Professional Documents
Culture Documents
Opthalmologist
Opthalmologist
Contents
Diseases of
Diagnostic Diseases of Diseases of Diseases of
the
Algorithms the Eyelids the Cornea the Sclera
Conjunctiva
Diseases of
Diseases of Diseases of Diseases of
the Uveal Glaucoma
the Lens the Vitreous the Retina
Tract
Strabismus Diseases of
Optics and Neuro-
and the Lacrimal Ocular Injuries
Refraction ophtalmology
Nystagmus Apparatus
Clinical
Systemic Community
Methods in
Ophtalmology Ophtalmology
Ophtalmology
Diagnostic Algorithms
Glandula Moll
merupakan modifikasi
glandula sudorifera, produk
skekresi adalah air (sweat)
BLEFARITIS
Definisi
Etiologi
• Kelopak mata merah, gatal, nyeri, bengkak, epifora, bulu mata rontok
Terapi
Etiologi
• Gangguan pada glandula Zeis dan Moll atau glandula Meibom yang berkaitan dengan
dermatitis seboroik
Patofisiologi
• Glandula yang mengalami gangguan mengalami overproduksi lipid yang kemudian dipecah
oleh Corynebacterium acne menjadi asam lemak yang mengiritasi
• Penumpukan sisik putih pada bulu mata dengan dasar hiperemis (tanpa ulkus)
Terapi
Etiologi
Patofisiologi
• Infeksi kronik oleh stafilokokus pada dasar bulu mata mengakibatkan terbentuknya abses
intrafolikular, ulserasi dermis dan epidermis
• Krusta kekuningan pada dasar bulu mata, bila diusap biasanya meninggalkan keropeng atau ulkus
yang mudah berdarah
Terapi
• Bersihkan krusta
• Kompres hangat
• Antibiotik topical (basitrasin, eritromisin, atau gentamisin 12x2 tetes hingga gejala membaik)
• Antibiotik oral (doksisiklin 1x100mg selama 2-4 minggu atau azithromisin 1x500mg selama 5 hari)
Disfungsi Glandula Meibom
(Blefaritis Posterior)
Etiologi
Patofisiologi
Terapi
Patofisiologi
• Investasi parasit pada area berambut yang menyebabkan peradangan dan rasa gatal akibat
reaksi hipersensitivitas terhadap saliva parasit
• Tanda peradangan palpebra, gatal, macula berwarna biru hingga abu-abu di tempat
investasi parasit (maculae ceruleae)
Terapi
• Permethrin
• Petroleum jelly
• Lindane (tidak boleh digunakan pada pasien dengan dermatitis ekstensif, ibu hamil dan
menyusui, serta anak di bawah 2 tahun)
HORDEOLUM
EKSTERNUM
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Terapi
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Terapi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Terapi
• Konservatif
• Injeksi intralesi steroid (triamsinolon 40 mg/ml sebanyak 0,10-0,20 ml)
• Ekokleasi kalazion
MOLLUSCUM
CONTAGIOSUM
Etiologi
Manifestasi Klinis
Terapi
Distichiasis
• Adanya barisan bulu mata tambahan pada kelopak mata, di mana satu atau
keduanya dapat menekuk ke arah bola mata
• Etiologi: Kongenital, atau riwayat trauma
• Tanda dan Gejala: Sensasi benda asing, fotofobia, nyeri, dan lakrimasi
• Terapi: Epilasi
Entropion
• Penggulungan margo palpebra ke arah dalam
• Etiologi: Kongenital, trachoma, degenerasi
• Tanda dan Gejala: Sensasi benda asing, fotofobia, nyeri, dan
lakrimasi
• Terapi: Rekonstruksi palpebra
Ektropion
• Penggulungan margo palpebra ke arah luar
• Etiologi: Degenerasi, trauma
• Tanda dan Gejala: Sensasi benda asing, fotofobia, nyeri, dan
lakrimasi
• Terapi: Rekonstruksi palpebra
Simblefaron
• Adhesi antara palpebra dan bola mata sebagai akibat perlengketan
antara konjungtiva palpebra dan bulbi
• Etiologi: Trauma, konjungtivitis, Stevens-Johnson syndrome
• Tanda dan Gejala: Keterbatasan gerak bola mata, diplopia, lagoftalmus
• Terapi: Profilaksis dengan lubrikan, simblefarektomi
Ankiloblefaron
• Adhesi atau perlengketan antara margo palpebra superior dan inferior
• Etiologi: Kongenital, trauma, blefaritis ulseratif
• Tanda dan Gejala: Perlengketan antara palpebra superior dan inferior
• Terapi: Eksisi dan separasi palpebra
Lagoftalmus
• Ketidakmampuan menutup bola mata secara volunter
• Etiologi: Miogenik (paralisis m. orbicularis oculi), trauma, simblefaron, ektropion
berat
• Tanda dan Gejala: Mata kering, meningkatkan risiko konjungtivitis dan keratitis
• Terapi: Artificial tear drop, antibiotik salep mata (terutama saat tidur dan pasien
koma), tarsorrhaphy
Ptosis
• Jatuhnya palpebra superior sehingga menutupi bola mata bagian superior >2mm
• Etiologi: Kongenital, neurogenik (palsi nervus III, Horner’s syndrome), miogenik
(myasthenia gravis)
• Tanda dan Gejala: Amblyopia
• Terapi: Koreksi bedah
ANATOMI KONJUNGTIVA
KONDISI DEGENERATIF
KONJUNGTIVA
Pinguecula
