You are on page 1of 8

Pencegahan Penularan HIV/AIDS: Efektivitas ...

(Achmad Chairul Hamdi, Merry Wijaya dan Shelly Iskandar)

Pencegahan Penularan HIV/AIDS: Efektivitas Metode KIE “Aku Bangga


Aku Tahu (ABAT)”

PREVENTION OF HIV/AIDS TRANSMISSION: EFECTIVENESS OF INFORMATION,


EDUCATION AND COMMUNICATION METHOD OF “I AM PROUD I KNOW (ABAT)”

Achmad Chairul Hamdi1, Merry Wijaya2 dan Shelly Iskandar3

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas


1

Jl. RA Wiraatmaja No. 4 Purwokerto, Indonesia


2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
3
Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
2,3
Jl. Eijikman No. 38 Bandung, Indonesia
E - mail : chairulhamdi19@yahoo.co.id
Submitted : 18-8-2016, Revised : 16-9-2016, Revised : 28-11-2016, Accepted : 30-11-2016

Abstract

The epidemic of HIV/AIDS in Indonesia is one of fastest growing among Asian countries. One of
the efforts of the government to reduce HIV/AIDS cases is by implementing Information Education
and Communication (IEC) which is so-called “Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)”. However, the
effectiveness of ABAT and its methods have not been evaluated. The aim of this study is to analyze the
effectiveness of IEC of ABAT on knowledge, perception, stigma and HIV/AIDS behavioral prevention
among selected high school students. This is a quantitative research, using pre-test, post-test, and
control group of Quasi Experimental Design. A number of 221 students were chosen using multistage
random sampling, divided into groups of single, multiple and control. The results of this study showed
that the IEC of ABAT effectively increased knowledge, perception and preventive behavior, but it had
not been able to reduce stigma. IEC of ABAT multiple sessions provided higher impact thanthat of
the single session (p < 0.05). It is necessary to improve methods of IEC to encourage the improvement
of knowledge, perception, and reduced stigma and HIV/AIDS risk behavior.

Keywords: behavior, HIV/AIDS, knowledge, perception, stigma

Abstrak

Laju peningkatan HIV/AIDS di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di Asia. Sebagai
upaya pengendalian HIV/AIDS, pemerintah meluncurkan modul komunikasi informasi dan edukasi
Aku Bangga Aku Tahu (KIE ABAT). Efektivitas metode dan KIE ABAT sampai saat ini belum
pernah dilakukan evaluasi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas KIE ABAT terhadap
pengetahuan, persepsi, stigma dan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa/siswi SMA. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Quasi Experiment Design dengan
Pre-test Post-test Control Group Design. Sebanyak 221 siswa berpartisipasi dalam penelitian yang
dipilih menggunakan multistage random sampling, kemudian dibagi kedalam kelompok single,
multiple dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KIE ABAT efektif meningkatkan
pengetahuan, persepsi dan perilaku pencegahan, akan tetapi belum mampu menurunkan stigma.
Simpulan berikutnya adalah KIE ABAT multiple session memberikan pengaruh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan single session. Untuk itu perlu penyempurnaan metode KIE agar dapat
mendorong terjadinya peningkatan pengetahuan, persepsi, penurunan stigma dan peningkatan
perilaku pencegahan HIV/AIDS.

Kata kunci: HIV/AIDS, pengetahuan, perilaku, persepsi, stigma.

245
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 4, Desember 2016 : 245 - 252

PENDAHULUAN HIV/AIDS. Pengetahuan dalam hal ini adalah


pemahaman tentang pengertian, penyebab, cara
HIV (Human Immunodeficiency Virus) penularan dan pencegahan HIV/AIDS. Persepsi
adalah virus yang menyerang sistem kekebalan adalah tanggapan terhadap kerentanan dan
tubuh manusia yang dapat menyebabkan keparahan HIV/AIDS, manfaat, hambatan yang
terjadinya AIDS (Acquired Immuno Deficiency dirasakan dan efikasi diri untuk menghindari
Syndrome). AIDS adalah kumpulan gejala perilaku berisiko tertular HIV/AIDS. Stigma
penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem adalah respon terhadap perlakuan yang diterima
kekebalan tubuh.1 HIV/AIDS merupakan ODHA berupa kekerasan verbal, pelabelan
permasalahan global. Peningkatan terjadi hampir negatif, pengabaian dalam pelayanan kesehatan,
di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia.2 pengucilan, ketakutan terhadap penularan, stigma
Peningkatan kasus terjadi semakin cepat terutama di sekolah, tempat tinggal dan tempat kerja.
dalam lima tahun terakhir.3 Perilaku pencegahan adalah tindakan yang diambil

