You are on page 1of 7

Elviwirda et al. (2016) J.

Floratek 11 (2): 152-158


APLIKASI MIKORIZA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BEBERAPA
JENIS RUMPUT MAKANAN TERNAK TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN
PADA TANAH PODSOLIK JANTHO

Mycorrhyza Application to Increase Growth of Some Forage Grasses in Drought Stress on


Jantho`s Podzolik Soil

Elviwirda1), Sufardi 2) dan Syakur2)


1)
Mahasiswi Program Study MagisterAgroekoteknologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2)
Dosen Program Study MagisterAgroekoteknologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

ABSTRACT

Problems that arise in forage supply are continuity of farm and it’s low productivity and
limited soil water availability in dry season. This study aims to: 1) examine the role of AMF on
the growth of some types of grass fodder by different levels of water stress on podzolic soil; and
2) understand the interaction between application of AMF in different water stress and the types
of grass on growth of forage grasses. This research was conducted in plastic house of Field
Laboratory of Assessment Institute for Agricultural Technology (BPTP) Aceh. Randomized
block design (RAK) with 6 x 3 factorial for three replications was used. The first factor was
application the AMF and water stress which consists of six levels, namely: C1 = Without AMF
+ water stress 60% of field capacity, C2 = Without AMF + water stress 80% of field capacity,
C3 = Without AMF + without water stress (100 % of field capacity), C4 = AMF + water stress
60% of field capacity, C5 = AMF + water stress 80% of field capacity, C6 = AMF + without
water stress (100% field capacity). The second factor was type of grass that consists of three
levels, namely: R1 = Brachiaria decumbens, R2 = Brachiaria mutica, R3 = Cynodon
plectostachyus. The parameters observed in this research were canopy fresh weight, root dry
weight, leaf relative water content. Results showed AMF addition of water stress 60% of field
capacity on Jantho podzolic soil increased the canopy fresh weight, root dry weight, and leaf
relative water content. There were interaction effects between applications AMF at different
water stresses and the types of grass against canopy fresh weight, root dry weight and leaf
relative water content.

Keywords: Arbuscular Mycorrhizae Fungi, drought stress, Brachiaria decumbens, Brachiaria


mutica, and Cynodon plectostachyus, podzolic

PENDAHULUAN Umumnya lahan yang digunakan


untuk penanaman hijauan makanan ternak
Peningkatan produktivitas ternak adalah lahan kering marginal dengan jenis
ruminansia tidak terlepas dari ketersediaan tanah podsolik. Jenis tanah ini bersifat
pakan terutama pakan yang berasal dari masam, tingkat ketersediaan C-organik rendah
hijauan karena ternak ruminansia sampai sedang, P sedang sampai tinggi, dan
mengkonsumsi pakan hijauan hingga 60% dari rendahnya K, basa-basa, Ca, Mg, Na,
seluruh pakan yang dikonsumsi. Permasalahan kapasitas tukar kation (KTK), dan kejenuhan
yang timbul dalam penyediaan pakan hijauan basa (Santoso et al., 1993). Tanah yang
untuk ternak adalah kontinuitas dari lahan dan masam menjadi faktor penghambat
rendahnya produktivitas lahan yang pertumbuhan tanaman.
digunakan.