• Kondisi degenerative konjungtiva yang ditandai dengan pembentukan patch atau
nodul putih kekuningan pada konjungtiva bulbar dekat limbus
• Etiologi: Idiopatik, diduga merupakan proses degenerasi kolagen konjungtiva
• Gambaran Klinis: Patch atau nodul kekuningan bilateral dan stasioner dengan
apex menjauh dari kornea, terbentuk di sisi nasal terlebih dahulu baru kemudian
di sisi temporal
• Terapi: Konservatif, eksisi pinguekula
Pterygium
• Pertumbuhan jaringan fibrovaskular subepitelial berbentuk segitiga pada
jaringan konjungtiva bulbar meliputi limbus hingga kornea
• Etiologi: Respon terhadap factor lingkungan seperti pajanan sinar matahari (sinar
UV), udara panas, angin, dan debu berupa degenerasi elastotik dan hiperplasi
jaringan
• Tanda dan Gejala: Jaringan fibrovaskuler berbentuk segitiga dengan apex menuju
ke arah kornea, dapat unilateral atau bilateral, pada sisi nasal (sebagian besar)
atau sisi temporal
• Terapi: Ekstirpasi pterygium
Derajat Pterygium
Derajat 1
Derajat 2
• Pterygium sudah melewati limbus kornea tetapi kurang dari setengah jarak antara pupil dan limbus
Derajat 3
• Pterygium sudah melewati limbus kornea dan lebih dari setengah jarak antara pupil dan limbus
Derajat 4
• Peradangan pada konjungtiva, dapat terjadi pada konjungtiva palpebra, fornix, ataupun bulbi
Etiologi
Jenis Eksudat
• Reaksi Folikuler terjadi pada usia di atas 6 bulan berupa hiperplasi jaringan limfoid seperti bula,
vesikel, atau butir nasi ukuran 0,5-5mm
• Reaksi Papilar hiperplasi epitel konjungtiva berupa polygonal
Pembentukan Membran
• Pseudomembran eksudat bila dikelupas meninggalkan epitel yang utuh tanpa perdarahan, misalnya
pada infeksi Neisseria gonorrhea
• Membran eksudat bila dikelupas meninggalkan epitel yang robek dengan perdarahan, misalnya pada
infeksi Group A-β hemolytic streptococci dan Corynebacterium diphtheria
Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis Bakterial Sederhana
• Etiologi: S. aureus, S. epidermidis, H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis
• Tanda dan Gejala: Mata merah, sensasi benda asing, secret mukopurulen atau purulen,
akut, kemosis
• Terapi: Salep kloramfenikol 3x1 selama 3 hari, tetes mata kloramfenikol 6x1 selama 3
hari
Konjungtivitis Gonokokal
• Etiologi: N. gonorrhea
• Tanda dan Gejala: Mata merah, sensasi benda asing, sekret purulen berat, hiperakut
(dalam 12-24 jam), kemosis berat, pembengkakan lnn. preaurikular, edema palpebra,
pseudomembran
• Terapi: Tetes mata kloramfenikol 0.5-1% 1 tetes per jam, Ceftriaxone 250 mg IM single
dose, Azithromisin 1 g PO single dose atau Doksisiklin 100 mg 2x1 selama 7 hari
Konjungtivitis Klamidia (Paratrakoma)
• Etiologi: Chlamydia trachomatis serotype D-K
• Tanda dan Gejala: Mata merah, sensasi benda asing, sekret mukopurulen,
kronis, unilateral, pannus, pembengkakan lnn preaurikular
• Potensi kebutaan rendah
• Terapi: Salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% 4x1 selama 3 minggu,
Azithromisin 1 g PO single dose atau Doksisiklin 100 mg 2x1 selama 7 hari
Trakoma
• Etiologi: Chlamydia trachomatis serotype A, B, Ba, C
• Tanda dan Gejala: Mata merah, sensasi benda asing, sekret mukopurulen,
kronis, sikatriks, trichiasis
• Potensi kebutaan tinggi
• Terapi: Salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% 4x1 selama 3 minggu,
Azithromisin 1 g PO single dose atau Doksisiklin 100 mg 2x1 selama 7 hari
Diagnosis Trachoma
Diagnosis
• Diagnosis klinis trachoma didasarkan pada gejala tipikal; paling tidak dua diantara gejala-gejala
berikut harus ada
• Folikel dan papilla pada konjungtiva
• Pannus
• Keratitis epithelial dekat limbus superior
• Tanda sikatrik/scar atau sekuelae
• Trichiasis entropion, tylosis (thickening of lid margin), ptosis, madarosis, dan ankyloblepharon
• Corneal opacity, ectasia, corneal xerosis, dan total corneal pannus (blinding sequelae)
Sekuelae lainnya
Etiologi
• Senyawa kimia akibat penggunaan silver nitrat atau antiobiotik untuk profilaksis
• Infeksi gonokokal sifat hiperakut, secret purulent, kemosis, dapat terbentuk membrane atau
pseudomembran, dan dapat menyebabkan kebutaan
• Infeksi klamidia sifat akut, secret mukopurulen
Terapi
• Profilaksis
• Salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% atau solusio silver nitrat 1% segera setelah lahir
• Injeksi seftriakson 50 mg/kg (max dose 125 mg) IM atau IV pada bayi dari ibu yang terinfeksi