Sejak dilaporkan pertama kali pada tahun dalam rangka mencegah tertularnya HIV/AIDS
1987 sampai September 2014, kasus tertinggi ada yakni tidak melakukan hubungan seks sebelum
pada kelompok usia 20–29 tahun (32,9%). Hal menikah dan tidak menggunakan narkoba suntik.
ini berarti jika sejak terinfeksi sampai masuk ke Salah satu kelompok sasaran kampanye adalah
kondisi AIDS membutuhkan waktu 5 tahun, maka murid SMA. KIE ABAT dapat dilaksanakan
usia terendah saat terinfeksi pertama kali adalah satu sesi (single session) dalam satu hari, atau
sekitar 15-24 tahun.1 dibagi kedalam beberapa sesi (multiple session)
Hasil survei yang dilakukan Hot Line dilaksanakan dalam beberapa hari. Kampanye
Pendidikan pada tahun 2012 terhadap siswa/ ABAT mulai digiatkan sejak akhir tahun 2011,
siswi SMA di Kota Surabaya menujukkan bahwa akan tetapi belum pernah dilakukan evaluasi
44% subjek menganggap hubungan seksual saat terhadap efektivitas isi materi maupun metode
pacaran merupakan hal biasa. Survei tersebut juga penyampaiannya.1 Pemilihan metode KIE
menyebutkan bahwa 16% siswi sudah pernah merupakan unsur yang sangat penting untuk
melakukan hubungan seksual.4 Terkait perilaku mencapai perubahan perilaku yang diinginkan.8
penyalahgunaan narkoba, remaja SMA juga Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini berujuan
merupakan kelompok yang mudah terpengaruh, untuk meneliti efektivitas ABAT dan metode
menjadi target sasaran gembong narkoba, rentan KIE yang lebih efektif dalam meningkatkan
terjebak dalam penyalahgunaan narkoba.5 pengetahuan, persepsi, menuunkan stigma dan
Perilaku seks berisiko dan penggunaan meningkatkan perilaku pencegahan HIV/AIDS
narkoba suntik merupakan faktor risiko utama pada siswa/siswi SMA.
terjadinya penularan HIV/AIDS. Berbagai
dampak dapat muncul akibat HIV/AIDS antara BAHAN DAN METODE
lain infeksi oportunistik seperti toksoplasmosis
tidak harus dalam otak, kandidiasis pada saluran Penelitian ini merupakan penelitian
tenggorokan, saluran paru-paru, sarkoma kaposi kuantitatif dengan rancangan penelitian Quasi
dan berbagai macam kanker.1 Orang dengan HIV/ Experiment Design dengan Pre-test Post-test
AIDS (ODHA) juga sangat potensial mengalami Control Group Design. Subjek penelitian ini
stigma dan diskriminasi di sekolah, tempat kerja, berjumlah 221 orang yang terbagi ke dalam
fasilitas layanan kesehatan maupun lingkungan kelompok single (76 orang), multiple (73 orang),
masyarakat.6 Biaya pengobatan HIV/AIDS juga dan kontrol (72 orang). Berdasarkan perhitungan
membebani ekonomi rumah tangga dan negara.7 jumlah sampel, jumlah sampel minimal pada
Permasalahan HIV/AIDS mendorong setiap kelompok adalah sebanyak 68 orang.9
pemerintah untuk melakukan upaya pengendalian. Populasi target penelitian ini adalah siswa/
Salah satunya melalui kampanye ABAT HIV/ siswi SMA di Kabupaten Banyumas. Pemilihan
AIDS. Kampanye ABAT bertujuan untuk subjek penelitian menggunakan teknik multistage
meningkatkan pengetahuan, persepsi, menurunkan random sampling. Pada tahap awal (menggunakan
stigma dan meningkatkan perilaku pencegahan metode stratified random sampling), SMA yang

