You are on page 1of 252
DASAR TEKNIK TENAGA LISTRIK DAN ELEKTRONIKA DAYA ZUHAL — Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000 DASAR TEKNIK TENAGA LISTRIK DAN ELEKTRONIKA DAYA oleh Zuhat OM 209 88.397 ‘© Penerbit PT Gramedia Pustake Utama JI, Palmerah Selatan 24-26, Jakarta 10270 Perwajahan dikerjakan oleh Ipong Purnama Sidhi Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta, Desember 1988 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang, Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau ‘seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Cetakan ketiga: Mei 1992 Cetakan keempat: Desember 1993 Cetakan kelima: Oktober 1995 Cetakan keenam: Juni 2000 Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) ZUHAL Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya / oleh Zuhal. — Jakarta; Gramedia Pustaka Utama, 1988, 264 him. ; 24 om. ISBN 979-403 397 -9. 1.Elektronika. 2. Tenaga Listrik. I Judul. 621.31 Dicetak olch Percetakan PT Gramedi Ti di luar tanggung jawab percetakan DAFTAR ISI PRAKATA .. 1 SISTEM TENAGA .... Elemen Sistem Tenaga . Pusat Pembangkit dan Operasi Ekonomisnya Konversi Energi Elektromekanik Transmisi dan Distribusi Karakteristik Beban Proteksi . Notasi dan Sim DASAR ELEKTROMAGNET Medan Magnet dan Medan Listrik Induksi Tegangan—Hukum Faraday Konsep Rangkaian Magnet ... Kurva Magnetasi Intensitas Medan Magnet—Hukum Ampere Energi dalam Medan Magnet ... 3 ANALISIS FASOR, FAKTOR DAYA, DAN PERHITUNGAN TIGA FASA .... Faktor Gelombang Sinusoid Impedansi Daya Rata-rata Faktor Daya dan Daya Kompleks . Perhitungan Tiga Fasa TRANSFORMATOR .. Keadaan Transformator Tanpa Beban Arus Penguat ... Keadaan Berbeban . Rangkaian Ekivalen x a woraunee wn a x vi Menentukan Parameter Pengaturan Tegangan Kerja Paralel Rugi dan Efisicnsi Transformator Tiga Fasa Hubungan Delta Hubungan Bintang Ototransformator Transformator Arus .. Transformator Tegangan DASAR ELEKTROMEKANIK .. Konversi Energi Elektromekanik Gaya Gerak Listrik Kopel .. Mesin Dinamik Elementer Interaksi Medan Magnet Distribusi Fluks . Derajat Listrik Frekuensi ... MESIN ARUS SEAR: Prinsip Komutator Belitan Mesin Arus Searab Rumus Dasar .... Generator Arus Searah Pembangkitan Tegangan Induksi pada Generator Berpenguatan Senditi . Reaksi Jangkar . Pengukuran Pendemagnetan Karakteristik Luar Motor Arus Searah . Menjalankan Motor Karakteristik Kecepatan-Kopel Pengaturan Kecepatan Pengereman .. Rugi dan Efisiensi dalam Mesin Arus Searah MOTOR INDUKSI . Medan Putar . Prinsip Kerja Motor Induksi Slip Rangkaian Motor Rangkaian Ekivalen Kopel Motor Induksi .... 101 102 105 106 107 108 109 e 10 i Daya Motor Induksi Diagram Lingkaran Rotor Belitan ....... Rotor Sangkar Generator Induksi Pengaturan Putaran Fluks Arah Maju dan Mundur Fasa Tunggal Motor Fasa Tidak Seimbang Motor Kapasitor .... MESIN SINKRON ......... Prinsip Kerja Mesin Sinkron . Reaksi Jangkar Alternator Tanpa Beban . Alternator Berbeban Reaktansi Sinkron Pengaturan Tegangan Kerja Paralel Alternator Motor Sinkron ... Pengaruh Penguatan Medan Kondensor Sinkron Sudut Daya Mesin Sinkron SALURAN TRANSMISI Induktansi Saluran . Kapasitansi Saluran Tahanan Saluran Karakteristik Penyaluran Day: Aliran Daya Nyata dan Daya Reaktif . ANALISIS JARINGAN . Diagram Satu Garis Diagram Impedansi Satuan Perhitungan: Sistem per Unit .. Analisis Aliran Daya Pengaturan Aliran Daya ELEKTRONIKA DAYA Komponen Elektronika . Diac ... Photovoltaic Rangkaian Penyearah (Rectifier) . Rangkaian Filter Rangkaian Pulsa Pengaturan Tegangan dengan Mengatur Sudut Fasa Tegangan AC Pengaruh Tegangan DC ke DC Inverter .... 12 PENGATURAN MOTOR ’SOLID STATE’ 227 Penggunaan Thyristor dalam Konversi Daya 227 Pengaturan Motor Arus Searah 230 Pengaturan Motor Induksi .. 232 Penggunaan Photovoltaic pada Pompa Listrik 3 Fasa 234 Sistem Pengaturan Digital .. 236 DAFTAR ACUAN ... 243, DAFTAR ISTILAH INDONESIA-INGGRIS 245 aIWAYAT HIDUP PENULIS ..... 249 SISTEM TENAGA ELEMEN SISTEM TENAGA SALAH satu cara yang paling ekonomis. mudah, dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui bentuk energi listrik. Pada pusat pembangkit, sumberdaya energi primer seperti bahan bakar fosil (minyak. gas alam, dan batubara). hidro, panas bumi, dan nuklir diubah menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis yang dihasilkan pada poros turbin menjadi energi listrik tiga fasa Melalui transformator penaik tegangan (step-up transformator) energi listrik ini kemudian dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusat- pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir pada saluran transmisi. Dengan demikian saluran_ transmisi bertegangan tinggi akan membawa aliran arus yang rendah dan berarti mengurangi rugi panas (heat loss) PR yang menyertainya. Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut kembali diturunkan menjadi tegangan menengah, melalui transformator penurun tegangan (step-down transformator) Di pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi listrik ini diubah lagi menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti energi mekanis (motor), penerangan, pemanas, pendingin, dan sebagainya. Elemen pokok sistem tenaga dapat dilihat pada Gambar 1.1. Tenaga mekanik Turbin Pusat perbangkit Sistem transmsi Sistem distribusi Gambar 1.1 PUSAT PEMBANGKIT DAN OPERASI EKONOMISNYA Pusat pembangkit berfungsi untuk mengkonversikan sumber daya energi primer menjadi energi listrik. Pusat pembangkit listrik konvensional mencakup: (1) Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU); minyak. gas alam, dan batubara. (2) Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA). (3) Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG). (4) Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD). (5) Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (6) Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Di samping pembangkit listrik konvensional tersebut, saat ini tengah dikembang- ! kan beberapa teknologi konversi untuk sumberdaya energi baru seperti: biomassa, solar. limbah kayu, angin, gelombang laut, dan sebagainya. Pembangkit listrik melalui cara magnetohidrodinamik (MHD) pada saat ini juga sedang memasuki tahap penelitian dan pengembangan yang intensif. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pada pembangkit listrik ini, bahan bakar minyak. gas alam, atau batubara dipakai untuk membangkitkan panas dan uap pada boiler. Uap tersebut kemudian dipakai untuk memutar turbin yang dikopelkan langsung dengan sebuah generator sinkron. Setelah melewati turbin, uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi tadi muncul menjadi uap bertekanan dan bertemperatur rendah. Panas yang disadap oleh kondensor menyebabkan uap berubah menjadi air yang kemudian dipompa- kan kembali menuju boiler. Siklus lengkap proses ini terlihat pada Gambar 1,2 Sisa panas yang dibuang oleh kondensor mencapai setengah jumlah panas semula yang masuk. Hal ini mengakibatkan efisiensi termodinamika suatu turbin uap bernilai lebih kecil dari 50%. Turbin uap yang modern mempunyai temperatur boiler sekitar 500 sampai 600 °C dan temperatur kondensor antara 20 sampai 30°C. turbin =] generator kondensor t pompa J Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) Seperti juga pada PLTD, PLTG atau turbin gas merupakan mesin dengan proses pembakaran dalam (internal combustion). Bahan bakar berupa minyak atau gas alam dibakar di dalam ruang pembakar (combustor). Udara yang memasuki kompresor setelah mengalami tekanan bersama-sama dengan bahan bakar disemprotkan ke ruang pembakar untuk melakukan proses pembakaran. Gas panas hasil pembakaran ini berfungsi sebagai fluida kerja yang memutar roda turbin bersudu yang terkopel dengan generator sinkron. Generator sinkron kemudian mengubah energi mekanis menjadi energi listrik (lihat Gambar 1.3). Berbeda dengan pada PLTD, pada PLTG tidak terdapat bagian mesin yang bergerak translasi (bolak-balik) Karena itu ia merupakan mesin yang bebas dari getaran. Meskipun temperatur turbin gas (1000 °C) jauh lebih tinggi daripada temperatur turbin wap (538 °C), namun efisiensi konversi termalnya hanya mencapai 20% ~30%. Karena biaya modal yang rendah, serta biaya bahan bakar yang tinggi. maka PLTG berfungsi memikul beban puncak. udara Gambar 1.3 Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Pada reaktor air tekan (pressurized water reactor) terdapat dua rangkaian yang seolah-olah terpisah. Pada rangkaian pertama bahan bakar uranium-235 yang diperkaya dan tersusun dalam pipa-pipa berkelompok, disundut untuk menghasil- kan panas dalam reaktor. Karena air dalam bejana penuh, maka tidak terjadi pembentukan wap, melainkan air menjadi panas dan bertekanan. Air panas yang bertekanan tersebut kemudian mengalir ke rangkaian kedua melalui suatu generator uap yang terbuat dari baja, Generator uap menghasilkan uap yang memutar turbin dan proses selanjutnya mengikuti siklus tertutup sebagaimana berlangsung pada turbin uap PLTU. Keuntungan reaktor air tekan yang mempunyai dua rangkaian ini terletak pada pemisahan rangkaian pertama yang merupakan reaktor radioaktif dari proses konversi turbin uap yang berlangsung pada rangkaian kedua. Dengan demikian, 3 uap yang masuk ke dalam turbin dan kondensor merupakan wap bersih yang tidak tercemar radioaktif. PLTN yang mempunyai biaya modal tinggi dan biaya bahan bakar rendah itu seyogyanya beroperasi untuk beban dasar (7000-8000 jam per tahun). ap turbin generator Pusat Tenaga Listrik Air (PLTA) Penggunaan tenaga air mungkin merupakan bentuk konversi energi tertua yang pernah dikenal menusia. Perbedaan vertikal antara batas atas dengan batas bawah bendungan di mana terletak turbin air. dikenal sebagai tinggi terjun. Tingai terjun ini mengakibatkan air yang mengalir akan memperoleh energi kenetik yang kemudian mendesak sudu-sudu turbin. Bergantung pada tinggi terjun dan debit air, dikenal tiga macam turbin yaitu: Pelton, Francis, dan Kaplan. Karena tidak menggunakan bahan bakar. biaya operasi PLTA sangat rendah, namun hal ini dibarengidengan biaya investasi yang sangat tinggi untuk konstruksi pekerjaan sipilnya Bergantung pada ketersediaan sumber energi air. PLTA dapat berfungsi untuk memikul beban puncak ataupun beban dasar. Sebagai sumberdaya energi yang dapat pulih, sumber potensi tenaga air sangat menarik untuk dikembangkan. Tetapi pemanfaatannya secara luas sangat dibatasi oleh kondisi geografis setempat dan permasalahan lokasi yang biasanya jauh dari pusat beban. Dari 77 863 MW potensi tenaga air yang terbesar di seluruh Indonesia. sampai dengan periode Pelita IV ini baru sekitar 2000 MW saja yang telah dimanfaatkan. Dengan memperhatikan bahwa setiap jenis pusat pembangkit_mempury perbedaan yang cukup berarti dilihat dari aspek biaya modal. biaya operasi invupun efisiensinya. maka seorang insinyur listrik harus mampu memilih alternatif nan gabungar pembangkitan (generation-mix) yang paling ekonomis untuk dicoperasikan. Mengingat beban bervariasi secara ekstrem dari saat ke saat dan bersamaan dengan itu penyediaan (supply) sistem pembangkit diharapkan selalu mencukupi kebutuhan beban yang berfluktuasi tadi, maka terdapat interelasi antara parameter ekonomis pusat-pusat pembangkit dengan dinamika beban, Susunan kapasitas terpasang pembangkit PLN menurut jenisnya untuk keadaan akhir Pelita IV (1988/ 89) terlihat pada Tabel 1.1. ‘Tabel 1.1 Susunan Kapasitas Terpasang Pembangkit PLN Me- nurut Jenisnya untuk Keadaan Akhir Pelita IV (1988/89) Jenis Pembangkit Kapasitas Terpasang (Mw) (%) 1. PLTA 1989.4 25.6 2. PLID 1346.6 173 3. PLTG 945.0 q21 4. PLTP 140.9 18 5. PLTU: Batubara 1330.00. ATL PLTU: Minyak 2036.0 26.1 Total (MW) T7870. 100 Sumber: PLN KONVERSI ENERGI ELEKTROMEKANIK Salah satu aspek penting dalam sistem tenaga adalah yang menyangkut konversi energi elektromekanik; yaitu konversi energi dari bentuk mekanik ke listrik dan dari bentuk listrik ke mekanik. Konversi energi tersebut berlangsung pada sistem tenaga melalui peralatan elektromagnet yang disebut generator dan motor seperti diperlihatkan pada diagram blok Gambar 1.5. Sistem Pembangkit konversi energi > i mekanik ke listrik [Sistem Transm (generator) Sistem Beban: konversi energi list ke mekanik (moter) Gambar 1.5 Pada Gambar 1.5. blok di sebelah kiri menggambarkan sistem pembangkit. Melalui generator sinkron tiga fasa yang menerima kopel dari poros turbin, sistem ini berperan untuk mengubah bentuk energi mekanik menjadi energi listrik. Blok di tengah Gambar 1.5 menggambarkan bagian dari sistem tenaga yang mengirimkan energi listrik dari sistem pembangkit menuju sistem beban. Untuk ‘mengurangi rugi-rugi panas. energi yang dikirim perlu dinaikkan tegangannya 5 melaiui transformator penaik tegangan, Dengan demikian, meskipun transforma- tor bukan termasuk peralatan konversi energi, namun merupakan alat pembantu elektromagnet yang juga penting dalam sistem tenaga. Blok di sebelah kanan menggambarkan sistem beban yang mengubah sebagian dari energi listrik menjadi bentuk energi mekanik. Perubahan tersebut berlangsung dalam mesin-mesin berputar yang disebut motor. Selain itu sebagian energi listrik dipergunakan untuk keperluan beban lainnya seperti penerangan, pendinginan, dan pemanasan. TRANSMISI DAN DISTRIBUSI Apabila saluran transmisi menyalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi ke pusat- pusat beban dalam jumlah besar, maka saluran distribusi berfungsi membagikan tenaga listrik tersebut kepada pihak pemakai melalui saluran tegangan rendah. Generator sinkron di pusat pembangkit biasanya menghasilkan tenaga listrik dengan tegangan antara 6-20 kV yang kemudian. dengan bantuan transformator. tegangan tersebut dinaikkan menjadi 150-500 kV. Saluran tegangan tinggi (STT) menyalurkan tenaga listrik menuju pusat penerima; di sini tegangan diturunkan menjadi tegangan subtransmisi 70 kV. Pada gardu induk (G1), tenaga listrik yang Giterima Kemudian dilepaskan menuju trafo distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah 20 kV. Melalui trafo distribusi yang tersebas di berbagai pusat- pusat beban, tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan rendah 500/380 V yang akhirnya diterima pihak pemakai, Contoh saluran transmisi dan distribusi terlihat pada Gambar 1.6. ~)G ae etrongan se Str elem teenage treo 1 ST = ealurn subensmsl 1 sTT SDP = saluran distribusi primer 1 150-500 kV GI = gardu induc ' G = generator —_ © = beban a oi o Je sem pf o sst HRS» 2200 V9 20 kV E Ga] (8) Gi Gainbar 1.6 6 KARAKTERISTIK BEBAN Sistem tenaga listrik dirancang untuk dapat mengirim energi listrik dengan cars yang efisien dan aman kepada para langganan. Karakteristik dari permintaa. energi listrik kadangkala membuat usaha tersebut sulit untuk dipenuhi, Meramal- kan pertumbuhan beban dan usaha untuk memenuhi siklus beban harian da beban tahunan secara memuaskan merupakan dua kesulitan yang harus diatasi Pertumbuhan rata-rata konsumsi listrik di Indonesia pada Pelita I dan Pelita It masing-masing mencapai 14.1% dan 12.7% per tahun. Selama sepuluh tahun itt (1974/75 ~ 1983/84) konsumsi listrik total telah meningkat sebanyak tiga kali Dalam Pelita TV (1983/84~1989/89) pertumbihan rata-rata pemakaian listrit diperkirakan sekitar 13-15% per tahun, Mengingat untuk membangun suatu pusa pembangkit tenaga listrik diperlukan waktu 8 sampai 10 tahun, maka par: perencana sistem harus melihat kemungkinan-kemungkinan perkembangan sister tenaga 10 sampai 20 tahun ke muka. Hal tersebut diperlukan agar tersedia cukwy waktu untuk memperkirakan dan memperbaiki perencanaan dalam perspekti jangka panjang. GWH 20 000: 10 000. 73 7S 7 ‘79 ‘81 ‘83 Gamber 1.7 Melalui kombinasi pengkajian kecenderungan masa lalu dan pembuatan ramalan ke masa depan, perencana akan memperkirakan kebutuhan pembangkitan tenaga dan merekomendasikan pembangunan fasilitasnya. Namun demikian, tugas perencana sistem tidak terbatas pada menjamin ketersediaan pembangkitan yang cukup saja, tapi juga harus dapat menentukan: (1) Apakah saluran transmisi yang tersedia beserta pelengkapnya masih cukup mampu untuk membawa tambahan energi listrik yang diperlukan? (2) Apakah peralatan sistem masih cukup andal untuk melindungi sistem dari keadaan-keadaan gangguan? (3) Apakah keadaan gejala peralihan (sransient) akan mengganggu operasi normal sistem. (4) Cara operasi yang paling ekonomis untuk bermacam-macam keadaan pembebanan. Selain persoalan-persoalan teknik tersebut, harus pula turut diperhatikan permasalahan yang menyangkut dampak lingkungan dan aspek penerimaan masyarakat atas hadirnya fasilitas baru ini. Dengan demikian seorang insinyur tenaga listrik. menghadapi kebutuhan listrik yang kian meningkat. diharapkan dapat melakukan perkiraan-perkiraan dan sekaligus menyelesaikan persoalan yang muncul secara tepat dan terus-menerus. Mengingat teknologi yang tersedia saat ini belum mungkin untuk menyimpan energi listrik secara efisien serta memenuhi persyaratan biaya-manfaat. maka tenaga listrik harus dibangkitkan sebanyak yang diperlukan saja. Pusat-pusat pembangkit yang tersedia harus selalu dapat memenuhi kebutuhan beban yang berubah-ubah tersebut. Meskipun pusat pembangkit dengan ukuran besar biasanya dianggap lebih ekonomis. namun jika tambahan daya yang diperlukan hanya sekadar untuk memenuhi beban puncak yang berlangsung beberapa jam. pembangkit ukuran kecil sudah cukup memadai untuk melayaninya. Karena itu, seorang insinyur tidak saja harus memperkirakan pertumbuhan beban dari tahun ke tahun, tapi juga harus mampu memperhitungkan secara ekonomis kebutuhan beban harian yang selalu berubah-ubah. ‘Karakteristik perubahan besarnya daya yang diterima oleh beban sistem tenaga setiap saat dalam suatu interval hari tertentu dikenal sebagai kurva beban harian. Penggambaran kurva ini dilakukan dengan mencatat besarnya beban setiap jam melalui pencatatan Mega Watt-meter yang terdapat di gardu induk, Sumbu vertikal menyatakan skala beban dalam satuan MW, sedangkan sumbu horizontal menyatakan skala pencatatan waktu dalam 24 jam. Dengan demikian luas daerah di bawah kurva merupakan besarnya energi lisirik yang diserap oleh beban dalam waktu 1 hari (MW x jam = MWh). Contoh beban harian pada hari kerja biasanya tetlihat pada Gambar 1.82. Mw Pada kurva tersebut tampak bahwa beban naik secara tajam pada sekitar pukul 18.00 dan mencapai puncaknya pada pukul 21.00. Ini disebabkan meningkatayz pemakaian untuk penerangan rumah, lampu-lampu hias dan penerangan jalan, iklan pada toko-toko, serta pemakaian TV di rumah-rumah. Bila kurva beban harian memberi informasi tentang besarnya beban dari waktu ke waktu selama interval waktu satu hari, maka kurva kelangsungan beban (load duration curve) memberikan informasi tentang lama (waktu) berlangsungnya daya dengan besar tertentu. Kurva kelangsungan beban ini (Gambar 1.8b) diturunkan dari kurva beban harian (Gambar 1.82) yang dipotong-potong dengan selang waktu yang kecil, kemudian disusun dari kiri ke kanan secara berurutan, menurut tingkatan besarnya daya; luas bidang gambar kurva menyatakan besarnya energi listrik yang diperoleh dalam selang waktu tertentu. Sebagaimana beban berubah-ubah setiap jam dalam sehari, beban puncak harian pun tidak selalu tetap dalam setahun. Ada kalanya beban puncak tinggi pada bulan-bulan tertentu dan rendah pada bulan-bulan lainnya. Pada saat beban puncak rendah itulah saat yang tepat untuk melaksanakan pemeliharaan (maintenance) sistem peralatan. Menghentikan operasi peralatan untuk pemeliha- raan akan mempengaruhi produksi listrik dan keandalan sistem. Karena akan berpengaruh secara ekonomis, menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan pemeliharaan, merupakan tugas penting lainnya bagi seorang insinyur listrik. PROTEKSI Suatu gangguan atau kegagalan, dalam keadaan bagaimanapun, akan mempenga- tuhi aliran arus normal pada sistem tenaga. Gangguan-gangguan yang terjadi dapat disebabkan oleh sambaran petir. hubungan singkat karena kejatuhan benda tertentu pada kawat penghantar, rusaknya isolasi, dan lain sebagainya. Gangguan- gangguan tersebut dapat mengakibatkan lonjakan tegangan yang berlebihan, aliran arus yang sangat besar, bunga api listrik. dan kegagalan sistem tenaga untuk beroperasi secara keseluruhan. Menjadi tugas insinyur listrik pula untuk merancang sistem proteksi dengan mengatur pemakaian sekering (fuse). pemutus daya (circuit breaker), dan sistem relai yang mampu menemukan gangguan dengan cepat serta memisahkannya segera dari bagian sistem yang lain. Dengan rancangan sistem proteksi yang baik, gangguan-gangguan yang terjadi dapat dilokalisir pada daerah kejadian saja sehingga tidak mengganggu para langganan di daerah lain. NOTASI DAN SIMBOL Penggunaan notasi dan simbol dalam buku ini diusahakan sesederhana mungkin. Untuk harga sesaat besaran arus bolak-balik, digunakan huruf kecil, misalnya i untuk arus sesaat, dan v untuk tegangan sesaat, Penggunaan huruf besar menunjukkan nilai fasor yang mengandung besaran (magnitude) dan sudut. Besaran fasor adalah harga rms-aya (root-mean-square). Namun pada pemakaian 9 tertentu, huruf besar juga berarti harga bilangan nyata yang hanya mempunyai besaran. Misalnya P = VI cos @ akan menghasilkan bilangan-bilangan nyata, sehingga nilai V dan J hanya menunjukkan besarannya saja. Untuk perhitungan-perhitungan tiga fasa, daya nyata, daya reaktif, dan daya mayanya diasumsikan selalu mempunyai besaran tiga fasa. kecuali bila dinyatakan lain. Notasi-notasi serta simbol-simbol akan dapat dipahami secara terperinci, sejalan dengan tahap-tahap penggunaan buku ini. 9 | DASAR ELEKTROMAGNET Mepan magnet berperan sangat penting sebagai rangkaian proses konversi energi Melalui medium medan magnet, bentuk energi mekanik dapat diubah menjadi energi listrik—alat konversinya disebut generator—atau, sebaliknya. dari bentuk energi listrik menjadi energi mekanik--alat konversinya disebut motor. Pada transformator, gandengan medan magnet berfungsi untuk memindahkan dan mengubah energi listrik dari rangkaian primer ke sekunder melalui prinsip induksi elektromagnet. Dari sisi pandangan elektris, medan magnet mampu untuk mengimbaskan tegangan pada konduktor, sedangkan dari sisi pandangan mekanis, medan magnet sanggup untuk menghasilkan gaya dan kopel. Keutamaan medan magnet sebagai perangkai proses konversi energi disebabkan terjadinya bahan-bahan magnetik yang memungkinkan diperolehnya kerapatan energi yang tinggi; kerapatan energi yang tinggi ini akan menghasilkan kapasitas tenaga per unit volume mesin yang tinggi pula. Jelaslah bahwa pengertian kuantitatif tentang medan magnet dan rangkaian magnet merupakan bagian penting untuk memahami proses konversi energi listrik. MEDAN MAGNET DAN MEDAN LISTRIK Medan magnet terbentuk dari gerak elektron, Mengingat arus listrik yang melalui suatu hantaran merupakan aliran elektron, maka pada sekitar kawat hantaran listrik tersebut akan ditimbulkan suatu medan magnet. Medan magnet memiliki arah, kerapatan, dan intensitas yang digambarkan sebagai "garis-garis fluks” dan dinyatakan dengan gambar simbol $A fluks dalam besaran weber Besaran kerapatan medan magnet dinyatakan dengan banyaknya garis-garis fluks yang menembus suatu luas bidang tertentu dan mempunyai simbol oem B& kerapatan fluksi dalam weber/m? (WB/m?) Intensitas medan magnet disebut sebagai kuat medan dan dinyatakan dengan besarnya fluksi sepanjang jarak tertentu, mempunyai simbol HA kuat medan dalam ampere/m (A/m) Kerapatan medan B maupun kuat medan H merupakan besaran vektoris yang mempunyai besaran dan arah. Yang besarnya B= pH di mana uA permeabilitas dalam henry/meter (H/M) Permeabilitas pada ruang bebas (udara), po, mempunyai nilai 44 x 10-7? H/m. Material seperti besi dan nikel mempunyai permeabilitas yang relatif lebih tinggi dan biasanya disebut sebagai material yang mempunyai karakteristik feromagnet. Besaran fluks dapat juga dinyatakan dengan b= fBda di mana dA adalah unsur luas. Gambar 2.1 ‘Pe Apabila, seperti terlihat pada Gambar 2.1, suatu sumber tegangan (V) mengalirkan arus listrik (i) melalui suatu kumparan dengan jumlah lilitan (NV), maka pada inti besi (core) akan ditimbulkan suatu kuat medan (H). Hubungan antara arus listrik dan medan magnet dinyatakan oleh Hukum Ampere. dan untuk rangkaian sederhana seperti pada Gambar 2.1, persamaannya adalah Ni = HI ampere-turn di mana jumlah lilitan arus listrik (A) = kuat medan (A/m) 7 = panjang jalur (m) INDUKSI TEGANGAN—HUKUM FARADAY Apabila medan magnet berubah-ubah terhadap waktu, akibat arus bolak-balik yang berbentuk sinusoid. suatu medan listrik akan dibangkitkan atau diinduksikan. Hubungan ini dinyatakan oleh Hukum Faraday. Pada Gambar 2.1, medan magnet atau fluks yang berubah-ubah pada inti besi menghasilkan gaya gerak listrik (gel) sebesar da dt di mana \ = N.b merupakan flux linkage menyatakan harga fluks yang berubah-ubah terhadap waktu. Perubahan fluks yang menghasilkan gaya gerak listrik (ggl) tersebut dapat terjadi karena: (a) Perubahan fungsi waktu (), akibat arus bolak-balik yang berbentuk sinusoid seperti diuraikan di atas. (b) Fungsi putaran (8), akibat berputarnya rotor pada mesin-mesin dinamis. Secara lebih terperinci, Hukum Faraday dapat dituliskan sebagai berikut: - d Edl=—- 7 [Baa atau Oleh karena flux linkage } merupakan fungsi putaran (8) dan fungsi waktu (0), maka: d ina = — Gp (8.0) da (0) = do + Nar = [P| go|_ a fwd “V9 ae atau ¢ (induksi) = ¢ (rotasi) + e (transformasi) Untuk transformator hanya terdapat gejala induksi karena transformasi yaitu e (transformasi). Untuk mesin arus searah hanya terdapat e (rotasi). sedangkan pada mesin arus bolak-balik terdapat ¢ (rotasi) maupun e (transformasi). KONSEP RANGKAIAN MAGNET Arus listrik (i) yang dialirkan melalui penghantar yang dibelitkan pada inti besi yang berbentuk cincin foroidal. akan menghasilkan medan magnet yang sebanding dengan jumlah lilitan (1) dikalikan dengan besaran arus listrik (i). Ampere-turn Ni ini dikenal sebagai gaya gerak magnet (gem) dan dinyatakan dengan notasi 7 J = Ni ampere-turn Gaya gerak magnet (gem) adalah perbedaan potensial magnet yang cenderung menggerakkan fluks di sekitar cincin toroidal. Gerak fluks di sekitar cincin, selain ditentukan oleh besaran ggm, juga merupakan fungsi dari tahanan inti besi yang membawa fluks tersebut. Tahanan inti besi itu disebut reluktansi dari rangkaian magnet. F — weber R 14 Seperti juga tahanan dalam rangkaian listrik, reluktansi berbanding lurus dengan panjang (J), berbanding berbalik dengan penampang luas bidang (A). dan bergantung pada bahan magnetik rangkaian magnet tersebut, di mana besaran I dalam meter dan A dalam meter persegi: L ‘# = —— ampere-turn/weber rv i) Gamber 2.2 ‘Terdapat analogi antara hubungan rangkaian magnet (Gambar 2.2a) dan hubungan rangkaian listrik (Gambar 2.2b) sebagai berikut: Tabel 2.1 Analogi Rangkaian Magnet dan Listrik Gaya gerak magnet 7 Gaya gerak listrik E Fluks 6 Arus listrik 1 Reluktansi R Tahanan R Kerapatan fluks B Kerapatan arus vA Kuat medan H Intensitas medan listrik e Permeabilitas » Konduktivitas o KURVA MAGNETASI Perhitungan rangkaian magnet dapat pula dilakukan melalui pendekatan grafik dengan penjelasan sebagai berikut: 15 > ——_ —= weber/m? Aw A(lpA) apa di mana Ni [> amperesturnim Besaran H disebut kuat medan dan merupakan harga gem per unit panjang. Untuk rangkaian magnet yang seragam seperti pada Gambar 2.2, harga ggm per unit panjang inti besi adalah konstan. Oleh karena itu. harga kuat medan H sepanjang jalur inti besi juga adalah Konstan. Persamaan di atas memperlihatkan hubungan sift magnetik suatu bahan dengan permeabilitas . yang dapat ditunjukkan melalui kurva kerapatan fluks B sebagai fungsi dari kuat medan H, yang biasanya disebut kurva B-H atau kurva magnetasi (lihat Gambar 2.34). Kurva B-H hanya dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai dan tidak bergantung pada dimensi bahan tersebut. Apabila diketahui harga ampere-turn Ni dan harga panjang rata- rata jalur fluksi, maka harga kuat medan Nil! jatuh pada sumbu horizontal. dan secara grafik dengan mudah dapat ditentukan kerapatan fluksi B yang terletak pada sumbu ordinat tegaknya. B, weberim? , weber 1H, Acturnim gam, A-turn (a) ) Gambar 2.3 Karena H = Nill dan B = 6/A, maka dengan mudah terlihat bahwa kuat medan (A) sebanding dengan gaya gerak magnet (Ni) dan kerapatan fluks (B) sebanding dengan garis fluks (¢). Oleh karena itu hubungan kurva B-H pada Gambar 2.34, akan mempunyai bentuk yang sama dengan hubungan kurva ¢-gem pada Gambar 2.30. Kemiringan B terhadap H pada Gambar 2.3¢ menunjukkan harga 16 permeabilitas inti besi (core). Dari kurva B-H dapat diketahui bahwa permeabilitas besar untuk keadaan tidak jenuh dan kemudian secara berangsur-angsur menuzus? rendah sekali pada keadaan inti besi menjadi sangat jenuh. Keuntungan menggunakan bahan feromagnet sebagai inti besi pada mesin-mesin listrik adalah dimungkinkannya memperoleh fluks yang berlipat ganda untuk ggm tertentu yang diberikan. Walaupun demikian, bila dikehendaki harga fluks yang sebanding dengan harga ggm-nya, maka inti besi harus dioperasikan pada daerah tidak jenuh. Bentuk nonlinear kurva magnetasi ini akan berperan penting dalam pembahasan sifat mesin-mesin listrik dan transformator. INTENSITAS MEDAN MAGNET—HUKUM AMPERE ‘Hukum Ampere bersama dengan beberapa persamaan lain membentuk persamaan Maxwell; menyatakan bahwa integral keliling kuat medan magnet berbanding lurus dengan besar arus listrik yang terkurung oleh integral keliling itu. fH dl = f1dA di mana dA = unsur luas Dalam proses konversi energi yang menyangkut mesin dengan elemen bergerak (berputar) seperti transduser atau motor, pada inti besinya (core) akan terdapat celah udara. Melalui celah udara ini dapat berlangsung proses konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya. 17 Untuk inti yang bercelah udara berlaku hubungan Mi Hele + Weg B. No=—2l, + —£ He ty & og gho di mana Ni = adalah gaya gerak magnet (ggm), dan koefisien di sebelah kanan dikenal sebagai reluctance R. Karena maka Ni = Re + %) =F Oleh Karena pada umumnya pe >> Ho, maka sebagian besar rangkaian magnet hanya dipengaruhi oleh reluktansi celah udara (#,). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ggm terkonsentrasi pada celah udara, yang merupakan potensi energi untuk proses konversi. ENERGI DALAM MEDAN MAGNET Energi listrik yang diberikan oleh sumber akan digunakan oleh inti besi beserta belitannya untuk menghasilkan medan magnet. Dengan demikian energi yang diperoleh akan tersimpan dalam medan magnet yang ditimbulkan dWe = dWp sedangkan dWp = idk = Fab Jadi energi yang tersimpan pada medan megnet adalah a Wr =} ia an = F 7a) 0 ° ° Persamaan integral di atas mengandung arti bahwa besar energi yang tersiman dalam medan magnet tersebut merupakan suatu luas daerah tertentu; sedangxan luas daerah tersebut ditentukan oleh jenis bahan pemagnetan inti. Untuk bahan feromagnet, hubungan antara 7 dan akan tidak linear dan dilukiskan seperti pada Gambar 2.5a. Dari Gambar 2.5a diketahui bahwa untuk kurva menaik oa, jumlah energi yang dibutuhkan sama dengan luas daerah oac. Dan apabila harga ¥dikembalikan ke harga nolnya (kurva menurun ab), sebagian energi yang besamya sama dengan luas daerah abc akan dilepaskan, sedangkan energi sebesar luas daerah oab hilang sebagai panas (rugi histeresis). Siklus penuh rugi histeresis akan membentuk suatu gelang (lingkar tertutup) seperti pada Gambar 2.56. Untuk rangkaian listrik R-L, dengan tegangan jepit V, berlaku vera & dt Vi dt = Ri? dt + i dd atau bh b bh SVidt =f RP at + fia 4 4 4 Artinya kerja yang dilakukan = panas yang hilang + energi yang tersimpan dalam medan magnet. 9 Energi-dalam medan magnet adalah b x ? Wre=fidx=fids=f Ni dd h ° ° di mana Mi = 7H¢l, dan db = A; dB Jadi. Ni db = (H.l(AGB) = (LAH dB 1A, adalah volume inti magnet. Energi tersimpan per unit volume adalah B - “r _ f Has Wo = jal 0 Persamaun di atas mengandung arti bahwa cnergi dalam medan magnet ditentukan oleh luas daerah yang dibatasi antara kurva magnetasi dan sumbu B atau luas daerah oac pada Gambar 2.5a. Contoh 1 Suatu kawat mempunyai penampang lintang 0.5 cm? dan panjang 5S m, dibengkokkan menjadi (a) persegi empat dan (6) lingkaran. Tentukanlah kuat medan H di pusat, jika arus yang mengalir melalui kawat 20 ampere. Pemecahan (a) Jika keliling persegi empat = 5 meter Panjang masing-masing sisi = 5/4 = 1.25 meter vu Ta di mana a = setengah panjang sisi sehingga H = vx = 14.4 Avmeter (6) Jika keliling lingkaran = 5 meter Besar kuat medan di pusatnya = Jai-javi lingkaran = > = 0.796 meter Besar gaya gerak magnet (ggm) = 12r (r = jari-jari) = 20 __.. = 12.6 ampere lilitan/meter. 2x0.796 Contoh 2 Arus 10 ampere mengalir melalui kawat yang lurus. Hitung gaya pada suatu kutub magnet yang ditempatkan pada jarak 10 cm dari kawat. Kawat kemudian dibengkokkan menjadi suatu loop dan hitunglah diameter loop supaya gaya gerak magnet (gm) sama dengan 80% harga semula untuk nilai arus yang sama sebesar 10 ampere. Pemecahan Gaya pada suatu kutub magnet = gaya gerak magnet sehingga untuk keadaan pertama, besar ggm: i 10 50. = SS = = = ampere ilitanm Qnr 2m x 10x 102 ee gaya gerak magnet untuk keadaan kedua = Pr di mana r = jari-jari. schingga. jari-jari loop = 0.395 meter. Contoh 3 Suatu lingkaran besi dengan panjang rata-rata 50 cm mempunyai celah udara 1 mm dan kumparan 200 lilitan, Jika permeabilitas relatif besi = 300, tentukan kerapatan fluks jika arus 1 A mengalir melalui belitan, Asumsikan po = 40 10-7 Him, Pemecahan Jika lintasan mempunyai bagian test dan celah udara, ampere-turn masing-masing bagian dihitung sendiri-sendiri untuk menentukan ampere-turn total. Bila ampere- turn diketahui, kerapatan fluks dapat ditentukan: Panjang bagian besi = 50 cm, permeabilitas relatif = 300 H/m (Atm panjang)= =, di mana B kerapatan fluks. Jadi ampere-turn untuk bagian besi Os x B ~ 300 x 4e x 1077 Ampere-turn untuk celah udara _ 1x 103xB © 4m xX 107 X 1 sehingga ampere-turn total 21 B 1 1 a dq x 10-7 [600 1000 Besar ampere-turn = 200 x 1 = 200 Jadi 8B _ {141} - 20 4n x 10-7 (600 1000 atau 7 p= 200% 4m x 107" 600 x 1000 = 0.094 Whim? 1600 Contoh 4 Suatu belitan dengan tahanan 200 ohm ditempatkan dalam suatu medan magnet sebesar 2 m Wb. Belitan mempunyai 100 lilitan dan suatu galvanometer yang bertahanan 400 ohm diseri dengan belitan. Cari gel terinduksi rata-rata dan arus yang disebabkannya, jika belitan digerakkan dalam medan magnet selama Yo detik. Pemecahan Fluks mula-mula = 1m Wb Fluks akhir = 0.4 m Wb Perubahan fluks = 1 — 0.4 = 0.6 m Wb Periode di mana perubahan berlangsung = dt = ‘%o detik Jumlah lilitan = 100 gel terinduksi -3 sb = 100 x 26 * 10" = 1.2 volt Yo 400 + 200 = 600 ohm Arus yang melalui gulungan = 1.2/600 ampere 1.2 x 10 = eg = mA Contoh 5 Gulungan mempunyai 480 kumparan dan tahanannya 50 ohm. Bila tegangan 200 volt dipakai selama 0.5 detik, didapat arus 2.528 ampere. Hitunglah besar energi yang disimpan dalam medan magnet dan harga akhir dari fluks yang dihasilkan oleh gulungan. 