehilangan darah meski sudah kebutuhan pasien, (9) gangguan Kontraktilitas.
dilakukan penggantian cairan. Namun pada saat Gagal jantung terjadi jika jantung tidak mampu
suhu tubuh dinaikkan yang awalnya hipotermi memompakan darah sesuai kebutuhan tubuh.

UPN "VETERAN" JAKARTA


Gejala klinis yang muncul adalah terjadi mengikuti perintah sederhana dalam 6 jam atau
penurunan tekanan arteri rata-rata, takikardi, menunjukkan perbedaan kemampuan antara
gelisah, kesulitan bernafas, edema dan terjadi tubuh kanan dan kiri harus dievalusi kemungkinan
peningkatan PCWP, PA dan CVP, dan (10) Infark stroke. Defisit neurologi yang dihasilkan dari
Miokard Post Operasi. Terjadi kematian sebagian prosedur intra operasi biasanya terjadi 24–48
otot jantung sehingga menurunkan kontraktilitas. jam pertama setelah operasi. Selain dari
Pengkajian yang dilakukan harus teliti untuk penggunaan CPB, gangguan neurologis yang
membedakan dengan nyeri karena faktor terjadi setelah beberapa hari perawatan biasanya
pembedahan. Infark miokard harus dicurigai jika dikarenakan tidak stabilnya hemodinamik post
tekanan arteri rata-rata menurun dengan preload operasi atau terjadi AF (Atrial Fibrilasi), (7)
yang normal. Serial EKG dan enzim dapat Gagal ginjal dan ketidakseimbangan elektrolit.
membantu penegakkan diagnose. Hipokalemi dapat diakibatkan oleh masukan
Komplikasi post CABG juga dapat terjadi yang kurang, pemberian diuretic, muntah, diare
pada paru-paru diantaranya, (1) Hematothorax dan stress pembedahan. Hiperkalemi dapat
dan Pneumothorax. Pemasangan WSD berguna disebabkan oleh peningkatan asupan, hemolisis
untuk mengalirkan perdarahan yang terjadi sel darah merah, insufisiensi ginjal, nekrosis
sehingga dapat mencegah akumulasi darah pada jaringan. Gejala yang terjadi adalah konfusi
rongga thorax (hematothorax). Hematothorax mental, gelisah, mual, kelemahan, parastesia
harus di drain karena darah yang terakumulasi ekstremitas. Hipernatremi dan hiponatremi.
bisa menyebabkan pertumbuhan bakteri dan Hiponatremi cukup jarang terjadi, biasanya lebih
mencegah terjadinya fibrous dan penghambatan disebabkan peningkatan cairan yang masuk ke
ekspansi paru, (2) Atelektasis, bisa disebabkan tubuh sehingga terjadi pengenceran natrium
oleh obat-obat anastesi atau faktor-faktor negative tubuh. Hipokalsemi dan hiperkalsemi.
dari pasien itu sendiri. Saat intubasi vetilator Hipokalsemi biasanya terjadi akibat alkalosis
hendaknya disesuaikan dengan kondisi pasien yang menurunkan jumlah Ca dalam cairan
dan adekuat untuk mencegah atelektasis terutama ekstrasel. Hiperkalsemi dapat menyebabkan
pada post operasi, (3) Pneumonia. Insiden aritmia yang serupa dengan keracunan digitalis,
pneumonia pada operasi jantung terjadi antara (8) Infeksi. Komplikasi yang sering dialami oleh
2-9%. Pasien yang mengalami penyakit paru pasien yang mendapatkan tindakan pembedahan.
kronik preop kolonisasi disaluran pernapasan, Penggunaan mesin CPB dan anastesi akan
atau perokok mempunyai insiden angka kejadian menurunkan system imunitas tubuh. Selain itu
yang tinggi untuk terkena pneumonia, (4) Emboli alat invasive yang melekat pada pasien bisa
Paru. Insiden emboli paru 1-2%terutama menjadi sumber infeksi, dan (9) Dekubitus. Luka
disebabkan oleh heparinisasi selama operasi dan yang terjadi akibat penekanan yang lama pada
hemodelusi setelah operasi. Stoking kompresi bagian tubuh yang menonjol. Peranan perawat
dan latihan mobilisasi di bed dan ROM tiap hari sangat vital mencegah terjadinya dekubitus
mungkin diperlukan untuk mencegah emboli khususnya pada pasien dengan bedrest total.
paru, (5) Kegagalan weaning. Insufisiensi Miring kanan-kiri adalah salah satu cara
respirasi adalah salah satu komplikasi setelah mencegah terjadinya dekubitus.
operasi jantung. Ketergantungan ventilator yang
lama akan menyebabkan kegagalan weaning. Latihan otot pernafasan dan nafas dalam
Intervensi keperawatan yang penting segera Latihan pernafasan merupakan upaya yang
dilakukan adalah weaning ventilator sesuai dilakukan untuk membantu memaksimalkan
protokol, mobilisasi pasien sedini mungkin, fungsi paru melalui pernafasan abdomen-
pasien didorong untuk bernapas spontan, diafragma dan lip-purse breathing (LPB). Latihan
manajemen nyeri dan cemas, (6) Komplikasi pernafasan dapat dilakukan sebagai salah satu
Neurologis. Kebanyakan pasien mulai pulih cara pencegahan terjadinya atelektasi paru.
kesadarannya dari efek anastesi dalam 1 sampai Latihan bernapas bertujuan untuk memperkuat
6 jam pasca operasi. Pasien yang tidak mampu otot-otot pernapasan dan mempermudah

