You are on page 1of 7

‫‪Khutbah Jum'at: Pentingnya Pendidikan‬‬

‫‪27‬‬

‫‪MAY‬‬

‫‪2011‬‬

‫‪Print‬‬

‫‪Penulis: alquran-sunnah‬‬

‫‪Dibaca: 19538 kali.‬‬

‫ي لدهه أدمشهدهد‬ ‫ت أدمعدماِلإدناِ دممن يدمهإدإه اه فدلد هم إ‬


‫ضنل لدهه دودممن يه م‬
‫ضلإمل فدلد دهاِإد د‬ ‫إإنن املدحممدد إلإ ندمحدمهدهه دوندمستدإعمينههه دوندمستدمغفإهرهه دوندهعموهذ إباِلإ إممن هشهرموإر أدمنفهإسدناِ دودسيندئاِ إ‬
‫أدمن لد إإلهد إإلن اه دوأدمشهدهد أدنن همدحنمددا دعمبهدهه دودرهسمولههه‬

‫صنل دودسلنمم دعلى همدحنمدد دودعلى آلإإه إوأد م‬


‫صدحاِبإإه دودممن تدبإدعههمم بإإ إمحدساِدن إإدلى يدموإم الندمين‬ ‫‪.‬داللههنم د‬

‫ق تهدقاِتإإه دولد تدهمموتهنن إإلن دوأدمنتهمم هممسلإهممودن‬


‫دياِأديندهاِ الندذميدن آدمنهموا اتنهقوا اد دح ن‬

‫ث إممنههدماِ إردجاِلد دكثإميدرا دونإدساِدء دواتنهقوا اد الدإذي تددساِدءلهمودن بإإه دومالدمردحاِم د‬


‫ق إممندهاِ دزمودجدهاِ دوبد ن‬ ‫دياِأديندهاِ الدناِ ه‬
‫س اتنقهموا دربنهكهم النإذي دخلدقدهكمم إممن ندمف د‬
‫س دواإحدددة دودخلد د‬
‫إإنن اد دكاِدن دعلدميهكمم درقإميدباِ‬

‫صلإمح لدهكمم أدمعدماِلدهكمم دويدمغفإمرلدهكمم هذنهموبدهكمم دودممن يهإطإع اد دودرهسمولدهه فدقدمد دفاِدز فدمودزا دعإظميدماِ‪ ،‬أدنماِ بدمعهد‬
‫… دياِأديندهاِ النإذميدن آدمنهموا اتنهقوا اد دوقهمولهموا قدمولد دسإدميددا يه م‬

‫ضلدلددة‪،‬‬ ‫صنلى ا دعلدميإه دودسلندم‪ ،‬دودشنر مالههمموإر هممحدددثاِتهدهاِ‪ ،‬دوهكنل هممحددثددة بإمددعةة دوهكنل بإمددعدة د‬ ‫ا‪ ،‬دودخميدر املهدمد إ‬
‫ى هدمد ه‬
‫ى همدحنمدد د‬ ‫ق املدحإدمي إ‬
‫ث إكدتاِ ه‬
‫ب إ‬ ‫فدأ إنن أد م‬
‫صدد د‬
‫ضلدلدإة إفيِ النناِإر‬
‫‪.‬دوهكنل د‬

‫‪Khutbah yang Pertama‬‬

‫‪Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,‬‬

‫‪Kami mengajak kepada semua jama’ah, marilah kita semua meningkatkan takwa kepada Allah‬‬
‫‪subhanahu wata’ala. Bekal takwa inilah yang akan menyelamatkan kita dari siksa neraka. Karena tidak‬‬
‫‪ada yang akan selamat dari neraka, kecuali orang-orang yang bertakwa.‬‬

‫‪Firman Allah Ta’ala, artinya,‬‬


“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang
zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72)

Kaum muslimin yang berbahagia,

Islam, agama yang sempurna, sangat memperhatikan pertumbuhan generasi. Untuk itu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kita agar memilih istri shalihah, penuh kasih sayang
dan banyak keturunannya. Dari istri-istri yang shalihah ini, diharapkan terlahir anak-anak yang shalih-
shalihah, kokoh dalam beragama. Sehingga islam menjadi kuat dan musuh merasa gentar. Demikianlah,
ibu memiliki peran yan dominan dalam membangun pondasi dan mencetak generasi, karena dialah yang
akan mendidik anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Perhatian Islam lainnya yang terkait dan ikut berpengaruh dengan pendidikan anak, yaitu Rasulullah
menganjurkan agar orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya. Suatu nama akan turut
memberi pengaruh pada anak. Sehingga banyak riwayat yang menjelaskan Rasulullah merubah beberapa
nama yang tidak sesuai dengan Islam.

Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
bahwa ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan
memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ضإرهبوههمم دعلدميدهاِ دوههمم أدمبدناِهء دعمشدر دوفدررهقوا بدميندههمم إفيِ مالدم د‬


‫ضاِإجإع‬ ‫صلدإة دوههمم أدمبدناِهء دسمبإع إسنإميدن دوا م‬
‫همهروا أدمولدددهكمم إباِل ص‬

“Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan
melakukannya bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka.” (HR.
Abu Daud, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih Sunan Abi Dawud. No. 466).

Perintah mengajarkan shalat, berarti juga mencakup hal-hal berkaitan dengan shalat. Misalnya, tata cara
shalat, thaharah, dan kewajiban shalat berjama’ah di masjid, sehingga anak bisa lebih dekat dan akrab
dengan kaum Muslimin.
Adapun pukulan pada anak, Islam memperbolehkan para orang tua untuk memukul, jika anak malas dan
enggan melakukan shalat. Tetapi hendaklah diperhatikan, pukulan tersebut dalam batas-batas tarbiyah
(pendidikan), dengan syarat bukan pukulan yang membahayakan, dan bukan pula pukulan mainan,
sehingga tidak ada pengaruh apapun. Di antara tujuannya, supaya anak merasakan hukuman bila ia
melakukan kemaksiatan meninggalkan shalat.

Namun kita lihat pada masa ini, pukulan, sebagai salah satu wasilah dalam tarbiyah, banyak ditinggalkan
para orang tua. Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak. Padahal rasa sayang yang
sebenarnya harus diwujudkan dengan pemberian pendidikan. Dan salah satunya dengan dipukul saat
anak melakukan perbuatan maksiat.

Rasulullah juga memerintahkan para orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak yang telah
memasuki usia sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, ialah untuk menghindari fitnah syahwat.

Oleh karena itu, jika orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anaknya saat mereka tidur, lalu
bagaimana saat mereka keluar dari rumah dan bergaul dengan masyarakat? Maka tentu orang tua
memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Orang tua harus senantiasa mengawasi anak-anaknya,
menjauhkannya dari teman dan pergaulan yang buruk lagi menyesatkan. Karena tarbiyah tidak hanya
ketika berada di rumah saja, namun juga ketika anak-anak berada di luar rumah. Sebagai orang tua harus
mengetahui tempat dan dengan siapa anak-anaknya bergaul. Ingatlah, orang tua adalah pemimpin, ia
akan diminta tanggung-jawabnya.

ُ‫ع دوهكللهكمم دممسهؤوةل دعمن درإعيصتإإهه‬


‫كللهكمم درا د‬

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang yang kalian
pimpin.” (Muttafaqun ‘alaih).

Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,

Kebaikan anak menjadi penyebab kebaikan, khususnya bagi orang tua dan keluarganya, dan secara
umum untuk kaum Muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‫ح يدمدهعو لدهه‬ ‫صددقددة دجاِإريددة أدمو إعملدم يهمنتدفدهع بإإه أدمو دولددد د‬
‫صاِلإ د‬ ‫طدع دعدملههه إإلص إممن ثدلد د‬
‫ث د‬ ‫ت امبهن آدددم امنقد د‬
‫إإدذا دماِ د‬

“Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara:
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR.
Muslim)

Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya, memiliki
manfaat dan pengaruh yang besar bagi para orang tua, baik ketika masih hidup maupun sesudah
meninggal dunia. Ketika orang tua masih hidup, sang anak akan menjadi hiburan, kebahagiaan dan
qurrata a’yun (penyejuk hati). Dan ketika orang tua sudah meninggal dunia, maka anak-anak yang shalih
senantiasa akan mendoakan, beristighfar, dan bershadaqah untuk orang tua mereka.

Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan ia durhaka. Anak yang durhaka tidak
bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun saat sudah meninggal.
Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian dan keburukan. Keadaan seperti ini
bisa terjadi, jika para orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan atau tarbiyah anak-anaknya.

Salah satu contoh dalam tarbiyah yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap adil terhadap
semua anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita,

‫دفاِتصهقوا اد دوامعإدهلوا بدميدن أدمولدإدهكمم‬

“Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuatlah adil kepada anak-anakmu.” (HR. Imam al-
Bukhari).

Pernah terjadi, ketika salah seorang sahabat memberi kepada sebagian anak-anaknya, kemudian ia
menghadap kepada Rasulullah supaya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi saksi. Maka beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah semua anakmu engkau beri seperti itu?” Dia menjawab,
“Tidak,” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Carilah saksi selain diriku, karena aku
tidak mau menjadi saksi dalam keburukan. Bukankah akan bisa membahagiakanmu, apabila engkau
memberikan sesuatu yang sama?” Dia menjawab, “Ya,” maka kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Maka lakukanlah!”
Kaum Muslimin yang berbahagia,

Anehnya ada sebagian orang tua, manakala dinasehati tentang tarbiyah anak, justru melakukan
sanggahan. Orang tua ini mengatakan bahwa kebaikan ada di tangan Allah, atau hidayah terletak di
tangan-Nya. Memang benar hidayah berada di tangan Allah, sebagaimana firman ta’ala, artinya,

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah
memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk”. (QS. Al-Qashash: 56)

Namun yang perlu diperhatikan, faktor yang menjadi penyebab adanya kebaikan dan hidayah ialah
karena peran orang tua. Apabila para orang tua telah berperan secara maksimal dan telah menunaikan
kewajibannya dalam tarbiyah, maka hidayah berada di tangan Allah subhanahu wata’ala. sedangkan jika
orang tua lalai dan mengabaikan tarbiyah, maka Allah subhanahu wata’ala akan memberikan balasan
dengan kedurhakaan dan keburukan kapada anak. Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

‫صدرانإإه أدمو يهدمرجدساِنإإه‬ ‫هكلل دمموهلودد هيولدهد دعلدى مالفإ م‬


‫طدرإة فدأ دبددواهه يههدروددانإإه أدمو يهند ر‬

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak
menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Bukhari)

Di sinilah kita harus memahami secara benar, betapa besar peran orang tua terhadap anak. Orang tua
memiliki tanggung jawab membentuk keimanan dan karakter anak. Dari orang tua itulah akan terwujud
sosok kepribadian seorang anak.

Akhirnya, marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas kebenaran dan kabaikan. Karena
semua yang kita lakukan atas diri anak, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah
subhanahu wata’ala.

‫ت دفاِمستدمغفإهرموهه إإننهه ههدو املدغفهموهر النرإحميإم‬


‫أدقهموهل قدموإليِ دهذا أدمستدمغفإهر اد إليِ دولدهكمم دولإدساِئإإر املهممسلإإمميدن دواملهممسلإدماِ إ‬
[Khutbah Kedua]

