Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
ANISSYA RISNARIANE K
P27820115005
D3 KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO
SURABAYA
2. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara-suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau harum.
Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Fase-Fase Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (2001)
a. Fase I: Comforting (ansietas sedang : halusinasi menyenangkan)
Karakteristik
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas kesepian, rasa
bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa oikiran-pikiran dan
pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat
ditangani non psikotik.
Perilaku klien
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik
sendiri, diam dan asyik sendiri.
b. Fase II: Condeming (ansietas berat : halusinasi menjadi menjijikan)
Karakteristik
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali
dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
diperse[sikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman
sensori dan menarik diri dari orang lain (psikotik ringan).
Perilaku klien
Meningkatkan tanda-tanda sistem syarat otonom akibat ansietas seperti
peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, rentang perhatian
menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dengan realita.
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
6. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami penghambatan dan hubungan
interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
b. Faktor sosio kultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan sehingga ruang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.
c. Faktor biokimia
Mempengaruhi pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa seseorang
mengalami stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan di hasilkan
zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffefenon dan
dimethytranierase.
d. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
e. Faktor genetik
Gen yang berpengaruh dalam hal ini belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hub yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini. (Yosep, 2010)
7. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Core
Problem
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
mengungkapkan kesukaan
masalahnya. klien
Tunjukkan
sikap jujur
Klien dan menepati
Klien tidak
mampu : janji setiap
mengetahui apa
- Mengenali kali
yang didalamnya
halusinasi Setelah ....x berinteraksi
saat ini, jadi
yang pertemuan, klien SP 2
- Bantu klien perawat
dialaminya dapat
- Mengontrol mengenal membantu klien
menyebutkan :
halusinasin - Isi, waktu halusinasi (isi, mengenalkan
VI. Pelaksanaan
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan
disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi klien.
VII. Evaluasi
Evaluasi yang ingin dicapai yaitu :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien mulai dan mempertahankan hubungan dengan orang lain
e. Klien mengerjakan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi
f. Klien dapat berinteraksi di dalam kelompok
Daftar Pustaka
Hamid, Achir Yani, 2000. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1. Keperawatan
Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Depkes RI
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati, F & Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press
Stuart dan Landia. 2001. Principle and Practicew Of Psychiatric Nursing Edisi 6. St.
Louis Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, H. Iyus & Titin Sutini. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: PT Refika Aditama
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika