You are on page 1of 9
Ikatan Teknisi Patologi Anatomik Indonesia (ITPAD) www.erick-khristian.weebly.com WASTE DISPOSAL (PENANGANAN/PEMBUANGAN LIMBAH) Erick Khristian erick_khristian@yahoo.com A. PENDAHULUAN Setiap Rumah Sakit baik skala besar ataupun kecil, pedesaan ataupun perkotaan, dapat memiliki dampak tersendiri pada kesehatan masyarakat melalui limbah medis yang berkelanjutan. Jumlah limbah medis yang terus bertambah dari dampak perkembangan rumah sakit jika tidak ditangani dengan benar tentu akan menyebabkan kerusakan yang sangat besar, polusi, emisi Karbon dan pemborosan sumber daya. Bertambahnya jumlah rumah sakit di Indonesia, maka jumlah produksi limbah medis yang dihasilkan semakin banyak. Limbah medis rumah sakit dikategorikan sebagai limbah baban berbahaya dan beracun (B3) seperti disebutkan dalam Lampiran I PP No. 101 Tahun 2014 bahwa limbah medis memiliki karakteristik infeksius. Limbah B3 dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan juga dampak tethadap kesehatan masyarakat serta makhluk hidup lainnya bila dibuang langsung ke lingkungan. Selain itu, limbah B3 memiliki karakteristik dan sifat yang tidak sama dengan limbah secara umum, utamanya karena memiliki sifat yang tidak stabil, reaktif, eksplosif, mudah terbakar dan bersifat racun, Pengelolaan limbah B3 di rumah sakit sangat diperlukan karena apabila limbah B3 tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak antara lain: mengakibatkan cidera, pencemaran lingkungan, penyakit nosokomial. Pengelolaan limbah B3 rumah sakit yang baik diharapkan meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh limbah tersebut. Sekitar 70 — 90 % limbah padat yang berasal dari instalasi keschatan merupakan limbah umum yang menyerupai limbah rumahtangga dan tidak mengandung risiko, Sisanya sekitar 10 — 25 % merupakan limbah yang dapat menimbulkan berbagai jenis, dampak Kesehatan karena dipandang berbahaya. Produksi limbah medis padat rumah sakit di Indonesia secara nasional diperkirakan sebesar 376.089 ton/hati. Limbah rumah sakit dibagi menjadi dua kelompok secara umum yaitu limbah medis dan limbah non medis. Secara global, pengelolaan limbah layanan Kesehatan kekurangan dana dan diimplementasikan dengan buruk. Gabungan sifat infeksi berbahaya dan berbahaya lainnya dari limbah medis merupakan ancaman signifikan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, Para ilmuwan memperkirakan bahwa lebih dari setengah populasi dunia berisiko dari ancaman Kesehatan lingkungan, pekerjaan, atau publik yang berasal dari limbah instalasi/institusi kesehatan yang tidak diolah dengan benar. Disampaikan dalam Seminar Nasional - Technique in Pathology Anatomic Hotel Ibis Trans Studio Bandung 8-10 November 2019 Halaman I dari 9 Ikatan Teknisi Patologi Anatomik Indonesia (ITPAL) www.erick-khristian.weebly.com Sumber limbah yang berasal dari rumah sakit menurut Depkes tahun 2006 terlihat pada gambar 1. sebagai berikut: rw Asal limbah RS Lk > Rumah Sakit > Unit Medis «Rawat Inap Rawat Jalan * Rawat Darurat «Rawat Intensif = Haemodialisa = Kamar Jenazah *Begah Sentrain [ni Penuniana {__Mete + Laboratorium + Radiologi + Farmasi * Dapur Gizi * Sterilisasi + Anestest + Kamar Operasi [Unit Penunjang Non Medis Logistik: Laundry = Rekamedis # Sarana dan prasarana fisike « Farmasi = Mekanikal + Elektrikal +» Kesekertariatan * Kesehatan Lingkungan Gambarl. Asal limbah dalam rumah sakit. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme patogen, bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan sebagian bersifat radioaktif, Untuk limbah yang berbentuk pasta atau gel kadang agak sulit menggolongkan jenis limbah ini sebagai limbah padat atau cair. Untuk limbah yang berbentuk pasta (gel, cream) contohnya salep atau oli bekas. Untuk memudahkan pengolahannya (insinerasi atau desorpsi panas) maka jenis limbah ini sebaiknya dicampur dengan serbuk gergaji atau pasir dengan jumlah yang cukup sehingga setelah dicampur (diaduk) secara merata maka limbah ini dapat digolongkan sebagai limbah padat. Selanjutnya untuk pengolahannya dapat dilakukan di Instalasi Pengolah Limbah Padat (IPLP). B. KATEGORILIMBAH 1, Pembagian Limbah Medis berdasarkan bentukannya menurut Depkes (2006): a. Limbah Padat Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. Limbah non medis padat adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari Disampaikan dalam