You are on page 1of 8

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED DI SMP

Laras Ismara, Halini, Dede Suratman


Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak
Email: ismaralaras@gmail.com

Abstract
Ministerial Regulation No. 22 of 2006 outlines it through learning mathematics students
are expected to have logical, analytical, systematic, critical, and creative thinking skills,
as well as the ability to work together. The results of TIMMS mention the level of
creative thinking ability of students in Indonesia is poor. Giving an open ended problem
is expected to encourage students to pour ideas more freely in accordance with the
understanding that is not only fixated on one process of settlement. The purpose of this
study is to describe the ability of students' mathematical creative thinking on the aspects
of fluency, flexibility, and originality in solving the problem of open ended in SMP
Negeri 21 Pontianak. The form of this research is survey and the subject of this research
are students of VIIIC class. The results obtained, average score on the fluency thinking
aspect is 2.65 or 66.18% with the high categories. The average score on the flexibility
thinking aspect is 1.59 or 39.71% with the low category. And the average score of
originality thinking aspect is 0.82 or 20.59% with very low category.
Keywords: Creative Thinking, Open Ended Question, Flat Face Three Dimensial
Object

PENDAHULUAN Penelitian Sugilar (2013) menemukan bahwa


Satu di antara tujuan dari sistem kemampuan berpikir kreatif siswa dalam aspek
pendidikan yaitu mendorong seseorang menjadi keaslian, kelancaran, keluwesan, dan kepekaan
kreatif. Hal ini telah digariskan pada Peraturan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs)
Menteri Nomor 22 Tahun 2006 agar siswa Cikembar Kabupaten Sukabumi tergolong
melalui pembelajaran matematika dapat rendah.
memiliki kemampuan berpikir kreatif (Badan Penelitian yang dilakukan oleh Widiani
Standar Nasional Pendidikan, 2006). (2015) menemukan bahwa kemampuan berpikir
Berdasarkan hal yang digariskan tersebut maka kreatif siswa dalam aspek kelancaran,
kemampuan berpikir kreatif sangat perlu untuk keluwesan, keaslian dan keterperincian di
dikembangkan di sekolah. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pontianak
Namun faktanya menunjukkan bahwa juga tergolong rendah. Penelitian lainnya yang
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dilakukan Randa (2016) menemukan bahwa
tergolong rendah. Berdasarkan Hasil Trend kemampuan berpikir kreatif matematis dalam
International Mathematics and Science Study aspek berpikir lancar, luwes, orisinil, dan
(TIMMS) menyebutkan bahwa tingkat elaborasi tergolong cukup. Pada
kemampuan berpikir kreatif siswa di Indonesia perkembangannya kemampuan berpikir kreatif,
tergolong rendah, karena hanya 2% siswa kritis, pemecahan masalah, dan penalaran
Indonesia yang dapat mengerjakan soal-soal matematika dapat mewujudkan kemampuan
kategori high dan advance yang membutuhkan berpikir tingkat tinggi (Rajendra, 2008). Oleh
kemampuan berpikir kreatif dalam karena itu, kemampuan berpikir kreatif siswa
menyelesaikannya (Mullis, et al., 2012). begitu diperlukan oleh siswa.

