You are on page 1of 112

PT Margahayu Land

19 Avenue, Tangerang
Laporan Perencanaan
Struktur

www.kinematika.com
PT Margahayu Land

19 Avenue, Tangerang
Laporan Perencanaan Struktur

Januari 2015

Job No
21149-00

PT Rekacipta Kinematika
Consulting Engineers
Kawasan Niaga Citra Gran R12/3, Jatisampurna, Bekasi 17435 Indonesia
(t) +62 21 8430 6407 (e) kine_cad@kinematika.com

www.kinematika.com
PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

PT Rekacipta Kinematika Document


Consulting Engineers Verification

Job No
Job Title 19 Avenue
21149-00
Document Title Laporan Perencanaan Struktur File Reference
-

Document Ref. R020/21149-00/14

Revision Date Filename 21149-00 Laporan Perencanaan Struktur 19 Avenue


- 09/01/15 Description For IMB

Prepared by Checked by Approved by


Name ER SGM SGM

Signature ER SGM SGM

Revision Date Filename


Description

Prepared by Checked by Approved by


Name

Signature

Revision Date Filename


Description

Prepared by Checked by Approved by


Name

Signature

Revision Date Filename


Description

Prepared by Checked by Approved by


Name

Signature

E:\21149-00_Margahayu Land Daan Mogot\Report\Report IMB\Report


IMB 19 Avenue\21149-00 Laporan Perencanaan Struktur 19
Avenue.doc 1 PT Rekacipta Kinematika
PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

DAFTAR ISI
Hal

1. PENDAHULUAN 2
1.1 Maksud dan Tujuan 2
1.2 Gambaran Umum 2
1.3 Rencana Pelaksanaan Konstruksi 4

2. PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH 5


2.1 Penyelidikan Tanah, Kondisi Geologi, Stratigrafi dan Profil Parameter Tanah 5
2.2 Sistem Pondasi dan Dinding Penahan Tanah 15
2.3 Metode Pelaksanaan Pondasi 33
2.4 Dewatering 33
2.5 Tekanan Tanah Lateral pada Dinding Basemen 34
2.6 Perencanaan Komponen Struktur Bawah 35

3. PERENCANAAN STRUKTUR ATAS 37


3.1 Kriteria Perencanaan 37
3.2 Standar dan Referensi Perencanaan 39
3.3 Mutu Bahan 40
3.4 Langkah Perencanaan Struktur 40
3.5 Beban Gravitasi 46
3.6 Beban Tekanan Tanah 48
3.7 Beban Angin 48
3.8 Beban Gempa Struktur Atas 48
3.9 Perhitungan Struktur Sekunder 83
3.10 Perencanaan Elemen Struktur Utama (SRPMK) 86
3.11 Perencanaan Elemen Struktur Utama (SRPMK) 91
3.12 Prinsip Desain Kapasitas (Capacity Design) 101

4. PENUTUP 102

Lampiran A
Gambar Skematik

PT Rekacipta Kinematika 1 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

1. PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan


PT Margahayu Land telah menunjuk PT Rekacipta Kinematika selaku perencana struktur untuk proyek
gedung 19 Avenue yang berlokasi di Jalan Daan Mogot, Tangerang, Jawa Barat.
Laporan Perencanaan ini menyajikan dasar-dasar perencanaan dan perhitungan struktur bawah dan
struktur atas proyek 19 Avenue sebagai produk dari tahap Rencana Skematik Struktur sebagai dokumen
pendukung untuk keperluan sidang IMB Kota Tangerang.

1.2 Gambaran Umum

1.2.1 Lokasi
Lokasi proyek 19 Avenue di Jalan Daan Mogot, Tangerang, Jawa Barat.

Lokasi Proyek 19
Avenue

Jl. Daan
Mogot

Gambar 1.1. Lokasi Proyek 19 Avenue, Tangerang, Jawa Barat.


Catatan: garis kuning hanya ilustrasi lokasi lahan, bukan garis batas lahan

1.2.2 Bangunan
Bangunan 19 Avenue terdiri atas:
• Delapan gedung apartemen, yaitu Tower A, B, C, D, E dan Tower F, masing-masing terdiri atas
17 (tujuh belas) lapis lantai di atas permukaan jalan.
• Satu gedung Kantor dan mall terdiri atas 14 (empat belas) lapis lantai di atas permukaan jalan.
• Satu gedung bangunan Hotel, terdiri atas 9 (sembilan) lapis lantai di atas permukaan jalan.

PT Rekacipta Kinematika 2 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 1.2. Denah Kunci Bangunan 19 Avenue

Tower F

Tower E
Jl. MERR

Tower D

Tower C

Tower B

Tower A
(Eksisting)

Hotel

Office
(Kantor)

Jalan Daan
Mogot

PT Rekacipta Kinematika 3 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 1.3. Potongan Umum Gedung 19 Avenue, Jl. Daan Mogot, Tangerang

Tinggi rata-rata setiap lantai adalah sebagai berikut:


• Apartemen dengan tinggi lantai 2.9 m untuk lantai tipikal, 3.5 m untuk lobby dan 3 m untuk basement.
• Hotel dengan tinggi lantai 3.5 m untuk lantai tipikal, 4 m untuk lobby dan 3m untuk basement.
• Office dan Mall dengan tinggi laintai 3.6 m untuk lantai tipikal kantor dan 4 m untuk area mall.

Kontur tanah turun sekitar 1.2 – 1.5 meter dari tanah sekeliling. Sehingga besmen yang ada tetap berada
diatas tanah asli. Sistem struktur penahan beban lateral 19 Avenue terdiri atas : sistem ganda dinding geser
beton bertulang daktail dan rangka portal penahan momen khusus (SRPMK) beton bertulang.
Seluruh pelat lantai struktur atas menggunakan sistem konvensional yaitu pelat satu/dua arah dan balok
beton bertulang.
Sistem pondasi bangunan menggunakan pondasi tiang pancang.
Gambar denah struktur dapat dilihat dalam Lampiran A laporan ini.
.

1.2.3 Tim Proyek


Pemilik Proyek Margahayu Land
Arsitek Perencana PT Megatika International
Konsultan Perencana Struktur PT Rekacipta Kinematika
Konsultan Perencana MEP PT Mitra Cipta Pranata

1.3 Rencana Pelaksanaan Konstruksi


Pelaksanaan konstruksi di lapangan dijadwalkan dapat dimulai bulan Januari 2015.

PT Rekacipta Kinematika 4 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

2. PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH


Bab ini khusus menjelaskan dasar-dasar perencanaan struktur bawah proyek 19 Avenue, yang terdiri atas:
• Analisa laporan penyelidikan tanah dan klasifikasi tanah.
• Analisa daya dukung pondasi dalam termasuk efek kelompok tiang.
• Perencanaan komponen struktur bawah: pondasi, tie beam dan pilecap.
Analisa pembebanan dari Struktur Atas dapat dilihat dalam bab 3 dari Laporan ini.

2.1 Penyelidikan Tanah, Kondisi Geologi, Stratigrafi dan Profil Parameter


Tanah

2.1.1 Laporan Penyelidikan Tanah


Dokumen Penyelidikan Tanah berikut ini tersedia sebagai referensi:
• ”Laporan Penyelidikan Tanah Proyek Apartemen Orchard Palace Residence, Jl. Daan Mogot km.
19, Tangerang, Banten”, oleh PT. Tarumanegara Bumiyasa, Januari 2009.
• ”Laporan Penyelidikan Tanah Proyek Apartemen Orchard Palace Residence, Jl. Daan Mogot km.
19, Tangerang, Banten”, oleh PT. Trikon Abadi Sejahtera, Maret 2009.
• ”Boring Log Proyek Apartemen Orchard Palace Residence, Jl. Daan Mogot km. 19, Tangerang,
Banten”, oleh PT. Daya Creasi Mitrayasa, Juli 2009.

2.1.2 Lokasi Penyelidikan Tanah & Stratigrafi Tanah


Pada area proyek 19 Avenue telah dilakukan sebanyak :
• 11 (sebelas) buah titik bor dalam yang dilakukan oleh PT. Tarumanegara Bumiyasa.
• 4 (empat) buah titik bor dalam yang dilakukan oleh PT. Trikon Abadi Sejahtera.
• 3 (tiga) buah titik bor dalam yang dilakukan oleh PT. Daya Creasi Mitrayasa.
Beberapa titik bor berada diluar bangunan, sehingga tidak digunakan. Berikut denah titik bor yang
digunakan di dalam perhitungan pondasi bangunan.

Gambar 2.1. Denah Titik Bor dan Sondir

PT Rekacipta Kinematika 5 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Elevasi pemboran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kedalaman Titik Bor & CPT

Titik Bor Kedalaman (m) Pelaksana Keterangan


TB.DB.2 60.00 PT. Tarumanegara Bumiyasa GWL. -5.00 m
TB.DB.4 60.00 PT. Tarumanegara Bumiyasa GWL. -5.00 m
TB.DB.6 30.00 PT. Tarumanegara Bumiyasa GWL. -5.00 m
TB.DB.7 30.00 PT. Tarumanegara Bumiyasa GWL. -5.00 m
TB.DB.9 40.00 PT. Tarumanegara Bumiyasa GWL. -6.00 m
TB.DB.10 40.00 PT. Tarumanegara Bumiyasa GWL. -6.00 m
TB.DB.11 40.00 PT. Tarumanegara Bumiyasa GWL. -6.00 m
TAS.DB.1B 40.00 PT. Trikon Abadi Sejahtera GWL. -2.50 m
TAS.DB.2B 40.00 PT. Trikon Abadi Sejahtera GWL. -2.30 m
TAS.DB.3B 40.00 PT. Trikon Abadi Sejahtera GWL. -3.30 m
TAS.DB.4B 40.00 PT. Trikon Abadi Sejahtera GWL. -3.00 m
DKM.BH.1 60.00 PT. Daya Creasi Mitrayasa GWL. -6.30 m
DKM.BH.2 40.00 PT. Daya Creasi Mitrayasa GWL. -6.30 m
DKM.BH.3 60.00 PT. Daya Creasi Mitrayasa GWL. -6.25 m

Level Datum adalah bervariasi sesuai dengan Elevasi Tanah Eksisting.

2.1.3 Profil Parameter Tanah


Perkiraan profil tanah dari borlog :
• TB.DB.2, TB.DB.4 TB.DB.6, TB.DB.7, TB.DB.9, TB.DB.2, TB.DB.10, TB.DB.11
• TAS.DB.1, TAS.DB.2, TAS.DB.3, TAS.DB.4
• DKM.BH1, DKM.BH2, DKM.BH3
untuk pondasi gedung berlantai 15 tanpa basemen adalah sebagai berikut:

PT Rekacipta Kinematika 6 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

2.1.3.1 Nilai SPT vs. Kedalaman


Berikut adalah plotting nilai SPT vs kedalaman terhadap muka tanah asli (EL = Existing Level).

Toe Level Pile,


Lp = 30 m

Gambar 2.2. SPT vs. Depth

PT Rekacipta Kinematika 7 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

2.1.3.2 Hasil Uji Konsolidasi dan Korelasi Nilai Cc, Cs, P’c dan OCR
Nilai-nilai uji konsolidasi didapatkan dari uji laboratorium konsolidasi dan pada prinsipnya pengambilan
parameter tanah telah mempertimbangkan hasil uji laboratorium dan korelasi empiris dari hasil uji lapangan
yang telah dilakukan.
Dalam analisis, bila data uji konsolidasi tidak mencukupi, maka korelasi yang digunakan dalam
memperkirakan nilai Cc, mengacu pada hubungan antara Cc dengan tahanan ujung konus sondir, qc
(research of E.C.L and I.N.S.A., Lyons, 1967), dimana nilai Cc berada pada rentang antara:

dan
Korelasi dari hasil uji laboratorium, LL dan wn:
Cc = 0.009(LL-10) (Terzaghi and Peck 1967)
Cc = 0.01wn (Azouz et al. untuk Chicago Clay 1976)
Dikarenakan tidak tersedianya data sondir pada kedalaman > 20 m, maka diperlukan korelasi SPT value
terhadap nilai qc. Dimana untuk nilai SPT dikorelasikan terhadap tahanan ujung sondir sebagai berikut:

Tabel 2.2 Values of n=qc/N (from De Alencar Velloso, 1959)

Number of
Soil Type Value of n
comparative test
Clay, silty clay, clayey silt 202 3.5
Sandy clay and silty sand 120 2
Sandy silt 131 3.5
Fine sand 104 6
Sand 122 10

Untuk mendapatkan nilai Pre consolidation pressure dari hasil korelasi maka nilai Pc' didapatkan melalui
rumus empiris sebagai berikut:

Dimana nilai kuat geser tak teralir dalam kondisi normally consolidated dibagi dengan tegangan vertikal
efektif didapatkan menggunakan rumus dari skempton sebai berikut:

atau digunakan nilai tipikal

PT Rekacipta Kinematika 8 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 2.3. Cc, Cs, P’c dan OCR vs. Depth

2.1.3.3 Hasil Uji dan Korelasi Kuat Geser


Untuk tanah kohesif, dari uji SPT didapatkan korelasi nilai Cu dengan menggunakan grafik dari Terzaghi &
Peck dan Sowers sebagai berikut:

Gambar 2.4. Korelasi Nilai Kuat Geser Undrained dari N-SPT

PT Rekacipta Kinematika 9 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Untuk penurunan parameter ϕ' (sudut geser dalam drained) dari tanah lempung digunakan korelasi dari
indeks plastisitas. Korelasi ini menggunakan grafik yang berasal dari Kenney, Bjerrum & Simon, Ladd et
al.1977 yang merupakan korelasi untuk tanah lempung kondisi NC tak terganggu:

Gambar 2.5. Korelasi Empiris antara ϕ’ dan PI (US Dept. Of Navy, 1986 & Ladd et al., 1977)

Untuk mendapatkan nilai sudut geser dalam pada tanah pasiran digunakan korelasi menggunakan grafik
yang bersumber dari Peck et al 1974.

Gambar 2.6. Korelasi Sudut Geser dan N-SPT

PT Rekacipta Kinematika 10 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 2.7. Undrained Shear Strength dari Uji Laboratorium & Korelasi SPT vs. Depth

PT Rekacipta Kinematika 11 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 2.8. Sudut Geser Dalam Efektif (TX-CU) dan Korelasi IP-φ’ untuk Tanah Kohesif dan Korelasi SPT-φ’ untuk
Tanah Non Kohesif vs. Depth

2.1.3.4 Parameter Modulus dari Uji Lapangan dan Korelasinya


Parameter modulus dari uji lapangan didapatkan dari beberapa uji Pressuremeter dan korelasi dari uji SPT
untuk tanah pasiran dimana diambil sekitar 1000-2000 NSPT. Pada tanah Lempungan, korelasi diambil
pada range 100 Su hingga 500 Su. Dari pengujian lapangan selain dua uji diatas, dari hasil uji seismik akan
didapatkan modulus dinamik yang nilainya lebih besar dan untuk penggunaannya perlu dikoreksi, namun
hasill dari pengujian dinamik ini tidak digunakan dalam penentuan parameter modulus.
Dari uji laboratorium berupa triaxial CU dan Triaxial Simple Shear CU juga didapatkan modulus undrained
untuk beberapa level tegangan keliling. Sebagai referensi dalam plotting, maka digunakan modulus pada
saat tegangan keliling 100 kPa.

PT Rekacipta Kinematika 12 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Modulus undrained yang didapat dari beberapa uji diatas, baik lapangan maupun laboratorium dikonversi
kedalam modulus drained untuk digunakan dalam analisis dengan konversi sebagai berikut:

Gambar dibawah ini merupakan plotting nilai modulus yang didapat dari beberapa uji dan korelasi.

Gambar 2.9. Nilai Modulus dari Uji Lapangan-Laboratorium-Korelasi vs. Depth

PT Rekacipta Kinematika 13 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

2.1.3.5 Profil Tanah


Perkiraan profil tanah untuk pondasi gedung berlantai 15 tanpa basement, dengan melihat borlog yang
sudah ada menunjukkan profil tanah yang konsisten antara satu borlog dengan yang lain. Dari hasil plotting
parameter yang dilakukan di atas, pelapisan tanah yang digunakan dalam analisis dapat ditabelkan seperti
berikut ini.

Tabel 2.3 Resume Parameter Desain Tanah Berdasarkan Semua Data Penyelidikan Tanah

Undrained Drained
Elevasi Deskripsi E'
Su c' ν
m Tanah kN/m3 ϕ'° kN/m2
kN/m2 kN/m2
CH, Silty Clay,Medium Stiff,
0.00 - -8.00 17.0 63 - 10 23 26000 0.30
High Plasticity
CH, Silty Clay, Very Stiff,
-8.00 - -20.00 18.0 130 - 25 25 46667 0.40
High Plasticity
CH, Silty Clay, Very Stiff,
-20.00 - -30.00 17.0 130 - 51333 0.40
High Plasticity
SP, Sand, Poorly Graded,
-30.00 - -38.00 20.0 - 41 90000 0.30
Very Dense
CH, Silty Clay, Very Stiff,
-38.00 - -52.00 18.0 200 - 65333 0.40
High Plasticity
CH, Silty Clay, Hard, High
-52.00 - -56.00 20.0 330 - 93333 0.40
Plasticity
ML, Silt, Stiff, Low
-56.00 - -60.00 18.0 140 - 43333 0.40
Plasticity

Analisa parameter desain tanah tersebut disampaikan dalam Lampiran B1.3.

2.1.4 Klasifikasi Site


Berdasarkan data SPT yang dilakukan oleh PT. Tarumanegara Bumiyasa, PT. Trikon Abadi Sejahtera dan
PT. Daya Creasi Mitrayasa diperoleh data sebagai berikut untuk lapisan tanah 30 m teratas:

Tabel 2.4 Navg untuk 30 m Tanah Teratas

Borehole Navg Klasifikasi Site


TB.DB.2 13.0 SE
TB.DB.4 18.4 SD
TB.DB.6 23.4 SD
TB.DB.7 15.0 SE
TB.DB.9 14.3 SE
TB.DB.10 22.7 SD
TB.DB.11 22.3 SD
TAS.DB.1B 22.5 SD
TAS.DB.2B 14.8 SE
TAS.DB.3B 14.2 SE
TAS.DB.4B 13.9 SE

PT Rekacipta Kinematika 14 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

DKM.BH.1 20.4 SD
DKM.BH.2 9.7 SE
DKM.BH.3 20.4 SE

Detail perhitungannya disampaikan dalam Lampiran B1.4.

