You are on page 1of 13

KONSEP DAN PROBLEMATIKA KESETARAAN GENDER DI

INDONESIA DALAM PERSFEKTIF ISLAM DAN ILMU KOSMOLOGI

Artikel ini disusun sebagai prasyarat untuk dapat mengikuti Latihan Khusus
Kohati/ LKK HMI Cabang Ciamis Tahun 2019

Disusun oleh:
ILMI NURPAUJIAH
CABANG CIAMIS

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CABANG CIAMIS


KOMISARIAT SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
2019KONSEP DAN PROBLEMATIKA KESETARAAN GENDER DI
INDONESIA DALAM PERSFEKTIF ISLAM DAN ILMU KOSMOLOGI

Ilmi Nurfauziyah - Cabang Ciamis

Abstrak: This study aims to determine the concept of gender equality in


Indonesia according to the perspective of Islam and cosmology, and to find out the
problem of gender equality in Indonesia according to the perspective of Islam and
cosmology. Data collection methods used in this study are literature studies. The
results of this study are that Islam never discriminates against its people, including
discrimination against women. Because God never distinguishes his people in any
form, except only piety and biology. Gender problems in Islamic cosmology view
every human being both male and female have their respective advantages and
disadvantages. In Islam, the emancipation movement of women emerged, namely
the defense of women's rights, the right to be educated and the right to play an
active role in society. In Islam, the emancipation movement invites more women
to return to the Qur'an and sunnah in matters of gender relations. In contrast to
western feminism, they are more compelled to move towards mutual freedom.

Keyworld: Gender Equality, Women, and Feminism.

A. PENDAHULUAN

Dalam Islam, Allah SWT. telah menciptakan segala sesuatunya secara adil
dan sesuai dengan kodratnya. Begitupun dengan manusia, Allah menciptakan
manusia dengan kodratnya berdasarkan keistimewaan dan kekurangan yang
terdapat pada laki-laki dan perempuan. Allah memang menciptakan laki-laki dan
perempuan dengan perbedaan kodrat, namun perbedaan kodrat tersebut
seharusnya tidak lantas membuat kedudukan wanita dalam Islamberada jauh
dibawah laki-laki dan laki-laki tidak berhak berperilaku kasar, ataupun senonok
pada wanita.
Kodrat wanita seringkali dijadikan alasan untuk mengurangi ataupun
merampas peran dan bahkan hak wanita, itu seringkali terjadi dalam lingkungan

1
masyarakat maupun keluarga. Laki-laki seringkali dianggap sebagai yang paling
dominan dan berhak untuk berkuasa atas segala hal, karena mereka memiliki
kekuatan yang lebih dari wanita. Dan perbedaan kodrat tersebut seringkali
membuat peran dan hak wanita jadi terbatasi dan pada akhirnya mayoritas
manusia berpikiran bahwa wanita hanya bisa mengambil andil urusan rumah
tangga atau hanya bisa mengurusi domestik saja, wanita sering di katakan tidak
akan bisa atau mampu untuk berkecimbung dalam dunia publik dan mereka hanya
mampu tunduk dibawah perintah laki-laki.
Kodrat wanita dalam Islam memang memiliki fisik yang tidak sekuat laki-
laki, namun hal tersebut tidak berarti bahwa wanita tidak dapat melakukan hal lain
selain kegiatan rumah tangga. Dalam Islam wanita memiliki hak dan kedudukan
yang sama dengan laki-laki walaupun tidak dalam segala hal, maka dari itu
kesetaraan gender atau emansipasi wanita dalam Islamdiperbolehkan, dengan
syarat tidak melanggar kodrat mereka sebagai wanita dan tidak membuat mereka
melupakan kewajiban sebagai seorang wanita. Dalam sumber syariat Islam seperti
Al-Qur’an dan hadits pun Allah telah menjelaskan bahwa dalam Islam bukanlah
agama yang diskriminasi terhadap wanita, justru wanita dalam pandangan
Islam memiliki kemuliaan dan keistimewaan lebih dibanding kaum laki-laki. Dan
dalam hadapan Allah SWT, baik laki-laki maupun perempuan memiliki derajat
yang sama, Allah tidak membedakan derajat keduanya berdasarkan gender(jenis
kelamin) yang ada pada diri mereka.
Karena pembagian jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan sudah pasti
memilki peran dan fungsi yang berbeda sesuai dengan biologisnya, namun
perbedaan tersebut tidak bisa selamanya dipandang sebagai ketidakadilan, karena
laki-laki dan perempuan memilki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang
dapat saling melengkapi jika hidup berdampingan. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penulis mengambil judul “Konsep dan Problematika Kesetaraan
Gender di Indonesia dalam Persfektif Islam dan Ilmu Kosmologi”