1
Silver (1997: 76) memberikan indikator Santrock (2011: 366) mengatakan bahwa
untuk menilai kemampuan berpikir kreatif siswa kreativitas ialah kemampuan berpikir tentang
yang mengacu pada kefasihan, fleksibilitas dan sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dalam
kebaruan melalui pemecahan masalah. menghasilkan solusi yang unik atas suatu
Selanjutnya Silver (1997: 78) mengatakan (a) masalah. Jadi, satu diantara cara yang dapat
siswa dikatakan fasih dalam memecahkan digunakan untuk mengukur dan
masalah matematika, jika siswa tersebut mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
menyelesaikan masalah dengan bermacam- adalah pemecahan masalah.
macam interpretasi, metode penyelesaian,atau Lingkungan pendidikan dalam hal ini
jawaban masalah, (b) siswa dikatakan sekolah, merupakan tempat yang tepat dalam
fleksibilitas dalam memecahkan masalah upaya pengembangan kemampuan berpikir
matematika, jika siswa tersebut mampu kreatif siswa. Penelitian Ramandani (2014)
menyelesaikan masalah dalam satu cara, menemukan bahwa pemberian soal open ended
kemudian dengan menggunakan cara lain siswa dalam pembelajaran matematika dapat
mendiskusikan berbagai metode penyelesaian, meningkatkan kemampuan representasi verbal
dan (c) siswa dikatakan menemukan kebaruan matematik siswa, selain itu siswa merespon
dalam memecahkan masalah matematika, jika positif terhadap pembelajaran matematika
siswa tersebut mampu memeriksa beberapa menggunakan soal open ended. Selanjutnya
metode penyelesaian atau jawaban, kemudian penelitian Tatag (2008) menemukan bahwa
membuat cara penyelesaian yang berbeda. kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat
Kemampuan berpikir kreatif berhubungan melalui pemecahan masalah tipe what’s another
erat dengan pemecahan masalah matematika. way serta memperoleh respon positif dari siswa.
Pada umumnya masalah matematika yang Terkait dengan hal di atas maka perlulah
diberikan kepada siswa berbentuk soal cerita. dibiasakannya pemberian soal berbentuk open
Soal cerita merupakan cerita sederhana yang ended dengan harapan siswa lebih leluasa untuk
mengacu pada pengalaman kontekstual yang menuangkan ide-ide sesuai dengan pemahaman
diakhiri dengan pertanyaan yang memiliki satu- yang dimiliki yang tidak hanya terpaku pada satu
satunya jawaban benar. Jika kita proses penyelesaian, sebab masing-masing
mengasumsikan bahwa kreativitas adalah individu memiliki gaya dan caranya sendiri
tentang menghasilkan solusi baru, akan sulit untuk belajar matematika dan menyelesaikan
bagi kita untuk berbicara tentang solusi kreatif masalah atau soal yang diberikan. Kegiatan
untuk soal cerita tersebut. Sehingga penting bagi pemecahan masalah (problem solving)
guru untuk menyajikan soal cerita yang mampu diharapkan dapat mendorong kreativitas siswa
mendorong kemampuan berpikir kreatif siswa. dalam menafsirkan suatu masalah dan
Sifat terbuka dari soal cerita yang menyelesaikan masalah dengan berbagai solusi
diajukan diharapkan mampu mendorong (Pehkonen, 1997).
kreativitas siswa sehingga siswa akan Abraham & McComas (1999: 2)
dihadapkan pada masalah dengan berbagai mengemukakan, soal yang mengarah pada
jawaban yang benar, melihat masalah dengan peningkatan kreatif yaitu pertanyaan divergen
cara yang berbeda dan menemukan solusi yang bersifat alami, yang memiliki beberapa
terbaik untuk masalah ini. Albert Einstein jawaban dan membutuhkan tingkat pemikiran
mengatakan bahwa tidak sulit menemukan yang lebih tinggi bagi siswa. Di samping itu,
solusi untuk masalah, bagian yang sulit adalah untuk menanggapi pertanyaan divergen, siswa
menemukan solusi yang paling tepat atau harus mampu mengingat beberapa informasi
terbaik. Pengalaman dengan masalah terbuka dari memori, tetapi harus menerapkan
juga memberi kesempatan kepada siswa untuk pengetahuan lainnya untuk menjelaskan,
mengungkapkan pemahaman konseptual mengeksplorasi atau menganalisis lebih lanjut
mereka. Juga jenis masalah ini sangat mungkin suatu topik, situasi atau masalah.
sangat membantu siswa untuk merenungkan Soal-soal divergen (soal open-ended)
masalah dan membangun wawasan baru. dapat berupa soal yang meminta siswa untuk