22 Pemecahan Tegangan yang digunakan = 200 V Tahanan dari gulungan = 50 ohm Oleh karena itu arus dalam keadaan biasa = 4 ampere Jika gulungan mempunyai induksi L, dan tahanan R, sehingga persamaan untuk arus bila tegangan de diberikan adalah 1) = Tar — e"7) Diketahui Imaxs = 4 ampere dan i(t) pada ¢ = 0.05 detik adalah 2.528 ampere Sehingga 2.528 0.632 Waktu tetap T = 0.05, sedangkan T = L/R Sehingga L = 50 x 0.05 = 2.5 H Arus_akhir adalah 4 ampere, dan L = 2.5 H Sehingga energi yang disimpan dalam medan magnet =%x 25 x 4 = 20 joule Contoh 6 Inti udara solenoid, yang memiliki jari-jari 1 em dan panjang 1 meter, mempunyai induksi 0.2 mH. Hitunglah jumlah kumparan di dalam solenoid. Pemecahan L -Ne 1 NIC o = AQ poobhr NI¢ L =X. 1 Aapop, L = Nappy L = 0.2 mH = 0.2 x 1073 =N? x mx 1x 10* x 1x 49 x 10-7 2 0.2 x 1073 4n? x 1077 x 10-4 sehingga jumlah lilitan = N = 710 3 ANALISIS FASOR, FAKTOR DAYA, DAN PERHITUNGAN TIGA FASA FASOR GELOMBANG SINUSOID Drpacam bidang elektroteknik. persoalan yang menyangkut besaran-besaran arus dan tegangan dapat dihitung dengan cara melakukan pengukuran, karena besaran tersebut memang nyata ada dalam suatu rangkaian. Namun dalam perhitungan- perhitungan rangkaian. sering persoalan tersebut diselesaikan melalui cara abstraksi dan tidak memilih besaran arus dan tegangan yang nyata. Hal tersebut disebabkan selain untuk memudahkan perhitungan, Konsep abstraksi melalui analisis fasor adalah penting dalam pendidikan elektroteknik. Fasor menyatakan transformasi dari fungsi waktu ke dalam bidang kompleks yang mengandung informasi tentang amplitudo dan sudut fasa. Sumbu khayat ‘Sumbu nyata Gambar 3.4 24 Misalnya sebuah bilangan kompleks K, mempunyai besaran M dan arah sudut @ (lihat Gambar 3.1). K=at+ jb atau K = M (cos 8 + jsin 8) dengan menggunakan Dalil Euler, cos @ + jsin 6 = e/® maka K=Me® Perlu diperhatikan bahwa j adalah operator, yaitu operator khayal. Bekerjanya operator itu adalah memutar suatu bilangan atau harga tertentu 1/2 derajat berlawanan arah jarum jam. Meskipun j bukan merupakan bilangan. namun ia dapat dinyatakan dengan nilai V—1. Artinya bila operator bekerja sebanyak 2 kali, maka harga bilangan tersebut (misalnya 5), setelah berputar 2 x 7/2 = 180°, akan mempunyai nilai —5. maka pb = —jb atau =j iPb) = ip = +b atau jf? = +1 Bentuk K = Me” ini disebut bentuk polar atau eksponensial dari bilangan kompleks K dan secara simbolis dapat ditulis K=Mfo di mana M = Va? + B Analisis vektor yang berputar pada selang waktu tertentu inilah yang disebut analisis fasor. Analisis fasor yang dikaitkan dengan bentuk gelombang sinus akan memungkinkan penggambaran fasor sinusoid yang sangat penting dalam memba- has persoalan bidang elektroteknik. Tiga hal yang menyebabkan mengapa bentuk gelombang sinus dipandang sangat penting adalah: (1) Terdapat banyak sekali gejala di alam ini yang dapat digambarkan sebagai gelombang berbentuk sinus. (2) Karena mudah pembangkitannya. maka arus dan tegangan dalam pembangkit- an tenaga listrik berbentuk sinus. (3) Sesuai uraian deret Fourier, semua gelombang periodik yang lain. dengan syarat tertentu dapat diuraikan ke dalam perjumlahan dari gelombang- gelombang sinus dengan frekuensi yang bermacam-macam. Arus dan tegangan sesaat dari suatu bentuk sinusoid dalam suatu periode waktu dapat dijelaskan dengan persamaan i(t) = Ip cos (wt + &) ¥(8) = Vm cos (wt) di mana Jn = atus maksimum dalam ampere « = 2nf = kecepatan sudut dalam radial/detik = sudut fasa dalam radial x a tegangan maksimum dalam volt Kurva kedua persamaan di atas terlihat pada Gambar 3.2 Gambar 3.2 26 Gambar 3.3 Dari vektor ,, dan V,, pada salib sumbu x dan y dapat ditentukan besar v(1) dan i) untuk ¢ = 0 dengan cara memproyeksi vektor-vektor tersebut pada sumbu x. Jika vektor-vektor J,, dan V,, berputar berlawanan arah jarum jam dan memiliki kecepatan sudut yang sama, maka harga sesaat arus dan tegangan dari suatu rangkaian dapat dihitung. J, dan V,, pada Gambar 3.3 adalah fasor-fasor. Fasor tegangan dan arus ditulis sebagai tegangan = V/a arus = I/b (s di mana V dan / adalah harga RMS (root-mean-square). Jika V,, adalah harga tegangan maksimum, maka harga RMS tegangan tersebut adalah Sls IMPEDANSL Di dalam suatu rangkaian linear yang terdiri atas tahanan (R), induktor (L), dan Kapasitor (C), apabila suatu arus/tegangan listrik adalah sinusoid, maka semua arus dan tegangan yang lain juga berbentuk sinusoid dengan frekuensi yang sama. Melalui penerapan Hukum Kirchoff terdapat tiga cara untuk melakukan perjumlahan dan pengurangan bentuk-bentuk sinusoid: (1) Cara grafis, yaitu dengan menggambarkan gelombang demi gelombang dan dijumlahkan setiap saat. Cara ini memakan waktu dan tidak teliti. (2) Cara trigonometri, yaitu dengan menggunakan dalil-dalil trigonometri untuk menjumlahkan dan mengurangkan dua sinusoid. Cara ini sukar dan memakan waktu, (3) Cara aljabar kompleks dan analisis fasor seperti diuraikan terdahulu. Cara ini paling mudah di antara ketiga cara lainnya. karena itu akan digunakan dalam pembahasan berikut. Hubungan antara tegangan dan arus yang berubah-ubah terhadap waktu yang melalui kapasitor, induktor, dan tahanan dapat dijelaskan sebagai ay = ¢ WO M=acT =p sO (= L x v(t) = (Or i(¢) pada persamaan di atas adalah sinusoid dan mempunyai harga i(0) = Ip Sin (wt + 6) persamaan v(t) menjadi v(t) = rm sin (at + o) = Vp sin (wt + >) di mana harga V,, sama dengan rl, Persamaan v(1) dapat ditulis Vie = ri lb Karena 7 adalah skalar, maka tidak ada pergeseran fasa dan a = 6. Persamaan tegangan v(r) untuk induktor ini dapat ditulis menjadi di, sin (wt + ) de oL1n Cos (wt + >) oLIp sin (ot + + w2) Vin Sin (wt + b + 7/2) wi) = L 28 di mana harga V,, pada persamaan di atas sama dengan LI,,, dan dalam notasi fasor persamaan itu menjadi Via = wlhi/h + 2 = joLile Karena operator / menggeser fasor sebesar 90°, tegangan (V) letaknya, terdahulu tethadap arus (f) sebesar w/2 radial. Oleh karenanya sudut fasa tegangan adalah a=> + 0 Dengan analisis yang sama seperti menentukan V, maka persamaan arus i(t) untuk kapasitor menjadi Il = jwC Vio Bentuk persamaan ini menunjukkan bahwa arus terdahulu 90° terhadap tegangan. Secara umum dapat dituliskan persamaan berikut V=1Z Impedansj merupakan bilangan kompleks yang bergantung pada elemen-elemen yang terdapat pada rangkaian (R, L, C). Harga impedansi yang berkaitan dengan elemen-elemen tersebut dapat dinyatakan. Untuk (L dan C = 0), Z = 7 + j0 (R dan C = 0), Z = 0 + jul = = LL. (Rdan L = 0),Z=-0-% Impedansi dapat merupakan rangkaian seri maupun pararel yang sama seperti tahanan, dan mempunyai satuan ohm (2). Impedansi total dari 2 impedansi yang dihubungkan pararel adalah ZZ. Zp = 282 7" 2+ Za Bagian nyata dari impedansi disebut tahanan dan dinyatakan dengan huruf r, sedangkan bagian semu disebut reaktansi dan dinyatakan dengan huruf X. 29 DAYA RATA-RATA Daya rata-rata sesaat didefinisikan sebagai hasil perkalian tegangan dan aérus sesaat, dan ditulis sebagai pavi Jika arus dan tegangan merupakan fungsi siklus, maka daya rata-rata (P) untuk suatu periode siklus tersebut dapat ditentukan besarnya dengan rumus T P= —J pt) a 0 vl di mana P = daya rata-rata dalam watt T = periode dari siklus dalam detik Tegangan dan arus fungsi sinus dinyatakan sebagai v(t) i) Vin COS wt Im COS (wt — $) maka persamaan daya menjadi P(t) = Viufm COS wt cos (wt — >) P(t) = Vintm Yilcos (wt — wt + >) + cos (wt + wt — )] = % Valm COS 6 + % Vin In COS (2at — 6) Harga rata-rata dari fungsi sinusoid yang berubah terdapat waktu untuk satu periode adalah sama dengan nol, sehingga dari persamaan p(*) hanya terdapat bentuk %4 IqVn COS yang tidak bergantung terhadap waktu; maka bentuk yang ada: Ya Vinkm COS b VI cos & di mana V dan J adalah harga rms atau harga efektif dari tegangan dan arus. w Harga efektif arus sesaat i(t) dapat didefinisikan dalam persamaan rT \w T= (Fi ra) (a) To Dengan memperhatikan bahwa harga J rms adalah akar dari arus sesaat kuadrat, maka a I = [47 cot ca ~ oof To = | SFM 120A + 1 00s (ar - 20" (A) To di mana T = Uf = 2nlo Oleh karena harga rata-rata dari fungsi sinusoid yang berubah terhadap waktu sama dengan nol dalam 1 periode, maka wo 2nlo Im | ond wa wo 2 “oy mG In Sehingga harga rms dari setiap fungsi sinusoid adalah harga maksimum dibagi dengan V2 FAKTOR DAYA DAN DAYA KOMPLEKS Dari pembahasan terdahulu dapat diketahui bahwa daya rata-rata bukan fungsi rms dari arus dan tegangan saja, tetapi ada unsur perbedaan sudut fasa arus dan tegangan. Jika arus dan tegangan dari persamaan sefasa dan $ = 0°; maka Persamaan daya menjadi P = Vi-cos 6 = VI[W] 31 untuk: VI cos (60°) = o e VI cos (90°) = wu 6 > P W > P wu ‘Arus yang mengalir pada sebuah tahanan. akan menimbulkan tegangan pada tahanan tersebut sebesar V, = Ir sehingga P= Vilm cos & karena tidak adanya beda fasa antara arus dan tegangan pada tahanan, maka sudut o= 0 sehingga = VI Untuk induktor dan kapasitor, arus yang mengalir pada elemen-clemen ini masing-masing akan tertinggal dan terdahulu sebesar 90° terhadap tegangan Vi Ajo, Vo = di mana V;; Ve; Iz; Ic; adalah besaran-besaran fasor. Daya rata-rata elemen-elemen ini adalah nol. Tegangan dikalikan dengan arus disebut daya semu. Daya rata-rata dibagi daya nyata disebut faktor daya. Untuk arus dan tegangan sinusoid, faktor daya dapat dihitung dengan rumus Faktor daya => == = cos & dinamakan sudut faktor daya; sudut ini menentukan kondisi terdahulu atau tertinggal tegangan terhadap arus. Bila sebuah beban diberi tegangan, impedansi dari beban tersebut akan menentukan besar arus dan sudut fasa yang mengalir pada beban tersebut.-Faktor dava merupakan petunjuk yang menyatakan sifat suatu beban. 32 Misalnya: faktor daya beban pertama = | dan faktor daya beban kedua = 0.5 maka beban kedua akan membutuhkan 2 kali besar arus beban pertama. Untuk efisiensi dan operasi. diusahakan faktor daya mendekati satu. Persamaan bilangan kompleks daya adalah S = Valo’ [VA] di mana S = bilangan kompleks daya V, dan I, = besaran fasor 1,’ = konjugasi kompleks dari [, Jika V, dan [, dinyatakan sebagai Va = Vidoy = 1 foe persamaan 5 menjadi: S = VI cos (6; ~ 2) + jVI sin ( - 2) 1 — 62 adalah sudut yang menyatakan besarnya sudut tegangan yang mendahului arus. Bilangan nyata dari bilangan kompleks S didefinisikan sebagai daya rata-rata. Oleh karena itu, daya rata-rata ini sering disebut daya nyata atau cukup disebut daya. Bagian imajiner dari bilangan kompleks S disebut daya reaktif dan diberi simbol Q dengan satuan VAR. Sebagaimana daya nyata terdapat pada tahanan, daya reaktif terdapat pada sebuah reaktansi. Daya reaktif positif akan terdapat pada induktor dengan arus tertinggal terhadap tegangan. Dengan dasar itu pula, daya reaktif negatif terdapat pada sebuah kapasitor. PERHITUNGAN TIGA FASA Hampir semua listrik yang digunakan oleh industri. dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan dalam sistem tiga fasa. Sistem tiga fasa ini memiliki besar yang sama (untuk tegangan atau arus) tetapi mempunyai perbedaan sudut sebesar 120° antarfasanva. Sumbu ini disebut juga sumbu yang seimbang. Apabila sumber mensuplai sebuah beban seimbang, maka arus-arus yang mengalir pada masing-masing penghantar akan memiliki besar yang sama dan berbeda sudut fasa sebesar 120° satu sama lain. Arus-arus ini disebut arus seimbang, Gambar 3.4 memperlihatkan sebuah rangkaian sederhana dan diagram fasor sebuah sistem seimbang. 33 Sistem pada Gambar 3.4 disebut sistem urutan abc, di mana fasa b tertinggal 120° terhadap fasa a, dan fasa c tertinggal 120° terhadap fasa b. Hanya satu kemungkinan urutan lagi selain urutan abe, yaitu urutan ach. Beban pada Gambar 3.4a dihubungkan dengan cara hubungan Y. Dalam hubungan tipe Y ini ‘egangannya adalah tegangan kawat netral dan arus yang mengalir pada tiap fasa beban adalah arus kawat. Tegangan antara masing-masing kawat (saluran) dapat dihitung sebagai berikut: Van = Von + Vnb = Van — Von Vic = Von — Ven Vea = Ven — Van Penulisan secara matematis dari Gambar 3.4b untuk urutan fasa abe dapat dijelaskan sebagai berikut: Ven = Van V3 (30° Vic = Vin V3 BOP Vea = Ven V3 [30° Masing-masing tegangan kawat-kawat terdahulu 30° dan V3 kali besar terhadap tegangan kawat netral. Untuk urutan fasa acb persamaan di atas akan menjadi: Ven = Van V3 [30° Vic = Von V3 [=30° Vou = Ven V3 [=30° 34 Untuk urutan ini tegangan kawat-kawat tertinggal 30° terhadap tegangan kawat- kawat netral. Fasor diagram untuk kedua jenis urutan fasa ini dapat dilihat pada Gambar 3.5. Daya yang digunakan pada masing-masing fasa pada beban adalah: Pia = | Van) hy cos & di mana 1, = arus J, cos hb = faktor daya Untuk sistem yang seimbang, daya total yang dipergunakan adalah Pr = Ps = 3 |Vanl ty cos b 1 cos & = V3 Vi ty cos b di mana Vy = tegangan kawat ke kawat 7, = arus kawat ke kawat @ © Gambar 3.5 Gamber 3.6 Beban pada Gambar 3.4 adalah terhubung secara bintang (Y). selain hubungan bintang ini masih terdapat satu buah hubungan lain untuk beban yang seimbang. yaitu hubungan delta (A) seperti digambarkan pada Gambar 3.6. Tegangan pada hubungan delta ini adalah tegangan kawat ke kawat. Hubungan antara arus kawat dengan arus yang mengalir pada beban dapat dijelaskan dengan rumus (lihat Gambar 3.7) Tg = day + Tae = deo ~ tea By = Ine ~ ep Te = Lea ~ Tog Hubungan antara arus kawat pada hubungan delta untuk urutan fasa abe dan ach dapat dijelaskan melalui persamaan-persamaan di bawah ini Iq = Ton V3 [=30° Ty = Ibe V3 [=30° Ie = Tea V3 [-30° ‘Untuk urutan fasa abe, arus kawat ‘V3 kali arus fasa dan tertinggal 30° arus fasa. Ta = lap V3 (+30 Ty = Ine V3 [430° Te = Teg V3. [430° Untuk urutan fasa acb, arus terdahuly 30° terhadap arus fasa. 36 (@ o Gambar 3.7 Daya yang dikonsumsikan setiap fasa pada beban Gambar 3.6 adalah Pry = Via |asleos & di mana Va = tegangan Vey cos @ = faktor daya Untuk sistem yang seimbang, daya total yang dikonsumsikan ke beban adalah Pr = 3 Pig = 3 Vy |leolcos 3 Vie cos v3 = V3 Vyh cos & di mana 4, = arus kawat Dengan memperhatikan persamaan di atas, maka tampak kedua persamaan itu adalah sama. Hal ini berarti, jika tegangan kawat- kawat, arus kawat dan cos ¢ diketahui maka daya yang dikonsumsikan dapat dibitung tanpa perlu mengetahui bentuk hubungan dari beban tersebut. Dengan penurunan yang sama, dapat diketahui bahwa \Sc] = V3 Vi = V3 Vil sin & Contoh 1 Dua wattmeter dihubungkan dengan cara yang biasa untuk mengatur sistem 3 kawat pada 3 fasa. Jika tegangan beban 400 V dan arus kawat 20 ampere, hitunglah: (a) Pembacaan pada wattmeter pada keadaan faktor daya sama dengan 1.0, 0.5 (lagging) dan 0 (b) Faktor daya, bila pembacaan pada wattmeter menunjukkan 2 kW dan 1 kW. Pemecahan (a) Pemecahan dari kedua wattmeter adalah: W; = Vil, cos (30° + $) dan W2 = Vil; cos (30° — ) untuk kasus di mana faktor daya sama dengan 1, maka ¢ = 0°. Oleh karena itu: W, = W. = Wily cos 30° 400 x 20 x 0.6866 = 6928 watt Jika faktor daya 0.5 (lagging). maka @ = 60° schingga; W, = Vil; cos (30° + 60°) = 0 dan Wy = Vil, cos (30° - 60°). = 6928 watt Untuk kasus di mana faktor daya adalah 0 (nol). maka @ = 90° sehingga W, = Vz,l, cos (120°) = —4000 watt W = Vil, cos (—60°) = 4000 watt (6) Jika pembacaan dari wattmeter masing-masing adalah: W, = 1 kW dan W, = 2 kW maka jumlah daya yang tertarik = 2 kW - 1 kW = 1 kW dan og = MoM (Wi, + We) cos & = 0.949 Contoh 2 Suatu sistem 3 fasa 4 kawat, mempunyai beban dari masing-masing fasa sebesar: Z, = 10/0°, Z, = 20/30°. dan Z, = 10/—-30° Beban tersebut dihubung bintang. dan disuplai oleh tegangan 400 volt. SO Hz. Hitunglah arus yang mengalir pada masing-masing fasa dan arus netralnya. Pemecahan Pada saat sistem 4 kawat, tegangan yang melewati beban akan seimbang. Dapatkan urutan ACB dengan tegangan fasa A sebagai titik acuan. 38 400 400 400 . Van = —~ [. Vaw = “yg leh Yew =, Hiv v3 dan 2: 1 = 2 La j0 ampere 10f0° 231 (20 Ig = ——S— = 115 a = AP feu = 0 + j11.5 ampere (-1 te = BLE 3 0 Ea = 0 — j23.1 ampere sehingga arus netral Uh + In + Ic) -Ql+jO+ 04+ 7 5 +0 - 5 23.1 = -23.1 + j 11.55 ampere Contoh 3 Sistem 400 volt (fasa ke fasa). 3 fasa. 50 Hz mensuplai daya untuk beban yang seimbang dengan besarnya tahanan dan reaktansi berturut-turut 0 ohm dan 6 ohm. Hitung daya keseluruhan yang disuplai dan faktor daya dari arus yang ditarik dari sumber. Pemecahan Pada keadaan beban seimbang. tegangan fasa dari beban sama dengan tegangan saluran “ 400 Oleh karena itu, tegangan per fasa = V3 = 231 volt v Arus per fasa: 39 oh = 8 + 76 ohm = 10 ohm T= --=— = 23.1 ampere Maka besarnya arus dari tiap saluran 23.1 ampere Daya yang ditarik oleh beban: V3 Vit, cos & cos b = Yo = 08 V3 x 400 x 23.1 x 08 = 12 800 watt Daya total Contoh 4 Tiga impedansi mempunyai tahanan 8 ohm daa reaktansi 6 ohm. dihubungkan: (a) Untuk beban bintang. (b) Untuk beban delta Hitung daya yang dipakai dari tiap- tiap kasus, jika beban di suplai sumber 200 V. 3 fasa Pemecahan Kasus (a)—beban dihubung bintang Tegangan per fasa = 200 Impedansi = 8 + j6 = 10 ohm Trasa= Tgawor = 20/V3 ampere Daya masuk = V3 x 200 x 20/V3 x cos & cos = 0.8 (RIZ) maka daya masuk = V3 x 200 x 20/V3 x 0.8 = 3200 watt Kasus (b}—beban dihubung delta Tegangan saluran = Tegangan fasa = 200 volt Arus fasa = 200/10 = 20 ampere Besar arus pada beban yang terhubung delta V3 hiss = 20 V3 ampere Daya yang ditarik beban = \3 x 200% 20. \3 4 U.S = YOUU watt Dari sini dapat dilihat bahwa untuk 2 kasus yang berbeda daya yang ditarik tidaklah sama 40 Contoh 5 Hubungan bintang dengan masing-masing impedansi sebesar 8 + /6 dilalui suplai 100 V, 3 fasa. Hitung besar kapasitor yang dibutuhkan agar faktor daya keseluruhan menjadi satu. Pemecahan Pada saat kedua sirkuit 3 fasa dihubung secara pararel, arus total yang melalui saluran: Ip = Ie + 1, di mana I¢ dan J; arus-arus utama yang tidak saling bergantungan. Lihat Gambar 3.8. Gambar 3.8 _ 100 _ 10 V3x 10 V3 dy, ampere Secara vektor 1, = 22 (0.8 - j0.6) NBO , Pada rangkaian kapasitif arus mendahului tegangan dengan sudut 90°, Sehingga arus kapasitif dari rangkaian adalah: 10 le =——~- & 0.6 6 V3 Dalam rangkaian delta, arus per fasa adalah 1/V3 dari asus saluran. Arus per fasa pada kapasitor bank yang terhubung delta 4 = TO 08 Lo ampere V3 V3 pe Impedansi dari kapasitansi per fasa _ tegangan fasa arus fasa 100 = —— = 50 ampere 2 Jadi. —L. = 50 ohm 2nfC c- 1b 50 x 1007 = 82 = 63.66 y tarad 50007 = ® Sehingga besarnya kapasitor bank yang dihubung delta untuk mendapatkan faktor daya satu adalah 63.66 pE. 2 4 TRANSFORMATOR TransrorMATor adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarah jauh. Dalam bidang elektronika, transformator digunakan antara lain sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban; untuk memisahkan satu rangkaian dari rangkaian yang lain; dan untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan atau mengalirkan arus bolak-balik antara rangkaian. Berdasarkan frekuensi, transformator dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) frekuensi daya. 50-60 c/s: (2) frekuensi pendengaran. 50 c/s—20 ke/s; (3) frekuensi radio, di atas 30 ke/s. Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi: (1) transformator daya; (2) transformator distribusi; (3) transformator pengukuran: yang terdiri atas transformator arus dan transfor- mator tegangan. Kerja transformator yang berdasarkan induksi-elektromagnet. menghendaki adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan magnet ini berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua macam transfor- mator. yaitu tipe inti dan tipe cangkang 43 BE Tipe cangkang Tipe inti Gambar 4.1 KEADAAN TRANSFORMATOR TANPA BEBAN 6 [Foe ¢ rete MEE 4 a y 5 (a) ) Gambar 4.2 Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V; yang sinusoid, akan mengalirlah arus primer Zp yang juga sinusoid dan dengan menganggap belitan N, reaktif murni, fp akan tertinggal 90° dari V, (Gambar 4.2b). Arus primer Jo menimbulkan fluks () yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid & = bmaks sin wt Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi ¢, (Hukum Faraday.) do aM Aen i ey = — Ny, Bbests Ny ba ape cos we de (tertinggal 90° dari }) 44 Harga efektifnya N,2afbma By = Metts — 4.44 Nf mas Pada rangkaian sekunder, fluks () bersama tadi menimbulkan de e-=-mo €2 = — Nywdbm cos wt Ez = 444Nof brats: sehingga AM Ey No Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor, ALM LM Ex V2 Ny @ = perbandingan transformasi Dalam hal ini tegangan induksi E; mempunyai kebesaran yang sama tetapi berlawanan arah dengan tegangan sumber V; ARUS PENGUAT Anus primer J, yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani disebut arus penguat. Dalam kenyataannya arus primer 7, bukanlah merupakan arus induktif murni, hingga ia terdiri atas dua komponen (Gambar 4.3) (1) Komponen arus pemagnetan Jy, yang menghasilkan fluks (&). Karena sifat besi yang nonlinier (ingat kurva B-H), maka arus pemagnetan yy dan juga fluks () dalam kenyataannya tidak berbentuk sinusoid (Gambar 4.4). (2) Komponen arus rugi tembaga Jc, menyatakan daya yang hilang akibat adanya rugi histeresis dan ‘arus eddy’. Ic sefasa dengan V,. dengan demikian hasil perkaliannya (fe x V;) merupakan daya (watt) yang hilang. 45 Gamber 4.3 KEADAAN BERBEBAN Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z,, /: mengalir pada kumparan sekunder, di mana I; = VxZ, dengan @ = faktor kerja beban Gambar 4.5 Arus beban ; ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2f> yang cenderung menentang fluks () bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan Ty. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus 13, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban J, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi: helt h 46 Bila rugi besi diabaikan (/¢ diabaikan) maka Ty = Iy helt h Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Jy saja, berlaku hubungan: Num = Nu — Nolz Nu = Nil + 2) —Nol2 hingga Nils = Noly Karena nilai Jy, dianggap kecil maka J; = 1; Jadi, Nuh = Nol atau Lil, = No/N, RANGKAIAN EKIVALEN Dalam pembahasan terdahulu kita mengabaikan adanya tahanan dan fluks bocor. Analisis selanjutnya akan memperhitungkan kedua hal tersebut, Tidak seluruh fluks (6) yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Jy, merupakan fluks bersama (cbs). sebagian darinya hanya mencakup kumparan primer (41) atau kumparan sekunder saja (2). Dalam model rangkaian (rangkaian ckivalen) yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor ¢; dan > ditunjukkan sebagai reaktansi X, dan X2. Sedang rugi tahanan ditunjukkan dengan Ry dan Ry Dengan demikian ‘model’ rangkaian dapat dituliskan seperti pada Gambar 4.6 Gambar 4.8 47 Dari rangkaian di atas dapat dibuat vektor diagramnya sebagai terlukis pada Gambar 4.7. Gambar 4.7 Dari model rangkaian di atas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor: Vi = Ey + WR, + hx Ey = V2 + GR) + bX? EVE = NJNz = a atau Ey = @E> hingga E, = a(hZy + 1Rz + 1,X2) Karena Lily = NIN, = Va atau Ip = aly maka Ey = @UZ, + @ Ry + @IX2 dan Vy = @UZ, + aR. + PX. + HR, + WX Persamaan terakhir mengandung pengertian bahwa apabila parameter rangkaian sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer. harganya perlu dikalikan 48 dengan faktor a”. Sekarang model rangkaian menjadi sebagai terlihat pada Gambar 4.8 Gambar 4.8 Untuk memudahkan analisis (perhitungan), model rangkaian tersebut dapat diubah menjadi seperti dapat dilihat pada Gambar 4.9 Gamber 4.9 Vektor diagram rangkaian di atas untuk beban dengan faktor kerja terbelakang dapat dilukiskan pada Gambar 4.10. Gamber 4.10 MENENTUKAN PARAMETER Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian ekivaten) R.. Xi, Rey, dan Xq,. dapat ditentukan besarnya dengan dua macam pengukuran (test) vaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat. 49 Pengukuran Beban Nol Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan Vj. seperti telah diterangkan terdahulu maka hanya f, yang mengalir. ‘Dari pengukuran daya yang masuk (P;). arus /, dan tegangan V, akan diperoleh harga Gambar 4.11 Pengukuran Hubungan Singkat Hubungan singkat berarti impedansi beban Z, diperkecil menjadi nol, sehingga hanya impedansi Z., = Rey + /Xex yang membatasi arus. Karena harga Re, dan Xx ini relatif kecil. harus dijaga agar tegangan yang masuk (V,,) cukup kecil sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal. Harga /, akan relatif kecil bila dibandingkan dengan arus nominal. sehingga pada pengukuran ini dapat diabaikan Dengan mengukur tegangan Vj,. arus J,,, dan daya P,,. akan dapat dihitung parameter Ra = 2h, Ca)? V, Zon = GE = Re + 1X hs Xen = VZu — Rok 50 Gambar 4.12 PENGATURAN TEGANGAN Pengaturan tegangan suatu transformator ialah perubahan tegangan sekunder antara beban nol dan beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu, dengan tegangan primer konstan. V2 tanpa_beban — V2 beban_penut Pengaturan = ~—2!3p2 beban "U2, beban_penuh V2 beban penuh Dengan mengingat model rangkaian yang telah ada (dalam hal ini harga sekunder ditransformasikan ke harga primer): Gambar 4.13 V2 tan an — AV: n_penul Pengaturan = “2127p beban ~ 472 beban penuh @V2 weban penuh Dari rangkaian di atas ternyata: aV; tanpa beban = V; aV2 beban penuh = harga tegangan nominal (dalam hal ini tegangan nominal primer). SI 4V> (nominal) Pengaturan = - aV> (nominal) Contoh 1 Pengukuran hubungan singkat transformator fasa tunggal 15 KVA yang mempu- nyai perbandingan tegangan 2400 V/240 V. f = 50 c/s: menghasitkan data pengukuran sebagai berikut: arus hubungan singkat J, = 6.25 A tegangan yang dipasng Vi, = 131 V daya masuk P,,, = 214 W. Hitunglah prosentasi pengaturan untuk beban dengan cos 6 = 0.8 terbelakang. Pemecahan Faktor kerja pada keadaan hubungan singkat Pas Vas X Ins 214 = ——"~ = 0.261 tertinggal = 74°52" 131 x 6.25 Zep = Vi = LL 39.96 74°52" ohm In, 6.25 (—-74°S2’ Re = 20.90 X cos 74°52" = 5.49 ohm Xx = 20.90 x sin 74°52’ = 19.97 ohm sehingga V, = 2400(0.8 + 7 0.6) + 6.25(5.49 + 7 19.97) 1920 + j 1440 + 34.3 + 7 124.8 = 1954.3 + j 1564.8 2502.2 volt Jadi, % pengaturan 2 - = 2 = 2400 100% = 4.26% 2400 KERJA PARALEL Pertambahan beban pada suatu saat menghendaki adanya kerja paralel di antara transformator. Tujuan utama kerja paralel ialah agar beban yang dipikul scbanding dengan kemampuan kVA masing-masing transformator. hingga tidak terjadi pembebanan lebih dan pemanasan lebih. total ha ba total Gambar 4.14 Untuk maksud di atas diperlukan beberapa syarat yaitu: (1) Perbandingan tegangan harus sama Jika perbandingan tegangan tidak sama, maka tegangan induksi pada kumparan sekunder masing-masing transformator tidak sama. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya arus pusar pada kumparan sekunder ketika transfor- mator dibebani. Arus ini menimbulkan panas pada kumparan. sekunder tersebut. (2) Polaritas transformator harus sama (3) Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama Dari persamaan rangkaian ekivalen yang lalu diketahui: Vi = Za + V5 Dua transformator yang diparalelkan dapat digambarkan sebagai berikut: A, total = ia + lip karena Vi = NZ + V3 53 maka untuk keadaan beban penuh Vi — V2 = hadZia = heZip Persamaan di atas mengandung arti. agar kedua transformator membagi beban sesuatu dengan kemampuan kVA-nya, sehingga tegangan impedansi pada keadaan beban penuh kedua transformator tersebut harus sama (14 X Zia = Ip X Zig). Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa kedua transformator tersebut mempunyai impedansi per unit (pu) yang sama. Daa Zia, 4; total Ys Ye he Zw. ny Gambar 4.15 (4) Perbandingan reaktansi terhadap tahanan sebaiknya sama Apabila perbandingan R/X sama. maka kedua transformator tersebut akan bekerja pada faktor kerja yang sama. RUGI DAN EFISIENSI Rugi tombaga Rugi tembaga ‘Sumber Rugi fluks bocor ——Rugi besi historess can : Gambar 4.16 ‘acy currant Rugi Tembaga (Pcu) Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis sebagai: Po, = PR 54 Karena arus beban berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Rugi Besi (P;) Rugi besi terdiri atas: (1) Rugi histeresis. yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti besi, yang dinyatakan sebagai: Pr = Ky fBiitks watt Kn = konstanta Buaks = fluks maksimum (weber). (2) Rugi ‘arus eddy’ yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi. Dirumuskan sebagai: Pe = Kf? Bhass Jadi, rugi besi (rugi inti) adalah P, = Pht P. Efisiensi Efisiensi dinyatakan sebagai: _daya keluar_ daya keluar =, Zi daya masuk daya keluar + © rugi daya masuk i mana E rugi = Po, + P; Perubahan Efisiensi terhadap Beban Perubahan efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai: V2 cos > a= P. V2 cos b + Ip Roe + of i agar 7 maksimum, maka SS Jadi. Artinya: Untuk beban tertentu, efisiensi maksimum terjadi ketika rugi tembaga = rugi inti Perubahan Efisiensi terhadap Faktor Kerja (Cos +) Beban Perubahan etisiensi terhadap faktor kerja (cos ) beban dapat dinyatakan sebagai: > rugi 3 " I cos 6 + E rugiiVs fe bila E rugi/V. f, = X = Konstan. maka xX qel--—— cosh + X Xicos 1+ Xicos b 08 PF 0.6 PF LN oe (0.250.500.7510 1.25 pu beban Gambar 4.17 56 Hubungan antara efisiensi dengan bebaa pada cos @ yang berbeda-beda dapat dilihat pada Gambar 4.17. TRANSFORMATOR TIGA FASA Transformator tiga fasa digunakan karena pertimbangan ekonomi. Dari pembabas- an berikut ini akan terlihat bahwa pemakaian inti besi pada transformator tiga fasa akan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian tiga buah transformator fasa tunggal. Gambar 4, 18a menunjukkan tiga buah transformator fasa tunggal tipe cangkang yang disusun ke atas. sedangkan Gambar 4.186 menunjukkan hubungan vektornya. oaa]_— = fee: 4 c | G0 |, one] = _—= te | | oc! — — _ jece {a) Gembar 4.18 Pada bidang abcd Gambar 4.18@ hanya diperlukan mengalir fluks sebesar: ta oe 2 2 dan dari gambar vektornya (Gambar 4.18b) diketahui bahwa kebesaran vektor tersebut adalah sebesar: 2 Apabila digunakan transformator fasa tunggal, pada bagian tersebut akan mengalir fluks sebesar 446, dan bg, atau sebesar $,. Demikian juga halnya untuk bidang amg. Jadi pemakaian inti besi jelas menunjukkan penghematan pada transforma. 57 tor tiga fasa. Penghematan tersebut akan lebih terasa lagi bila kini kita mengubah polaritas transformator sedemikian rupa sehingga arah bp ke atas. Dengan arah bp, ke atas, fluks yang mengalir pada bidang abcd menjadi: oa, on 2 2 dan besaran vektor ini hanya sebesar: % x ba (Gambar 4.18) Ditambah lagi dengan sistem pendingin yang maju, transformator tiga fasa menjadi lebih ekonomis. HUBUNGAN DELTA Tegangan transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara delta, yaitu Vas, Vacs dan Vcq. masing-masing berbeda fasa 120°. Van + Vac + Vea = 9 Untuk beban yang seimbang: (a) Gambar 4.19 58. Dari vektor diagram (Gambar 4.195) diketahui bahwa arus I, (arus jala-jala) adalah V3 X Igy (arus fasa). Tegangan jala-jala dalam hubungan delta sama dengan tegangan fasanya. VA hubungan delta = V,J, Ly av, | ‘ Fe V3ViLe " HUBUNGAN BINTANG Arus transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara bintang yaitu, Z, Ip, dan Ic, masing-masing berbeda fasa 120°. Untuk beban yang seimbang: yo =latint Ic Van = Van + Vex = Van — Von Vac = Van — Ven Vea = Ven ~ Van (a) ) Gamber 4.20 Dari Gambar 4.20a dan 4.206 diketahui bahwa untuk hubungan bintang berlaku bubungan: Van = V3Van atau Vp = V3V, 59 Jalu Jadi, VA hubungan bintang = 3V,/, oly Vv, \ “3h | hy = V3V its OTOTRANSFORMATOR Suatu transformator fasa tunggal dengan perbandingan lilitan 3:1 (ab:cd) pada Gambar 4.21¢ akan menjadi suatu ototransformator apabila sebagian kumparan primer merupakan bagian dari kumparan sekundernya (Gambar 4.21). Dengan mengabaikan rugi impedansi, berlaku hubungan Vav = 3Vea Ip = Blab Ip = 100 A dan Ie = 300 A. Untuk ototransformator diperoleh Top = Tae ~ Tay = 300 A ~ 100 A = 200 A. 100A 100 A bi (0) Gambar 4.21 Pada ototransformator terlihat bahwa arus di bagian kumparan ef adalah Ler = 300 A — 100 A, sedangkan pada transformator fasa tunggal biasa keseluruhan arus yang mengalir pada bagian tersebut (kumparan primer dan sekunder) adalah 100 A + 300 A = 400 A. Dengan demikian terdapat penghematan tembaga pada 6) ototransformator karena berkurangnya arus vang mengalir pada bagian kumparan ef dari 400 A menjadi 200 A saja. Meskipun demikian ototransformator mempunyai juga kelemahan karena adanya hubungan konduktif antara kumparan tegangan tinggi dan tegangan rendah, sehingga suatu kesalahan meletakkan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah dapat mengakibatkan kerusakan. TRANSFORMATOR ARUS Transformator arus digunakan untuk mengukur arus beban suatu rangkaian. Dengan menggunakan transformator arus maka arus beban yang besar dapat diukur hanya dengan menggunakan alat ukur (ammeter) yang tidak terlalu besar. | | 4 ; Dengan mengetahui perbandingan transformasi Ny/N2 dan pembacaan ammeter (Ja), arus beban /, dapat dihitung. Bila transformator dianggap ideal maka arus beban: ete [Me hh 1 = NAN; x ty M Untuk menjaga agar fluks (¢p) tetap tidak berubah. maka perlu diperhatikan agar rangkaian sekunder selalu tertutup. Dalam keadaan rangkaian sekunder terbuka, gem N2/> akan sama dengan nol (karena /, = 0) sedangkan gem NjJ, tetap ada. sehingga fluks normal ($) akan terganggu. TRANSFORMATOR TEGANGAN ‘Transformator tegangan digunakan untuk mengukur tegangan, Dengan mengeta- hui NV, dan Nz, membaca tegangan V2. serta menganggap transformator ideal maka tegangan V, adalah: vey, (M2 Nit oy, = rye Ve 2 . a. Pentanahan rangkaian sekundéfdiperlukan untuk mencegah adanya beda potensial yang besar antara kumparan primer dan sekunder (antara titik a dan b) pada saat isolasi kumparan primer rusak. 6L Gambar 4.23 Contoh 2 Suatu transformator fasa tunggal 20 kVA. 3300 W/440 V mempunyai tahanan 2.5 ohm pada sisi tegangan tinggi dan 0.046 ohm pada sisi tegangan rendah. Hitung jatuh tegangan di tahanan dan rugi-rugi tembaga pada beban penuh? Pemecahan Tahanan total transformator pada sisi 440 volt 0.046 + (40/3300)? x 2.5 ohm 0.091 ohm Arus beban penuh pada sisi 440 volt 20_x_ 1000 = = = 45.5 ampere 440 Jadi, jatuh tegangan di tahanan = 45.5 x 0,091 = 4.15 volt. Rugi-rugi tembaga pada beban penuh = (45.5)? x 0.091 = 189 watt Contoh 3 Suatu transformator fasa tunggal 400 V/120 V dengan frekuensi 50 Hz mensuplai beban dengan impedansi 2 + 1.5 ohm. Impedansi kumparan sisi tegangan tinggi 0.55 + j0.22 ohm dan kumparan sisi tegangan rendah mempunyai impedansi 0.028 + j0.012 ohm. Hitung arus pada sisi primer dan sekunder, tegangan beban dan daya yang diserap beban? Pemecahan Impedansi total transformator pada sisi 400 volt 62 = (0.55 + j0.22) + Impedansi beban dan Impedansi sisi sekunder yang ditinjau dari sisi primer = 0.55 + j0.22 + (400/120)? (2 + j1.5 + 0.28 + 70.012) = 22.86 + j16.85 ohm Arus primer 400 2; 13.96 ampere + 16. Arus pada sisi tegangan 120 volt = (400/120) x 13.96 = 46.53 ampere Tegangan terminal sisi sekunder = Aus sisi sekunder_x Impedansi beban pada sisi sekunder = 46.53 x V+ 1S = 116.3 volt. Faktor daya pada beban ialah R 2 cos @ = --~- = = 0.8 tertinggal oO VES 1? ee Daya yang diserap beban = VI cos & 116.32 x 46.53 x 0.8 = 4332 watt Contoh 4 Pengujian rangkaian terbuka dan hubung singkat dari suatu transformator 400 V/ 200 V menunjukkan: Pengujian rangkaian terbuka (sisi tegangan rendah) V = 200; J = 0.7; W = 95 watt Pengujian bubung singkat (tegangan tinggi) V = 15; 7 = 20 A: W = 130 watt Hitung tahanan dan reaktansi total ditinjau dari sisi tegangan rendah dan hitung parameter-parameter magnetisasi (Re. X,) Pemecahan Kita dapat menentukan parameter-parameter magnetisasi Rc dan X,, dengan menggunakan data pengujian rangkaian terbuka. 63 Dalam keadaan tanpa beban 95 = 200 X I, cos bo 95 4. 