B. METODOLOGI PENELITIAN

2
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Studi literatur, yaitu dengan cara membaca atau mengambil informasi dari jurnal
ilmiah, buku dan juga memanfaatkan internet sebagai sumber informasi. Studi
literatur dilakukan untuk mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian, sehingga data yang akan dikumpulkan untuk dianalisis lebih akurat.

C. PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Konsep Kesetaraan Gender

Kesetaraan atau dalam bahasa inggris sering disebutdengan equality yang


memilki makna yang beragam. Dengan begitu dapat kita ambil satu arti dalam
kesetaraan yaitu kesamaan dalam kondisi untuk mendapatkan kesempatan
mengakses, berpasrtisipasi, mengontrol dan memperoleh manfaat disemua bidang
kehidupan. Sedangkan pengertian untuk gender sendiri juga berasal dari yaitu
gender yaitu perbedaan yang tampak pada laki-laki atau perempuan sebagai hasil
kontruksi sosial dan budaya bukan berdasarkan jenis kelamin. Adapula artian dari
gender itu sendiri yang berpendapat bahwa gender itu hanya perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki ini. Namun dalam pergerakannya makna gender
sebagai jenis kelamin sosial yang lebih sering digunakan, gnder adalah suatu sifat
yang dijadikan untuk mengidentifikasikan perbedaan antara laki-laki dan
perempuan yang dilihat dari segi sosial dan budaya atau rbentuk rekayasa
masyarakat bukan sesuatu yang kodrati. (Umar, 1999). Dapat dipahami bahwa
kesetaraan gender ini ialah kesamaan kondisi anatra laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh hak-nya sebagai manusia dalam peranan publik seperti ikut
berpartisipasi serta berperan dalam lingkup politik, hukum, sosial-budaya, dan
pendidikan untuk mencapai keejahteraan bersama.

Kesetaraan gender dalam prakteknya yang diusung oleh seorang kaum


feminis, sebuah gerakan feminisme ini dilakukan oleh aktivis sosialis prancis,
yaitu Charles Fourier pada tahun 1837. Ide yang diusungnya adalah transformasi
perempuan oleh masyarakat berdasarkan saling ketergantungan. Gerakan-gerakan
ini terus berkembang dan cukup banyak mempengaruhi perempuan yang
mengkombinasi emansipasi pribadinya dengan emansi sosial (Rokhmansyah,

3
2016:76). Pada perkembangan ini para feminisme mengunakan isu hak dan
kesetaraan perempuan sebagai landasan perjuangannya, yang kedua tentang
penindasan dan kebebasan,yang ketiga kaum feminisme menyatakan dirinya
sebagai gerakan pembebasan perempuan. (Rokhmansyah, 2016:40-47).
Kesetaraanlah yang menurut mereka jawaban dari berbagai persoalan yang
mereka hadapi dalam masyarakat dan keluarga. Gagasan inilah yang harus
diperjuangkan untuk mendapatkan sebuah keadilan. Satu hal yang harus
ditekankan dari gerakan itu yaitu makna kesetraan dalam ideologi para kaum
feminisme mereka ingin memilki persmaan hak dengan perbandingan 50:50 bagi
laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. (Megawangi, 1999)