2.2 Sistem Pondasi dan Dinding Penahan Tanah

2.2.1 Sistem Pondasi


Dengan mempertimbangkan kondisi soil profile yang konsisten di antara setiap bore hole, maka
perencanaan pondasi dibuat berdasarkan rata-rata dari seluruh borelog DB.1 sampai dengan DB.7.
Terdapat lapisan tanah lempung sangat lunak dengan nilai SPT = 1 pada elevasi 0 s.d. -17 m, dengan
lapisan tanah lempung kaku dengan nilai SPT = 15 – 19 di bawahnya, maka pondasi akan direncanakan
sebagai tiang friksi. Lapisan lempung sangat lunak setebal 17 m teratas akan menyulitkan konstruksi tiang
bor, maka desain sistem pondasi dilakukan dengan menggunakan tiang pancang dengan maksimal 2 (dua)
titik sambungan, di mana posisi sambungan akan direncanakan sedemikian rupa posisinya berada pada
lokasi momen lentur mendekati nol.

2.2.2 Dinding Penahan Tanah


Elevasi lantai terbawah yaitu Lower Ground berada pada 1.20 m di bawah elevasi tanah asli, maka pada
umumnya tidak diperlukan adanya dinding penahan galian basement.
Namun, pada beberapa lokasi tertentu dibutuhkan galian basement untuk GWT dan STP dengan
kedalaman -5.00 m di bawah elevasi tanah asli. Karena GWT dan STP akan dilakukan terlebih dahulu,
maka dapat dilakukan galian terbuka (open cut).

2.2.3 Elevasi Site


Berikut ini adalah tabel elevasi site yang relevan sebagai acuan pada proyek ini.
No. Lokasi Elevasi Terhadap Catatan
Lantai Ground (FFL)
1. Lantai Basement -3.00
2. Lantai Ground 0.00
3. Lantai STP/GWT -4.20
4. Jalan Daan Mogot -1.50 Urugan 1.5 m di atas eksisting
5. Muka Tanah Eksisting -1.50
6. Muka Air tanah -3.50~-6.00 Bervariasi

2.2.4 Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang

2.2.4.1 Bore Hole Referensi


Bore hole referensi untuk seluruh Tower A, B dan C beserta Podium adalah DB.1 sampai dengan DB.7.
Elevasi kedalaman tiang pancang adalah bervariasi antara -20.0 sampai -30.0. untuk seluruh bangunan.
Ujung tiang pancang tersebut berada pada tanah very stiff silty clay dengan nilai SPT rata-rata 15 blows/ft
yang berkonsistensi kaku.

PT Rekacipta Kinematika 15 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 2.10. SPT Zona Tower B, C, D, E, F, Hotel, Office dan Mall

PT Rekacipta Kinematika 16 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

2.2.4.2 Daya Dukung Aksial Tiang Pancang


Elevasi kepala tiang pancang (cut off level) rencana bervariasi yaitu berada pada elevasi -4.150 m sampai -
4.850.

2.2.4.2.1. Daya Dukung Ujung Tiang


Daya dukung ujung tiang pancang pada tanah kohesif dihitung berdasarkan batas tahanan ujungnya.
Ppu = A p ⋅ 9 ⋅ su (kN)

di mana:
su = kuat geser niralir tanah di ujung tiang (kPa)
Ap = luas penampang tiang pancang (m2)
Daya dukung ujung tiang pancang pada tanah non-kohesif dihitung berdasarkan rumus dari Meyerhof
(1976) dengan memperhitungkan batas tahanan ujungnya.

Ppu = q ⋅ N q' ⋅ A p ≤ A p ⋅ 50 ⋅ N q' ⋅ tan φ (kN)

di mana:
q = tegangan efektif (kPa)
N’q = koefisien daya dukung untuk tiang pancang (Meyerhof, 1976)
Ap = luas penampang tiang pancang (m2)
φ= sudut geser dalam (°)

Gambar 2.11. Koefisien Daya Dukung Tiang Pancang, Nq’ dari Meyerhof (1976)

PT Rekacipta Kinematika 17 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

2.2.4.2.2. Daya Dukung Selimut Tiang


Daya dukung selimut tiang diperhitungkan dengan persamaan umum dari Tomlinson (1971), yaitu:
• Untuk tanah kohesif: Psu = α ⋅ su ⋅ As (kN)

• Untuk tanah non-kohesif: Psu = q ⋅ K ⋅ tan δ ⋅ As (kN)


di mana:
su = kuat geser niralir rata-rata dari stratum yang ditinjau (kPa)
α= koefisien gesekan = 0.40 s.d. 1.00 (Tomlinson, 1994, Fig.4.7)
As = luas efektif selimut tiang pancang pada stratum yang ditinjau
q= tegangan efektif (kPa)
K= koefisien tekanan tanah lateral
δ= sudut geser efektif antara tanah dan tiang pancang
Tahanan selimut tiang pada kedalaman 1.0 m teratas, yaitu kedalaman pilecap yang terbesar, tidak
diperhitungkan dalam nilai Psu tersebut. Daya dukung tarik tiang pancang diperhitungkan berdasarkan
tahanan selimut tiang tersebut di atas.

Gambar 2.12. Koefisien Gesekan pada Tanah Kohesif, α dari Tomlinson (1994)

PT Rekacipta Kinematika 18 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

2.2.4.2.3. Daya Dukung Aksial Rencana


Daya dukung aksial izin pada tiang pancang dibatasi oleh kapasitas material tiang pancang, yaitu:
• 45 cm x 45 cm dengan mutu beton K500 dan strand 7 ∅ 13, Qa = 2673 kN dan Ta = 825 kN
Daya dukung tekan ultimit dari tiang pancang dihitung sebagai jumlah dari daya dukung ujung tiang dan
selimut tiang sebagai berikut:
Qult = Qp + Qs (kN)
Dan daya dukung ijin tiang pancang adalah :
Qall = Qult / FK (kN)
di mana :
FK = faktor keamanan untuk kondisi pembebanan tetap = 2.5
Sedangkan daya dukung tarik ultimit dari tiang pancang dihitung dengan:
0.7 ⋅ Qs
Ta = + W pile
FK
Maka, daya dukung tekan dan tarik ultimit dan izin dari beberapa variasi ukuran dan kedalaman tiang
pancang dihitung dengan menggunakan rumus-rumus tersebut di atas, dengan hasilnya dapat dilihat dalam
gambar berikut ini.

Gambar 2.13. Daya Dukung Izin Aksial Tekan dan Tarik Tiang Pancang 40x40 vs. Kedalaman

PT Rekacipta Kinematika 19 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Setelah melakukan optimasi desain, Perencana memilih tiang pancang 40 cm x 40 cm dengan kedalaman
bervariasi antara 22 sampai 30 m. Maka, daya dukung aksial Rencana dapat dirangkum sebagai berikut.

Tabel 2.5 Daya Dukung Tekan Ultimit

Titik Dimensi Elevasi Kapasitas Kapasitas Kapasitas


Bor Tiang Dasar Ujung Selimut Ultimit
B, m m.b.d. Qp, kN Qs, kN Qult, kN
DB.2-DB.11 0.40 x 0.40 -30. 0 974 2525 3499
Catatan: Kapasitas selimut tiang sudah memperhitungkan friction loss dari basemen.
Tiamg pancang tersebut adalah end bearing.
Sedangkan, Daya Dukung Tekan Izin untuk kondisi beban tetap dan beban tetap + gempa nominal serta
beban tetap + gempa kuat adalah sebagai berikut :

Tabel 2.6 Daya Dukung Izin Tekan

Daya Dukung Izin


Titik Dimensi Elevasi B.Tetap + Gempa B.Tetap + Gempa
Bor Tiang Dasar Beban Tetap Nominal Kuat
B, m m.b.d. Qa, kN SF Qa, kN SF Qa, kN SF
DB.2-DB.11 0.40 x 0.40 -30. 0 1400 2.50 1400 2.50 1680 2.08
Catatan: nilai daya dukung izin, Qa pada kondisi beban tetap + gempa kuat ditingkatkan sebesar 20% sesuai SNI 03-
1726-2012 pasal 7.4.3.3.
Daya dukung tekan izin tersebut tidak melebihi daya dukung izin strukturnya (OK).
Kemudian, Daya Dukung Tarik Izin untuk kondisi beban tetap, beban tetap + gempa nominal dan beban
tetap + gempa kuat adalah sebagai berikut :

Tabel 2.7 Daya Dukung Izin Tarik

Titik Diameter Elevasi Daya Dukung Izin


B.Tetap + Gempa
Bor Tiang Dasar Beban Tetap Nominal B.Tetap + Gempa Kuat
B, m m.b.d. Ta, kN SF Ta, kN SF Ta, kN SF
DB.2-DB.11 0.40 x 0.40 -30. 0 822 2.50 822 2.50 946 2.08
Catatan: nilai daya dukung izin, Ta pada kondisi beban tetap + gempa kuat ditingkatkan sebesar 20% sesuai SNI 03-
1726-2012 pasal 7.4.3.3.
Daya dukung tarik izin tersebut tidak melebihi daya dukung izin strukturnya (OK).

2.2.4.3 Daya Dukung Lateral


Analisa daya dukung lateral tiang tunggal kami lakukan dengan menggunakan program Allpile v.7.3 yang
telah memperhitungkan kurva P-Y dari Reese secara internal. Algoritma analisa tiang lateral dalam Allpile
v7.3 adalah berdasarkan program COM624P yang dikembangkan oleh US Federal Highway Administration,
berdasarkan metode yang disarankan oleh Reese (1974).

PT Rekacipta Kinematika 20 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 2.14. Model Tiang dengan Beban Lateral dengan Kurva P-Y

Analisa ini memodelkan tiang pondasi sebagai serangkaian elemen balok elastis, sedangkan lapisan tanah
dimodelkan sebagai pegas non-linier tipe “Winkler”. Perilaku tegangan-deformasi tanah dimodelkan dengan
metode P-Y. Pegas tersebut hanya menyalurkan beban horizontal, yang langsung terkait dari tekanan-
tekanan tanah yang timbul pada saat tiang pondasi berdeformasi pada arah lateral. Kekakuan pegas tekan
pada analisa P-Y diambil berdasarkan kekakuan untuk beban siklis.

2.2.4.3.1. Kurva P-Y untuk Lempung Lunak


Kurva P-Y untuk lempung lunak (Soft Clay) dihitung dengan metode yang diusulkan oleh Matlock (1970).
Tahanan ultimit per unit panjang tiang pondasi dihitung dengan persamaan berikut ini:

 γ' J 
Pu = 3 + ⋅ z + ⋅ z  ⋅ cu ⋅ b atau
 cu b 

Pu = 9 ⋅ cu ⋅ b
di mana:
γ’ = berat jenis efektif rata-rata dari permukaan tanah sampai ke level yang ditinjau
z= kedalaman dari permukaan tanah sampai ke level yang ditinjau
cu = kuat geser niralir pada kedalaman z
b= lebar tiang pondasi
Kedalaman kritis dapat dihitung dengan persamaan:
6 ⋅ cu ⋅ b
zR =
(γ '⋅b + J ⋅ cu )
Maka, kurva P-Y untuk beban statik jangka pendek dibentuk dengan koordinat sebagai berikut:

PT Rekacipta Kinematika 21 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

di mana:
P/Pu Y/Yc
0.00 0.0
0.24 0.2
0.50 1.0
0.72 3.0
1.00 8.0
1.00 s/d 2.5 b
di mana:
P= tahanan tanah per unit panjang
Y= defleksi lateral
Yc = 2.5 ⋅ ε 50 ⋅ b

ε 50 = regangan pada setengah dari tegangan maksimum dari tes triaxial undrained
Jika data tes spesifik tidak tersedia, maka nilai ε 50 dapat diambil dari tabel berikut ini (dari Sullivan, et al.,
1980):
Konsistensi cu, kPa ε 50
Soft < 50 0.020
Medium 50 - 100 0.010

Sedangkan, kurva P-Y untuk beban siklik jangka pendek dibentuk dengan koordinat sebagai berikut:

di mana:

PT Rekacipta Kinematika 22 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

z ≥ zR z < zR
P/Pu Y/Yc P/Pu Y/Yc
0.00 0.0 0.00 0.0
0.24 0.2 0.24 0.2
0.50 1.0 0.50 1.0
0.72 3.0 0.72 3.0
0.72 s/d 2.5 b 0.72 z/zR 15.0
0.72 z/zR s/d 2.5 b

Kurva-kurva P-Y tersebut di atas di-generate secara otomatis oleh program Allpile.

2.2.4.3.2. Kurva P-Y untuk Lempung Kaku


Kurva P-Y untuk lempung kaku (Stiff Clay) dihitung dengan metode yang direkomendasikan dalam API
RP2A (1989).
Tahanan ultimit per unit panjang tiang pondasi (Pu) dihitung dengan persamaan yang sama dengan
lempung lunak, namun menggunakan nilai J = 0.25.
Maka, kurva P-Y untuk beban statik jangka pendek dibentuk dengan koordinat sebagai berikut:

di mana:
P/Pu Y/Yc
0.00 0.0
0.24 0.2
0.50 1.0
0.72 3.0
1.00 8.0
1.00 s/d 2.5 b

Jika data tes spesifik tidak tersedia, maka nilai ε 50 dapat diambil dari tabel berikut ini (dari Sullivan, et al.,
1980):

PT Rekacipta Kinematika 23 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Konsistensi cu, kPa ε 50


Stiff 100 - 200 0.005
Hard 300 – 400 0.004

Sedangkan, kurva P-Y untuk beban siklik jangka pendek dibentuk dengan koordinat sebagai berikut:

di mana:
z ≥ zR z < zR
P/Pu Y/Yc P/Pu Y/Yc
0.00 0.0 0.00 0.0
0.24 0.2 0.24 0.2
0.50 1.0 0.50 1.0
0.50 s/d 2.5 b 0.50 z/zR 15.0
0.50 z/zR s/d 2.5 b

Kurva-kurva P-Y tersebut di atas di-generate secara otomatis oleh program Allpile.

2.2.4.3.3. Kurva P-Y untuk Pasir


Kurva P-Y untuk pasir (Sand) dihitung dengan metode yang diusulkan oleh Reese et al. (1974).
Tahanan ultimit per unit panjang tiang pondasi (Pu) pada tanah pasir dihitung dengan persamaan berikut ini:
Tahanan ultimit pasir dengan kedalaman dangkal:
 K ⋅ z ⋅ tan φ ⋅ sin β tan β 
Pu = A ⋅ γ '⋅z ⋅  o + ⋅ (b + z ⋅ tan β ⋅ tan α ) + K o ⋅ z ⋅ tan β ⋅ (tan φ ⋅ sin β − tan α ) − K a ⋅ b
 tan (β − φ ) ⋅ cos α tan (β − φ ) 

Sedangkan tahanan ultimit pasir dalam:

Pu = A ⋅ K a ⋅ b ⋅ γ ⋅ z ⋅ (tan 8 β − 1) + K a ⋅ b ⋅ γ ⋅ z ⋅ tan φ ⋅ tan 4 β


di mana:
A= faktor empiris untuk kurva beban statik dan siklis dari Reese et al. (1974).
Lihat grafik berikut ini:

PT Rekacipta Kinematika 24 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Ko = koefisien tekanan tanah pada kondisi ’at rest’


φ= sudut geser dalam
β= 45°+ φ/2
α= φ/2
b= diameter tiang pondasi
Ka = koefisien tekanan tanah aktif minimum dari Rankine
Maka, kurva P-Y untuk beban statik dan siklik jangka pendek dibentuk dengan koordinat sebagai berikut:

di mana:
Titik P Y
u Pu sesuai persamaan di atas 3⋅b
Yu =
80
m B 1
Pm = ⋅ Pu Ym = ⋅b
A 60
di mana:
B = faktor empiris untuk beban
statik dan siklis dari Reese et al.
(1974). Lihat grafik berikut.

PT Rekacipta Kinematika 25 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

k z n
Pk = ⋅ k1 ⋅ Yk  b ⋅ P  n −1
b Yk =  m

1
 k1 ⋅ z ⋅ y m n 
 
di mana:
Pm ⋅ (Yu − Ym )
n=
Ym ⋅ (Pu − Pm )
k1 = modulus subgrade

Kurva P-Y di antara titik k dan m berbentuk parabola, di mana persamaannya adalah:

 P  1
P =  1m  ⋅ y n
 y mn 

Sedangkan nilai subgrade modulus, k1 untuk pasir di bawah air adalah:


Relative Density k1, MN/m3
Loose 5.43
Medium 16.29
Dense 33.93

Sedangkan nilai subgrade modulus, k1 untuk pasir di atas air adalah:


Relative Density k1, MN/m3
Loose 6.8
Medium 24.4
Dense 61.0

PT Rekacipta Kinematika 26 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

2.2.4.3.4. Tabulasi Parameter Analisis P-Y


Berikut adalah parameter analisis P-Y dalam program AllPile.

Tabel 2.8 Tabulasi Parameter Analisis COM624P

Layer Elevasi Konsistensi γsat cu


Num. [m]
Jenis Tanah
/densitas
N avg
[kN/m3] [kPa] ϕ°
1 0 - 8 Silty Clay Medium Stiff 9 17.0 63 0
2 8 - 20 Silty Clay Very Stiff 20 18.0 130 0
3 20 - 30 Silty Clay Very Stiff 20 17.0 130 0
4 30 - 38 Sand Very Dense 40 20.0 130 0
5 38 - 52 Silty Clay Very Stiff 28 28.0 200 0
6 52 - 56 Silty Clay Hard 50 20.0 200 0
7 56 - 60 Silt Stiff 28 18.0 200 0

2.2.4.3.5. Daya Dukung Lateral untuk Kondisi Free dan Fixed Head
Kepala tiang tunggal dianggap bebas bergerak searah bidang vertical gaya lateral yang dibebankan, dalam
kondisi terjepit penuh untuk mensimulasikan pergerakan lateral pile pada saat terjadi gempa.
Analisa lateral dilakukan dengan kondisi fixed head dan free head dengan nilai kh untuk silt/clay diambil
sebesar 0.4 x kh-statis, sesuai rekomendasi dari Reese (1974), untuk merepresentasikan kondisi pile pada
kondisi beban gempa.