246
Pencegahan Penularan HIV/AIDS: Efektivitas ... (Achmad Chairul Hamdi, Merry Wijaya dan Shelly Iskandar)

ada distratifikasi berdasarkan tingkat akreditasi kemudian digunakan untuk pengambilan data
untuk kemudian dipilih tiga sekolah secara acak. melalui pretest dan dua kali posttest. Pretest
Selanjutnya pada setiap sekolah yang terpilih dilaksanakan sebelum subjek menerima intervensi,
dilakukan cluster random sampling sehingga sedangkan posttest satu dilaksanakan sesaat
mendapatkan satu kelas sebagai kelompok single, setelah subjek menerima intervensi, dan posttest
satu kelas sebagai kelompok multiple dan satu dua dilaksanakan pada dua bulan setelah subjek
kelas sebagai kelompok kontrol. menerima intervensi.
Kelompok single mendapatkan intervensi Penilaian dilakukan menggunakan
berupa KIE ABAT selama satu sesi dalam satu skoring. Pada kuesioner pengetahuan, setiap
hari, sedangkan kelompok multiple mendapat jawaban benar diberi nilai 1; jawaban salah diberi
intervensi dalam tiga sesi selama tiga hari dengan nilai 0. Pada kuesioner persepsi dan stigma, setiap
jarak antar sesi adalah satu minggu. Kelompok pernyataan diberi nilai 1 – 4. Pada kuesioner
kontrol merupakan kelompok yang tidak diberikan perilaku pencegahan setiap pernyataan diberi nilai
intervensi. KIE ABAT dilaksanakan dengan 1 – 2. Data ordinal yang didapatkan pada kuesioner
metode ceramah, curah pendapat, role play persepsi, stigma dan perilaku pencegahan,
dan tanya jawab agar seluruh peserta ikut aktif, ditansformasi terlebih dahulu menjadi data interval
didukung penggunaan media berupa DVD ABAT, menggunakan program komputer sehingga
poster, leaflet, laptop, LCD proyektor, sound menghasilkan nilai logit. Selisih (delta) nilai yang
system, kertas plano, spidol yang diperlukan demi ada berdasarkan pretest dan posttest pada masing-
suksesnya pelaksanaan KIE. masing kelompok, kemudian diuji menggunakan
Kriteria inklusi pemilihan subjek: subjek One Way ANOVA untuk menganalsis perbedaan
merupakan siswa/siswi SMA di Kabupaten pengaruh intervensi KIE ABAT single session
Banyumas, subjek tercatat sebagai siswa/siswi dengan multiple session terhadap peningkatan
kelas X atau XI, dan subjek bersedia untuk pengetahuan, persepsi, penurunan stigma dan
ikut serta dalam penelitian. Sedangkan kriteria peningkatan perilaku pencegahan HIV/AIDS.
eksklusi adalah subjek pernah diintervensi KIE Penelitian ini telah mendapat persetujuan etik
ABAT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nomor: 226/UN6.C1.3.2/KEPK/PN/2016 dari
April sampai dengan Juni 2016 di Kabupaten Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas
Banyumas. Penelitian dilaksanakan di kabupaten Padjadjaran Bandung.
Banyumas dilatarbelakangi kondisi peningkatan
pesat HIV/AIDS yang terjadi dalam lima tahun HASIL
terakhir dengan risiko penularan utamanya melalui
hubungan seksual dan penggunaan narkoba suntik. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
Data penelitian ini diperoleh menggunakan siswa/siswi di Kabupaten Banyumas. Pada awal
kuesioner. Sebelum digunakan untuk pengambilan penelitian (pretest) terdapat 242 subjek yang
data, kuesioner diuji validitas dan reliabilitas ikut serta dalam penelitian. Dari jumlah tersebut,
kepada 42 subjek yang terdiri dari 13 siswa (31%) 221 subjek memenuhi kriteria dan lengkap
dan 29 siswi (69%) dengan usia rata-rata 16,26 mengikuti pretest, posttest satu dan posttest dua.
tahun. Hasil ujicoba kuesioner menunjukkan Gambaran ini menunjukkan bahwa response rate
pertanyaan pengetahuan valid sebanyak 10 butir, adalah 91,32%. Subjek rerata berusia 16 tahun
pernyataan persepsi valid sebanyak 12 butir, dan mayoritas dari subjek adalah perempuan
pernyataan stigma valid sebanyak 23 butir, dan (69%). Tidak tedapat perbedaan bermakna untuk
pertanyaan perilaku valid sebanyak 15 butir. Nilai karakteristik sosiodemografik antara kelompok
reliabilitas pada variabel pengetahuan dengan nilai single, multiple dan kontrol.
Cronbach Alpha = 0,64; variabel persepsi dengan Tingkat pengetahuan, persepsi, stigma
nilai Cronbach Alpha = 0,81; variabel stigma dan perilaku pencegahan HIV/AIDS sebelum
dengan nilai Cronbach Alpha = 0,90; dan variabel pemberian intervensi pada kelompok single,
perilaku dengan nilai Cronbach Alpha = 0,79. multiple dan kontrol dapat dilihat pada tabel 1:
Kuesioner yang valid dan relaibel,