UPN "VETERAN" JAKARTA


pengeluaran sekret dari saluran pernapasan otot asesoris pernapasan, karena dapat
(Sundaru, 2000). mengurangi beban kerja saat bernapas.
Latihan pernapasan dirancang dan dijalan-
kan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkon-
trol dan efisien mengurangi ansietas, menyingkir-
kan pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak
berguna, tidak terkoordinasi,melambatkan fre-
kuensi pernapasan, serta mengurangi udara yang
terperangkap. Latihan napas dalam dapat dila-
kukan pada penderita yang sudah mengerti perin-
tah dan kooperatif (Smeltzer dan Bare, 2002).
Tujuan latihan pernafasan dan napas dalam Gambar 2. Pergerakan Diafrahma Saat
adalah untuk mencapai ventilasi yang lebih Pernapasan Diafrahma
terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi
kerja bernapas, meningkatkan inflasi alveolar Pursed-lip breathing (PLB) adalah upaya
maksimal, meningkatkan relaksasi otot, bernafas dengan cara menghembuskan napas
menghilangkan ansietas, mengurangi udara yang perlahan-lahan melalui celah bibir yang tertutup.
terperangkap serta mengurangi kerja bernapas Dilakukan untuk mengontrol ekspirasi dan untuk
(Smeltzer & Bare, 2002). Latihan napas dalam memfasilitasi pengosongan alveoli yang
sangat bermanfaat untuk klien dalam membuka maksimal. PLB meningkatkan tidal volume dan
jalan napas yang mengalami penyempitan dan mengurangi udara yang terperangkap di alveoli.
menjadi salah satu terapi untuk mencegah Berdasarkan penelitian saturasi oksigen (SaO2)
terjadinya atelektasis pada pasien paska operasi meningkat 3-4% pada banyak pasien yang
coronary artery bypass graft (CABG). melakukan PLB (Tiep, 1986 dalam Hoeman,
(Wasterdahl, 2005). 1996; Brunner's dan Suddarth2007). Bernafas
pelan atau batuk yang tidak efektif dapat
menyebabkan mukus menumpuk, atelektasis,
hipoksemia, dan pneumonia. Melakukan nafas
dalam menolong untuk mengembangkan alveoli
dan meningkatkan batuk yang efektif sehingga
menurunkan risiko atelektasis atau infeksi paru.