gonokokal
• Kuratif
• Senyawa kimia self-limited
• Infeksi Gonokokal Irigasi mata, salep mata basitrasin QID, penicillin G 100 U/kg/hari IV
dalam dosis terbagi QID selama 1 minggu, seftriakson 25-50 mg/kgBB IM/IV single dose,
sefotaksim 100-150 mg/kg/hari IV/IM BID, siprofloksasin atau norfloksasin 10-20 mg/kg/hari
IV/IM
• Infeksi klamidia salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% QID selama 3 minggu,
eritromisin 50 mg/kgBB PO/IV QID selama 14 hari
Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis Alergika Sederhana
• Klasifikasi:
• Seasonal Allergic Conjunctivitis berhubungan dengan allergen
musiman seperti polen
• Perennial Allergic Conjunctivitis berhubungan dengan allergen
tahunan seperti debu rumah dan tungau
• Tanda dan Gejala: Konjungtivitis alergika non-spesifik akut
(hipersensitivitas tipe I), ringan, yang ditandai dengan gatal, hiperemis,
dan reaksi papilar ringan serupa dengan reaksi urtikaria ringan
• Terapi: Hindari allergen; Artificial tears; Antihistamin; Vasokonstriktor
(adrenalin, ephedrine, dan naphazoline); Stabilizer sel mast (tetes mata
sodium kromoglikat 2%); Steroid
Konjungtivitis Vernal
• Etiologi: Konjungtivitis alergika rekuren, kronik, bilateral, interstisial, self-limiting
dengan insidensi musiman, reaksi atopi terhadap allergen eksogen, lebih sering pada
usia 4-20 tahun, saat musim panas, dan di daerah tropis
• Tanda dan Gejala: Tidak terdapat keterlibatan jaringan periorbital
• Tipe Palpebral terdapat papilla tersusun cobble-stone atau pavement-stone
• Tipe Bulbar terdapat bintik keputihan sepanjang limbus (tranta’s spots)
• Tipe Campuran kombinasi gambaran tipe palpebral dan bulbar
• Terapi: Stabilizer sel mast (tetes mata sodium kromoglikat 2%); Antihistamin; Steroid
topical (fluorometholone, betametasone, dexamethasone)
Konjungtivitis Atopi
• Etiologi: Bentuk dewasa dari keratokonjungtivitis vernal, reaksi atopi terhadap
allergen eksogen, lebih sering pada laki-laki dewasa muda
• Tanda dan Gejala: Terdapat keterlibatan jaringan periorbital
• Terapi: Stabilizer sel mast (tetes mata sodium kromoglikat 2%); Steroid topical
(fluorometholone, betametasone, dexamethasone); Antihistamin
Konjungtivitis Giant Papillary
• Etiologi: Peradangan konjungtiva dengan pembentukan papilla berukuran besar,
respon alergi local terhadap permukaan kasar atau deposit pada mata (lensa kontak,
prosthesis, jahitan nylon)
• Tanda dan Gejala: Terdapat hipertrofi papilla (diameter 1mm) pada palpebra superior
• Terapi: Hilangkan benda yang menjadi pemicu; Stabilizer sel mast (tetes mata sodium
kromoglikat 2%); Antihistamin; Kortikosteroid
Konjungtivitis Fliktenularis
• Etiologi: Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV (cell-mediated) terhadap protein
bakteri tuberculosis, stafilokokal, atau bakteri lain
• Tanda dan Gejala: Terdapat nodul keputihan dikelilingi area hiperemis pada
konjungtiva bulbar dekat limbus
• Terapi: Steroid topical (betamethasone atau dexamethasone); Antibiotik topikal
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Definisi
• Perdarahan pada subkonjungtiva atau ekimosis yang bervariasi mulai dari perdarahan petekia kecil hingga
menyebar secara ekstensif ke seluruh konjungtiva bulbi
Etiologi
• Trauma
• Inflamasi konjungtiva
• Kongesti vena akibat peningkatan tekanan mendadak (pertussis, strangulasi atau kompresi leher)
• Ruptur spontan dari kapiler
• Anomali vascular (telangiectasia, varises, aneurisme)
• Koagulopati
• Hipertensi
• Neoplasia
• Induksi obat
• Tampak pewarnaan merah homogen dengan batas tegas pada konjungtiva, darah akan direabsorbsi sempurna
dalam 7-21 hari
Terapi
Skleritis
• Etiologi: Peradangan kronik dari sklera, sebagian besar kasus berhubungan dgn
penyakit sistemik terutama rheumatoid arthritis
• Tanda dan Gejala: Mata merah gradual, nyeri sedang berat hingga kepala dan wajah
yang seringkali membangunkan pasien di pagi hari, fotofobia, lakrimasi, pembuluh
darah tidak mengecil meskipun diberi vasokonstrktor seperti fenilefrin 2,5%
Mata Merah Visus Turun
• Keratitis
Glaucoma
• Anterior Uveitis
Ocular Injuries
• Mechanical Injuries
• Chemical Injuries
• Endophthalmitis
• PanophthalmitisTumors of Intra and Retrobulbar
Retinoblastoma
KORNEA
Definisi
Keratitis Protozoal
• Etiologi: Acanthamoeba
• Tanda dan Gejala: Opasitas epitel dan subepitel halus dan berjalan radial sepanjang
corneal nerves, ring-shaped lesion sentral atau parasentral yang dalam stadium lanjut
akan membentuk abses
AQUEOUS HUMOUR DYNAMICS
GLAUCOMA
Definisi
• Kelompok penyakit neuropati optic progresif yang ditandai dengan adanya perubahan spesifik
pada diskus optikus dan defek lapang pandang irreversible yang seringkali namun tidak selalu
berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (IOP)
Etiologi
Klasifikasi
• Peningkatan tekanan intraocular progresif lambat (>21mmHg pada beberapa waktu pengukuran)
dengan sudut terbuka yang disertai dengan cupping diskus optikus dan defek lapang pandang (chronic
simple glaucoma of adult onset)
Gejala
Tanda
Pemeriksaan Penunjang
SURGICAL THERAPY
Regimen Terapi POAG
Kelas Obat Regimen Mekanisme Aksi
Definisi
• Peningkatan tekanan intraokular oleh karena tertutupnya sudut iridocornealis sehingga menurunkan
outflow aqueous humour
Gejala
Tanda
Pemeriksaan Penunjang
Exfoliative Penyakit sistemik krn adanya material eksffoliasi putih-keabuan yg Asimptomatik pd awal. Tampak material ptih-abu pd
glaucoma terdeposit di lensa, iris, eptiel siliar, dan trabecular meshwork. tepian pupil.
Phacogenic PHACOLYTIC GLAUCOMA Nyeri unilateral, visus LP atau NLP, fotofobia, nyrocos,
glaucoma Krn ada material lensa yg keluar dr lensa (katarak hipermatur) → katarak matur/hipermatur, edema kornea, cell and flare
menyumbat trabekula → TIO↑ pd COA.
LENS PARTICLE GLAUCOMA Nyeri, visus turun, merah, nyrocos, fotofobia, material
Krn ada material yg mengobstruksi aliran akuos stlh trauma atau putih di COA.
operasi mata
Inflammatory Uveitis (anterior, intermediate, posterior, panuveitis), keratouveitis, Nyeri, visus turun, fotofobia, TIO naik, inflamasi pd COA.
open-angle post trauma, intraocular surgery
glaucoma
Steroid- Riwayat penggunaan steroid lama (terutama topikal, periokular, TIO meningkat, tanda2 POAG
induced intravitreal) → TIO meningkat krn aliran kurang lancar
glaucoma
Prosedur Operasi Glaukoma
• Untuk semua stages dari glaukoma primer sudut tertutup (akut atau kronik)
• Untuk profilaksis pada fellow eye dari glaukoma sudut tertutup
• Untuk semua stages dari glaukoma primer sudut tertutup (akut atau kronik)
• Untuk profilaksis pada fellow eye dari glaukoma sudut tertutup
• Glaukoma primer sudut tertutup dengan sinekia anterior mencakup lebih dari setengah sudut
• Glaukoma primer sudut terbuka yang tidak terkontrol dengan pengobatan
• Glaukoma kongenital dan developmental dimana trabeculotomy dan goniotomy gagal
• Glaukoma sekunder dimana pengobatan tidak efektif
• Glaukoma sudut terbuka yang tidak terkontrol dengan baik dengan pengobatan
Congenital Glaucoma
Terminologi
Pathogenesis
Manifestasi Klinis
• Benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai pada mata. Pada umumnya bersifat
ringan, pada beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing yang
bersifat asam atau basa
Manifestasi Klinis
• Nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia
TRAUMA MEKANIK MATA
Terminologi
• Closed-globe injury the eyewall (sclera and cornea) does not have a full
thickness wound but there is intraocular damage
• Contusion resulting from blunt trauma
• Lamellar laceration partial thickness wound of the eyewall caused by a
sharp object or bunt trauma
• Open-globe injury full thickness wound of the sclera or cornea or both
• Rupture caused by the impact of the blunt trauma (inside out injury
mechanism)
• Laceration caused by a sharp object (outside in mechanism)
• Penetrating injury single laceration caused by a sharp object
• Perforating injury two full thickness laceration (one entry and one
exit) caused by a sharp object or missile
• Intraocular foreign body
Closed-globe Injury
(Hifema Traumatik)
Emergency Management
• Refer to ophthalmologist if there are signs of open globe injury or hyphema
Ophthalmologist Management
Definisi
Etiologi
Pemeriksaan Penunjang
Trauma Basa
• Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses saponifikasi,
disertai dengan dehidrasi
• Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan
cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.
• Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.
• Bahan kimia bersifat basa NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan pendingin
lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan
pembersih dalam rumah tangga, soda kuat.