247
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 4, Desember 2016 : 245 - 252

Tabel 1. Skor Pengetahuan, Persepsi, Stigma dan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Sebelum Pemberian
Intervensi (Pretest)
Kelompok
Rentang
No Variabel Single Multiple Kontrol p
Nilai
Mean SD Mean SD Mean SD
1. Pengetahuan 0 - 10 6,30 1,69 6,79 1,68 6,56 1,56 0,190
2. Persepsi 12 - 48 40,12 3,39 40,09 3,64 39,49 3,48 0,467
3. Stigma 23 - 92 49,05 10,74 46,25 10,15 48,03 9,29 0,232
4. Perilaku Pencegahan 15 - 30 29,08 1,17 29,37 0,77 29,38 0,85 0,096

Berdasarkan normalitas dan homogenitas Selisih pretest dan posttest dua pada kelompok
dengan nilai p > 0,05; data yang telah diperoleh single dan kelompok multiple menunjukkan tidak
memenuhi syarat untuk dianalisis statistik ada perbedaan signifikan (p = 0,479); sedangkan
parametrik. selisih pada kelompok kontrol menunjukkan
adanya perbedaan signifikan dengan kelompok
1)Pengetahuan tentang HIV/AIDS single dan multiple (p < 0,001).
Perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT
2)Persepsi tentang HIV/AIDS
terhadap pengetahuan dapat diketahui dari selisih
Perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT
skor pretest dan posttest pada masing-masing
terhadap persepsi dapat diketahui dari selisih nilai
kelompok single, multiple dan kontrol (gambar 1).
logit pretest dan posttest pada masing-masing
kelompok single, multiple dan kontrol (gambar 2).
10
N 8
I 6 3,5
L 4 N 3
2,5
A 2 I 2
I 0 L 1,5
Pretest Posttest 1 Posttest 2 A 1
0,5
Single 6,3 9,43 9,18 I 0
Multiple 6,79 9,59 9,48 Pretest Posttest 1 Posttest 2
Kontrol 6,58 6,99 7,4 Single 1,57 2,6 1,85
Multiple 1,93 2,44 2,98
Kontrol 1,83 2,1 1,91
Gambar 1. Peningkatan Rerata Pengetahuan Nilai
Pretest dan Posttest pada Kelompok Gambar 2. Peningkatan Rerata Persepsi Nilai
Single, Multiple dan Kontrol Pretest dan Posttest pada Kelompok
Single, Multiple dan Kontrol