METODE PENELITIAN
Intervensi keperawatan berbasis bukti
(evidence based nursing practice) ini
Gambar 1. Ekspansi dada saat bernafas menggunakan pendekatan quasi eksperiment
pretest posttest without control group, yang
Pada saat pernafasan diafragma, diafragma sampelnya diambil secara random. Pengukuran
datar selama inspirasi, meningkatkan fungsi paru menggunakan cara manual atau secara
pengembangan rongga dada dan ekspansi paru- klinis pasien, antara lain frekuensi bernafas,
paru. Pernapasan diafragma-abdominal telah saturasi oksigen, serta indicator fisiologis lainnya
lama dilakukan untuk meningkatkan meliputi tekanan darah dan frerkuensi jantung.
pengembangan paru dan dada. Pernapasan Pasien post operasi CABG yang telah
diafrahma-abdominal dan PLB (purse lip dilepas dari alat bantu pernafasan diberikan
breathing) dilakukan bersama- sama untuk intervensi keperawatan berupa latihan otot-otot
efisiensi pernapasan yang lebih maksimal. Latihan pernafasan dan nafas dalam, dan dinilai beberapa
ini akan meningkatkan pernapasan dan ventilasi indicator ekspansi dada dan paru sebelum dan
paru. Pernapasan melalui penggunaan pergerakan sesudah intervensi dilakukan.
diafrahma lebih baik dari pada menggunakan Pada saat post operatif, pasien diingatkan