Gerakan-gerakan mereka yang berhasil masuk pada ranah publik, mereka


memulai untuk masuk pada ranah agama. Karena adanya kejangalan bermunculan
ketidaksetaraan gender. Dalam hal ini yang mengupayakan kesetaraan gender
akan terus digulirkan hingga para perempuan mendapatkan hak dan kebebasanya
untuk menjadi pemimpin atau ikut aktif dalam ranah publik maupun intutusi
keluarga. Dalam skala nasional konsep kesetaraan gender secara empirik
kuantitatif dijadikan sebagai indikator pembangunan manusia. Karena melihat
gerakan ini di negara lain dengan dilatarbelakangi oleh semakin sempitnya
peluang gender (gender space) dan semakin tumpang tindihnya peran gender
(gender roles) yang dimana peran perempuan dan laki-laki yang diterapkan dalam
bentuk nyata menurut budaya yang dianutnya. Ada beberapa yang menjadi konsep
gender yang dikembangkan oleh Hubies, (Rokhmansyah, 2016:4) yaitu :

1) Gender diference, yaitu perbedaan-perbedaan karakter


perilaku, harapan yang dirumuskan untuk tiap-tiap orang menurut
jenis kelaminnya.

2) Gender gap, yaitu perbedaan dalam hubungan berpolitik


dan bersikap antara laki-laki dan perempuan.

3) Genderrization, yaitu acuang konsep penempatan jenis


kelamin padaidentitas diri dan pandangan orang lain.

4
4) Gender role, yaitu peran perempuan dan laki-laki yang
ditetapkan dalam bentuk nyata menurut budaya setempat.

Itulah yang melatarbelakangi sebagian besar negara yang masih memilki


nilai adat dan budaya yang masih cukup kuat menjadi landasan dalam
kehidupann, termasuk juga di indonesia yang masih sangat sulit dan terus
dihalangi, untuk mempermudah geraka ini para kaum feminis di indonsia
mencoba mencari perlindungan. Pada saat itu kaum feminis sudah memilki
tempar perlindungannya yaitu di balik gerakan yang diusung oleh R.A Kartini
yang bernama emansipasi wanita pada awal abad ke-20, mereka terus
memanfaatkan emansipasi tersebut dan berusaha mendoktrin serta mempengaruhi
masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender ini untuk diberlakukan di
indonesia sebagai gerakan pembaharuan bagi bangsa indonesia. Karena para
pemikir islam pun memandang bahwasannya gerakan kesetaraan gender ini
merupakan gerakan penunjang kemajuan islam pada abad 21. Jadi tidak harus
diherankan lagi jika kesetaraan dan keadilan gender ini terus di perjuangkan dan
terus didukung menjadi gagasan yang mutlak untuk diperjuangkan, karena
gerakan ini memilki alasan untuk memcapai pembangunan dan pengenmabngan
yang lebih sejahtera.

2. Gender dalam Persfektif Islam

Di dalam ayat-ayat al-qur’an maupun sunnah yang merupakan sumber


utama ajaran islam, banyak sekali nilai-nilai yang terkandung sehingga menjadi
petunjuk bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai tersebut ialah nilai kemanusiaan,
keadilan, dan kesetaraan, islam yang tidak pernah mentolerir adanya perbedaan
atau diskriminasi pada umatnya. Wacana yang sering muncul pada saat ini yang
menyebutkan islam mendiskriminasi para kaum perempuan, pandangan itu
sebenarnya tidak benar karena dalam islam telah dicantumkan dalam al-qur’an:
“Bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dalam
bentuk yang terbaik dan sama dengan kedudukan paling terhormat”[Q.S Al-
Isra:70]. Tidak ada pembeda antara seorang laki-laki dan perempuan terkecuali
terletak pada ketakwaan dan biologisnya.

5
3. Gender dalam Kosmologi Islam

Kosmologi sebuah cabang dari ilmu filsafat yang mempelajari alam


semesta sebagai suatu sistem yang rasional dan teratur, yang berkembang menjadi
kosmologi islam. Dalam kosmologi islam ini tidak terbatas oleh sistem rasional
dan teratur, namun alam semesta dipandang sebagai sebuah manifestasi Allah
SWT, yang diciptakan dan dipelihara melalui aktiitas sifat-sifat yang bertentangan
dengan allah sehingga dapat menghasilkan kehidupan yang stabil dan terpelihara.
Di antara sifat-sifat Allah SWT yang saling bertentangan tersebut seperti:

a) Maha pengasih dan maha pemurka

b) Maha membimbing dan maha menyesatkan

c) Maha lembut dan maha keras

d) Maha memuliakan dan maha menghinakan

Pada nama-nama yang bertentangan ini tidaklah benar-benar bertentangan


dalam artian umum, melainkan lebih kepada sifat komplementer dapat mengisi
satu sama lain atau melengkapi dan polar yang terbentuk karena adanya suatu
ikatan tersebut yang memiliki nilai sangat penting.