2
menganalisis, menjelaskan dan membuat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
dugaan, tidak hanya menyelesaikan, diukur melalui soal open-ended yang aspek
menemukan atau menghitung. Menurut Becker keterbukaannya terdapat pada penyelesaian
dan Shimada (Livne, Livne, & Wight, 2008: 1), masalah atau jawaban akhir. Hasil studi
penggunaan soal terbuka dapat menstimulasi pendahuluan yang dilakukan mengindikasikan
kreativitas, kemampuan berpikir original, dan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis
inovasi dalam matematika. siswa dalam menyelesaikan soal open-ended
Mengukur berpikir kreatif adalah hal yang masih rendah. Hal ini terlihat bahwa masih
perlu dilakukan. Beberapa peneliti dijumpai siswa yang belum lancar dalam
menggunakan tes berpikir kreatif seperti memberikan jawaban dari soal open ended yang
Torrance Test of Creative Thinking (TTCT), diberikan, belum dapat memberikan jawaban
Creative Ability in Mathematical Test (CAMT), yang bervariasi, serta belum mampu
Guilford Alternative Uses Task dan alat ukur memberikan jawaban yang bersifat baru atau
lainnya, sedangkan Getzel dan Jackson (Silver, berbeda dari yang biasa diajarkan oleh guru.
1997: 76) menggunakan tugas yang mempunyai Namun, hasil tersebut belum dapat
banyak jawaban atau banyak cara penyelesaian. menyimpulkan secara rinci kemampuan berpikir
Jadi berdasarkan beberapa pertimbangan yang kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan
diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya, soal open-ended di SMP N 21 Pontianak. Maka
maka penelitian ini dalam mengukur dari itu, peneliti tertarik melakukan penelitian ini
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan tujuan untuk mendeskripsikan
dilihat pada pemecahan masalah dengan jenis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
soal terbuka (open-ended). dalam menyelesaikan soal open-ended. Dari
Berdasarkan pengamatan awal yang uraian di atas, judul penelitian yang di ambil
dilakukan peneliti pada beberapa siswa les privat yaitu “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Siswa dalam Menyelesaikan Soal Open-Ended
Negeri 21 Pontianak terlihat bahwa siswa masih di SMP Negeri 21 Pontianak.”
lemah dalam memahami kalimat dalam soal.
Selain itu, siswa tidak dapat membedakan METODE PENELITIAN
informasi yang diketahui dan permintaan soal, Metode yang digunakan dalam penelitian
tidak lancar menggunakan pengetahuan- ini adalah penelitian deskriptif. Menurut
pengetahuan atau ide-ide yang diketahui, lemah Nawawi (2015: 67) metode deskriptif adalah
dalam mengubah kalimat cerita menjadi kalimat prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
matematika. dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
Siswa dikatakan memiliki kemampuan subyek/ objek penelitian (seseorang, lembaga,
berpikir kreatif matematis apabila memenuhi masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang
aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau
kelancaran, keluwesan, orisinil, dan elaborasi. sebagaimana adanya. Pada penelitian deskriptif,
Namun, dari hasil studi pendahuluan aspek peneliti tidak melakukan pengontrolan keadaan
elaborasi tidak muncul dikarenakan pengetahuan saat penelitian berlangsung, seperti pemberian
yang dimiliki siswa SMP belum sampai pada treatment, dan kontrol terhadap variabel luar.
tahap mengembangkan ide serta konsep yang Dikatakan penelitian deskriptif karena peneliti
dimilikinya. Sehingga aspek kemampuan melakukan analisis hanya sampai pada taraf
berpikir kreatif matematis yang diukur pada deskripsi. Sedangkan bentuk penelitian dalam
penelitian ini yaitu kelancaran, keluwesan, dan penelitian ini adalah survei. Subjek dalam
orisinil. penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP
Beberapa penelitian sebelumnya Negeri 21 Pontianak. Teknik pengumpulan data
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada penelitian ini adalah teknik pengukuran
diukur melalui soal open-ended yang aspek yaitu tes berupa soal uraian sebanyak 3 soal dan
keterbukaannya terdapat pada cara penyelesaian non tes berupa wawancara semi terstruktur.
masalah. Namun, pada penelitian ini Instrumen penelitian berupa kisi-kisi tes, soal