Gambar 2.15. Kurva Analisa P-Y Fixed Head + Free Head

PT Rekacipta Kinematika 27 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Maka, daya dukung Lateral untuk kondisi fixed head dan free head adalah sebagai berikut:

Tabel 2.9 Rangkuman Hasil Analisa Lateral

Analisa Lateral Fixed Head Analisa Lateral Free Head


Beban Defleksi, Gaya Momen, Kondisi Defleksi, Gaya Momen, Kondisi
Tahap mm Geser, kN kNm mm Geser, kN kNm
100%
Gempa
1 6.35 160.00 170.00 6.40 80.00 67.00 Beban
Nominal
Rencana
200%
Gempa
2 19.05 291.00 376.00 23.50 160.00 170.00 Beban
Kuat
Rencana

Analisis fixed head digunakan untuk menghitung kapasitas lateral tiang tunggal akibat beban gempa
nominal dan gempa kuat:
• Daya dukung izin lateral untuk gempa nominal: Ha = 160 kN @ δ = 6.35 mm
• Daya dukung izin lateral untuk gempa kuat: Ha = 291 kN @ δ = 19.05 mm
Sedangkan analisa free head digunakan untuk memprediksi beban uji lateral tiang tunggal, di mana Beban
Rencana diambil sebesar Ha / 2 di mana Ha = daya dukung izin lateral untuk gempa nominal = 80 kN.
Maka, beban lateral rencana adalah 160 / 2 = 80 kN.

2.2.5 Kontrol Gaya-gaya pada Pondasi

2.2.5.1 Kriteria Perencanaan Pondasi


Pondasi bangunan harus direncanakan tahan terhadap kondisi beban tetap (beban mati dan beban hidup)
maupun beban sementara (beban gempa horizontal dan vertikal).
Kombinasi pembebanan yang dipakai dalam perencanaan pondasi adalah sebagai berikut:
• Kombinasi 1 = 1.0 D + 1.0 L
• Kombinasi 2 = (1.0 + 0.14 SDS) D +/- 0.7 ρ E + H
• Kombinasi 3 = (1.0 + 0.105 SDS) D + 0.75 L +/- 0.52 5 ρ E + H
• Kombinasi 4 = (0.6 - 0.14 SDS) D +/- 0.7 ρ E + H
• Kombinasi 5 = (1.0 + 0.105 SDS) D + 0.75 L +/- 0.525 Ωo E + H
• Kombinasi 6 = (0.6 - 0.14 SDS) D +/- 0.7 Ωo E + H
di mana: Ωo = faktor kuat lebih struktur untuk perencanaan pondasi = 1.5
SDS = percepatan spektral desain untuk periode pendek
H = tekanan tanah lateral
ρ = faktor redundansi, untuk desain seismik D sampai F nilainya 1.3
Catatan:
• daya dukung izin pondasi untuk kondisi beban 2 s/d 4 diambil sebesar 1.0 x daya dukung izin untuk
kondisi beban tetap.

PT Rekacipta Kinematika 28 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

• daya dukung izin pondasi untuk kondisi beban 5 dan 6 diambil sebesar 1.2 x daya dukung izin untuk
kondisi beban tetap.

2.2.5.2 Efisiensi Kelompok Tiang Aksial Tekan


Analisa efisiensi grup tiang dilakukan dengan asumsi block failure karena lapisan pendukung terdiri dari
lapisan tanah lanau-lempung lunak, di mana:
cu ⋅ 9 ⋅ Ag + f s − avg ⋅ Pg ⋅ Le
η= ≤ 1.0 .
n ⋅ Qu
di mana:
η= faktor efisiensi kelompok tiang
cu = kuat geser niralir lapisan tanah di ujung tiang, kPa
Ag = luas blok kelompok tiang, m2
Pg = keliling blok kelompok tiang, m
fs-avg = rata-rata tahanan selimut tiang, kPa
Le = panjang efektif tiang, m
n= jumlah tiang dalam kelompok
Qu = daya dukung tekan ultimit tiang tunggal, kN
Selain itu, efisiensi kelompok tiang untuk beban aksial tekan dihitung dengan menggunakan persamaan-
persamaan berikut ini:
• Seiler & Keeney (1944):
36 ⋅ s ⋅ (m + n − 2 ) ⋅ s + 4 ⋅ D
η =1−
m ⋅ n ⋅π ⋅ D
di mana:
η = faktor efisiensi kelompok tiang
m = jumlah tiang pada arah X
n = jumlah tiang pada arah Y
D = diameter tiang (m)
s = jarak antar tiang (m)
dan
• Poulos & Davis (1980):

n 2 ⋅ P12
η = 1+
PB2
di mana:
η = faktor efisiensi kelompok tiang
n = jumlah tiang dalam kelompok
P1 = daya dukung tekan ultimit tiang tunggal, kN
PB = cu ⋅ 9 ⋅ Ag + f s − avg ⋅ Pg ⋅ Le , kN

PT Rekacipta Kinematika 29 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Efisiensi kelompok tiang rencana, η diambil dari rata-rata faktor efisiensi yang dihitung dari semua
persamaan tersebut di atas. Nilai η tidak boleh lebih besar dari 1.0.
Efisiensi kelompok tiang, η untuk beban aksial tekan pada bangunan ini adalah:
• P1 dan P2: η = 1.000
• P3 dan P4: η = 0.901
• P5: η = 0.824
• P6 dan P7: η = 0.8
• P8 san P9: η = 0724

2.2.5.3 Efisiensi Kelompok Tiang Aksial Tarik


Efisiensi kelompok tiang saat menerima beban aksial tarik dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut ini:
TB −ult
η=
∑ n ⋅ T1
di mana:
TB-ult = daya dukung tarik ultimit dari pile group
n= jumlah tiang dalam group
T1 = daya dukung tarik ultimit tiang tunggal
Sedangkan daya dukung tarik ultimit dari kelompok tiang adalah:
TB −ult = p g ⋅ Leff ⋅ f s − avg ⋅ 0.7 + WB

di mana:
pq = keliling efektif pile group
Leff = kedalaman atau panjang efektif dari pile group
fs-avg = tahanan selimut rata-rata sepanjang tiang
WB = berat tiang total dalam group
Tabel berikut ini merangkum efisiensi kelompok tiang untuk beban aksial Tarik untuk setiap tiap Pilecap.
Group
No Type Diameter L.eff n Efficiency
Pilecap Pile, m m η
1 P1 – P6 0.40 30.0 1 -6 1.00
2 P7 0.40 30.0 7 0.80
6 P8-P9 0.40 30.0 8-9 0.72

2.2.5.4 Reduksi Kapasitas Lateral Pile Group Akibat Neighbouring Effect


Reduksi grup akibat neighbouring effect dihitung dengan menggunakan referensi dari Reese & van Impe
(2001). Efisiensi setiap pile dalam group dihitung terhadap semua pile yang ada di sekelilingnya.

PT Rekacipta Kinematika 30 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 2.16. Pengaruh jarak antar tiang pada interaksi tiang-tanah-tiang: (a) tiang segaris, (b) tiang berjajar, (c) tiang yang
tidak tegak lurus dengan arah beban. Dari Reese & van Impe (2001)

Efisiensi sebuah tiang pondasi dalam kelompok bervariasi, dari spasi antar tiang dan posisinya dalam
kelompok tiang, yaitu:
□ Tiang Pondasi berjajar:
0.34
s s s
e = 0.64 ⋅   jika 1 ≤ ≤ 3.75 ; dan e = 1.0 jika > 3.75
b b b
□ Tiang Pondasi segaris, tiang paling depan:
0.26
s s s
e = 0.7 ⋅   jika 1 ≤ ≤ 4.0 ; dan e = 1.0 jika > 4.0
b b b
□ Tiang Pondasi segaris, tiang berikutnya:
0.38
s s s
e = 0.48 ⋅   jika 1 ≤ ≤ 7.0 ; dan e = 1.0 jika > 7.0
b b b
Jika tata letak pondasi tidak segaris maupun berjajar dan membentuk sudut miring, maka efisiensi
kelompok dihitung berdasarkan kombinasi dari efisiensi di atas, di mana:

e = ei2 ⋅ cos 2 β + es2 ⋅ sin 2 β

di mana:
ei = efisiensi tiang pondasi dalam keadaan segaris
es = efisiensi tiang pondasi dalam keadaan berjajar
β= sudut antar tiang, lihat Gambar di atas
Maka, pada suatu Kelompok Tiang yang terdiri dari N buah tiang pondasi, faktor reduksi / efisiensi daya
dukung lateral tiang pondasi dapat dihitung dari persamaan berikut ini:
e = e1 ⋅ e2 ⋅ e3 ⋅ e4 ⋅ e5 ⋅ .....ei ⋅ .....e N
di mana:
Pkelompok = e ⋅ Ptunggal

s
Pada gedung ini, jarak antar tiang pondasi adalah 3 kali diameter, maka = 3.0 .
b
Hasilnya kami rangkum dalam tabel berikut ini.

PT Rekacipta Kinematika 31 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tabel 2.10 Efisiensi Kelompok Tiang dan Daya Dukung Lateral Tiang Tunggal

Allowable Load
No Type Dimensi L.eff Jml Tiang Efisiensi Lateral, η Single Pile
Pilecap Pile, m m @ Group Arah X Arah Y Ha Hu
n kN kN
1 P1 0.40 30.0 1 1.00 1.00 80 160
P2 s.d.
2 0.40 30.0 2-6 0.70 0.70 80 160
P6
3 P7 0.40 30.0 14 0.70 0.70 80 160
7 P8 & P9 0.40 30.0 56 0.68 0.68 80 160

2.2.5.5 Reaksi Aksial pada Pondasi Tiang


Reaksi tiang maksimum pada tiang pondasi yang tergabung dalam suatu pile cap dihitung dengan
melakukan analisa distribusi reaksi tiang pada rigid pilecap:
• Reaksi kolom vertikal konsentrik pada pilecap dibagi merata ke setiap bore pile dalam pilecap, di
mana:
Q
Pp =
n
• Reaksi vertikal eksentrik dan/atau momen guling kolom atau kelompok kolom dan/atau dinding geser
pada pile cap dibagikan ke setiap bore pile dalam pilecap dengan menggunakan persamaan
kombinasi tegangan dengan asumsi distribusi tegangan linier, di mana:

Q My ⋅x Mx ⋅ y
Pp = ± ±
n ∑ x2 ∑ y2
di mana:
n = jumlah bore pile dalam pilecap
Mx, My = momen guling terhadap as X dan Y
x, y = jarak dari bore pile terhadap as X dan Y

Σx2, Σy2 = momen inersia kelompok, diperhitungkan sebagai I = I o + A ⋅ d 2

Dalam hal terdapat lebih dari satu kolom dan/atau dinding geser di dalam sekelompok tiang, maka nilai Q,
Mx dan My yang digunakan dalam persamaan di atas adalah nilai resultantenya yang mempertimbangkan
kopel momennya terhadap titik pusat kelompok tiang.
Tabel Reaksi Tiang Maksimum untuk setiap tiang pondasi beserta daya dukung, referensi borlog, efisiensi
kelompok tiang serta rasio Q/Qa untuk setiap kondisi beban dapat dilihat dalam Lampiran.
Dalam hal ini, jumlah pile ditentukan oleh settlement dan tahanan lateral pada kondisi gempa kuat, maka
reaksi aksial maksimum tiang pondasi jauh lebih kecil dari daya dukungnya. (OK).
Maka, jumlah pondasi telah memenuhi persyaratan.

2.2.6 Reaksi Lateral pada Tiang Pancang


Gaya lateral pada setiap tiang pancang didapat dengan membagi gaya lateral total dengan jumlah tiang
pancang, sesuai dengan kekakuannya. Momen lentur dalam setiap tiang pancang diperoleh dengan
melakukan analisa lateral tiang pancang dengan bantuan program Allpile/COM624P, sesuai dengan gaya
lateral yang diterima oleh tiang pancang.

PT Rekacipta Kinematika 32 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

2.3 Metode Pelaksanaan Pondasi


Kondisi lapangan merupakan lahan terbuka. Tanah permukaan sampai dengan kedalaman -17 m
didominasi oleh lempung dengan konsistensi sangat lunak. Pelaksanaan konstruksi pondasi tiang pancang
akan dilakukan dari atas di atas level tanah asli. Analisis Galian dan Proteksi Galian

2.3.1 Gambaran Umum


Kondisi lahan di lokasi adalah sebagai berikut:
Lantai terbawah dari bangunan ini sebenarnya terletak di atas elevasi tanah asli, sehingga tidak diperlukan
galian basement. Namun, terdapat beberapa lokasi GWT dan STP yang membutuhkan galian setempat
sampai elevasi -4.0 m dari elevasi lantai Besmen, atau -5.2 m dari elevasi tanah eksisting.

2.4 Dewatering
Sistem dewatering basemen 19 Avenue terdiri atas dua sistem, yaitu:
• Sistem deep well di galian STP/GWT untuk menurunkan muka air tanah selama konstruksi.
• Sistem sump pit untuk menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh ke dalam galian.

2.4.1.1 Analisa Sump Pit untuk Air Hujan


Masa konstruksi yang cukup panjang akan melalui bulan-bulan musim penghujan, di mana lahan proyek
berada di bawah elevasi Jalan Daan Mogot dan jalan lingkungan. Maka perlu memperhitungkan pompa
sump pit untuk mengeluarkan air hujan yang jatuh di lokasi proyek, maupun air hujan yang mengalir dari
lereng batas lahan:
Q = k⋅I ⋅A m3/menit

di mana:
k = Koefisien aliran / resapan air = 0.8
I = intensitas hujan maksimum untuk durasi 5 menit = 209 mm/jam
A= luas galian basement = 10040 m2
Maka debit air hujan yang masuk ke dalam basement, Q = 28 m3/menit.
Air hujan yang jatuh pada lokasi galian basement diatasi dengan pompa air pada lubang-lubang sum-pit.
Jumlah air hujan yang diestimasikan pada saat puncaknya harus mampu ditampung oleh lubang sum-pit
dan sistim pompa selama waktu t = 5 menit (rata-rata diantara 4-6 menit).
Maka, perlu disiapkan 16 buah sump pit, masing-masing dengan ukuran 2.0 x 2.0 x 2.0 m dengan total
kapasitas 128 m3 sehingga cukup menampung air hujan selama 5 menit. Kapasitas pompa minimum pada
setiap sump pit adalah 1.6 m3/menit untuk mampu memompa air hujan yang masuk ke dalam galian.

2.4.2 Sistem Pengamatan


Kinerja sistem dewatering yang digunakan harus diperiksa dengan melakukan pumping test, yang terdiri
atas:
□ Pengukuran muka air tanah asli
□ Penurunan muka air tanah pada lokasi-lokasi kritis dalam galian basement
□ Pengukuran debit air dewatering
□ Pengukuran muka air pada sumur, dll.
Pengukuran tersebut akan dilakukan dengan menggunakan piezometer.

PT Rekacipta Kinematika 33 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

2.5 Tekanan Tanah Lateral pada Dinding Basemen


Meskipun tidak ada basemen di proyek ini, di luar lantai besmen terdapat tanah eksisiting setinggi 1.2 m
sampai 1.5 m. Maka, dinding beton sekeliling lantai Lower Ground harus direncanakan terhadap tekanan
tanah, yaitu:
• Tekanan tanah aktif + hidrostatik dari air tanah (jika ada)
• Tekanan tanah dinamik + hidrodinamik dari air tanah (jika ada) pada kondisi gempa kuat

2.5.1 Kondisi Beban Tetap


Tekanan tanah aktif dalam kondisi normal akan memberikan tekanan dinding basemen dari sisi luar.
Tekanan tersebut diperhitungkan dengan persamaan Rankine (1857):
Pa = K a ⋅ γ ⋅ H
di mana:

1 − 1 − cos 2 φ
Ka = = koefisien tekanan tanah aktif
1 + 1 − cos 2 φ
γ = berat jenis tanah, kN/m3
H = kedalaman tanah, m
Sedangkan tekanan air tanah adalah tekanan hidrostatik biasa, dalam hal ini tekanan air tanah = 0 karena
MAT berada di bawah elevasi lantai Lower Ground.

2.5.2 Kondisi Beban Gempa


Pada saat terjadi gempa bumi, maka dinding besmen akan menerima tekanan tanah pasif, yang
diperhitungkan berdasarkan metode dari Ostadan (2005). Metode ini menggantikan metode Mononobe-
Okabe (1929) untuk perhitungan tegangan lateral pada dinding basement akibat gempa. Dalam hal ini kami
menggunakan simplified method dari Ostadan (2005) untuk dinding basement yang terdiri dari langkah-
langkah berikut ini:
• Menghitung nilai percepatan tanah pada level dasar dinding basement. Nilai percepatan tanah
tersebut dapat dihitung dengan free-field soil column analysis untuk mendapatkan respons spektrum
gempa dengan redaman 30% pada level dasar dinding basement. Namun dalam hal ini, kami
mengambil percepatan tanah berdasarkan design peak ground acceleration untuk Surabaya yang
diperoleh dari Spektra Indonesia, yaitu Sa = SD0 = 0.244 g = 2.39 m/s2.
• Menghitung massa tanah total untuk sistem SDOF ekivalen, dengan persamaan:

m = 0.5 ⋅ ρ ⋅ H 2 ⋅ Ψv (ton) , dan

2
Ψv =
(1 −ν ) ⋅ (2 − ν )
di mana: ρ = massa jenis tanah, T/m2
H = tinggi dinding basement, m
ν = konstanta Poisson tanah
• Menghitung gaya gempa lateral dengan persamaan:
VW = m ⋅ S a (T ) (kN)

di mana: m = massa tanah total (q.v.)

PT Rekacipta Kinematika 34 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Sa(T) = percepatan spektral dari respons spektrum pada level dinding


basement, pada waktu getar alami soil-column
dalam hal ini, Sa(T) diambil berdasarkan design peak ground acceleration untuk
Surabaya yang diperoleh dari Spektra Indonesia, yaitu Sa = SD0 = 0.244 g = 2.39
m/s2.
• Menghitung tekanan tanah maksimum akibat gempa pada level permukaan tanah dengan
persamaan:
VW
pT = (kN/m’)
0.744 ⋅ H
• Menghitung distribusi tekanan tanah akibat gempa di sepanjang dinding basement dengan
persamaan:

(
pi = pT ⋅ − 0.0015 + 5.05 y − 15.84 y 2 + 28.25 y 3 − 24.59 y 4 + 8.14 y 5 )
(kN/m’)
di mana: y = Y/H (m)
Y = tinggi level-i dari dasar dinding basement (m)

2.6 Perencanaan Komponen Struktur Bawah


Bab ini hanya menyajikan perencanaan struktur dari beberapa komponen struktur bawah, yaitu:
• Struktur tiang pancang.
• Struktur pile cap.
• Struktur Tie Beam

2.6.1 Tiang Pancang


Analisa P-Y yang telah dibuat menunjukkan bahwa perpindahan lateral maksimum pada kepala tiang akibat
gempa kuat dalam kondisi fixed head adalah hanya sebesar 9 mm.
Maka, untuk mencegah kegagalan struktur bored pile, pembesian bored pile perlu dirancang untuk dapat
menahan perpindahan kepala tiang tersebut, untuk memikul beban-beban yang bekerja akibat gempa kuat.
Adapun kuat lentur dari tiang pancang pracetak prategang ukuran 40cm x 40cm mutu beton K500 dengan
strand 5 ∅13 didapat dari brosur pembuatnya, di mana:
• Mcr = 70 kNm
• φMn = 200 kNm
Maka, Mu = 80 kNm < φMn (OK).
Konstruksi tiang pancang prategang yang menahan beban gempa seperti di atas pada SDC D, harus
memenuhi persyaratan khusus dari SNI 03-2847-2013 :
• Panjang tiang total = 30 m > 10.7 m, maka daerah tiang daktail harus diambil sebagai yang lebih
besar dari:
o 10.7 m
o Jarak sisi bawah cut off level sampai kurvatur 0 ditambah 3D = 14 + 3 x 0.40 = 15.2 m
• Dengan spasi tulangan spiral tidak lebih besar dari:
o D/5 = 450 / 5 = 150 mm

PT Rekacipta Kinematika 35 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

o 6 dbs = 6 x 13 = 78 mm
o 200 mm
• Bila tulangan transversal terdiri dari spiral atau sengkang bulat, rasio volumetrik tulangan
transversal spiral dalam daerah tiang daktail harus memenuhi:

 f c'   Ag   1. 4 ⋅ P 
ρ s = 0.25 ⋅  ⋅
 
− 1 
 ⋅  0 .5 + 
 f yh   Ach   f c' ⋅ Ag 

tetapi tidak kurang dari

f c'  1.4 ⋅ P 
ρ s = 0.12 ⋅ ⋅  0. 5 + ' 
f ys  f c ⋅ Ag 

dan
ρs ≤ 0.021
di mana:
f’c = kuat tekan silinder beton umur 28-hari, MPa
fys = kuat leleh tulangan spiral, MPa
D = diameter tiang, mm
db = diameter tulangan memanjang, mm
Beban aksial rencana diperoleh dari reaksi tiang tunggal akibat beban gravitasi, yaitu Pgrav = 1800 kN
(tekan).
Maka, dipasang spiral D8-75 dengan mutu baja BJ-TD50, fyh = 500 MPa dengan rasio volumetrik, ρs =
0.0214 > 0.021 (OK).

2.6.2 Pile Cap


Perencanaan pile cap (poer) dengan kolom tunggal dibuat berdasarkan asumsi rigid pilecap dengan metode
perencanaan struktur beton bertulang sesuai dengan persyaratan SNI 03-2847-2013.
Pilecap bangunan untuk kolom rangka portal terdiri atas pilecap individual dengan 1 sampai 81 titik tiang
pancang 40cm x 40cm dalam satu group.
Semua pilecap tersebut di atas direncanakan dengan menggunakan spreadsheet yang kami buat
berdasarkan prosedur dalam ACI Design Handbook, Vol.1 yang telah disesuaikan dengan persyaratan SNI
03-2847-2013.

2.6.3 Tie Beam


Pondasi tie beams dimodelkan dalam model analisis ETABS. Oleh karena itu desain momen lentur tie beam
dapat langsung berasal dari analisis. Berdasarkan SNI 03-1726-2012, tie beam harus dirancang untuk gaya
tarik aksial/ tekan yang sama dengan 0.1 SDS dikalikan dengan beban mati dan beban hidup terfaktor.

PT Rekacipta Kinematika 36 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

3. PERENCANAAN STRUKTUR ATAS

3.1 Kriteria Perencanaan

3.1.1 Gambaran Umum


Bangunan 19 Avenue terdiri atas:
• Delapan gedung apartemen, yaitu Tower A, B, C, D, E dan Tower F, masing-masing terdiri atas
17 (tujuh belas) lapis lantai di atas permukaan jalan.
• Satu gedung Kantor dan mall terdiri atas 14 (empat belas) lapis lantai di atas permukaan jalan.
• Satu gedung bangunan Hotel, terdiri atas 9 (sembilan) lapis lantai di atas permukaan jalan.
Penjelasan lengkapnya dapat dilihat pada bab 1.

3.1.2 Sistem Lantai


Secara umum, sistim struktur penahan beban gravitasi, Lantai 1 sampai dengan Atap, serta Semi Basemen
menggunakan plat satu/dua arah dan balok beton bertulang.
Mengingat keperluan utilitas gedung yang cukup banyak serta tinggi antar tingkat yang terbatas, maka
disepakati antara Arsitek, Perencana MEP dan Perencana Struktur bahwa tinggi balok (dari permukaan
atas plat sampai permukaan bawah balok) di lantai apartemen dibatasi maksimal 50 cm. Namun demikian,
pada rangka portal perimeter, balok yang lebih tinggi digunakan untuk memperbaiki perilaku struktur
terhadap beban gempa, terutama untuk mencapai kekakuan torsi yang baik.
Sistim lantai seperti diuraikan di atas dapat dilihat pada Lampiran A : Gambar Skematik di dalam laporan ini.

3.1.3 Sistim Stabilitas Lateral


Sistem penahan stabilitas lateral struktur gedung ini terutama direncanakan untuk menahan beban gempa
nominal sesuai dengan persyaratan Tata Cara Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung SNI
03-1726-2012.
Stabilitas lateral struktur gedung disediakan oleh Sistim Ganda Dinding Geser Berangkai dan Rangka Portal
Pemikul Momen Khusus (SRPMK) beton bertulang yang juga merupakan sistim pemikul beban gravitasi

3.1.4 Taraf Penjepitan Lateral


Taraf penjepitan lateral untuk struktur atas diambil pada level lantai Besmen. Analisa struktur akan
dilakukan dengan 1 (satu) tahap.

PT Rekacipta Kinematika 37 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Taraf
Penjepitan
Lateral

Gambar 3.1. Taraf Penjepitan Lateral

3.1.5 Pemisahan Struktur


Dalam proyek 19 Avenue, Tower A merupakan Tower eksisiting sehingga analisis tidak dilakukan untuk
bangunan tower A. Struktur bangunan Tower B, C, D, E, F, Kantor dan Mall dan Hotel dipisahkan dengan
celah pemisah struktur selebar 150 mm, untuk menyederhanakan perencanaan struktur tahan gempa dan
memitigasi efek dari perbedaan penurunan.
Maka, analisis struktur untuk Tower B, C, D, E, F, Kantor dan Mall dan Hotel dilakukan tersendiri.

3.1.6 Kombinasi Pembebanan


Kombinasi pembebanan yang dipakai dalam perencanaan struktur beton bertulang pada struktur atas dan
struktur bawah adalah sesuai dengan SNI 03-2847-2013 yaitu:
• Kombinasi 1 = 1.4 D
• Kombinasi 2 = 1.2 D + 1.6 L
• Kombinasi 3 = (1.2 + 0.2 SDS) D + 0.5 L ± 1.0 ρ Ex ± 0.3 ρ Ey
• Kombinasi 4 = (1.2 + 0.2 SDS) D + 0.5 L ± 1.0 ρ Ey ± 0.3 ρ Ex
• Kombinasi 5 = (0.9 - 0.2 SDS) D ± 1.0 ρ Ex ± 0.3 ρ Ey
• Kombinasi 6 = (0.9 - 0.2 SDS) D ± 1.0 ρ Ey ± 0.3 ρ Ex

PT Rekacipta Kinematika 38 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Untuk perencanaan struktur bawah, juga ditinjau kombinasi pembebanan terhadap tekanan tanah dan/atau
air tanah yaitu:
• Kombinasi 7 = (0.9 - 0.2 SDS) D ± 1.0 ρ Ey ± 0.3 ρ Ex + 1.6 H
• Kombinasi 8 = (1.0 + 0.14 SDS) D +/- 0.7 ρ E + H + F
• Kombinasi 9 = (1.0 + 0.105 SDS) D + 0.75 L +/- 0.525 ρ E + H + F
• Kombinasi 10 = (0.6 - 0.14 SDS) D +/- 0.7 ρ E + H
di mana:
D = beban mati
L = beban hidup
Ex = beban gempa arah X
Ey = beban gempa arah Y
H = beban tekanan tanah
F = beban tekanan air tanah
ρ = faktor redundansi, untuk desain seismik D sampai F nilainya 1.3
Untuk perencanaan struktur bawah, dengan mempertimbangkan faktor kuat lebih maka nilai E harus
dikalikan dengan Ω0, namun tidak perlu dikalikan dengsan faktor redundansi, ρ.
Em = Ω0.E
di mana: E = gaya gempa pada struktur atas
Ω0 = faktor kuat lebih struktur ditentukan sesuai dengan sistem struktur yang digunakan.

3.1.7 Persyaratan Lendutan


Komponen struktur beton bertulang pada proyek ini direncanakan terhadap batas lendutan dari SNI 03-
2847-2013.
Batas lendutan total akibat beban mati dan beban hidup jangka panjang adalah L/360 untuk balok yang
memikul lantai dengan langit-langit. Bilamana diperlukan, konstruksi beton bertulang akan diberi lawan
lendut sesuai dengan Spesifikasi Teknik Pekerjaan Beton.

3.2 Standar dan Referensi Perencanaan

3.2.1 Standar dan Peraturan Perencanaan


Standar dan peraturan dasar yang digunakan dalam perencanaan ini adalah:
• Tata Cara Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung SNI 03-1726-2012.
• Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain SNI 03-1727-2013.
• Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung : SNI 03-1729-2002.
• Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2013.
Standar dan peraturan berikut ini juga digunakan sebagai referensi:
• Minimum Design Loads for Building and Other Structures ASCE/SEI 7-10
• Building Code Requirements for Structural Concrete ACI 318-08
• Specification for Structural Steel Buildings ANSI/ASCE 360-10

PT Rekacipta Kinematika 39 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

• BS 5950: Part 1: 1990 - Structural Use of Steelwork in Building. Code of Practice for Design in
Simple and Continuous Construction: Hot Rolled Sections

3.3 Mutu Bahan

3.3.1 Beton
Kuat tekan silinder beton pada umur 28 hari (f’c) yang disyaratkan yang akan dipakai pada gedung ini
adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Mutu Beton Rencana (f’c)

Pelat dan Dinding


Lantai Kolom Pile Cap
Balok Besmen
Lt. Ground - Atap 30 MPa 40 MPa - -
Lt. Besmen 30 MPa *) 40 MPa 30 MPa *) 30 MPa
*) beton kedap air
Konstanta bahan sebagai berikut digunakan untuk perencanaan:
• Modulus elastisitas Ec 4700 √ f’c MPa
• Koefisien muai panjang 1,0x10-5 per derajat Celcius
• Konstanta Poisson 0,20
• Berat jenis beton 24 kN/m3

3.3.2 Baja Tulangan


Mutu baja tulangan yang akan dipakai dalam pekerjaan beton bertulang harus memenuhi standar SNI 07-
2052-2002, yaitu:

Tabel 3.2 Mutu Baja Tulangan

Jenis Mutu Kuat Leleh


Baja keras ulir BJ TD 40 400 MPa
Baja lunak polos BJ TP 24 240 MPa

Baja keras ulir akan dipakai secara umum untuk tulangan semua elemen-elemen struktur. Baja lunak polos
hanya digunakan untuk tulangan spiral pada tiang pancang.

3.4 Langkah Perencanaan Struktur

3.4.1 Tahap Perencanaan


Perencanaan struktur proyek 19 Avenue dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
• Pembuatan rencana skematik struktur (pradimensi komponen struktur).
• Perhitungan beban-beban lantai dan beban gempa rencana termasuk respon spektrumnya.
• Perencanaan struktur lantai dan tangga.

PT Rekacipta Kinematika 40 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

• Analisa struktur dinamik dinamik tiga dimensi dengan kekakuan penampang retak untuk kondisi
batas layan, untuk memperoleh waktu getar alami struktur, Td.
• Kontrol waktu getar alami dan hasil analisa dinamik, yaitu translasi pada ragam pertama dan ragam
kedua serta rotasi di ragam ketiga.
• Perhitungan gaya geser dasar statik, V1 berdasarkan nilai Cs koefisien respons dinamik yang
ditentukan berdasarkan nilai SDS (percepatan spektrum respon desain periode pendek), R dan Ie.
• Analisa struktur dinamik tiga dimensi dengan respon spectrum gempa rencana untuk mendapatkan
distribusi gaya geser tingkat dari analisa respons spectrum dengan kombinasi CQC (Complete
Quadratic Combination). Massa ragam kumulatif yang tercapai > 90% dari massa total dalam
masing-masing arah horisontal ortogonal.
• Bila kombinasi respons untuk gaya geser dasar lebih kecil dari 85% maka gaya geser tingkat dari
analisa respon spectrum tersebut diskalakan dengan Faktor Skala terhadap 85% dari gaya geser
dasar static, V1 di atas dibagi dengan gaya geser dasar dari kombinasi yang disyaratkan, Vt.
• Bila respons terkombinasi untuk gaya geser dasar, Vt kurang dari 85% dari Cs dikali dengan berat
bangunan W, maka simpangan antar lantai harus dikalikan dengan 85% dari Cs W/Vt.
• Analisa struktur statik tiga dimensi dengan beban gempa statik ekivalen dengan Faktor Skala,
dengan kekakuan penampang retak untuk kondisi batas ultimit. Hasil analisa struktur ini digunakan
untuk perencanaan komponen-komponen struktur seperti dinding geser, balok dan kolom struktur.
• Perencanaan dinding geser dan balok perangkai sesuai persyaratan dinding geser daktail.
• Perencanaan struktur balok dan kolom sesuai persyaratan Rangka Portal Penahan Momen Khusus
sehingga memenuhi persyaratan balok lemah kolom kuat.

3.4.1.1 Analisa Struktur Tiga Dimensi Struktur Atas


Analisa struktur dilakukan secara tiga dimensi dengan menggunakan paket program ETABS versi 9.6.0.
Seluruh komponen struktur primer yaitu dinding geser, balok perangkai, kolom dan balok portal dan dinding
basemen dimodelkan secara 3 dimensi menjadi satu di dalam analisis. Diafragma lantai dimodelkan
sebagai rigid diaphragm. Taraf penjepitan lateral untuk analisa struktur diambil pada lantai basement.
Tinggi bangunan dari taraf penjepitan lateral sampai ke balok lantai teratas adalah 48.9 m. Model analisa
struktur ini digunakan untuk analisa beban gravitasi dan beban lateral sekaligus.
Maka, analisis struktur untuk Tower B, C, D, E, F, Kantor dan Mall dan Hotel dilakukan tersendiri. Tower A
dan Tower B identik maka dimodelkan dengan satu model, yaitu Tower A.
Penomoran balok dan kolom serta pier dinding geser yang digunakan dalam model analisa tersebut dapat
dilihat dalam Lampiran C dari Laporan ini.

PT Rekacipta Kinematika 41 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.2. Model Analisa Struktur 3 Dimensi: Tower B

Gambar 3.3. Model Analisa Struktur 3 Dimensi: Tower C

PT Rekacipta Kinematika 42 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.4. Model Analisa Struktur 3 Dimensi: Tower D

Gambar 3.5. Model Analisa Struktur 3 Dimensi: Tower E

PT Rekacipta Kinematika 43 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.6. Model Analisa Struktur 3 Dimensi: Tower F

Gambar 3.7. Model Analisa Struktur 3 Dimensi: Hotel

PT Rekacipta Kinematika 44 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.8. Model Analisa Struktur 3 Dimensi : Office dan Mall

3.4.1.2 Kekakuan Penampang Efektif untuk Analisa Struktur


Model analisa struktur ini ditinjau terhadap 2 (dua) kondisi kekakuan penampang, yaitu:
• Kondisi beban layan, dengan asumsi penampang retak sesuai dengan rekomendasi SNI 03-2847-
2013 bab 12.11.1 dikalikan dengan faktor 1.43. Model analisa struktur ini digunakan untuk
memperhitungkan periode getar alami struktur, T1 untuk menentukan gaya geser dasar akibat
gempa dan angin.
• Kondisi beban ultimit, dengan asumsi penampang retak sesuai dengan rekomendasi SNI 03-2847-
2013 bab 12.11.1. Model analisa struktur ini digunakan untuk perhitungan simpangan lateral dan
distribusi gaya-gaya dalam akibat beban gempa.
Kekakuan relatif elemen struktur yang digunakan disajikan dalam Tabel 3.3.