152
Elviwirda et al. (2016) J. Floratek 11 (2): 152-158

Disisi lain ketersediaan air di tanah cekaman air yang terdiri dari enam taraf,
terbatas di tanah masam pada musim kemarau. yaitu: C1 = Tanpa FMA pada 60% kapasitas
Terbatasnya air tanah menyebabkan terjadinya lapang, C2 = Tanpa FMA pada 80% kapasitas
cekaman kekeringan pada tanaman. Cekaman lapang, C3 = Tanpa FMA pada 100%
kekeringan menyebabkan gangguan kapasitas lapang, C4 = FMA pada 60%
pertumbuhan tanaman dan produksi biomassa, kapasitas lapang, C5 = FMA pada 80%
penurunan ekspansi sel dan produksi kapasitas lapang, C6 = FMA pada 100%
fotosintesis menjadi berkurang (Taiz and kapasitas lapang. Faktor kedua adalah
Zeiger, 2002). perlakuan jenis rumput yang terdiri dari tiga
Upaya yang dilakukan agar hijauan taraf, yaitu: R1 = Brachiaria decumbens, R2 =
pakan tersedia secara berkesinambungan saat Brachiaria mutica, R3 = Cynodon
ketersediaan air tanah terbatas akibat musim plectostachyus. Data yang diperoleh dianalisis
kemarau yang panjang pada tanah masam dengan menggunakan Sidik Ragam dan
dapat dilakukan melalui penerapan apabila berbeda nyata maka dilanjutkan
bioteknologi dalam budidaya tanaman hijauan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
makanan ternak dengan menggunakan Tanah podsolik yang berasal dari
mikroorganisme tanah yang potensial dan Jantho terlebih dahulu dikering anginkan, lalu
ramah lingkungan seperti cendawan mikoriza diloloskan melalui ayakan 2 mm sehingga
arbuskula (FMA). Berdasarkan permasalahan terbebas dari kotoran. Kemudian tanah
diatas, dilakukan penelitian yang bertujuan: 1) dimasukkan ke dalam pot-pot percobaan.
untuk mengkaji peranan cendawan mikoriza Pupuk kandang sebanyak 100 g pot-1 dicampur
arbuskula terhadap pertumbuhan beberapa secara merata dengan tanah yang telah
jenis rumput makanan ternak yang diberi dimasukkan ke dalam pot percobaan.
tingkatan cekaman air yang berbeda pada Sebelumnya setiap bibit rumput yang
tanah podsolik ; 2) untuk mengetahui interaksi digunakan terlebih dahulu ditumbuhkan di
antara aplikasi cendawan mikoriza arbuskula media tanam polibag kecil. Setelah tanaman
pada cekaman air yang berbeda dan jenis tumbuh baik (± 2 minggu), tanaman
rumput terhadap pertumbuhan rumput dipindahkan ke dalam pot perlakuan dan
makanan ternak. Glomus etunicatum diberikan sebanyak 30
gram pada pot yang mendapat perlakuan
BAHAN DAN METODE FMA. Perlakuan cekaman air dilaksanakan
saat pemindahan tanaman pada pot perlakuan.
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Tanaman disiram setiap pagi hari sesuai
Plastik Laboratorium Lapang Balai Pengkajian dengan perlakuan cekaman air. Peubah yang
Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh. Penelitian diamati meliputi: bobot basah tajuk, bobot
ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2014 kering akar, kadar air relatif daun.
sampai dengan April 2015.
Bahan yang digunakan adalah Tanah HASIL DAN PEMBAHASAN
Podsolik dari Jantho Kecamatan Kota Jantho
Kabupaten Aceh Besar, Brachiaria Bobot Basah Tajuk
decumbens, Brachiaria mutica, Cynodon Tabel 1 menunjukkan bahwa bobot
plectostachyus, Glomus etunicatum dan pupuk basah tajuk akibat aplikasi FMA dengan
kandang. cekaman kekeringan yang berbeda pada
Penelitian ini menggunakan berbagai jenis tanaman rumput menunjukkan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola perbedaan yang sangat nyata diantara
faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama perlakuan.
adalah perlakuan pemberian FMA dan

153
Elviwirda et al. (2016) J. Floratek 11 (2): 152-158

Tabel 1. Rata-rata bobot basah tajuk akibat aplikasi FMA pada cekaman kekeringan yang
berbeda dan jenis rumput
Brachiaria Brachiaria Cynodon
Perlakuan
decumbens mutica plectostachyus
……..……….…… g pot-1………………….
65,13b 60,43a 71,2c
Tanpa FMA pada 60% KL
A A A
88,93b 80,83a 90,7c
Tanpa FMA pada 80% KL
B B B
177,26b 171,53a 188,26c
Tanpa FMA pada 100% KL
E E E
114,1b 93,76a 117,6c
FMA pada 60% KL
C C C
140,26b 134,93a 146,23c
FMA pada 80% KL
D D D
189,76b 178,76a 192,6b
FMA pada 100% KL
F F F
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf besar vertikal huruf kecil
horizontal) tidak berbeda nyata (uji Duncan 0,05).