Seminar Nasional - Technique in Pathology Anatomic Hotel Ibis Trans Studio Bandung 8-10 November 2019 Halaman 2 dari 9 Ikatan Teknisi Patologi Anatomik Indonesia (ITPAD) www.erick-khristian.weebly.com dapur, perkantoran, taman dari halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infelaius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasilimbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi b. Limbah Cair Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan. c. Limbah Gas Limbah gas rumah sakit adalah bentukan gas yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan mengandung artikel mikroorganisme, senyawa kimia berbahaya atau sisa pembakaran yang berbahaya bagi kesehatan. 2. Pembagian limbah rumah sakit berdasarkan sifatnya (WHO, 2014) a. Limbah Berbahaya i, Limbah benda tajam Benda tajam bekas atau yang tidak digunakan (misalnya jarum suntik, pisau bedah, pisau potong, pisau mikrotom dan lain sebagainya) ii. Limbah infeksius Limbah yang dicurigai mengandung patogen dan yang berisiko penularan penyakit (misalnya limbah yang terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh lainnya; kultur dari laboratorium dan stok mikrobiologis; limbah dari hasil pengeluaran tubuh pasien dan bahan lainnya yang telah melakukan Kontak dengan pasien yang terinfeksi dengan penyakit yang menular) iii. Limbah Patologik Limbah patologis merupakan limbah yang terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh manusia dan hewan, janin manusia dan bangkai hewan, darah, dan cairan tubuh. Dalam kategori ini, dapat dikenali bagian tubuh manusia atau hewan juga disebut limbah anatomi. Kategori ini harus dianggap sebagai subkategori limbah infeksius, meskipun mungkin juga termasuk bagian tubuh yang sehat iv. Limbah farmasi Obat-obatan yang kedaluwarsa atau tidak lagi dibutubkan, barang yang terkontaminasi oleh dan atau mengandung obat-obatan. Disampaikan dalam Seminar Nasional - Technique in Pathology Anatomic Hotel Ibis Trans Studio Bandung 8-10 November 2019 Halaman 3 dari 9 Ikatan Teknisi Patologi Anatomik Indonesia (ITPAD) www.erick-khristian.weebly.com b. v. Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik yang mengandung zat dengan sifat genotoksik (misalnya limbah yang mengandung obat sitostatik yang sering digunakan dalam terapi kanker, bahan kimia genotoksik) vi. Limbah kimia Limbah yang mengandung bahan kimia (misalnya reagen Jaboratorium, pengembang film, desinfektan yang kadaluwarsa atau tidak lagi dibutuhkan, pelarut, limbah dengan konten logam berat, misalnya baterai, termometer yang rusak dan alat pengukur tekanan darah) vii. Limbah Radioaktif Limbah yang mengandung zat radioaktif (misalnya cairan yang tidak digunakan dalam radioterapi atau penelitian laboratorium, gelas yang terkontaminasi, kemasan atau kertas penyerap, urin dan ekskreta dari pasien yang diobati atau dites dengan radionuklida) Limbah Tidak Berbahaya Limbah yang tidak mengandung biologis, kimia, radioaktif, atau fisik yang berbahaya. DAMPAK LIMBAH MEDIS Pengaruh limbah medis sangatlah besar. Limbah medis tersebut dapat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan. Masalah yang mungkin terjadi antara lain: 1, Gangguan tethadap keschatan manusia akibat mikroorganisme atau senyawa kimia yang berbahaya bahkan debu yang disebabkan oleh pembakaran limbab, 2. Gangguan kenyamanan dan estetika. Limbah yang mencemari lingkungan dapat berubah warna dan bau akibat dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organic. 3. Kerusakan pada barang-barang yang tersentuh atau teraliri oleh limbah. Kualitas bangunan atau saluran dapat terkikis atau berkarat akibat garam- garam yang terlarut pada air yang berlumpur. 4. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatangakibat mikroorganisme dan bahan kimia. Gangguan genetic dan reproduksi. Sumber vector penyakit seperti lalat dan tikus. Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum aa suntik atau benda tajam lainnya. Disampaikan dalam Seminar Nasional - Technique in Pathology Anatomic Hotel Ibis Trans Studio Bandung 8-10 November 2019 Halaman 4 dari 9 Ikatan Teknisi Patologi Anatomik Indonesia (ITPAD) www.erick-khristian.weebly.com D. DASAR HUKUM PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS Dasar hukum yang mendasari perlunya penanganan dan pengolahan limbah adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang No 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ‘Undang-Undang No 36/2009 tentang Kesehatan ‘Undang-Undang No 44/2009 tentang Rumah Sakit Peraturan Pemerintah No. 