PT Rekacipta Kinematika 45 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tabel 3.3 Kekakuan Elemen Struktur Beton Bertulang dengan Penampang Retak

Komponen Kekakuan Lentur Kekakuan Torsi


Beban Ultimit Beban Layan Beban Ultimit Beban Layan
Kolom Portal 0.70 Ec Ig 1.00 Ec Ig 0.70 Gc Jg 1.00 Gc Jg
Balok Portal 0.70 Ec Ig 1.00 Ec Ig 0.35 Gc Jg 0.50 Gc Jg
(penampang persegi) *)
Balok Portal 0.35 Ec Ig 0.50 Ec Ig 0.35 Gc Jg 0.50 Gc Jg
(penampang T)
Balok Perangkai 0.40 Ec Ig 0.57 Ec Ig 0.35 Gc Jg 0.50 Gc Jg
(tulangan diagonal)
Balok Perangkai 0.25 Ec Ig 0.36 Ec Ig 0.35 Gc Jg 0.50 Gc Jg
(tulangan orthogonal)
Dinding Geser 0.70 Ec Ig 1.00 Ec Ig - -
Dinding Geser (Lt. 0.35 Ec Ig 0.50 Ec Ig - -
Dasar) **)
Dinding Basement 0.70 Ec Ig 1.00 Ec Ig - -
Pelat Tanpa Balok 0.25 Ec Ig 0.36 Ec Ig
*) Dalam Penjelasan SNI 03-2847-2013 pasal 12.11.1 diizinkan untuk memperhitungkan kekakuan lentur
efektif untuk balok penampang T berdasarkan momen inersia sebesar dua kali momen inersia
badannya. Maka, dalam analisa struktur untuk beban lateral, balok portal dengan penampang T
dimodelkan sebagai balok persegi dengan kekakuan efektif, Ieff = 2 x 0.35 x Ig = 0.70 Ig. Sehingga
kekakuan lentur efektifnya menjadi 0.70 Ec Ig. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan analisa
struktur tanpa mengurangi akurasinya dalam batas yang masih dapat ditoleransi.
**) Kekakuan dinding geser pada lantai di atas taraf penjepitan lateral diambil berdasarkan kekakuan
dinding dalam kondisi retak, karena sendi plastis dinding akan terbentuk di lokasi tersebut.
Nilai Ec yang digunakan untuk pembebanan gempa adalah sesuai dengan bab 3.3.

3.5 Beban Gravitasi

3.5.1 Beban Superimpose Lantai


Beban mati dan beban hidup superimpose yang digunakan dalam perencanaan tersaji dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Beban Mati Superimpose dan Beban Hidup

Beban Mati
Beban Hidup
Lokasi Superimpose *) Keterangan
kN/m2
kN/m2
Semua Unit Apartemen,
2.50 2.00 Beban pada lantai
kecuali yang ditulis lain
Retail / Pertokoan Lantai
1.50 5.00 Beban pada lantai
Ground

PT Rekacipta Kinematika 46 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Beban Mati
Beban Hidup
Lokasi Superimpose *) Keterangan
kN/m2
kN/m2
Retail / Pertokoan Lantai
1.50 4.00 Beban pada lantai
lainnya
Lantai Lobby Utama 1.50 5.00 Beban pada lantai
Lantai Parkir 1.50 4.00 Beban pada lantai
Lantai Drive Way 2.45 12.00 Beban pada lantai
Koridor dan Tangga Darurat 1.50 5.00 Beban pada lantai
Kolam Renang 2.50 12.00 Beban pada lantai
Pool Deck 2.50 5.00 Beban pada lantai
Roof Garden 10.45 5.00 Beban pada lantai
Ruang ME 1.50 7.50 Beban pada lantai
Ruang Genset 5.20 10.00 Beban pada lantai
Beban pada lantai,
Tangki air, STP 1.10 45.00 sesuai beban yang
ada
Tangki air (atap) 2.45 20.00 Beban pada lantai
Atap datar, tanpa ME 2.45 2.00 Beban pada lantai
Atap datar, dengan ME 2.45 5.00 Beban pada lantai
*) tidak termasuk ketebalan pelat beton.
Denah beban lantai dapat dilihat dalam Lampiran C2.

3.5.2 Beban Komponen Non-Struktur


Beban komponen non-struktur berikut ini dimodelkan sebagai beban garis pada balok:
• Façade Precast Concrete Panel : 1.5 kN/m2
• Dinding partisi pasangan bata ringan (t = 15 cm) : 1.5 kN/m2

3.5.3 Reduksi Beban Hidup


Koefisien reduksi beban hidup kumulatif diterapkan pada perencanaan unsur-unsur vertikal seperti kolom,
dinding geser, dan pondasi berdasarkan persyaratan dari Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain SNI 03-1727-2013.
Unsur vertikal dengan luas tributari efektif, KLL.AT > 37.16 m2 dapat direduksi beban hidupnya dengan
persamaan berikut:

 4.57 
L = Lo ⋅  0.25 + 
 K LL ⋅ AT 

di mana:
L= beban hidup merata yang direduksi, kPa
Lo = beban hidup merata sebelum direduksi, kPa

PT Rekacipta Kinematika 47 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

KLL = faktor unsur beban hidup sesuai SNI 03-1727-2013 Tabel 4.2
AT = luas tributari, m2
Nilai L tidak boleh kurang dari 0.5 Lo untuk unsur vertikal yang memikul 1 lantai dan 0.4 Lo untuk unsur
vertikal yang memikul 2 lantai atau lebih.
Perhitungan nilai L dan AT untuk setiap unsur vertikal dilakukan otomatis dalam ETABS dengan nilai KLL = 2.

3.6 Beban Tekanan Tanah


Struktur dinding besmen yang berbatasan dengan tanah direncanakan sebagai tanah depan akibat:
• Beban tekanan tanah aktif dan tekanan hidrostatik,
• Pengaruh gempa ditambah dengan tekanan hidrodinamik (lihat bab 2 Laporan ini).
Beban tekanan air tanah diperhitungkan untuk kondisi muka air tanah normal dan banjir maksimum.
Penjelasan mengenai beban tekanan air tanah dapat dilihat pada perhitungan beban uplift dalam bab 2
Laporan ini.

3.7 Beban Angin


Beban angin, jika diperlukan, ditinjau terhadap persyaratan dari SNI 03-1727-2013.
Beban angin pada struktur utama tidak ditinjau karena berdasarkan pengalaman yang lalu hasilnya akan
lebih kecil bilamana dibandingkan dengan beban gempa.
Jika diperlukan, misalnya dalam perencanaan struktur sekunder, maka beban angin akan ditinjau
berdasarkan kecepatan angin (3-sec gust windspeed) sebesar 33 m/detik, yaitu kecepatan angin dengan
periode ulang 50 tahun di Jakarta. Sementara belum ada data yang spesifik untuk kota Surabaya, maka
kecepatan angin tersebut kami gunakan sebagai referensi, dengan pertimbangan kondisi iklim Jakarta dan
Surabaya yang hampir sama.
Maka, tekanan angin dasar rencana, qz untuk struktur sekunder adalah:

q z = 0.613 ⋅ K z ⋅ K zt ⋅ K d ⋅ V 2 (kPa)

di mana:
Kd = faktor arah angin (directionality factor) = 0.85 untuk struktur sekunder
Kzt = faktor topografi = 1.00 untuk daerah dataran
Kz = koefisien tekanan angin, sesuai Tabel 30.3-1 dari SNI 03-1727-2013
V= kecepatan angin dasar = 33 m/sec
Tekanan angin dasar ini akan digunakan dalam perencanaan struktur-struktur sekunder, di mana koefisien-
koefisien tekanannya akan dijelaskan lebih lanjut dalam sub bab yang relevan.

3.8 Beban Gempa Struktur Atas

3.8.1 Parameter Respon Spektrum


Parameter respon spektrum untuk lokasi 19 Avenue diperoleh dari laman Desain Spektra Indonesia
(http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/) untuk Kota Surabaya dengan Klasifikasi
Situs SE, yaitu:
• SS = 0.699 g
• S1 = 0.308 g

PT Rekacipta Kinematika 48 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

• PGA = 0.369 g
• Fa = 1.302
• Fv = 2.769
• FPGA = 0.994
• SMS = Fa.Ss = 0.910
• SM1 = Fv.S1 = 0.852
• PGAM = FPGA. PGA = 0.367
• SDS = 2/3.SMS = 0.607 g
• SD1 = 2/3.SM1 = 0.568 g
• SD0 = 2/3.PGAM = 0.244 g
• TS = SD1/SDS = 0.936 detik
• T0 = 0.2 Ts = 0.187 detik
Parameter-parameter di atas konsisten dengan Peta Zonasi Gempa Indonesia (Irsjam, et al, 2010) yang
cuplikannya kami sajikan berikut ini.

Gambar 3.9. Kontur Percepatan pada T = 1 detik (S1) pada Batuan Dasar. Ref. Peta Zonasi Gempa Indonesia (Irsjam, et
al, 2010)

PT Rekacipta Kinematika 49 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.10. Kontur Percepatan pada T = 0.2 detik (SS) pada Batuan Dasar. Ref. Peta Zonasi Gempa Indonesia, (Irsjam,
et al, 2010)

Gambar 3.11. Kontur Percepatan pada Batuan Dasar (PGAm) pada Batuan Dasar. Ref. Peta Zonasi Gempa Indonesia,
(Irsjam, et al, 2010)

Jenis pemanfaatan dari bangunan ini adalah sebagai gedung apartemen yang masuk dalam Kategori
Resiko II dan faktor keutamaan bangunan Ie yaitu 1.00.
Sistem penahan gaya gempa lateral berdasarkan sistem struktur dan batasan ketinggian dari bangunan
adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dengan parameter ;
• Koefisien Modifikasi Respons, R = 7
• Faktor Kuat Lebih Sistem, Ω0 = 2.5
• Faktor pembesaran defleksi, Cd = 5.5

PT Rekacipta Kinematika 50 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Dengan memasukkan data-data diatas maka didapat spektrum respons desain seperti gambar berikut.
Spektrum respons desain ini yang akan dimasukkan ke dalam input analisis respons dinamik.

Gambar 3.12. Respons Spektrum Gempa Rencana untuk Kota Surabaya Klasifikasi Situs SE

3.8.2 Massa Bangunan


Massa bangunan untuk keperluan analisa dinamis dan pembebanan gempa di ambil sebesar 100% beban
mati termasuk beban partisi dan beban operasional total dari alat-alat permanen. Beban hidup tidak
diperhitungkan dalam massa bangunan untuk seismik.
Massa yang diperhitungkan adalah seluruh massa di atas taraf penjepitan lateral yaitu lantai Lower Ground.

3.8.3 Analisa Dinamis Getaran Bebas


Tabel berikut ini menampilkan periode getar alami struktur dari hasil analisa dinamis dengan menggunakan
kekakuan struktur terhadap kondisi beban layan.

PT Rekacipta Kinematika 51 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tabel 3.5 Bentuk Ragam & Waktu Getar Alami Struktur dalam Kondisi Batas Layan:
Tower B

Ragam ke-1
T = 1.95 detik
Translasi Y
Mass Participating Factor
66.14 %

Ragam ke-2
T = 1.74 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
65.88 %

Ragam ke-3
T = 1.69 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
5.16 %

PT Rekacipta Kinematika 52 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tabel 3.6 Bentuk Ragam & Waktu Getar Alami Struktur dalam Kondisi Batas Layan:
Tower C

Ragam ke-1
T = 1.82 detik
Translasi Y
Mass Participating Factor
39.45 %

Ragam ke-2
T = 1.72 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
49.96 %

Ragam ke-3
T = 1.43 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
13.61 %

PT Rekacipta Kinematika 53 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tabel 3.7 Bentuk Ragam & Waktu Getar Alami Struktur dalam Kondisi Batas Layan:
Tower D

Ragam ke-1
T = 1.96 detik
Translasi Y
Mass Participating Factor
50.09 %

Ragam ke-2
T = 1.75 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
53.91 %

Ragam ke-3
T = 1.58 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
10.56 %

PT Rekacipta Kinematika 54 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tabel 3.8 Bentuk Ragam & Waktu Getar Alami Struktur dalam Kondisi Batas Layan:
Tower E

Ragam ke-1
T = 1.97 detik
Translasi Y
Mass Participating Factor
53.06 %

Ragam ke-2
T = 1.44 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
55.43 %

Ragam ke-3
T = 1.22 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
10.38 %

PT Rekacipta Kinematika 55 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tabel 3.9 Bentuk Ragam & Waktu Getar Alami Struktur dalam Kondisi Batas Layan:
Tower F

Ragam ke-1
T = 1.69 detik
Translasi Y
Mass Participating Factor
54.29 %

Ragam ke-2
T = 1.47 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
66.29 %

Ragam ke-3
T = 1.35 detik
Translasi Y
Mass Participating Factor
9.34 %

PT Rekacipta Kinematika 56 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tabel 3.10 Bentuk Ragam & Waktu Getar Alami Struktur dalam Kondisi Batas Layan:
Kantor dan Mall

Ragam ke-1
T = 1.89 detik
Translasi Y
Mass Participating Factor
43.81 %

Ragam ke-2
T = 1.71 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
51.91 %

Ragam ke-3
T = 1.31 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
9.48 %

PT Rekacipta Kinematika 57 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tabel 3.11 Bentuk Ragam & Waktu Getar Alami Struktur dalam Kondisi Batas Layan:
Hotel

Ragam ke-1
T = 1.47 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
56.64 %

Ragam ke-2
T = 1.16 detik
Translasi Y
Mass Participating Factor
56.13 %

Ragam ke-3
T = 0.9 detik
Translasi X
Mass Participating Factor
3.92 %

3.8.4 Kontrol Waktu Getar Alami


Perioda struktur fundamental, T dalam arah yang ditinjau harus diperoleh dengan menggunakan properti
struktur dan karakteristik deformasi elemen penahan dalam analisis.
Batas waktu getar alami gedung untuk menentukan gaya geser dasar tidak boleh melebihi dari :
Tmax = Cu . Ta (detik)
Dimana :
Cu = koefisien untuk batas atas waktu getar, SD1 ≥ 0.4 maka Cu = 1.4
Ta = pendekatan waktu getar alami, detik

PT Rekacipta Kinematika 58 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Pendekatan waktu getar alami minimum dihitung dari :


Ta = Ct . hnx (detik)
Dimana :
Ct = 0.0488 (Semua sistem struktur lainnya)
x = 0.75 (Semua sistem struktur lainnya)
hn = ketinggian struktur dari taraf penjepitan, m
Jika waktu getar yang didapat dari analisis dinamik, Td lebih besar dari Tmax, maka yang digunakan adalah
Tmax.
Jika waktu getar yang didapat dari analisis dinamik, Td lebih kecil dari Ta, maka yang digunakan adalah Ta.
Tabel berikut menunjukkan perbedaan antara waktu getar alami yang didapat dari analisis dinamik dan
batas kontor waktu getar, dan waktu getar yang digunakan untuk desain.

Tabel 3.12 Perbandingan Waktu Getar gedung 19 Avenue

Tinggi
Waktu getar
struktur dari Batas atas,
analisis Batas bawah, Desain, T
Struktur taraf Tmax = Cu.Ta
dinamik, Td Ta (sec) (sec)
penjepitan, hn (sec)
(sec)
(m)
Tower B 47.10 X-dir: 1.74 0.88 1.23 X-dir: 1.23
Y-dir: 1.95 Y-dir: 1.23
Tower C 47.10 X-dir: 1.72 0.88 1.23 X-dir: 1.23
Y-dir: 1.82 Y-dir: 1.23
Tower D 47.10 X-dir: 1.96 0.88 1.23 X-dir: 1.23
Y-dir: 1.75 Y-dir: 1.23
Tower E 47.10 X-dir: 1.44 0.88 1.23 X-dir: 1.23
Y-dir: 1.97 Y-dir: 1.23
Tower F 47.10 X-dir: 1.47 0.88 1.23 X-dir: 1.23
Y-dir: 1.69 Y-dir: 1.23
Office dan 47.8 X-dir: 1.71 0.89 1.25 X-dir: 1.25
Mall
Y-dir: 1.89 Y-dir: 1.25
Hotel 27.5 X-dir: 1.47 0.59 0.82 X-dir: 0.82
Y-dir: 1.16 Y-dir: 0.82

3.8.5 Gaya Geser Tingkat

3.8.5.1 Analisa Dinamis Respons Spektrum


Analisa dinamik respons spektrum dilakukan terhadap model analisa struktur 19 Avenue untuk
mendapatkan distribusi gaya geser tingkat respons spektrum dengan menggunakan aturan kombinasi

PT Rekacipta Kinematika 59 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

ragam CQC (Complete Quadratic Combination) karena waktu getar ragam kedua dan ketiganya berdekatan
yaitu < 15%. Jumlah ragam yang disertakan dalam analisa respons spektrum adalah:
• Tower B: 50 ragam dengan partisipasi 99.9% untuk arah X dan 99.9% untuk arah Y
• Tower C: 15 ragam dengan partisipasi 97.3% untuk arah X dan 92.9% untuk arah Y
• Tower D: 15 ragam dengan partisipasi 97.3% untuk arah X dan 97.3% untuk arah Y
• Tower E: 30 ragam dengan partisipasi 99.5% untuk arah X dan 99.6% untuk arah Y
• Tower F: 15 ragam dengan partisipasi 96.9% untuk arah X dan 94.5% untuk arah Y
• Office dan Mall: 15 ragam dengan partisipasi 91.7% untuk arah X dan 91.2% untuk arah Y
• Hotel: 15 ragam dengan partisipasi 98.6% untuk arah X dan 92.9% untuk arah Y

Maka, jumlah ragam yang disertakan telah memadai untuk memobilisasikan lebih dari 90% dari massa
bangunan.
Analisa dinamik respons spektrum dilakukan pada kedua arah sumbu utama bangunan.