Bobot basah tajuk yang tertinggi tajuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan
terdapat pada perlakuan pemberian FMA dan cekaman kekeringan tanpa aplikasi FMA pada
100% kapasitas lapang yang dikombinasikan semua jenis tanaman rumput. Hal ini
dengan Cynodon plectostachyus yang tidak menunjukkan bahwa adanya peran FMA
berbeda nyata dengan perlakuan pemberian dalam meningkatkan nilai bobot basah tajuk
FMA dan 100% kapasitas lapang yang terhadap cekaman kekeringan.
dikombinasikan dengan Brachiaria Matsubara et al. (2002) berpendapat
decumbens. bahwa FMA yang menginfeksi perakaran
Cynodon plectostachyus merupakan tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa
tanaman rumput yang mempunyai sistem secara intensif sehingga tanaman mampu
perakaran serabut yang kuat sehingga lebih meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap
toleran terhadap kesuburan tanah yang rendah. unsur hara dan air. Selain itu jaringan hifa
Adanya inokulasi mikoriza dengan eksternal dari FMA memiliki ukuran yang
ketersediaan kadar air tanah yang baik justru lebih halus dari bulu-bulu akar dan dapat
memperbesar daya serapnya terhadap unsur menembus pori-pori tanah yang paling kecil
hara, sehingga bobot basah yang dihasilkan sehingga hifa dapat menyerap air pada kondisi
semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan kadar air tanah yang sangat rendah
pernyataan Karti (2004) pemberian FMA pada (Marschener, 1995).
kadar air tanah 100% kapasitas lapang Tjondronegoro dan Gunawan (2000)
meningkatkan pertumbuhan dan produksi menjelaskan bahwa diinokulasi Glomus
rumput Setaria splendida yang terbaik fasciculatum pada tanamam kedelai dan
dibandingkan dengan kadar air tanah 55% jagung relatif meningkatkan pertumbuhan
kapasitas lapang. Disisi lain FMA pada tanaman pada kondisi air tanah 80%, 60%,
kondisi tanah masam dapat meningkatkan 40%, dan 20% kapasitas lapang. Penggunaan
pertumbuhan tanaman (Kanno et al., 2006). FMA dapat meningkatkan produksi jagung
Perlakuan cekaman kekeringan yang yang mengalami kekeringan sesaat pada fase
diaplikasikan FMA menunjukkan bobot basah vegetatif dan generatif (Yusnaini et al., 1999).

154
Elviwirda et al. (2016) J. Floratek 11 (2): 152-158

Bobot Kering Akar FMA dan 100% kapasitas lapang yang


Tabel 2 menunjukkan bahwa bobot dikombinasikan dengan Cynodon
kering akar akibat aplikasi FMA dengan plectostachyus. Sedangkan bobot kering akar
cekaman kekeringan yang berbeda yang terendah pada perlakuan tanpa FMA dan
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata 60% kapasitas lapang yang dikombinasikan
diantara perlakuan. Bobot kering akar yang dengan Brachiaria mutica.
tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian

Tabel 2. Rata-rata bobot kering akar akibat aplikasi FMA pada cekaman kekeringan yang
berbeda dan jenis rumput
Brachiaria Brachiaria Cynodon
Perlakuan
decumbens mutica plectostachyus
-1
………….………… g pot ………………....
13,37c 12a 12,7b
Tanpa FMA pada 60% KL
A A A
14,63a 14,3a 14,87b
Tanpa FMA pada 80% KL
B B B
17,3b 16,03a 18,47c
Tanpa FMA pada 100% KL
D D D
15,17b 14,3a 15,4b
FMA pada 60% KL
BC B BC
15,53ab 15,03a 15,9b
FMA pada 80% KL
C C C
18,33a 18,17a 19,67b
FMA pada 100% KL
E E E
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf besar vertikal huruf kecil horizontal)
tidak berbeda nyata (uji Duncan 0,05).

Perlakuan cekaman kekeringan yang Brachiaria mutica baik ketika diaplikasikan


diaplikasikan FMA menunjukkan nilai bobot FMA maupun tidak.
kering akar yang lebih tinggi dibandingkan Terlihat adanya korelasi positif antara
dengan perlakuan cekaman kekeringan tanpa kadar air tanah dengan produksi bahan kering
aplikasi FMA untuk semua perlakuan jenis akar yaitu semakin meningkatnya kadar air
tanaman rumput. Hal ini menunjukkan bahwa tanah akan semakin tinggi produksi bahan
adanya peran FMA dalam meningkatkan nilai kering akar. Tanaman dengan volume akar
bobot akar terhadap cekaman kekeringan. yang besar akan mampu mengabsorbsi air
Secara umum rumput jenis Cynodon lebih banyak sehingga mampu bertahan pada
plectostachyus memiliki nilai bobot kering kondisi kekurangan air (Palupi dan
akar lebih tinggi dibandingkan dengan rumput Dedywiryanto, 2008). Selain itu daya adaptasi
jenis Brachiaria decumbens dan Brachiaria genotipe kedelai peka kekeringan yang
mutica, sedangkan rumput jenis Brachiaria bermikoriza meningkatkan kemampuan
mutica memiliki nilai bobot kering akar yang menyerap air dan hara melalui peningkatan
lebih rendah dibandingkan dengan jenis jumlah dan bobot kering akar (Hapsoh, 2003).
rumput lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Kekurangan air pada tanaman akan
rumput jenis Cynodon plectostachyus dan menghambat pembentukan dan perkembangan
Brachiaria decumbens lebih tahan terhadap sel sehingga menyebabkan pertumbuhan akar
perlakuan cekaman kekeringan dibandingkan tanaman terhambat dan penyebaran akar relatif