008 by = 35 = 0.475 ampere I, sin bo = VP — (J,c08 bo)” I, sin b. = V0.7 — 0.475" 0.514 ampere Re = 200/I, cos by = 20040.475 = 422 ohm Xm = 200/0.514 = 390 ohm - Dengan memakai data pengujian hubung singkat, dapat dicari_ parameter- parameter R,. Apabila pengukuran dibuat pada sisi 400 volt. Parameter-parameter juga dihitung dengan peninjauan pada sisi 400 volt. ii Ri’ = 130 watt 130 R,' = ———_— = 0.325 ohm 20 x 20 Z= = 0.75 ohm X= V0.7 — 0.328 = 0.677 ohm R, = Jadi n= 25 s00% 13-140 = 97.5% Contoh 5 Pengujian rangkaian terbuka dan hubung singkat dari transformator fasa tunggal 5 kVA. 250 V/125 V, 50 Hz memberikan hasil. Pengujian rangkai terbuka (sisi tegangan tinggi): V = 250; 1 = 0.7 A; W = 90 watt Pengujian hubung singkat (sisi tegangan rendah): V = 12; 1 = 30 A. W = 90 watt 64 Hitung {a) Efisiensi beban penuh dengan faktor daya 0.8 tertinggal (lag). (6) Tegangan jatuh pada sisi tegangan rendah. jika pada beban penuh faktor dayanya 0.8 tertinggal (lag)? Pemecahan Rugi-rugi tembaga = 90 watt Z.x = Impedansi ekivalen yang ditinjau dari sisi 125 volt = 12/30 = 0.4 ohm Misal Re = Tahanan total ekivalen yang ditinjau dari sisi 125 V sehingga 30’R., = 90 watt Re = 90/900 = 0.1 ohm Jadi X= V0.4 — 0.7 = 0.386 ohm Tegangan jatuh pada beban penuh dengan faktor daya 0.8 tertinggal = Irs. (Rex cosh + Xx sin ) 5.x 1000 Ip, = ——~—— = 40 ampere FL. 125 ips jatuh tegangan = 40(0.1 x 0.8 + 0.386 x 0.6) = 12.46 volt Efisiensi pada beban penuh dengan faktor daya 0.8 tertinggal 5000 x 0.8 40\2 sto x 08 + 90 + 90 x (5) 4000 =-——— x 100% 4250 = 94.2% 65 DASAR ELEKTROMEKANIK KONVERSI ENERGI ELEKTROMEKANIK Konversi energi baik dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya dari energi mekanik menjadi energi listrile (generator) berlangsung melalui medium medan magnet. Energi yang akan diubah dari satu sistem ke sistem lainnya, sementara akan tersimpan pada medium medan magnet untuk kemudian dilepaskan menjadi energi sistem lainnya. Dengan demikian, medan magnet di sini selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi juga sekaligus sebagai medium untuk mengkopel proses perubahan energi. Fistik magnet mekanis Generator Energi +{ Medan Energi c Motor Gambar 5.1 Dengan mengingat hukum kekekalan energi. proses konversi energi clektromeka- nik (dalam hal ini sebagai aksi motor) dapat dinyatakan sebagai berikut: Energi listrik sebagai input = Energi mekanik sebagai output + Energi yang diubah menjadi panas + Energi tersimpan pada medan magnet atau setelah > rugi dikelompokkan: Energi listrik minus rugi tahanan = Energi mekanik minus rugi gesekan + Energi tersimpan pada medan magnet plus = rugi yang menyertainya atau dalam bentuk diferensial 66 dWe = dWy + dWe Di atas telah diterangkan bahwa energi yang diubah dari satu ke lain sistem akan disimpan sementara pada medium medan magnet untuk kemudian dilepaskan menjadi energi sistem lainnya dan secara matematika dinyatakan oleh persamaan diferensial dW_ = dWy + dWr (untuk aksi motor) Hal tersebut di atas hanya berlaku ketika proses konversi energi sedang berlangsung; artinya berlaku untuk keadaan dinamis yang transien. Untuk keadaan tunak, di mana fluks merupakan harga vang konstan, maka dWy = 0 dWe = dWy GAYA GERAK LISTRIK Apabila sebuah konduktor digerakkan tegak lurus sejauh d, memotong suatu medan magnet dengan kerapatan fluks B. maka perubahan fluks pada konduktor dengan panjang efektif / ialah: dd = Br ds Dari Hukum Farraday diketahui bahwa gaya gerak listrik (gel) e = déldt maka e = By dsidr: dsidi = v = kecepatan Jadi, e= By v ‘B- ups — Gambar’5.2 67 Arah daya gerak listrik ini ditentukan oleh aturan tangan kanan. dengan jempol. telunjuk, dan jari tengah yang saling tegak lurus menunjukkan masing-masing arah v, B. dan e. Bila konduktor tersebut dihubungkan dengan beban, seperti misalnya suatu tahanan, maka pada konduktor tersebut mengalir arus yang menjauhi kita dan digambarkan dengan simbol ujung belakang anak panah (x) Sedangkan arus yang mendekati kita digambarkan dengan simbol ujung depan anak panah (.). Persamaan e = B/v dapat diartikan bahwa apabila dalam medium medan magnet diberikan energi mekanik (untuk menghasilkan kecepatan v), maka akan dibangkitkan energi listrik (e); dan ini merupakan prinsip dasar sebuah generator. KOPEL, Actus listrik J yang dialirkan di dalam suatu medan magnet dengan kerapatan fluks B akan menghasilkan suatu gaya F sebesar: Fo BY Arah gaya ini ditentukan oleh aturan tangan Kiri, dengan jempol, telunjuk dan jari tengah yang saling tegak lurus menunjukkan masing-masing arah, F, B, dan 1. Persamaan F = Bi merupakan prinsip sebuah motor, di mana terjadi proses perubahan energi tistrik (J) menjadi energi mekanik (F). Bila jari-jari rotor adalah r, kopel yang dibangkitkan: Fx r= Ber. Gambar 5.3 Perlu diingat bahwa pada saat gaya F dibangkitkan, konduktor bergerak di dalam medan magnet dan seperti diketahui akan menimbulkan gaya gerak listrik yang merupakan reaksi (lawan) terhadap tegangan penyebabnya. Agar proses konversi energi listrik menjadi energi mekanik (motor) dapat berlangsung, tegangan sumber yang harus lebih besar daripada gaya gerak listrik lawan. Dalam pembahasan terdahulu telah diterangkan bahwa suatu gerak konduktor di dalam medan magnet akan membangkitkan tegangan e = B/V dan bila dihubungkan dengan beban, akan mengalir arus listrik (J) atau energi mekanik berubah menjadi energi listrik (generator), Arus listrik (J) yang mengalir pada konduktor tadi merupakan medan magnet pula dan akan berinteraksi dengan 68 medan magnet yang telah ada (B). Interaksi medan magnet merupakan gaya reaksi (lawan) terhadap gerak mekanik yang diberikan. Agar konversi energi mekanik ke energi listrik dapat berlangsung, energi mekanik yang diberikan haruslah lebih besar daripada gaya reaksi tadi. MESIN DINAMIK ELEMENTER Pada umumnya mesin dinamik terdiri atas bagian yang berputar disebut rotor dan bagian yang diam disebut stator. Di antara rotor dan stator terdapat celah udara. -t (oy Gambar 5.4 Pada Gambar 5.4a stator merupakan kumparan medan yang berbentuk kutub sepatu dan rotor merupakan kumparan jangkar dengan belitan konduktor (kumparan) seperti pada Gambar 5.4 saling dihubungkan. Kumparan yang terletak pada setiap alur rotor tersebut perlu saling dihubungkan ujungaya untuk mendapatkan tegangan induksi (gel) yang lebih besar. Pasangan kumparan a—a (Gambar 5.4a) merupakan dua konduktor a dan ~a yang dihubungkan seperti pada Gambar 5.4. Kumparan a—a tersebut bila diputar dengan arah berlawanan jarum jam akan membangkitkan tegangan yang arahnya mendekati kita pada konduktor a dan menjauhi kita pada konduktor —a, Dengan demikian, tegangan yang dibangkitkan berubah-ubah arabnya setiap setengah putaran. sehingga merupakan tegangan bolak-balik (ac). € = Enmaxs Sin wt Untuk mendapatkan tegangan searah de diperlukan penyearah yang disebut komutator dan sikat, lihat Gambar 5.Sa dan 5.56 69 fa) ©) Gambar 5.5 Berbeda dengan mesin arus searah, kumparan medan mesin sinkron terdapat pada bagian yang berputar (rotor). sedang kumparan jangkarnya merupakan bagian yang diam (staior). Arus medan dialirkan ke rotor melalui cincin. Kumparan medan mesin sinkron. dapat berbentuk seperti kutub sepatu (salient) atau berbentuk silinder. Mesin induksi (asinkron) mempunyai kumparan medan pada stator, dan karena mesin ini menggunakan prinsip imbas-elektromagnet maka kumparan rotor akan dibangkitkan gaya gerak listrik (gel). Sikat 4 Kumparan 4 {i megan Stator Konduktor ‘Segmen pada rotor ‘Mesin dé komutator Mesin sinkron salient Mesin induksi @) (b) (o Gambar 5.6 INTERAKSI] MEDAN MAGNET Kerja suatu mesin dinamik dapat juga dilihat dari segi adanya interaksi antarmedan magnet stator dan rotor, yaitu: F= Bk Seperti diketahui arus listrik (1) pada persamaan di atas akan menimbulkan fluks juga di sekitar konduktor yang dilalui. Bila kerapatan fluks akibat arus listrik (7) dinyatakan dengan 8,, sedang kerapatan fluks akibat kumparan medan adalah B,, maka dapat dituliskan: wm T = KB,B, sin & 8 = sudut antara kedua sumbu medan magnet B, dan B,. K = konstanta = ¢ x r Celah udara Be (sn sete Sudut 8 dikenal sebagai sudut kopel atau sudut daya dengan harga maksimumnya 5 = 90°, Dengan menganggap B, dan B, sebagai fungsi arus rotor dan arus stator, persamaan kopel menjadi: T = Ki,J, sind Pembahasan di atas menjelaskan bahwa terjadinya kopel dapat dianggap sebagai adanya interaksi antara dua medan magnet atau antara dua arus. DISTRIBUSI FLUKS Suatu mesin sinkron dengan kumparan medan empat kutub. kumparan jangkarnya terdiri atas 2 kumparan yaitu a,~a, dan ay~as, (Gambar 5.8a). Kedua kumparan tersebut bila dihubungkan secara seri akan berbentuk seperti Gambar 5.8b. al Lal Lad L pad (o Gambar 5.8 71 Kerapatan fluks B yang ditimbulkan akibat berputarnya kumparan medan akan berbentuk sinusoid terhadap ruang. Perlu diperhatikan bahwa bentuk sinusoid di sini adalah sebagai fungsi ruang, bukan fungsi waktu. Sehingga distribusi fluks B terhadap ruang digambarkan sebagai terlihat pada Gambar 5.9. Gambar 5.9 DERAJAT LISTRIK Pada mesin empat kutub seperti Gambar 5.8, terlihat bahwa setiap satu kali putaran mesin, tegangan induksi yang ditimbulkan sudah menyelesaikan dua siklus penuh, atau dengan kata lain 360° perputaran mekanik sama dengan 720° perputaran listrik. Oleh karena itu secara umum dapat dituliskan: 8. = pi2 Om p= jumlah kutub @, = sudut listrik 6m = sudut mekanik FREKUENSI Dari persamaan @, = p/2 0,, diketahui, bahwa untuk setiap satu siklus tegangan yang dihasilkan, mesin telah menyelesaikan p/2 kali putaran. Karena itu frekuensi gelombang tegangan adalah f = pl2 x nl60 mn = rotasi per menit (rpm) nJ60 = rotasi per detik Kecepatan sinkron untuk mesin arus bolak-balik lazim dinyatakan dengan: ny = 120 flp Jadi, misalnya untuk generator sinkron yang bekerja dengan frekuensi 50 c/s dan mempunyai jumlah kutub (p = 2), kecepatan berputar mesin tersebut adalah: n= (120 x $0)2 = 3000 rpm. 73 MESIN ARUS SEARAH Suatu mesin listrik (generator atau motor) akan berfungsi bila memiliki: (1) kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet: (2) kumparan jangkar, untuk mengimbaskan gel pada konduktor-konduktor yang terletak pada alur-alur jangkar; dan (3) celah udara. yang memungkinkan berputarnya jangkar dalam medan magnet. Pada mesin arus searah, kumparan medan yang berbentuk kutub sepatu merupakan stator (bagian yang tidak berputar), dan kumparan jangkar merupakan rotor (bagian yang berputar): lihat Gambar 6.1. Bila kumparan jangkar berputar dalam medan magnet, akan dibangkitkan tegangan (gel) yang berubah-ubah arah setiap setengah putaran, sehingga merupakan tegangan bolak-balik: e@ = Emaxs Sin wl Untuk memperoleh tegangan searah diperlukan alat penyearah yang disebut komutator dan sikat. Komutator 3, Medan stator 4 kutub Komutator kumparan jangkar (rotor) Gambar 6.1 4 PRINSIP KOMUTATOR: Dalam Bab 5, mengenai dasar elektromekanik. telah dijelaskan secara singkat bagaimana suatu kumparan yang diputarkan dalam medan magnet. Apabila pada kedua ujung kumparan dipasangkan cincin. tegangan yang keluar dari ujung kumparan ini merupakan suatu gelombang sinusoid dengan setengah siklus negatifnya dibalik menjadi positif. Dengan demikian tegangan yang keluar merupakan suatu tegangan searah, Pada bab ini dijelaskan penggunaan komutator untuk menghasilkan tegangan searah. Perhatikan Gambar 6.2, yang memperlihat- kan saat-saat komutator berada di bawah sikat, yang pada bidang netral (~ bidang yang tegak lurus terhadap sumbu fluks utama). ta be bo a (2 Wyf2 42 bl fal W2 Wid ld yl We » 4 b b 4 (a) () (©) ( fe) Gambar 6.2 Misalnya pada ¢ = 15, "segmen komutator” tepat berimpit dengan sikat. Dan misalkan ada dua jalan paralel dalam kumparan jangkar tersebut, sehingga arus jangkar /, yang mengalir pada masing-masing jalan paralel adalah [,/2 dengan arah seperti vang ditunjukkan pada gambar. Dengan demikian arus yang mengalit pada kumparan A = 1/2 dan arahnya ke kanan. Jika arah perputaran jangkar dimisalkan ke arah kanan (lihat Gambar 6.2), dan pada saat t = #; sikat terletak antara dua komutator dengan perbandingan 1:3 (Gambar 6.2b). maka distribusi arus pada masing-masing komutator adalah /,/4 pada komutator sebelah kiri, dan 31/4 pada komutator sebelah kanan. Dari Hukum Kirchoff untuk arus, kita dapatkan besar arus yang mengalir pada kumparan A = [,{4 dengan arah masih tetap ke kanan. Pada ¢ = ¢2, sikat tepat berada di tengah-tengah antara dua segmen komutator tersebut. maka terlihat bahwa tidak ada arus yang mengalir pada kumparan A (keadaan ini sama halnya seperti ketika kumparan A tepat berada pada bidang netral). Pada ¢ = fs. sikat berada antara dua segmen komutator dengan perbandingan letak 1:3 (Gambar 6,2d). Di sini arus yang mengalir pada kumparan A = 1,/4. dengan arah arus terbalik yaitu ke kiri. Akhirnya pada! ~ 14. sikat meninggalkan segmen komutator sebelah kanan dan tepat berada pada segmen komutator sebelah kiri. Pada kumparan A mengalir arus sebesar /,/2 yang arahnya ke kiri, Demikianlah dengan adanya arus yang berbalik arah dalam TS kumparan jangkar yang berputar dalam medan magnet. dihasilkan tegangan induksi (gal) dengan bentuk gelombang seperti terlihat pada Gambar 6.3. Jika arus dalam kumparan A Gambar 6.3 Gigambarkan sebagai fungsi Gambar 6.4 Fungsi tersebut merupakan fungsi linier komutasi yang dihasilkan jika rapat arus dalam sikat seragam. Tetapi karena adanya pengaruh induktansi kumparan dan tahanan sikat untuk arus yang cukup besar. maka fungsi tersebut tidak linier lagi. melainkan berupa garis lengkung (Gambar 6.4. garis putus-putus). Untuk mengkompensasi hal di atas. ditambahkan suatu kutub pembantu dan kumparan kompensasi seperti terlihat pada Gambar 6.5. Jika kumparan kompensasi dapat dinetralisasi reaksi jangkar. besarnya gem yang diperlukan pada kutub pembantu sama dengan ggm untuk pengaruh induktans pada kumparan. Gambor 6.5 a BELITAN MESIN ARUS SEARAH Belitan Gelung Kumparan biasanya terdiri atas beberapa lilitan. Kumparan yang dihubungkan satu sama lain membentuk belitan. Apabila kumparan dihubungkan dan dibentuk sedemikian rupa hingga setiap kumparan menggelung kembali ke sisi kumparan berikutnya, maka hubungan itu disebut belitan gelung. Gambar 6.6a memperlihat- kan rotor dengan belitan gelung, 2 kutub, 8 alur, dan 8 kumparan. Karena setiap kumparan mempunyai dua ujung, dan setiap segmen komutator menghubungkan dua ujung kumparan, terdapatlah segmen komutator yang saling terisolir. Segmen komutator turut berputar bersama rotor. Setiap sikat terbuat dari bahan penghantar karbon, tidak turut berputar (diam) tetapi bergerak pada segmen komutator yang berputar. Agar tegangan sisi kumparan saling memperbe- sar, maka bila satu sisi kumparan terletak di bawah kutub utara. pasangan sisi kumparan lainnya harus terletak di bawah kutub selatan. K = Kumparan S = Slot = Alur +o Gambar 6.6 7 Dengan memperhatikan Gambar 6.6a. cobalah telusuri belitan kumparan 7 yang dimulai dari segmen komutator 7, menuju ujung sisi kumparan 13 terus ke sisi pasangan kumparan 6 dan berakhir pada segmen komutator 8. Bila kedelapan kumparan yang ada terus ditelusuri, akan diperoleh belitan tertutup yang berbentuk gelung. Bila pada rotor diberikan energi mekanis dengan arah berlawanan jarum jam, akan diperoleh gaya gerak listrik (gel) pada masing-masing kumparan. Arah ggl pada ujung kumparan diperlihatkan dengan tanda (.) dan (x). Dalam posisi seperti terlihat pada Gambar 6.6a. sikat A dan B menghubungsing- katkan masing-masing kumparan 5 dan juga kumparan 1. Keadaan ini memang dikehendaki karena dengan demikian di kumparan 5 dan 1 tidak timbul tegangan. Dengan cara demikian dapat ditentukan lokasi yang tepat untuk meletakkan sikat. yaitu pada posisi yang akan menghasilkan tegangan nol di sisi masing-masing kumparan 5 dan 1 tadi. Tegangan yang dibangkitkan pada sisi kumparan yang lain akan saling menambah secara seri di antara sikat A dan B. Jika beban dihubungkan pada sikat, arus akan mengalir. Jalur paralel sisi kumparan antara sikat A dan B dapat dilihat pada Gambar 6.6. Dalam contoh keadaan ini, sisi atau ujung kumparan 1, 10, 9, dan 2 bertegangan nol. Perlu diingat bahwa kumparan berputar terhadap waktu, tapi bentuk ggl yang dibangkitkan adalah sama, karena bila kumparan 1 bergerak mengambil posisi kumparan 8, kumparan 8 akan mengambil posisi kumparan 7 dan seterusnya. Oleh karenanya tegangan yang dibangkitkan di ujung sikat adalah tegangan searah. Dengan kata lain tegangan bolak-balik melalui kerja komutator dan sikat telah diubah menjadi tegangan searah. Perlu diingat bahwa dalam bentuk belitan gelung jumlah kutub, sikat dan jalur paralel akan selalu sama. Dalam contoh di atas jumlah kutub, sikat dan jalur paralel adalah dua. Belitan Gelombang Dalam belitan gelombang, kumparan dihubungkan serta dibentuk demikian rupa sehingga berbentuk gelombang. Hubungan ini dapat lebih jelas bila kita telusuri jalan kumparan pada Gambar 6.7a. Gambar 6.7a juga menunjukkan adanya 4 kutub, 21 kumparan rotor dan terdapat 2 sisi kumparan di masing-masing alur. Yang dimaksud dengan kisar komutator adalah jumlah segmen komutator yang diperlukan untuk membentangkan suatu kumparan tertutup. Bila Y, = kisar komutator, p = jumlah kutub, dan c = jumlah kumparan, Maka berlaku hubungan ¥, = Xe + 1p Dalam contoh di atas, di mana p = 4 dan c = 21, diperoleh Y, = 11 atau 10. Dalam contoh ini diambil harga Y, = 10. Perhatikan dan telusurilah bentangan kumparan pada Gambar 6.74. 8 se ve we est ws ee a oe ae AHHH HHH HH "LHHHHHEHHF HHH ate tote toh hy te (o) = Gambar 6.7 Jalur paralel diperhatikan dalam Gambar 6.76. Hanya ada dua jalur paralel. Karena ketidaksimetrisan, bagian atas jalur paralel mempunyai lebih banyak sisi kumparan daripada bagian bawah. Bila diteliti lebih lanjut akan diketahui bahwa pada sisi kumparan 1, 2. 11, 12, 21, 22, 23, 24, 33, dan 34 tidak dibangkitkan tegangan. Perlu diingat bahwa untuk belitan gelombang, berapa pun jumlah kutub yang ada, jalur paralel dan sikat akan selalu berjumlah dua. Tidak demikian halnya dengan belitan gelung. yang jumlah jalur paralelnya sebanding dengan bertambah- nya jumnlah kutub. Biasanya belitan gelung digunakan untuk mesin beraliran arus tinggi, sedangkan belitan gelombang yang selalu hanya mempunyai dua jalur paralel, digunakan untuk mesin bertegangan tinggi. RUMUS DASAR Berdasarkan teori elektromagnetik, dapat diturunkan tiga rumus dasar untuk mesin arus searah ini yaitu untuk tegangan induksi, kecepatan, dan untuk kopel elektromagnetik. a9 ‘Tegangan Induksi Untuk tegangan induksi, berlaku hubungan: E, = Cn volt = fluks/kutub n = putaran (rpm) C = (pla) x (Z/60) = konstanta p = jumlah kutub @ = jalur paralel konduktor jangkar Z = jumlah konduktor jangkar HHHHHHH A 8 HeHHHHH Gamber 6.8 Kecepatan Rumus untuk kecepatan ini sebenarnya diturunkan dari rumus untuk tegangan induksi dan merupakan kecepatan motor tanpa beban yaitu n= EdCd. Pengaturan kecepatan dapat dilakukan dengan mengubah E, atau 6. Kopel Elektromagnetik T = Cha o Iq Cc fluks/kutub rus jangkar konstanta Kopel elektromagnetik ini tidak sama dengan kopel yang terdapat pada sumbu. Dengan mengurangi kopel geser barulah didapat harga kopel pada sumbu. Hubungan lain antara kopel elektromagnetik dengan daya mekanik yaitu: en Egla = TWy Wm = 2nnl60 = kecepatan sudut GENERATOR ARUS SEARAH Berdasarkan cara memberikan fluks pada kumparan medannya, generator arus searah dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu generator berpenguatan bebas dan generator berpenguatan sendiri. Generator Berpenguatan Bebas Tegangan searah yang dipasangkan pada kumparan medan yang mempunyai tahanan Ry akan menghasilkan arus J; dan menimbulkan fluks pada kedua kutub. Teganan induksi akan dibangkitkan pada generator. Jika generator dihubungkan dengan beban, dan R, adalah tahanan dalam generator, maka hubungan yang dapat dinyatakan adalah Vy = IR E,= V+ LRa Generator Berpenguatan Sen Generator ini terdiri atas generator searah seri dan generator shunt. Untuk generator searah seri berlaku hubungan: V, = Re Ez = I,Ra + R) + V, Untuk generator shunt berlaku hubungan: Vi = Ry E, = [Ra + Ye Generator Kompon Generator ini terdiri atas generator kompon panjang dan generator kompon pendek. Untuk generator kompon panjang berlaka hubungan: 81 hy = Ip = hy +p E, = Vi t+ IRa + Rp) Untuk generator kompon pendek berlaku hubungan: L,=Intip=t+ip EB, = ¥,+ Ra + biRe a rom noe Gambar 6.9 Gambar 6.11 0 J Gambar 6.12 Gambar 6.13 PEMBANGKITAN TEGANGAN INDUKSI PADA GENERATOR BERPE- NGUATAN SENDIRI Di sini akan diterangkan pembangkitan tegangan induksi generator shunt dalam keadaan tanpa beban. Pada saat mesin dihidupkan (S tutup), timbul suatu fluks residu yang memang sudah terdapat pada kutub. Dengan memutarkan rotor, akan dibangkitkan tegangan induksi yang kecil pada sikat. Akibat adanya tegangan induksi ini mengalirkan arus pada kumparan medan. Arus ini akan menimbulkan 82 fluks yang memperkuat fluks yang telah ada sebelumnya. Proses terus berlangsung hingga dicapai tegangan yang stabil. Perhatikan Gambar 6.15. Garis lengkung pada Gambar 6.15 menggambarkan kurva pemagnetan untuk suatu generator berpe- nguatan sendiri pada suatu putaran tertentu, sedangkan garis lurus menyatakan persamaan tegangan kumparan medan dengan tahanan R;. Oa adalah tegangan yang timbul akibat adanya fluks residu dan menimbulkan arus pada kumparan medan sebesar Ob. Dengan adanya arus kumparan ini, tegangan induksi membesar menjadi Oc (akibat bertambahnya fluks). Selanjutnya tegangan Oc memperkuat arus medan, yaitu menjadi sebesar Od. Dengan demikian proses penguatan arus medan berlangsung hingga dicapai tegangan yang stabil yaitu pada titik X (perpotongan antara kurva pemagnetan dengan garis tahanan medan). Jika tahanan medan diperbesar. tegangan induksi yang dibangkitkan menjadi lebih kecil. Berarti makin besar tahanan kumparan medan, makin buruk generator tersebut. Gambar 6.14 Gambar 6.15 REAKSI JANGKAR Fluks yang menembus konduktor jangkar pada keadaan generator tak berbeban dapat digambarkan seperti pada Gambar 6. 16a. Fluks ini merupakan fluks utama Jika generator dibebani, timbullah arus jangkar. Adanya arus jangkar ini menyebabkan timbuinya fluks pada konduktor tersebut. Dengan menganggap tidak ada arus medan yang mengalir dalam kumparan medan. fluks ini digambarkan seperti pada Gambar 6.16). Gambar 6.16 x3, Perhatikan konduktor yang terletak pada daerah ac. Ternyata fluks yang ditimbulkan oleh arus jangkar dengan fluks utamanya saling memperkecil, sehingga fluks yang terjadi di sini menjadi berkurang. Perhatikanlah kemudian konduktor yang terletak pada daerah bd. Ternyata fluks yang ditimbulkan oleh arus jangkar dengan fluks utamanya saling memperkuat. sehingga fluks yang terjadi di sini bertambah. Fluks total di mana generator dalam keadaan berbeban adalah jumlah vektoris kedua fluks. Pengaruh adanya interaksi ini disebut reaksi jangkar. Interaksi kedua fluks tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 6.16c. Karena operasi suatu generator arus searah selalu berada pada daerah jenuh, pengurangan fluks di suatu konduktor dibandingkan dengan pertambahan fluks pada konduktor lain lebih besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Misalnya fluks sebesar Ox adalah fluks yang dihasilkan tanpa dipengaruhi oleh reaksi jangkar. Misalkan pula dengan adanya pengaruh reaksi jangkar pertambah- an dan pengurangan kuat medan magnet (ggm) yang terjadi pada konduktor jangkar ac dan bd masing-masing sebesar B ampere-turn. Dengan demikian seperti terlihat pada Gambar 6.17, pertambahan fluks pada konduktor bd hanyalah sebesar xy. sedangkan berkurangnya fluks pada konduktor jangkar ac sebesar xz, di mana harga xz lebih besar daripada xy. Oleh karena itu, fluks keseluruhan yang dihasilkan oleh konduktor jangkar akibat adanya reaktansi jangkar akan selalu berkurang harganya. Berkurangnya fluks ini dinamakan pendemagneian. Bentuk resultan gaya gerak magnet (ggm) akibat mengalirnya arus pada kumparan jangkar (N,J;) dapat dilihat pada Gambar 6.18. Tampak gem arus jangkar mengubah bentuk ggm medan utama pada kumparan stator (Gambar 6.18). Gambar 6.16¢ Gambar 6.17 Gambar 6.18 PENGUKURAN PENDEMAGNETAN Dari penjelasan terdahulu bahwa pendemagnetan akibat adanya reaksi jangkar menyebabkan turunnya fluks. Sedangkan fluks merupakan fungsi arus medan. Dan reaksi jangkar timbul akibat adanya arus yang mengalir dalam konduktor jangkar. Jadi besarnya pendemagnetan bergantung pada besarnya arus jangkar dan pengaruhnya terlihat pada arus medannya. Penentuan pendemagnetan dapat dilakukan dengan membuat grafik J sebagai fungsi /, pada tegangan hasil pengukuran atau perhitungan. Sebagai contoh di sini diambil generator berpenguatan bebas. Grafik yang didapatkan dari perhitungan merupakan grafik dengan pengaruh pendemagnetan diabaikan. Untuk mendapatkannya. harga /, dihitung harga E,, Dari harga E, yang didapat ini dan dengan menggunakan kurva pendemagnetan didapatkan harga [; Perhitungan dilakukan untuk beberapa harga /,. Dari /, dan J; yang berpasangan ini dihasilkan suatu grafik seperti terlihat pada Gambar 6.19, bertuliskan tanda “hit. Gambar 6.19 85 Grafik yang didapatkan dari pengukuran merupakan grafik dengan pengaruh pendemagnetan diikutsertakan. Caranya adalah dengan memasangkan ampereme- ter pada kumparan medan dan kumparan jangkarnya. Dengan membaca kedua amperemeter ini diperoleh suatu grafik seperti terlihat pada Gambar 6.19 bertuliskan tanda ‘test’ Harga arus [; dihasilkan dari pengukuran lebih besar daripada yang didapatkan dengan perhitungan untuk 7, yang sama. Selisih antara kedua grafik di atas menunjukkan besarnya pemagnetan = F, (dalam ampere). Untuk menyatakan ggm-nya, tinggal mengalikannya dengan jumlah belitan jangkar. Harga efektif arus medan didefinisikan sebagai J; — F,. Kemudian jika pendemagnetan dan tahanan jangkar diabaikan didapat grafik yang merupakan garis mendatar (garis putus-putus pada Gambar 6.19). . KARAKTERISTIK LUAR Karakteristik luar sebuah generator menunjukkan bagaimana perubahan tegangan terminal terhadap beban yang berubah-ubah. Pada Gambar 6.20 diperlihatkan karakteristik luar untuk generator berpenguatan bebas dan generator shunt. Grafik pada Gambar 6.20 didapatkan berdasarkan persamaan: Arus medan efektif = fy — Fy dy V, = E, — LRa Q) Gambar 6.20 Gambar 6.21 Untuk arus beban tertentu arus medan efektif dapat ditentukan dari persamaan (1), sebab J; konstan sedangkan F, diketahui sebagai fungsi /,. Harga E, yang berpasangan dengan arus medan efektif ini dapat dibaca pada grafik pemagnetan seperti terlihat pada Gambar 6.21. V, dapat dihitung, jika semua besaran lainnya diketahui. Dari Gambar 6.21 dapat pula diketahui penurunan tegangan yang terjadi (dengan membuat segi tiga oab). yaitu penurunan tegangan akibat adanya tahanan jangkar (R,) dan penurunan tegangan akibat adanya pendemagnetan arus 86 jangkar (F,). Sedangkan pada generator shunt. untuk beban yang sama. tegangan terminalnya lebih kecil lagi daripada generator berpenguatan bebas. Ini disebab- kan karena penurunan V, menyebabkan juga penurunan arus medannya (V, = I)R;). yang berarti berkurangnya penguatan. Gambar rangkaian Karakteristik beban nol] Karakteristik berbeban | Karakteristik Luar Llitan medan Sal pengat GENERATOR &, = fi); fe konstan PENGUAT BEBAS 7 = konstan Sama dengan karakteristik beban nol di atas GENERATOR SER! ‘Sama dengan ‘Sama dengan karakteristik karaktoristik beban nol di atas | beban di atas 6 GENERATOR SHUNT Eq = Kiley; 4 = konstan Jn = Konstan Gambar 6.22 Karakteristik generator arus searah Pada generator shunt, untuk arus jangkar yang sama (/,) didapat dua harga V,. Hal ini karena bagi harga J, yang sama akan dihasilkan penurunan tegangan /,R, dan penurunan tegangan pendemagnetan yang sama pula. Jadi jika kita buat garis yang sejajar terhadap persamaan garis linier tahanan medan melalui b (Gambar 6.21). ternyata garis ‘ini akan memotong kurva pemagnetan di titik x. Dan dengan 87 membuat segi tiga yang sama dan sebangun dengan segi tiga oab akan diperoleh tegangan V,.. Tegangan V,; dan V;» adalah tegangan terminal untuk arus jangkar yang sama. MOTOR ARUS SEARAH Pada prinsipnya mesin listrik dapat berlaku sebagai motor maupun sebagai generator. Perbedaannya hanya terletak dalam konversi dayanya. Generator adalah suatu mesin listrik yang mengubah daya masuk mekanik menjadi daya keluar listrik, sedangkan sebaliknya motor mengubah daya masuk listrik menjadi daya keluar mekanik, Maka dengan membalik generator arus searah, di mana sekarang tegangan V, menjadi sumber dan tegangan jangkar E, merupakan gel lawan, mesin arus searah ini akan berlaku sebagai motor. Oleh karena itu. hubungan antara tegangan V; dan E, dapat dituliskan sebagai: Eq = Vi ~ LaRe MENJALANKAN MOTOR Ketika motor dijalankan, kecepatan dan tegangan induksi £, masih sama dengan nol. Dan dari persamaan I, = (V, — E,)/R,. untuk E, = 0.dan R, yang cukup kecil. arus [, yang mengalir besar sekali. Oleh karena itu, untuk membatasi arus jangkar (/,) yang sangat besar pada waktu start ini, perlu diberikan tahanan mula yang dipasang seri terhadap tahanan jangkar terscbut. Secara perlahan-lahan kemudian tegangan induksi dibangkitkan dan rotor pun mulai berputar, Bersamaan dengan ini, tahanan mula tersebut harus pula diturunkan. Penurunan tahanan mula yang dipasangkan ini dapat dikerjakan dengan tangan (oleh manusia) atau otomatis (dengan menggunakan relay clektromagnetik). Prinsip dalam perencanaan tahanan mula dapat dijelaskan dengan Gambar 6.23. OH nt xt x Gamber 6.23 Ada n buah tahanan yang diserikan dan x + 1 kontak yang merupakan titik sambung antara tahanan yang satu dengan yang lainnya yang berdekatan. Seandainya direncanakan bahwa pada saat mulai menjalankan motor, arus jangkar (Z,) yang mengalir = /; dua kali besarnya dari keadaan beban penuh. Dimisalkan pula pada saat ¢ = 1 arus jangkar jatuh menjadi />, dan bersamaan dengan ini tahanan pertama r; diputuskan (yaitu lengan sambung berpindah pada kontak ke- 2). Dalam keadaan demikian arus /, akan naik kembali menjadi /;. Proses ini akan berlangsung hingga lengan sambung mencapai kontak ke-n + 1, di mana saat ini kecepatan (putaran) dan tegangan £, mencapai keadaan stabil. Grafik arus jangkar terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar 6.24. Misalnya pada suatu saat lengan sambung berpindah dari kontak x ke kontak x + 1. yaitu pada saat arus = 1, maka: Kemudian lengan sambung berpindah ke kontak x + 1, sehingga kembali menjadi 1, maka: V, = Ea Resi Jika didefinisikan C = I)/Iz, maka: _ RR CH RR Rs c Re R crs Rei R Ri. c= Ben = Vie jika Row = Ro v, C= War bila Ve = AR, Bila V, dan R, diketahui dan /, dan /; ditetapkan, jumlah elemen tahanan n, dapat ditentukan. r, dapat ditentukan dari hubungan: 89 Gamber 6.24 KARAKTERISTIK KECEPATAN-KOPEL Untuk motor arus searah berlaku hubungan: V, = Ey + LRo E, = Cnb Vi — Re Cb Dari persamaan terakhir di atas dapat dilihat, bahwa pada motor shunt bertambahnya kopel (artinya arus jangkar bertambah besar) mengakibatkan kecepatan (1) menurun. Pada motor seri, bertambahnya kopel (arus) akan menyebabkan pula bertambahnya harga fluks (¢). karena fluks pada motor seri merupakan fungsi arus jangkar (/;). Dari rangkaian motor seri terlihat bahwa untuk harga arus jangkar sama dengan nol. harga fluks juga nol, schingga dari persamaan terakhir di atas diperoleh harga » menuju tak terhingga. Sedangkan untuk harga J, yang cukup besar, harga n pada persamaan di atas akan mendekati nol. Dengan demikian, karakteristik kecepatan-kopel untuk motor shunt dan seri masing-masing dapat digambarkan seperti pada Gambar 6.25. n bunt sori Gambar 6.25 PENGATURAN KECEPATAN Pengaturan kecepatan memegang peranan penting dalam motor arus searah, karena motor aras searah mempunyai karakteristik kopel-kecepatan yang menguntungkan dibandingkan dengan motor lainnya Telah diketahui bahwa untuk motor arus searah dapat diturunkan rumus sebagai berikut: E, = Cn, E, = V, — Ra Vi = FoRa co n= Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa kecepatan (1) dapat diatur dengan mengubah-ubah besaran . R,, atau V,. Pengaturan Kecepatan dengan Mengatur Medan Shunt () Dengan menyisipkan tahanan variabel yang dipasang secara seri terhadap kumparan medan (pada motor shunt), dapat diatur arus medan J, dan fluks-nya (¢). Cara ini sangat sederhana dan murah, selain itu rugi panas yang ditimbulkan kecil pengaruhnya. Karena besarnya fluks yang bisa dicapai oleh kumparan medan terbatas, kecepatan yang dapat diatur pun terbatas. Kecepatan terendah didapat dengan membuat tahanan variabel sama dengan nol, sedangkan kecepatan tertinggi dibatasi oleh perencanaan mesin di mana gaya. sentrifugal maksimum tidak sampai merusak rotor. Kopel maksimum didapatkan pada kecepatan terendah. Motor yang biasa diatur dengan cara ini adalah motor shunt atau motor kompon. Gambar 6.26 Gambar 6.27 Pengaturan Kecepatan dengan Mengatur Tabanan R, Dengan menyisipkan tahanan variabel secara seri terhadap tahanan jangkar, sehingga dengan demikian tahanan jangkar pun dapat diatur, berarti pula kecepatan motor dapat dikontrol. Cara ini jarang dipakai, karena penambahan tahanan seri terhadap tahanan jangkar menimbulkan rugi panas yang cukup besar. 91 Pengaturan Kecepatan dengan Mengatur Tegangan V, Cara ini dikenal sebagai sistem Ward Leonard, Motor yang dipakai adalah motor berpenguatan bebas. Prinsipnya sebagai berikut (libat Gambar 6.28). Gambar 6.28 Penggerak mula (biasanya motor induksi) digunakan untuk menggerakkan generator G pada suatu kecepatan konstan. Perubahan tahanan medan Ro akan mengubah tegangan V, yang diberikan pada motor. Perubahan ini mempunyai batas yang cukup lebar. Kadang-kadang pengaturan V, ini juga dibarengi dengan pengaturan fluks medan motor. yaitu dengan mengatur tahanan medan Ry, seperti telah dijelaskan pada contoh 1. Cara ini menghasilkan suatu pengaturan kecepatan yang sangat halus dan banyak dipakai untuk ft, mesin bubut dan lain-lain. Satu- satunya kerugian sistem ini adalah biaya yang sangat tinggi akibat penambahan generator dan penggerak mula. PENGEREMAN Suatu motor listrik dapat berhenti dengan adanya geseran yang terjadi. Tetapi tentu saja hal ini membutuhkan waktu yang lama, Untuk dapat menghentikan motor dalam waktu yang relatif singkat dilakukan pengereman. Ada tiga jenis pengereman yaitu pengereman dinamik, pengereman regencratif, dan pengereman mendadak. Pengereman Dinamik Gambar 6.29 Pada pengereman dinamik, penghentian motor dapat terjadi jika tegangan terminal V, dihilangkan dan diganti dengan tahanan R,. Dalam keadaan ini energi 92 putaran diberikan pada tahanan R,, yang menyebabkan kecepatan menjadi turun, demikian pula tegangan £, pun akan menurun, Sekarang motor berfungsi sebagai generator penggerak mula. Untuk menjaga penurunan kopel yang konstan, Ry harus pula diturunkan. Harga R, dipilih sedemikian rupa, sehingga arus jangkar tidak terlalu besar (umumnya diambil dua kali harga arus jangkar pada beban penuh). Harga R, dapat dihitung dari persamaan Ey = UR) + [Ro Pengereman Regeneratif Pada pengereman regeneratif, energi yang tersimpan pada putaran dikembalikan kepada sistem jala-jala. Cara ini biasanya dipakai pada kereta api listrik. Ketika kereta api berjalan menurun, kecepatan motor laju sekali, karenanya E, > V,, yang mengakibatkan daya dikembalikan kepada sistem jala-jala untuk keperluan lain. Pada saat daya dikembalikan ke jala-jala, kecepatan menurun dan proses pengereman berlangsung seperti pada pengereman dinamik, Pengereman Mendadak Pengereman mendadak adalah pengereman suatu motor dalam waktu yang sangat singkat dan tiba-tiba, yaitu dengan cara membalik polaritas motor. Tahanan Ry disisipkan antara titik X dan Y (Gambar 6.30). Karena tegangan jangkar telah terbalik polaritasnya, sehingga arahnya sama dengan tegangan terminal, besarnya Ry pun dapat dihitung dari persamaan E, + V, (Ra + Raz). Gamber 6.30 Harga Rp dipilih sedemikian rupa, sehingga arus jangkar yang mengalir pada saat pengereman tidak terlampau besar (umumnya dua kali harga arus pada beban penuh). Selama pengereman berlangsung E, turun, sehingga R> harus diperkecil untuk menjaga penurunan kopel yang konstan. 93 Gambar Rangkalan Karakteristik Kopel | Karakteristik Kecepatan | Karakteristik Mekanis r n a =F | | | OF 7 A MOTOR SERI 0 = th) n= AT) V, = konstan vy = konstan b= J, variabel Jy = i = vatiabet 4k { a —~—_ vi ot MOTOR SHUNT n= AT) ¥; = konstan Vy = konstan Vv; = kenstan 4 = konstan Gambar 6.31 Karakteristik motor arus searah RUGI DAN EFISIENS] DALAM MESIN ARUS SEARAH Rugi yang terjadi dalam mesin arus searah adalah (1) Rugi besi, yang terdiri atas rugi histeresis dan rugi ‘arus eddy’. (2) Rugi listrik yang dikenal sebagai rugi tembaga (JR) (3) Rugi mekanik yang terdiri atas rugi geser pada sikat, rugi geser pada sumbu, dan rugi angin. (4) Aliran daya untuk mesin arus searah yang terlihat pada Gambar 6.32, Di sini digambarkan aliran daya untuk motor. sedangkan untuk generator aliran daya adalah sebaliknya. ‘A = Rugi tahanan medan shunt Rugi tahanan medan seri = Rugi tahanan sikat ugi tahanan jangkar Rugi histerisis dan arus pusar Rugi geser bantalan, sikat, dan angin Gambar 6.32 Od ai i Efisiensi 1 = ——“2¥8 Keluar daya keluar + 5 rugi Contoh 1 Suatu motor shunt, daya keluar = 6912 watt. tegangan terminal = 240 volt, tahanan jangkar dan tahanan medannya masing-masing adalah 0.5 ohm dan 120 ohm, efisiensi = 0.90, putaran = 600 rpm (a) Tentukan besarnya tahanan mula yang diperlukan, jika dikehendaki arus jangkar yang mengalir pada saat start sama dengan arus beban penuhnya. (b) Setelah motor berputar, tahanan mula dihilangkan dan disisipkan tahanan yang dipasangkan seri dengan tahanan jangkar sebesar 2.5 ohm. sedangkan arus medan dan arus jangkar tetap. Tentukanlah perputaran dan daya keluarnya. Pemecahan Pada beban penuh: Daya masuk 6912/0.90 = 7680 watt Arus total = J;, = 7680/240 = 32 ampere Arus medan = J, = 240/120 = 2 ampere Arus jangkar = 32 — 2 = 30 ampere (a) Pada keadaan start, n = 0 dan E, = 0 Untuk motor shunt: V, = Ey + 1,(Ry + Ry) dan Ry = tahanan mula maka (Ra + Rn) = V,/lg = 240/30 = 8 ohm Jadi, Ry = 8 ~ 0.5 = 7.5 ohm (b) Pada keadaan beban penuh: Ny = 600 rpm Eq: = V, — IgRy = 240 - 30 x 0.5 = 225 volt. Bila kemudian dipasangkan tahanan seri sebesar 2.5 ohm, sedangkan arus medan dan arus jangkar tetap. maka Ea. = 240 — 30(0.5 + 2.5) = 150 volt. Dan dari E, = Crd, di mana C = konstanta, sedangkan fluks () konstan (Karena arus medan Konstan). didapat hubungan: EqEqz = minty ny = EE, X my = 150/225 x 600 = 400 rpm daya keluar = no/n, x P, (P2) = 400/600 x 6912 = 4612 watt Contoh 2 Suatu motor seri, 50 hp, $50 voit, 750 rpm, bekerja dengan beban nominal mengambil arus sebesar 74.0 ampere, Kemudian kopel dinaikkan menjadi dua 95, kalinya, sehingga arus menjadi 110 ampere. Tentukan kecepatan dan daya keluar pada keadaan ini. Tahanan jangkar = 0.35 ohm dan tahanan medan = 0.15 ohm. Pemecahan Pada beban nominal: Eq, = 550 — (74)(0.35 + 0.15) = 513 volt Ketika kopel dinaikkan menjadi dua kali, maka E,2 = 550 — 110(0.35 + 0.15) = 495 volt. Kopel pada beban nominal: Ti = Chiti Kopel dinaikkan menjadi dua kali 7; sehingga Tz = Coola = 2x Tr “ nlaka dolb) = T2TalT a2 = 2(74/110) = 1.346 dan Eq, = Crib, = 513 volt Eq. = Crib = 485 volt sehingga r2= my. Eg2/Eq1. 1/62 = 750x 495/513 x 1/1.346 = 537 rpm Jadi, daya keluar = 537/750 x (2)(50) hp = 71.6 hp. Contoh 3 Hitunglah gaya gerak listrik pada generator de 8 kutub dengan belitan gelung. jika generator tersebut bergerak pada kecepatan 300 rpm dalam kuat medan magnet 0.05 weber dan mempunyai 960 konduktor jangkar. Pemecahan Kita ketahui rumus gaya gerak listrik adalah Ex = 6ZN PIA 6 adalah fluks/kutub Z adalah jumlah dari batang konduktor N adalah kecepatan dalam satuan rpm P adalah jumlah kutub A adalah jumlah hubungan paralel. dari soal di atas. 6 = 0.05, Z = 960, N = 300/60 = 5 rpm P = A = 8 (keadaan belitan gelung) sehingga. E = 0.05 x 960 x 5 x 8/8 = 240 volt Contoh 4 Gaya gerak listrik generator pada keadaan tanpa beban menghasilkan 500 volt. Generator tersebut mempunyai jumlah belitan 144 alur dengan 6 batang konduktor/alur yang dihubungkan secara belitan gelung. Dimisalkan generator tersebut mempunyai 8 kutub. Carilah besarnya fluks/kutub jika kecepatan nominal generator 400 rpm. Pemecahan Diberikan E = 500 V, P = A = 8, Z = 144 x 6 = 864, dan N = 400. Gunakan persamaan dari gaya gerak listrik sehingga: 500 = x 864 x 400/60 x 8/8 = 0.0868 weber, Contoh 5 Generator shunt 4 kutub mensuplai arus 40 ampere pada tegangan 230 volt. Besarnya tahanan jangkar dan tahanan medan berturut-turut 0.15 ohm dan 100 ohm. Hitunglah: (a) Arus pada konduktor. jika jangkar dihubungkan secara belitan gelung. (b) Gaya gerak listrik. Asumsi jatuh tegangan pada sikat 1.0 volt/sikat. Pemecahan Arus medan pada tegangan terminal 230 volt adalah 230/100 ampere Arus jangkar = arus beban + arus medan 40 + 2.3 423A OF Induksi gaya gerak listrik = Vy + Tegangan jatuh pada jangkar. 230 + 42.3 x 0.15 + 2 x 10 230 + 6.345 + 2.0 = 238.545 volt Arus yang mengalir pada konduktor = arus/kutub 42.3/4 jika hubungan gelung untuk 4 kutub 10.575 ampere. Contoh 6 Generator kompon panjang 4 kutub mempunyai kemampuan (rating) S00 V. 25 kW pada keadaan beban penuh. Jika tahanan jangkar 0.030, tahanan medan seri 0.049. dan tahanan medan shunt 2000, tentukanlah gaya gerak listrik generator tersebut. bila tegangan jatuh pada sikat 1 volt/sikat Pemecahan Arus beban mesin pada keadaan beban penuh adalah I, = 25 x 1000/500 = 50 ampere Arus medan shunt Jp = 500/200 = 2.5 ampere Arus jangkar = 50 + 2.5 = 52.5 ampere gel induksi = 500 + 52.5(0.03 + 0.04) +2 x 1 = 505,675 volt. a Contoh 7 Kemampuan generator shunt adalah 24 kW pada tegangan nominal 200 volt. Jika tahanan jangkar dan tahanan medan shunt berturut-turut 0,05Q dan 400, tentukanlah efisiensi keseluruhannya jika rugi-rugi gesekan dan rugi-rugi besi sama dengan rugi tembaga pada keadaan beban tersebut. Pemecahan Pada keadaan tegangan terminal 200 V. dan tahanan medan shunt 400 I, = 200/40 = 5 ampere oe Arus beban penuh = 24 x 1000/200 i, = 120 ampere L=ht+h = 120 + 5 ampere = 125 ampere Rugi-rugi Rogi tembaga pada jangkar = 125? x 0,05 = 781.25 W Rugi tembaga pada tahanan medan shunt = 5 x 200 = 1000 W Jumlah kerugian tembaga = 1781.25 W. Sehingga kerugian besi dan gesckan = 1781.25 Ww. Jumlah rugi-rugi keseluruhan = 3562.5 W Daya yang disuplai = 24 000 watt Daya yang dimasukkan = 24 000 + 3562.5 = 27 562.5 W Efisiensi (n) = 24 000/27 562.5 x 100% = 87.1% Contoh 8 Motor shunt berputar 1000 rpm, dengan numerik arus 25 ampere dari sumber. Jika tegangan sumber 250 volt dan tahanan jangkar serta tahanan medan berturut-turut 1 ohm dan 250 ohm. hitunglah fluks/kutub, jangkar mempunyai 48 alur dengan 4 konduktor/alur dan dihubungkan gelung. Juga hitung efisiensi jika rugi-rugi besi. gesekan. dan belitan adalah 800 watt. Pemecahan Diketahui bahwa: Ey = V— LR, = 250 ~ (f, - il Arus sumber = 25 ampere Tahanan medan 2500. sehingga: J, = 250/250 = 1 ampere E, = 250 — 24 x 1 226 volt a = bZNPI4 x 60 (226 x 60V48 x 4 x 1000 weber = 0.0706 weberfkutub een (karena merupakan belitan gelung. P = A) 99 Daya masuk ke mesin = 250 x 25 = 6250 watt Daya masuk ke jangkar = 226 x 24 = 5424 watt Jika rugi-rugi gesckan, belitan, histeresis, dan arus eddy sebesar 860 watt, maka daya keluar = 5424 — 800 = 4624 watt Sehingga efisiensi = 4625/6250 x 100% 1 = TA% Contoh 9 Motor DC shunt pada keadaan tanpa beban berputar 1000 rpm dan menarik arus 5 ampere dari sumber. Bagaimanakah kecepatan motor tersebut bila dalam keadaan beban penuh menarik arus 25 ampere pada tegangan 250 volt. Misalnya R> = 1 ohm dan Ry = 250 ohm (a) Reaksi jangkar diabaikan (b) Reaksi jangkar menyebabkan medan melemah 5% Pemecahan Diketahui: E, = > ZNPI60 A atau N ~ E,/b Kasus 1 Kecepatan tanpa beban N, = 1000 rpm Arus beban jangkar I,, = 5 — (250/250) = 4 ampere gel tanpa beban E,, = 250 - 24 x 1 = 226 volt. Kasus 2 Kecepatan beban penuh N Arus jangkar beban penuh = 25 — (250/250) ampere = 24 ampere ggl beban penuh = 250 — 24 x 1 = 226 volt. Karena NIN, = EglE5. X b/d (a) Jika reaksi jangkar diabaikan, , = ¢ sehingga: 3 N=N, Be = 1000 x 226 rpm b 246 = 919 rpm (b) Jika reaksi jangkar menyebabkan medan melemah 5% © = 0.95 bo sehingga, N = 1000 x (226/224) x (1/0.95) = 970 rpm. 7 MOTOR INDUKSI Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (ac) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor i diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator. Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga fasa akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (2, = 120ff2p). Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor- konduktor pada rotor. sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan memperbe- sar kopel motor, yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi, bila beban motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun. Dikenal dua tipe motor induksi (lihat Gambar 7.1) yaitu motor induksi dengan rotor belitan dan motor induksi dengan rotor sangkar. Rotor belitan OL MEDAN PUTAR Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya fasa 3. Hubungan dapat berupa hubungan bintang atau delta. Di sini akan dijelaskan bagaimana terjadinya medan putar itu. Perhatikanlah Gambar 7.2. Gambar 7.2 Misalnya kumparan a-a; b-b; c-c dihubungkan tiga fasa, dengan beda fasa masing- masing 120° (Gambar 7.2a) dan dialiri arus sinusoid. Distribusi i. i). é. sebagai fungsi waktu adalah seperti Gambar 7.2b. Pada keadaan ¢), 12, t. dan 4. fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing-masing adalah seperti Gambar 7.2c. d, ¢. dan f. Pada ¢; fluks resultan mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan oleh kumparan a-a: sedangkan pada f, fluks resultannya dihasilkan oleh kumparan b-b. Untuk f, fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks resultan yang dihasilkan pada saat f. (Keterangan ini akan lebih jelas pada analisis vektor.) Dari gambar 7.2c, d, e, dan f tersebut terlibat bahwa fluks resultan ini akan berputar satu kali, Oleh karena itu, untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat diturunkan sebagai berikut: n, = 120flp f = frekvensi p = jumlah kutub oe pa be Analisis secara Vektor Re dlalisis secara ,vektor didapatkan atas dasar: () Arah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir dalam suatu Jingkar Sesuai dengan perputaran sckrup (Gambar 7.3a). ae Gambar 7.3 oe (2) Kebesaran fluks yang ditimbulkan ini sebanding dengan arus yang mengalir. Ff ——e SIE ee ” . vera Notasi yang dipakai untuk menyatakan positif atau negatifnya arus ‘ang. ; mengalir pada kumparan a-a, b-b, dan c-c yaitu: untuk harga positif, dinyatakan apabila tanda silang (x) terletak pada pangkal konduktor tersebut (titik a. b, ¢), sedangkan negatif apabila ada tanda titik (.) terletak pada pangkal konduktor tersebut (Gambar 7.3b). Maka diagram vektor untuk fluks total pada keadaan 1), fa tas ta, dapat dilihat pada Gambar 7.3b. Gambar 7.36 103 Dari semua diagram vektor di atas dapat pula dilihat bahwa fluks resultan berjalan (berputar) . sores Analisis secara Matematika Misalkan fluks yang dihasilkan oleh kumparan a-a pada saat ¢ dapat dinyatakan dalam koordinat polar. yaitu: oe mete Say F, cos @ Dan fluks yang dihasilkan oleh kumparan b-b dan c-c masing-masing adalah: F,, cos ( ~ 120°) Fe cos (> — 240°)” Karena amplitudo fluks berubah menurut waktu secara sinusoid, maka amplitudo Fy. Fy. dan F, dapat dituliskan: F, = Finaks 60S oof Fy = Frmaxs 608 (ot — 120°) Fo = Frnais 008 (wt ~ 240°) Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut. dan merupakan fungsi tempat (@) dan waktu (0). FA.1) = Fry COS wt COS + Fm COS ( — 120°) cos (wt ~ 120°) + Fy COS (cb — 240°) cos (wt — 240°) Dengan memakai transformasi trigonometri dari: cos a cos B = 4 cos (a — B) + % cos (a + B) didapat: Fl.t) = Ven C08 (@ — wf) + Fy, C08 (b + wf) + BF m cos (b — wf) + BF py cos ( + wi — 240°) + Fp cos (b - of) + AF, cos + wt ~ 480°) Suku kedua, keempat, dan keenam saling menghapuskan, maka Fd.) = Fp cos (b — wf) Rumus di atas menyatakan gelombang berjalan. 104 PRINSIP KERJA MOTOR INDUKSI Gambar 7.4 Ada beberapa prinsip kerja motor induksi: (1) Apabila sumber tegangan tiga fasa dipasang pada kumparan stator akan timbul medan putar dengan kecepatan n, = 120 fp (2) Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. (3) Akibatnya pada Awmparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar: Ex, = 4.44 foNob,, (untuk satu fasa). Ep, adalah tegangan induksi pada saat rotor berputar. (4) Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka ggl (E) akan menghasilkan arus (Z). () Adanya arus (J) di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor (6) Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor yang cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator. (7) Seperti telah dijelaskan pada (3) tegangan induksi timbul karena terpotong- nya batang konduktor (rotor) olch medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (a,) dengan kecepatan berputar rotor (a,). (8) Perbedaan kecepatan antara n, dan n, disebut slip (S) dinyatakan dengan: S = (n, ~ nn, x 100% (9) Bila n, = n,. tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila 7, lebih kecil dari n,. (10) Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor tak serempak atau asinkron. 10s SLIP Berubah-ubahnya kecepatan motor induksi (,) mengakibatkan berubahnya harga slip dati 100% pada saat start sampai 0% pada saat motor diam (n, = n,) Hubungan frekuensi dengan slip dapat dilihat sebagai berikut: Bila f, = frekuensi jala-jala. ng = 120fvp atau f, = pn,/120 Pada rotor berlaku hubungan: = Pls = My) f 120 fy = frekuensi arus rotor atau Pits | Ms — Rr = Pils y Ms = tr Ren a Karena ns — Rr ns S =——— dan f, = ny A 0 maka f=hxs pada saat start: S = 100%; fo = fi Demikianlah terlihat bahwa pada saat start dan rotor belum berputar. frekuensi pada stator dan rotor sama. Dalam keadaan rotor berputar. frekuensi arus motor dipengaruhi oleh stip (f, = Sf). Karena tegangan induksi dan reaktansi kumparan rotor merupakan fungsi frekuensi, maka harganya turut pula dipengaruhi oleh slip Ens = 4.44 frNobm Ex, = 4.44 fiNrbm Ex, = SE> tegangan induksi pada saat start (diam) E, = E>, = tegangan induksi pada saat motor berputar. 106 Xo, = 2m fal Xz, adalah reaktansi pada saat rotor berputar X, adalah reaktansi pada saat start (diam) RANGKAIAN ROTOR Setelah dibahas bahwa pada saat rotor berputar tegangan induksi rotor (E3) dan reaktansi rotor (X2) turut dipengaruhi oleh slip. maka arus rotor menjadi: fy = aS © VARY + (Xa (Rey? + (SXG E. atau J) = V (RIS + (Re Dengan demikian rangkaian rotor digambarkan seperti terlihat pada Gambar 7.5. Re SX RIS Xe f te & SE, Ee, | @ rc Gambar 7.5 Karena Rj/S = R; + a =s 5 } rangkaian rotor dapat juga dilihat pada Gambar 7.6. Fe Xe Gamber 7.6 Perhatikan bahwa: £ Ry = daya yang hilang berupa panas 1-Ss nf = daya keluar rotor yang diubah menjadi daya mekanik. RANGKAIAN EKIVALEN Kerja motor induksi seperti juga kerja transformator adalah berdasarkan prinsip induksi-clektromagnet. Oleh Karena itu, motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan rangkaian sekunder yang berputar. Hingga rangkaian motor induksi dapat dilukiskan seperti pada Gambar 7.7. Fe 8X2 Gambar 7.7 Vektor diagram dapat dilihat pada Gambar 7.8 Gambar 7.8 Sedangkan rangkaian ekivalen motor induksi dapat dilukiskan sebagai dalam Gambar 7.9. ty Bi OX aPRGIS.a*Xe Ae Xa Re aXe aT “3 Re Xu eM. Gambar 79 108, Vektor diagram untuk rangkaian ekivalen di atas terlihat pada Gambar 7.10. jaeRe “S \ Pa ps by vy Gambar 7.10 KOPEL MOTOR INDUKSI Dari rangkaian ekivalen Gambar 7.7a, arus I} adalah he E, * VERS? + (KE dan tahanan @RIS cos db = ———— = impedansi. = V (@RYSP + (a?X2)? P= To = 3 E\lj cos b Kopel @ = kecepatan sudut maka T = Plo = 3/m E\l3 cos b Bila Z, = Ry + jX; dianggap kecil, E, hampir sama dengan V, 3 Sa’R. = vj 1 © 1 @R) + aX? ® Berapa harga S agar harga T maksimum? Harga S untuk mendapatkan T maksimum adalah bila d7/dS = 0. Dari diferensiasi dT/dS = 0 diperoleh harga T maksimum pada saat 109 S = + RIXz Q) Tras = + 3 Vi2wa?X> ) Dari ketiga persamaan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan. Dari persamaan (1) diketahui bahwa untuk harga S kecil di mana S°(a2X;)? dapat diabaikan, maka kopel sebanding dengan S(T ~ S). Dari persamaan (2) diketahui bahwa untuk memperoleh kopel maksimum pada saat start (S = 1) ialah dengan membuat R2 = X2. Harga kopel maksimum dapat diubah dengan mengatur harga X> atau tegangan sumber V, (lihat persamaan (3). Dari persamaan (1) diketahui bahwa kopel akan menjadi nol ketika S = + ~. Persamaan (1) dan (2) menunjukkan bahwa R3 tidak mengubah harga kopel maksimum, melainkan hanya mengubah harga S pada saat kopel maksimum terjadi, Perubahan R» dalam hubungannya dengan kopel (7) dan slip (S) dapat dilihat dari kurva berikut pada Gambar 7.11. Ab < Ric RE Se Gamoar 7.11 DAYA MOTOR INDUKSI Dengan memperhatikan model rangkaian diketahui bahwa daya masuk stator: PL = 3 Vil cos > Gambar 7.12 110 Daya masuk rotor (terdapat pada celah udara) P, = 3 Eyl} cos & atau Pr 3(Is)a? Ri + | 1 Re Ss Daya keluar rotor (daya mekanik pada rotor termasuk rugt geser dan angin). Py = 3Pa* " a> i-S Poy = MUSY@Ry | on | s | Rugi tembaga rotor: Pow = 3) @R3 Sadi: Pry Poa = li - 8): Dengan demikian diperoleh cara menghitung yang lebih cepat. Daya keluar rotor dapat juga diperoleh dari daya masuk rotor dikurangi rugi tembaga rotor (P,, = Pz — Pou). Contoh 1 (a) Suaty motor induksi. 1000 hp. 2200 volt, 25 eps. 12 kutub. 3 fasa hubungan bintang, mempunyai data sebagai berikut: R, = 0.102 ohm; RS = 1 0.0992 ohm. X, = 0.313 ohm: ¥3 > = 0.313 ohm. Pengukuran beban nol memberikan: P = 15.2 kW pada cos & = 0.053 terkebelakang, arus beban nol = 1, = 75.1 ampere. Jika slip = 0.018. tentukanlah daya ouput. kecepatan, kopel. daya input, faktor kerja, dan efisiensi. Pemecahan Rangkaian ckivalen (satu fasa) pada Gambar 7.13¢ dapat dijadikan seperti Gambar 7.13, di mana V, adalah tegangan pada titik xy dan dengan teorema Thevenin didapat hubungan: V, = V, — 1,(R, + jX)) Md Gamber 7.13 Dengan secara pendekatan, kebesaran V, dapat dituliskan; Vi = Vi by VRE + 7) x 2200 = 1270 volt maka V, = 1270 - 75.1 VGT0a> + (O.313" = 1245 volt Le v, © MR, RSSS + (OX + X52 = eS = 299 ampere V@.102 + 0.0999/0.018" + (0.313 + 0.3137 sehingga: Daya keluar = 3(/5)°R3 12S). 3(220)? x 0.0992 x s 0.018 = 789 kW = 1060 hp x 25 Kecepatan sinkron: n, = 120fip = a = 250 rpm Kecepatan rotor: n, = n, (1 ~ S$) = 242 rpm 112 0.018 Kopel: pw, = 8°. 0 39 600 newton-meter = 22 600 Ib — A Qn x 24460 Daya masuk = 789 000 +3(220)°(0.102 + 0.992) + 15 200 = 833 kW Daya reaktif pada beban nol: 15.2 tan (cos '0.053) = 248 kvar Maka daya reaktif pada keadaan berbeban: | 284 000 + 3(220)7(0.313 + 0.313) = 375 kvar Faktor kerja = cos(tan7'375/833) = 0.912 Dan akhirnya efisiensi = 789/833 = 0.945 (6) Kemudian jika pada soal I(a) dikehendaki motor mempunyai kopel maksi- mum pada saat start, berapakah tahanan luar yang diperlukan untuk maksud tersebut dan berapa harga kopel maksimum tersebut, Dan bila setelah start tahanan luar ini dihilangkan, tentukan slip ketika kopel maksimum dan berapa kecepatannya. Pemecahan Pada saat kopel, maksimum slip mempunyai hubungan sebagai berikut: Rs Sn = . bila R, dan X, tidak diabaikan. VAI + kh + XP , ‘ Misalkan tahanan luar dipasangkan pada rangkaian rotor, dan pada saat start, Sin = 1.0 maka: Rs = V(O.102" ¥ (0.313 + 0.313" = 0.632 ohm per fasa Jadi, Rivar = 0.632 ~ 0.0992 = 0.533 ohm per fasa (harga ini adalah harga tahanan luar dari rangkaian rotor yang di-transfer ke rangkaian stator). Arus motor pada keadaan start: 1243 = 1290 ampere V(0.102 + 0.632)? + (0.313 + 0.313)° Jadi, © (3) (1290)? (0.632) = 121 000 Nem 4n(2: = 89 000 Ib-ft 113 Kemudian tahanan luar dibilangkan, maka kopel maksimum terjadi pada saat slip Sw di mana: 03BP Dan kecepatan rotor: nm = 250(1 — 0.157) = 211 rpm Contoh 2 Suatu motor induksi, 3 fasa hubungan bintang, 220 volt (tegangan jala-jala), 10 hp. 60 cps. 6 kutub, mempunyai konstanta sebagai berikut: Ry = 0.294 ohm/fasa: R3 0.144 ohm/fasa X, = 0.503 ohm/fasa: 3 .029 ohm/fasa X», = 13.25 ohm/fasa: R. = diabaikan (Go = 0) Jumlah rugi geser + angin + besi = 403 watt. Jika slip 0.02, tentukanlah kecepatan motor, daya mekanik, Kopel. arus stator, faktor Kerja, dan efisiensinya, Motor dijalankan pada kemampuan tegangan dan frekuensinya. Pemecahan Rangkaian ekivalen motor dapat digambarkan sebagai berikut (per fasa). Impedansi Z, merupakan impedansi R/S + jX¢ yang paralel dengan jVy. (ingat dasar rangkaian listrik) (RUS + FXINIX in) RS + j(XS + Xm) Zp = Ry + Xp = Gambar 7.14 il . 02, 13.2 = OMA + 020901325) sa. pet = 6.75/32.40 0,144/0.02 + j(0.209 + 13.25) —— V, = 2204 V3) = 127 volt (tegangan jala-jala) Arus stator = J, = 127/6.75 = 18.8 ampere Faktor daya = cos 32.4° = 0.884 Kecepatan sinkron = n, = 120 flp = 1200 rpm = 20 rps Kecepatan rotor = 1200(1 ~ 0.02) = 1176 rpm Daya yang ditransfer pada ‘air gap’ = 3(13)° (Ro/S) = 3 17 Ry (= daya masuk rotor) = 3(18.8)°(5.41) = 5740 watt Daya mekanik pada rangkaian rotor (termasuk juga rugi geser + angin + besi) = (1 ~ 0.02)(5740) = 5630 watt Maka daya mekanik (keluar) = 5630 — 403 = 5227 watt = 5230 watt 5: Kopel 7 = P= 580 Ly) Sam = 7.0hp We 2m x 20(1 ~ 0.02) Efisiensi dihitung sebagai berikut: Rugi 1 tembaga pada stator = (3)(18.8)(0.294) = 312 watt Rugi 2 tembaga pada stator = (3)(0.02)(5740) = 115 watt Rugi angin + geser + besi = 403 watt rugi total 830 watt Daya keluar 5230 watt Daya masuk = 6060 watt Jadi, efisiensi = 5230/660 = 0.863 DIAGRAM LINGKARAN Model rangkaian motor induksi pada Gambar 7.15e. menunjukkan bahwa perubahan beban mempengaruhi harga slip. dengan demikian setiap Py Xs a?Re a®Xe Avy fa) (ey Gamber 7.15 perubahan beban memerlukan perubahan perhitungan berdasarkan model rang- kaian yang baru pula, Cara ini dirasakan kurang praktis. Diagram di samping us model rangkaian yang telah ada dimaksudkan untuk lebih mempermudah analisis dan perhitungan motor induksi. vi VR, + PRS! + (X, + CX) XY+@ V(Ri + @RISY + (XK, + aX)? sin 6 = Dari kedua persamaan di atas dapat ditulis = Yi si X, + @X, B in Jika reaktansi dianggap konstan, demikian pula putaran dan tegangan (V1). maka persamaan di atas merupakan persamaan polar dengan garis tengah sebesar Xi +a Dengan perubahan beban (rw. cs) harga sin akan berubah, Pada Gambar 7.156 terlihat tempat kedudukan vektor diagram arus 15. Apabila arus penguat /,, turut diperhitungkan. diagram lingkaran menjadi seperti yang terlihat pada Gambar 7.16 Gambar 7.16 Untuk dapat menggambarkan lingkaran suatu motor induksi, cukup jika diketahui dua fitik pada diagram lingkaran tersebut. Salah satu titik diperoleh dari pengukuran beban nol (S = 0), sedangkan satu titik yang lain dapat diperoleh dari pengukuran pada saat motor dibebani suatu beban tertentu (S = S;) atau pada keadaan rotor ditahan (S = 1). 116, Pengukuran Beban Nol Dari pengukuran beban nol akan diperoleh harga arus /, dan faktor kerja bo. Dari kedua hasil itu dapat ditentukan tempat kedudukan titik § = 0 (ujung vektor arus I.) Pengukuran dengan Rotor Ditahan Dari pengukuran rotor ditahan akan diperoleh harga arus J,, dan faktor kerja by, dan dengan demikian dapat ditentukan tempat kedudukan titik § = 1. Jika kedua titik telah diketahui kedudukannya, dapatlah dibuat diagram lingkaran dengan cara sebagai berikut: (a) Lakukan skala arus. (b) Buatlah koordinat garis tegak lurus. (c) Gambarkan vektor diagram arus dengan skala arus yang telah ditetapkan. (@) Buatlah garis sejajar dengan sumbu mendatar pada ujung vektor arus /,. (e) Hubungkan kedua ujung vektor arus tersebut, dan buatlah garis sumbu pada garis hubung ini. (8) Titik potong amtara garis sumbu dengan garis disebut pada (d) merupakan pusat lingkaran. (g) Dengan demikian diagram lingkaran dapat dilukiskan. XS — 1) Gambar 7.17 (Perpanjangan garis DI memotong lingkaran di titik C.) Dari diagram lingkaran dapat pula dihitung daya masuk. daya keluar rotor = daya mekanik, = rugi, dan kopel. Misalkan kjta hendak menganalisis suatu motor dengan kondisi beban tertentu. yaitu mjsalkan pada diagram lingkaran kita dapatkan titik C (Gambar 7.17). Maka gatis CD dapat dinyatakan sebagai daya masuk, karena CD = 4; cos i. Sedangyan daya masuk adalah: V;/; cos O1 (V; Konstan). Jadi dengan membaca langsung diagram lingkaran dan dengan mengalikan terhadap konstanta (skala arus dan V1), akan didapatkan harga daripada daya masuk, yaitu: P;, = CD x skala arus x Vj. Garis ED kemudian, 17 dapat dinyatakan sebagai cugi besi (rugi konstan): ED = /,, cos ov. Rugi besi = ED x skala arus V). Demikian pula HE dan HI masing-masing dapat dinyatakan gai rugi tembaga stator dan rotor, Untuk menjelaskan bahwa garis HE dan HI merupakan rugi tembaga stator dan rotor. dapat diperhatikan pada saat rotor ditahan (S = 1); karena pada keadaan ini daya terukur merupakan © rugi tembaga stator dan rotor. dan daya ini dapat dinyatakan oleh garis BK. Sedangkan © rugi tembaga ini sebanding dengan kuadrat daripada arus. oleh karena itu pada diagram lingkaran proyeksi setiap titik pada garis AB ke garis mendatar (garis yang dibuat seperti tersebut pada d) dapat dinyatakan sebagai rugi tembaga rotor dan stator. Untuk mendapatkan titik G pada diagram fingkaran. harus dihitung dahulu rugi tembaga stator. =X Rugi tembaga stator = 1,7a°R> = Rugi tembaga rotor = 1;2a°Rs Maka akan didapat perbandingan BG _ & rugi tembaga rotor GK ~~ & rugi tembaga stator Akhirnya daya keluar rotor = daya mekanik dapat ditentukan dari: Pr Py — = rugi (CD - ED - HE - HI) & skala arus x V, CI x skala arus x Vj wou ROTOR BELITAN Motor induksi jenis ini mempunyai rotor dengan belitan kumparan tiga fasa sama seperti kumparan stator. Kumparan stator dan rotor juga mempunyai jumlah kutub yang sama. Seperti terlihat pada Gambar 7.11 penambahan tahanan luar a. s—L ; Wt IIR Slip ring Tahaan luar (Fe) Gambar 7.18 18 sampai harga tertentu. dapat membuat kopel mula mencapai harga kopel Bo weno dhaksimumnya. Kopel mula. yang besar memang diperlukan pada waktu start. Motor induksi dengan rotor belitan memungkinkan penambahan (pengaturan) tahanan Juar. Tahanan luar yang dapat diatur ini dihubungkan ke rotor melalui Giacin (Gambar 7.18). Selain untuk menghasilkan kopel mula yang besa, tahanan luar tadi diperlukan untuk membatasi arus mula yang besar pada saat start. Di samping itu dengan mengubab-ngubah tahanan Ivar, kecepatan motor dapat =< diatur. ROTOR SANGKAB eee io Motor induksi jénis ini mempunyai rotor deggan kumparan yang terdiri atas_— beberapa batang konduktor yang disusun sedemikian: rupa ida sangkar tupai (lihat Gambar 7.194). Konstruksi rotor seperti ini sangat sederhana ~s.» bila dibandingkan dengan rotor mesin listrik lainnya. Dengan demtetmT hargaiiva’ eye pun murah. Karena konstruksinya yang demikian, padanya tidak mae diberikan pengaturan tahanan luar seperti pada motor induksi dengan rotor. belitan. Untuk mambatasi arus mula yang besar, tegangan sumber harus dikurangi dan biasanya digunakan o‘otransformator atau saklar Y — A (Gambat 7.19b). Tetapi berkurangnya arus akan berakibat berkurangnya kopel mula. Rotor jenis sangkar ganda dapat digunakan untuk mengatasi berkurangnya kopel muta ma tersebut. E s T_T remem 3D ce EE? 5 Y ——_ (a) tb) Gamber 7.19 GENERATOR INDUKSI Dengan menghubungkan sumber tegangan tiga fasa pada kumparan stator dihasilkan medan putar. Penggerak utama dipakai untuk memutar rotor searah dengan arah medan putar. Bila slip dibuat negatif atau dengan kata lain kecepatan berputar rotor (n,) lebih besar daripada kecepatan medan putar (11), maka mesin akan berfungsi sebagai generator dan energi listrik akan dikembalikan pada sistem Jala-jala. Generator induksi jarang dipakai sebagai pembangkit tenaga listrik, lig penggunaannya yang penting adalah sebagai pengereman regeneratif. Untuk pemakaian motor induksi, yang pada saat-saat tertentu motor berputar melebihi kecepatan sinkronnya, maka secara otomatis motor akan bekerja sebagai geiierator dan berlangsunglah proses pengereman. =10 Generator cones heey PENGATURAN PUTARAN Motor induksi pada umumnya berputar dengan kecepatan konstan, mendekati kecepatan sinkronnya. Meskipun demikian pada penggunan tertentu dikehendaki juga adanya pengaturan putaran. Pengaturan motor induksi memerlukan biaya yang agak tinggi. Biasanya pengaturan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengubah jumlah kutub motor, mengubah frekuensi jala-jala, mengatur tegangan jala-jala, dan mengatur tahanan tuar. Mengubah Jumlah Kutub Motor Karena n, = 120fip, maka perubahan jumlah kutub (p) atau frekuensi (f) akan mempengaruhi putaran. Jumlah kutub dapat diubah dengan merencanakan sumparan stator sedemikian rupa schingga dapat menerima tegangan masuk pada posisi kumparan yang berbeda-beda. Biasanya diperoleh dua perubahan kecepatan sinkron dengan mengubah jumlah kutub dari 2 menjadi 4, seperti terlihat pada Gambar 7.21. 3ambar 7.21 20 Mengubah Frekuensi Jala-jala Pengaturan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan mengubah-ubah harga frekuensi jala. Hanya saja untuk menjaga keseimbangan kerapatan fluks, perubahan tegangan harus dilakukan bersamaan dengan perubahan frekuensi Persoalannya sekarang adalah bagaimana mengatur frekuensi dengan cara yang efektif dan ekonomis. Cara pengaturan frekuensi dengan menggunakan solid state frequency converter akan dibahas dalam bab: solid state motor control. Mengatur Tegangan Jala-jala 2, r=3 vy SW w (RY + S? (2X2)? Dari persamaan kopel motor induksi di atas diketahui bahwa kopel sebanding dengan pangkat dua tegangan yang diberikan. Untuk karakteristik beban seperti terlihat pada Gambar 7.22, kecepatan akan berubah dari 71, ke riz untuk tegangan masuk setengah tegangan semula. Cara ini hanya menghasilkan pengaturan putaran yang terbatas (daerah pengaturan sempit). Gambar 7.22 Pengaturan Tahanan Luar Tahanan luar motor induksi rotor belitan dapat diatur. dengan demikian dihasilkan karakteristik kopel kecepatan yang berbeda-beda seperti pada Gambar 7.23 Gambar 7.23 Putaran akan berubah dari a, ke n» dan dari nz ke ny dengan bertambahnya tahanan luar yang dihubungkan ke rotor Kesimpulan Pengaturan putaran motor induksi umumnya mahal, sedangkan daerah pengaturan yang diperoleh tidak begitu lebar, Kecuati dengan pengaturan pada 2. yaitu pengaturan frekuensi jala. Contoh 3 Motor induksi 3 fasa, 4 kutub. 50 Hz, 400 volt berputar 1400 rpm pada faktor daya 0.88 dan memberikan daya pada beban penuh 14.8 hp. Rugi-rugi stator 1060 watt dan rugi-rugi gesekan dan angin 375 watt. Hitung: (i) slip. (ii) rugi-rugi tembaga rotor, (iii) frekuensi rotor, (iv) arus yang mengalir. dan (v) efisien Pemecahan Slip pada beban penuh = 1500 - 1 140 x 100% = 4% 500 Daya keluar 14.8 hp 14.8 x 735.5 = 10 885.4 watt Daya mekanik yang dihasilkan = 10 885.4 + 375 watt = 11 260.4 watt. Diketahui bahwa: ugi-rugi tembaga rotor:input rotor:daya mekanik = 1:1/5:(1~S)/s 1260-4 0.04 att = 469.2 watt. 0.96 Daya masuk ke rotor = 11 260.4 + 469.2 = 11 729.6 watt. Daya masuk ke stator = 11 729.6 + 1060 = 12 789.6 watt. Anus saluran =——"#-72. ___ 39.97 ampere. V3 x 400 x 0.88 5 Tugi-rugi tembaga rotor motor = (10 885.4)/(12 789.6) + 100% = 85.11%. Frekuensi rotor = sf = 0.04 x 50 = 2 Hz Contoh 4 Motor induksi di mana rotornya dihubung bintang mempunyai impedansi dalam keadaan diam (0.4 + j4) ohm per fasa, dan impedansi rheostat per fasa (6 + j2) ohm. Motor mempunyai tegangan induksi 80 volt antara cincin-cincin stip pada keadaan diam apabila dihubungkan dengan sumber tegangan normal, hitunglah arus rotor (a) pada keadaan diam dengan rheostat dalam rangkaian, (6) Apabila dijalankan terhubung singkat dengan slip 3% 122 Pemecahan Impedansi per fasa Z = 6 + j2 + 0.4 + j4 = 64 + j6 ohm = 8.76 ohm/fasa ‘Tegangan/fasa pada keadaan diam = 80/V3 volt Arus pada kondisi diam = "5.07 ampere V3 x 8.76 Pada slip 0.03. tegangan induksi rotor = 80/V3 x 0.03 = 1.38 volt Impedansi rotor = 0.4 + 4j x 0.3 = 0.4 + jL.2 = 1.260 Sehingga arus rotor apabila dijalankan terhubung singkat dengan slip 3% = 1.38/ 1.26 = 1.09 ampere. Contoh S$ Motor induksi 3 fasa rotornya dihubung bintang dan mempunyai tegangan induksi 30 volt antara cincin-cincin slip. pada keadaan diam dan dalam keadaan sirkuit terbuka. Ketika stator dihubungkan dengan tegangan suplai normal. impendansi pada keadaan diam 0.5 + /3.5 ohm/fasa. Hitunglah arus fasa dan faktor daya bila: (a) rotor dihubungkan tahanan 4 ohm/fasa dan (6) bila cincin-cincin slip dihubung singkat. Pemecahan Tegangan induksi pada keadaan diam: 50/V3 = 28.86 volt fa) Total impedansi fasa = 4.0 + 3.5 + 0:5 ohm = 4.5 + j3.5 ohm Arus fasa = 5.06 ampere. + 3.5" Faktor daya = 4.5/5.7 = 0,789 (b) Jika dalam keadaan hubung singkat Z = 0.5 + j3.5 = 3.535 ohm Arus per fasa = 28.86/3.535 = 8.16 ampere Faktor daya = 0.5/3.535 = 0.1415 Contoh 6 Motor induksi 4 kutub. 50 Hz, 3 fasa. Jika slip dari motor pada beban penuh 3%. Hitungiah harga tahanan yang dibutuhkan secara seri per fasa untuk mengurangi kecepatan 10%, Tiap-tiap fasa rotor mempunyai tahanan 0.2 ohm. Pemecahan Jika torsi dalam motor induksi konstan dan kita mengetahti Rrow,/slip adalah konstan, dan mesin bergerak tanpa tahanan luar pada slip Sy. maka 123 — Rt Rets Fe Si Sy lalu: aM = 0.03 atau Ny, = (1 — 0.03)N, = 0.97N, Pengurangan kecepatan 10% sehingga kecepatan yang baru Nj. = 0.873 Ny Oleh karena itu slip 5; adalah: = (1 — 0.873) = 0,127 Substitusi harga tersebut sehingga didapat: 0.2 _ 0.2 + Rots 0.03 0.127 0.006 + 0.03 Rex, = 0.0254 0.0254 — 0.006 Reg = * 0.03 Regs = 0.646 ohm Contoh 7 Kecepatan motor rotor sangkar 3 fasa. 4 kutub, 50 Hz adalah 1440 rpm. Perbandingan arus hubung singkat dengan arus beban penuh adalah 5. Hitunglah torsi start dan persentase torsi beban penuh dengan mengikuti metode-metode start: fa) Oleh auto transformer dengan 60% tapping. fb) Oleh saklar stardelta Pemecahan x 100% = 4% £500 — 1400 Slip beban penuh = a Diketahui torsi star? sebanding dengan J, di mana J, adalah arus start. 