Kritikan kaum feminis terhadap berbagai aspek dalam islam yang


mengatur relasi dan kedudukan laki-laki juga perempuan, menjadi lahirnya sebuah
anggap bahwa aturan-aturan tersebut tidak layak untuk ditetapkan pada masa kini,
mereka menuntut pembaharuan hukum dan tatanan masyarakat. Artinya kaum
feminis menuntut kesetaraan kuantitatif antara laki-laki dan perempuan
sebagaimana yang telah berlaku di barat. Namun dilihat dari pandangan
kosmologi islam ini apakah kesetaraan gender ini merupakan ide yang sesuai
fitrahnya dan sesuai hakikatnya. Dalam menjawab pertanyaan tersebut akan kita
bahas terlebih dahulu hakikat manusia dan hubungannya dengan alam semesta
dan problem kesetaraan dalam persfektis islam dan kosmolosi islam.

4. Manusia dalam Persfektif Islam dan Kosmologi Islam

6
Menurut islam, manusia adalah makhluk yang paling sempurna, ia
diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi, pada saat manusia dilahirkan ia telah
membawa kemampuan-kemampuan yang disebut fitrah, dan fitrah ini yangdisebut
dengan potensi. Telah diciptakannya perempuan dan laki-laki supaya mereka
saling berhubungan timbal balik, saling mengenal, melengkapi karena tanpa
perempuan laki-laki tidak ada begitupun sebaliknya. Lalu allah ciptakan dua insan
itu dengan tidak ada pembeda pada diri masing-masing semua sama dalam
pandangan sang pencipta yang hanya membedakannya hanya tingkat ketaqwaan
dan fisik nya saja. `

Dalam kosmologi islam, sifat feminim dan maskulin ditentukan


berdasarkan aktif dan pasif nya zat yang disifati. Sebagai mana yang tertera pada
asmaul husna, Allah SWT memilki kedua sifat tersebut secara bersamaan. Yang
menunjukan allah bersikap maskulin dan bersifat feminim dalam menciptakan
alam semesta. Alam semseta ini menjadi cerminan dari sifat-sifat allah tersebut,
yang mana sifat maskulin dan feminim. Jika alam semesta merupakan alam besar
maka manusia adalah alam kecil (makhluk). Hal ini dikarenakan manusia telah
mencakup sebagai bagian di alam semseta ini. Maka mikrokosmos atau manusia
dengan alam semesta makrokosmos memilki hubungan yang sangat erat. Karena
kehidupan mereka tidak lebih dari gambaran dari kinerja alam semseta, karena
mereka memiliki sifat sama seperti alam, feminim dan maskulin.

Sifat alam semesta memiliki sifat yang lebih maskulin sedangkan bumi
cenderung kepada feminim. Demikian dengan laki-laki dan perempuan, laki-laki
dengan menujukan sifat maskulinnya sedangkan perempuan memiliki sifat
feminim. Dimana mereka akan timbul sesuai dengan fisik dan biologiya, dan
dibalik ada maskulin pasti selalu ada feminim begitupun sebaliknya yang
kemudian akan dikenal dengan dualitas sifat yang berdampingan pada sifat
keduannya. Inilah yang allah berikan sifat-sifatnya sebagai manifestasi yang justru
bukan bertentangan namun saling bertentangan satu sama lain, maka jika sesuatu
hal yang lumrah bagi manusia jika adanya perbedaan antar satu sama lainnya.
Karena keduannya memilki fisik dan biologis yang berbeda, serta dengan adanya

7
perdebaan seperti itu mereka akan mempunyai sikap, peran dan tugannya masing-
masing sebagai khalifah dimuka bumi ini.