Ma’asyiral Muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,

‫ي لدهه أدمشهدهد‬ ‫ت أدمعدماِلإدناِ دممن يدمهإدإه اه فدلد هم إ‬


‫ضنل لدهه دودممن يه م‬
‫ضلإمل فدلد دهاِإد د‬ ‫إإنن املدحممدد إلإ ندمحدمهدهه دوندمستدإعمينههه دوندمستدمغفإهرهه دوندهعموهذ إباِلإ إممن هشهرموإر أدمنفهإسدناِ دودسيندئاِ إ‬
‫أدمن لد إإلهد إإلن اه دوأدمشهدهد أدنن همدحنمددا دعمبهدهه دودرهسمولههه‬

Perhatian terhadap anak merupakan perkara yang teramat penting dan pertanggungjawaban yang besar
di hadapan Allah. Oleh karena itu, para manusia terbaik, yaitu para Nabi senantiasa mendoakan kebaikan
untuk diri dan anak keturunan mereka.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdo’a,

“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.” (QS.
Ash-Shaffat: 100)

“Ya Rabb kami jadikan kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan (jadikanlah) di antara
anak-cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 128).

Nabi Zakaria ’alaihissalamberdo’a,

“Di sanalah Zakaria berdoa kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau
seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a.” (QS. Ali ‘Imran: 38).

Begitu juga dengan para salaf pendahulu kita, mereka berdoa,

“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqan: 74).
‫‪Demikianlah para Nabi, meskipun memiliki kedudukan dan dekat dengan Allah subhanahu wata’ala,‬‬
‫‪mereka tetap saja senantiasa berdoa penuh harap, memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar‬‬
‫‪dianugerahi keturunan yang shalih dan shalihah, maka bagaimana dengan kita? Tentunya, kita tergerak‬‬
‫‪dan lebih bersemangat melakukannya.‬‬

‫‪Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan selalu berusaha memberikan pendidikan kepada anak-anak kita‬‬
‫‪dengan berlandaskan agama yang shahih dan lurus.‬‬

‫ك دحإمميةد دمإجميةد‪ ٌ.‬دودباِإرمك دعدلى همدحصمدد دودعدلى آإل همدحصمدد دكدماِ‬ ‫صلصمي د‬
‫ت دعدلى إإمبدراإهميدم دودعدلى آإل إإمبدراإهميدم‪ ،‬إإنص د‬ ‫داللصههصم د‬
‫صرل دعدلى همدحصمدد دودعدلى آإل همدحصمدد دكدماِ د‬
‫ك دحإمميةد دمإجميةد‬ ‫‪.‬دباِدرمك د‬
‫ت دعدلى إإمبدراإهميدم دودعدلى آإل إإمبدراإهميدم‪ ،‬إإنص د‬

‫ب النددعدوا إ‬
‫ت‬ ‫ك دسإمميةع قدإرمي ة‬
‫ب همإجمي ه‬ ‫ت مالدمحدياِإء إممنههمم دومالدممدوا إ‬
‫ت‪ ،‬إإنص د‬ ‫ت‪ ،‬دواملهممؤإمنإميدن دواملهممؤإمدناِ إ‬
‫‪.‬داللصههصم امغفإمر لإملهممسلإإمميدن دواملهممسلإدماِ إ‬

‫ف دعنناِ‬‫طاِقدةد لددناِ بإإه دوامع ه‬ ‫دربندناِ لدتهدؤاإخمذ دناِ إإمن ندإسميدناِ أدمو أدمخطدأمدناِ دربندناِ دولد تدمحإممل دعلدميدناِ إإ م‬
‫صدرا دكدماِ دحدمملتدهه دعدلى نالإذميدن إممن قدمبلإدناِ دربندناِ دولد تددحنمملدناِ دماِلد د‬
‫صمردناِ دعدلى املقدموإم املدكاِفإإرميدن‬
‫ت دممولددناِ دفاِمن ه‬‫‪.‬دوامغفإمر لددناِ دوامردحممدناِ أدمن د‬

‫‪.‬دربددناِ دءاتإدناِ إفيِ الندمندياِ دحدسندةد دوإفيِ مالدإخدرإة دحدسندةد دوقإدناِ دعدذا د‬
‫ب النناِإر‪ ٌ.‬والحمد ل رب العاِلمين‬

You might also like