124 Kemudian /j, arus beban penuh, pada torsi beban penuh In” s In? Fy aw % * 0.08 Jadi, Torsi start Torsi beban penuh In (a) Jika start digunakan auto transformer. jadi arus start = § x 0.6 arus beban penuh arus start arus beban penuh Jadi Torsi start = (3)? x 0.4 torsi beban penuh (b) Penuh keadaan hubung bintang: x 5 arus beban penuh 5) =] x 0.04 = 333% V3 Torsi start = 333% dari torsi beban penuh. FLUKS ARAH MAJU DAN MUNDUR FASA TUNGGAL Oleh karena bentuknya yang sederhana dan harganya yang relatif murah. motor induksi fasa tunggal banyak dipakai untuk keperluan motor kecil di dalam rumah tangga seperti kipas angin. pompa, mesin pendingin. air-conditioning. dan lain- lain. Struktur motor induksi fasa tunggal sama dengan motor induksi tiga fasa jenis rotor sangkar, kecuali kumparan statornya yang hanya terdiri atas satu fasa. 125 Seperti telah diketahui kumparan stator tiga fasa bila dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik akan menghasilkan suatu medan magnet yang berputar terhadap ruang. Medan putar inilah yang pada dasarnya menjadi prinsip motor induksi. Fasa tunggal tidak menghasilkan medan putar. Gambar 7.24 Sumber tegangan bolak-balik yang sinusoid menghasilkan fluks yang sinusoid pula (e = dbidr). © = by cos of Fluks yang sinusoid ini hanya menghasilkan fluks (medan) pulsasi saja dan bukan fluks yang berputar terhadap ruang. Berikut ini diperhatikan masing-masing keadaan fluks (medan) terhadap ruang (pulsasi) (Gambar 7.25); terhadap waktu (sinusoid) (Gambar 7.25) dan kedudukan vektornya di ruang (Gambar 7.25c). © pat 6.0 pba 4 a) (b) (o Gamber 7.25 Bila keadaan fluks sebagai fungsi waktu adalah: b = by, Cos wt maka fluks sebagai fungsi waktu dan ruang adalah: cb = by COS wt cos @ kecepatan sudut sudut ruang 126 atau: = bm C05 (8 — wt) + Van cos (8 + of) Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya fluks vang dihasilkan oleh kumparan fasa tunggal merupakan fluks dengan dua komponen. yaitu Komponen fluks arah maju 6p, cos (8 — w) dan komponen fluks arah mundur %b,, cos (0 + wt). Kedua komponen fluks tersebut bergerak berlawanan arah dengan kecepatan sudut (wt) yang sama. sehingga kedudukannya terhadap ruang seolah-olah tetap. Kedua komponen fluks yang berlawanan arah tersebut tentunya akan menghasil- kan kopel yang sama besar dan berlawanan arah pula (arah maju dan mundur) seperti terlihat pada Gambar 7.25, Gambar 7.26 Kopel resultan yang dihasilkan oleh kedua komponen kopel tersebut pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menggerakkan rotor dengan arah maju atau mundur, Tetapi pada keadaan srart kemampuan motor untuk maju sama besar dengan kemampuan gerak mundurnya. oleh sebab itu motor tetap saja diam. Apabila dengan suatu alat bantu kita dapat memberikan sedikit kopel maju. motor akan berputar mengikuti kopel resultan maju seperti pada gambar 7.26 dan demikian pula sebaliknya. Persoalannya sekarang adalah bagaimana cara mem- berikan kopel mula pada motor induksi fasa tunggal MOTOR FASA TIDAK SEIMBANG Motor fasa tak seimbang mempunvai dua kumparan stator. yaitu kumparan utama (U) dan kumparan bantu (B) vang diletakkan dengan perbedaan sudut 90 derajat listrik, Kumparan bantu mempunyai tahanan lebih besar daripada kumparan utama, sedang reaktansinya dibuat lebih kecil. Dengan demikian. terdapat perbedaan fasa antara arus kumparan J,, dengan arus kumparan bantu J, (i, terdahulu dari J,,}. Motor berfungsi sebagai motor 2 fasa tidak seimbang. akibatnya terjadi medan putar pada stator yang mengakibatkan motor berputar. Kumparan bantu diputuskan hubungannya (saklar $ terbuka) ketika motor mencapai putaran sekitar 75% kecepatan sinkron. Biasanya digunakan saklar yang terbuka oleh adanya gaya sentrifugal pada rotor. 127 Tee) to | Vv ee v 1 75700 ) (0) % kecepatan sinkron Gambar 7.27 MOTOR KAPASITOR Dengan dipasangnya kapasitor pada rangkaian kumparan bantu, akan diperoleh beda fasa 90° antara arus kumparan utama /,, dan arus kumparan bantu [, (J, terdahulu 90° dari [,,): dan karenanya diperoleh kopel mula yang lebih besar (Gambar 7.28). Berbagai alat seperti kompresor. pompa. mesin pendingin yang banyak dipakai di rumah memang memerlukan kopel mula yang relatif lebih besar. sehingga kapasitor motor cocok digunakan. Te) oo 75-100 %% kecepaian sinkron a o (a Gambar 7.28 Contoh Suatu motor fasa tunggal dengan tipe kapasitor-motor 4 hp. 120 volt, 60 cps. mempunyai impedansi kumparan utama dan kumparan bantu sebagai berikut: kumparan utama Z,, = 4.5 + j3.7 ohm dan kumparan bantu Z, = 9.5 + 3.5 ohm. Tentunya besarnya kapasitor yang diperlukan untuk menjalankan motor. Pemecahan Hubungan antara kumparan utama. kumparan bantu. dan kapasitor adalah seperti pada Gambar 7.29a, dan diagram fasornya adalah seperti pada Gambar 7.29b. 128 Gambar 7.29 Sudut antara / dan /,, sama dengan sudut impedansi kumparan utamanya. yaitu: by = are an 22 = 39.6 45 Sedangkan sudut antara 1 dan J, sama dengan sudut impedansi kumparan_ pembantu dan kapasitor. Jadi dy = 39.6 — 90° = are tan Xe 9.5 = tan (—S0.4°) = =1.21 3.5 - X, 95 X. = 1.21 x 9.5 + 3.5 = 15.0 ohm. Sehingga kapasitas C adalah: 10° c-—*_ -m, 15 x 377 “f Og 129 MESIN SINKRON ~ PRINSIP KERJA MESIN SINKRON Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sama dengan mesin induksi. sedangkan kumparan medan mesin sinkron dapat berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder), Arus searah (DC) untuk menghasilkan fluks pada kumparan medan dialirkan ke rotor melalui cincin. Gambar 8.1 Apabila kumparan jangkar dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa akan menimbulkan medan putar pada stator. Kutub medan rotor yang diberi penguat arus searah mendapat tarikan dari kutub medan putar stator hingga turut berputar dengan kecepatan yang sama (sinkron). Dilihat dari segi adanya interaksi dua medan magnet. maka kopel yang dihasilkan motor sinkron merupakan fungsi sudut kopelnya (8). T = B,B, sin & Pada beban nol. sumbu kutub medan putar berimpit dengan sumbu kumparan medan (8 = 0), Setiap peaambahan beban membuat medan motor “tertinggal” 130 sebentar dari medan stator, berbentuk sudut kopel (8); untuk kemudian berputar dengan kecepatan yang sama lagi. Beban maksimum tercapai ketika 8 = 90°. Penambahan beban lebih lanjut mengakibatkan hilangnya kekuatan kopel dan motor disebut kehilangan sinkronisasi. REAKSI JANGKAR Apabila generator sinkron (alternator) melayani beban. maka pada kumparan jangkar stator mengalir arus; dan arus ini menimbulkan fluks jangkar. Fluks jangkar yang ditimbulkan arus (4) akan berinteraksi dengan yang dihasilkan kumparan medan rotor ($b). sehingga menghasilkan fluks resultante (6p). og = bp + ba: jumlah secara vektor. Adanya interaksi ini dikenal sebagai reaksi jangkar. Kondisi reaksi jangkar untuk berbagai macam jenis beban adalah sebagai berikut: Arus jangkar (2) sefasa dengan ggl (E). Jenis beban: tahanan (resistif). a tegak lurus terhadap or Arus jangkar (J) terdahulu @ dari gel (E). Jenis beban: kapasitif. a terbelakang dengan sudut (90° ~ 6). ( Arus jangkar ({) terdahulu 90° dari gel (E). Jenis beban: kapasitif murni. a memperkuat -. terjadi pengaruh pemagnetan ( Asus jangkar (/) terbelakang 90° dari gel (E). Jenis beban: induktif murni. a memperlemah ¢y. terjadi pengaruh pendemagnetan Gambar 8.2. ‘Terlihat bahwa reaksi jangkar pada alternator bergantung pada jenis beban yang dilayani, dengan perkataan lain bergantung pada sudut fasa antara arus jangkar (/) dengan tegangan induksi (ggl). ALTERNATOR TANPA BEBAN Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (/;): tegangan (£,) akan terinduksi pada kumparan jangkar stator. Ey = cnb c = konstanta mesin n = putaran sinkron . = fluks yang dihasilkan oleh Jj. pave eae Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak Imengoli pada stator, karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hany@bdsilkan oleh arus medan (J). Apabila arus medan (J,) diubah-ubah harganya, akan diperolch harga E,, seperti yang terlihat pada kurva pemagnetan Gambar 8.3a. Pada celah udara kurva pemagnetan merupakan garis lurus. celah udara A x Gambar 8.3 AB = tahanan arus medan yang diperlukan untuk daerah jenuh R, tahanan stator X, = fluks bocor E, = V (keadaan tanpa beban) ALTERNATOR BERBEBAN Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar bersifat reaktif karena itu dinyatakan sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi pemagnet (X,,). Reaktansi pemagnet (X,,) 132 ini bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor (X,) dikenal sebagai reaktansi sinkron (X,). Model rangkaian dan diagram vektor dari alternator berbeban induktif (faktor kerja terbelakang) dapat dilihat pada Gambar 8.4. E = V + IR, + XX, = Xm + Xo t E X% Re Fe e ix, v 1 OTR REAKTANSI SINKRON Gambar 8.4 Harga X, diperoleh dari dua macam percobaan yaitu percobaan tanpa beban dan percobaan hubungan singkat. Dari percobaan tanpa beban diperoleh harga E, sebagai fungsi arus medan (J,). Seperti telah diterangkan, hubungan ini menghasilkan kurva pemagnetan; dan dari kurva ini harga yang akan dipakai adalah harga liniernya (unsaturated). Pemakaian harga linier yang metupakan garis lurus cukup beralasan mengingat kelebihan arus medan pada keadaan jenuh sebenarnya dikompensasi oleh adanya reaksi jangkar. Percobaan hubungan singkat akan menghasilkan hubungan antara arus jangkar (J) sebagai fungsi arus medan ,), dan ini merupakan garis lurus (Jy,). Gambar 8.5 Jadi, harga reaktansi sinkron adalah: Eo _ OA Ths BC 133 PENGATURAN TEGANGAN Diagram vektor pada Gambar 8.6 memperlihatkan bahwa terjadinya perbedaan antara tegangan terminal V dalam keadaan berbeban, dengan tegangan Eq pada saat tidak berbeban, dipengaruhi selain oleh faktor kerja juga oleh besarnya arus jangkar (1) yang mengalir. Faktor kerja L E aces SE Faktor kerja mendahului ; Gambar 8.6 Dengan memperhatikan perubahan tegangan V untuk faktor kerja berbeda-beda pada Gambar 8.6, karakteristik tegangan terminal V terhadap arus jangkar / dapat digambarkan sebagai Gambar 8.7. Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal alternator antara keadaan beban nol dengan beban penuh, dan dinyatakan: Eo - Vv v va Faktor kerja mendahului Faktor kerja = 1 Pengaturan tegangan = Faktor kerja terbelakang i U1 Gambar 8.7 KERJA PARALEL ALTERNATOR Untuk meiayani beban berkembang, ada kaldnya kita harus memparalelkan dua atau lebih alternator dengan maksud memperbesar kapasitas daya yang dibangkit- kan. 134 Selain untuk tujuan di atas. kerja paralel juga sering dibutuhkan untuk men kontinuitas pelayanan apabila ada mesin (alternator) yang harus dihentikan. misalnya untuk istirahat atau reparasi. Untuk maksud memparalel ini. ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. yaitu: (1) Harga sesaat gel kedua alternator harus sama dalam kebesarannya, dan bertentangan dalam arah. Atau harga sesaat gel alternator harus sama dalam kebesarannya dan bertentangan dalam arah dengan harga efektif tegangan jala-jala. (2) Frekuensi kedua alternator atau alternator dengan jala-jala harus sama. (3) Fasa kedua alternator harus sama dan bertentangan setiap saat. (4) Urutan fasa kedua alternator harus sama. Gambar 8.8 Misalkan suatu generator G akan diparalelkan dengan jala-jala. Mula-mula G diputar oleh penggerak mula mendekati putaran sinkronnya. lalu penguatan 1, diatur hingga tegangan terminal generator tersebut sama dengan jala-jala. Untuk mendekati frekuensi dan urutan fasa kedua tegangan (generator dan jala- jala) digunakan alat pendeteksi yang pada Gambar 8.8 berupa lampu sinkronoskop hubungan terang. Benar tidaknya hubungan paralel tadi, dapat dilihat dari lampu tersebut. Jika rangkaian untuk paralel itu benar (urutan fasa sama) maka Jampu L,. £3. dan L3 akan hidup-mati dengan frekuensi f, ~ fe; cycle. Sehingga apabila ke-3 lampu sedang tidak berkedip berarti f, = fc atau frekuensi tegangan generator dan jala-jala sudah sama. Untuk mengetahui bahwa fasa kedua tegangan (generator dan jala-jala) sama dapat dilihat dari lampu Ly. L2, dan Ls yang untuk hubungan seperti pada Gambar 8.9, L; akan mati dan Lz, L; menyala sama terang. Frekuensi tegangan generator diatur oleh penggerak mula sedang besar tegangan diatur oleh penguatan medan. Jika rangkaian untuk paralel itu salah (urutan fasa tidak sama) maka Jampu L;, L;, dan L; akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi (f;, + fo) cyele. Dalam hal 135 ini dua buah fasa (sebarang) pada terminal generator harus kita pertukarkan. Untuk jelasnya lihat diagram pada Gambar 8.9 dan 8.10. dari jala-jata dari generator eu ie TL Ww L382 | Me > Ne Gambar 8.9 Gambar 8.10 R. S, dan T urutan fasa tegangan jala-jala. U, V. dan W urutan fasa tegangan generator. Jika urutan fasa kedua sistem tegangan sama, maka lampu L,. L2, dan L3 akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi f;, — fo cycle. Saat memparalelkan adalah pada keadaan L, mati sedang L; dan Ls menyala sama terang, dan keadaan ini berlangsung agak lama (yang berarti f, dan fc sudah sangat dekat atau benar-benar sama). Dalam keadaan ini, posisi semua fasa sistem tegangan jala-jala berimpit dengan semua fasa sistem tegangan generator. Gambar 8.11 Ly: mendapat tegangan Vig = 0 (lampu mati) karena R berimpit dengan U (Vu = Vor ~ Vuo = 0) Lp: mendapat tegangan Vrs +0 (lampu hidup) Vws = Vwo ~ Vso = V3Vwo = V3¥so Ls: mendapat tegangan Vzy #0 (lampu hidup) Vrv = Vro ~ Vvo = Vro — Vvo = V3¥r0 = V3Vvo 136 MOTOR SINKRON Telah diketahui bahwa pada motor induksi tidak terdapat kumparan medan, sehingga sumber pembangkit fluks hanya diperoleh dari daya masuk, stator. Daya masuk untuk pembangkit fluks merupakan daya induktif. oleh karenanya motor induksi bekerja pada faktor kerja terbelakang. Sedangkan pada motor sinkron terdapat dua sumber pembangkit fluks yaitu arus bolak-balik (AC) pada stator dan arus searah (DC) pada rotor. Bila arus medan pada rotor cukup untuk membangkitkan fluks (gm) yang diperlukan motor. maka stator tidak perlu memberikan arus pemagnetan atau daya reaktif dan motor bekerja pada faktor kerja = 1.0. Kalau arus medan pada rotor kurang (penguat berkurang). stator akan menarik arus pemagnetan dari jala-jala, sehingga motor bekerja pada faktor kerja terbelakang. Sebaliknya bila arus medan pada rotor berlebih (penguat berlebih), kelebihan fluks (gem) ini harus diimbangi. dan stator akan manarik arus yang bersifat kapasitif dari jala-jala; dan kerenanya motor bekerja pada faktor kerja terdahulu. Dengan demikian, jelas bahwa faktor kerja motor sinkron. dapat diatur dengan mengubah-ngubah harga arus medan (J). PENGARUH PENGUATAN MEDAN Diagram vektor pada Gambar 8.12 menunjukkan keadaan motor sinkron untuk faktor kerja yang berbeda-beda pada keadaan beban (P) tetap. tag pr v : Ca : 1 Garis P konstan Vektor diagram alternator untuk daya (P) konstan, V dibuat tetap dan A, diabaikan. Gambar 6.12 Diagram vektor memperlihatkan, bahwa untuk beban tetap arus jangkar I yang ditarik dari jalajala oleh motor harganya besar pada saat penguat berkurang (faktor kerja terbelakang). bertambah kecil untuk harga faktor kerja = 1.0; untuk 137 kemudian menjadi besar lagi ketika penguatan dibuat berlebih (faktor kerja terdahulu). Dengan demikian hubungan antara arus jangkar J dengan arus penguat (arus medan Jj) untuk suatu beban (P) yang tetap akan merupakan kurva yang berbentuk V seperti tampak pada Gambar 8.13. Penguat berlebih 4 Gambar 8.13 KONDENSOR SINKRON Telah diterangkan pada pembahasan terdahulu bahwa apabila motor sinkron diberi penguatan berlebih, maka untuk mengkompensasi kelebihan fluks. dari jala-jala akan ditarik arus kapasitif. Karena itu motor sinkron (tanpa beban) yang diberi penguat berlebih akan berfungsi sebagai kapasitor dan mempunyai Kemampuan untuk memperbaiki faktor kerja, Motor sinkron demikian disebut kondensor sinkron. Daya Reaktif Motor sinkron tanpa beban dalam keadaan penguatan tertentu dapat menimbulkan daya reaktif. Perhatikan diagram vektor motor sinkron tanpa beban seperti terlihat pada Gambar 8.14. vm , EK ms m “Ta @ ©) © Gambar 8. Pada Gambar 8.142. penguatan normal, sehingga V = E. Motor dalam keadaan mengambang karena tidak memberikan ataupun menarik arus. V berimpit dengan E karena dalam keadaan tanpa beban sudut daya 6 = 0. Pada Gambar 8.14b, penguatan berlebih. sehingga E > V. Arus Kapasitif (leading current) ditarik dari 138, jala- jala. Daya aktif P = V/cos & = 0. Jadi, motor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif yang bersifat kapasitif (kapasitor). Pada Gambar 8.14c, penguatan berkurang. sehingga E < V. Arus magnetasi (lagging current) ditarik dari jala-jala Jadi, motor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif yang bersifat induktif (induktor). SUDUT DAYA MESIN SINKRON Untuk alternator berlaku hubungan: V = E — (IR, + jIX,) Bila R, diabaikan maka: V= E ~ jIx, E-v dalam bentuk polar dapat ditulis (= [2 Me) xX, Xs E (cos 8 + jsin 8) V eX Komponen nyata dari arus / di atas adalah E/X, sin 8. Komponen nyata dari suatu arus dapat juga ditulis dengan J cos 6, Oleh karena itu. bila daya P = V/ cos b dan T cos @ = E/X, sin 8 maka: dan VE. . Ts Vv wp oy, fn} Terlihat bahwa harga kopel (T) merupakan fungsi sin 8, sehingga akan mencapai harga maksimum pada saat 8 = 90°. Perubahan sudut daya 8 untuk setiap penambahan beban dapat terlihat apabila rotor disinari dengan cahaya sthobosko- pik. van Gamber 8.15 Contoh 1 Suatu motor sinkron, 2000 hp. cos @ = 1.0. 3 fasa hubungan bintang. 2300 volt, 30 kutub, 60 cps. Motor mempunyai reaktansi sinkron sebesar 1.95 ohm per fasa. (a) Hitung kopel maksimum dengan menganggap bahwa sumber yang memberi- kan daya listrik pada motor mempunyai tegangan dan frekuensi Konstan, demikian pula tegangan medan rotor dijaga Konstan, yaitu mempunyai harga yang sama dengan tegangan medan pada saat cos ¢ = 1.0 pada beban penuh. Abaikan semua rugi yang terjadi. Jika sumber adalah generator sinkron, 3 fasa hubungan bintang, 2300 volt. 1750 kVA, 2 kutub, 3600 rpm dan mempunyai reaktansi sinkron 2.65 ohm per fasa. Generator dijalankan dengan kecepatan nominal dan tegangan medan generator dan motor diatur, sehingga motor berputar dengan cos @ = 1.0 pada beban penuh. Hitunglah kopel maksimum pada keadaan ini (tegangan medan generator dan motor konstan), dan hitung pula tegangan terminalnya pada saat motor memberikan kopel maksimum tersebut. (b, Pemecahan Di sini dimisalkan mesin adalah mesin sinkron dengan rotor silinder, sehingga reluktansi kopel diabaikan. Rangkaian ekivalen motor dapat digambarkan seperti Gambar 8.16, di mana X,,, = reaktansi sinkron dan Eym = tegangan medan. KVA = 2000 x 0.746 = 1.492 KVA, untuk 3 fasa = 497 kVA, untuk 1 fasa Tegangan nominal (V,) = 2300/V3 = 1330 volt (tegangan fasa) Arus nominal (I = 1,) = 497 000/1330 = 374 ampere per fasa maka I,Xsm = 374 X 1.95 = 730 volt. per fasa b 4 v ar h Xen NY , taXem M Gen a En Gamber 8.16 ®) © 140 Dari diagram fasor (untuk cos = 1.0) pada Gambar 8.166, didapat Ejm = VVF + (Xm) = 1.515 volt Daya maksimum bila @ = 90°, dan jika Ey, dan V, konstan maka: 1 Pray = VPs = 130% 1515 sy 19 watt Xen 1.98 untuk 3 fasa = 3 x 1030 kW = 3090 kW Kecepatan sinkron = 120f/p = 240 rpm = 4 rps Pras _ 3090 x 10° Wo oan x4 Tmaks = 123 x 10° newton meter = 0.738 (123 x 10°) = 90 600 Ib-ft Jika sumber daya adalah generator sinkron. rangkaian ekivalen keseluruhan {generator + motor) dapat digambarkan seperti Gambar 8.16c dan diagram fasornya (untuk cos = 1.0) seperti Gambar 8.16d. Fe 1X ve 1eXem o Em Di sini: V, = 1330 volt, dan Ey, = 1515 volt. Tegangan drop pada raktansi sinkron generator: 1X, = 374 X 2.65 = 991 volt. Dan dari diagram fasor: Eg = VV + (LXq% = 1655 volt. Daya maksimum terjadi bila Ey, terdahulu 90° terhadap En. dan bila Ey dan Ey Konstan. diagram fasornya adalah seperti Gambar 8.16e di mana V, tidak lagi sama dengan 1330 dan faktor kerja juga tidak sama dengan 1.0. Maka: Eng Epm _ 1655 X 1515 P, = Xsg + Xom 4.60 ‘maks = $45 x 10° watt per fasa untuk 3 fasa = 1635 kW. 141 cy Jadi, Toons = Pm _ 1635 x 10° Ww Qn x 4 = 65 x 10° Nm = 48.000 Ib-fl Dari diagram fasor pada Gambar 8.162 Iq (Xp + Xon) = VER, + Ej = VI5IS? + 1655° = 2240 volt 2240 ly = 488 ampere 4,60 pe 1,Xom = 488 x 1.95 = 951 volt cOS a = —— Fim __ 515. = 0.676 1, Kg + Xm) 2240 sin @ = ——Fis__ = 185. © 39 Ty (Xg + Xm) 2240 Maka: Vi. = Ejm + 1eXsm = Epn — [aXan 008 a + jlXm Sin 0 ti 1515 — 643 + j703 = 872 + j703 Dan besarannya adalah: V, = 1120 voit (tegangan fasa) 1940 volt (tegangan jala-jala) 142 Contoh 2 Alternator 1 fasa, 4 kutub, 50 Hz. 50 KVA, $50 Volt mempunyai tahanan jangkar 0.48 ohm. Arus medan 8 ampere memberikan 160 ampere pada hubung singkat dan ggl 500 volt pada keadaan beban nol. Carilah: (J) Reaktansi dan impedansi sinkron. (2) Persentase pengaturan pada beban penuh bila: (a) faktor daya 1 (satu) (b faktor daya 0.8 (tertinggal). Pemecahan (1) Arus beban penuh dari mesin = (50 x 1000)/550 = 90.9 ampere Impedansi sinkron Z, = SO0/160 = 3.120 2a) Untuk faktor daya 1 (satu): V = 530 + 70 1 = 90.9(1 + j0) Z, = 0.8 + j3.08 Gaya gerak listrik E = V + IZ, 550 + j0 + 90.9(1 + j)(0.48 + /3.08) 593.6 + j270 = 640 volt 550 % Pengaturan = 40 x 100% = 90/550 x 100% = 16.3% I (2b) Untuk faktor daya 0.8 (tertinggal) E = 550 + j0 + 90.9 (0.8 — j0.6)(0.48 + j3.08) IE|= 754 volt % Pengaturan = Contoh 3 Alternator 3 fasa. 600 kVA. 3300 V. mempunyai 25% reaktansi dan tahanan diabaikan. Faktor daya 0.8 tertinggal pada keadaan beban penuh. Bila pada saat medan penguat ditambah. gg! naik 20% dari keadaan berbeban penuh, hitunglah arus dan faktor daya yang baru. Alternator dihubungkan pada busbar (rel) Pemecahan 500 x 1 Arus beban penuh = 220% 1000 55 5 ampere V3 x 3300 3 Teganganifasa = “*" = 1905 volt V3 42 Reaktansi; 25% x 1905 = 87.5 X, X, = 5.44 ohm E 1905 + 87.5 (0.8 + j0.6) j5.44 E = 1905 + j371 + 272.4 E 2177.4 + j371 volt |E|=V2177.4 + 3717°= 2190 volt Pada saat penguat dinaikkan 20% maka: E = 0.20 x 2190 = 2608 volt Bagian daya aktif tidak berubah sehingga diperoleh: 2608 = besaran dari [1905 + (70 — jf) j5.44] V (1905 +5.44 7° + 370.8 134 ampere 1 Arus yang baru = V70" + 134 = 151.5 ampere Faktor daya yang baru = 70/151.4 terbelakang = 0.462 terbelakang. Contoh 4 Dua buab alternator 750 kW beroperasi secara paralel. Pengaturan kecepatan alternator yang pertama dari keadaan beban penuh ke keadaan tanpa beban adalah 100% ke 103%. Sedangkan alternator yang lain 100% ke 104%. Berapakah beban yang harus dipikul masing-masing alternator bila diberikan beban 1000 kW. Dan pada saat bagaimanakah salah satu mesin berhenti mensuplai beban. Pemecahan Buat garis asumsi pengaturan kecepatan mesin. Misalkan pengaturan dari 100 ke 104% adalah Q dan yang lainnya P, lihat gambar: Gambar 8.17 144 Titik operasi di A. pada saat frekuensi sama, pada keadaan kedua alternator bekerja paralel. Dari kedua segitiga yang sama diperoleh: 104 - f _ 450 di mana P, adalah beban yang disuplai oleh mesi serupa dengan; af = 3/750 ° 4Pp oleh karena itu: 104 — f = —* 750 dari: 103 — f = 3 Pof750 4Pp - 3Po 750 4P, — 3 Po = 750 4(P, + Pg) = 4000 bila beban 1000 kW 7Po = 3250 Po = 3250/7 = 464 kW P, = 536 kW. Bila beban naik; kecepatan turun dan bila kecepatan berada antara 103% ke 104% hanya mesin P mensuplai daya sedang mesin Q menjadi daya cadangan: Besar beban yang disuplai mesin P _ 104 = 103 4 Substitusi 1 = x 750 = 187.5 kW Contoh 5 Alternator satu fasa, 600 volt. 60 KVA mempunyai tahanan jangkar efektif 0.3 ohm. Dengan arus penguat 5 ampere menghasilkan ggl 400 volt pada keadaan sirkuit terbuka dan arus jangkar 200 ampere pada keadaan hubung singkat. Hitung persen pengaturan pada saat beban penuh di mana faktor daya 0.8 tertinggal. Pemecahan Pada saat arus medan 5 ampere. induksi tegangan 400 volt pada sirkuit terbuka. Dan dengan arus medan yang sama dihasilkan arus jangkar 200 ampere pada keadaan hubung singkat. ve 7, = vee = 4 oi Tye 200 R, =0,3 ohm, X, = V7 — 0.3? = 1.974 ohm 145 Tegangan terminal: V, = 600 + jO Arus beban penuh J = 60 x 1000 / 600 = 100 ampere Z, = 0.3 + j1.974 E=V,+ IZs E = 600 + jO + (0.3 + j1.974)[100 (0.8 + j0.6)) Pada saat arus tertinggal tegangan dengan sudut 6, di mana cos & .8 dan sin 6 = 0.6 E = 742.5 + j140 le) = V(@742.5)7 + (140)? = 753 volt % pengaturan pada beban penuh 0.8 tertinggal. = ae x 100% = 153/600 x 100% = 25.5% Contoh 6 Motor sinkron 36, 12 kutub, mempunyai impedansi jangkar 100 ohm. dan reaktansi 0.5 ohm/fasa. Beroperasi dengan 2000 V. 36, 25 Hz. Bila pengaturan 80% dari kemampuan, hitunglah daya maksimum dan torsi dalam Nm sebelum mesin keluar sari sinkronisasi. Pemecahan V, = 2000 volt dan E, = 80% sehingga V, = 1600 volt R = 0.5 ohm dan Z, = 10 ohm Daya maksimum yang dihasilkan oleh mesin sinkron: ViV> VER Pa mats = zs Ze Pz mars dari ketiga fasa = 2000 1600 600)? 0.5 KO me x3 10V3 V3 10° _ 2000 x 1600 1600?x 1 10 = 307 200 watt Kecepatan mesin sinkron dengan 12 kutub = 120 x 25/12 = 250 rpm 146, Trnaks pada kondisi daya maksimum: Trraks * @ = 307 200 2a x 250 Trans % “229 = 307 200 0 Tryons = 200200 * 8 41 24 Nm 2x 9 x 250 147 SALURAN TRANSMISI SALURAN transmisi membawa tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkitan ke pusat-pusat beban melalui saluran tegangan tinggi 150 kV, atau melalui saluran ekstra tegangan tinggi 500 kV, Trafo penurunan akan merendahkan tegangan ini menjadi tegangan subtransmisi 70 KV, yang kemudian di gardu induk (GI) diturunkan lagi menjadi tegangan distribusi primer 20 kV. Pada gardu induk distribusi yang tersebar di pusat-pusat beban, tegangan diubah oleh trafo distribusi menjadi tegangan rendah 220/380 V; lihat Gambar 1.6. Peningkatan tegangan pada saluran transmisi mempunyai nilai ekonomis yang sangat penting. mengingat keuntungan-keuntungan sebagai berikut: (a) Untuk penyaluran daya yang sama. arus yang dialirkan menjadi berkurang. Ini berarti penggunaan bahan tembaga pada kawat penghantar akan berkurang dengan bertambah tingginya tegangan transmisi. (b) Luas penampang konduktor yang digunakan berkurang. Karena itu struktur penyangga konduktor menjadi lebih kecil. (c) Oleh karena arus yang mengalir di saluran transmisi menjadi lebih kecil, maka jatuh tegangan juga menjadi lebih kecil. Akan tetapi. dengan bertambah tingginya tegangan transmisi, berarti jarak bebas antara kawat penghantar harus lebih lebar, panjang gandengan isolator harus lebih besar, yang berarti meningkatnya biaya menara dan konstruksi penopang. Dilihat dari jenisnya. dikenal dua macam saluran transmisi yaitu: (1) Saluran udara (overhead line), yang menyalurkan tenaga listrik melalui kawat- kawat yang digantungkan pada tiang-tiang transmisi dengan perantara isolator. (2) Saluran bawah tanah (underground). yang menyalurkan tenaga listrik melalui kabel bawah tanah Meskipun saluran bawah tanah Jebih aman dan sesuai dengan persyaratan estetis. namun biaya pembangunannya jauh lebih mahal dibandingkan dengan saluran udara. di samping bila terjadi gangguan hubungan singkat dan lain 148 sebagainya, perbaikannya juga lebih sukar dilakukan. Energi listrik asus bolak- balik dapat disalurkan dengan cara-cara (perhatikan Gambar 9.1a, b. dan c): (a) fasa-tunggal. dua kawat, (b) fasa-tiga, tiga kawat, (c) fasa-tiga. empat kawat —— (a) or @ Gambar 9.1 Saluran transmisi dengan menggunakan sistem arus bolak-balik tiga fasa merupakan sistem yang banyak digunakan saat ini mengingat beberapa kelebihan sebagai berikut: (a) mudah pembangkitannya (generator sinkron); (b) mudah pengubahan tegangannya (transformator); (c) dapat menghasilkan medan magnet putar; (d) dengan sistem tiga fasa. daya yang disalurkan lebih besar dan nilai sesaatnya konstan. Di beberapa bagian dunia. saluran transmisi dengan sistem arus searah, akhir- akbir ini juga sudah banyak digunakan. Saluran transmisi arus searah meskipun mempunyai beberapa keuntungan seperti: isolasinya yang lebih sederhana, daya guna (efisien) yang tinggi (karena faktor dayanya = 1.0) serta tidak ada masalah stabilitas, namun persoalan ekonominya masih perlu diperhitungkan. Mahalnya sistem saluran arus searah terutama disebabkan karena pada sistem ini diperlukan biaya peralatan pengubah arus: inverter dan konverter, yang cukup tinggi. Pada bab ini akan diuraikan beberapa aspek penting permasalahan saluran transmisi, antara lain vang menyangkut: konstanta saluran, karakteristik penyalur- an daya. pengaturan tegangan sistem serta aliran daya nyata dan reaktif. INDUKTANSI SALURAN Induktansi. di samping tahanan dan kapasitansi saluran transmisi, dinamakan konstanta saluran dan merupakan bagian penting dalam pethitungan karakteristik saluran. Gambar 9.2 memperlihatkan dua konduktor dengan diameter d, dipisahkan antara keduanya dengan jarak D. Pada kedua kondukior tersebut (A dan B), mengalir arus listrik yang berlawanan arah 149 [>> () Gambar 9.2 Perhitungan nilai induktansi pada konduktor tersebut, terbagi dalam dua bagian, yaitu: bagian induktansi di dalam konduktor dan bagian induktansi di luar konduktor. Untuk induktansi di dalam konduktor (lihat Gambar 9.2b), kuat medan H dapat dinyatakan dengan: Spi m"perelmeter arr Bila p, adalah permeabilitas bahan konduktor, maka kerapatan fluks B adalah: B= toll = Bo weber/m? Qnr? Garis-garis fluks 4 untuk cincin kecil dengan lebar dx pada radius x, untuk suatu unit panjang konduktor tertentu adalah: B x luas bidang BX Ix dx Fluks linkages ) untuk luas bidang yang terletak di dalam lingkaran beradius x, adalah: d ie = Por bot Oar? Harga \ untuk keseluruhan huas bidang antara 0 dan r dapat dinyatakan dengan harga integralnya: 150 Untuk induktansi di bagian luar konduktor, kuat medan H yang berjarak x meter dari titik pusat konduktor A, tidak hanya dipengaruhi oleh konduktor A tapi juga akan dipengaruhi oleh konduktor B. Jadi: f I Qax 2n(D — x) Meskipun arus yang mengalir pada konduktor arahnya saling berlawanan, tetapi bila diperhitungkan dilakukan pada pertengahan jarak antara kedua konduktor itu, harga kuat medan akan saling menambah pap toe (tL, ) Qn x D-x} untuk harga fluks dengan ketebalan konduktor dx yang sangat kecil: Lott ag = Lote - weber Fluks total D af r = 5 bat (In x ~ In (D~ ny P~? D-r r T ao in on Poly 151 Jadi fluks linkage untuk masing-masing konduktor dapat dituliskan: D-r weber I = = Moby In 20 r » untuk bagian dalam dan luar konduktor adalah penjumlahan dari: Boberl 8a Karena induktansi adalah Mampere, maka nilai induktansi per konduktor menjadi sebagai berikut: bee | | x 1077 H/meter Pada saluran transmisi tiga fasa. nilai induktansi/fasa adalah sama dengan nilai induktansi per konduktor. yaitu: D 7 L= bos + 4.6 login 4 x 107? Him di mana D adalah jarak antara konduktor dan y adalah radius masing-masing konduktor tersebut. Bila letak konduktor tidak simetris, maka D pada persamaan di atas perlu diganti dengan: D =VD)DaDus di mana D2. D3. dan D3, menunjukkan jarak letak konduktor satu sama lain Nilai induktansi £, pada persamaan di atas memakai permisalan beban jaringan seimbang. Bila beban tidak seimbang dan letak konduktor tidak simetris. maka 152 persoalan saluran transmisi tersebut harus dipecahkan dengan menggunakan teori komponen- komponen simetris. KAPASITANSI SALURAN Bila pada dua konduktor yang terpisah oleh jarak tertentu, dialirkan arus listrik, maka akan terbentuk fluks elektrostatik dan dua konduktor tersebut berfungsi sebagai kapasitor. Nilai kapasitansinya semata-mata tergantung dari jari-jari Konduktor dan jarak antara kedua konduktor tersebut serta tidak dipengaruhi oleh besarnya medan magnet. A Gambar 9.3 Bila pada Gambar 9.3 titik P yang berjarak x meter dari konduktor A, dan berjarak (D — x) dari konduktor B. maka intensitas listrik di titik P yang diakibatkan oleh muatan +q pada konduktor A adalah 2me ex volt‘m arahnya menuju konduktor B Dengan cara yang sama dapat ditentukan intensitas listrik pada titik P yang dipengaruhi oleh muatan ~q pada konduktor B: —— ————— volt/m, arahnya menuju konduktor A Qnege, (D — x) Jadi intensitas total di titik P adalah: 153 Beda potensial antara kedua konduktor tersebut: dV= E dx qoji ld | 2meoe, [x D Jadi q 2me oe, {Inx — In(D-x)]P >" JEax= =—4— Jin(D- ry) ~ Inr—inr+ In(D- 1) meet, . : [® ° / ee, Karena nilai D jauh lebih besar daripada nilai r, maka Jadi Tee, r Karena q = CV. kapasitansi C dapat dihitung: Qmeoe c= SC farad/meter In Dir =- Fim 2.303 logy, Dir Kapasitansi untuk masing-masing konduktor terhadap titik netral adaiah: c= 2m ot, Elm Jn Dir 154 Bila letak konduktor tidak simetris, nilai kapasitansi antara kawat fasa-kawat netral dapat dihitung dengan persamaan berikut: 2mese, In WD gDxsDalr) di mana D1, Dz3, dan Ds, menunjukkan jarak letak konduktor satu sama lain. CQ, TAHANAN SALURAN Nilai tahanan saluran transmisi dipengaruhi oleh resistivitas konduktor, suhu, dan efek kulit (skin effect). Tahanan merupakan sebab utama timbulaya rugi tegangan pada saluran transmisi. Dikenal dua macam tahanan, yaitu tahanan arus searah dan tahanan arus bolak-balik. Tahanan arus searah ditentukan oleh nilai resistivitas material konduktor: di mana Rec = tahanan arus searah, 0 P = resistivitas. O m 1 = panjang konduktor, m A = luas penampang bidang, m? Nilai tahanan ini berubah dengan suhu menurut rumus: R, = Ro {+ att ~ to) di mana R, = tahanan pada suhu t Rt) = tahanan pada suhu to a = koefisien suhu massa konstan Konduktor-konduktor dengan diameter yang besar mempunyai harga tahanan bolak-balik (R..) yang lebih besar, karena adanya pengaruh efek kulit; namun demikian pengaruhnya kecil sehingga dapat diabaikan. Gejala efek kulit mengakibatkan distribusi arus yang tidak merata pada penampang konduktor. Arus bolak-balik yang mengalir dalam suatu konduktor. cenderung untuk terkonsentrasi pada tepi bagian luarnya atau “kulit”-nya. Oleh karena itu, luas penampang efektif dari konduktor tersebut menjadi berkurang yang menyebabkan nilai efektif taaanan arus bolak-balik pada frekuensi SO Hz, beberapa persen lebih kecil daripada harga tahanan arus searah. 