Pada awal penelitian ini kelompok Pada awal penelitian ini menunjukkan
single, multiple dan kontrol menunjukkan tingkat tingkat persepsi tentang HIV/AIDS pada
pengetahuan yang cenderung tidak berbeda. kelompok single, multiple dan kontrol cenderung
Berdasarkan hasil pretest, pengetahuan yang tidak berbeda. Berdasarkan hasil pretest, persepsi
masih kurang pada kelompok single dan multiple yang masih kurang pada kelompok single dan
meliputi definisi AIDS, cairan tubuh untuk multiple adalah keparahan yang dirasakan, dengan
pemeriksaan HIV, mitos HIV, dan obat untuk menganggap bahwa sudah ada obat yang dapat
terapi HIV/AIDS. menyembuhkan AIDS.
Selisih pretest dan posttest satu pada Selisih pretest dan posttest satu pada
kelompok single dan kelompok multiple kelompok single dan kelompok multiple
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p = menunjukkan ada perbedaan signifikan (p =
0,162); sedangkan selisih pada kelompok kontrol 0,008); sedangkan kelompok kontrol menunjukkan
menunjukkan adanya perbedaan signifikan adanya perbedaan signifikan dengan kelompok
dengan kelompok single dan multiple (p < 0,001). single (p < 0,001); akan tetapi tidak berbeda

248
Pencegahan Penularan HIV/AIDS: Efektivitas ... (Achmad Chairul Hamdi, Merry Wijaya dan Shelly Iskandar)

dengan multiple (p = 0,225). Selisih pretest dan single (p = 0,309); juga tidak terdapat perbedaan
posttest dua pada kelompok single dan kelompok signifikan dengan kelompok multiple (p = 0,432).
multiple menunjukkan ada perbedaan signifikan
(p = 0,001); dan kelompok kontrol menunjukkan 4)Perilaku Pencegahan HIV/AIDS
adanya perbedaan signifikan dengan kelompok Perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT
multiple (p < 0,001); akan tetapi tidak berbeda terhadap perilaku pencegahan dapat diketahui dari
dengan single (p = 0,390). selisih nilai logit pretest dan posttest pada masing-
masing kelompok single, multiple dan kontrol
3)Stigma kepada ODHA (gambar 4).
Perbedaan pengaruh intervensi KIE ABAT
terhadap stigma dapat diketahui dari selisih nilai 4,5
4
N
logit pretest dan posttest pada masing-masing I
3,5
3
kelompok single, multiple dan kontrol (gambar 3). L
2,5
2
A 1,5
1
I 0,5
0
0
N -0,5 Pretest Posttest
I -1 Single 2,65 2,53
L -1,5 Multiple 2,92 3,92
A -2 Kontrol 2,28 2,09
I -2,5
Pretest Posttest 1 Posttest 2
Gambar 4. Peningkatan Rerata Perilaku Pencegahan
Single -0,88 -1,71 -1,6
Pretest dan Posttest pada Kelompok Single,
Multiple -1,32 -2,1 -1,52
Multiple dan Kontrol
Kontrol -0,99 -1,1 -1,43

Gambar 3. Penurunan Rerata Stigma Nilai Pretest Selisih pretest dan posttest pada kelompok
dan Posttest pada Kelompok Single, single dan kelompok multiple menunjukkan
Multiple dan Kontrol ada perbedaan signifikan (p < 0,001); kelompok
kontrol menunjukkan adanya perbedaan signifikan
Pada awal penelitian ini menunjukkan dengan kelompok multiple (p < 0,001); akan tetapi
tingkat stigma kepada ODHA pada kelompok tidak terdapat perbedaan dengan kelompok single
single, multiple dan kontrol cenderung tidak (p = 0,711).
berbeda. Berdasarkan hasil pretest, stigma
yang masih tinggi pada kelompok single adalah PEMBAHASAN
kekerasan verbal terhadap ODHA, pelabelan
negatif, pengabaian oleh petugas kesehatan, 1). Pengetahuan tentang HIV/AIDS
isolasi sosial, dan stigma di sekolah; sedangkan Setelah dilakukan intervensi KIE ABAT
pada kelompok multiple adalah pelabelan negatif, pada kelompok single dan multiple, pengetahuan
pengabaian oleh petugas kesehatan, isolasi sosial, siswa meningkat dan hampir semua siswa dapat
ketakutan terhadap penularan dan stigma di menjawab semua pertanyaan tentang pengetahuan.
sekolah. Pada saat posttest dua menunjukkan adanya sedikit
Selisih pretest dan posttest satu pada penurunan.
kelompok single dan kelompok multiple Peningkatan pengetahuan pada kelompok
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p single dan multiple menunjukkan hasil tidak ada
= 0,835); kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan signifikan. Hal ini tidak sejalan dengan
perbedaan signifikan dengan kelompok single (p = hasil penelitian Harper et al. dan Takahashi et al. di
0,004); dan terdapat perbedaan dengan kelompok Amerika. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
multiple (p = 0,008). Selisih pretest dan posttest bahwa peningkatan pengetahuan kelompok
dua pada kelompok single dan kelompok multiple multiple session lebih tinggi dibandingkan dengan
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p kelompok single.10,11
= 0,070); dan kelompok kontrol menunjukkan Hal ini dapat disebabkan pemberian KIE
tidak ada perbedaan signifikan dengan kelompok dapat meningkatkan keingintahuan dan minat