3.8.5.2 Gaya Geser Dasar Statik


Gaya geser dasar statik, V dihitung sebelum analisis respons spektrum dilakukan. Gaya geser dasar statik
ini digunaklan sebagai kontrol faktor skala terhadap gaya geser dasar dinamik.
Gaya geser dasar statik dihitung berdasarkan persamaan :
V = Cs . W
S DS S D1
Cs = ≤
(R I e ) T ⋅ (R I e )

C s ≥ 0.044 ⋅ S DS ⋅ I e ≥ 0.01

di mana:
Cs = koefisien respons seismik
W =berat seismik efektif, kN
SDS = parameter percepatan spektrum respons desain perioda pendek
SD1 = parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda 1 detik
R = faktor modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan gempa

3.8.5.3 Gaya Geser Tingkat Rencana


Gaya geser tingkat nominal akibat pengaruh gempa rencana sepanjang tinggi struktur gedung hasil analisis
spectrum respons ragam dalam suatu arah tertentu dikalikan nilainya dengan suatu factor skala, yaitu:
0.85 ⋅ V1
faktorskala = ≥ 1.0
Vt

Faktor skala untuk bangunan 19 Avenue adalah :


• Tower B: FS = 1.62 untuk arah X dan 1.84 untuk arah Y
• Tower C: FS = 1.66 untuk arah X dan 1.71 untuk arah Y

PT Rekacipta Kinematika 60 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

• Tower D: FS = 1.99 untuk arah X dan 2.40 untuk arah Y


• Tower E: FS = 1.63 untuk arah X dan 2.29 untuk arah Y
• Tower F: FS = 1.57 untuk arah X dan 2.05 untuk arah Y
• Office dan Mall: FS = 1.97 untuk arah X dan 2.14 untuk arah Y
• Hotel: FS = 1.57 untuk arah X dan 1.44 untuk arah Y
Grafik berikut ini memperlihatkan distribusi gaya geser tingkat respons spektrum yang diperoleh dari CQC,
distribusi dari respons ragam pertama, dan distribusi gaya geser tingkat respons spektrum yang sudah
diskalakan dengan 0.85 V1.
Gaya-gaya gempa nominal pada setiap lantai kemudian dihitung dari gaya geser tingkat hasil analisa
respons spektrum yang sudah diskalakan dengan 0.85 V1. Gaya-gaya tersebut kemudian diaplikasikan ke
dalam model ETABS sebagai gaya gempa nominal statik ekivalen, dengan memperhitungkan faktor
pembesaran torsi yang sesuai, untuk perencanaan penulangan dan seterusnya.

PT Rekacipta Kinematika 61 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.13. Distribusi Gaya Geser Tingkat Dinamik dan Statik: Tower B

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 62 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.14. Distribusi Gaya Geser Tingkat Dinamik dan Statik: Tower C

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 63 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.15. Distribusi Gaya Geser Tingkat Dinamik dan Statik: Tower D

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 64 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.16. Distribusi Gaya Geser Tingkat Dinamik dan Statik: Tower E

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 65 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.17. Distribusi Gaya Geser Tingkat Dinamik dan Statik: Tower F

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 66 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.18. Distribusi Gaya Geser Tingkat Dinamik dan Statik: Office dan Mall

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 67 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.19. Distribusi Gaya Geser Tingkat Dinamik dan Statik: Hotel

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 68 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.20. Distribusi Beban Gempa Statik Ekivalen: Tower B

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 69 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.21. Distribusi Beban Gempa Statik Ekivalen: Tower C

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 70 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.22. Distribusi Beban Gempa Statik Ekivalen: Tower D

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 71 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.23. Distribusi Beban Gempa Statik Ekivalen: Tower E

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 72 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.24. Distribusi Beban Gempa Statik Ekivalen: Tower F

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 73 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.25. Distribusi Beban Gempa Statik Ekivalen: Office dan Mall

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 74 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.26. Distribusi Beban Gempa Statik Ekivalen: Hotel

Gempa Arah X

Gempa Arah Y

PT Rekacipta Kinematika 75 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

3.8.6 Eksentrisitas Rencana & Ketidakberaturan Torsi


Terdapat dua jenis torsi yang terjadi :
• Torsi bawaan, Mt yaitu torsi yang dihasilkan dari eksentrisitas antar lokasi pusat massa dan pusat
kekakuan.
• Torsi tak terduga, Mta yaitu torsi yang diakibatkan oleh perpindahan pusat massa dari lokasi
sebesar 5% dimensi lantai pada arah tegak lurus gempa.

Gambar 3.27. Torsi tak Terduga

Beban gempa rencana termasuk torsi tak terduga yang sesuai digunakan untuk melakukan pemeriksaan
simpangan lateral akibat gempa rencana.

3.8.7 Kontrol Simpangan Lateral Antar Tingkat


Simpangan antar lantai hanya ditinjau satu level kinerja saja, yaitu pada batas ultimit. Penentuan
simpangan antar lantai tingkat desain dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat masa tingkat teratas
dan terbawah pada lantai yang ditinjau.
Defleksi pusat massa di tingkat x, δx harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut :
C d .δ xe
δx = (mm)
Ie
Dimana :
Cd = faktor pembesaran defleksi
δxe = defleksi pada lokasi dengan analisis elastis, mm
Ie = faktor keutamaan struktur
Batas simpangan maksimum adalah 0.020 hsx sesuai Tabel 16 SNI 03-1726-2012. Untuk klasifikasi situs
SC, SD dan SE batas simpangan maksimum adalah 0.020 hsx / ρ = 0.015 hsx, di mana ρ = 1.3.
Simpangan antar tingkat akibat beban gempa rencana dan batas simpangan maksimumnya dapat dilihat
pada Gambar berikut ini:

PT Rekacipta Kinematika 76 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.28. Distribusi Simpangan Antar Tingkat untuk Kinerja Batas Ultimit: Tower B

Gambar 3.29. Distribusi Simpangan Antar Tingkat untuk Kinerja Batas Ultimit: Tower C

PT Rekacipta Kinematika 77 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.30. Distribusi Simpangan Antar Tingkat untuk Kinerja Batas Ultimit: Tower D

Gambar 3.31. Distribusi Simpangan Antar Tingkat untuk Kinerja Batas Ultimit: Tower E

PT Rekacipta Kinematika 78 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.32. Distribusi Simpangan Antar Tingkat untuk Kinerja Batas Ultimit: Tower F

Gambar 3.33. Distribusi Simpangan Antar Tingkat untuk Kinerja Batas Ultimit: Office dan Mall

PT Rekacipta Kinematika 79 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.34. Distribusi Simpangan Antar Tingkat untuk Kinerja Batas Ultimit: Hotel

Pada gambar tersebut tampak bahwa simpangan antar tingkat maksimum pada batas ultimit adalah sekitar
1.5% untuk semua Tower, Office dan Mall dan Hotel, keduanya masih di bawah batas maksimum
simpangan sebesar 1.55%. Maka, kinerja batas ultimit telah terpenuhi (OK).

3.8.8 Ketidakberaturan Torsi & Pembesaran Torsi tak Terduga


Torsi dalam SNI 03-1726-2012 termasuk kedalam ketidakberaturan horisontal. Ketidakberaturan torsi yang
ditentukan berdasarkan defleksi maksimum, δmax dan defleksi rata-rata, δavg :
• δmax < 1.2 δavg : tanpa ketidakberaturan torsi
• 1.2 δavg < δmax < 1.4 δavg : Ketidakberaturan Torsi Type 1a
• δmax > 1.4 δavg : Ketidakberaturan Torsi Type 1b
Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C, D, E, atau F dimana terdapat Ketidakberaturan
Torsi Tipe 1a atau 1b harus mempunyai pengaruh yang diperhitungkan dengan mengalikan momen torsi
tak terduga, Mta di masing-masing tingkat dengan faktor pembesaran, Ax yang dihitung dari :
2
 δ 
Ax =  max 
 1.2δ 
 avg 
di mana :
δmax = perpindahan di tingkat x, dengan mengasumsikan Ax = 1, mm
δavg = rata-rata perpindahan di titik terjauh struktur di tingkat x, yang dengan mengasumsikan Ax = 1

PT Rekacipta Kinematika 80 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Faktor pembesaran torsi Ax tidak diisyaratkan melebihi 3.0.

Gambar 3.35. Pembesaran Torsi tak Terduga

Berikut adalah pemeriksaan Ketidakberaturan Torsi dan Pembesaran Torsi Tak Terduga pada struktur
bangunan 19 Avenue.

Tower B
Beban Ketidakberaturan
Direction δmax/δavg A-max
Gempa Torsi
EX1 X None 1.029 1.000
EY1 Y Type 1a 1.310 1.192
EX2 X None 1.029 1.000
EY2 Y Type 1a 1.310 1.192

Struktur Tower B mengalami ketidakberaturan torsi pada gempa arah Y. Maka, momen torsi lantai akibat
gempa arah Y harus dikalikan dengan nilai Ax ≥ 1.0 sesuai dengan lantainya.

Tower C
Beban Ketidakberaturan
Direction δmax/δavg A-max
Gempa Torsi
EX1 X None 1.037 1.000
EY1 Y Type 1a 1.813 1.168
EX2 X None 1.037 1.000
EY2 Y Type 1b 1.813 1.168

Struktur Tower C mengalami ketidakberaturan torsi pada gempa arah Y. Maka, momen torsi lantai akibat
gempa arah Y harus dikalikan dengan nilai Ax ≥ 1.0 sesuai dengan lantainya.

PT Rekacipta Kinematika 81 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tower D
Beban Ketidakberaturan
Direction δmax/δavg A-max
Gempa Torsi
EX1 X None 1.040 1.000
EY1 Y Type 1a 1.366 1.296
EX2 X None 1.040 1.000
EY2 Y Type 1a 1.366 1.296

Struktur Tower D mengalami ketidakberaturan torsi pada gempa arah Y. Maka, momen torsi lantai akibat
gempa arah Y harus dikalikan dengan nilai Ax ≥ 1.0 sesuai dengan lantainya.

Tower E
Beban Ketidakberaturan
Direction δmax/δavg A-max
Gempa Torsi
EX1 X Type 1a 1.231 1.052
EY1 Y Type 1b 1.618 1.818
EX2 X Type 1a 1.231 1.052
EY2 Y Type 1b 1.618 1.818

Struktur Tower E mengalami ketidakberaturan torsi pada gempa arah X dan Y. Maka, momen torsi lantai
akibat gempa arah X dan Y harus dikalikan dengan nilai Ax ≥ 1.0 sesuai dengan lantainya.

Tower E
Beban Ketidakberaturan
Direction δmax/δavg A-max
Gempa Torsi
EX1 X Type 1a 1.231 1.052
EY1 Y Type 1b 1.618 1.818
EX2 X Type 1a 1.231 1.052
EY2 Y Type 1b 1.618 1.818

Struktur Tower E mengalami ketidakberaturan torsi pada gempa arah X dan Y. Maka, momen torsi lantai
akibat gempa arah X dan Y harus dikalikan dengan nilai Ax ≥ 1.0 sesuai dengan lantainya.

Tower F
Beban Ketidakberaturan
Direction δmax/δavg A-max
Gempa Torsi
EX1 X None 1.048 1.000
EY1 Y Type 1a 1.231 1.052
EX2 X None 1.074 1.000
EY2 Y Type 1a 1.566 1.703

Struktur Tower F mengalami ketidakberaturan torsi pada gempa arah Y. Maka, momen torsi lantai akibat
gempa arah Y harus dikalikan dengan nilai Ax ≥ 1.0 sesuai dengan lantainya.

PT Rekacipta Kinematika 82 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Tower Office dan Mall


Beban Ketidakberaturan
Direction δmax/δavg A-max
Gempa Torsi
EX1 X Type 1a 1.287 1.150
EY1 Y Type 1b 3.000 3.000
EX2 X Type 1a 1.287 1.150
EY2 Y Type 1b 3.000 3.000

Struktur Tower F mengalami ketidakberaturan torsi pada gempa arah X dan Y. Maka, momen torsi lantai
akibat gempa arah X dan Y harus dikalikan dengan nilai Ax ≥ 1.0 sesuai dengan lantainya.

Tower Hotel
Beban Ketidakberaturan
Direction δmax/δavg A-max
Gempa Torsi
EX1 X Type 1b 1.923 2.568
EY1 Y Type 1a 1.325 1.220
EX2 X Type 1b 1.923 2.568
EY2 Y Type 1a 1.325 1.220

Struktur Tower F mengalami ketidakberaturan torsi pada gempa arah X dan Y. Maka, momen torsi lantai
akibat gempa arah X dan Y harus dikalikan dengan nilai Ax ≥ 1.0 sesuai dengan lantainya.

Beban gempa yang sudah direvisi momen torsinya kemudian diaplikasikan kembali ke dalam model ETABS
dan digunakan untuk perencanaan unsur-unsur primer penahan gempa yaitu dinding geser, balok
perangkai dan SRPMK beton bertulang.

3.9 Perhitungan Struktur Sekunder

3.9.1 Pelat Lantai Satu Arah


Pelat lantai diperhitungkan sebagai pelat satu arah jika rasio sisi panjang : sisi pendeknya melebihi 2,5.
Tebal minimum pelat lantai dibatasi sesuai Tabel 9.5a SNI 03-2847-2013:
• L/20 untuk pelat dengan dua tumpuan sederhana
• L/24 untuk pelat dengan satu ujung menerus
• L/28 untuk pelat dengan dua ujung menerus
• L/10 untuk pelat kantilever
Jika tidak dihitung dengan analisa struktur, sejauh syarat-syarat dalam Bab 8.3 SNI 03-2837-2013
terpenuhi, maka momen-momen dalam pelat satu arah dihitung berdasarkan koefisien-koefisien sebagai
berikut (bab 8.3.3 SNI 03-2847-2013):

• wu ⋅ l n 11
2
Momen (+) bentang ujung menerus tak terkekang

• wu ⋅ l n 14
2
Momen (+) bentang ujung tak menerus menyatu dgn pendukung

• wu ⋅ l n 16
2
Momen (+) bentang interior

• wu ⋅ l n 9
2
Momen (-) muka eksterior pendukung utama: 2 bentang

PT Rekacipta Kinematika 83 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

• wu ⋅ l n 10
2
Momen (-) muka eksterior pendukung utama: > 2 bentang

• wu ⋅ l n 11
2
Momen (-) muka lainnya dari pendukung interior

• wu ⋅ l n 24
2
Momen (-) muka interior dari pendukung exterior (spandrel)

di mana:
wu = beban terbagi rata pada pelat (kN/m2)
ln = panjang bentang bersih pelat (m)
Pembesian pelat lantai arah melintang dihitung dengan menggunakan metode perhitungan kuat lentur
penampang persegi dengan tulangan tunggal, sesuai persyaratan dalam bab 10 SNI 03-2847-2013.

2⋅Mu
• Tinggi stress blok tekan pada beton: a = d − d 2 −
0.85 f c' ⋅ b ⋅ φ

• Tinggi stress blok tekan maksimum: a max = 0.75 ⋅ β 1 ⋅ cb


Jika a > amax maka tebal pelat harus ditambah agar tidak terjadi keruntuhan tekan.
Mu
• Maka, luas tulangan tarik perlu: As =
φ ⋅ f y ⋅ (d − a 2 )
di mana:
d= tinggi penampang efektif (m)
Mu = momen lentur ultimit (kNm/m’)
b= lebar efektif pelat (m)
φ= faktor reduksi kuat lentur = 0.8
f’c = kuat tekan silinder beton umur 28 hari (kPa)
fy = kuat leleh baja tulangan (kPa)
Tulangan pada arah memanjang direncanakan minimal memenuhi persyaratan tulangan susut, yaitu 0.18%
dari luas bruto penampang.
Seluruh perhitungan tersebut di atas dilakukan dalam spreadsheet Excel yang kami buat untuk
perencanaan pelat lantai sederhana.

3.9.2 Pelat Lantai Dua Arah (Dengan Balok)


Pelat lantai diperhitungkan sebagai pelat dua arah jika rasio sisi panjang : sisi pendeknya kurang dari 2.5.
Tebal minimum pelat lantai dibatasi sesuai bab 9.5.3.3 SNI 03-2847-2013:
• Tebal pelat, h minimal 120 mm

 fy 
l n  0.8 + 
 1500 
• Jika 0.2 < α m ≤ 2.0 maka tebal minimal pelat, h = ≥ 120 mm
36 + 5 ⋅ β ⋅ (α m − 0.2 )

 fy 
l n  0.8 + 
 1500 
• Jika α m > 2.0 maka tebal minimal pelat, h = ≥ 90 mm
36 + 9 ⋅ β

PT Rekacipta Kinematika 84 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

di mana:
ln = panjang bentang bersih pelat (m)
f’c = kuat tekan silinder beton umur 28 hari (kPa)
fy = kuat leleh baja tulangan (kPa)
β= rasio bentang panjang dibagi bentang pendek pelat
α m = adalah nilai rata-rata rasio kekakuan lentur balok terhadap pelat untuk semua balok pada
tepi-tepi suatu panel pelat lantai. Lihat bab 13.6 SNI 03-2847-2013.
Jika tidak dihitung dengan analisa struktur, maka momen-momen dalam pelat dua arah dihitung
berdasarkan koefisien-koefisien dalam Tabel 13.3.2 PBI 1971 yang berlaku untuk Pelat Persegi yang
Menumpu Pada Keempat Tepinya Akibat Beban Terbagi Rata.
Pembesian pelat lantai pada kedua arah dihitung dengan menggunakan metode perhitungan kuat lentur
penampang persegi dengan tulangan tunggal, sesuai persyaratan dalam bab 10 SNI 03-2847-2013, dengan
memenuhi persyaratan tulangan susut, yaitu minimal 0.18% dari luas bruto penampang, seperti dijelaskan
dalam bab 3.11.1.
Seluruh perhitungan tersebut di atas dilakukan dalam spreadsheet Excel yang kami buat untuk
perencanaan pelat lantai sederhana.

3.9.3 Tangga Tipikal


Tangga-tangga direncanakan sebagai pelat satu arah yang menumpu di atas dua perletakan sederhana
(sendi-rol), dengan beban terbagi rata. Tebal tangga dikontrol terhadap tebal minimum untuk pelat satu
arah. Momen-momen pada tangga dihitung secara statika. Untuk keperluan perencanaan pembesian pelat
tangga di tumpuannya, pada kedua ujung tangga dianggap terjadi momen jepit tak terduga sebesar 1/3 kali
momen lentur maksimum di lapangan.
Pembesian pelat tangga arah memanjang dihitung dengan menggunakan metode perhitungan kuat lentur
penampang persegi dengan tulangan tunggal, sesuai persyaratan dalam bab 10 SNI 03-2847-2013, dengan
persamaan-persamaan seperti yang dijelaskan dalam bab 3.6.1 di atas. Tulangan pada arah melintang
direncanakan minimal memenuhi persyaratan tulangan susut, yaitu 0.18% dari luas bruto penampang.
Seluruh perhitungan tersebut di atas dilakukan dalam spreadsheet Excel yang kami buat untuk
perencanaan tangga sederhana.