UPN "VETERAN" JAKARTA


kembali tentang latihan pernafasan diafragma harus disesuaikan dengan kondisi ini. Hal ini
dan latihan nafas dalam menggunakan teknik lip dikarenakan pemberian analgesic pasien sudah
pursue breathing ( LPB). Mengingat fisioterapist mulai dikurangi sehingga dapat dimodifikasi
hanya melakukan latihan satu kali sehari, penting dengan teknik mengurangi nyeri dengan relaksasi
sekali peran perawat untuk melatih pernafasan sekaligus pada saat latihan nafas dalam.
secara continue kepada pasien, setidaknya 1 jam Dari pengamatan penulis, secara umum
setelah pasien dilakukan ekstubasi. Latihan dila- tidak ada hambatan berarti untuk melakukan stu-
kukan pada saat pasien terbangun (siang hari). di ini. Kolaborasi dengan dokter diperlukan untuk
Pasien diberi penjelasan kemudian diberikan melakukan pratik ini untuk mengantisipasi adanya
contoh, setelah itu pasien diberi kesempatan men- nyeri berlebih pada saat pelaksanaan. Kerjasama
coba dan di evaluasi hasilnya (Westerdahl, 2005). dengan perawat di unit sangat mutlak dibutuhkan
Instruksi pernapasan diaprahma, yaitu (1) agar intervensi ini dapat berlangsung optimal.
lakukan pernapasan pada posisi fowler, punggung
dan bahu disangga dengan bantal, (2) letakkan Pasien Intervensi
tangan dengan rileks diatas dada (dibatas iga, Dalam pelaksanaan EBNP ini, Pasien post
rasakan dengan jari-jari gerakan dada turun), (3) op CABG yang sudah dipindahkan dari ICU ke
bernapas dengan perlahan-lahan dan dalam, hingga intermediate (IWB) yang masuk kriteria
iga turun tertarik kearah dalam, (4) tarik napas pelaksanaan EBNP. Pasien yang dilibatkan pada
dalam melalui hidung dan mulut, biarkan perut EBNP ini adalah 20 orang pasien post operasi
menggembung dan paru-paru terisi udara, (5) tahan CABG. Kriteria inklusi EBNP ini adalah bersedia
napas dalam hitungan 1-5, (6) ekshalasi dan biarkan menjadi responden, semua pasien post operasi
semua udara keluar melalui hidung dan mulut, dan CABG yang telah dilakukan ekstubasi minimal
(7) ulangi latihan sebanyak 15 kali dengan periode 1 jam sebelumnya sampai hari ke-4. Pasien
istirahat sebentar setiap 5 kali napas. berusia antara 35-70 tahun.
Kriteria ekslusi adalah pasien post CABG
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan komplikasi yang berarti seperti perdarahan
Pelaksanaan EBNP latihan pernafasan dan hebat atau nyeri hebat, tidak kooperatif, emosional
nafas dalam di RS Jantung dan Pembuluh Darah atau hemodinamik sedang tidak stabil saat
Harapan Kita diupayakan sama dengan dilakukan prosedur, antara lain (1) semua pasien
mendasarkan pada penelitian yang dilakukan yang telah dipilih menjadi responden dan
oleh Westerdahl, E., Lindmark, B., Eriksson, T., memasuki kriteria inklusi ditentukan menjadi
Örjan Friberg, dkk, (2005), mengenai “Deep- responden, (2) responden diberi informed consent
Breathing Exercises Reduce Atelectasis and setelah setuju responden di random menggunakan
Improve Pulmonary Function After Coronary tabel random, (3) responden dilakukan
Artery Bypass Surgery, Pengukuran keberhasilan pengukuran sebelum dilakukan intervensi
ekspansi dada dan paru menggunakan pengukuran meliputi tekanan darah, denyut jantung, frekuensi
frekuensi pernafasan, saturasi oksigen, frekuensi pernafasan dan saturasi oksigen, (4) responden
jantung dan tekanan darah diberi latihan otot pernafasan dan nafas dalam.
Berdasarkan analisis literatur mengenai Paska ekstubasi sampai hari ke-4 selain dilakukan
penerapan latihan otot-otot pernafasan dan nafas chest fisioterapi dan latihan nafas dalam oleh
dalam merupakan hal yang penting yang petugas fisioterapi satu kali perhari, juga
dilakukan oleh perawat sebagai intervensi dilakukan latihan pernafasan diafragma dan nafas
mengurangi komplikasi ateltasis dan infeksi paru. dalam oleh perawat. Pasien yang dalam kondisi
Latihan otot-otot pernafasan dan nafas dalam ini bangun (siang hari) dan tidak sedang kesakitan,
berdampak terhadap beberapa efek fisiologis dan diposisikan fowler atau semi fowler, diminta
psikologis dari pasien post operasi CABG. Pasien meletakan kedua tangan di atas dada, lalu diminta
post CABG yang telah di ekstubasi seringkali menarik nafas dalam (dalam hitungan 1-4),
masih mengeluh nyeri pada luka operasi dan juga kemudian tahan nafas (dalam hitungan 1-5), lalu
pada area pemasangan drain sehingga latihan hembuskan nafas perlahan (dalam hitungan 1-8)