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Peraturan Pemerintah No. 66/2014 tentang Kesehatan Lingkungan 6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P-56/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan 7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P-68/2015 tentang. Baku Mutu Limbah Cair Domestik 8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 24/2016 tentang Persyaratan Teknis bangunan dan Prasarana Rumah Sakit 9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 7/2019 tentang Kesehatan Lingkungan rumah Sakit pBeN E, PENANGANAN/PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS Melindungi Kesehatan masyarakat melalui pengelolaan limbah dapat dicapai dengan berbagai metode. Pengelolaan limbah dapat diringkas dalam urutan preferensi yang disebut ‘hirarki limbah’, dengan metode yang paling diinginkan hingga yang paling tidak diinginkan (Gambar 1). Pemilihan metode dilihat dari manfaat dan dampak terhadap lingkungan, perlindungan keschatan masyarakat, keterjangkauan keuangan dan penerimaan sosial. Most preferable Prevent duce Least preferable Gambar 2. Hirarki Management Limbah. Disampaikan dalam Seminar Nasional - Technique in Pathology Anatomic Hotel Ibis Trans Studio Bandung 8-10 November 2019 Halaman 5 dari 9 Ikatan Teknisi Patologi Anatomik Indonesia (ITPAD) www.erick-khristian.weebly.com Hirarki pengelolaan limbah sebagian besar didasarkan pada konsep "3R", yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle (mendaur ulang) ketiga hal tersebut secara luas berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang berkelanjutan, Praktik terbaik pengelolaan limbah bertujuan untuk menghindari atau memulihkan sebanyak mungkin limba di atau sekitar fasilitas Jayanan keschatan, daripada membuangnya dengan membakar atau mengubur. Pengolahan ini digambarkan sebagai penanganan limbah di "hulu" daripada mengadopsi solusi di "hilir” Pendekatan yang paling disukai adalah menghindari produksi limbah sebanyak mungkin sehingga dapat meminimalkan kuantitas yang memasuki aliran limbah. Jika memungkinkan, barang limbah dapat digunakan kembali sebagai penggunaan sekunder. Limbah yang tidak dapat dipulihkan harus ditangani dengan pilihan yang paling tidak disukai, seperti pengolahan atau pembuangan lahan, untuk mengurangi dampak kesehatan dan lingkungannya. Menurut Kepmenkes (2004) petugas pengelola sampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari pelindung kepala, masker Khusus, pelindung mata, pakaian panjang, apron untuk industry, sepatu boot, serta sarung tangan khusus. Adapun tahapan dalam pengelolaan limbah adalah sebagai berikut: 1, Minimalisir sumber limbah Pemilahan limbah Pewadahan limbah Pengangkutan limbah Penyimpanan limbah Pengolahan limbah Pemanfaatan dan atau pemusnahan ween ae Pengolahan berdasarkan jenis limbah terlihat pada Tabel 1 berikut Tabel 1. Jenis Pengolahan Limbah Medis NO) Jenis Limbah Pengolahan Dasar Hukum 1 Jarum Needle Cutter, Needle PMLHK 56/2015 Distroyer, WHO 2 Botol Infus, Plastik2, __Disinfeksi, Cacah PMLHK 56/2015 botol obat 3 Pathologis/jaringan Disinfeksi, dikubur PMLHK 56/2015 4 Kasa, perban, pampers Incinerator PMLHK 56/2015 5 Farmasi (obat Kembali ke Distributor, Permenkes 7/2019 kadaluarsa) atau Incinerator Adapun pengolahan limbah medis berdasarkan WHO terlihat pada tabel 2 berikut: Disampaikan dalam Seminar Nasional - Technique in Pathology Anatomic Hotel Ibis Trans Studio Bandung 8-10 November 2019 Halaman 6 dari 9 Ikatan Teknisi Patologi Anatomik Indonesia (ITPAD) www.erick-khristian.weebly.com ‘Tabel 2. Kategori Limbah dan Tindakan Pengolahan Kategori Limbah Jenis Limbah Tindakan dan Pengolahan Limbah Anatomi Manusia Gjaringan, organ, bagian tubuh) Kategori No.1 Tnsinerasi / kubur dengan kedalaman tertentu Kategori No.2 Limbah Hewan (laringan hewan, organ, bagian tubuh, bangkai, bagian pendarahan, cairan, darah, dan hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian, limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit hewan dan perguruan tinggi, dikeluarkan dari rumah sakit, rumah hewan) Insinerasi / kubur dengan kedalaman tertentu Kategori No.3 Limbah Mikrobiologi & Bioteknologi (Limbah dari kultur laboratorium, stok atau spesimen