3.9.4 Balok Anak


Balok-balok anak dimodelkan secara eksplisit dalam model analisa struktur ETABS, sehingga
perencanaannya dilakukan dengan bantuan post-processor Frame Design dari ETABS v.9.6 berdasarkan
metode perencanaan dari ACI 318-05, dengan nilai parameter desain yang telah disesuaikan dengan SNI
03-2847-2013, yaitu:
• Beban kombinasi sesuai dalam bab 3.1.
• Faktor reduksi kekuatan sebagai berikut:
- φ = 0.90 untuk lentur
- φ = 0.75 untuk geser dan torsi
Metode perencanaan dari ACI 318-05 dipilih karena paling mendekati dengan persyaratan perencanaan
dalam SNI 03-2847-2013. Detail dari metode perencanaan ini dapat dilihat dalam bab 3.13.2 tentang
perencanaan balok portal beton bertulang.

PT Rekacipta Kinematika 85 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

3.10 Perencanaan Elemen Struktur Utama (SRPMK)


Perencanaan tulangan dinding geser menggunakan bantuan post processor ETABS dengan menggunakan
parameter-parameter perencanaan (faktor beban, faktor reduksi kekuatan dll.) yang disesuaikan dengan
SNI 03-2847-2013.

3.10.1 Dinding Geser


Perencanaan dinding geser dilakukan dengan bantuan post-processor Wall Design dari ETABS v.9.6
berdasarkan metode perencanaan dari ACI 318-05, dengan nilai parameter desain yang telah disesuaikan
dengan SNI 03-2847-2013, yaitu:
• Beban kombinasi sesuai dalam bab 3.1 di atas
• Faktor reduksi kekuatan sebagai berikut:
- φ = 0.90 untuk aksial tarik dan lentur
- φ = 0.65 untuk aksial tekan, aksial tekan dan lentur dengan sengkang biasa
- φ = 0.75 untuk geser
Metode perencanaan dari ACI 318-05 dipilih karena paling mendekati dengan persyaratan perencanaan
dalam SNI 03-2847-2013.

3.10.1.1 Perencanaan Tulangan Aksial dan Lentur


Tahapan perencanaan tulangan aksial dan lentur pada dinding geser dalam ETABS 9.6 adalah sebagai
berikut:
• Pertama-tama dinding geser dimodelkan sebagai Uniform Reinforcing Pier Section dengan asumsi
ketebalan dan rasio pembesian konstan dengan panjang daerah batas (boundary length) yang
dihitung oleh program.
• Tulangan pada badan dipasang sedikit di atas minimum, yaitu 0.0025 kali luas bruto penampang.
Rasio tulangan terpasang dibatasi tidak lebih dari 0.04.
• ETABS akan menghitung diagram interaksi 3-dimensi (P, M2, M3) dari dinding geser tersebut, untuk
menentukan rasio beban vs. kapasitas kritis dari dinding geser tersebut. Diagram interaksi tersebut
dihitung pada setiap sudut 15° dari sumbu utama. Diagram interaksi tersebut memperhitungkan
faktor reduksi kekuatan yang sesuai.

Gambar 3.36. Orientasi Sumbu Netral Dinding Geser pada Sudut Sembarang

PT Rekacipta Kinematika 86 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

• Program akan menghitung diagram interaksi P-M2-M3 dari setiap pier dan menghitung rasio kuat
perlu / kapasitas dari pier tersebut. Diagram interaksi dihitung dengan analisa kompatibilitas
regangan berdasarkan tulangan terpasang, dan dilakukan untuk setiap potongan dengan interval 15
derajat dari sumbu utama.
• Parameter berikut ini digunakan dalam menentukan diagram interaksi:

Poc = 0.85 ⋅ f c' ⋅ (Ag − As ) + f y ⋅ As


- Kuat aksial tekan maksimum:
Pot = f y ⋅ As
- Kuat aksial tarik maksimum:
• Diagram regangan linier pada sebuah panel dinding adalah sebagai berikut:

• Program menghitung kompatibilitas regangan dengan jarak garis netral sebagai variabel, di mana
regangan tekan beton selalu senilai -0.003 dan regangan pada baja tulangan bervariasi dari -0.003
sampai dengan tak terhingga.
• Maka relasi tegangan-regangan pada sebuah panel dinding geser adalah sebagai berikut:

• Di mana, tegangan tekan pada beton adalah: C c = 0.85 ⋅ f c' ⋅ β 1 ⋅ c ⋅ t w

• Dan tegangan pada baja tulangan adalah: σ s = ε s ⋅ E s ≤ f y

• Sehingga gaya dalam baja tulangan adalah: Ts = σ s ⋅ As untuk tarik atau C s = σ s ⋅ As untuk
tekan
• Maka kuat tekan aksial rencana untuk setiap kondisi distribusi regangan adalah:

PT Rekacipta Kinematika 87 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

φPn = φ ⋅ (∑ Ts − C c − ∑ C s ) ≤ Pmax
• Kuat momen rencana φ.M2n dihitung dengan menjumlahkan semua momen yang ada terhadap
sumbu lokal 2 dari penampang, demikian pula kuat momen rencana φ.M3n dihitung terhadap sumbu
lokal 3 dari penampang.
• Setelah φPn, φM2n, φM3n diperoleh untuk setiap variasi garis netral, maka diperoleh diagram
interaksi tipikal seperti ini untuk setiap penampang:

Gambar 3.37. Diagram Interaksi Dinding Geser Tipikal

• Proses tersebut di atas diulangi untuk setiap penampang dengan interval sudut 15° terhadap sumbu
utama dinding geser.
• Rasio kuat perlu / kuat rencana dihitung dalam diagram interaksi, di mana jika rasio tersebut > 1.0
maka titik koordinat Pu, Mu yang ditinjau terletak di luar diagram interaksi, berarti dinding tersebut
mengalami ’overstress’ dan harus ditinjau kembali dengan menambah jumlah tulangan atau
menambah dimensi dinding geser.

3.10.1.2 Perencanaan Tulangan Geser


Tahapan perencanaan tulangan geser pada dinding geser dalam ETABS 9.6 adalah sebagai berikut:
• Kuat geser beton pada panel dinding geser dihitung dengan nilai yang terkecil dari:
1 Nu ⋅ d
Vc = ⋅ f c' ⋅ h ⋅ d + atau
4 4 ⋅ lw

  N 
 l w ⋅  f c' + 2 ⋅ u  
 lw ⋅ h   h ⋅ d
Vc =  ⋅
1
f c' + ⋅
2 M u lw  10
 − 
Vu 2
 
di mana d = 0.8 x lw dan h = tw. Persamaan kedua tidak berlaku jika (Mu/Vu – lw/2) bernilai negatif.
• Maka, luas tulangan geser dapat dihitung dengan:
Vu
− Vc
φ
Av =
f ys ⋅ d
di mana:

PT Rekacipta Kinematika 88 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Vu 5
Vn = ≤ ⋅ f c' ⋅ h.d
φ 6
• Khusus untuk dinding geser penahan gempa, khususnya pada zona sendi plastis, kuat geser
nominal dinding juga dihitung dengan:

1 Av  2
Vn =  ⋅ f c' + ⋅ f ys  ⋅ t w ⋅ l w ≤ ⋅ f c' ⋅ t w ⋅ l w
6 tw  3
di mana:
Vu1
− ⋅ f c' ⋅ t w ⋅ l w
φ 6
Av = vs
f ys ⋅ l w
Catatan:
Dalam rumus di atas terlihat bahwa program menganggap kuat geser nominal maksimum adalah
2
Vn = ⋅ f c' ⋅ t w ⋅ l w , yang sebenarnya merupakan batas kuat geser nominal untuk keseluruhan
3
sistem dinding geser pada arah gempa yang ditinjau. Batas kuat geser nominal untuk satu panel
5
dinding geser adalah Vn = ⋅ f c' ⋅ t w ⋅ l w . Maka, dalam beberapa kasus program akan
6
melaporkan kuat geser dinding melebihi batas maksimum, di mana secara terpisah perencana akan
memeriksa apakah kuat geser nominal dalam panel dinding itu sendiri maupun total kuat geser
nominal dalam sistem dinding geser pada lantai tersebut masih dalam batas-batas maksimum yang
disyaratkan seperti di atas.
• Rasio tulangan geser minimum untuk dinding geser adalah 0.0025.
• Kemudian tulangan geser tersebut diaplikasikan sebagai tulangan horizontal dan dimasukkan dalam
spreadsheet Excel, untuk dirasionalisasikan dan dibagi menjadi beberapa zona menurut ketinggian
lantainya.

3.10.1.3 Perencanaan Daerah Batas (Boundary Element)


Tahapan perencanaan panjang Daerah Batas pada dinding geser dalam ETABS 9.6 adalah berdasarkan
SNI 03-2847-2013 bab 21.9.6 sebagai berikut:
• Beban rencana Pu, Vu dan Mu pada penampang dinding geser didapat dari analisa struktur.
• Dimensi dinding geser terdiri atas:
hw = tinggi total dinding geser
Lp = panjang total dinding geser
Ag = luas bruto penampang dinding geser
Acv = luas netto penampang dinding geser
dihitung seperti pada gambar berikut ini:

PT Rekacipta Kinematika 89 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

• Simpangan rencana, δu dihitung dengan mengalikan simpangan lateral hasil analisa struktur dengan
faktor pembesaran defleksi, Cd dari Tabel 9 SNI 03-1726-2012.
Nilai Cd untuk ”Sistem Ganda Dinding Geser Beton Bertulang Khusus dengan Rangka Pemikul
Momen Khusus” adalah 5.5.
• ETABS akan menghitung kuat tekan nominal dari penampang dinding geser:

Po = 0.85 ⋅ f c' ⋅ (Ag − As ) + f y ⋅ As

• Daerah batas khusus diperlukan jika tegangan pada serat tekan terluar melebihi 0.2 f’c, atau jika
jarak garis netral dari beban aksial terfaktor dan kuat momen nominal yang menyebabkan simpangan
rencana, δu melebih batasan ini:
lw
c≥
600(δ u hw )

di mana: δ u hw ≥ 0.007

• Bila rasio tulangan utama pada daerah batas khusus lebih besar dari 400/fy, maka daerah batas
harus diberi tulangan pengekang sesuai persyaratan untuk kolom SRPMK.
• Panjang minimum daerah batas dihitung sesuai persyaratan SNI 03-2847-2013 bab 21.9.6 yaitu:
L BZ ≥ c − 0.1l w

LBZ ≥ c 2

Gambar 3.38. Ilustrasi panjang daerah batas, LBZ.


• Jika komponen batas diperlukan, maka harus dipasang tulangan transversal berupa sengkang
tertutup dan kait pengekang pada komponen batas tersebut yang memenuhi persyaratan luas
minimum sebagai berikut:

PT Rekacipta Kinematika 90 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

 s ⋅ hc ⋅ f c' 
Ash = 0.09 ⋅  
 f 
 yh 
• Kemudian zona komponen batas tersebut diaplikasikan dalam spreadsheet Excel, untuk
dirasionalisasikan dan dibagi menjadi beberapa zona menurut ketinggian lantainya.

3.11 Perencanaan Elemen Struktur Utama (SRPMK)


Perencanaan tulangan dinding geser, balok dan kolom menggunakan bantuan post processor ETABS
dengan menggunakan parameter-parameter perencanaan (faktor beban, faktor reduksi kekuatan dll) yang
disesuaikan dengan SNI 03-2847-2013.

3.11.1 Kolom
Perencanaan kolom yang menjadi bagian dari Struktur Rangka Portal Penahan Momen Khusus (SRPMK)
dilakukan dengan bantuan post-processor Frame Design dari ETABS v.9.6 berdasarkan metode
perencanaan dari ACI 318-05, dengan nilai parameter desain yang telah disesuaikan dengan SNI 03-2847-
2013, yaitu:
• Beban kombinasi sesuai dalam bab 3.1 di atas
• Faktor reduksi kekuatan sebagai berikut:
- φ = 0.90 untuk aksial tarik dan lentur
- φ = 0.65 untuk aksial tekan, aksial tekan dan lentur dengan sengkang biasa
- φ = 0.75 untuk aksial tekan, aksial tekan dan lentur dengan spiral
- φ = 0.75 untuk geser dan torsi
Metode perencanaan dari ACI 318-05 dipilih karena paling mendekati dengan persyaratan perencanaan
dalam SNI 03-2847-2013.
Perencanaan kolom terdiri atas langkah-langkah berikut ini:
• Menghitung diagram interaksi aksial-lentur yang dibutuhkan.
• Menghitung rasio kapasitas atau luas tulangan yang diperlukan terhadap beban aksial dan momen
lentur (biaksial) ultimit terfaktor dari setiap kombinasi beban.
• Menghitung kebutuhan tulangan geser kolom.

3.11.1.1 Perhitungan Diagram Interaksi Aksial-Lentur


Perhitungan diagram interaksi kolom dibuat berdasarkan prinsip kekuatan batas dalam ACI 318-05 bab
10.3. Sebagai contoh, untuk penampang kolom segi empat perhitungan tegangan dan regangan pada
penampang dilakukan dengan asumsi blok tegangan tekan berbentuk segi empat seperti dalam gambar
berikut ini:

PT Rekacipta Kinematika 91 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.11. Idealisasi Distribusi Tegangan dan Regangan pada Penampang Kolom
Maka, gaya tekan maksimum pada kolom dibatasi sebesar φ.Pn(max), yaitu:

φ ⋅ Pn (max) = 0.85 ⋅ φ ⋅ [0.85 ⋅ f c' ⋅ (Ag − Ast ) + f y ⋅ Ast ] untuk kolom dengan spiral

φ ⋅ Pn (max) = 0.80 ⋅ φ ⋅ [0.85 ⋅ f c' ⋅ (Ag − Ast ) + f y ⋅ Ast ] untuk kolom dengan sengkang
di mana:
φ = 0.70 untuk kolom dengan spiral
φ = 0.65 untuk kolom dengan sengkang biasa
Maka, dapat dibuat diagram interaksi aksial-lentur kolom seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 3.39. Diagram Interaksi Aksial-Lentur Kolom Tipikal

3.11.1.2 Perhitungan Kapasitas Aksial-Lentur Kolom


Program akan menghitung kapasitas kolom terhadap setiap kombinasi beban rencana, dengan tahap-tahap
sebagai berikut:

PT Rekacipta Kinematika 92 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

• Program menghitung beban kombinasi terfaktor untuk gaya aksial dan lentur ultimit: Pu, Mux dan
Muy. Nilai momen lentur dicek terhadap persyaratan eksentrisitas minimum, yaitu (0.06 + 0.03h)
dalam satuan inci, di mana h = dimensi kolom pada arah lentur.
• Program menghitung faktor pembesaran momen untuk kondisi bergoyang, δs dan tidak bergoyang,
δns adalah 1, karena analisa struktur telah dilakukan dengan analisa P-δ terhadap beban gravitasi.
• Kemudian momen lentur tersebut dikalikan dengan faktor pembesaran momen untuk stabilitas
kolom, yaitu:
M c = δ ns ⋅ M 2 dimana:

Cm
δ ns = ≥ 1. 0
Pu
1−
0.75 ⋅ Pc

π 2 ⋅ EI
Pc =
(k ⋅ lu )2
0. 4 ⋅ E c ⋅ I g
EI =
1 + βd

PDL (max)
βd =
Pu (max)

Ma
C m = 0.6 + 0.4 ⋅ ≥ 0.4
Mb
Di mana Ma dan Mb adalah momen pada ujung kolom, dan Mb > Ma. Ma/Mb adalah positif untuk
lentur dengan kurvatur tunggal dan negatif untuk lentur dengan kurvatur ganda. Nilai Cm di atas
berlaku jika tidak ada beban melintang yang bekerja pada kolom, jika demikian maka nilai Cm = 1.
• Maka, rasio kapasitas, CR yaitu rasio dari beban-beban yang bekerja pada kolom dibanding dengan
kapasitasnya dapat dihitung dengan menggunakan diagram interaksi aksial lentur yang dihitung
sebelumnya. Dalam gambar berikut, rasio kapasitas, CR dihitung sebagai OL/OC. Jika CR <= 1.0
maka kapasitas kolom telah memadai:

Gambar 3.40. Representasi Geometrik dari Perhitungan Rasio Kapasitas Kolom

PT Rekacipta Kinematika 93 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

3.11.1.3 Perhitungan Tulangan Geser Kolom


Program akan menghitung kuat geser perlu dan kuat geser nominal kolom sesuai persyaratan untuk
Struktur Rangka Penahan Momen Khusus (SRPMK), dengan tahap-tahap sebagai berikut:
• Kuat geser perlu diambil dari nilai yang terkecil antara:
- Gaya lintang akibat kuat lentur nominal kolom pada ujung-ujungnya:
Vu = V p + VD + L

di mana:
M nT + M nB
Vp =
hn
di mana MnT dan Mnb adalah kuat lentur di ujung atas dan bawah kolom yang dihitung
berdasarkan kuat leleh baja tulangan sebesar 1.0 fy dan faktor reduksi kekuatan, φ = 1.0,
• Kuat geser nominal kolom yang dibebani gaya aksial tekan adalah:

 Nu   f c'  0.3 ⋅ N u
Vc =  1 + ⋅ ⋅ b ⋅ d ≤ 0.3 ⋅ f c' ⋅ bw ⋅ d ⋅ 1 +
 14 ⋅ A   6  w Ag
 g   
• Kuat geser nominal kolom yang dibebani gaya aksial tarik adalah:

 0.3 ⋅ N u   f c' 
Vc =  1 + ⋅ ⋅b ⋅d ≥ 0
 Ag   6  w
   
di mana nilai Nu adalah (-) untuk tarik.
• Kuat gese nominal kolom, Vc = o bila salah satu dari kondisi ini terpenuhi :
- Gaya geser akibat gempa yang dihitung mewakili 50% atau lebih dari kuat geser perlu
maksimum pada bagian sepanjang lo.
f c' ⋅ Ag
- Gaya tekan aksial terfaktor termasuk akibat pengaruh gempa tidak melampui Pu <
20
• Maka luas tulangan geser perlu dalam bentuk tulangan sengkang tertutup atau kait pengikat dengan
spasi s adalah:

Vu − V  ⋅ s
 φ c
Av =  
f ys ⋅ d
di mana :

Vu 2
Vs =
φ − Vc ≤ 3 ⋅ f c ⋅ bw ⋅ d
'

φ = 0.75
• Spasi maksimum sengkang tertutup dan kait pengikat pada rentang lo dari muka hubungan balok-
kolom untuk SRPMK tidak boleh melebihi yang terkecil dari :
- 6 db or bc / 4

PT Rekacipta Kinematika 94 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

350 − hx ; dimana 100 mm ≤ s ≤ 150 mm


- s x = 100 + x
3
• Panjang lo pada kolom SRPMK tidak boleh kurang dari yang terbesar dari hn/6 atau hc atau 450 mm.