249
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 4, Desember 2016 : 245 - 252

siswa mengenai topik terkait. Minat yang tinggi dengan penurunan stigma.6 Faktor lain yang diduga
dapat merangsang dan mendorong seseorang ikut mempengaruhi adalah tokoh agama. Nasehat
dengan segala cara untuk mencari informasi secara tokoh agama dapat meningkatkan pemahaman
mandiri, yang akhirnya dapat meningkatkan beragama yang lebih baik kemudian diwujudkan
pengetahuan. Siswa dapat menambah pengetahuan dalam kehidupannya. Terkait dengan HIV/AIDS,
dari internet, televisi maupun media cetak.12 agama selalu memberikan kesempatan kepada
ODHA. Meskipun mereka telah berbuat dosa
2). Persepsi tentang HIV/AIDS tetapi masih dapat diampuni, sehingga mereka
Sesaat setelah diberikan intervensi KIE berkesempatan untuk mendapatkan tempat yang
ABAT kelompok single dan multiple menunjukkan baik setelah kematian.15
adanya peningkatan persepsi. Dua bulan setelah
diintervensi, kelompok single menujukkan tidak 4). Perilaku pencegahan HIV/AIDS
ada peningkatan yang signifikan, sedangkan Dua bulan setelah intervensi, kelompok
kelompok multiple menunjukkan adanya multiple menunjukkan adanya peningkatan
perbedaan signifikan. Hal ini sejalan dengan hasil perilaku pencegahan sebesar 34,25%. Untuk
penelitian pada program penanggulangan HIV/ kelompok single tidak menunjukkan adanya
AIDS (SHERO’S PROGRAM) oleh Harper et al. peningkatan yang signifikan, sedangkan kelompok
di Amerika pada remaja putri Mexican American.10 kontrol menunjukkan adanya penurunan
Intervensi yang hanya satu kali (1 x perilaku pencegahan HIV/AIDS sebesar 8,33%.
120 menit) ini juga menyebabkan topik yang Peningkatan perilaku pencegahan pada kelompok
disampaikan menjadi sangat terbatas. Waktu yang multiple lebih tinggi daripada kelompok single ini
terbatas juga membatasi fasilitator dan kelompok sejalan dengan hasil penelitian Harper et al. dan
single untuk melakukan tanya jawab yang lebih Takahashi et al. di Amerika.10,11
dalam dan rinci.13 Faktor lain yang diduga ikut