Tatalaksana Emergensi
Tatalaksana Medikamentosa
ENDOPHTHALMITIS PANOPHTHALMITIS
ETIOLOGI
GEJALA GEJALA
• Mata merah, nyeri, lakrimasi, fotofobia, • Nyeri mata berat, nyeri kepala,
dan penurunan visus Biasa terjadi penurunan visus berat (NLP), epifora,
dalam 7 hari post-operasi intraocular secret purulent, gejala sistemik lain
TANDA TANDA
• Palpebra edema dan hiperemis
• Konjungtiva kemosis dan kongesti • Palpebra edema dan hiperemis
sirkumkornea • Konjungtiva kemosis, injeksi siliar
• Kornea edema, berkabut dan konjungtiva
• Anterior chamber hypopyon • Kornea edema dan berkabut
• Iris edema dan berkabut
• Anterior chamber penuh
• Pupil berwarna kekuningan akibat eksudasi
pada vitreous hypopyon
• Vitreous eksudasi, tampak massa • Tekanan intraocular sangat
keputihan dibalik pupil yang terdilatasi meningkat
(amaurotic cat’s-eye reflex)
• Gerakan bola mata terbatas,
• Gerakan bola mata masih dapat
digerakkan
nyeri saat digerakkan
• Gejala sistemik relative ringan • Gejala sistemik berat
TERAPI
Endophthalmitis Panophthalmitis
• Terganggunya keduduan lensa dari posisi normal oleh karena rupture sebagian atau total dari zonula lentis
Klasifikasi
• Klinis-etiologis
• Congenital displacement
• Simple ectopia lentis displacement is bilaterally symmetrical and usually upwards
• Ectopia lentis et pupillae displacement of the lens associated with slit-shaped pupil which is displaced in the
opposite direction
• Ectopia lentis with systemic anomalies
• Traumatic displacement
• Consecutive or spontaneous displacement
• Topografis
• Subluxation partial rupture or unequal stretching of the zonules partial displacement in which lens is moved
sideways (up, down, medially or laterally), but remains behind the pupil
• Dislocation or luxation total rupture of the zonules dislocated lens may be incarcerated into the pupil or present in
the anterior chamber (anterior luxation), or vitreous (posterior dislocation)
Manifestasi Klinis
Komplikasi
Terapi
Klasifikasi
• Robekan pada retina menyebabkan cairan subretinal yg berasal dari synchitic vitreous masuk
ke celah potensial dan menyebabkan ablasio dari dalam
Faktor Risiko
• Usia, jenis kelamin laki-laki, myopia, afakia, degenerasi retina, trauma, penggunaan antibiotic
golongan fluorokuinolon (fluorokuinolon menyebabkan destruksi jaringan ikat dan kolagen
pada retina mata)
Manifestasi Klinis
Etiologi
Manifestasi Klinis
• Disebabkan oleh timbunan cairan di celah potensial karena ada kelainan pada lapisan epitel
pigmen retina dan koroid tanpa didahului robekan
Etiologi
Manifestasi Klinis
• Penurunan visus atau lapang pandang tanpa floater dan fotopsia, area yg detached berubah
sesuai posisi (shifting fluid)
OKLUSI ARTERI RETINA
Definisi
Major symptoms
Note: Symptoms peak several days to weeks after onset, while symptoms
failing to improve after 8 weeks should suggest a diagnosis other than optic
neuritis
Medical examination
• The head of the optic nerve can easily be visualised by a slit lamp with high plus or
by using direct ophthalmoscopy
• However, frequently there is no abnormal appearance of the nerve head in optic
neuritis (in cases of retrobulbar optic neuritis), though it may be swollen in some
patients (anterior papillitis or more extensive optic neuritis)
Anatomical Classifications
• Visual loss results from damage to the optic nerve fibres due to the effects of exogenous
(commonly) or endogenous (rarely) poisons
Classifications
• Tobacco neuritis
• Ethyl alcohol neuritis
• Methyl alcohol neuritis
• Ethambutol neuritis
ANTERIOR ISCHEMIC OPTIC NEUROPATHY (AION)
Definition
Etiology
• Idiopathic AION
• Arteritic AION
• AION due to miscellaneous cause
Clinical Features
• Visual loss is usually marked and sudden. Fundus examination during acute stage may reveal
segmental or diffuse oedematous, pale or hyperaemic disc, usually associated with splinter
haemorrhages.
• Typical altitudinal hemianopia involving the inferior (commonly) or superior half.