UPN "VETERAN" JAKARTA


melalui mulut dengan membentuk bulatan pada Tabel 3.
mulut (lip purse breathing). Ajarkan pasien untuk Distribusi rata-rata Frekuensi Jantung menurut
melakukan 30 kali nafas dalam dalam 1 jam, dengan Pengukuran Pre dan Post Latihan
metode tiap 10 kali nafas dalam pasien nafas biasa Variabel Mean SD SE P Value N
selama 1 menit, kemudian ulangi kembali 10 kali
Pengukuran 1 91.1 9.5 2.1 0.003 20
nafas dalam dan seterusnya, dan (5) setelah selesai Pengukuran 2 87.3 9.0 2.0
intervensi maka dilakukan pengukuran kembali
terhadap parameter tekanan darah, denyut jantung, Berdasarkan tabel 3 tersebut diatas, setelah
frekuensi pernafasan dan saturasi oksigen dilakukan intervensi latihan nafas dalam dan otot
Penerapan EBN (Evidence Based Nursing) pernafasan maka terjadi perubahan pada hasil
nafas dalam dan latihan otot pernafasan pada pengukuran denyut jantung. Frekuensi denyut
pasien post operasi jantung hari ke-2 sampai ke- jantung mengalami penurunan, dan terdapat
4 dilakukan untuk memperbaiki fungsi sirkulasi perbedaan yang signifikan (p=0,003). Intervensi
dan oksigenasi dengan meningkatkan ekspansi keperawatan ini telah dapat membantu memper-
dada dan paru melalui efek fisiologis berupa pe- baiki fungsi sirkulasi dan kerja jantung pasien
nurunan tekanan darah, denyut jantung, frekuensi melalui pengembangan dada dan paru yang optimal
pernafasan dan peningkatan saturasi oksigen. sehingga frrekuensi jantung pasien lebih stabil.
Hasil penerapan EBN dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 4. Distribusi rata-rata Frekuensi Pernapasan
Tabel 1. menurut Pengukuran Pre dan Post Latihan
Distribusi rata-rata Tekanan Darah Sysrolik
Variabel Mean SD SE P Value N
menurut Pengukuran Pre dan Post Latihan
Pengukuran 1 28.3 16.9 3.7 0.01 20
Variabel Mean SD SE P Value N Pengukuran 2 17.3 4.2 0.91
Pengukuran 1 121.5 24.375 5.45 0.001 20
Pengukuran 2 112.7 19.421 4.34 Berdasarkan tabel 4 tersebut diatas, setelah
dilakukan intervensi latihan nafas dalam dan otot
Tabel 2. pernafasan maka terjadi perubahan pada hasil
Distribusi rata-rata Tekanan Darah Diastolik pengukuran frekuensi pernafasan. Terjadi
menurut Pengukuran Pre dan Post Latihan penurunan frekuensi pernafasan setelah
mendapatkan intervensi sehingga terdapat
Variabel Mean SD SE P Value N
perbedaan yang signifikan antara frekuensi
Pengukuran 1 64.1 24.375 9.9 0.007 20
pernafasan sebelum intervensi dan setelah
Pengukuran 2 60.95 19.421 9.38
intervensi (p=0,01). Intervensi keperawatan ini
telah dapat membantu memperbaiki fungsi
Berdasarkan tabel 1 dan 2 tersebut diatas, oksigenasi dan paru melalui pengembangan dada
setelah dilakukan intervensi latihan nafas dalam dan paru yang optimal sehingga memperbaiki
dan otot pernafasan maka terjadi perubahan pada pola nafas pasien.
hasil pengukuran tekanan darah, systolic dan
diastolic. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat Tabel 5.
perbedaan yang signifikan antara tekanan darah Distribusi rata-rata Saturasi Oksigen Perifer
sistolik sebelum mendapatkan intervensi dan setelah menurut Pengukuran Pre dan Post Latihan
mendapatkan intervensi (p=0,001). Pada tekanan
darah diastolic, terdapat perbedaan yang signifikan Variabel Mean SD SE P Value N
antara TD diastolik sebelum intervensi dan setelah Pengukuran 1 94.50 15.9 3.5 0.002 20
intervensi (p=0,007). Intervensi kepe-rawatan ini Pengukuran 2 99.0 1.2 0.28
telah dapat membantu memperbaiki fungsi sirkulasi
dan pengaturan hemodinamik pasien melalui Berdasarkan tabel 5 tersebut diatas, setelah
pengembangan dada dan paru yang optimal dilakukan intervensi latihan nafas dalam dan otot
sehingga tekanan darah pasien dapat terkontrol. pernafasan maka terjadi perubahan pada hasil