155 KARAKTERISTIK PENYALURAN DAYA Tenaga listrik disalurkan melalui jaringan transmisi dari pusat pembangkit yang disebut pangkal pengiriman, menuju pusat-pusat beban yang disebut ujung pencrimaan. Meskipun tenaga listrik disalurkan dengan sistem tiga fasa, tetapi semua perhitungan dilakukan berdasarkan hubungan satu fasa sistem bintang. Dalam mempelajari karakteristik penyaluran daya yang meliputi variabel-variabel tegangan, arus, dan hilang daya, dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan yang berbeda yaitu: (a) Rangkaian yang parameter atau konstanta-konstantanya dikonsentrasikan (jumped). pendekatan ini digunakan untuk analisis saluran transmisi jarak pendek. (b) Rangkaian yang parameter atau konstanta-konstantanya didistribusikan sepanjang saluran transi Beberapa perhitungan penting untuk analisis transmisi adalah: (a) Menghitung perbedaan besaran antara tegangan pada pangkal pengiriman (E,) dengan tegangan pada ujung penerimaan (E,). (b) Menghitung faktor daya pada pangkal pengiriman dan ujung penerimaan. (c) Menghitung daya guna transmisi (daya keluar/daya masuk). Saluran Transmisi Jarak Pendek Oleh karena pengaruh kapasitas dapat diabaikan pada saluran transmisi jarak pendek (Kurang dari 20 km), maka konstanta saluran yang diperhitungkan hanyalah impedansi yang terdiri atas tahanan dan induktansi. (lihat Gambar 9.4). Pangkal pengiriman Ujung penerimaan Gambar 9.4 = R+ jx E, + IR cos 6, + IX sin 6, BN 156, dengan pengaturan tegangan: Ey — . a (R cos b, + X sin 6.) E, by di mana Z = impedansi saluran R= tahanan saluran X = induktansi saluran E, = tegangan pangkal pengiriman E, = tegangan ujung panerimaan arus pada ujung penerimaan cos , = faktor daya pada ujung pencrimaan Saluran Transmisi Jarak Menengah Persoalan saluran transmisi jarak menengah dapat diselesaikan memperlakukan- nya sebagai rangkaian T atau rangkaian 7, periksa Gambar 9.5 dan Gambar 9.6 Gambar 9.5 Gambar 9.6 157 Untuk rangkaian T, penggambaran kapasitansi saluran terletak di tengah (lihat Gambar 9.5). dengan persamaan sebagai berikut: - ze a E,= 5, (1-2) ref 2) di mana Y= G + jB = admitansi saluran G= konduktansi saluran B = suseptansi saluran Penggambaran kapasitansi saluran pada rangkaian 7 adalah dengan cara membaginya menjadi dua. yaita C/2 dan C/2 yang diletakkan pada kedua ujung saluran seperti terlihat pada Gambar 9.6, Persamaan untuk rangkaian 7 adalah: » {142 |e iz 2 a nfrs@) +er[e 2) 2 4 Saluran Transmisi Jarak Jauh E Persoalan saluran transmisi jarak jauh diselesaikan dengan memisalkan kapasitansi saluran itu terbagi rata sepanjang jarak tempat pangkal pengiriman dun ujung penerimaan. sehingga persamaan umum dari suatu jaringan jarak jauh (Gambar 9.7) adalah: Gambar 9.7 di mana A, B, C, dan D disebut sebagai parameter saluran transmisi dan dapat ditentukan dengan memakai persamaan berikut: A j untuk nilai J, = 0 B ; untuk nilai E, = 0 Cc 3 untuk nilai Z, = 0 4 a D= L ; untuk nilai E, = 0 Dengan melakukan pengukuran besarnya masukan (input) E, dan I, pada keadaan tanpa beban (no-load) dan hubungan singkat di ujung penerimaan. parameter saluran transmist A, B, C, dan D dapat ditentukan. Atau sebaliknya dengan mengetahui parameter-parameter tersebut, nilai-nilai E, dan f, di pangkal pengiriman dapat ditentukan. Nilai parameter saluran transmisi dapat juga ditentukan dengan menggunakan perhitungan berikut: A = cosh Vyz B = Vzly sinh Vyz C= Vykz sinh Vyz D = cosh Vyz ALIRAN DAYA NYATA DAN DAYA REAKTIF Dengan mengetahui besaran dan sudut fasa tegangan-tegangan terminal (E, dan £,) serta impedansi suatu saluran transmisi, aliran daya nyata dan daya reaktif dari satu terminal ke terminal lainnya dapat dihitung. Misalkan suatu saluran transmisi hubungan 7 seperti pada Gambar 9.6 mengalirkan daya dari terminal 1 di sebelah kiri ke terminal 2 di sebelah kanan, maka tegangan fasa masing-masing terminal adalah: Terminal 1: Van = Vi /b1 Terminal 2; Van = V2 Jb2 159 Impedansi saluran Z dapat dinyatakan dengan nilai admitansinya Yi. Karena nilai Z adalah positif, sudut ¥j2 adalah negatif: UZ = Y; = G — jB Daya kompleks yang mengalir dari terminal 1 ke terminal 2 adalah penjumlahan cabang shunt pada terminal 1 dan cabang seri yang menghubungkan terminal 1 dan 2. Daya kompleks yang mengalir pada cabang shunt adalah: Vi fon ((¥2) (Vide * vi (YR) Se Karena nilai konduktansi dapat diabaikan. maka Y/2 semata-mata merupakan nilai reaktif, sehingga S,, hanya terdiri atas daya reaktif. Daya kompleks pada cabang seri adalah: Vi fb [Va fo - Vo (2) Yu2)* atau, V, [oi (Vi (by - Vi fen) (G — iB) Setelah melalui perkalian, persamaan di atas dapat dituliskan: Siz = [VIG = ViV2G cos(b2 ~ 1) ~ ViV2B sin (b2 — $1)] +f[-VIB + ViV2B cos (62 — 1) — ViV2G sin (b2 ~ $1)] Persamaan di atas dapat diuraikan menjadi bagian daya nyata dan bagian daya khayal sebagai berikut: Piz = VIG ~ ViV2G c0s (b2 — $,) — ViV2B sin (b2 — 1) Qi2 = ViB — Vi\V2B cos ($2 — $1) + ViV2G sin (2 - 61) V, dan V2 pada bagian daya nyata P;2 dalam keadaan operasi normal akan mempunyai nilai yang hampir sama, karena itu pendekatan trigonometri berikut dapat dipakai: cos (2 — b)) = 1.0 sin (bz — $1) © (b2 — 61) Sehingga persamaan P;> menjadi sebagai berikut: Pip = Vy (Vy — V2)G — ViV2B (2 — 1) Mengingat nilai reaktansi induktif saluran transmisi umumnya jauh lebih besar daripada nilai tahanannya, maka B akan jauh lebih besar daripada G. Oleh karena 160 itu, bagian yang mengandung unsur B dari persamaan Pi, di atas akan mendominasi aliran daya nyata dari terminal 1 menuju terminal 2: Pig = ViV2Bsin(bs — 1) Dengan dalih yang sama, aliran reaktif dari terminal 1 menuju terminal 2, akan didominasi oleh: Qi = ViBV ~ V2) Dari persamaan P,2 di atas. dapat diketahui bahwa perubahan kecil yang terjadi pada nilai V, dan V; tidak akan terlalu berpengaruh. sedangkan perubahan kecil pada nilai ¢, dan ¢2 akan sangat mempengaruhi nilai P;2. Hal yang sebaliknya berlaku untuk persamaan Qj2, sebingga dapat disimpulkan kenyataan-kenyataan berikut: (1) Aliran daya nyata pada saluran transmisi dipengaruhi oleh perbedaan sudut fasa dari tegangan terminal E, dan E,. (2) Aliran daya reaktif pada saluran transmisi dipengaruhi oleh perbedaan besaran dari tegangan terminal E, dan E,. Konsep aliran daya kompleks ini akan dibahas lebih terperinci pada Bab 10. Contoh I Transmisi saluran udara satu fasa menghantar 2200 KW pada 66 KV, faktor daya 0.8 terbelakang. Tahanan dan reaktansi induktif keseluruhan masing-masing sebesar 10 dan 50 ohm. Pada keadaan jarak pendek. tentukan: (a) Persentase pengaturan: (6) Efisiensi saluran transmis. Pemecahan Besarnya tegangan pada sisi penerima Vz = 66 000 + j0 Arus beban penuh Jy, = (2200 x 1000)/(66 000 x 0.8) = 41.66 ampere. Besarnya arus secara fasor = 41,66(0.8 + 0.6) Tegangan pada sisi pengirim = Vs = Ve + IZ = 66 000 + j0 + 41.66(0.8 + 70.6)(10 +/15) = 66 708.2 + j250 |VS| = V66 708.2? +250 = 66 710 volt 66 710 — % pengaturan = £6 110 ~ 66 000 100% 66 000 = 10.8% 161 Efisiensi saluran transmisi _ daya pada sisi_penerimaan — x 100% daya pada sisi pengiriman -— 220 -=e s90% 2200 + 41.667 x 10 x 10-3 _ 2200 100% 2217.35 = 99.2% Contoh 2 Beban seimbang dengan hubungan bintang sebesar 300 + j1009 disuplai saluran tiga fasa dengan panjang 40 km. Dengan impedansi saluran sebesar 0.6 + j0.7 ohm/ km. Tentukanlah besar tegangan pada sisi penerimaan pada saat tegangan pada sisi pengiriman sebesar 66 kV. Bagaimanakah sudut fasa antara tegangan ini? Juga dapatkan efisiensi saluran transmisi. Pemecahan Besar tahanan untuk 40 km = 0.6 x 40 = 240 Besar reaktansi untuk 40 km = 0.7 x 40 = 280 Impedansi beban pada hubungan bintang = 300 + /100 Tegangan per fasa pada sisi pengiriman 38 100 volt Tegangan suplai Vs = 38 100 + j0 8 100 + JO 324 + j128 Besarnya arus saluran = 0.4 ampere = 110 £34° ampere Tegangan pada sisi penerimaan Vee = 38 100 (110/—34)(24 + j28) Ve = 35 390 volt (bentuk sederhana) 100 — 35 590 % pengaturan = 8100 ~ 35 5% 109% 35 590 _. _ Daya keluar 1) transmis) = Daya masuk 162, _ 110? x 300 110? x 324 = 92.6% x 100% Contoh 3 Saluran transmisi 3¢; 50 Hz, panjang 100 km menghantar 20 MW pada faktor daya 0.9 terbelakang, pada tegangan 110 kV. Besar tahanan dan reaktansi dari saluran per fasa/km berturut-turut 0.2 ohm dait 0.4 ohm. Jika besarnya admitansi kapasitansi 2.5 x 10-7 mhofkm. Hitunglah: (a) Tegangan dan arus pada sisi pengiriman (6) Efisiensi saluran transmisi Gunakaniah metode rangkaian 7 (lihat Gambar 9.5) Pemecahan Tahanan total untuk panjang kabel 100 km = 0.2 x 100 = 20 ohm Reaktansi total untuk panjang kabel 100 km = 0.4 x 100 = 40 km Admitansi kapasitansi total = 2.5 x 10° x 100 = 2.5 x 10°* mho Besarnya tegangan dari sisi penerimaan per fasa: Vp = 110 000/V3 = 63 500 + j0 volt Besar arus pada sisi penerimaan: 20 x 10° I, = —— V3 x 110 000 x 0.9 116.6 ampere Karena Z = 20 + j40 ohm Maka tegangan Vas yang melalui kapasitas = Ve + IpZ/2 63 500 + j0 + 116.6(0.9 — j0.433)(10 + j20) = 63 500 + j0 + 2064 + j1590 Van = 65 564 + 71590 volt Arus Ic pada Vag terhubung secara bintang, Ic = (65 564 + j1590)j2.5 x 10-¢ = 0.4 + j16.4 ampere Arus pada sisi pengiriman fy = Ip + Ic = 116.6(0.9 — 0.433) + (0.4 + j16.4) ampere 104.6 — j34.3 = 110.1 /-18° ampere 163 Tegangan pada sisi pengiriman = Vay + jatuh tegangan pada Z/2 = 65 564 + j1590 + (10 + j20)(104.6 — )34.3) 65 564 + j1590 + 1732 + 71750 37 296 x 3340 IVs} = 67 360 /3° volt 67 370 — 63 500 % pengaturan = £7 370 = 63 500 x 100% 63 500 = 387 09% 63 500 = 6% Rugi-rugi pada saluran transmisi 3(116.6* x 10 + 110.17 x 10) 7 kW 20 000 x 100% 20771 7 saluran transmisi = 99.61% Contoh 4 Saluran transmisi 100 km, 3 fasa, 50 Hz mempunyai tahanan/fasa/km 0.1 ohm, reaktansiffasa/km 0.8 ohm dan susceptansi/km 10 x 10-6 mho. Jika saluran mensuplai beban sebesar 20 MW pada faktor daya 0.9 terbelakang, pada tegangan 66 kV di sisi penerimaan, tentukanlah dengan metode rangkaian 7 persentase pengaturan dan efisiensi dari saluran transmisi (rugi-rugi saluran diabaikan). Pemecahan Total fahanan/fasa = 0.1 x 100 = 10 ohm Total reaktansi/fasa = 0.5 x 100 = 50 ohm Total suseptansi kapasitansi = 10 x 10°® x 100 = 107% mho Di dalam metode rangkaian 7, sebagian dari susceptansi berada pada sisi penerimaan dan sebagian lagi pada sisi pengiriman (lihat Gambar 9.6). Tegangan pada sisi penerimaan Vg = 38 100 + j0 Besarnya daya pada sisi penerimaan = 20 000 kW pada faktor daya 0.9 terbelakang Schingga 20 000 x 10° & "V3 x 66 000 x 0.9 = 195 ampere Arus 7, secara vektor dapat ditulis: Ig = 195 (0.9 ~ 70.433) = 176 — j84.6 ampere Besar arus kapasitor j10-3 Ter = (8 100) Tey = f19.05 ampere Arus pada saluran transmisi = 176 ~ j84.6 + [19.05 = 176 — j65.55 ampere Jatuh tegangan pada saluran transmisi = (176 ~ j65.55)(10 + 750) = 5060 + j8140 Arus i, pada sisi pengirim 10° (43 920 < 10.7) > < 0 = 44 +7210 Acus pada sisi pengiriman Is = (176 — j65.55) + (—4.1 + 21.0) 172 ~ j44.0 = 177.5/-14.5° ampere 4 () — % pengaturan = 229°) — 238100 jo9% 38100 = 15.1% Rugi-rugi pada saluran transmisi = 3 x 10 x 107? = 1150 kW m saluran transmisi = (20 000)/(21 150) x 100% = 94.6%. 165 10 ANALISIS JARINGAN Saluran transmisi tegangan tinggi, yang dihubungkan dengan saluran subtransmisi dan saluran distribusi primer, akan membentuk suatu jaringan interkoneksi yang rumit. Jaringan tersebut berfungsi untuk mengirimkan dan menyebarkan tenaga listrik yang dibangkitkan pada pusat-pusat pembangkit ke berbagai pusat beban. Kemampuan untuk mengkaji berbagai parameter jaringan merupakan bagian penting dari tugas seorang insinyur listrik. Parameter-parameter tersebut meliputi: tegangan sistem, aliran daya kompleks. dan rugi-rugi daya pada saluran. Bab ini akan membahas berbagai metode yang dapat digunakan untuk analisis jaringan. DIAGRAM SATU GARIS DIAGRAM IMPEDANSI Sistem tiga fasa yang seimbang selalu diselesaikan dalam bentuk satu fasa, melalui penggambaran diagram satu garis. Hal tersebut dilakukan karena setiap parameter listrik satu fasa akan selalu sama pada kedua fasa lainnya, dengan perbedaan 120° antara satu dengan yang lainnya. Penggambaran jaringan dengan simbol-simbol pada diagram satu garis. menjadi lebih sederhana bila dibandingkan dengan penggunaan rangkaian ekivalen. Simbol untuk Gambar 10.1 dijelaskan pada Tabel 10.1. po Hie ayy \—-—4 £4 ay rom of HO i "y Gambar 10.1 166 Saluran transmisi jarak pendek digambarkan pada diagram satu garis dengan simbol tahanan dan induktansi yang disusun secara seri. Untuk generator sinkron digunakan simbol impedansi dan suatu sumber tegangan. Gambar 10,2 melukiskan keadaan sistem pada Gambar 10.1 yang semua nilainya dinyatakan dengan menunjuk sisi transformator yang sama. Generator 1 dan 2: 30 MVA, 10 kV, X = 0.80 Motor sinkron 3 dan 4: 20 MVA, 10 kV: X¥ = 1.10 Ty, Tp. Ts: 3 trafo fasa tunggal: 10 MVA, 10/150 kV; Z = 1.2 +j120 dengan harga tegangan tinggi, impedansi saluran transmisi = 2 + j200 Tabel 10.1 Simbol Keterangan YO Mesin listrik dengan hubungan bintang Pemutus daya (circuit breaker) f Transformator dengan hubungan delta-bintang Hubungan bintang. pentanahan langsung i Hubungan bintang. pentanahan melalui induktansi —Y ; Hubungan bintang, dengan pentanahan melalui tahanan 2 jon 120 zn Se ey SL Generator 1 & 2 n Saturan Transmisi Ta Ts Motor Sinkron 3&4 Gambar 10.2 167 SATUAN PERHITUNGAN: SISTEM PER UNIT Analisis jaringan dapat dilakukan dengan menggunakan besaran tegangan, ampere, ohm, dan voltampere. Namun untuk mempermudah perhitungan biasanya digunakan satuan perhitungan sistem per unit (pu), yang dinyatakan sebagai pecahan desimal dari suatu nilai dasar yang dipilih: nilai_asli Nilai per unit = nilai dasar Cara perhitungan dengan menggunakan nilai per unit mempunyai keuntungan tertentu, yaitu bahwa hasil kali dua nilai per unit adalah tetap suatu nilai per unit juga. Karena itu perhitungan per unit dianggap lebih menarik daripada perhitungan secara persen. terutama untuk perhitungan jaringan, yang mengguna- kan banyak transformator dengan tingkat tegangan yang berbeda-beda. Dalam menggunakan analisis per unit, semua kaitan antara tegangan, arus ‘impedansi dan voltampere harus tetap dapat dipertahankan. Bila nilai dasar dari tegangan dan arus jaringan telah ditentukan, maka kedua nilai dasar lainnya, yaitu impedansi dan voltampere, menjadi tertentu pula. Biasanya tegangan dan arus dipilih sebagai dua nilai dasar. di mana dua nilai dasar lainnya dapat dinyatakan dengan kedua nilai dasar tersebut. VA dasar i dasar = ————_ V dasar Vd ¥ dasar)? Z dasar = ¥ “2sar_ _ (V dasar)” J dasar VA dasar Karena persoalan rangkaian tiga fasa jaringan umumnya diselesaikan dengan rangkaian satu fasa ke netral, sedangkan data sistem biasanya diberikan dalam bentuk tiga fasa dengan tegangan kawat ke kawat, maka diperlukan penyesuaian dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Ubah tegangan kawat-kawat sistem tiga fasa menjadi tegangan kawat-netral sistem satu fasa. (2) Tentukan nilai per unit tegangan kawat-netral dan daya fasa tunggal. (3) Lakukan analisis sistem per unit. (4) Ubah kembali hasil analisis sistem per unit menjadi besaran asli kawat-netral fasa tunggal, dengan mengingat bahwa nilai asli = (nilai per unit) x (nilai dasar). (5) Ubah hasil pada langkah 4 menjadi besaran asli tegangan kawat-kawat dan daya tiga fasa. 168 Contoh 1 Suatu sistem tiga fasa, mempunyai tegangan kawat ke kawat pada ujung penerimaan V, = 19 kV dan beban tiga fasa 300 + j120 kVA. Impedansi saluran transmisi adalah 17.2 + j82.2 O/fasa. Dengan menggunakan satuan per unit hitunglah tegangan kawat ke kawat pada pangkal pengiriman (V,). Gunakan nilai dasar tegangan kawat ke kawat 10 kV dan. nilai dasar voltampere satu fasa 90 kVA nilai dasar VA Nilai dasar arus fasa = ero nilai dasar Vi, _ 90 107 _ 10 x 108 nilai da ar (Vin)? Nilai dasar impedansi = =" nilai dasar VA, _ (0 x 10° 9% x 10° = Li x 1080 ‘Tegangan pada ujung penerimaan harus diubah menjadi besaran satu fasa kawat ke kawat, demikian pula besaran bebannya. ‘ y 2 Viren = een 1 Lay 5 V3 v3 Sain = 588 3 300 + 71 x 10° ~ GOs ry x ao 10° 100 + j40 kVA Bila tegangan kawat ke netral pada penerimaan dianggap sebagai acuan, maka tegangan dan beban per unit di ujung penerimaan dapat ditentukan: nilai asli V, Vi.pu 169 nilai asti_S,16 “et pilai dasar VAyy (100 + j40) x 10° = a = 1.20 21.8 90 x 10° pe Arus kawat per unit dapat dihitung dari S = V/* Srpu\* «fe np _ (iar * = 1.09 /-21.8° pu 1.20/0° ” Impedansi per unit diperoleh dari nilai dasar impedansi Louw = 17.2 + j82.2 = ESS = 0.0076 /78.2° pu LiL x 10° Dengan menggunakan Hukum Kirchoff, tegangan per unit pada pangkal pengiriman dapat ditentukan: Veow = Vepu + tou Zpu = 1.10 {0° + (1,09 /~21.8°) (0.076/78.2°) = 1.15/13.4°pu Tegangan kawat ke netral pada pangkal pengiriman adalah: Vein = Vspu (nilai dasar V}-,) = 1.15/3.4°(10x 10°) = 11.5 /3.4° kV Besaran tegangan kawat ke kawat pada pangkal pengiriman kini dapat ditentukan: Vorar = V3 Vsten V3 (LS x 10° = 19,9 kv Impedansi peralatan yang biasanya dinyatakan dalam unit tegangan dan voltampe- re nominal alat tersebut. bila hendak digabungkan ke dalam analisis sistem, semua 170, nilai per unitnya perlu disesuaikan dengan nilai dasar per unit sistem. Perubahan dari nilai dasar impedansi 1 menjadi nilai dasar impedansi 2 dapat dilakukan sebagai berikut. Pertama. ubahlah nilai dasar per unit impedansi 1 menjadi nilai asli dalam satuan ohm-aya: (nilai_ dasar V,)? Nilai asli Z = Zp, nilai dasar VA; Kemudian, nilai asli Z diubah menjadi nilai dasar per unit impedansi 2: (ailai_ dasar V,)? nilai dasar VAz Zou, = nilai asli Z / nilai dasar Vj, nilai dasar VA; nilai dasar VA; ou = Zipp! nilai dasar V> Contoh 2 Generator tiga fasa dengan beban nominal 720 MVA, tegangan per fasa 20 kV, mempunyai nilai dasar reaktansi 0.35 pu. Generator tersebut digabungkan dengan suatu sistem yang mempunyai nilai dasar 100 MVA dan 13.8 kV. Hitunglah reak- tansi generator dalam nilai dasar per unit yang baru x, pur = (ee VA f | dasar VA. pur [————] | ——— dasar V2 dasar VA, | ~ (20 x 10° |? [ 100 x 10% 13.8 x 10° 720 x 108 = 0,102 pu Perlu disadari bahwa impedansi per unit suatu transformator mempunyai nilai yang sama. dan tidak terkait dengan salah satu sisi trafo itu. apakah ia dihitung pada sis, tegangan rendah atau sisi tegangan tinggi. Kenyataan ini menunjukkan keunggulan perhitungan sistem per unit daripada perhitungan dengan nilai asli ohm. Contoh 3 Suatu trafo tiga fasa 220/40 000 V, 5 KVA, reaktansi trafo yang diukur pada sisi tegangan rendah adalah 0.10. Tentukan nilai per unit reaktansi trafo untuk is 171 tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah, Nilai dasar impedansi ohm trafo dengan harga tegangan rendah adalah: _ dasar VP 220)" 9 Ze daar = dasar VA Sx 105 Impedansi per unit dalam harga tegangan rendah: 1X, 22077 Xe =e owt di dasar Z, 5x10 5 x 10° = * 1"! — 0.0103 pu (22097 Nilai ohm dari reaktansi dalam harga tegangan tinggi: ny 4000 Xu oti = Xe avi (0°) = OL | 4 2 Nilai dasar impedansi dalam harga tegangan tinggi: (dasar Vy)? (4000)? dasar VA 5 x 10° Zt uasar = a Impedansi per unit yang dihitung dengan harga tegangan tinggi: yyw Bl Ny we dasar Zy = 04 (sae 220} 5 x 105 . =o1 f x | (220)? Jelas terlihat bahwa dengan memilih harga nominal trafo sebagai nilai dasar. nilai impedansi per unit adalah sama (Xz pu = Xppu)- dan tidak terikat pada sisi trafo mana perhitungan tersebut dilakukan. Hal tersebut tetap berlaku, untuk nilai dasar Jain yang dipilih (selain nilai dasar nominal trafo). Persyaratan yang diperlukan adalah bahwa perbandingan nilai dasar tegangan yang dipakai pada sisi tegangan tinggi dan tegangan rendah harus sama dengan perbandingan lilitan trafo. 0.0103 pu 172 demikian pula nilai dasar voltampere yang dipakai harus sama pada kedua sisinya. Contoh berikut ini akan memperjelaskan cara penggunaan sistem per unit untuk analisis, jaringan, yang mempergunakan trafo hubungan delta (A) Contoh 4 Dengan data peralatan yang terdiri atas generator sinkron G. trafo T1, T2. dan T3 seperti berikut: G: 30 MVA, IL kV. X = 17% Ty: 30 MVA, 15/138 (A/Y kV, X = 10% Tp: 3 trafo satu fasa, yang masing-masingnya: 8 MVA, 8/80 KV, X = 10% Ts: 3 trafo satu fasa, yang masing-masingnya: 10 MVA, 9/81 kV. X= 10%. gambarkanlah diagram impedansi sistem termasuk beban per unitnya: gunakan nilai dasar generator pada bagian jaringan tersebut sebagai nilai dasar sistem. lon A i (c th | Te 3 eb (750 {902 es. Aven / af e Sp = 9 + RMVA ay yy % so Y ab. aor To =~ (o)-T Si = 8 + /S MVA Gambar 10.3 Pertama-tama jaringan dibagi menjadi 3 sektor (A. B. dan C). Pada sektor A di mana terdapat generator G, ditentukan sebagai basis perhitungan nilai dasar: Nilai dasar tegangan sektor A = 15 kV Nilai dasar voltampere sektor A = 30 MVA Sektor B dihubungkan dengan sektor A melalui trafo tiga fasa. sehingga nilai dasar tegangan di sektor B adalah: 138 kV Isx o( x a 4s x 103 173 Sektor C dihubungkan dengan sektor B melalui 3 trafo satu fasa hubungan bintang- bintang (Y—Y). sehingga nilai dasar tegangan di sektor C adalah: Mv x 10° 13g x 10? | £99) 8 x 10 (V3) 80 x 108 Sektor D dihubungkan dengan sektor B melaiui 3 trafo satu fasa hubungan delta- bintang (A—Y). sehingga nilai dasar tegangan di sektor D adalah: = 13.8kV : 13 x 108 [2 1) gs kv (v3) 81 x 10 Mengingat impedansi 7; terletak pada basis perhitungan nilai dasar. maka nilai per unitnya tidak perlu diubah. namun nilai impedansi 7 dan 7 perlu disesuaikan menurut nilai dasar sistem, dengan perhitungan sebagai berikut: thet (= x ey | 30 x “7 138 x 10° | \(3) 8 x 10% = 0.126 pu / 3\2 Ty: 0.4 (380% 10") 6.103 pu 138 x 10° Beban pun perlu dinyatakan dalam nilai per unit (9+ j5) x 108 30 x 10° Beban sektor C = = 0.3 + j0.1 pu (8 + j5) x 10° 30 x 10° Beban sektor D = = 0.27 + j0.17 pu Semua impedansi jaringan berada pada sektor B. sehingga nilai dasar impedansi di sektor B. perlu dihitung: Nilai dasar impedansi sektor B = “=e. = 635 30 x 10° Jadi: i _, 1_ = 0,118 pu as | p 174 j9 —— = j0.142 pu 635 ! p 15 LS = 0.024 pu 635 10.17 f0.1 J0.118 (0.142 ‘jO.126 R= Ht tne { 03 + 701 jooos 0.109 Se= 0.27 + j0.17 Gambar 10.4 Apabila digunakan nilai impedansi dalam ohm, semua nilai harus dinyatakan dengan suatu referensi, yang sesuai dengan hubungan trafo tertentu. pada salah satu sisi rangkaian di mana referensi itu berada. Dengan cara per unit semua nilai impedansi menjadi tidak terikat pada salah satu sisi trafo dan hanya terikat dengan nilai dasar yang dipilih. Di samping itu impedansi per unit dari suatu trafo tiga fasa juga tidak dipengaruhi oleh macamnya hubungan trafo (bintang. delta, atau lainnya). Namun demikian. kaitan antara nilai dasar tegangan pada setiap sisi trafo tersebut akan dipengaruhi oleh macamnya hubungan trafo yang dipakai. Contoh-contoh persoalan di atas memperlihatkan bagaimana suatu analisis sistem menjadi sangat sederhana dengan memakai cara per unit, ANALISIS ALIRAN DAYA Beberapa metode perhitungan (biasanya dengan bantuan komputer) telah dikembangkan untuk membantu pada insinyur menyelesaikan permasalahan atiran daya pada sistem, sebagai akibat berbagai perubahan beban dan jadwal pembangkitannya. Metode-metode tersebut dipakai untuk menjawab pertanyaan berikut: (1) Bagaimana penampilan aliran daya nyata dan daya reaktif pada sistem untuk suatu keadaan tertentu (2) Apakah saluran transmisi, trasnformator beserta alat perlengkapan lainnya. masih cukup mampu membawa tambahan energi listrik yang diperlukan. (3) Berapakah tegangan pada setiap rel-rel (buses). Cara-cara yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut dikenal sebagai analisis aliran daya atau aliran beban. Berapa kesulitan perlu dihadapi mengingat persoalan tersebut menyangkut persoalan rangkaian nonlinier yang cukup rumit. Karena beban pada sistem tembaga berkelakuan sebagai daya yang terbenam secara konstan, maka impedansi-impedansi pada sistem tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai impedansi yang konstan nilainya. Di samping itu. ggl yang dibangkitkan generator biasanya juga tidak diketahui. Matriks Admitansi Rel Salah satu metode yang sering dipergunakan dalam penyelesaian masalah sistem tenaga adalah penerapan Hukum Kirchoff untuk arus secara persamaan simpul. to) ©) Gambar 10.5 Diagram satu garis sistem tenaga pada gambar 10.5a dapat dinyatakan dengan diagram admitansi yang nilainya berbanding terbalik dengan nilai impedansi. seperti Gambar 10.5b. Pada simpul 1 berlaku hubungan persamaan: T= (Wy - Va)¥. + (Vi — Vs) ¥a Arus I, merupakan arus yang masuk ke simpul 1 dari generator. Untuk arus yang masuk ke simpul 2, berlaku hubungan: dy = (Vz — Vi)¥e + (V2 ~ V3)¥e Sedangkan arus yang masuk ke simpul 3: ds = (V3 ~ Vi)¥a + (V3 — Va)¥e 176 Mengingat beban scharusnya menerima arus dan bukan memberikan arus, maka [ pada persamaan di atas bernilai negatif. Persamaan J,. J2, dan [; di atas dapat diatur kembali sebagai berikut: (Fe + Ya¥i + (-¥)V¥2 + (—¥adV3 (-¥)Mi + (Ye + ¥e)V2 + (-¥.)V3 (-¥aVi + (-¥)V2 + (Va + YoVs Dalam bentuk yang lebih kompak persamaan di atas dapat ditulis: N= Yuvi + Yo¥. + YiaVs ty = Yui + YoVo + Yo3V3 Ty = ¥aVi + YW + Yass Secara bentuk matriks admitansi persamaan di atas menjadi: qh Yu Yo Ya Vr Ih} = | ¥n Yn Y: Is Ys. Ys2 Contoh 5 Untuk sistem, seperti pada gambar di bawah, diketahui data sistem dalam satuan. per unit sebagai berikut: Za 2p Ze 2a 2. j0.25 Hitunglah matriks admitansi rel untuk sistem ini 177 Nilai admitansi dapat dihitung dari besaran impedansi di atas: Y, = —j2.0 Y, = —j4.0 ¥, = —70.83 Y, = ~j0.67 Yu = ~j4.0 Nilai admitansi sendiri (self-admitiance) adalah: Yu = Yo + Yn + Yo = —j6.83 Yn = ¥, + Y = -j6.00 Yas = Yn + Yu + Yo = —j8.67 Nilai admitansi gabungan (mutual-admittance) adalah Yio = Yu = Yq = j2.0 Yis = Yu, = —Yp = j4.0 Yos; = Yu = —Ye = j4.0 nu Jadi nilai admitansi dapat disusun menjadi nilai matriks admitansi rel. —j6.83 j2.0 4.0 p20 -76.0 4.0 jo ja0 ~j8.67 Dalam analisis aliran daya dikenal tiga penggolongan rel (bus) yaitu: (1) Rel beban: pada rel ini terhubungkan beban-beban yang permintaan daya nyata dan daya reaktifnya jelas diketahui (2) Rel pengatur tegangan: pada rel ini terdapat generator-generator yang besaran. tegangan, dan daya nyatanya diketahui; sedangkan daya reaktif Q tidak diketahui, karena itu nilainya perlu diperkirakan. (3) Rel ayun (swing bus); meskipun merupakan rel generator. pada rel ini nilai daya nyata dibiarkan mengambang atau berayun (swing). Sedangkan besaran dan sudut tegangan merupakan nilai yang diketahui, dan semua sudut tegangan rel lainnya diacu kepada nilai tersebut. Pengambangan nilai daya nyata pada rel ayun disebabkan karena daya yang dikirim kepada sistem oleh generator tidak mungkin dipastikan lebih dulu. Daya nyata tersebut nilainya ditentukan selain oleh besarnya beban, juga oleh besarnya daya yang hilang (rugi-rugi) pada sistem. dan karena itu baru dapat dipastikan pada akhir analisis. Pada Tabel 10.2 terlihat tiga penggolongan rel. dengan masing-masing besaran vang diketahui. di mana /V| berarti besaran tegangan, dan « adalah sudut tegangan rel yang diacu kepada rel ayun. Tabel 10.2 Penggolongan Rel \vi « P Q Rel Beban Dihitung | Dihitung | Diketahui | Diketahui Rel Pengatur Tegangan | Diketahui | Dihitung | Diketahui | Dihitung Rel Ayun Diketahui | Diketahui | Dihitung | Dihitung Persamaan Rel Beban Setelah diketahui nilai matriks admitansi. untuk memperoleh tegangan rel. perlu dicari lebih dulu nilai arus yang disuntikkan ke dalam sistem. Daya nyata dan daya reaktif yang disuntikkan melalui rel kepada sistem adalah: P, + jQ, = Vil* di mana /* menyatakan nilai konjugasi kompleks arus J,, Daya nyata dan daya reaktif yang disuntikkan kepada sistem merupakan nilai P dan Q yang diberikan kepada beban. iQ ve Persamaan di atas mengandung arti bahwa bila P dan Q yang disuntikkan pada rel merupakan besaran yang diketahui, maka arus yang disuntikkan adalah fungsi dari tegangan pada rel tersebut. Nilai arus ini dapat disubstitusikan pada persamaan matriks impedansi rel seperti telah diuraikan terdahulu, Untuk sistem seperti pada Gambar 10.5a, rel 3 merupakan rel beban, sehingga persamaan pada sampul 3 dapat dituliskan: — Ps 2s _ yyy, + YnVs + YnVs vs* Semua besaran pada persamaan di atas diketahui, kecuali besaran tegangan: oleh Karena itu perlu dihitung harganya. Perhitungan tegangan pada persamaan di atas memerlukan teknik yang agak khusus. mengingat persamaan tersebut bersifat nonlinier. Rel Pengatur Tegangan Rel 2 pada Gambar 10.5a diperlakukan sebagai rel pengatur tegangan, dimana daya nyata yang disuntikkan kepada sistem serta besaran tegangannya merupakan besaran tertentu yang diketahui. Persamaan tegangan pada simpul 2 adalah 179 1 | P2 ~- jQ Ya [ove 7 Ys + Yes + V5) Besaran sudut V2 dan daya reaktif Q2 yang disuntikkan pada rel 2 merupakan besaran yang perlu dibitung, namun Q nilainya dapat diperkirakan. Diketahui bahwa: Vol} = Pa + jQ2 Vo(¥aiVi + YooV2 + Yo3¥3)* = Pa + jQr Dari persamaan di atas, Q2 dapat diperkirakan: Q2 = Im |V2(¥aVi + Y¥22V2 + Yos¥s)*| di mana /,, merupakan “bagian khayal” dari variabel di sebelahnya. Dengan diperolehnya harga perkiraan Q>, nilai V2 yang baru dapat diketahui. Tetapi karena V, merupakan nilai yang sudah diketahui, maka hanya nilai sudut V> yang diperlukan. Jadi seperti telah dijelaskan terdahulu pada rel pengatur tegangan (ihat Tabel 10.2), V2 dan P2 merupakan besaran-besaran yang diketahui, sedangkan sudut a2 dan Q> merupakan besaran-besaran yang diperoleh dari perhitungan. Rel Ayun (Swing Bus) Karena besaran dan sudut tegangan pada rel ayun merupakan besaran yang diketahui, maka ia dapat dibersihkan dari kelompok matriks admitansi., Oleh karena itu, bila terdapat sistem dengan jumlah rel N, maka guna memperolch semua tegangan sistem hanya N—1 persamaan saja yang perlu diselesaikan. Nilai P dan Q yang disuntikkan pada rel ayun dapat diperoleh setelah semua nilai tegangan sistem dihitung. Misalkan pada Gambar 10.5, rel 1 adalah rel ayun, P, dan Q, dapat dihitung setelah V; dan V3 ditentukan besarnya: Py + JQ, = Vi(¥uVi + YnV2 + YisVa)* Setelah perhitungan tersebut, daya nyata dan daya reaktif yang disuntikkan, besaran dan sudut tegangan untuk setiap rel lainnya pada sistem dapat diketahui. Misalnya daya yang mengalir dari rel 2 menuju rel 3 adalah; Pos + jQ2rs = V2 [(V2 ~ Vs) ¥e]* Contoh 5 Sistem seperti Gambar 10.5d, mempynyai data sebagai berikut: 180 6 pu, Z, = j0.2 pu, dan Z, = j0.25 pu Hitunglah-V,, V2, dan Vs setelah satu iterasi dari aliran daya Gauss-Seidel. @ Rel Tipe (Vi P 1 Ayun 1.04 pu - — 2 Tegangan 1.02 - 1.2 pu ~ 3 Beban - 15 pu ~0.5 pu Sebelum menyelesaikan persoalan persamaan nonlinier di atas, perlu ditentukan lebih dulu perkiraan awal dari besaran tegangan pada rel-rel. Dengan memasang- kan sudut tegangan rel ayun sama dengan nol. besaran sudut tegangan rel-rel lainnya puh mendekati nol juga. Karena itu, 0 diambil sebagai perkiraan awal sudut tegangan pada sistem yang menggunakan perhitungan dalam satuan per unit. Dari besaran-besaran impedansi dapat ditentukan nilai admitansi: ¥, = —j1.67 pp ¥, = -j5.0 pu ¥- = —j4.0 pu Matriks admitansi rel dapat disusun: jer 5.0) ~j5.67 ja. 40 9.0) Tegangan perkiraan awal: Vv, = 1.04/07 V2 = 1.020" V3 = 1.0/0° Karena V; merupakan tegangan pada rel ayun, maka persamaan tegangannya tidak ada, dan V> dapat dihitung dari: 181 — (Yai + Yo3¥3) Mengingat rel 2 adalah rel pengatur tegangan, Q harus dihitung dulu: Q2 = Im [V2 (YaVi + Y22V2 + Yos¥s)*] dm {1,02/0°[1.67/90°(1.04/0°) E908 (1.02/0% + 4.090°(1.0/0°)}) ae ra 7/0"C.09509 + sage cco | = 1.04/11.5° Karena rel 2 merupakan rel pengatur tegangan, maka harga tegangan sudutnya saja yang dipakai (besaran V2 sudah diketahui yaitu 1.2 pu) Vz = L2/U1.s? Tegangan pada rel 3 dapat dihitung Pss — jQ3 V3* oo ~ (¥a¥i + ¥32V2)| Ys5 [15 + 7 05_ “Te 1.0/0° +4,0/90°(1.02/11.5°)} = 0.969/=4,5° Setelah satu iterasi tegangan-tegangan rel adalah: V, = 1.04/0°; V3 = 1.02/11,5°; Vs = 0.969/-4.5° ~ [5.0/90° (1.04/0°) PENGATURAN ALIRAN DAYA Suatu sistem tenaga yang besar dengan beberapa pusat pembangkit, biasanya mempunyai rel tidak terhingga. Artinya. tegangan pada rel generator tersebut 182 tidak akan berubah oleh keadaan operasi generator tertentu. Rangkaian ekivalen fasa tunggal dari generator sinkron terlihat pada Gambar 10.64, dan diagram fasor dengan penguatan berlebihan (overexcited) terlinat pada Gambar 10.66. Xs oS & + & Vs 8 Xa - é a (@) (o) Gambar 10.6 Karena E; = con, dimana pada generator sinkron putaran (7) adalah putaran sinkron yang konstan harganya. maka tegangan E, hanya merupakan fungsi dari penguatan d~c di rotor (J atau 6). Bila keluaran daya nyata dibuat Konstan. sedangkan penguatan d—c di rotor berubah-ubah, maka seperti terlihat pada Gambar 10.7. proyeksi /, kepada V, merupakan harga yang konstan. Oleh karena itu, bila besaran Fy yang dipengaruhi oleh arus penguatan [; pada rotor berubah- ubah harganya I, sudut @ dan & akan berubah juga. Periksa dengan tliti Gambar 10.7 yang memperlihatkan bahwa pembangkitan daya reaktif dapat diatur dengan mengubah-ubah E; melalui pengaturan penguatan d—c pada rotor, sambil mempertahankan output daya nyata yang konstan. Pada Bab 8 daya nyata yang dihasilkan oleh suatu generator sinkron dinyatakan dengan: V, E; = 3! sin 8 a Daya reaktif generator sinkron dapat diturunkan: -v, Q (V, cos 8 — E/) d Dari kedua persamaan P dan Q di atas dapat disimpulkan: (1) Daya reaktif (Q) suatu generator sinkron dapat diatur dengan mengubah- ngubah penguatan d—c pada rotor (Jj): yang dilakukan dalam keadaan output daya nyata konstan. (2) Daya nyata (P) suatu generator sinkron dapat diatur dengan mengubah daya masuk mekanik, yang berarti perubahan pada sudut daya 8. Pengaturan tersebut dilakukan dalam keadaan harga E; yang konstan. 183 Jelas kiranya. bahwa dengan mengatur besarnya daya nyata dan daya reaktif pada setiap pusat pembangkit. aliran daya pada sistem dapat dikendalikan. Selain melalui cara di atas, aliran daya pada sistem dapat juga diatur dengan memasang kapasitor pada rangkaian beban atau dengan cara menggunakan pengubah tap (tap-changing) transformator. Gamber 10.7 184 11 ELEKTRONIKA DAYA Papa sistem tenaga listrik, terdapat penggunaan komponen-komponen elektro- nika yang umumnya dipakai dalam rangkaian pengaturan motor-motor listrik. Komponen-komponen elektronika yang dipakai pada sistem tenaga listrik ini, pada prinsipnya harus mampu menghasilkan daya yang besar atau mampu menahan disipasi daya yang besar. Di samping itu berdasarkan perkembangan teknologi saat ini, telah dikembangkan pula suatu pembangkit listrik dengan menggunakan bahan semikonduktor yang dikenal sebagai photovoltaic atau solar cell. Pembangkit listrik dengan menggunakan photovoltaic ini telah mulai dirintis penerapannya di Indonesia melalui berbagai proyek percontohan. Schubungan dengan “ikut sertanya” persoalan-persoalan komponen-komponen elektronika dan bahan semikonduktor (solar cell) dalam sistem tenaga listrik, maka perlu dilakukan “pengenalan” terhadap prinsip kerja komponen-komponen elektronika tersebut. ‘Ada beberapa jenis komponen yang umum dipakai. di antaranya yaitu: dioda. transistor, thyristor (PNPN Dioda). Unijunction Transistor (UIT). Silicon Controlled Rectifier (SCR). DIAC. dan TRIAC. Di bawah ini akan dijelaskan satu per satu prinsip kerja dan karakteristik komponen-komponen tersebut di samping juga karakteristik photovoltaic. KOMPONEN ELEKTRONIKA Dioda Dioda adalah suatu bahan semikonduktor (silikon), yang didisain sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan arus pada satu arah saja, Simbol untuk dioda dapat dilihat pada Gambar 11.1. h#—-— + - Aveda 0 >} ———“o katosa Gambar 11.1 Simbo! dioda —+ bs 185 Karakteristik tegangan versus arus bagi dioda ini dapat dilihat pada Gambar 11.2. Apabila dioda diberi tegangan maju seperti pada Gambar 11.3a, maka dengan tegangan yang kecil saja (umumnya kira-kira 0.6 volt), akan mengalir arus maju. Dengan penaikan tegangan yang sedikit éaja sudah didapat arus maju yang besar. Gambar 11.2 Karakteristik dioda ve A x a Gambar 11.3@ Dioda dengan tegangan maju ‘Gambar 11.36 Dioda dengan tegangan balik Sebaliknya apabila dioda diberi tegangan balik (Gambar 11.35), maka untuk tegangan yang masih di bawah V, (lihat karakteristik dioda) arus tidak akan mengalir. Tetapi untuk tegangan di atas V, akan mengalir arus balik yang besar. Pada umumnya di sini dioda sudah tidak mampu lagi menahan disipasi daya yang sangat besar ini (karena V, besar dan arus baliknya juga besar). Tegangan V, ini disebut sebagai iegangan tembus (peak inverse voltage). ‘Transistor Simbol untuk transistor dapat dilihat pada Gambar 11.4¢ dan Gambar 11.4b. 186, _ RT <7 sh vi ta 8 fo 8 Vor | Jenis NPN [ Jenis PNP | et E @ ©) Gambar 11.4 Karakteristik transistor dapat digambarkan seperti pada Gambar 11.5. BS Mews Voc Gambar 11.5 Karakteristik transistor Salah satu cara pemberian tegangan kerja dari transistor adalah seperti pada Gambar 11.6 yang untuk jenis NPN. tegangan V;,-nya positif, sedangkan untuk jenis PNP tegangannya negatif. Arus J, (misalnya J,,) yang diberikan dengan mengatur V, akan memberikan titik kerja pada transistor, Pada saat ini transistor akan menghasilkan arus collector (I.) sebesar 1., dan tegangan V,,. sebesar V,.