155
Elviwirda et al. (2016) J. Floratek 11 (2): 152-158

sempit akibatnya penyerapan air dan unsur Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar air
hara menurun yang akan mengakibatkan relatif daun akibat aplikasi FMA dengan
metabolism karbohidrat, protein dan zat cekaman kekeringan yang berbeda pada
pengatur tumbuh terganggu sehingga tanaman berbagai jenis tanaman rumput menunjukkan
menjadi kerdil (Taiz dan Zeiger, 1991). perbedaan yang sangat nyata diantara
Cekaman kekeringan pada tanaman dapat perlakuan. Kadar air relatif daun yang
menurunkan bobot kering akar (El tayeb dan tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian
Ahmed, 2010). Cekaman kekeringan yang FMA pada 100% kapasitas lapang yang
diperlakukan pada tanaman vicia faba dikombinasikan dengan Cynodon
menunjukkan respon fisiologis daun yaitu plectostachyus. Pada tanaman Cynodon
menutupnya stomata, menurunnya jumlah dan plectostachyus tidak menunjukkan adanya
luas daun. Respon fisiologis akar (bobot respon cekaman, yang artinya stomata daun
kering akar, jumlah dan efektivitas bintil akar) tetap terbuka sehingga mampu menyanggah
menurun pesat dengan meningkatnya cekaman air dalam jaringan lebih banyak. Sedangkan
kekeringan (Sukarman et al., 2000). kadar air relatif daun yang terendah pada
perlakuan tanpa FMA pada 60% kapasitas
Kadar Air Relatif Daun lapang yang dikombinasikan dengan
Brachiaria mutica.

Tabel 3. Rata-rata kadar air relatif daun akibat aplikasi FMA pada cekaman kekeringan yang
berbeda dan jenis rumput.
Brachiaria Brachiaria Cynodon
Perlakuan
decumbens mutica plectostachyus
.…..…………………%.....................................
35,1b 29,78a 65,92c
Tanpa FMA pada 60% KL
A A A
52,42b 41,41a 70,05c
Tanpa FMA pada 80% KL
B B B
85,44b 75,37a 88,75c
Tanpa FMA pada 100% KL
E E E
61,33b 49,21a 75,27c
FMA pada 60% KL
C C C
79,53b 63,42a 80,11b
FMA pada 80% KL
D D D
87,1b 76,98a 90,83c
FMA pada 100% KL
F E E
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf besar vertikal huruf kecil horizontal)
tidak berbeda nyata (uji Duncan 0,05).

Perlakuan cekaman kekeringan yang kadar air relatif daun terhadap cekaman
diaplikasikan FMA menunjukkan nilai kadar kekeringan.
air relatif daun yang lebih tinggi dibandingkan Kadar air relatif daun merupakan
dengan perlakuan cekaman kekeringan tanpa ukuran dari status air pada tanaman sebagai
aplikasi FMA untuk semua perlakuan jenis konsekuensi fisiologis terhadap kadar air tanah
tanaman rumput. Hal ini menunjukkan bahwa (Moaveni, 2011). Selain itu kadar air relatif
adanya peran FMA dalam meningkatkan nilai daun berhubungan dengan kemampuan untuk
penyerapan air lebih banyak dari tanah dan