PAPILLOEDEMA
Definition
• Passive disc swelling associated with increased intracranial pressure which is almost
always bilateral although it may be asymmetrical
Etiology
• Congenital
• Inflammation (papillitis, neuroretinitis)
• Ocular diseases (uveitis, vein occlusion)
• Orbital causes (tumours, graves’ orbitopathy)
• Vascular causes (anaemia, uremia)
• Increased intracranial pressure
Clinical Manifestations
• Perdarahan intravitreal atau preretinal oleh karena pecahnya pembuluh darah retina
Etiologi
Gejala
Tanda
Terapi
The total dioptric power of the eye is about +60 D out of which about +44
D is contributed by cornea and +16 D by the crystalline lens
AMETROPIA
• Penglihatan
Lensa sferis
• AKSIAL: aksis AP >> dekat baik
negatif terkecil
(makroftalmos, membaca terlalu • Penglihatan jauh
yang
dekat, wajah lebar) jelek
memberikan
• KURVATURA: keratokonus/globus, • Miopi tinggi Ablasio
Di depan visus terbaik,
Miopia keratektasia, lensa terlalu bola mata lbh retina,
retina miopi tinggi
cembung, katarak imatur mnnonjol, COA katarak
diberikan
• INDEKS BIAS kadar gula tinggi lbh dalam, pupil
pengurangan
sehingga indeks bias meningkat lebar, fundus
2/3 koreksi
• POSISI: lensa terlalu ke depan trigroid
penuh
• Melihat jauh
(>6m atau ∞
• AKSIAL aksis AP << baik) hrs
(mikroftalmos, edem makula, berakomodasi
ablatio retina) supaya jatuh di
Lensa sferis
• KURVATURA kornea plana, retina Glaukoma
Hipermetr Di belakang positif terbesar
sklerosis lensa, afakia • Melihat dekat, sudut
opia retina yg memberi
• INDEKS BIAS kadar gula rendah akomodasi >> tertutup
visus terbaik
sehingga indeks bias turun shrg astenopia
• POSISI lensa terlalu ke • Hipertrofi otot
belakang siliaris, COA
dangkal, miosis,
papil hiperemis
Diagnosis Titik fokus Etiologi Manifestasi Komplikasi Koreksi
Menyatukan
• Kelainan kornea kedua fokus
Berbagai
(90%) utama (dengan
derajat • Mata kabur saat
• Perubahan lengkung lensa silinder),
refraksi pada melihat jauh dan
kornea Risiko kemudian kedua
Astigmatisme berbagai dekat
• Kelainan lensa ambliopia fokus yang sudah
meridian shg • Obyek membayang,
• Kekeruhan lensa bersatu tsb
fokus jg • Astenopia
(ex.katarak insipien, diletakkan tepat
bermacam2
imatur) di retina (dengan
lensa sferis).
Sferis positif
sesuai umur (40
• Penglihatan dekat tahun adisi S+1D,
• Keadaan fisiologis →
PP jauh shg kurang 45 tahun adisi
lensa mengeras, tdk
Presbiopia pekerjaan • Astenopia - S+1,5D, 50 tahun
kenyal, daya kontraksi
dekat sulit • Mata sakit adisi S+2D, 55
otot siliar berkurang
• Lakrimasi tahun adisi S+2D,
60 tahun adisi
S+3D)
Terminologi dalam Refraksi
Terminology Definition
Anisometropia The condition in which the two eyes have unequal refractive
power (more than 2D)
Aniseikonia The condition where there is a significant difference in the
perceived size of images
Antimetropia The condition where each eye can be nearsighted (myopia),
farsighted (hyperopia) or a combination of both
Aphakia The absence of the lens of the eye, due to surgical removal, a
perforating wound or ulcer, or congenital anomaly. It causes a
loss of accommodation, far sightedness (hyperopia), and a
deep anterior chamber
Pseudophakia The situation in which the natural lens of an eye has been
replaced with a plastic implant lens located at approximately
the position previously occupied by the natural lens
MIOPI
HIPERMETROPIA
Tanpa Dengan
sikloplegik sikloplegik
Total hypermetropia is
the total amount of
refractive error, which is
estimated after complete
cycloplegia with atropine
+6 +5 +2 0
Total
Fakultatif Absolut
Laten
Manifest
ASTIGMATISME
Reguler mempunyai 2 meridian saling tegak lurus
Astigmatisma
Irreguler mempunyai 2 meridian tidak saling tegak lurus
Silinder (-)
Silinder (+) Silinder (-) Sferis (-)
Silinder (+) Sferis (-) S > C
Definition
Pathogenesis
Critical Period
• The development of visual acuity from the 20/200 range to 20/20, which occurs
from birth to age 3-5 years
• The period of the highest risk of deprivation amblyopia, from a few months to 7 or
8 years.
• The period during which recovery from amblyopia can be obtained, from the time
of deprivation up to the teenage years or even sometimes the adult years.
Etiologi Amblyopia
Anisometropia
• Inhibition of the fovea occurs to eliminate the abnormal binocular interaction caused by one defocused image
and one focused image.
• This type of amblyopia is more common in patients with anisohypermetropia than anisomyopia. Small amounts
of hyperopic anisometropia, such as 1-2 diopters, can induce amblyopia. In myopia, mild myopic anisometropia
up to -3.00 diopters usually does not cause amblyopia.
• Hypermetropic anisometropia of 1.50 diopters or greater is a long-term risk factor for deterioration of visual
acuity after occlusion therapy.
Strabismus
• The patient favors fixation strongly with one eye and does not alternate fixation. This leads to inhibition of
visual input to the retinocortical pathways.
• Incidence of amblyopia is greater in esotropic patients than in exotropic patients.
Strabismic anisometropia
• These patients have strabismus associated with anisometropia.
Visual deprivation
• Amblyopia results from disuse or understimulation of the retina. This condition may be unilateral or bilateral.
Examples include cataract, corneal opacities,ptosis, and surgical lid closure.[10]
Organic
• Structural abnormalities of the retina or the optic nerve may be present. Functional amblyopia may be
superimposed on the organic visual loss.