Mengenai ayat al-qur’an Q.s An-Nisa ayat 32, yang digaris bawah
menjelaskan tentang qawamuna yang berarti kepemimpinan. Kepemimpinan ini
dalam kaitannya dengan tanggung jawab seorang laki-laki terhadap perempuan.
Tanggung jawab itu yang mengenai perihal dengan pendidikan, nafkah,
perlindungan dan berbagai kewajiban terhadap perempuan yang dibebankan
kepada laki-laki, hal ini dipandang bahwa laki-laki mampu untuk melaksanakan
tangung jawab tersebut.

Namun tidak bisa dipungkiri secara entitas tersebut, terdapat korelasi dan
korespondensi kosmi yang dengan alam semesta menjadi stabil. Dalam makna
laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi perbedaan itu tidak bermakna
salah satunya tidak membutuhkan yang lain. Dengan fenomena alam yang terjadi
tidak lain merupakan gambaran kehidupan manusia, sebab alam diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan manuisa.

5. Problematika Gender

Pada permasalahannya gender bukanlah sesuatu hal yang sangatlah besar


hanya terletak pada persepsi dimana perbedaan secara biologis antara laki-laki dan
perempuan dipandang menjadi nilai-nilai dan norma tentang kepantasan berperan,
bertangung jawab serta status laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek
kehidupan. Permasalahan yang kedua terletak pada kapasitas biologis perempuan
yang bersifat kodrati dalam melahirkan anak dijadikan rasional terhadap
penentuan peranan bahwa perempuan hanya bisa berperan dalam kegiatan
domestik dan dianggap tidak pantas berperan dalam sektor publik. Dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari laki-laki dan perempuan dapat menjalankan
peran baik sektor domestik maupun publik.

Permasalahan gender dalam kosmologi islam memandang setiap manusia


baik laki-laki maupun perempuan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing
masing. Karena kekurangannya masing-masing inilah sebuah manifestasi dari

8
allah SWT yang menjadikan mereka berbeda. Perbedaan ini bukanlah hal pemicu
menjadi siapa yang paling kuat atau bernilai terbaik juga tertinggi.

Memasuki pada wacananya gerakan feminis barat merupakan respon


terhadap situasi dan kondisi kehidupan masyarakat disana, terutama menyangkut
peran serta perempuan yang menjadi salah satu penyebabnya adalah adanya
pandangan sebelah mata dalam berbagai anggapan buruk serta citra negatif yang
diketatkan kepada mereka. Hal itu menjadikan mereka trauma yang terjadi di
barat dengan keterkekangan hak-hak perempuan termasuk aturan-aturan agama
islam.

Di dalam islam yang pertama muncul gerakan yaitu gerakan emansipasi


wanita dengan latarbelakang pembelaan hak-hak perempuan. Gagasan ini sangat
didukung oleh masyarakat karena perempuan harus di ikut sertakan dalam dunia
pendidikan dan harus berperan aktif dimasyarakat. Bedanya gerakan emansipasi
dengan feminisme barat ini lebih cenderung merajuk kepada mengajak perempuan
agar kembali kepada al-qur’an dan sunnah dalam urusan relasi gender, sedangkan
kesetaraan barat versi barat yang memaksakan untuk meningalkan semua itu dan
bergerak menuju kebebasan mutlak. Kebebasan mutlak dalam kesetaraan gender
versi barat ini sejatinya tidak dapat diterima, sebab pada ranah olah rasanya saja
perempuan pada fitrahnya memiliki porsi kasih sayang yang lebih besar dibanding
laki-laki. Seorang perempuan yang memiliki sifat menyanyangi karena sifat ini
perempuan diberi kuasa untuk mengambil peran seorang ibu atau istri. Berbeda
dengan laki-laki ia lebih cenderung kepada sifat melindungi dan menguasai, atas
sifat berbeda pada keduanya inilah mereka diharuskan untuk saling berpasangan
dan dikatakan sempurna apabila mereka saling berdampingan mengisi
kekurangan-kekurangannya untuk memenuhi kehidupan nya.

