You are on page 1of 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Chart Title
100
90
% daya berkecambah

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ko 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48
ntr ja ja ja ja ja ja ja ja ja ja ja ja ja ja ja ja ja ja ja
ol m m m m m m m m m m m m m m m m m m m
25% 60 68 69 62 76 71 92 54 81 79 79 52 82 73 91 84 81 71 80 89
50% 39 65 81 48 71 62 63 39 42 40 56 82 68 47 46 75 81 54 84 78
75% 54 66 59 51 76 92 72 82 83 86 92 88 82 85 90 81 56 81 80 79
100% 40 65 54 69 47 58 70 78 87 65 49 78 78 72 63 75 58 67 84 56

Gambar 1. Grafik daya berkecmbah tomat dengan presentase kadar air yang berbeda

Pembahasan

Ekstraksi adalah kegiatan memisahkan biji tomat dari daging buah segar
dan bahan lainnya yang tidak diperlukan (Widdi et al., 2017). Buah dan polong
dapat digolongkan menurut cara mengekstrasinya yaitu ekstraksi basah dan
ekstraksi kering. Kegiatan praktikum ekstraksi benih ini dilakukan dengan cara
ekstraksi benih basah secara fermentasi. Ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis
buah yang memiliki daging buah basah dan ekstraksi dilakukan dengan kondisi
buah masih segar. Fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan air.
Fermentasi bertujuan agar lendir lebih mudah memisah dengan benih. Lendir pada
buah tomat merupakan zat inhibitor bagi benih tomat yang dihasilkan (Yoanita et
al., 2017). Lendir dan cairan buah tomat juga mengandung likopen. Lendir
tersebut menyelimuti biji dan menyumbat lubang perkecambahan pada biji tomat,
sehingga harus dihilangkan. Benih tomat yang telah bersih dari pulp dan lendir
kemudian dikering anginkan dengan bantuan cahaya matahari.
Kuswanto (2003) menyatakan bahwa tomat termasuk buah berdaging dan
berair, sehingga memerlukan metode pemisahan daging buah dengan benih dan
perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Benih tomat mengandung zat
penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih.
Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan inhibitor
tersebut, diantaranya pencucian benih dengan air hingga semua zat penghambat
hilang, fermentasi beberapa hari, metode mekanis dengan menggunakan mesin,
metode kimiawi menggunakan larutan tertentu. Menurut Gunarta et al. (2014),
benih tomat yang diekstraksi dengan cara dicuci langsung dijemur dan benih yang
direndam air selama 24 jam tidak memiliki kemampuan secara maksimal dalam
membersihkan daging buah tomat yang masih melekat pada permukaan benih,
sehingga mempunyai andil terhadap nilai rata-rata jumlah benih per satuan berat.
Pada ekstraksi benih tomat yang umum diamati adalah mutu benih yang
meliputi mutu fisik, mutu genetik, dan mutu fisiologis benih. Penetapan mutu fisik
dicerminkan dari bentuk, ukuran, kebersihan, keseragaman, warna dan kecerahan
benih. Mutu genetik dimaksudkan untuk menilai kemurnian dan keunggulan
varietas dalam suatu lot benih. Sementara mutu fisiologis untuk menilai daya
tumbuh suatu lot benih, kadar air benih, dan vigor benih (Ai dan Ballo, 2010).
Iriani et al. (2017) menyatakan bahwa kecepatan tumbuh salah salah satu tolok
ukur dari parameter vigor kekuatan tumbuh yang erat hubungannya dengan vigor
benih. Nilai indeks vigor ialah nilai yang dapat mewakili kecepatan
perkecambahan benih. Tolok ukur vigor kekuatan tumbuh bibit menunjukkan
respon yang sama untuk teknik ekstraksi air langsung. Karavina et al. (2009),
menyatakan bahwa benih tomat yang difermentasi selama satu hari memiliki
persentase perkecambahan tertinggi.
Semua variabel dan parameter mutu benih tidak sepenuhnya diamati.
Pengamatan mutu fisik yang akan dilakukan meliputi bentuk, ukuran, kebersihan,
keseragaman, warna dan kecerahan benih. Mutu fisiologis yang diamati adalah
daya berkecambah benih, dan untuk mutu genetik tidak dilakukan pengamatan.
Bentuk, ukuran, kebersihan, keseragaman, warna dan kecerahan benih berbeda
pada setiap perlakuan. Bentuk benih tomat hasil ekstraksi seperti benih tomat pada
umumnya. Ukuran benih tomat yang diperoleh cenderung seragam walaupun ada
beberapa benih tomat yang berukuran abnormal. Berdasarkan hasil pengamatan
semakin lama benih difermentasi maka warna dan kecerahan benih akan semakin
baik. Warna dan kecerahan yang terbaik pada perlakuan 75% adalah pada waktu
44 jam.
Proses perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh
benih. Proses penyerapan air oleh benih mengikuti pola triphasic (3 fase). Fase I
diawali oleh penyerapan air secara cepat, ini dikarenakan adanya perbedaan
potensial antara air dan benih. Selanjutnya pada fase II, penyerapan air
berlangsung lambat, karena potensial air benih dengan lingkungannya dalam
keadaan seimbang, tetapi metabolisme benih secara aktif berlangsung. Pada fase
III penyerapan air kembali naik, yang mana proses perkecambahan telah lengkap
dengan ditandai oleh munculnya radikula (Ai dan Ballo, 2010).
Air yang ditambahkan bervariasi yaitu sebanyak 25%, 50%, 75%, dan
100%. Dan waktu fermentasi antara 12 jam hingga 48 jam. Penambahan air
dengan konsentrasi yang berbeda bertujuab untuk memperoleh informasi
perlakuan mana yang terbaik untuk menghasilkan mutu benih tomat yang baik.
Pada perlakuan 25% daya berkecambah yang paling tinggi sebesar 92% pada
waktu 22 jam. Daya berkecambah tertinggi sebesar 84% yaitu pada perlakuan
50% pada waktu 46 jam. Daya berkecambah tertinggi pada perlakuan 75% yaitu
92% pada waktu 20 jam. Pada perlakuan 100% daya berkecambah paling tinggi
adalah pada waktu 26 jam dengan presentase daya berkecambah sebesar 87%.
Daya berkecambah (DB) pada perlakuan kotrol atau tanpa perlakuan khusus
memiliki presentase DB yang rendah, DB tertinggi diperoleh pada perlakuan 25%
yaitu sebesar 60%.
Tolok ukur vigor kekuatan tumbuh bibit menunjukkan respon yang sama
untuk teknik ekstraksi air. Hal ini sesuai dengan penelitian Iriani et al. (2017) dan
dapat dilihat dari daya berkecambah benih tomat. Daya berkecambah yang
diperoleh pada praktikum ini sangat bervariasi, hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti jumlah air yang digunakan saat fermentasi terlalu banyak,
fermentasi yang terlalu lama, air fermentasi yang tidak langsung dibuang setelah
waktu yang ditetapkan, dan pengeringan benih tomat yang tidak sesuai dengan
prosedur sehingga menyebabkan kualitas benih tomat menurun. Setiap perlakuan
memiliki DB yang optimum pada jam berbeda, tapi rata-rata waktu yang
diperlukan untuk memperoleh DB maksimum adalah dengan difermentasi satu
hari atau 24 jam , hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Karavina et al. (2009).