ASTHENOPIA
KATARAK
Definition
Classifications
• Etiology
• Congenital and developmental cataract
• Acquired cataract
• Senile cataract
• Traumatic cataract
• Complicated cataract
• Metabolic cataract
• Electric cataract
• Radiational cataract
• Toxic cataract
• Cataract associated with skin diseases
• Cataract associated with osseous diseases.
• Morphology
• Capsular cataract
• Subcapsular cataract
• Cortical cataract
• Supranuclear cataract
• Nuclear cataract
• Polar cataract
LENSA
KATARAK SENILIS
Definisi
• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun
Epidemiologi
Etiologi
Stadium
Gejala
• Distorsi penglihatan, penglihatan kabur seperti berkabut atau berasap, mata tenang
Penyulit
• Glaukoma, uveitis
Tatalaksana
©Bimbel UKDI MANTAP
• Operasi (ICCE/ECCE)
NUCLEAR CATARACT
Mekanisme: Perubahan degeneratif diamana warna lensa menjadi lebih
kuning (yellowing) dan terjadi nuclear sklerosis (hardening & thickening)
Onset: 60-70 tahun
Gejala:
• Pengelihatan jauh menurun -> karena bagian tengah lensa mengeras
Tipe Katarak Senilis
CORTICAL CATARACT
Mekanisme: Perubahan komposisi ion dan hidrasi pada korteks lensa
Onset: 40-60 tahun
Gejala:
• Glare (silau) -> merupakan gejala dominan
• Penurunan penglihatan jauh dan dekat
kejadian Lensa Opasitas Korteks Kapsul
bengkak krn tersebar seluruhnya mengecil dan
termasuki air dipisahkan opak mengkerut
olh area krn air keluar
bersih dr lensa
visus > 6/60 5/60 -1/60 1/60 – 1/∞ 1/∞ - 0
Dasar pemeriksaan
• makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin besarbayangan iris pada lensa yang keruh
tersebut, sedang makin tebal kekeruhan lensa makinkecil bayangan iris pada lensa.
Alat
Teknik
• Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45º dengan dataran iris, dengan loup dilihat
bayangan iris pada lensa yang keruh
Interpretasi
• Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil berarti
lensa belum keruh seluruhnya (belum sampai ke depan); ini terjadi pada katarak immatur, keadaan ini
disebut shadow test (+)
• Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terdapat pupil berarti lensa
sudahkeruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior) terdapat pada katarak matur, keadaan ini disebut
shadow tes(-)
• Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di belakang pupil,
sehingga bayangan iris pada lensa besar dan©Bimbel UKDIini
keadaan MANTAP
disebut pseudopositif
RETINOPATI DIABETIKA
Definition
Etiopathogenesis
Classification
Definition
Pathogenesis
Ophthalmoscopy Findings
Definition
Risk Factors
Clinical Features
Inheritence
Clinical Features
Defisiensi Musin
• Karena kerusakan sel goblet yg
disebabkan defisiensi vitamin A atau
Dari Dalam ke Luar
sikatrik konjungtiva shg xerois
Dakriodenitis Dakriosistis
Definisi: Keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah.
Hering’s Law :
Pada setiap arah gerakan mata secara sadar terdapat rangsangan yang
simultan (bersama-sama) pada setiap otot luar kedua bola mata yang
seimbang sehingga gerakannya lancar dan tepat
Tes Skrining Strabismus
Tes Cover-Uncover
Esotropia
Exotropia
Hipertropia
Hipotropia
XEROPHTHALMIA
Definition
Etiology
WHO Classifications
• XN Night blindness
• X1A Conjunctival xerosis
• X1B Bitot’s spots
• X2 Corneal xerosis
• X3A Corneal ulceration/keratomalacia affecting less than one-third corneal surface
• X3B Corneal ulceration/keratomalacia affecting more than one-third corneal surface.
• XS Corneal scar due to xerophthalmia
• XF Xerophthalmic fundus.
Umur Dosis Sediaan
Terapi < 6 bulan 50.000 IU ½ kapsul biru
• Artificial tears per 3-4 jam 6-11 bulan 100.000 IU 1 kapsul biru
• Vitamin A pada hari ke 1, 2, dan 15 >12 bulan 200.000 IU 1 kapsul
merah
COLOR BLINDNESS
Acquired: dapat terjadi pada kerusakan makula atau nervus optikus. Biasanya disertai
dengan skotoma sentral atau penurunan visus.
• Blue-yellow impairment is seen in retinal lesions such as CSR, macular oedema and
shallow retinal detachment.
• Red-green deficiency is seen in optic nervelesions such as optic neuritis, Leber’s optic
atrophy and compression of the optic nerve.
• Acquired blue colour defect (blue blindness) may occur in old age due to increased
sclerosis of the crystalline lens. It is owing to the physical absorption of the blue rays by
the increased amber coloured pigment in the nucleus.
Etiology
1. Uji anomaloskop
terdiri dari test plate yang bagian bawahnya berwarna kuning yang dapat
disesuaikan kontrasnya. Pasien berusaha mencocokkan bagian atas sampai
berwarna kuning dengan mencampur warna merah dan hijau
3. Uji Holmgren
menggunakan gulungan benang wol dan meminta pasien mencocokkan atau
menemukan warna yang sesuai dengan contoh warna yang diberikan
4. Uji Ishihara
menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai ragam warna.