hidup mikroorganisme atau vaksin, ultur sel manusia dan hewan yang digunakan dalam penelitian dan agen infeksi dari laboratorium penelitian dan industri, limbah dari produksi biologis, racun, dan perangkat yang digunakan untuk kultur sel) lokal autoklaf/ microwave / Insinerasi Kategori No.4 Limbah benda tajam (Jarum, jarum suntik, pisau bedah, pisau, gelas, dll. Yang dapat menyebabkan tusukan dan Tuka. Ini termasuk benda tajam bekas dan tidak terpakai) Disinfektan (tindakan kimia / autoklaf / microwave Kategori No.3 Obat yang terbuang dan obat sitotoksik (Limbah yang terdiri dari obat-obatan yang sudah expired, terkontaminasi dan dibuang) Insinerasi / penghancuran dan pembuangan obat- obatan di tempat pembuangan sampah yang aman Disampaikan dalam Seminar Nasional - Technique in Pathology Anatomic Hotel Ibis Trans Studio Bandung 8-10 November 2019 Halaman 7 dari 9 Ikatan Teknisi Patologi Anatomik Indonesia (ITPAD) www.erick-khristian.weebly.com Kategori No.6 Limbah kotor (Barang-barang Insinerasi / autoklaf/ yang terkontaminasi dengan microwave cairan tubuh termasuk kapas, dressing, gips, alas tidur dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi dengan darah) Kategori No.7 Limbah padat (Limbah yang Disinfektan (tindakan dihasilkan dari barang-barang _kimia / autoklaf / sekali pakai selain dari benda microwave tajam seperti tabung, kateter, perangkat intravena, dll.) Kategori No.8 Limbah cair (Limbah yang _Disinfeksi dengan dihasilkan dari laboratorium —_perlakuan kimia dan dan pencucian dan dibuang ke saluran pembersihan pembuangan Kategori No.9 _Sisapembakaran insenerasi___Pembuangan di TPA Kategori No.0 Limbah Kimia (Bahan kimia‘Tindakan kimia dan yang digunakan dalam dibuang ke saluran produksi biologis, bahan pembuangan untuk cairan kimia yang digunakan dalam dan tempat pembuangan desinfektan, sebagai sampah yang aman untuk insektisida, dll.) bahan padat. PENUTUP Keberagaman limbah medis yang berasal dari rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan merupakan konsekuensi yang harus didapatkan, Namun meskipun limbah ‘medis selalu didapatkan perlu penanganan yang baik sebelum proses pembuangan hingga berhubungan dengan masyarakat Iuas. Sebagian besar pengelolaan limbah medis rumah sakit masih dibawah standar lingkungan karena umunya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dengan sistem open dumping atau dibuang ke sembarang tempat. Bila pengelolaan limbah tak dilaksanakan secara saniter maka besar kemungkinan menyebabkan gangguan bagi masyarakat disekitar rumah sakit dan pengguna limbah medis. Agen penyakit yang berasal dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan dapat masuk ke tubuh manusia melalui air, udara, makanan, alat atau benda yang tercemar. Aspek pengelolaan limbah telah berkembang pesat, dimana sistem manajemen lingkungan dikelola by product (output). Pada akhirnya fasilitas kesehatan meskipun membantu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, namun limbah yang dihasilkanpun dapat menimbulkan penyakit baik secara Iangsung maupun tidak langsung. Hal inilah yang membuat limbah apapun yang dibuang harus dapat dinyatakan tidak berbahaya, tidak infeksius dan ataupun dapat digunakan lagi. Disampaikan dalam Seminar Nasional - Technique in Pathology Anatomic Hotel Ibis Trans Studio Bandung 8-10 November 2019 Halaman 8 dari 9 Ikatan Teknisi Patologi Anatomik Indonesia (ITPAD) www.erick-khristian.weebly.com Husada B. Pedoman Penatalaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Dan Limbah Cair Di Rumah Sakit. In: DEPKES, editor. 2006. KEMENKES. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/IU/2003. Tentang Laboratorium Kesehatan. KEMENKES, editor. Jakarta, 2010. KEMENKES. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/111/2003. Kesehatan, editor. Jakarta. 2003. KEMENKES. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 TAHUN 2017. Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. KEMENKES, editor. Jakarta. 2017, LOUIS J, DIBERARDINIS, JANET S. BAUM, MELVIN W. FIRST, GARI T. GATWOOD, SETH. AK. Guidelines For Laboratory Design. Health, Safety, and Environmental Considerations. 2013 WHO. Safe management of wastes from health-care activities. Australia. 2014 Disampaikan dalam Seminar Nasional - Technique in Pathology Anatomic Hotel Ibis Trans Studio Bandung 8-10 November 2019 Halaman 9 dari 9

You might also like