Islam memiliki pandangan gender yang lebih rasional bisa diterima oleh
akal sehat. Islam memiliki landasan filosofi pada aturan dan perlakuan terhadap
perempuan. Seperti dalam masalah warisan, agama islam menempatkan laki-laki
sebagai penyangga hidup perempuan, baik istri, ibu, anak bahkan kerabat wanita.
Pembagian waris seorang laki-laki pasti mendapatkan persenan yang lebih besar
ketimbang perempuan itulah alasan mengapa hak waris laki-laki lebih besar

9
karena semua itu akan kembali lagi untuk kita dan kesejahteraan bersama,
semuanya bertujuan agar hidup bermartabat khusunya untuk perempuan.
Bagaimana betapa adilnya islam memberikan pengabdian nya untuk perempuan
dengan begitu sangat besar. Perubahan ini dapat dilihat jika kita melihat arab pada
zaman jahiliyah memerlakukan perempuan dengan semena-mena. Namun pada
dasarnya gerakan gender dalam persfektif dan kosmologi islam sudah tercampur
gerakan ini menirukan versi barat (Muntahari, 2015:38)

Dengan demikian adanya relasi gender yang baik maka dengan sendirinya
tatanan kosmik akan tetap terjaga kestabilannya, karena manusia sebagai entitas
terpentng dimuka bumi sebagai khalifah dimuka bumi.(Murata, 1999:174) Jika
gender disetarakan dalam artian semua harus sama dalam segala hal sampai taraf
tidak saling membutuhkan, maka akan adanya kekosongan dalam tatanan kosmik.
Hal ini yang akan menyebabkan kosmos tidak stabil, dan kehidupan manusia pun
akan punah. Karena sifat yang ada pada diri laki-laki atau pun perempuan ialah
suatu kelebihan bagi tersendiri. Sehingga jika sudah terjadi kesenjangan seperti itu
alhasil para manusia akan mengalami kebingungan dalam berfikir dan
menentukan jalan yang benar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kehidupan manusia akan stabil jika menyadari bahwa ia di ciptakan dan dilahirkan
ke muka bumi ini atas dasar sebagi mikrokosmos, yang akan stabil selama ia
berjalan sesuai dengan dengan sifat dan perilakunya dan sehalayaknya sebuah
entitas kosmik.

D. KESIMPULAN

Wacana yang sering muncul pada saat ini yang menyebutkan islam
mendiskriminasi para kaum perempuan, pandangan itu sebenarnya tidak benar
karena tidak ada pembeda antara seorang laki-laki dan perempuan terkecuali
terletak pada ketakwaan dan biologisnya.

Dalam kosmologi islam, sifat feminim dan maskulin ditentukan


berdasarkan aktif dan pasif nya zat yang disifati. Sebagai mana yang tertera pada
asmaul husna, Allah SWT memilki kedua sifat tersebut secara bersamaan. Yang

10
menunjukan allah bersikap maskulin dan bersifat feminim dalam menciptakan
alam semesta. Alam semseta ini menjadi cerminan dari sifat-sifat allah tersebut,
yang mana sifat maskulin dan feminim. Sifat alam semesta memiliki sifat yang
lebih maskulin sedangkan bumi cenderung kepada feminim. Demikian dengan
laki-laki dan perempuan, laki-laki dengan menujukan sifat maskulinnya
sedangkan perempuan memiliki sifat feminim.

Pada permasalahannya gender bukanlah sesuatu hal yang sangatlah besar


hanya terletak pada persepsi dimana perbedaan secara biologis antara laki-laki dan
perempuan dipandang menjadi nilai-nilai dan norma tentang kepantasan berperan,
bertangung jawab serta status laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek
kehidupan.

E. DAFTAR PUSTAKA

Megawangi, R. (1999). Memniarkan Berbeda; Sudut Pandang Baru Mengenai


Relasi Gender. Bnadung: Mizan .

Muntahari, M. (2015). Filsafat Perempuan Dalam Islam. Yogyakarta: Rausyan


Fikri Institute.

Rokhmansyah, A. (2016). Pengantar Gender dan Feminsme; Pemahaman Awal


Kritik Sastra Feminisme. Yogyakarta : Garudhawaca.

Umar, N. (1999). Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an. Jakarta:


Paramadina.

Murata, S. (1999). the tao of islam. bandung: mizan.

11
12

You might also like