\ (liat Gambar 11.6). Titik Q (titik kerja transistor) dapat diperoleh dari persamaan sebagai berikut: Persamaan garis beban = Y = Vi. Jadi untuk 2, = 0, maka V.. = V,. dan untuk V,, = 0 diperolch f, = JR). 87 Apabila harga-harga untuk [. dan V.¢ sudah diperoleh, maka dengan menggunakan karakteristik transistor yang bersangkutan, akan diperoleh titik Q. Gambar 11.6 Pemakaian transistor pada sistem tenaga masih sering digunakan. Pada umumnya transistor pada pemakaiannya di sini berfungsi sebagai suatu switching (kontak on-off). Adapun kerja transistor yang berfungsi sebagai switching ini, selalu berada pada daerah jenuh (saturasi) dan daerah cut off (bagian yang diarsir pada Gambar 11.5). Agar transistor bekerja pada daerah jenuh dan daerah cut off- nya. dapat dilakukan dengan mengatur tegangan Vb dan rangkaian pada basisnya (tahanan R,) dan juga tahanan bebannya (R,). Untuk mendapatkan on-off yang bergantian dengan periode tertentu. dapat dilakukan dengan memberikan tegangan V, yang berupa pulsa, seperti pada Gambar 11.7. Ye Va . Yow Vee Gambar 11.7 Pulsa picu (trigger) dan tegangan output Vee 188 Apabila V, = 0. maka transistor off (cut off), sedangkan apabila V, = V, dan dengan mengatur Ry dan R, sedemikian rupa. schingga menghasilkan arus /, yang akan menyebabkan transistor dalam keadaan jenuh. Pada keadaan ini V,, adalah Kira-kira sama dengan nol (Vs = 0.2 volt), Bentuk ouput Vee yang tetjadi (Gambar 11.7) apabila dijelaskan adalah sebagai berikut (lihat Gambar 11.7 dan Gambar 11.6): (1) Pada kondisi V, = 0, barga J, = 0, dan berdasarkan persamaan loop: =Vec + IR; + Vee = 0, dihasilkan Vi. = +Vcc (2) Pada kondisi V, = Vj. harga V., = 0 dan I, = J saturasi (2...) Untuk mendapatkan arus /, (Z5a:) yang cukup besar pada rangkaian switching ini, umumnyaR; didisain sedemikian rupa sehingga R, mempunyai tahanan yang kecil. Thyristor atau PNPN Dioda Thyristor adalah suatu bahan semikonduktor yang tersusun atas 4 lapisan (layer) yang berupa susunan P-N—P—N junction, sehingga thyristor ini dapat disebut juga sebagai PNPN dioda. Simbol yang diberikan adalah seperti pada Gambar 11.8. Adapun karakteristik tegangan versus arus dapat dilihat pada Gambar 11.9. Anoda + + fe Gambar 11.8 Simbol untuk thyristor Gamber 11.9 Karakteristik Thyristor 189 Pada’ karakteristik tegangan versus arus ini dipetlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3 keadaan atau daerah, yaitu: (1) Keadaan pada saat tegangan balik (daerah 1) (2) Keadaan pada saat tegangan maju (daerah ID) (3) Keadaan pada saat thyristor konduksi (daerah 1D) Pada daerah I, thyristor sama seperti dioda, di mana pada keadaan ini tidak ada arus yang mengalir sampai dicapainya batas tegangan tembus (V;). Pada daerah II, terlihat bahwa arus tetap tidak akan mengalir sampai dicapainya batas tegangan penyalaan (V,,,). Apabila tegangan mencapai tegangan penyalaan, maka tiba-tiba tegangan akan jatuh menjadi kecil dan ada arus mengalir. Pada saat ini thyristor mulai konduksi dan ini adalah merupakan daerah III. Arus yang terjadi pada saat thyristor konduksi, dapat disebutkan sebagai arus genggam (Ir = holding current). Arus Jy, ini cukup kecil yaitu dalam orde miliampere. Untuk membuat thyristor kembali off, dapat dilakukan dengan menurunkan arus thyristor tersebut sedikit di bawah arus genggamnya (fy), dan sclanjutnya thyristor tidak akan menyala (on) kembali, sebelum diberikan tegangan penyalaan. penyataan. Unijunction Transistor (UJT) Simbol untuk UJT ini adalah seperti pada Gambar 11.10. UIT ini mempunyai 3 (tiga) kaki. yaitu sebuah emitter dan dua buah basis. Pada prinsipnya, UJT ini mirip dengan thyristor. Karakteristik tegangan versus arus untuk UJT dapat dilihat pada Gambar 11.11. 2 ie (XN Yea Ve a Gambar 11.10 Simbol UJT Yeas Gambar 11.11 Karakteristik UJT UJT akan konduksi apabila tegangan V,,,, mencapai tegangan penyalaan (Vj,). demikian pula akan off apabila arus 7, diturunkan di bawah arus genggamnya. Perbedaan dengan thyristor. yaitu penurunan tegangan V,,, tidak setajam seperti 190) thyristor. Jadi di sini masih terdapat daerah di mana UJT konduksi untuk tegangan Voy. yang besar dengan arus J, yang kecil. Silicon Controlled Rectifier (SCR) Simbo untuk SCR dapat dilihat pada Gambar 11,12. Adapun karakteristik SCR ini sama seperti thyristor. hanya di sini tegangan penyalaannya dapat di ubah-ubah sesuai dengan besarnya arus yang diberikan pada gerbang (gate) dari SCR tersebut Makin besar arus yang diberikan, makin besar pula tegangan penyalaannya. Hal ini dapat dilihat pada karakteristik tegangan versus arus untuk SCR ini pada Gambar 11.13. a Anoda Gambar 11.12 Simbol SCR Gambar 11,13 Karakteristik SCR Sebagai contoh, pada Gambar 11.4 diperlihatkan pengeunaan SCR untuk mendapatkan tegangan arus searah (DC) yang berubah-ubah dengan input tegangan setengah gelombang seperti terlihat pada Gambar 11.14 191 Gambar 11.14 Gambar 11.15, Untuk /,; tegangan penyalaanny: . Sehingga bentuk tegangan output yang terjadi adalah hanya bagian yang diarsir pada Gambar 11.15a. Harga rata-rata dari tegangan ini adalah tegangan searah V,.j. Untuk /,2 tegangan penyalaannya adalah V2. dan tegangan oupui yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 11.155, dengan tegangan searah Vj-2. Harga tegangan searah ini dapat dihitung dengan Tumus matematika sebagai berikut: Ts fovea n Vate = Nie DIAC Diac adalah suatu komponen yang berkelakuan seperti 2 buah thyristor yang dihubungkan saling bertolak belakang. Oleh Karena itu diac akan mempunyai 2 buah tegangan penyalaan yaitu satu di pihak tegangan maju (+V;,,) dan sebuah lagi di pihak tegangan baliknya (~V;,). Simboi untuk diac dapat dilihat pada Gambar 11.16 dan karakteristik tegangan versus arus dapat dilihat pada Gambar TELAT. 192 Gamber 11.16 Simbol DIAC Gambar 11.17 Karakteristik DIAG TRIAC Triac adalah suatu Komponen yang berkelakuan seperti dua buah SCR yang digabungkan saling bertolak belakang Gambar 11.18 Simbol TRIAC Gambar 11.19 Karakteristik TRIAC Simbol untuk TRIAC dapat dilihat pada Gambar 11.18 dan karakteristik tegangan versus arus pada Gambar 11.19. Pengaturan tegangan bolak-balik dengan menggunakan Triac. dijelaskan pada gambar-gambar di bawah ini (Gambar 11.20 dan Gamber 11.21). 193 Gambar 11.20 Gamber 11.21 Tegangan output Besarnya tegangan bolak-balik dapat dihitung sebagai berikut: ve Ves = 7| ver dt Berbeda halnya dengan komponen-komponen elektronika yang telah dijelaskan sebelumnya, di sini photovoltaic adalah bahan semikonduktor yang berfungsi untuk membangkitkan tenaga listrik. Jadi pada photovoltaic ini, bahan semikon- duktor yang diproses sedemikian rupa sehingga apabila bahan tersebut terkena sinar matahari atau cahaya, maka akan mengeluarkan tegangan listrik arus searah (dc). Photovoltaic ini juga sejenis dengan dioda yang tersusun atas PN junction. Simbol yang diberikan untuk photovoltaic ini dapat dilihat pada Gambar 11.22. PHOTOVOLTAIC Gambar 11.22 Simbo! photovoltaic 194 AMPS, 100 mWier 25 0 5 10 15 20 28 vor Gambar 11.23 Karakteristik photovoltaic Karakteristik tegangan versus arus untuk radiasi yang berbeda-beda pada suatu photovoltaic dapat dilihat pada Gambar 11.23. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa tegangan open circuit yang terjadi (V,.) kira-kira Konstan, tetapi arusnya akan berubah-ubah sesuai dengan besarnya radiasi yang mengenainya. Dengan kemajuan teknologi yang telah dicapai dalam pembuatan photovoltaic saat sekarang ini. ternyata efisiensinya hanya mampu mencapai sekitar 10% -13% . Jadi misalnya daya (P) dari radiasi matahari adalah 1000 wattm?, maka daya yang dihasilkan oleh photovoltaic adalah 100 watt/m*. Efisiensi photovoltaic ini, bergantung juga pada temperatur selnya. Efisiensi akan menurun pada temperatur yang lebih tinggi. Temperatur standar dalam pengukuran efisiensi ini adalah 25° Celsius. Grafik efisiensi untuk suatu solar cell dapat dilihat pada Gambar 11.24, efisiensi (%) 3050-70-80 110 130 temperatur (°C) Gambar 11.24 Karakteristik efisiensi versus temperatur efisiensi (%) 195 Untuk mendapatkan daya yang maksimum dari suatu photovoltaic, maka beban harus terletak pada titik yang disebut Maximum Power Point (MPP), di mana pada titik ini diperoleh las = V x 7 = daya yang maksimum (lihat Gambar 11.25). Gans togangan pater aie Gambar 11.25 Garis beban pada PV Untuk beban yang konstan, titik MPP tidak dapat dicapai oleh semua radiasi. Hal ini memerlukan suatu rangkaian pengatur yang mampu membawa beban ke titik MMP-nya. Rangkaian ini dikenal sebagai rangkaian pengatur MPP (MPP regulator circuit). Tetapi apabila photovoltaic ini digunakan untuk mengisi baterai, maka hampir semua titik MPP dapat didekati, yaitu dengan mendisain photovotaic agar tegangannya kira-kira sama dengan tegangan baterai. Pada umumnya, satu unit solar cell hanya,mampu menghasilkan daya yang kecil. Daya yang diperbesar dapat dihasilkan dengan menghubung-hubungkan beberapa solar cell secara seri dan parare]. Susunan dari beberapa solar cell discbut module dan susunan beberapa module menghasilkan array. Sebagai contoh pada Gambar 11.26 diperlihatkan hubungan seri-paralel pada photovoltaic. Misalnya ada N buah NV buah v7 i wr 1 1 1 1 1 ! v 1 1 ' 1 1 i i i i I Gambar 11.26 Rangkaian seri-paralel PV 196 Photovoltaic dihubungkan paralel dan M buah dihubungkan seri. Anggap tiap modulnya mempunyai Jp, = 1, dan Vip, = V, untuk radiasi maksimumnya, Maka dapat dikatakan bahwa module atau array tersebut mempunyai daya puncak (watt peak) sebesar M x N x J, x V, watt. Dengan tegangan output sebesar M x V, volt dan arus maksimum sebesar N x J, ampere. RANGKAIAN PENYEARAH (RECTIFIER) Rangkaian penyearah adalah suatu rangkaian yang mengubah tegangan bolak- balik (ac) menjadi tegangan searah (dc). Terdapat beberapa jenis rangkaian Penycarah, yang masing-masing jenis memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap bentuk tegangan de yang keluar. Perbandingan antara tegangan de yang keluar terhadap tegangan ac yang ikut serta pada hasil owput-nya. dinamakan faktor ripple (riak). Notasi untuk faktor ripple yang diberikan disini adalah r. Besarnya faktor ripple dapat dihitung dengan rumus: = Komponen a 99 op Komponen de yang komponen de-nya adalah harga rata-rata tegangan de pada ouput-nya. Ini dapat dihitung dengan rumus: Komponen ac adalah harga rms dari tegangan ac yang keluar. Komponen ac ini tercampur dengan komponen de-nya, karena harus memisahkan lebih dahulu komponen de-nya. Untuk menghitung faktor ripple ini, digunakan suatu rumus pendekatan yaitu di mana V,,,, ini merupakan harga rms total dari tegangan owtput-nya. Dan ini dapat dihitung dengan rumus: 1 Vems = Vel Vat de Penyearah Setengah Gelombang Rangkaian penyearah setengah gelombang dapat dilihat pada Gambar 11.27. 197 Gombar 11.27 Gamber 11.26 Apabila tegangan input berbentuk sinus, dapat dituliskan sebagai: Vi = Va sino t Dan apabila bebannya bersifat resistif. maka bentuk gelombang output-nya adalah seperti pada Gambar 11.28. Bentuk gelombang ouput V, ini, apabila dituliskan secara matematik adalah sebagai berikut: Yo) = V,, sin 4, untuk 0 <1 < Tis Ya) = 0. untuk Ty <1 < 7 (TF = %alw) Berdasarkan rumus di atas dapat dihitung Vj. dan Vincnya, yaitu: V,, sin t dt 17 Vin = Pp J VC? de 0 \ on | V2 cost # dr 0 fl ale Von ws| (I + cos 2 1/2 dt 0 alo * he Vin ne | 12 d, + | 12 cos 2wt d, 0 a a Vin yu + o/8 sin 2wt | 0 Vin \ W/4 + w/8 (0 — 0) =YV, Jadi faktor ripple untuk penyearah setengah gelombang adalah I x 100 % = 121 % Penyearah Gelombang Penuh Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan menggunakan rangkaian jem- batan (bridge) dapat dilihat pada Gambar 11.29. Gambar 11.29 Gambar 11.30 199 Bentuk gelombang yang terjadi pada owtput-nya dapat dilihat pada Gambar 11.30. Terbentuknya tegangan dari penyearah gelombang penuh dengan menggunakan rangkaian jembatan ini. dapat dijelaskan dengan memperhatikan Gambar 11.31a, 5, dan c. Pada setengah siklus positif (0 s/d 7/2). dioda D1 dan D3 konduksi on dan menghasilkan gelombang output setengah siklus seperti pada Gambar 11.31. Sclanjutnya untuk setengah siklus negatif (7/2 sfd T), maka dioda D2 dan D4 konduksi dan menghasilkan gelombang seperti pada Gambar 11.31c. Gelombang yang terjadi adalah positif. sebab titik A adalah nol dan titik B adalah positif. Pada penyearah gelombang penuh ini faktor ripple-nya lebih kecil daripada faktor-faktor pada penyearah setengah gelombang yang faktor ripple untuk penyearah gelombang penuh ini adalah 48.2%. Makin kecil faktor ripple-nya. maka makin baik hasil tegangan de-nya (tegangan de-nya makin datar). Jadi di sini terbukti bahwa penyearah gelombang penuh adalah lebih baik daripada penyearah setengah gelombang. Ye 72 T Gambar 11.312 Gamber 11.315 Gambar 11.310 Penyearah 3 Fasa Setengah Gelombang Rangkaian penyearah 3 fasa setengah gelombang ini dapat dilihat pada Gambar 11.32a dan bentuk tegangan output-nya pada Gambar 11,32c. Yo—t+-— Mi Ye Ve Me Yoo et + ' Yeo—>+—J se) ~ I Gambar 11.322 Gambar 11.326 200 yy Gambar 11.320 Pada penyearah ini faktor ripple-nya adalah 18.3% dan untuk frekuensi dasar 50 Hz, frekuensi harmonis terendah yang masih terasa atau berpengaruh pada faktor ripple-nya adalah 150 Hz. Penyearah 3 Fasa Gelombang Penuh Rangkaian penyearah 3 fasa gelombang penuh 3 fasa ini dapat dilihat nada Gambar 11.33a dan 11.336 ) Gambar 11.33 Bentuk tegangan keluarannya dapat dilihat pada Gambar 11.34. Pada penyearah ini, faktor ripple-nya adalah 4.2% dan untuk frekuensi dasar 50 Hz, frekuensi harmonis yang terasa dan ikut keluar pada owput-nya adalah 300 Hz. My VY - Ve (@ (6) Gambar 11.34 201 RANGKAIAN FILTER Rangkaian filter yang dimaksud adalah rangkaian yang berfungsi untuk mengu- rangi faktor ripple yang terjadi pada suatu rangkaian penyearah. Umumnya komponen yang dipakai adalah: (1) Kapasitor yang dihubungkan secara paralel pada terminal output penyearah. (2) Induktor yang dihubungkan secara seri pada penycarah. Penggunaan Induktor sebagai Filter Contoh pemakaian induktor L pada rangkaian penyearah setengah gelombang dapat dilihat pada Gambar 11.35. L va (er) a v0 Gambar 11.95 volt) Gambar 11.36 Sedangkan bentuk gelombang yang terjadi pada owput-nya dapat dilihat pada Gambar 11.36. Pada saat 0 <1 < 7/2, terjadi penyimpanan energi clektromagnetik pada induktor. sebesar: E = f P(t) dt Kemudian pada saat 7/2 << T. dioda cu off dan terjadi pembuangan muatan dari induktor L. 202 Berdasarkan sifat induktor yang menyatakan bahwa tegangan pada induktor tidak dapat berubah dengan tiba-tiba dan herdasarkan persamaan V,(t) = Ved) — V(t). maka diperoleh bentuk tegangan seperti terlihat pada Gambar 11.36. Penggunaan Kapasitor C sebagai Filter Contoh penggunaan kapasitor C sebagai filter terlihat pada Gambar 11.37. Gambar 11.37 Gambar 11.38 Pada keadaan 0 <1-< 7/2, dioda konduksi dan kapasitor akan terisi muatan. Pada Tf <1 < T, dioda off dan kapasitor akan membuang (discharge). Berdasarkan sifat kapasitor yang manyatakan bahwa tegangan pada kapasitor tersebut tidak dapat berubah dengan tiba-tiba, dan berdasarkan persamaan V,(r) = V,(0), maka diperoleh bentuk tegangan scperti terlihat pada Gambar 11.38 Penggunaan L dan C sebagai Filter Gabungan pemakaian L dan C pada penyearah akan menyebabkan tegangan de yang dihasilkan makin baik dengan faktor ripple sangat kecil. Adapun rangkaian Gambar 11.39 203 Gambar 11.40 dan bentuk tegangan yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 11.39 dan Gambar 11.40. RANGKAIAN PULSA Rangkaian pulsa ini sangat berguna pada pemakaian rangkaian pengaturan. Umumnya digunakan sebagai pulsa picu (trigger) untuk menyalakan SCR dan thyristor atau sebagai pulsa clock. Ada 3 jenis rangkaian pulsa yaitu: (1) Rangkaian bistabil, kadang-kadang disebut juga rangkaian flip-flop. (2) Rangkaian monostabil. (3) Rangkaian astabil, kadang-kadang ini disebut juga rangkaian relaxation oscillator. Jenis yang banyak digunakan pada rangkaian pengaturan adalah rangkaian astabil. Di bawah ini diberikan beberapa contoh rangkaian pulsa dengan menggunakan komponen-komponen thyristor. transistor, dan UJT. Rangkaian Astabil dengan Transistor Rangkaian dasar astabil dengan transistor dapat dilihat pada Gambar 11.41. 9+ Vee Gembar 11.41 204 Transistor 1 (Tr;) dan transistor 2 (Try) berkelakuan sebagai switching transistor. Oleh karena itu, transistor-transistor tersebut selalu bekerja pada daerah jenuh dan cut off. Selain itu Tr; dan Tr, on atau off-nya selalu bergantian. Sekarang anggap Tr off dan Tr on (saturasi), maka terjadi kapasitor 2 (C;) mengisi (charge) dan kapasitor 1 (C,) membuang (discharge). Aliran arus pengisian dan pembuang- an pada C, dan C, dapat dilihat pada Gambar 11.42a dan 11.42b. Ty = Asc Te = (Ra + AIC) (a) () Gambar 11.42 Pada C; (Gambar 11.422). arus charge akan mengalir melalui V.. —» Ry > C2 — Vee. Di sini tegangan Vj.; akan mengikuti perubahan tegangan yang terjadi pada kapasitor C (V.2), dimana tegangan V.+ akan menuju V,, dan tegangan Vise: akan menuju tegangan konduksinya. Pada C, (Gambar 11.426) terjadi arus discharge melalui C; > Ry > Ry, sampai muatan pada C, berangsur kosong. Di sini tegangan V,.2 akan tetap pada posisi 72 saturasi (V,.> = 0.6 volt). Jadi pada saat tegangan C2 menuju +V,,, tegangan V;,, akan menuju tegangan konduksinya, sehingga dengan demikian terjadi konduksi pada Tr,. Demikian pula halnya pada Tr. dengan berangsur kosongnya tegangan pada kapasitor C, dan konduksinya Tr). akan menyebabkan tegangan V;,2 jatuh ke —V,. dan ini akan menyebabkan 77 off. Dengan terjadinya perubahan-perubahan pada Tr, dan Trs ini, akan terjadi perubahan charge dan discharge pada C, dan C>. di mana sekarang Cy akan charge (Gambar 11.436) dan C akan discharge (Gambar 11.43) Fa Re c e+— Ry Mw Mees L le Ta = (Py + ROC» Ty = ACs (a) (o Gambar 11.43, 205 Proses charging dan discharging Cy dan C, ini adalah sama seperti yang telah dijelaskan di atas. yang akhirnya Tr, off dan Tr: on dan seterusnya. Apabila digambarkan. bentuk tegangan-tegangan vang terjadi pada Vie4(1), Var2(t)- Ver(t)s Vex(t). Veet). Vooa(t) adalah seperti Gambar 11.44, Ty Ty Gambar 11.44 206 Rangkaian Astabil dengan Thyristor Salah satu contoh rangkaian pulsa dengan thyristor dapat dilihat pada Gambar 11.45, s +0" Vac Gambar 11.45 Persyaratan yang harus dipenuhi untuk rangkaian ini adalah: (1) Tegangan input Vg harus melebihi tegangan penyalaan Vj, thyristor. (2) Arus V,./R, harus selalu di bawah arus genggam (1,,) dari thyristor tersebut. (3) Harga tahanan R, harus jauh lebih besar dari R> (Ry >> R3). Cara Kerja rangkaian pada Gambar 11.45 adalah sebagai berikut: Apabila switch S ditutup. terjadilah pengisian muatan pada kapasitor C melalui tahanan Ry dengan konstanta waktu T = Ry x C. Pada saat tegangan V. mencapat tegangan penyalaan (V0). maka thyristor akan konduksi. Dengan terkonduksinya thyristor ini, maka akan terjadi pembuangan muatan dari kapasitor C melalui thyristor dan 2 dengan konstanta waktu T, = R> x C, Waktu (periode) pembuangan muatan ini cepat sekali dibandingkan waktu pengisiannya (karena R, >> R2). Selanjutnya terjadi pengosongan muatan pada kapasitor atau tidak ada arus yang mengalir lagi. Karena arus V,/R, selalu berada di bawah arus genggam dari thyristor (/), sehingga dengan demikian thyristor berada pada kondisi off. Dengan kondisi thyristor off, terjadi kembali pengisian muatan pada C dan prosesnya adalah sama seperti yang telah dijelaskan di atas. Bentuk tegangan V.(1) dan V,(t) yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 11.46. Waktu (periode) dari tegangan output (V,) dapat diubah-ubah dengan mengatur Ry. Gambar 11.46c menunjukkan apabila tahanan R; diperkecil. Untuk menghin- dari terjadinya pembuangan daya pada output akibat adanya Ry, maka R> dapat diganti dengan sebuah SCR, seperti pada Gambar 11.47a. Di sini arus Jy adalah arus yang mengalir pada saat kapasitor discharge. Sekali SCR konduksi, maka ia akan konduksi terus sampai /, mendekati nol yang menyebabkan SCR kembali off. Cara lain adalah dengan menggunakan suatu transformator, seperti pada Gambar 11.476. Untuk memperbesar arus yang mengalir pada kumparan primer transfor- mer ini, dapat ditambahkan sebuah transistor, seperti yang terlihat pada Gambar U4. 207 Volt) wooo we) Veith o Gambar 11.46 Penggunaan DIAC sebagai rangkaian-rangkaian pengganti thyristor dapat dilakukan sama seperti puisa yang menggunakan thyristor seperti telah dijelaskan di atas (Gambar 11.48). Gambar 11.47 Rangkaian pulsa SCR dan Trafo sebagai pengganti tahanan A, 208 Gambar 11.48 Rangkaian pulsa dengan DIAC Rangkaian Pulsa dengan UJT UST banyak juga dipakai pada rangkaian pulsa, salah satu contohnya adalah seperti pada Gambar 11.49. Cara rangkaian ini sama dengan thyristor, hanya pada UST harus diberikan tegangan “bias” pada basis-basisnya melalui tahanan Ry dan Rs. Pengisian muatan pada kapasitor tetap melalui tahanan Rj, sampai tegangan penyalaan UJT dan menyebabkan UJT konduksi Gambar 11.49 Rangkaian putsa dengan UJT 209 Selanjutnya pada keadaan UST konduksi, terjadi pembuangan muatan dari kapasitor C melalui tahanan R>, sehingga membentuk tegangan pada output-nya (V,). Kemudian apabila arus yang melalui basis UJT mengecil (kapasitor mulai kosong), maka UJT off dan kapasitor mulai charging kembali. Demikianlah seterusnya. PENGATURAN TEGANGAN DENGAN MENGATUR SUDUT FASA TEGANGAN AC Pengaturan dengan sudut fasa ini banyak sekali digunakan pada pengaturan kecepatan atau putaran motor-motor listtik. Di sini akan dibahas dua jenis pengaturan dengan sudut fasa, yaitu: (4) Pengaturan tegangan untuk beban de (2) Pengaturan tegangan untuk beban ac Pengaturan Tegangan untuk Beban DC Yang dimaksud dengan beban de, bukan hanya beban yang bersifat resistif saja, tetapi suatu beban yang memerlukan input tegangan de. Adapun untuk mendapatkan inpur tegangan de, dapat dilakukan dengan menyearahkan tegangan jala-jala (ac). Pengaturan tegangan de dengan mengatur sudut fasa tegangan ac ini, dapat dilakukan dengan menggunakan penyearah gelombang penuh. seperti yang terlihat pada Gambar 11.50. vatt) Gambar 11.50 Salah satu rangkaian pengaturan tegangan de dengan thyristor sebagai pengatur sudut fasa tegangan ac, dapat dilihat pada Gambar 11.51. Veit) Gambar 11.51 210 Cara kerja rangkaian ini adalah sebagai berikut: Pada saat $; dan S> ditutup, maka akan mengalir arus melalui tahanan R dan kapasitor akan charging. Kemudian setelah V.(:) mencapai tegangan peayalaan dari thyristor, thyristor akan kondukst. Pada keadaan ini kapasitor discharge melalui thyristor. Dengan adanya arus discharge pada thyristor, SCR akan konduksi. Barulah pada saat SCR konduksi. ada tegangan dan arus yang melewati beban. Tegangan atau arus yang mengalit pada beban ini akan terus berlangsung sampai kapasitor mulai kosong (V.(t) mendekati nol). Pada keadaan ini, thyristor kembali off (tentunya didisain agar arus V,(2)/R selalu berada di bawah atus genggam thyristor). Proses selanjutnya adalah seperti semula yaitu terjadi kembali pengisian muatan pada kapasitor dan seterusnya. Bentuk tegangan yang terjadi pada V,(¢), V,(e). dan V; (2) terlihat pada Gambar 11.52. Welt) Vek) \/) "A vat) Gamber 11.52 Tegangan rata-rata V(t) adalah merupakan tegangan dc-nya dan ini dapat dihitung dengan rumus: Vac = =f Vee) de ‘de a T omy Selanjutnya dengan mengubah tahanan R akan diperoleh harga tegangan de yang lain. Gambar 11.53 memperlihatkan bentuk tegangan-tegangan output untuk beberapa harga R. vue Fe Ay Gambar 11.53, Pengaturan Tegangan untuk Beban AC Pengaturan tegangan untuk beban ac ini dapat dilakukan dengan memodifikasi rangkaian pada Gambar 11.51. yaitu dengan memindahkan beban ke sisi tegangan ac (jala-jala), seperti yang terlihat pada Gambar 11.54. Gambar 11.54 Adapun bentuk tegangan sumber (V,) dan tegangan yang terjadi pada SCR (V,At)) dan beban V;(¢) dapat dilihat pada Gambar 11.55 via Gambar 11.55 212 Rangkaian lain yang dapat dibuat jauh lebih mudah adalah dengan menggantikan SCR dengan TRIAC dan Thyristor dengn DIAC, seperti terlihat pada Gambar 11.56, Untuk DIAC dan TRIAC. tegangan penyalaan ada pada dua arah yaitu pada tegangan majunya dan pada tegangan baliknya. Dengan demikian apabila pada Gambar 11.56 diberikan sumber tegangan ac, maka bentuk tegangan V,(t) dan tegangan output-nya adalah sama seperti Gambar 11.55. Gambar 11.56 Pengaruh Beban Induktif pada Pengaturan Sudut Fasa Sesuai dengan sifat beban induktif, arus atau tegangan tidak dapat berubah dengan tiba-tiba, padahal ini dibutuhkan oleh SCR di waktu mengubah posisi dari konduksi ke posisi off atau sebaliknya. Oleh karena itu, hal ini akan mempengaruhi kondisi_ penyalaan SCR tersebut. Pada saat perubahan posisi off ke posisi konduksi, yaitu dengan diberikannya pulsa rigger pada SCR, maka SCR harus berada pada tegangan penyalaannya dan ketika terjadi konduksi. tegangan SCR tiba-tiba turun mendekati nol dan meloncat ke arus genggam. Sebaliknya untuk mencapai posisi off dari keadaan konduksi, arus yang mengalir pada SCR harus diturunkan mencapai sedikit di bawah arus genggamnya atau dengan membuat tegangan katoda SCR lebih positif daripada anodanya. Berdasarkan pada rangkaian pengaturan tegangan dari contoh-contoh yang diberikan. ternyata beban dihubungkan seri dengan SCR. Jadi tegangan atau arus yang mongalir pada SCR sangat bergantung pada beban. Oleh karena adanya silat indukti pada beban, maka perubahan-perubahan yang terjadi pada SCR tidak dapat langsung seperti karakteristiknya, sebab harus menyesuaikan diri dengan beban yang ada. Akibatnya SCR akan mengalami keterlambatan dalam mencapai kondisi on atau off-nya. Keterlambatan tegangan ouiput akibat adanya pengaruh beban induktif ini terlihat pada Gambar 11.57. 6 a Vale) A) Gambar 11.57 Apabila beban induktif ini cukup besar, hal ini akan menimbulkan masalah yang serius pada pengaturan tegangan dengan SCR. antara lain: (1) Pengaruh induktor yang cukup besar akan menyebabkan pembentukan arus yang cukup Jambat pada beban dan juga pada SCR (karena SCR dipasang seri dengan beban). Ketika SCR diberikan pulsa srigger (J). maka dengan adanya keterlambatan pembentukan arus ini, SCR akan tidak mampu mencapai arus genggamaya. Akibatnya SCR tidak akan pernah konduksi (on). (2) Demikian’ juga scbaliknya, Karena lamanya penurunan arus beban (juga penurunan arus pada SCR menuju sedikit di bawah arus genggamnya), maka ada kemungkinan ketika dicapainya arus genggam, tegangan SCR sudah meneapai tegangan penyalaannya. Jadi SCR akan tetap on. Akibatnya SCR tidak akan pernah mengalami off Untuk menghindari keadaan-keadaan tersebut di atas, perlu diberikan suatu modifikasi pada rangkaian pengaturan tegangan tersebut. Cara pertama adalah de- ngan membuat suatu rangkaian yang mampu mengatur terjadinya arus genggam, sehingga pada saat terjadinya tegangan penyalaan SCR akan on atau sebaliknya Cara kedua yang lebih umum dan mudah adalah dengan memberikan dioda yang asangkan paralel dengan beban seperti pada Gambar 11.58. Pada perjalanan dari saat kapasitor mulai discharge (atau saat SCR mulai konduksi). dioda belum konduksi dan terjadi pembentukan tegangan pada beban induktif sampai kemudian kapasitor kosong. Bersamaan dengan ini, beban induktif yang semula menyimpan juga energi magnetik pada saat kapasitor discharge akan membuang energinya dengan arus yang berbalik arah. Pada saat ini dioda langsung konduksi. Arus konduksi dioda ini akan membawa SCR ke posisi off. 2i4 Gambar 11.58 PENGUBAH TEGANGAN DC KE DC Pengubah tegangan de ke de ini lebih populer disebut sebagai de ro de converter atau chopper. Prinsip untuk mendapatkan perubahan tegangan de dari sumber tegangan yang juga dc adalah dengan memotong-motong sumber tegangan de yang kontinyu tersebut. Hasil yang diharapkan dapat dilihat pada Gambar 11.59. M Vox Vac fn ton — wv fp ~~4--f —-4 Jo ft _ 1 ton Vay = Ve Gambar 11.59 fon + for Tegangan inpur adalah sumber tegangan de yang kontinyu. Apabila hany diberikan pulsa ‘rigger saja pada gerbang (G). maka SCR akan satu Kali saja mencapai keadaan on (ketika dicapainya tegangan penyalaan) dan setelah itu tidak pernah kembali ke Kondisi off (karena arus yang mengalir pada beban yang juga sama dengan arus yang melewati SCR tidak akan pernah mencapai kembali genggamnya (f,). Oleh karena itu, diperlukan rangkaian atau kondisi yang dapat membuat arus yang melalui SCR menuju ke arus genggamnya dan juga satu pulsa yang periodik pada gerbang dari SCR ini agar tereapai kondisi on pada SCR. Untuk mendapatkan pulsa-pulsa tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Ny (1) Memasang kapasitor yang dihubungkan seri dengan beban (ini dikenal sebagai rangkaian komutator dengan C seri) atau; (2) Memasang kapasitor yang dihubungkan paralel dengan beban (ini dikenal sebagai rangkaian komutator dengan C paralel). Rangkaian Komutator dengan Kapasitor Seri Rangkaian dasar komutator dengan C seri ini dapat dilihat pada Gambar 11.60. Gambar 11.60 Cara kerja rangkaian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada saat gerbang SCR diberi pulsa trigger, maka SCR akan konduksi dan kapasitor C mengalami pengisian muatan (charging). Pada suatu saat tegangan kapasitor akan mencapai tegangan Vj, dan tentunya tidak ada lagi arus yang mengalir melalui SCR. Hal ini menyebabkan SCR cut off. Selanjutnya pada saat SCR off. akan terjadi pembuangan muatan dari kapasitor C melalui tahanan R. Apabila kapasitor C telah membuang semua muatannya, maka pulsa trigger I, siap untuk memberikan penyalaan pada SCR dan memberikan pengulangan seperti proses sebelumnya. Ada dua masalah yang harus diatasi yaitu: (1) Kapasitor C harus dibuat cukup besar, dengan maksud untuk mendapatkan pengaliran arus ke beban yang cukup besar selama waktu penyalaan SCR tersebut. (2) Pada waktu C discharge. diusahakan agar tegangan katoda terhadap tegangan anodanya. selalu berada di bawah tegangan penyalaannya (lihat Gambar 11.60 pada keadaan discharge Vic = Veer = Vac ~ V(t). Vt) mula-mula = Vio. Agar SCR jangan terburu on, maka harus dijaga agar Voc < Vp, atau dengan kata lain arus discharge-nya harus diperlambat. Hal ini dapat diusahakan dengan membuat R cukup besar. 216 Hubungan antara V,(f) dan V;(¢) dapat dilihat pada Gambar 11.6la, dan b. ) Gambar 11.61 Untuk mengatasi masalah di atas, perlu dilakukan modifikasi terhadap rangkaian pada Gambar 11.60. yaitu seperti Gambar 11.62, dengan cara kerja sebagai berikut: Gambar 11.62 Pertama, SCR, konduksi dan kapasitor C charging sampai kemudian SCR, Kembali off. Pada saat SCR, off. SCR; konduksi (dengan diberikannya putsa trigger I,>. Dalam situasi ini kapasitor akan discharge melalui induktor L dan SCRp. Adanya induktor L dimaksudkan untuk mencegah agar arus yang mengalir pada SCR, tidak melebihi harga nominalnya. Pembuangan muatan (discharging) dari 217 kapasitor C melalui induktor L akan berlangsung cepat (konstanta waktu T= LIC) dibandingkan dengan melalui R. Pada saat arus SCR ini sudah mencapai sedikit di bawah arus genggamnya (/,,), maka SCR; akan off kembali dan pada keadaan ini SCR, siap untuk di-igger, Demikianlah proses di atas akan berulang kembali seterusnya. Bentuk tegangan V,(1), Vie) terhadap arus [yl dan igo terlihat pada Gambar 11.63. on | | ff LL, by vet) vib Gambar 11.63, Rangkaian Komutator dengan C Paralel Rangkaiaan komutator dengan C paralel ini lebih umum dipakai pada rangkaian chopper, seperti terlihat pada Gambar 11.64. Gamber 11.64 218 Di sini SCR, bertindak sebagai pemeran utama dalam mengeluarkan daya ke beban sedangkan SCR, berfungsi sebagai pengatur operasi kerja SCR, ini. Cara kerja rangkaian ini adalah sebagai berikut: Penyalaan SCR, dilakukan dengan memberikan pulsa trigger /,,. sehingga SCR, konduksi dan C terisi muatan melalui tahanan R sampai tegangan kapasitor mencapai V,,. Pada kondisi SCR, on, beban menerima daya dari sumber de (beban dialiri arus). Kemudian, penghentian arus pada beban dilakukan dengan penyalaan SCR. Pada saat SCR konduksi, tegangan pada SCR, mendekati nol (atau SCR2 seakan-akan hubung singkat) Dengan demikian tegangan di titik a (lihat Gambar di 11.64) menjadi nol. Karena sifat kapasitor yang menyatakan bahwa tegahgan tidak dapat berubah tiba-tiba, sehingga apabila titik a menjadi nol, maka seakan-akan titik b menjadi negatif Vic (— Vu). Akibat tegangan di titik b menjadi negatif V,, (- V4). sedangkan tegangan katoda SCR; = 0, maka akan menyebabkan SCR; off. Pada keadaan SCR, off ini akan terjadi pengisian muatan pada C melalui tegangan +V,, (titik c), beban, kapasitor, dan SCR», yang pada akhirnya tegangan V, akan berusaha mencapai tegangan V,, dengan titik b akan menjadi +V,,. dan tegangan di titik a tetap 0. Apabila tegangan kapasitor sudah kebali seperti semula, maka tidak ada arus charge lagi yang mengalir, dan hal ini akan menyebabkan SCR, off dan proses akan kembali berulang. Bentuk tegangan V,(1), dan V;(1), dapat dilihat pada Gambar 11.65. Sama halnya seperti rangkaian komutator dengan C seri. juga diperlukan waktu dengan periode tertentu untuk penyalaan SCR, dan SCR>. Maka untuk itu diperlukan modifikasi terhadap rangkaian komutator seperti yang terlihat pada Gambar 11.66. bv hoe 1 i 1 1 1 | t 1 | 1 1 vn | a Gambar 11.65 219 + L Vee ° SCR. SCR Gamber 11.66 INVERTER Yang dimaksud dengan inverter di sini adalah suatu rangkaian yang mampu mengubah tegangan de menjadi ac. Ada dua jenis inverter yang umum digunakan pada sistem tenaga listrik yaitu: (1) Inverter dengan frekuensi dan tegangan keluar yang konstan CVCF (Constant Voltage Constant Frequency) (2) Inverter dengan frekuensi dan tegangan keluaran yang berubah-ubah. Umumnya inverter dengan frekuensi dan tegangan keluaran yang berubah- ubah digunakan pada pemakaian khusus seperti pemakaian pada pompa listrik 3 fasa dengan menggunakan sumber tegangan dc. Kerugian cara ini adalah bahwa sistem hanya dapat digunakan pada pemakaian khusus saja, sedangkan keuntungannya adalah kemampuannya untuk menggerakkan sistem (beban) dengan sumber yang berubah-ubah seperti misalnya photovoltaic atau solar cell. Inverter Satu Fasa Yang akan dijelaskan di sini adalah inverter dengan frekuensi dan tegangan Konstan dan dengan menggunakan komponen SCR sebagai pembangkit tegangan ac-nya. dengan kemampuan menyalurkan daya yang cukup besar. meskipun tegangan output yang dihasilkan tidak begitu murni. Rangkaian dasar inverter ini terlihat pada Gambar 11.67 dengan cara kerja sebagai berikut: by tL, SCR, y Gambar 11.67 220 Anggap bahwa kedua SCR dalam keadaan off. Kemudaian SCR, dinyalakan dengan memberikan pulsa srigger rada gerbang Ig, (lihat Gambar 11.67). Dengan adanya tegangan pada kumparan 1-2 sebesar +V,,. maka kumparan 2~3 akan terinduksi juga sebesar +V,,. Jadi tegangan yang terbentuk pada kapasitor Cadalah scbesar +2V,,. Terjadinya aliran arus dan tegangan pada saat SCR, on terlihat pada Gambar 11.68. Sclanjutnya SCR» dinyalakan. Dengan penyalaan SCR» ini. tegangan di titik b (Gambar 11.67) sama dengan V,.. Dengan sifat kapasitor yang menyatakan bahwa tegangan (muatan = Q) yang ada pada Kapasitor tersebut tidak dapat berubah dengan tiba-tiba, maka pada saat titik b mencapai +V,,. tegangan yang tampak pada titik a adalah +3V,. (Van = Vy — V;,) atau V, = Vi + Van = Vue + 2Vac = 3Veiew Van = tegangan kapasitor sesaat sebelum SCR; on, yaitu = 2V,.. Dengan kondisi SCR3 on, SCR, off. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada saat SCR» on. tegangan di titik b sama dengan tegangan di titik ¢ (Vy = V..fihat Gambar 11.68) = Va. Sedangkan V,, = 3Vie- Artinya tegangan katoda SCR, (titik a lebih positif daripada tegangan anoda SCR, di titik ¢). Sesuai dengan karakteristik SCR. maka hal ini akan menyebabkan SCR, off. Hal lain yang terjadi akibat SCR on adalah terjadinya perubahan tegangan pada kumparan transformer yaitu tegangan di titik 2 = 0 ( V,,) dan kumparan 1-2 terinduksi dengan tegangan sebesar V2, = Vy... Sejalan dengan perubahan tegangan pada kumparan tersebut. maka kapasitor yang semula mempunyai tegangan V,, = +3V,. akan berusaha mengubah tegangannya menjadi Von = ~2V,,. yaitu dengan terjadinya aliran arus charging pada kapasitor ¢ dari titik b ke titik aS kumparan | 2 dan 3 (lihat Gambar 11.68), Untuk mengulangi proses di atas, maka SCRI kembali di-rrigger, sehingga dengan SCR, on, SCRy kembali off (sebab tegangan katoda dari SCR, (titik b) lebih positif daripada tegangan anoda SCR, (titik ¢ = titik a) (lihat juga Gambar 11.69.) Selanjutnya prosesnya sama dengan yang telah dijelaskan di atas, Bentuk tegangan SCR), SCR», V.(t) dan 1,(t) dapat dilihat pada Gambar 11.70. ‘Gambar 11.68 Keadaan rangkaian ketika SCR, on 221 , c sch a Vc ts oT ; 3 “SCR, Gambar 11.69 Keadaan rangkaian ketika SCR, on 3Vacl_ , SORz tumed SCR, tuned SCRs tuned SCR, tuned off / Vee Voc - o| : ~ Vee =2Veel «. | - ' be Inverter 3 Fasa dengan Frekuensi dan Tegangan Konstan Prinsip dasar dari inverter 3 fasa dengan menggunakan switching transistor dapat dilihat pada Gambar 11.71. tag tol Tal Tr Ay As A | Ziiotr ZH | HOF a t = | Ss a | Teal Y 1% Ts a As fe {Y i Hg) + Uo | ! T boo Gambar 11.71 Pengaturan on-off transistor Tr, sampai dengan transistor Tr, dilakukan oleh pulsa- pulsa crigger A, sampai dengan Ag, Munculnya pulsa-pulsa crigger ini diatur sedemikian rupa sehingga urutannya mutai dari Ay. A>. Aj. Ay. Ac. dan terakhir Ag dengan referensi Gambar (11.71) di atas. Perbedaan periode A, ke Ax, Ay ke Aa, dan seterusnya adalah 60 derajat elektris. sedangkan periode pada tiap-tiap pulsa itu sendiri (pulsa A, yang pertama ke A, yang kedua) adalah sebesar 360 derajat elektris. Selain itu waktu kontak (on) untuk tiap transistor didisain sedemikian rupa yaitu sebesar 180 derajat elektris. Bentuk pulsa-pulsa A; sampai Az dan kondisi on-off Tr, sampai dengan Trg dapat dilihat pada Gambar 11.72a. Dengan adanya dioda D, sampai dengan Dg. maka akan dihasilkan bentuk tegangan-tegangan pada output R, 8, T (Gambar 11.726) Penjelasan terjadinya gelombang pada titik R. $, T. adatah sebagai berikut! Di sini digunakan trigger negatif untuk men-trigger transistor yang semula on menjadi off. Pada keadaan off, dengan adanya konstanta waktu T = R C. maka waktu off-nya dapat didisain agar mencapai 180 derajat elektris. Setelah itu, transistor akan on kembali. Berdasarkan pengaturan on-off transistor-transistor tersebut. ternyata bahwa transistor 1 dan 4 on/off-nya saling berlawanan, demikian juga untuk transistor 3 dan 6, serta transistor 2 dan 6, Kemudian apabila kita lihat siklus 0 derajat + 60 derajat. ternyata, babwa pada kondisi ini, Tro, Trs. dan Tr, on dan yang lainnya off. Pada keadaan ini, D2, D3, dan D, konduksi (on) dan tegangan di titik R = 0, titik § = Vj, dan di titik T = 0, sehingga dengan demikian tegangan V,, = V, - V, Ay | “Ht i As Ae Gambar 11.728 Bentuk pul Vas Ver Vie _ 1 ry ly ol Gambar 11.72b Bentuk tegangan output yang terjadi (Vas. Ver, Vr.) 224 = —Vyew Vy = V, ~ V, = +Vge dan ¥,, = V, ~ V, = 0. Demikian pula untuk siklus 60 derajat — 120 derajat. di sini Trs. Try. dan Tr on. yang menyebabkan D3, Dy. dan Ds konduksi (on). Hal ini akan menimbulkan tegangan di titik R = 0, titik S = V,. dan di titik T = +Vg-. sehingga dengan demikian tegangan V,, = V, — V, Woe. Veg = Ve — V, = Odan V, = V, - Vi. = 4+V¥ x Bentuk V,,, Vj. dan V;, dapat dilihat pada Gambar 11.72b. Pada gambar tersebut terlinat bahwa hasil ouspur tegangan V,,, Vy, dan V,, belum berbentuk sinus murni meskipun sudah tampak merupakan tegangan ac 3 fasa. Untuk mendapatkan bentuk gelombang sinus murni. maka pada saat transistor-transistor tersebut on. diinjeksikan suatu pulsa-pulsa segi empat yang sudah termodulasi sinus. Hal ini dikenal sebagai PWM (Pulse Wave Modulation). Untuk menginjeksikan pulsa- pulsa PWM tersebut pada transistor-transistor yang bersangkutan tidaklah mudah karena diperlukan sinkronisasi pengaturan waktu (timing). Suatu blok diagram untuk menghasilkan gelombang PWM dapat dilihat pada Gambar 11.73. [Fase A Fasa S ey Ay ‘Gambar 11.73 Blok diagram rangkaian pembentuk PWM . Rangkaian penguat yang dapat diatur . Rangkaian pembalik fasa . Rangkaian switching . Rangkaian integrator . Rangkaian pengubah tegangan de menjadi gelombang sinus . Rangkaian pengatur pulsa Oke Inverter 3 Fasa dengan Frekuensi dan Tegangan Berubah Prinsip inverter 3 fasa dengan frekuensi dan tegangan berubah sama dengan prinsip inverter 3 fasa dengan frekuensi dan tegangan konstan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hanya pada inverter ini ditambahkan suatu rangkaian yang mampu mengubah besar perubahan tegangan yang terjadi menjadi perubahan frekuensi. Blok diagram dari rangkaian itu dapat dilihat pada Gambar 11.74. 225 Ye > 1 Gambar 11.74 Blok diagram rangkaian inverter 3 fasa dengan frekuensi dan tegangan berubah . Rangkaian penguatan . Rangkaian limiter . Rangkaian pembentuk harga absolut (Ey = |E1|) . Rangkaian integrator Rangkaian pembentuk gelombang sinus wae Bentuk tegangan yang terjadi pada titik A (output dari rangkaian nomor 4) adalah merupakan gelombang segi empat yang periodenya bergantung pada besar kecilnya tegangan de yang masuk. Rangkaian nomor 2 berfungsi menghasilkan suatu level tegangan de yang nantinya akan memberikan periode #(T) yang tertentu. sedangkan rangkaian nomor 4 berfungsi mengubah tegangan de menjadi bentuk gelombang segi empat. dan rangkaian nomor 5 berfungsi mengubah tegangan segi empat menjadi tegangan segi tiga dan kemudian mengubahnya menjadi gelombang sinus murni. Bentuk gelombang yang terjadi untuk beberapa level tegangan dapat dilihat pada Gambar 11.75. Output 3 Output 4 Output § (sebelum diubah menjadi gelombang Sinus) Gambar 11.75 Pada Gambar 11.75 jelas terlihat bahwa gelombang sinus yang terjadi berubah- ubah sesuai dengan tegangan de yang masuk. 226 12 PENGATURAN MOTOR ’SOLID STATE’ Pencounaan thyristor dalam pengaturan motor membawa beberapa keuntungan seperti: pengaturan yang halus (Kontinu), kerugian yang kecil, dan pemeliharaan yang lebih sederhana. Motor arus searah dengan Karakteristik putarannya yang sangat_ menguntungkan, lebih banyak digunakan dalam pengaturan motor. Sedangkan pengaturan motor arus bolak-balik, karena memerlukan biaya lebih tinggi, hanya digunakan dalam keadaan tertentu saja. Di sini pembahasan penggunaan thyristor beserta rangkaiannya dalam pengaturan motor sederhana sekali. sekadar memberikan gambaran umum saja. Perkembangan pengaturan motor ini tidak terbatas pada penggunaan thyristor saja, melainkan sudah mencapai tahap komputerisasi. yang menggunakan suatu sistem pengaturan digital. Oleh karena itu, pada bab ini dibahas juga mengenai sistem pengaturan digital dan contoh-contohnya yang bersangkutan dengan pengaturan motor. PENGGUNAAN THYRISTOR DALAM KONVERSI DAYA Pada dasarnya konversi daya listrik dapat dibagi atas 4 kelompok: (1) Konversi arus bolak-balik (ac) menjadi arus searah (dc). (2) Konversi arus searah (de) menjadi arus searah (dc). (3) Konversi arus searah menjadi arus bolak-balik (4) Konversi arus bolak-balik menjadi arus bolak-balik. PENYEARAN © PENGUBAH AC PENGUBAH DC. Gambar 12.1 Siklus konversi daya PEMBALIK 227 Siklus konversi daya ini beserta istilah untuk setiap konversi dapat dilihat pada Gambar 12.1 Beberapa contoh pemakaian yang memerlukan konversi daya: © Industri-industri yang memakai proses elektrolisis dan proses kimia lainnya yang memerlukan tegangan rendah arus searah dengan arus yang besar. Dapur listrik secara induksi untuk pengolahan logam. yang bekerja pada sistem tenaga listrik frekuensi tinggi. Untuk peralatan-peralatan dengan penggerak motor searah, seperti ban berjalan, mesin penekan. mesin penggiling. dan sebagainya. Untuk ini diperlukan tegangan arus searah yang berubah-ubah dan dapat dibalik polaritasnya dengan mudah. Industri-industri yang menggunakan penggerak motor induksi atau motor sinkron seperti pada industri tekstil, industri semen, dinamometer ac dan sebagainya. serta untuk sistem yang memerlukan tegangan arus bolak-balik yang dapat diatur tegangan maupun frekuensinya. Sebagai sumber tenaga listrik sistem traksi dalam kapal laut. sistem telepon. rumah sakit. di tempat-tempat yang memerlukan keandalan tinggi atau sebagai sumber listrik dalam keadaan darurat yang sering diperlukan untuk sistem komputer, rumah sakit, dan sebagainya. Pada pembangkit tenaga listrik dengan photovoltaic, misalnya penggunaan photovoltaic untuk pompa listrik 3 fasa, untuk beban penerangan, dan sebagainya. Skema penggunaan thyristor dalam sistem konversi daya listrik diperlihatkan pada Gambar 12.2 Konversi Arus Bolak-balik Menjadi Arus Searah Konversi arus bolak-balik menjadi arus searah adalah suatu sistem penyearah (rectifier) yang sudah lama dikenal. Ada bermacam-macam kombinasi. satu fasa atau tiga fasa. dari arus bolak-balik menjadi tegangan searah yang dapat diatur besarnya. Contoh-contoh mengenai sistem penyearah ini telah dijelaskan pada bab sebelumnya Konversi Arus Searah Menjadi Arus Searah Sistem pengubah ini diperlukan untuk memperoleh tegangan searah dari sumber tegangan searah juga. Biasanya disebut sebagai de chopper. Pemakaian konversi ini banyak dijumpai pada pemakaian kereta rel listrik dalam mengatur putaran motor de. 228 AC 3 fasa Sistem jaringan Uy, f, g 3 3 ° tka] jaw w Ae g3| LZ cz Lo A Bé + | j “ tes a fect foxh, Bentuk Bontuk | peryearan | inversi | Konversi dove konwersi ac-ae denis porvearan AC sink pc tink | 04 dengan | invert link | cycio- konverter } pengaturan| "™®"*" | konverter |OC°PP*"| konverter | converter | AC chopper fase Gambar 122 Konversi Arus Searah Menjadi Arus Bolak-balik Konversi ini dikenal dengan jstilah inverter. Pada konversi ini dapat diatur tegangan maupun frekuensi output-nya. Pemakaian konversi ini banyak digunakan pada pemakaian photovoltaic dengan beban pompa listrik 3 fasa. Konversi Arus Bolak-balik Menjadi Arus Bolak-balik Sistem pengubah ini dapat dibedakan atas 3 kelompok: (a) Pengubah tegangan arus bolak balik melalui tahapan arus searah (de link converter), Kemudian diubah Kembali menjadi tegangan arus bolak-balik yang dapat memberikan tegangan output lebih besar atau lebih kecil daripada tegangan input-nya, dengan frekuensi yang dapat diatur baik lebih besar maupun lebih kecil daripada frekuensi inpur-nya. Sistem pengubah arus bolak-balik dengan cara memotong tegangan input sistem tenaga listrik (ac chopper). Dalam hal ini dapat diperoleh tegangan output yang dapat diatur besarnya dan lebih kecil daripada tegangan input. Contoh konversi ini dengan menggunakan thyristor telah dijelaskan pada bab sebelumnya. (b) 229 (c) Sistem pengubah arus bolak-balik dengan cara sintesis gclombang tegangan output dari komponen tegangan jaringan listrik. Sistem ini disebut cycloconver- ter, memberi tegangan output dengan tegangan dan frekuensi yang dapat diatur, PENGATURAN MOTOR ARUS SEARAH Seperti telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. karakteristik putaran pada motor arus searah adalah suatu motor yang putarannya dapat dikendalikan dengan mengatur tegangan terminal: _ Va Ra CO Hubungan antara putaran dengan tegangan adalah linier, sedangkan karakteristik kopel terhadap putaran sesuai dengan keadaan beban yang membutuhkan kopel mula besar. Dengan demikian putaran dan kopel dapat dikendalikan secara baik dengan mengatur tegangan terminal. Pengaturan tegangan motor arus searah selama ini dilakukan dengan cara Ward-Leonard atau dengan memasang tangga tahanan secara seri dengan kumparan jangkar untuk mengurangi tegangan masuk motor. Jelas semua cara tersebut kurang efisien. shunt Gambar 12.3 @ (b) Pengaturan dengan Sumber Tegangan Arus Bolak-balik Bila sumber tegangan merupakan arus bolak-balik, thyristor dengan hubungan tertentu dapat menghasilkan tegangan searah, dan tegangan searah ini dapat diatur dengan mengatur sudut penyalaan pada kisi (gerbang = gare) thyristor. Rangkaian dasar thyristor untuk pengaturan tegangan de dari sumber tegangan ac ini telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Secara skematis, rangkaian pada Gambar 12.44 melukiskan rangkaian penyarah thyristor setengah gelombang 3 fasa yang digunakan untuk mengatur putaran dan kopel motor. V,. dan putaran dikendalikan dengan mengatur sudut penyalaan pada pengatur kisi. 230 ee (@) () Gambar 12.4 Pengaturan dengan Sumber Tegangan Arus Searah Apabila sumber tegangan merupakan arus searah, pengaturan tegangan dilakukan dengan cara melakukan pengaturan nyala-padam pada thyristor. Pengaturan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tegangan yang dihasilkan menjadi terbagi di antara tegangan jangkar motor dan saklar. Akibatnya tegangan rata-rata jangkar dapat diatur sesuai dengan kecepatan nyala-padam thyristor. Cara ini disebut chopper (untuk lebih jelasnya lihat bab sebelumnya pada bagian pengubah tegangan de ke de ). Secara skematis, Gambar 12.5(a) melukiskan cara pengaturan tegangan dc, dengan menggunakan saklar sebagai rangkaian pemutus. Ketika thyristor mendapat pacuan nyala selama f,. suatu pulsa tegangan dibangkitkan dan ketika thyristor padam arus jangkar menurun (sama dengan nol) selama 1 (lihat Gambar 12.5b). Apabila perbandingan kecepatan nyala-padam 1)/t diperbesar, akan diperoleh tegangan rata-rata motor V,, yang lebih besar (Gambar 12.5c). Dengan demikian chopper bekerja mengatur tegangan rata-rata (V;,) motor sesuai dengan kecepatan relatif nyala padam thyristor. Pengaturan dengan cara chopper tidak mengakibatkan adanya rugi daya. 231 PENGATURAN MOTOR INDUKSI Kita mengenal 3 cara pengaturan motor induksi, yaita pengaturan tegangan, pengaturan frekuensi. dan pengaturan motor tak merugi. Pengaturan Tegangan Seperti telah dijelaskan pada bagian terdahulu, pengaturan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan mengatur tegangan yang diberikan, karena T = V*. Salah satu cara pengaturan tegangan dengan menggunakan thyristor dapat dilihat pada Gambar 12.6a. Penyalaan thyristor dilakukan dengan perbedaan sudut fasa 120. Dengan mengatur sudut penyalaan terhadap perpotongan sumbu nol sedemikian rupa akan diperoleh suatu pengaturan antara 0 < V < Vinaxs (Gambar 12.66). sop Fe @ © Gamber 12.6 Pengaturan Frekuensi Pengaturan frekuensi untuk mengendalikan kecepatan motor induksi biasanya dibarengi juga dengan pengaturan tegangan masuk V; yang sebanding dengan frekuensi tersebut; karena untuk mendapatkan fluks konstan, diperlukan V; (untuk kepetluan pembahasan di sini, hal tersebut tidak dibahas, tetapi dapat dilihat pada bagian penjelasan photovoltaic dengan beban pompa listrik 3 fasa). Suatu rangkaian penyearah digunakan untuk mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah. Pada rangkaian penyearah yang terdiri atas thyristor, tegangan V; dapat diatur (dengan mengatur sudut penyalaan). Dengan menggunakan inverter, yaitu suatu alat yang dapat mengubah daya arus searah menjadi daya arus bolak-balik, frekuensi yang dihasilkan dapat dibuat berubah (Gambar 12.7). Perubahan frekuensi arus bolak-balik dari inverter ini ditentukan oleh periode pulsa yang memacu penyearah (thyristor) yang digunakan. Dengan mempercepat atau memperlambat periode pulsa yang memacu thyristor, frekuensi dan juga kecepatan motor dapat diatur. Prinsip kerja inverter telah dibahas pada bab sebelumaya (bab 232 elektronika daya). Pengaturan kecepatan dengan cara ini sangat efisien dan daerah pengaturan pun cukup lebar, meskipun alat pengaturnya menjadi lebih rumit dan mahal. Kontrol Frokuonss Thytistor dengan rangkaian pemadaman turoft Gambar 12.7 Pengaturan Motor Tak Merugi Perubahan tahanan luar (Rx) pada rotor belitan suatu motor induksi seperti diketahui akan menghasilkan pengaturan putaran. Pengaturan putaran cara ini mengakibatkan kerugian daya yang cukup besar pada rotor sebesar: “/;_s) kali daya mekanik. Untuk slip S = 0.5, kerugian pada rotor menjadi sama dengan daya mekaniknya. Dengan menggunakan kontrol motor solid-state yang terdiri atas rangkaian penyearah dan inverter, kerugian daya pada rotor tersebut dapat dikembalikan ke jala-jala. Tegangan rotor yang ditimbulkan pada cincin disearahkan melalui rangkaian penyearah untuk mendapatkan tegangan arus searah dan frekuensi yang besarnya sebanding dengan slip (S). Inverter yang dipasang antara ujung tegangan arus searah dengan stator mengembalikan kerugian daya rotor tersebut ke jala-jala. Karena inverter bekerja dengan frekuensi yang diatur jala-jala, maka tidak diperlukan pengaturan yang rumit (lihat Gambar 12.8). NOR Gamber 12.8 PENGGUNAAN PHOTOVOLTAIC PADA POMPA LISTRIK 3 FASA Dalam penggunaan photovoltaic pada pompa listrik 3 fasa, dihasilkan suatu energi listrik yang besarnya bergantung pada radiasi matahari yang mengenainya. Bentuk tegangan dan arus yang terjadi pada radiasi-radiasi yang berbeda adalah kira-kira seperti pada Gambar 12.9. Dari Gambar 12.9, ternyata bahwa photovoltaic akan menyalurkan daya yang maksimum untuk setiap radiasi apabila dicapainya garis beban seperti (2) dan ini harus selalu diusahakan pada suatu pemakaian photovoltaic sebagai sumber tenaga. (1) Garis beban dengan maximum power point (MPP) (2) Garis beban tanpa MPP (V = I x R) o v Pada pemakaian photovoltaic untuk beban pompa listrik 3 fasa. diperlukan suatu inverter 3 fasa yang mengubah tegangan de menjadi tegangan arus bolak-balik 3 fasa dan juga mempunyai frekuensi yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya tegangan atau arus yang terjadi pada output photovolt Blok diagram sistem photovoltaic dengan inverter 3 fasa dan beban pompa listrik 3 fasa dapat dilihat pada Gambar 12.10. qYZES Taverter 3) Pompa listrik Gambar 12.9 Gamber 12.10 234 Sehubungan dengan pemakaiannya pada pompa listrik 3 fasa, maka akan dijelaskan juga sifar-sifat motor listrik 3 fasa. Motor listrik 3 fasa yang umum dipakai pada pompa listrik adalah motor induksi. Pada motor induksi ini. kecepatan (putaran motor) dapat dituliskan sebagai berikut: N = 120ffp N = putaran motor frekuensi jala-jala jumlah kutub P Sedangkan kopel (torque) yang dihasilkan adalah: T~Oh D ~ Vif. @ = fluksi motor 1, = arus rotor V = tegangan stator = tegangan jala-jala. Berdasarkan rumus-rumus di atas, dapat dikatakan bahwa untuk menjaga agar fluksi motor tetap konstan dapat dilakukan dengan menjaga agar perbandingan Vif Konstan. Dan dengan didapat @ yang konstan, maka jetas bahwa torque sekarang hanya merupakan fungsi dari arus rotor saja (I2). Pada mesin induksi perlu sekali dijaga agar @ tetap konstan karena. meskipun dengan daya yang kecil, motor masih tetap dapat berputar, sekalipun dengan putaran yang mengecil. Sebagai suatu contoh, bila V mengecil, maka untuk mendapatkan @ konstan, f harus diperkecil juga dan ini berarti putaran akan menurun dan besarnya kopel yang terjadi sebanding daya input motor atau arus rotor akan mengecil. Sehubungan dengan karakteristik photovoltaic. yang pada umumnya tegangan- nya relatif konstan, dan hanya arus yang berubah-ubah untuk radiasi yang berubah-ubah, maka dengan simulasi garis beban nomor 1 (pada Gambar 12.9). akan diperoleh tegangan yang sebanding dengan arus. Jadi inverter yang digunakan pada pemakaian photovoltaic sebagai sumber tegangan harus mempu- nyai kondisi sebagai berikut: (1) Menghasilkan frekuensi yang berubah sesuai dengan perubahan arus. Hubungan frekuensi dengan arus dapat dilihat pada Gambar 12.11 (2) Mampu bekerja pada MPP (Maximum Power Point). Rangkaian inverter untuk tegangan dan frekuensi yang berubah-ubah telah dijelaskan pada bab sebelumnya, sedangkan rangkaian pengatur MPP tidak dibahas di sini. Dengan menggunakan inverter yang mempunyai kemampuan di 235 atas, maka sistem mampu bekerja dengan efisien dan dapat memanfaatkan radiasi matahari seoptimal mungkin. Gamber 12.11 Hubungan antara tegangan (arus) versus frekuens! SISTEM PENGATURAN DIGITAL Komputer digital adalah suatu teknologi yang mampu memberikan hasil dengan keandalan, kecepatan, dan ketepatan yang tinggi sekali. Pada pengaturan motor dengan menggunakan komputerisasi diterapkan sistem pengaturan digital. Dalam sistem pengaturan digital, sinyalnya adalah berupa sinyal yang tidak kontinu atau terputus-putus yang dikenal sebagai sinyal diskret (discrete signal). Ada dua jenis sinyal diskret, yaitu sinyal data sampling dan sinyal numerik atau sinyal digital, Sinyal data sampling adalah suatu deretan pulsa yang amplitudo tiap pulsanya sama dengan amplitudo sinyal pada saat diambilnya sample (Gambar 12.12a ), sedangkan sinyal numerik: adalah suatu deretan pulsa dengan amplitudo yang sama tetapi banyaknya pulsa pada selang waktu pengambilan sample mewakili besarnya (amplitudo ) sinyat yang ada dalam interval tersebut (Gambar 12.12b). Jenis sinyal numerik ini adalah pulsa biner. Pulsa biner ini dengan mudah dapat dimasukkan Vs Va 3 2 1 t ToT 0. - t t \ Te oh hm Th Tt ~2. 3. @) ro) Gamber 12.2 pada komputer dan dapat diprogram. Blok diagram sistem pengaturan digital ini dapat dilihat pada Gambar 12.13, di mana kotak H (umpan balik) dan kotak G (sistem) sama seperti pada sistem pengaturan biasa (analog). sinyal numark Sinal Analog Gambar 12.13 Blok diagram sistem pengaturan digital Perbedaan utamanya terjadi pada sinyal input-nya, di mana pada sistem pengaturan digital, sinyal input tersebut merupakan sinyal sampling. Selain itu juga adanya pemakaian “digital processor’. Pada umumnya digital processor mempunyai 2 fungsi: (1) Menganalisis perbedaan sinyal yang terjadi, yaitu membandingkan sinyal input terhadap penampilan sistem yang sudah tersimpan dalam memori digital processor tersebut. (2) Sesuai dengan informasi yang diterima, perbedaan sinyal yang terjadi ini diubah menjadi sederetan pulsa/sinyal numerik oleh A/D converter (Analog to Digital converter = pengubah sinyal analog menjadi sinyal digital) dan Kemudian dihitung dan diproses oleh digital processor. untuk kemudian oleh D/A converter (Digital to Analog converter), sinyal digital tersebut diubah Kembali menjadi sinyal analog dan kemudian diteruskan ke sistem (kotak G) sehingga menghasilkan output yang diinginkan. Jadi berdasar penjelasan di atas ternyata pada suatu digital processor terdapat 3 kemampuan utama, yaitu: kecepatan dalam penghitungan, memori (penyim- panan data), dan dapat dilakukan program (program komputer). Sebagai-contoh adalah suatu pabrik yang menggunakan mesin untuk melubangi suatu pelat yang datar. Pada mesin ini terdapat suatu alat katakanlah ada lengan (arm), yang digerakkan oleh motor listrik. Sedangkan posisi dapat dituliskan sebagai (r,2) atau (x,y) lengan itu harus diletakkan, diatur oleh digital processor. Pada umumnya motor ini adalah step-motor yang dapat juga dikatakan sebagai motor digital. Step-motor adalah suatu motor sinkron yang di disain khusus agar motor berputar dalam jumlah derajat (rotasi) tertentu sesuai dengan jumlah pulsa 237 input yang dipakai. Blok diagram sistem pengaturan digital untuk proses pembuatan lubang ini dapat dilihat pada Gambar 12.14. Motor untuk Operas pocccasceste cece i | Input] Memori T | & Instruksi ! I I Le. Gembar 12.14 Fungsi digital processor di sini adalah: (1) Mengubah input data ke dalam sinyal-sinyal listrik yang berupa deretan pulsa biner dan menyimpannya ke dalam memori. (2) Memproses dan menghitung data masukan, untuk mendapatkan posisi yang sesuai dengan yang diinginkan. (3) Posisi yang diinginkan ini tersimpan pada memori, dan apabila setelah proses dan penghitungan dihasilkan posisi yang sama dengan yang tersimpan pada memori, maka prosesor membangkitkan sinyal untuk memulai proses pengeboran. (4) Melaksanakan proses pengulangan untuk pembuatan lubang berikutnya. Sistem Pengaturan dengan Mikroprosesor Sistem pengaturan digital ini dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan mikroprosesor. Pada dasarnya mikroprosesor adalah Central Processing Unit (CPU) yang dapat dihubungkan dengan unit memori dan peralatan input/output (WO device). Apabila dalam mikroprosesor terdapat juga fasilitas memori dan generator pulsa (clock), maka mikroprosesor itu menjadi suatu digital komputer. Disini diberikan suatu contoh pemakaian mikroprosesor pada suatu sistem pengaturan temperatur, seperti yang terlihat pada Gambar 12.15. Anggaplah bahwa pengaturan temperatur pada bak kimia (Gambar 12.15) terjadi pada 90 + 2 °C. Transduser atau sensor yang digunakan untuk memantau temperatur bak adalah termokopel, dan dengan sinyal digital diperolch dengan konverter A/D. 238 22 LY incu converter ter Timer Rela pemanas Output register Rei pendingin Mikroprosesor 220 V/50 Hz Pendingin Gambar 12.15 Pada sistem kontrol ini. terdapat juga timer yang memberikan pulsa-pulsa clock. Pulsa-pulsa ini digunakan untuk mengatur kerja komputer dan sekaligus memasukkan data temperatur ke input register. Selanjutnya dengan operasi internal dari mikroprosesor, temperatur dari input data dibandingkan dengan harga yang diinginkan dari temperatur bak tersebut yang data atau spesifikasinya sudah disimpan dalam memori. Sebagai hasil dari perbandingan ini, dibangkitkan suatu pulsa pada output register. Misalnya apabila temperatur bak > 92 °C, maka akan timbul pulsa high (H) pada output register dan ini akan menyebabkan kontak sistem pendingin menutup dan menurunkan temperatur bak. Sebaliknya apabila temperatur ¢ = 88 °C, pada output register akan timbul pulsa Aigh (H) juga, tetapi dengan “alamat” yang berbeda yaitu suatu sinyal High ke alamat rele pemanas. Dan ini akan menyebabkan Kontak pemanas menutup dan pemanas memanaskan bak. Selain itu, dengan mikroprosesor ini, temperatur dapat diatur tidak hanya pada satu titik temperatur saja, melainkan dapat dilakukan untuk daerah temperatur yang cukup luas. Dan juga dengan mikroprosesor ini dapat dilakukan suatu program komputer. Sebagai contoh: selama 30 menit pertama temperatur yang diinginkan 90 °C. Setelah itu selama 90 menit temperatur naik menjadi 100 °C, dan seterusnya. Pengaturan ”*Adaptif” Selain dari sistem pengaturan digital seperti pada Gambar 12.13, ada juga suatu sistem pengaturan digital yang dinamakan sebagai ”pengaturan adaptif”. Dia- gramnya dapat dilihat pada Gambar 12.16. G adalah sistem dan H adalah umpan 239 baliknya, Pada umpan balik H ini sinyal yang diambil dari outpui-nya di ubah menjadi sinyal digital. Prosesor digital Input Output Gambar 12.16 Dalam pengaturan adaptif, parameter atau proses dari sistem pada kotak G tidak Konstan tetapi selalu: berubah sesuai dengan perubahan input-nya dan bentuk output yang diinginkan, Perubahan dari sistem (G) ini ditentukan oleh proses yang terjadi pada prosesor digital. Prosesor digital memperoleh masukan data input yang berisikan parameter-parameter dari sistem yang akan ditentukan, data ini disimpan dalam memori. Selain itu, prosesor digital memperoleh juga masukan dari rangkaian umpan balik. Berdasarkan data yang diperoleh dari rangkaian umpan balik. prosesor digital akan membandingkannya dengan data input. Dari hasil perbandingan tersebut. prosesor digital akan menghitung parameter- parameter dari sistem G ini sehingga dapat memberikan penampilan yang diinginkan pada ourpue-nya. Contoh pemakaian pengaturan adaptif dapat dilihat pada Gambar 12.17. ‘Sumberdaya do o Beban fo Posisi lengan Performasi yang iinginkan Gambar 12.17 240 Pada Gambar 12.17, komputer menerima semua data masukan yang diperlukan dan menghitung harga optimum tahanan jangkar R, sehingga menghasilkan putaran yang sesuai dengan keadaan beban terpasang. Sinyal yang mewakili hasil perhitungan R, ini diubah sedemikian rupa sehingga dapat menggerakkan *engan” potensiometer. Posisi akhir dari gerakan ini akan menghasilkan tahanan jangkar R, yang dimaksud. Karena proses yang berlangsung adalah suatu proses penghitungan secara digital (komputer) maka waktu yang dibutuhkan selama menggerakkan “lengan” potensiometer ini adalah relatif singkat sekali. Pengaturan adaptif ini tidak hanya terdapat pada pengaturan digital saja. melainkan juga pada pemakaian untuk sinyal analog. Contoh pemakaian pengaturan adaptif dengan sinyal analog yaitu pada sistem AGC (Automatic Gain Control). yang biasa dipakai pada radio penerima biasa. Diagram sistem AGC ini dapat dilihat pada Gambar 12.18. . Je Sinyat Fi Demodulator Penguat AF penguat audio Speaker Rectilior & fiter Gambar 12.18 Pada umumnya sinyal yang diterima oleh radio dari beberapa stasion pemancar berbeda-beda kekuatannya. Dengan adanya sistem AGC. maka sinyal yang keluar sebagai audio akan konstan dan hal ini tentu saja dapat memberikan kenyamanan bagi si pendengar. 241 DAFTAR ACUAN Chapman S.J, 1985. Electric Machinery Fundamentals, McGraw-Hill. Fitzgerald, Kingslay, Kusko, 1971. Electric Machinery, 3"* Edition, McGraw-Hil Marthin A. Green, 1982. Solar Cells, Operating Principles, Technology, and System Aplication, Prentice-Hall. Millman and Taub, 1986. Pulse, Digital and Switching Wave Forms, 28" printing, McGraw- Hill, Schultz R.D, Smith R.A, 1985. Introduction to Electric Power Engineering, Harper and Row, Publisher, New York. Soni M.L, Rao A.S, 1981. Electrical Technology. Dhanpat Rai and Sons. Zuhal, 1986, Dasar Tenaga Listrik, cetakan ketiga, terbitan kedua, Penerbit ITB, Bandung. 243 DAFTAR ISTILAH INDONESIA-INGGRIS A admitansi air berat aliran daya alur analisis arus bolak-balik arus fasa arus genggam arus jala-jala arus kapasitif arus nominal arus pemagnetan rus penguat arus Fugi tembaga aus searah ayun B beban dasar beban penuh beban puncak belitan c celah udara inci cincin toroidal D daerah daya daya guna daya nyata daya reaktif distribusi admitance heavy water = load flow slot analysis = alternating current Phase current holding current Tine current leading current vated current magnetizing current exciting current core loss current = direct current swing = base load full toad peak load winding air gap power = efficiency eal power eactive power = distribution E efek kulit clektromagnet energi energi primer F faktor beban faktor daya fasa fasor fluks frekuensi daya frekuensi pendengar- an frekuensi radio G gandengan magnet gardu distribusi gardu induk gaya gerak listrik gaya gerak magnet gelang generator berpe nguatan bebas generator berpe nguatan sendiri generator komponen generator pulsa generator shunt skin effect electromagnetism energy primary energy load factor power factor = phase phasor flux power frequency audio frequency = radio frequeney magnetism coupling distribution station substation electromotive force magnetomotive force loop separately excited field = self excited field = compound direct current generator pulse generator shunt direct current generator 245, generator sinkron gutungan H hantaran harga efektif harga rata-rata harga sesaat histeresis, bubungan singkat 1 impedansi induktansi induksi inti inti desi isolator J jalan paratel jangkar jari-jari jaringan jatuh tegangan kK kapasitansi kapasitor kawat keadaan nyala keadaan padam keadaan tunak keadaan peralihan keandatan kebesaran kecepatan kemampuan khayal kisi koefisien Komponen simetris kompresor komutator Kopel kondensor kondensor sinkron 246 = synchronous generator, ‘alternator = coil, winding conductor root mean square average value = instantaneous value hysteresis short circuit impedance inductance induction core iron core = insulator parallel path = armature radius network voltage drop capacitance capacitor conductor, wire on state = off state sieady stare transient state realibility magnitude speed rating imagenair gate coeficient = symmetrical component = compressor commutator torque, moment condensor = synchronous condensor konduktansi konjugasi kompleks konversi energi konverter kuat medan kumparan * kurva beban kurva kelangsungan beban kutub kutub ganda kutub pembantu L Jaminasi lifitan lingkar lingkar tertutup M medan medan listrik medan magnet medan putar memadamkan menahan mengambang menghantar mesin seremtak mesin tak serempak mikroprosesor N nilai asti nilai dasar nilai sesaat °o ototransformator Pp picuan pegang, memegang pemanasan lebih pembangkit pembangkitan pembebanan lebil pembumian pemeliharaan = conductance complex conjugate energy conversion converler field intensity coil, winding load curve = load duration curve = pole multipolar = interpole lamination winding loop closed loop field electric field magnetic field = rotating magnetic field = 10 turn off to block to float to conduct = synchronous machine = asynchronous machine = microprocessor actual value base value instantaneous value = auto transformer trigger to hold overheating generator = generation overloading = grounding = maintenance pemutus beban pencatatan pengaruh pemagnet- an pengaruh pendemag- netan pengaturan motor Pengaturan motor tak merugi pengaturan nyala padam pengereman menda- dak penggerak mula pengitiman daya tik penggal pengolah penguat berkurang, penguat berlebih penguatan penguatan sendiri pengujian pengukuran beban nol pengukuran dengan rotor ditahan penyearah penyimpanan cnergi penyediaan peralatan pengubah AC ke DC peralatan pengubah DC ke AC peralihan peredam permintaan pusat beban Pusat listrik tenaga (PLTA) pusat listrik tenaga diesel (PLTD) pusat listrik tenaga gas (PLTG) pusat listrik tenaga nuklir (PLTN) Pusat listrik tenaga uap (PLTU) R rangkaian pemutus circuit breaker recording magnetizing effect = demagnetizing effect = motor control ‘no toss motor contro on-off, switch = plugging = primary mover power transmission chopper processor under excited over excited excitation self excitation test = open circuit test = block rotor test rectifier, converter energy storage supply converter = inverter transient = damper demand load centre hydro power stations = diesel power stations = gus power stations = nuclear power stations steam power stations cominutating circuit rangkaian penyearah reaktansi reaktansi_ pemagnet reaktansi sinkron reaktif rel ayun relai rem rotor belitan rotor sangkar rotor sangkar ganda rugi beban rugi daya tansmi rugi histeresis rugi tahanan s saklar saklar nyala-padam saluran iransmision saluran udara sekring seragam sikat siklus silang inkronoskop sirkit sisi primer sisi sekunder sudu-sudy sudut penyalaan sumbu T tanpa beban tegangan jal terbelakang. terdahulu : tidak berubah tingkat jala titik tembus turbin rectifier reactance = magnetizing reactance synchronous reactance = reactive swing bus relay break wound rotor squirrel cage rotor double squirrel cage rotor load loss sransmision loss hysteresis loss resistance loss switch on-off switch wransmission overhead line = fuse uniform brush eyele crass syuchronouscope arreuit primary: side secondary side blades firing angle shaft = no load line voltage lagging leading invariant level shell type = core type dot nodal point breakdown point turbine 247 vu ujung penerimaan ujung pengiriman urutan receiving end sending end sequence v vektor L zat air = vector = hydrogen

You might also like