3
tes, alternatif penyelesaian, pedoman penskoran mengajar di kelas VIII SMP Negeri 21
dan pedoman wawancara yang telah divalidasi Pontianak.
oleh satu orang dosen Pendidikan Matematika
FKIP Untan dan dua orang guru Matematika Tahap Pelaksanaan
SMP Negeri 21 Pontianak dengan hasil validasi Langkah-langkah yang dilakukan pada
bahwa instrumen yang digunakan valid dengan tahap pelaksanaan antara lain : (1) Memberikan
beberapa perbaikan terkait redaksi kalimat yang soal tes kemampuan berpikir kreatif berupa soal
digunakan. Berdasarkan hasil uji coba soal yang open-ended kepada subjek penelitian, (2)
dilakukan di SMP Negeri 21 Pontianak Memberikan skor berdasarkan pedoman
diperoleh bahwa tingkat reliabilitas soal yang penskoran pada tes yang telah siswa kerjakan,
disusun tergolong tinggi dengan koefisien (3) Melakukan analisis sementara terhadap hasil
reliabilitas sebesar 0,63. tes siswa, (4) Melakukan wawancara kepada
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 subjek penelitian untuk mendukung hasil tes
tahap, yaitu : (1) Tahap persiapan, (2) Tahap siswa, (5) Melakukan analisis data berdasarkan
pelaksanaan, dan (3) Tahap akhir. hasil tes dan hasil wawancara, (6)
Mendeskripsikan hasil analisis data, dan (7)
Tahap Persiapan Menarik kesimpulan dari data hasil tes dan
Langkah-langkah yang dilakukan pada wawancara.
tahap persiapan antara lain: (1) Melakukan pra
riset di SMP Negeri 21 Pontianak, (2) Menyusun Tahap Akhir
desain penelitian, (3) Seminar desain penelitian, Pada tahap akhir ialah menyusun laporan
(4) Melakukan revisi desain penelitian penelitian.
berdasarkan hasil seminar, (5) Menyusun
instrumen penelitian berupa kisi-kisi tes, soal HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
tes, alternatif penyelesaian, pedoman penskoran Hasil Penelitian
dan pedoman wawancara, (6) Melakukan uji Tes kemampuan berpikir kreatif
validitas instrumen penelitian, (7) Melakukan matematis siswa terdiri dari tiga soal open-ended
revisi instrumen penelitian berdasarkan hasil yang masing-masing soal mewakili satu aspek
validasi, (8) Melakukan uji coba instrumen kemampuan berpikir kreatif yaitu berpikir lancar
penelitian, (9) Menganalisis data hasil uji coba (fluency), berpikir luwes (flexibility), dan
tes, (10) Merevisi instrumen penelitian berpikir orisinil (originality) dengan masing-
berdasarkan hasil uji coba, (11) Mengurus masing skor maksimal 4. Tes kemampuan
perizinan untuk melakukan penelitian di SMP berpikir kreatif matematis ini diberikan kepada
Negeri 21 Pontianak, dan (12) Menentukan 34 orang siswa. hasil tes kemampuan berpikir
waktu pelaksanaan penelitian dengan kreatif matematis untuk setiap aspek dapat
berkonsultasi dengan guru matematika yang dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Aspek Kemampuan Skor Persentase


Rata-rata Kategori
Berpikir Kreatif Total (%)
Berpikir lancar (fluency) 90 2,65 66,18 Tinggi
Berpikir luwes (flexibility) 54 1,59 39,71 Rendah
Berpikir orisinil (originality) 28 0,82 20,59 Sangat Rendah

Berdasarkan Tabel 1, diperoleh bahwa matematis siswa pada aspek berpikir luwes
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa (flexibility) termasuk dalam kategori rendah
pada aspek berpikir lancar (fluency)termasuk dengan rata-rata skor 1,59 atau 39,71%. Serta
dalam kategori tinggi dengan rata-rata skor 2,65 kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
atau 66,18%. Kemampuan berpikir kreatif pada aspek berpikir orisinil (originality)