UPN "VETERAN" JAKARTA


pengukuran saturasi oksigen, yaitu terjadi Hiltunen, F.E., Winder, A.P.,Rait A. M.,Buselli,
peningkatan saturasi oksigen setelah mendapatkan F. E., Carrol, L.D., dan Rankin, H.S. 2005.
intervensi sehingga terdapat perbedaan yang Implementation of efficacy enchancement
signifikan antara saturasi oksigen sebelum nursing intervention with cardiac
intervensi dan setelah intervensi (p=0,002). elders.Journal Rehabilitation nursing, Vol.
Intervensi keperawatan ini telah dapat membantu 30 no 6. Nov/Dec. ANCC.COA
memperbaiki fungsi oksigenasi dan paru melalui Ignatavicius, dan Workman. 2006. Medical
pengembangan dada dan paru yang optimal Surgical Nursing: Critical thinking for
sehingga memperbaiki oksigenasi pasien. hycollaborative care, fifth edition, St. Louis,
Missouri 63146
SIMPULAN Kozier B., Erb G., Berman A., Snyder S. 2008.
Pemberian intervensi keperawatan dengan Fundamentals of Nursing: Concepts,
melatih pasien menggunakan otot-otot pernafasan Process, and Practice, Eighth Edition,
serta latihan nafas dalam secara teratur selama Pearson Prentice Hall
15 menit pada pasien post operasi jantung pada
Lavie, C. J., dan Milani, R. V. 1999. Effects of
hari ke-2-4 terbukti efektif meningkatkan eks-
cardiac rehabilitation and exercise trainng
pansi dada dan paru, yang berdampak pada per- programs on coronary patients with high
baikan fungsi sirkulasi dan oksigenasi. Hal ini levels of hostility. Mayo Clinic Proceedings,
dapat dilihat dari perbedaan hasil yang significan 74:10, 959-66. Retrieved from
pada pengukuran tekanan darah, denyut jantung,
frekuensi pernafasan serta saturasi oksigen. Lynne Geddes, E., Darlene Reid, W., Crowe, J.,
Intervensi latihan otot pernafasan dan nafas Kelly O'Brien, dan Brooks, D. 2005.
Inspiratory muscle training in adults with
dalam adalah intervensi keperawatan yang sederhana
chronic obstructive pulmonary disease: A
dan mudah untuk dilakukan, tetapi memberi efek
systematic review. Respiratory Medicine,
terapi yang sangat efektif terhadap pemulihan atau 99:11, 1440-1458. doi: http://dx.doi.org/
kesembuhan pasien post operasi CABG. Pasien 10.1016/j.rmed.2005.03.006
dapat diajarkan untuk selanjutnya dapat melakukan
secara mandiri setiap saat. Perawat sebagai petugas NANDA. 2006. NANDA, NOC and NIC Linkages
kesehatan yang berada 24 jam bersama pasien Nursing diagnoses: definitions &
memiliki peran penting untuk membantu pasien Classification, NANDA International,
dapat bernafas dengan nyaman melalui ekspansi philadelphia Mosby, Elsevier
dada dan paru secara maksimal sehingga dapat Potter, P.A dan Perry, A.G. 2006. Fundamental
mencegah komplikasi, memperpendek masa rawat Of Nursing: Concepts, Procces and
pasien di rumah sakit dan tentunya dapat mengurangi practice, St Louis: CV Mosby Company.
biaya perawatan pasien. Smeltzer, S. C., Bare B.G., Hinkle J.L., Cheever
K.H. 2008. Textbook of Medical Surgical
DAFTAR PUSTAKA Nursing, 9th edition, Philadelphia,
Bianchi. 2004. Chest wall kinematics and Lippincot, Williams & Wilkins
breathlessness during pursed lip breathing
in patients with COPD. American college Westerdahl, E., Lindmark, B., Eriksson, T., Örjan
of chest physicians. Friberg, dkk. 2005. Deep-breathing
exercises reduce atelectasis and improve
Black, dan Hawks. 2005. Medical surgical pulmonary function after coronary artery
nursing clinical management for positive bypass surgery*. Chest, 128:5, 3482-8.
outcomes. 7th ed. St Louis, Missouri. Retrieved from http://search.proquest.
Elsevier Saunders. com/docview/200458602?accountid=17242
Brunner, dan Suddarth, 2002. Buku Ajar Woods, Susan. dkk. 2005. Cardiac Nursing, edisi
Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. 5, philadelphia, A Wolters Kluwer
Jakarta: Penerbit Buku, Jakarta EGC. Company, Lippincott Williams & Wilkins

UPN "VETERAN" JAKARTA

You might also like