3.11.1.4 Perhitungan Tulangan Transversal Kolom


Penulangan geser perlu yang diperoleh dari program harus diperiksa dengan terhadap persyaratan untuk
tulangan sengkang cincin sepanjang ketinggian lo atas dan di bawah hubungan balok-kolom.
Total luas sengkang tertutup dan pengikat silang antara ketinggian lo tidak boleh kurang dari :
 f '   Ag 
Ash = 0.3 ⋅  s ⋅ hc c  ⋅  − 1 (mm2) ; atau
 f yh   Ach
 

 f' 
Ash = 0.09 ⋅  s ⋅ hc c  (mm2)
 f yh 

Dimana ;
s = spasi penulangan transversal, mm
hc = lebar kolom di arah tegak lurus gaya geser, mm
f’c = kekuatan tekan beton umur 28 hari, Mpa
fyh = kekuatan leleh tulangan transversal, Mpa
Ag = luas daerah kolom, mm2
Ach = luas daerah kolom yang tertutup yang terdekat dengan sengkang, mm2

3.11.2 Balok
Perencanaan balok portal dilakukan dengan bantuan post-processor Frame Design dari ETABS v.9.6
berdasarkan metode perencanaan dari ACI 318-05, dengan nilai parameter desain yang telah disesuaikan
dengan SNI 03-2847-2013, yaitu:
• Beban kombinasi sesuai dalam bab 3.1 di atas
• Faktor reduksi kekuatan sebagai berikut:
- φ = 0.90 untuk lentur
- φ = 0.75 untuk geser dan torsi
Metode perencanaan dari ACI 318-05 dipilih karena paling mendekati dengan persyaratan perencanaan
dalam SNI 03-2847-2013.
Perencanaan balok terdiri atas langkah-langkah berikut ini:
• Menghitung luas tulangan lentur yang dibutuhkan:

PT Rekacipta Kinematika 95 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.41. Perencanaan penampang balok persegi

- Tinggi blok tekan dihitung dengan:

2⋅Mu
a = d − d2 −
0.85 ⋅ f c' ⋅ φ ⋅ b
di mana:

 f c' − 30 
β1 = 0.85 − 0.05 ⋅   ; 0.65 ≤ β1 ≤ 0.85
 7 
ε c ⋅ Es 600
cb = ⋅d = ⋅d
ε c ⋅ Es + f y 600 + f y
- Tinggi blok tekan maksimum adalah :
a max = 0.75 ⋅ β1 ⋅ cb

• Jika a ≤ amax, maka tulangan tekan tidak diperlukan dan luas tulangan tarik perlu adalah :
Mu
As =
 a
φ ⋅ fy ⋅d − 
 2
• Jika a > amax, maka tulangan tekan diperlukan sebagai berikut :
- Gaya tekan pada beton saja adalah:

C = 0.85 ⋅ f c' ⋅ b ⋅ a max


- Dan momen lentur yang dipikul oleh beton (tekan) dan baja tulangan (tarik) adalah:

 a 
M uc = C ⋅  d − max  ⋅ φ
 2 
- Maka, momen lentur yang dipikul oleh baja tulangan tekan dan tarik adalah:
M us = M u − M uc
- Maka, luas tulangan tekan perlu adalah:

PT Rekacipta Kinematika 96 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

M us
As' =
(
f ⋅ d − d ' ⋅φ
s
'
)
c − d ' 
f s' = 0.003 ⋅ E s ⋅  
 c 
- Luas tulangan tarik untuk mengimbangi gaya tekan pada beton adalah:
M uc
As1 =
 a 
φ ⋅ f y ⋅  d − max 
 2  ; dan

- Luas tulangan tarik perlu untuk mengimbangi gaya tekan pada tulangan tekan adalah:
M us
As 2 =
φ ⋅ f y ⋅ (d − d ' )

- Maka, luas tulangan tarik total perlu adalah: As = As1 + As 2

• Luas tulangan tarik minimum dibatasi dengan:

f c'
As ,min = ⋅ bw ⋅ d ; dan
4⋅ fy

1.4
As ,min = ⋅ bw ⋅ d
fy

• Khusus untuk balok pada Struktur Rangka Penahan Momen Khusus (SRPMK), maka berlaku
ketentuan-ketentuan berikut pada perencanaan tulangan lenturnya:
- Batas tulangan maksimum adalah: As ≤ 0.025 ⋅ bw ⋅ d

- Luas tulangan positif di muka tumpuan minimal 1/3 kali luas tulangan negatifnya.
- Luas tulangan lentur di titik mana pun di sepanjang balok minimal 1/5 kali luas tulangan
negatif/positif di muka tumpuan yang terbesar.
• Menghitung kuat geser perlu yang diambil dari nilai yang terkecil antara:
- Gaya lintang akibat kuat lentur nominal balok pada ujung-ujungnya:
Vu = V p + VD + L

di mana:
M nL + M nR
Vp =
ln
di mana MnL dan MnR adalah kuat lentur di ujung kiri dan kanan balok yang dihitung berdasarkan
kuat leleh baja tulangan sebesar 1.0 fy dan faktor reduksi kekuatan, φ = 1.0,
atau;

PT Rekacipta Kinematika 97 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

• Kuat geser nominal balok adalah:


1
Vc = ⋅ ⋅ f c' ⋅ bw ⋅ d
6
Tulangan transversal pada komponen struktur sepanjang lo harus direncakanan untuk memikul
geser dengan menganggap Vc = 0, bila :
- Gaya geser akibat gempa yang dihitung mewakili 50% atau lebih dari kuat geser perlu
maksimum pada bagian sepanjang lo.
f c' ⋅ Ag
- Gaya tekan aksial terfaktor termasuk akibat pengaruh gempa tidak melampui Pu <
20
• Dalam perencanaan balok pada SRPMK, maka nilai Vc di atas ikut diperhitungkan dalam kuat geser
nominal balok.
• Maka, luas tulangan geser perlu dalam bentuk tulangan sengkang tertutup atau kait pengikat dengan
spasi s adalah:

Vu − V  ⋅ s
 φ c
Av =  
f ys ⋅ d
di mana :

Vu 2
Vs =
φ − Vc ≤ 3 ⋅ f c ⋅ bw ⋅ d
'

φ = 0.75
• Spasi maksimum sengkang tertutup dan kait pengikat pada rentang lo dari muka hubungan balok-
kolom untuk SRPMK tidak boleh melebihi yang terkecil dari 8db atau 24 dbs atau d/4 atau 300 mm.
• Panjang lo pada balok SRPMK tidak boleh kurang dari 2 hb.

3.11.3 Rasio Kapasitas Balok vs Kolom SRPMK


Kuat lentur kolom SRPMK harus memenuhi persyaratan berikut ini:
6
∑M e =
5
⋅∑Mg

di mana:
ΣMe = jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur
nominal kolom yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut.
ΣMg = jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur
nominal (φ = 1.0) balok-balok yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut.
Jika persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka kolom pada hubungan balok-kolom tersebut harus
direncanakan dengan tulangan transversal penuh sesuai persyaratan pada daerah sendi plastis, yang
dipasang di sepanjang tinggi kolom.
Khusus untuk SRPMK, kuat lentur nominal dihitung berdasarkan kuat leleh tulangan tanpa faktor kuat lebih
bahan.
Pemeriksaan rasio kapasitas balok vs kolom SRPMK tersebut dilakukan oleh program ETABS untuk setiap
kolom, di mana jika nilai rasio kapasitas kolom vs balok > 1.2 maka rasio kapasitas sudah memenuhi
syarat. Jika tidak, maka tulangan transversal dipasang penuh di sepanjang tinggi kolom.

PT Rekacipta Kinematika 98 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

3.11.4 Sambungan Balok-Kolom SRPMK


Sambungan balok-kolom adalah kunci dalam elemen struktur dalam Sistem rangka pemikul Momen
Khusus. Sambungan harus memiliki kekuatan geser yang cukup untuk menahan gaya geser dari plastic
hinge pada balok dari muka kolom.
Kekuatan geser yang diperlukan pada join dihitung dalam ETABS menggunakan algoritma. Hal ini terbatas
pada cor monolit untuk kolom di bawahnya, dimana lebar sambungan diambil sama dengan lebar kolom.
Analisis sambungan balok-kolom dilakukan pada sumbu mayor serta minor pada kolom, dengan mengikuti
persyaratan sebagai berikut :
• Menghitung kekuatan geser yang diperlukan, Vuh
• Menghitung luas efektif sambungan, Aj
• Menghitung kekuatan sambungan nominal, Vjn
Sebagai control, kami melakukan pemeriksaan joint dengan cara manual seperti pada contoh perhitungan
terlampir.

3.11.4.1 Kekuatan geser yang diperlukan


Diagram gaya sambungan tipikal balok-kolom, ditunjukkan pada gambar 3.11

PT Rekacipta Kinematika 99 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.10. Diagram sambungan geser kolom

Gambar 3.42. Diagram Gaya-Gaya pada Join Kolom

3.11.4.2 Daerah Efektif Join


Daerah effektif sambungan, Aj dikenai gaya geser terfaktor dianggap sebagai persegi panjang dengan
dimensi yang sama sebagai kolom portal, atau sama dengan lebar kali balok lebar kolom.
Daerah sambungan untuk pemeriksaan kuat geser dianggap terpisah untuk arah mayor dan minor.

PT Rekacipta Kinematika 100 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Gambar 3.43. Daerah Efektif Join Kolom (Ref. ACI 318-08)

3.11.4.3 Kontrol Kuat geser Nominal Sambungan


Kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar daripada ketentuan berikut ini
untuk beton normal,

V jn = 1.7 ⋅ f c' ⋅ A j , untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat sisinya.

V jn = 1.25 ⋅ f c' ⋅ A j , untuk hubungan yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua sisi yang
berlawanan.

V jn = 1.0 ⋅ f c' ⋅ A j , untuk hubungan lainnya.

Sambungan balok-kolom dalam SRPMK dapat diterima ketika : Vuh ≤ φ . Vjn

3.12 Prinsip Desain Kapasitas (Capacity Design)


Prinsip desain kapasitas sejauh yang disyaratkan dalam perencanaan komponen rangka penahan momen
khusus (SRPMK) yang digunakan dalam bangunan ini telah dijelaskan di atas.

PT Rekacipta Kinematika 101 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

4. PENUTUP
Demikian keterangan umum dari Laporan Perencanaan Struktur ini dibuat, semoga dapat memberikan
gambaran secara garis besar tentang proyek dan perencanaan strukturnya kepada pembaca.
Sudah barang tentu laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami Tim Perencana mohon maaf atas
kekurangannya.
Jakarta, 22 Januari 2015
Perencana Struktur Bawah Perencana Struktur Atas

Leonardi Kawidjaja, ST, AG-1 Ir. Sugia Mulyana, IP-U


Ahli Madya Geoteknik (HATTI) Ahli Utama Struktur (HAKI)
SKA No. 0448/HATTI/SKA-G1/XII/2012 SKA No. 001508/06-07/A-U/2013

PT Rekacipta Kinematika 102 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

REFERENSI

[1] ACI Committee 318, 2008, “Building Code Requirements for Structural Concrete,” ACI 318M-08, American
Concrete Institute, Farmington Hills, MI.

[2] AISC, 2010, “ Specification for Structural Steel Buildings,” ANSI/AISC 360-10, American Institute of Steel
Construction, Chicago, IL.

[3] ASCE, 2010, “Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures,” ASCE/SEI 7-10, American
Society of Civil Engineers, Reston, VI.

[4] Atmodarwinto, W., et al, 1991, “Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 7 Tahun 1991 tentang
Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta,” Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

[5] Bowles, J.E., 1997, “Foundation Analysis & Design, 5th edition”, McGraw-Hill, Singapore.

[6] CSI, 2009, “Concrete Frame Design Manual for SAP2000 and ETABS,” Computer & Structures Inc.,
Berkeley, CA.

[7] CSI, 2005, “CSI Analysis Reference Manual for SAP2000, ETABS and SAFE,” Computer & Structures Inc.,
Berkeley, CA.

[8] CSI, 2005, “Shear Wall Design ACI 318-05 Technical Note,” Computer & Structures Inc., Berkeley, CA.

[9] Day, R.W., 2006, ”Foundation Engineering Handbook: Design and Construction with the 2006 International
Building Code,” McGraw-Hill, Singapore.

[10] BSN, 2012, “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung,” SNI 03-1726-2012, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

[11] BSN, 2013, “Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain,” SNI 03-1727-2013,
Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

[12] BSN, 2013, “Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung,” SNI 03-2847-2013, Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.

[13] Dep. PU, 2002, “Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung,” SNI 03-1729-2002, Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.

[14] Harries, K.A., Gong, B., Shahrooz, B.M., 2000, ”Behavior and Design of Reinforced Concrete, Steel, and
Steel-Concrete Coupling Beams,” Earthquake Spectra, Vol.16, No.4, November 2000, pp.775-799.

[15] ICBO, 1997, ”1997 Uniform Building Code, Volume 2: Structural Engineering Design Provisions,”
International Conference of Building Officials, Whittier, CA.

[16] Kramer, S.L., 1996, ”Geotechnical Earthquake Engineering,” Prentice-Hall, Upper Saddle River, NJ.

[17] Oasys, 1993, ”GD User Manual,” Oasys Ltd., London.

[18] Oasys, 1997, “FREW 17 Geo Suite for Windows,” Oasys Ltd., London

[19] Oasys, 1997, “VDISP User Manual,” Oasys Ltd., London

[20] Ou, C.Y., 2006, “Deep Excavation Theory & Practice,” Taylor & Francis, London.

PT Rekacipta Kinematika 103 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

[21] Ostadan, F., “Seismic Soil Pressure for Building Walls – an Updated Approach,” Journal of Soil Dynamics
and Earthquake Engineering, Vol.25, Issues 7-10, August-October 2005, pp.785-793.

[22] Paulay, T., Priestley, M.J.N., 1992, “Seismic Design of Reinforced Concrete and Masonry Buildings,” John
Wiley & Sons.

[23] Poulos, H.G., Davis, E.H., 1980, ”Pile Foundation Analysis & Design”, University of Sydney.

[24] Reese, L.C., Van Impe, W.F., 2001, ”Single Piles and Pile Groups under Lateral Loading”, Taylor & Francis,
London.

[25] Sasongko, H., 2007, ”Peraturan Kepala Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta tentang Pedoman Perencanaan Struktur dan Geoteknik Bangunan,” Dinas
Penataan dan Pengawasan Bangunan Provinsi DKI Jakarta.

[26] SEAOC Seismology Committee, 1999, ”Recommended Lateral Force Requirements and Commentary,
1999 7th Edition,” Structural Engineers Association of California (SEAOC), Sacramento, CA.

[27] Tamboli, A.R., 1999, ”Handbook of Structural Steel Connection Design and Details”, McGraw-Hill, New York
NY.

[28] Tomlinson, M.J., 1994, ”Pile Design & Construction Practice”, E & FN Spon, London.

[29] Tomlinson, M.J., Boorman, R., 1995, ”Foundation Design & Construction”, Longman Scientific & Technical,
Essex.

[30] Wesley, L.D., 2010, ”Fundamentals of Soil Mechanics for Sedimentary and Residual Soils”, John Wiley &
Sons, Hoboken, NJ.

PT Rekacipta Kinematika 104 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Appendix A
Gambar Skematik

PT Rekacipta Kinematika 105 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Appendix B
Perencanaan Konstruksi
Struktur Bawah

PT Rekacipta Kinematika 106 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

B. PERENCANAAN KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH


B1 Evaluasi Laporan Penyelidikan Tanah
B1.1 Profil Tanah
B1.2 Laporan Penyelidikan Laboratorium
B1.3 Rangkuman Parameter Desain Tanah
B2 Klasifikasi Site sesuai SNI 03-1726-2012
B3 Perhitungan Daya Dukung Aksial Pondasi Tiang Pancang
B4 Perhitungan Daya Dukung Lateral Pondasi Tiang Pancang
B4.1 Rangkuman Analisa Lateral Pondasi Tiang Pancang
B5 Effisiensi Kelompok Tiang-Aksial

PT Rekacipta Kinematika 107 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

Appendix C
Perencanaan Konstruksi
Struktur Atas

PT Rekacipta Kinematika 1 www.kinematika.com


PT Margahayu Land 19 Avenue, Tangerang

C PERENCANAAN KONSTRUKSI STRUKTUR ATAS


C1 Pemodelan dan Pembebanan Struktur Utama
C1.1 Tampak 3D Struktur Utama
C1.2 Denah Beban Lantai
C1.3 Rangkuman Masukan dan Keluaran ETABS
C2 Perhitungan Gempa Struktur Atas
C2.1 Respons Spektrum Gempa Rencana
C2.2 Plot Ragam Dinamik Dasar
C2.3 Plot Gaya Geser Tingkat, Beban Gempa Statik Ekivalen dan Simpangan Lateral
C3 Perencanaan Kolom dan Balok SRPMK

PT Rekacipta Kinematika 2 www.kinematika.com

You might also like