4
termasuk dalam kategori sangat rendah dengan orisinil (originality). Berdasarkan analisis data,
rata-rata skor 0,82 atau 20,59%. diperoleh bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa dalam menyelesaikan soal
1. Aspek Berpikir Lancar (Fluency) open-ended pada aspek berpikir lancar (fluency)
Kemampuan berpikir lancar siswa dalam termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata
penelitian ini yaitu kesanggupan siswa dalam skor 2,65 atau 66,18%, siswa dapat menuliskan
membangun banyak ide dengan indikator siswa lebih dari satu jawaban akhir yakni menuliskan
dapat menuliskan lebih dari satu jawaban akhir lebih dari satu ukuran panjang, lebar, dan tinggi
dengan benar serta dapat merancang bangun balok dengan benar meskipun masih terdapat
ruang sesuai dengan jawaban yang disajikan. kesalahan dalam menggambarkan balok sesuai
Soal kemampuan berpikir lancar terdiri dari satu dengan ukuran yang telah dituliskan.
soal open-ended dengan skor maksimal 4. Kemampuan berpikir kreatif matematis dalam
menyelesaikan soal open-ended pada aspek
2. Aspek Berpikir Luwes (Flexibility) berpikir luwes (flexibility) termasuk dalam
Kemampuan berpikir luwes siswa dalam kategori rendah dengan rata-rata skor 1,59 atau
penelitian ini yaitu kesanggupan siswa dalam 39,71% siswa belum mampu menghasilkan
menghasilkan jawaban akhir yang bervariasi jawaban akhir yang bervariasi dalam
dengan indikator siswa dapat menyelesaikan menyelesaikan soal open-ended. Serta
permasalahan dengan lebih dari satu kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
penyelesaian dengan proses perhitungan lengkap dalam menyelesaikan soal open-ended pada
dan benar. Soal kemampuan berpikir luwes aspek berpikir orisinil (originality) termasuk
terdiri dari satu soal open-ended dengan skor dalam kategori sangat rendah dengan rata-rata
maksimal 4. skor 0,82 atau 20,59%, siswa belum mampu
memberikan jawaban akhir lain atau jawaban
3. Aspek Berpikir Orisinil (Originality) akhir baru dalam menyelesaikan soal open-
Kemampuan berpikir orisinil siswa dalam ended. Berdasarkan data di atas, kemampuan
penelitian ini yaitu kesanggupan siswa dalam berpikir kreatif matematis siswa pada aspek
memberikan jawaban akhir yang baru dalam berpikir orisinil (originality) merupakan
menyelesaikan masalah dengan indikator siswa kemampuan berpikir kreatif dengan rata-rata
dapat memberikan jawaban akhir dengan skor terendah yang artinya kemampuan berpikir
caranya sendiri, jawaban akhir bersifat baru serta kreatif matematis siswa pada aspek berpikir
proses perhitungannya lengkap dan benar. Soal orisinil (originality) lebih rendah dibandingkan
kemampuan berpikir orisinil terdiri dari satu soal pada aspek berpikir lancar (fluency) dan luwes
open-ended dengan skor maksismal 4. (flexibility). Aspek berpikir orisinil (originality)
siswa rendah karena dalam proses pembelajaran
Pembahasan tidak terbiasa dengan soal-soal terbuka, sehingga
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berpikir orisinil ini jarang ditemui oleh siswa.
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
pada aspek berpikir lancar (fluency), berpikir 1. Kemampuan Berpikir Lancar (Fluency)
luwes (flexibility), dan berpikir orisinil Kemampuan berpikir lancar siswa dalam
(originality) dalam menyelesaikan soal open- hal ini yaitu kesanggupan siswa dalam
ended di SMP Negeri 21 Pontianak. membangun banyak ide. Kriteria kemampuan
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang dimaksud yaitu siswa dapat menuliskan
dalam penelitian ini diukur menggunakan soal lebih dari satu jawaban akhir dengan benar, serta
open-ended yang terdiri dari 3 soal essay. dapat merancang bangun ruang sesuai dengan
Kemampuan berpikir kreatif matematis yang jawaban yang disajikan.
dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah Berdasarkan analisis data, secara
kesanggupan siswa dalam menghasilkan keseluruhan kemampuan berpikir lancar siswa
jawaban dengan cara yang baru dengan aspek dalam penelitian ini termasuk dalam kategori
berpikir lancar (fluency), luwes (flexibility), dan tinggi dengan perolehan rata-rata skor yaitu 2,65

