You are on page 1of 7

RMK CORPORATE GOVERNANCE

KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN


Nama Dosen: I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, S.E., M.Si., CMA

Diusulkan Oleh:

I Gusti Ayu Ngurah Pradnyadevi Utami (1707532111/32)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
BALI
PEMBAHASAN

A. Kualitas Pelaporan Keuangan


Bachtaruddin (2003) menyatakan bahwa karakteristik kualitas utama yang
membuat informasi akuntansi bermanfaat adalah relevance dan reliability. Kedua
karakteristik ini disebut kualitas utama disebabkan informasi harus memiliki dua kualitas
ini untuk menjadi bermanfaat. Relevan berarti bahwa informasi akuntansi berkemampuan
untuk membuat perbedaan didalam satu keputusan. Untuk menjadi relevan, informasi
harus dapat memberi ketegasan atau memberi pengaruh perubahan atas harapan pembuat
keputusan.Dapat dipercaya (reliability) berarti bahwa seorang pengguna dapat
menggantungkan atau memiliki keyakinan pada informasi yang dilaporkan. Informasi
akuntansi dipertimbangkan dapat dipercaya jika informasi secara nyata menyatakan apa
yang dimaksud, apa yang diungkapkan dan dapat diuji kebenaranya.
Widilestariningtyas dan Utami (2007) menyatakan bahwa manajemen keuangan
mempunyai sejumlah kebijakan dalam keseluruhan kerangka prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Akibatnya manajemen memiliki kemungkinan untuk memanipulasi
laba-rugi dan akun-akun yang lain dalam laporan keuangan, tetapi harus menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas. Dengan adanya Good Corporate Governance, maka
diharapkan perusahaan dapat meyajikan pelaporan keuangan yang berkualitas.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai.Karakteristik kualitatif keuangan menurut Ikatan
Akuntansi Indonesia melalui PSAK No 1 (2007:7) adalah sebagai berikut:.
1. Kualitas Pertama: Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang
wajar.Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan
keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Kualitas Kedua: Relevan

1
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil
evaluasi mereka di masa lalu.
Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory)
berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva yang dimiliki
bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan organisasi
dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi
yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap
prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan organisasi diharapkan
tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar
untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang
langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan
harga sekuritas dan kemampuan organisasi untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh
tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan
eksplisit.
Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat
ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.
Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan
atau beban yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
3. Kualitas Ketiga: Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation)
dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat
diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan
hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi Organisasi untuk mengakui
jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk

2
mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.Keandalan laporan keuangan
berkaitan dengan beberapa Azas diantaranya :
a. Azas Penyajian Jujur. Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan
dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, neraca harus
menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk
aktiva, kewajiban dan ekuitas organisasi pada tanggal pelaporan yang memenuhi
kriteria pengakuan.Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko
penyajian yangdianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal
tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih
merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta
peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran
dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.
b. Azas Substansi Mengungguli Bentuk. Jika informasi dimaksudkan untuk
menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan,
maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau
peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.
Misalnya, suatu organisasi mungkin menjual suatu aktiva kepada pihak
lain dengan cara sedemikian rupa sehingga dokumentasi dimaksudkan untuk
memindahkan kepemilikan menurut hukum ke pihak tersebut; namun demikian,
mungkin terdapat persetujuaan yang memastikan bahwa organisasi dapat terus
menikmati manfaat ekonomi masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aktiva.
Dalam keadaan seperti itu, pelaporan penjualan tidak menyajikan dengan jujur
transaksi yang dicatat (jika sesungguhnya memang ada transaksi).
c. Azas Netralitas. Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada
usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak,
sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan
yang berlawanan.
d. Azas Pertimbangan Sehat. Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang

3
diragukan, prakiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas
jaminan garansi yang mungkin timbul.Ketidakpastian semacam itu diakui dengan
mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan
pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
prakiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak
dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu
rendah.
e. Azas Kelengkapan. Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan
harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau
dari segi relevansi.
4. Kualitas Keempat: Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan organisasi antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar organisasi untuk mengevaluasi
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa
harus dilakukan secara konsisten untuk organisasi tersebut, antar periode organisasi yang
sama dan untuk organisasi yang berbeda.Ketaatan pada standar akuntansikeuangan,
termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan olehorganisasi, membantu
pencapaian daya banding.
Kebutuhan terhadap daya bandingtidak seharusnya menjadi hambatan dalam
memperkenalkanstandar akuntansi keuangan yang lebih baik. organisasi tidak perlu
meneruskankebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik kualitatif
relevansidan keandalan. Organisasi juga tidak perlu mempertahankan suatu
kebijakanakuntansi kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal.
B. Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk keputusan investasi sehingga harus
menyajikan informasi yang berguna, komprehensif dan dapat dipahami oleh mereka yang
berpengetahuan mengenai aktivitas ekonomi. Pelaporan keuangan harus menyajikan

4
informasi yang dapat membantu investor, kreditor, calon investor-kreditor potensial serta
pemakai lainnya (Rosjidi, 1999:231). Tujuan pelaporan keuangan dibuat untuk diarahkan
pada kebutuhan pemakai yang dapat memahami secara lengkap serangkaian laporan
keuangan atau secara alternatif, pada kebutuhan para ahli yang diminta pemakai yang
sederhana untuk memberikan saran-saran pada mereka (Belkoui, 2000:157).
Menurut PSAK No. 1 Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam
rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas yang meliputi:
1. aset;
2. laibilitas;
3. ekuitas;
4. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
5. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik;dan
6. arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam
catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi
arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya
kas dan setara kas.
C. Peranan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
dan Kepercayaan Investor
GCG berperan membantu perusahaan menyajikan pelaporan keuangan yang
berkualitas.Dengan melihat pelaporan keuangan, investor dapat mengambil keputusan
untuk berinvestasi atau tidak. GCG merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan
untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah
peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya
adalah menaikkan nilai saham dalam jangka panjang tetapi tetap memperhatikan berbagai
kepentingan para stakeholder lainnya. Selain itu, perhatian yang diberikan investor

5
terhadap GCG sama besarnya dengan perhatian terhadap kinerja keuangan perusahaan,
karena dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, maka perusahaan akan memiliki
kinerja keuangan yang baik pula.

Referensi:
Bachtaruddin, T. 2003. Struktur Teori Akuntansi Keuangan. http:// library usu. ac. id.
Sakinatantri. 2012. https://sakinatantri.wordpress.com/2012/06/15/good-corporate-
governance-menghasilkan-laporan-keuangan-berkualitas/ (diakses tanggal 19
November 2019)

You might also like