Daftar Pustaka

Ai, N.S., M. Ballo. 2010. Peranan air dalam perkecambahan biji. J. Ilmiah Sains
10(2):190-195.
Gunarta, I.W., I.G.N. Raka, A.A.M. Astiningsih. 2014. Uji efektivitas beberapa
teknik ekstraksi dan dry heat treatment terhadap viabilitas benih tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). J. Agroekoteknologi Tropika 3(3):128-
136.
Iriani, Y.F., N. Kendarini, S.L. Purnamaningsih. 2017. Uji efektivitas beberapa
teknik ekstraksi terhadap mutu benih dua varietas tomat (Solanum
lycopersicum L.). Jurnal Produksi Tanaman 5(1):8-14.
Karavina, C., J. Chihiya, T.A. Tigere, R. Musango. 2009. Assesing the effect of
fermentation time on tomato (Lycopersicon lycopersicum Mill.) seed
viability. J. Sustainable Development in Africa 10(4):106-112.
Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih.
Kanisius, Yogyakarta.
Widdi, P., I. Yulianah, S.L. Purnamaningsih. 2017. Pengaruh teknik ekstraksi dan
varietas terhadap viabilitas benih tomat (Lycopersicum esculentum L).
Jurnal Produksi Tanaman 5(2):257-264.
Yoanita, F.I., N. Kendarini, dan S.L. Purnama. 2017. Uji efektivitas beberapa
teknik ekstraksi terhadap mutu benih dua varietas tomat (Solanum
lycopersicum L). Jurnal Produksi Tanaman 5(1):8-14.

You might also like