5
atau 66,18% dengan skor tertinggi 4 dan skor Hasil wawancara kepada beberapa siswa
terendah 1. diketahui bahwa penyebab kekeliruan jawaban
Sebagian besar siswa dapat mengerjakan yang diberikan siswa karena siswa tidak
dengan baik. Siswa dapat menuliskan lebih dari memahami dengan baik informasi-informasi
satu ukuran-ukuran bangun ruang balok sesuai yang terdapat pada soal sehingga berpengaruh
dengan volume yang telah ditentukan pada soal, terhadap jawaban yang dihasilkan. Secara lebih
dengan proses dan hasilnya benar. Meskipun rinci, dapat disimpulkan bahwa siswa dengan
terdapat beberapa siswa yang mengalami kemampuan berpikir luwes berkategori sangat
kesulitan dalam menggambar bangun ruang tinggi dan tinggi sudah mampu menyelesaikan
balok sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah permasalahan dengan memberikan lebih dari
mereka tuliskan. satu jawaban akhir dengan tepat meskipun pada
Setelah diwawancarai diketahui bahwa kategori tinggi masih terdapat kekeliruan dalam
siswa WA tidak mengetahui bahwa ukuran- proses perhitungan menghasilkan jawaban akhir.
ukuran serta balok yang digambar harus saling Sedangkan siswa dengan kategori rendah dan
bersesuaian. Secara lebih rinci, dapat sangat rendah belum mampu menyelesaiakan
disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan permasalahan dengan benar karena belum
berpikir lancar berkategori sangat tinggi dan memahami soal yang diberikan.
tinggi sudah mampu memberikan lebih dari satu
jawaban akhir dengan benar meskipun pada 3. Kemampuan Berpikir Orisinil
kategori tinggi jawaban akhir yang diberikan (Originality)
masih belum sepenuhnya benar. Sedangkan Kemampuan berpikir orisinil siswa dalam
siswa dengan kategori rendah dan sangat rendah hal ini yaitu kesanggupan siswa dalam
belum mampu memberikan jawaban akhir membangun ide-ide yang tidak umum. Kriteria
dengan benar karena belum memahami soal kemampuan yang dimaksud yaitu siswa dapat
yang diberikan. menghasilkan jawaban akhir yang baru atau
yang berbeda dalam menyelesaikan masalah
2. Kemampuan Berpikir Luwes (Flexibility) yang diberikan.
Kemampuan berpikir luwes siswa dalam Berdasarkan analisis data, secara
hal ini yaitu kesanggupan siswa dalam keseluruhan kemampuan berpikir orisinil siswa
membangun berbagai ide dari sudut pandang dalam penelitian ini termasuk dalam kategori
yang berbeda. Kriteria kemampuan yang sangat rendah dengan perolehan rata-rata skor
dimaksud yaitu siswa dapat menghasilkan yaitu 0,82 atau 20,59% dengan skor tertinggi 4
jawaban akhir yang bervariasi. dan skor terendah 0.
Berdasarkan analisis data, secara Sebagian besar siswa tidak memahami
keseluruhan kemampuan berpikir luwes siswa data yang disajikan pada soal sehingga mereka
dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tidak dapat memberikan jawaban akhir yang
rendah dengan perolehan rata-rata skor yaitu berbeda atau baru dengan proses perhitungan
1,59 atau 39,71% dengan skor tertinggi 4 dan yang benar. Sebagian besar siswa yang
skor terendah 0. mengalami kesulitan dalam mengerjakan karena
Sebagian besar siswa tidak memahami mereka tidak memahami informasi-informasi
data yang disajikan pada soal sehingga mereka yang terdapat pada soal sehingga informasi-
tidak dapat mengerjakan dengan baik namun informasi tersebut tidak dapat digunakan dengan
masih terdapat beberapa siswa yang dapat baik dalam membantu menyelesaikan
mengerjakannya dengan baik. Sebagian besar permasalahan yang disajikan.
siswa yang mengalami kesulitan dalam Secara lebih rinci, dapat disimpulkan
mengerjakan karena mereka tidak memahami bahwa siswa dengan kemampuan berpikir
informasi-informasi yang terdapat pada soal orisinil berkategori sangat tinggi dan tinggi
sehingga informasi-informasi tersebut tidak sudah mampu menyelesaikan permasalahan
dapat membantu mereka dalam menyelesaikan dengan benar meskipun pada kategori tinggi
soal tersebut dengan lengkap. jawaban akhir yang dihasilkan belum bersifat

6
baru seperti yang dituliskan oleh siswa yang BSNP. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan
berkategori sangat tinggi. Sedangkan siswa Nasional Republik Indonesia Nomor 22
dengan kategori rendah dan sangat rendah belum Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
mampu memahami soal sehingga siswa pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
kategori ini juga belum mampu menyelesaikan Livne, N. L, Livne, O. E., & Wight, C. A. (2008).
permasalahan tersebut. Enhancing mathematical creativity
through multiple solutions to open ended
SIMPULAN DAN SARAN problems. Continuing Education,
Simpulan University of Utah.
Berdasarkan hasil analisis data, Mullis, I. V. S., et al. 2012. TIMSS 2011
wawancara serta pembahasan, kemampuan International Results in Mathematics.
berpikir kreatif matematis siswa pada indikator Amsterdam: International Association for
berpikir lancar, luwes, dan orisinil termasuk Evaluation of Educational Achievement.
dalam kategori yang berbeda-beda. Secara lebih Nawawi, Hadari. (2015). Metode Penelitian
rinci, dapat disimpulkan bahwa: (1) Kemampuan Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
berpikir kreatif pada aspek berpikir lancar siswa University Press.
termasuk dalam kategori tinggi dengan Pehkonen, Erkki (1997). The State-of-Art in
persentase yang diperoleh sebesar 66,18%. (2) Mathematical Creativity.
Kemampuan berpikir kreatif pada aspek berpikir http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publicatio
luwes siswa termasuk dalam kategori rendah ns/zdm ZDM Volum 29 (June 1997)
dengan persentase yang diperoleh sebesar Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-
39,71%. (3) Kemampuan berpikir kreatif pada 679X.
aspek berpikir orisinil termasuk dalam kategori Rajendra. (2008). Teaching and Acquiring
sangat rendah dengan persentase yang diperoleh Higher Order Thinking Skills Theory and
sebesar 20,59%. Practice. Tanjong Malim: Universiti
Pendidikan Sultan Idris
Saran Ramandani. (2014). Penggunaan Soal Open
Beberapa saran yang diajukan peneliti Ended Dalam Pembelajaran Matematika
berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian Untuk Meningkatkan Kemampuan
yaitu: (1) Pada saat penelitian diharapkan agar Representasi Verbal Siswa. Jakarta:
peneliti bisa mengkondisikan suasana di dalam Universitas Islam Negeri Syarif
kelas agar lebih kondusif. (2) Untuk mengukur Hidayatullah.
kemampuan berpikir kreatif siswa sebaiknya Randa. (2016). Kemampuan Berpikir Kreatif
dalam perencanaan waktu direncanakan dengan Matematis Siswa Ditinjau Dari Tingkat
sebaik-baiknya agar pelaksanaan penelitian Disposisi Matematis Pada Materi
tidak terburu-buru. (3) Penelitian ini diharapkan Program Linear di Kelas XII MAN 1
dapat menjadi langkah awal dalam menerapkan Pontianak : Universitas Tanjungpura.
soal bersifat terbuka dalam proses pembelajaran, Santrock, John W. (2011). Psikologi Pendidikan
mengingat pentingnya kemampuan berpikir Edisi Kedua. (Penerjemah: Tri Wibowo
kreatif terhadap materi matematika. (4) Bagi B.S). Jakarta: Kencana.
peneliti lainnya, disarankan agar melakukan Silver, Edward A. (1997). Fostering Creativity
penelitian lanjutan dalam upaya meningkatkan through Instruction Rich in Mathematical
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Problem Solving and Thinking in Problem
Posing. Pittsburgh: USA.
Sugilar. (2013). Meningkatkan Kemampuan
DAFTAR RUJUKAN Berpikir Kreatif Dan Disposisi Matematik
Abraham, L, & McComas, W. F. (1999). Asking Siswa Madrasah Tsanawiyah Melalui
more effective questions. Rossier School Pembelajaran Generatif. Bandung:
of Education. STKIP Siliwangi.

7
Tatag, Y E. (2008). Meningkatkan Kemampuan Widiani, Tresia. (2016). Penerapan Pendekatan
Berpikir Kreatif Siswa Melalui Saintifik Dan Pengaruhnya Terhadap
Pemecahan Masalah Tipe “What’s Kemampuan Komunikasi Matematis Dan
Another Way”. Surabaya: Universitas Berpikir Kreatif Siswa. Pontianak:
Negeri Surabaya. Universitas Tanjungpura.

You might also like