Pada kelompok multiple, peningkatan mempengaruhi adalah kurangnya pengetahuan.16
persepsi masih terjadi pada pengukuran Pengetahuan pada kelompok kontrol lebih rendah.
yang dilakukan dua bulan setelah intervensi. Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat
Hal ini dapat terjadi karena pada kelompok meningkatkan remaja untuk berperilaku berisiko.17
multiple diberikan intervensi sebanyak tiga Bagi banyak orang, di Indonesia
kali. Pengulangan informasi yang terjadi dapat membicarakan seks adalah tabu dan bertentangan
meningkatkan intensitas pesan. Total durasi waktu dengan budaya.18 Disisi lain, pada zaman
yang lebih lama (3 x 120 menit) memungkinkan sekarang teknologi berkembang semakin pesat
informasi yang disampaikan mencakup topik yang mendorong kemudahan akses informasi.19
yang lebih lengkap, memungkinkan terjadinya Terbukanya arus informasi membuat para
tanya jawab yang lebih mendalam dan rinci, serta remaja dengan mudah mendapatkan apa yang
memberikan feedback kepada fasilitator untuk ingin mereka ketahui, termasuk hal-hal yang
perbaikan pelaksanaan pada sesi berikutnya.13 berhubungan dengan seksualitas. Ironisnya masih
banyak remaja yang belum mendapat pendidikan
3). Stigma kepada ODHA seksual secara lengkap sehingga menyebabkan
Setelah diberikan intervensi KIE ABAT, mereka terjebak dalam perilaku seksual yang tidak
kelompok single dan multiple menunjukkan sehat.20 Perilaku seks bebas dan penyalahgunaan
adanya penurunan stigma. Kelompok kontrol narkoba ini sangat berisiko menyebabkan
juga menunjukkan hal yang sama walaupun tidak terjadinya penularan HIV/AIDS.1
diberikan intervensi. Penelitian ini memiliki beberapa
Terdapat faktor lain yang diduga keterbatasan antara lain, pengumpulan data
mempengaruhi hasil penelitian ini. Salah satu dilakukan dengan self report yang menuntut
faktor tersebut adalah paparan media informasi. kejujuran subjek khususnya variabel perilaku
Hal ini dapat menyebakan terjadinya peningkatan pencegahan HIV/AIDS. Keterbatasan ini diatasi
pengetahuan tentang HIV/AIDS.14 Peningkatan dengan menjelasakan kepada subjek bahwa
pengetahuan tentang HIV/AIDS berhubungan kerahasiaan data dan tidak terdapat implikasi

250
Pencegahan Penularan HIV/AIDS: Efektivitas ... (Achmad Chairul Hamdi, Merry Wijaya dan Shelly Iskandar)

dari jawaban apapun yang mereka berikan. 2014. [diunduh 6 September 2015]. Tersedia
Keterbatasan lainnya adalah hal-hal yang dari: http://www.depkes.go.id.
ditanyakan adalah hal yang terjadi dalam dua 4. Arifin N. 44% Siswa SMA Anggap Hubungan
bulan terakhir sehingga didasarkan pada daya Seks Hal Biasa. [diunduh 8 November 2015].
ingat subjek (recall bias). Tersedia dari: http://www.news.okezone.com.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan 5. Sigit A. Pelajar SMA Target Sasaran Pengguna
untuk meneliti faktor-faktor lain yang diduga ikut Narkoba. [diunduh 8 November 2015]. Tersedia
mempengaruhi hasil penelitian, antara lain pola dari: http://www.krjogja.com.
asuh keluarga, teman sebaya, paparan informasi, 6. Holzemer WL, Uys L, Makoae L, Stewart A,
budaya dan tokoh agama. Phetlhu R, Dlamini PS, Greeff M, Kohi TW,
Chirwa M, Cuca Y, Naidoo J. A Conceptual
KESIMPULAN Model of HIV/AIDS Stigma from Five African
Countries. Journal of Advanced Nursing. 2007;
KIE ABAT efektif dalam meningkatkan 58(6). [diunduh 14 September 2015]. Tersedia
pengetahuan, persepsi, dan perilaku pencegahan dari: http://onlinelibrary.wiley.com.
penularan HIV, serta menurunkan stigma terhadap 7. Bollinger L, Stover J, Zanou B. The Economic
ODHA. Metode single maupun multiple session Impact of AIDS in Cote d'Ivoire. [diunduh 22
tidak berbeda secara bermakna dalam meningkatan November 2015]. Tersedia dari: http://www.
pengetahuan dan menurunkan stigma. Peningkatan policyproject.com.
persepsi dan perilaku pencegahan lebih tinggi 8. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
terjadi pada kelompok yang diintervensi secara Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
multiple session. Secara keseluruhan, KIE ABAT 2012. [diunduh 29 Juli 2015]. Tersedia dari:
multiple session memberikan pengaruh lebih http://www.pom.go.id. .
tinggi dibandingkan dengan single session. Untuk 9. Dahlan MS. Statistik Untuk Kedokteran dan
itu perlu penyempurnaan isi dan metode KIE agar Kesehatan. Deskrptif, Bivariat, dan Multivariat
lebih efektif terutama dalam menurunkan stigma. Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS.
Jakarta : Salemba Medika; 2011.
UCAPAN TERIMA KASIH 10. Harper GW, Bangi AK, Sanchez B, Doll M,
Perdaza A. A Quasi-Experimental Evaluation
Ucapan terima kasih ditujukan pada of A Community-Based HIV Prevention
semua pihak yang membantu, khususnya Prof. Dr. Intervention For Mexican American The Shero's
Tuti Wahmurti S, dr., SpKJ(K); Prof. Dr. Suryana Program. AIDS Education and Prevention. 2009;
Sumantri, Drs., MSIE; Irvan Afriandi, dr., MPH., 21. [diunduh 22 September 2015]. Tersedia dari:
Dr.PH dan Dr. Guswan Wiwaha, dr., MM yang http://www.guilfordjournals.com.
telah memberikan saran pada penyusunan laporan 11. Takahashi LM, Tobin KE, To S, Ou S, Ma CH,
penelitian ini. Ao FKW, Candelario J. Chieh Mei Ching Yi: A
Randomized Controlled Trial of A Culturally
DAFTAR RUJUKAN Tailored HIV Prevention Intervention for
Chinese Massage Parlor Women in Los Angeles.
1. Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI. Buku AIDS Education and Prevention. 2013; 25(6).
Petunjuk Penggunaan Media KIE Versi Pelajar [diunduh 28 oktober 2015]. Tersedia dari: http://
Aku Bangga Aku Tahu. 2012. [diunduh 28 Maret www.guilfordjournals.com.
2015]. Tersedia dari: http://www.promkes. 12. Salsabila. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
depkes.go.id. Pengetahuan. 19 April 2009. [diunduh 30
2. UNAIDS. Global Report: UNAIDS Report on September 2015]. Tersedia dari: http://
the Global AIDS Epidemic 2013. [diunduh 12 salsabilashafiraadin.blogspot.co.id.
Mei 2014]. Tersedia dari: http://www.unaids. 13. Robin L, Dittus P, Whitaker D, Crosby R,
org. Ethier K, Mezzof J, Miller K, Pappas-Deluca K.
3. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. Statistik Kasus Behavioral Interventions to Reduce Incidence of
HIV/AIDS di Indonesia dilapor s/d September HIV, STD, and Pregnancy Among Adolescents:

251
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 4, Desember 2016 : 245 - 252

A Decade in Review. Journal of Adolescent 17. BKKBN, BPS, Kemenkes RI, USAID. Survei
Health. 2004; 34:3-26. [diunduh 13 Oktober Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012
2015]. Tersedia dari: http://www.researchgate. Kesehatan Reproduksi Remaja. 2013. [diunduh
net. 16 September 2013]. tersedia dari: http://www.
14. Babalola S, Fatusi A, Anyanti J. Media bkkbn.go.id.
Saturation, Communication Exposure and HIV 18. Lamb K, Pengetahuan Masyarakat Indonesia
Stigma in Nigeria. Social Science Medicine. tentang HIV/AIDS Masih Rendah. [diunduh
2009; 68(8). [diunduh 14 September 2015]. 9 Februari 2016]. Tersedia dari: http://www.
Tersedia dari: http://ncbi.nlm.nih.gov. voaindonesia.com.
15. Mbonu NC, Borne Bvd, De Vries NK. Review 19. Zebua A. Dampak Perkembangan Teknologi
Article Stigma of People with HIV/AIDS in Sub- Informasi. 2015. [diunduh 17 Agustus 2016];
Saharan Africa : A Literature Review. Journal of Tersedia dari: http;//www.kompasiana.com.
Tropical Medicine. 2009. [diunduh 25 Agustus 20. Seks Bebas itu Pilihan! [diunduh 9 Februari
2015]. Tersedia dari: http://www.hindawi.com. 2016]. Tersedia dari: http://www.news.okezone.
16. Glanz K, Rimer BK, Vishwanath K. Health com.
Behavior and Health Education, Theory
Research and Practice 4th Edition: Josey Bass A
Wiley Imprint; 2008. [e-book].

252

You might also like