156
Elviwirda et al. (2016) J. Floratek 11 (2): 152-158

kemampuan tanaman untuk mengontrol hasil (disertasi) Program Pasca


kehilangan air melalui stomata (Bayoumi et Sarjana. IPB. Bogor.
al., 2008). Kadar air relatif daun yang tinggi Kanno T, M Saito, Y Ando, M CM Macedo, T
merupakan hasil dari pengaturan osmotik Nakamura and CHB Miranda. 2006.
berlebih atau pengurangan elastisitas dari Importance of indigenous arbuscular
jaringan dinding sel dan juga sebagai suatu mycorrhiza for growth and
mekanisme reisitensi tanaman terhadap phosphourus uptake in tropical forage
kekeringan (Ritchie et al., 1990). grasses growing on an acid soil,
Sedangkan pada tanaman yang infertile soil form the Brazilian
mengalami cekaman kekeringan dapat savannas. Trop. Grasslands 40: 94-101.
menurunkan kandungan air relatif daun Karti PDMH. 2004. Pengaruh pemberian
(Uzilday et al., 2012). Hal ini sesuai dengan cendawan mikoriza arbuskular
pendapat Nofyangtri (2011) bahwa respon terhadap pertumbuhan dan produksi
fisiologi yang ditunjukan oleh tanaman stres rumput setaria splendida staf yang
air mengalami penurunan kadar air relatif mengalami cekaman kekeringan.
daun. Hasil penelitian Siddique et al (2000) Media Peternakan. Vol. 27. No. 2. Hal
bahwa nilai kadar air relatif berkurang dari 88 63-68.
% menjadi 45 % pada empat kultivar gandum Marschner H. 1995. Mineral nutrition of
disebabkan oleh cekaman kekeringan. higher plant. Academic Press. London.
Matsubara H, Y Kayukawa and H Fukui.
KESIMPULAN 2002. Temperature stress tolerance of
aspaagus seedling through symbiosis
1. Pemberian FMA dalam kondisi cekaman with arbuskular mycorrhizal fungus. J.
air 60% kapasitas lapang pada tanah Japan Soc. Hort. Sci. 69 (5): 570-575.
podsolik Jantho dapat meningkatkan bobot Mawardi dan M Djajuli. 2006. Pemanfaatan
basah tajuk, bobot kering akar dan kadar air pupuk hayati mikoriza untuk
relatif daun. meningkatkan toleransi kekeringan
2. Terdapat interaksi antara aplikasi FMA pada tanaman nilam. Jurnal Littri.
pada cekaman kekeringan yang berbeda 12(1): 38-43.
dan jenis rumput terhadap bobot basah Moaveni P. 2011. Effect of water deficit stress
tajuk, bobot kering akar dan kadar air on some physiological traits of wheat
relatif daun. (Triticum aestivum). Agric. Sci Res J.
1: 64-68.
DAFTAR PUSTAKA Nofyangtri S. 2011. Pengaruh cekaman
kekeringan dan aplikasi mikoriza
Bayoumi TY, MH Eid and EM Metwali. 2008. terhadap morfo-fisiologis dan kualitas
Application of hysiological and bahan organik rumput dan legum
biochemical indices as a screening pakan. Tesis. IPB.
technique for drought tolerance in Palupi ER dan Dediwiryano Y. 2008. Kajian
wheat genotypes. Afr. J. Biotech. karakter toleransi cekaman kekeringan
7(14): 2341-2352. pada empat genotip bibit kelapa sawit
El Tayeb MA and NL Ahmed. 2010. Respone (Elacis guineensis jacg). Buletin
of wheat cultivars to drought and Agrononi 36 (1):24-32.
salicylic acis. American-Eurasian Ritchie SW, Nguyen HT, Scott Holaday A.
Journal of Agronomy 3(1): 01-07. 1990. Leaf water content and gas-
Hapsoh. 2003. Kompatibilitas MMA dan exchange parameters of two wheat
beberapa genotip kedelai pada berbagai genotypes differing in drought
tingkat cekaman kekeringan tanah resistance. Crop. Sci. 30: 105-111.
ultisol: tanggap morfofisiologi dan

157
Elviwirda et al. (2016) J. Floratek 11 (2): 152-158

Santoso B, A Satrosupadi dan Djumali. 1993. Tjondronegoro PD dan Gunawan AW. 2000.
Effect of the rates of n,p,k fertilizer, The role of Glomus fasciculatum soil
lime and blotong on yield of kenaf in water conditions on growth of soybean
south kalimantan. Industrial Crop and maize. J. Mikrobiol. Indonesia
Research, Journal 5(2): 9-12. 5(1): 1-3.
Siddique MR, Hamid A, Islam M. 2000. Uzylday B, I Turkan, A H Sekmen, A Ozgur
Drought stress effect on water relations and H C.Karakaya. 2012. Comparison
of wheat. Bot Bull Acad. 41:35-39. of ros formation and antioxidant
Sukarman, I Darwati dan D Rusmin. 2000. enzymes in Cleome gynandra (C4) and
Karakter morfologi dan fisiologi tapak C. spinosa (C3) under drought stress.
dara (Vinca rosea L.) pada beberapa Plant Science 182: 59-70.
cekaman air. Jurnal Littri 6 (2): 50-54. Yusnaini S, A Niswati, S G Nugroh, K Muludi
Taiz L and E Zeiger. 1991. Plant physiology. dan A Irawati. 1999. Pengaruh
The Benyamin Cummings Publishing inokulasi fma (fungi mikoriza
Company, Inc., California. arbuskula) terhadap produksi jagung
Taiz L and Zeiger. 2002. Plant physiology. yang mengalami kekeringan sesaat
Third Edition. Sinauer Associates, pada fase vegetatif dan generatif.
Sunderland, MA. Jurnal Tanah Tropika. No.9: 1-6.

158

You might also like