sn buku:
Keluarga Nyoto adalah contol kor-
ban G30S yang menjalani hidup tanpa
Jka dan trauma, Sutarni bisamenceri-
fakanpengalamannya membovong
fpalcanakaya, berpindah dari sat
fumah tahanan ke rumah tahanan
Iain, dengan ringan, bahkan tanpa ke-
hilangan rasa humor. Mereka tak taku
span dan di mana sang suami dan
ayah dibanah, apalagi tabu kuburnva,
Tentu tak semua korban C308 ber~
sikap seperti keluarga Nyoto. Sebab,
fragedl $3. tahun silam itu melibat-
fan jumlah manusia yang tidak se
diet. Sekitar tiga juta orang mening
fal, belasan ribu dikirim ke Pulau
Bury, dan jutaan lainnya menerima
perlalcuan diskriminatif. Orde Baru
Yang dipimpin Soeharto, meneipta
perangkat hukum yang melegitima-
Et berbagai tndskan aniava terhadap
‘masyarakat dengan cap komunis pada
Pengiriman ribuan orang. ke Pus
taut Buru, misalnya, sebenarnya demi
‘mengamankan rezim yang baru lahir
‘agar menang dalam pemilihan unum
pertama di era Orde Baru, pada 1971
Scharusnya pemerintah sementara
pengganti Sockarno menggelar per
Fe peda 1960. T
Yang saat itt menjadi penaniggung ja-
‘wabkeamanan—belum slap, hajaian
hasional it ditunda,
‘Mem-Buru-kan ribuan orang it, d
gan klasifkasi Golongan "B", disah-
ican dengan surat Panglima Komandan
Operas Keamanan dan Keteriban
(Pangkopleamtib) No. KEP 009/KOP-
KAM/2/1069, yang ditandatangani
Maraen Panggabean atas nama Soe-
harto. Jakes Agung vang bertanggung
Jawab kepada Panghopkamt meleng
Keapi aturan bukum fain untuk "me
logalkan” penahanan di Pulau Buru,
1969-1979
Adaptin Golongan "C", atau yang
langgap terpengaruh ideolog\ ‘ir,
Setelah aitahan mendapat "hultuman
dalam bermasvarakat, seperti dilarang
‘menjadi pegavai nogert, menjadi ang
gota parlemen, bahkan ikut pemilihan
fumum. Pemerintah membalukan be
berapa peraturan pembenaran dis-
‘Anggota Pomuda Rakyat yang beralians|
KASUS PKI
Icriminasi itu, seperti Instruksi Men-
tert Dalam Negeri No. 32/1981, yang
melarang orang yang berkaitan lang
Sung atau tidak langsung dengan G05,
‘menjadt pegavval negeni,tentara, pen
deta, guru,
Pertanyaan itu memang tetap meng
sgantung: bersalahkah Soeharto dalam
1969? Memang, terutama
setelal reformasi, para korban "gem-
pa politik” itu melakukan beberapa
Upaya hukum menuntut pemerintah
bukan Soebarto langsung—agar ber
tanggung jawab, dengan cara mereho—
bilitast nama dan memberikan ganti
ugh Tepi termaa tuntutan stu kandas.
‘Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) pun membentuk tim
tuntule menyelidiki pengiriman paksa
‘ibuan orang ke Pulau Buru, sebagai
pelanggaran berat hak asasi manasa,
nggota Komnas HAM, MLM. Billah,
mmombentuk tim dan membuat propos”
al, Tap, ternyata, metodologi penyeli:
‘dikan yang ditawarkan Bilah tidal
ddisetujuh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) pada pertengahan 2004,
Menurut Billah, gugatan terhadap
Socharto untuk kasus pelanggaran bake
asasi manusia di Pulas Bura ini bisa
ihidupkan Kembali jka tujuh dari 20,
fanggota Komnas HAM menvetujuinya,
"Topi ta juga belim jaminan penyeli-
dikan itu akan berlanjut, karena ha
rus kembali minta persetujuan DPR.
kata Billah. Dia mengaleui, borat sekali
mengangkat kasus pelanggaran berat
hak asasi Pulau Burw hingga ke peng
adilan. "Masing-masing kepala panya
kepentingan,”samenambahikan, seper~
fi bertamsl, Mungkin jawaban seperti
itulah yang membuat orang seperti
Svetlana cenderung pesimistis.— @