Uji ini dilakukan untuk mendeteksi buta warna merah-hijau. Baik protan (buta
warna merah) atau deutan (buta warna hijau)
Protanopia: complete
Protanomalia: partial
Deutanopia: complete
Deutanomalia: partial
©Bimbel UKDI MANTAP
Ishihara terdiri dari 38 pseidoesochromatic plate namun ada juga versi 24 plate.
Terdiri dari 4 bagian:
A B C D
• Transformation plates (gambar a): Pada buta warna yang dilihat berbeda.
Contoh pada gambar A bila buta warna terbaca 5 bukan 3
• Vanishing plates (gambar b): Hanya bila normal dapat membacanya. Contoh
pada gambar B bila buta warna tidak dapat membaca, bila normal terbaca 73.
• Hidden digit plates (gambar c): Bila normal, tidak dapat membaca plate tsb.
Contoh pada gambar C
• Diagnostic plates (gambar d): Untuk melihat tipe buta warna, deutan atau
protan. Contoh pada gambar D pada deutan 2 lebih mudah terbaca, pada
protan 6 lebih mudah terbaca
Interpretasi Ishihara
Supporting Examinations
Nama Tes Tujuan
Tes dengan menggunakan piringan dengan lingkaran berwarna hitam putih, digunakan untuk
Tes Placido
menilai rata tidaknya dan kurvatura permukaan kornea
Untuk melihat adanya defek pada epitel kornea. Kertas fluoresin dibasahi terlebih dahulu
dengan garam fisiologis kemudian diletakkan pada saccus konjungtiva inferior setelah terlebih
Tes Fluoresin dahulu penderita diberi anestesi lokal. Penderita diminta menutup matanya selama 20 detik,
kemudian kertas diangkat. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau dan disebut sebagai uji
fluoresin positif.
Untuk mengetahui adanya perforasi kornea, dengan cara setelah fluoresin menempel pada
Tes Seidel kornea dilakukan sedikit penekanan kornea. Apabila ada lubang kornea maka fluoresin
terencerkan oleh akuos yg keluar shg tampak sebagai suatu aliran
Uji patensi saluran lakrimalis dengan cara memasukkan jarum tumpul ke punctum lakrimal ke
Test Anel dalam sakus lakrimal, kemudian larutan garam fisiologis disemprotkan. Tes Anel + bila ada rasa
asin di tenggorokan dan Tes Anel – bila tidak ada asing (ada gangguan patensi).
Dilakukan dengan cara menekan saccus lakrimalis dan melihat ada tidaknya secret yang keluar
Tes Regurgitasi
dari saccus tersebut. Tes positif (terdapat secret yang keluar) pada dacriosistitis.
Utk mengetahui stadium katarak. Apabila lensa belum keruh seluruhnya, ketika disinari
menggunakan senter dari depan bola mata dengan sudut ± 45o, sinar akan dipantulkan dan
Tes Shadow
mengenai iris sehingga terbentuk bayangan iris pada pupil yang terlihat seperti bulan sabit. →
shadow test (+).
Untuk memeriksa produksi air mata, dengan cara menyisipkan kertas saring di fornix inferior
Tes Schirmer kemudian tunggu 5 menit. Normalnya produksi air mata minimal 10 mm dari pangkal kertas
saring basah oleh air mata.
Untuk mengetahui fungsi penglihatan sentral makula. Untuk melihat adanya skotoma pada
Tes Amsler Grid
lapang pandang dan dokumentasi metamorfopsia.
Nama Tes Tujuan
A screening test that can be used to assess whether a person has strabismus
(ocular misalignment). Performed by shining a light in the person's eyes and
Tes Hirschberg observing where the light reflects off the corneas. When doing the test, the light
reflexes of both eyes are compared, and will be symmetrical in an individual with
normal fixation.
Tonometri Menilai tekanan intraokular
Perimetri Menilai lapang pandang
Goniometri Menilai sudut iridokornealis
An objective determination of the presence and amount of ocular deviation in
strabismus. The two primary types of ocular deviations are the tropia and the
Tes Cover-Uncover phoria. A tropia is a misalignment of the two eyes when a patient is looking with
both eyes uncovered. A phoria (or latent deviation) only appears when binocular
viewing is broken and the two eyes are no longer looking at the same object.
A convergent beam of light is reflected into the patient’s pupil. The emergent rays
Direct from any point on the patient’s fundus reach the observer’s retina through the
Ophthalmoscopy viewing hole in the ophthalmoscope. In direct ophthalmoscopy, the image is erect,
virtual and about 15 times magnified in emmetropes.
Placing a strong convex lens in front of patient’s eye so that the emergent rays from
an area of the fundus are brought to focus as a real, inverted image
Indirect between the lens and the observer’s eye, which is then studied. The image
Ophthalmoscopy formed in indirect ophthalmoscopy is real, inverted and magnified. Indirect
ophthalmoscopy is essential for the assessment and management of retinal
detachment and other peripheral retinal lesions.
Anel test
Amsler grid