You are on page 1of 110

GYRO COMPASS &

MAGNET
By: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.

1
Cakupan materi:
n  Pedoman Magnet
n  Dasar-Dasar Menimbal Pedoman
n  Menentukan Deviasi Pedoman Magnet
n  Pedoman Gasing
n  Menentukan kesalahan Pedoman

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 2


PENDAHULUAN

n  DASAR PERATURAN


n  SOLAS 1974 as amended
n  STCW 1978 Amandemen 2010
n  Kurikulum / Silabi Ahli Nautika
n  ACUAN:
n  IMO Model Course 7.01 (MASTER AND CHIEF MATE)
n  IMO Model Course 7.03 (OFFICER IN CHARGE OF A
NAVIGATIONAL WATCH)

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 3


STCW 1978 as amended in 2010
(Manila Amendment)
n  STCW Code Section A-II/1 dan A-II/2
n  Table of STCW Code
n  Function (Navigation, Cargo Handling and Stowage, Controlling
the operation of the ships and care for persons on board)

n  Column 1: Competence


n  Column 2: KUPs
n  Column 3: Methods for demonstrating
competence
n  Column 4: Criteria for evaluating competence

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 4


(Table A-II/1-Specification of minimum standard of
competence for officers in charge of a navigational watch on
ships of 500 gross tonnage or more)

n  Function: Navigation at Operational level


n  Competence: Plan and conduct a passage and determine position
n  KUP
n  Knowledge of the principles of magnetic and gyro-compasses
n  Ability to determine errors of the magnetic and gyro-compasses, using
celestial and terrestrial means, and to allow for such errors
Steering control system
n  Knowledge of steering control systems, operational procedures and
change-over from manual to automatic control and vice versa. Adjustment
of controls for optimum performance
n  Criteria for evaluate competence
n  Errors in magnetic and gyro-compasses are determined and correctly
applied to courses and bearings
n  The selection of the mode of steering is the most suitable for the prevailing
weather, sea and traffic conditions and intended manoeuvres

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 5


(Table A-II/2-Specification of minimum standard of
competence for Master and Chief Mate on ships of 500
gross tonnage or more)

n  Function: Navigation at Management level


n  Competence: Determine and allow for compass errors
n  KUP
n  Ability to determine and allow for errors of the magnetic and
gyro-compasses
n  Knowledge of the principles of magnetic and gyro-
compasses
n  An understanding of systems under the control of the master
gyro and a knowledge of the operation and care of the main
types of gyro-compass
n  Criteria for evaluate competence
n  The method and frequency of checks for errors of magnetic
and gyro- compasses ensures accuracy of information
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 6
Kompetensi yang harus
dicapai
n  Memiliki pengetahuan tentang prinsip kerja pedoman magnet
dan pedoman gasing
n  Memiliki kemampuan untuk menentukan kesalahan pedoman
dan mengaplikasikannya untuk kepentingan navigasi
n  Memahami dan mampu melaksanakan aba-aba mengemudi
sesuai “International Standards Marine Communication
Phrases”
n  Mampu merobah dari kemudi otomatis ke kemudi manual dan
sebaliknya, serta menyetel untuk kinerja yang optmal
n  Pengemudian kapal dalam keadaan darurat (pada
kompetensi: respon terhadap keadaan darurat.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 7


PEDOMAN
(COMPASSES)
n  Fungsi: untuk menentukan arah
n  Haluan kapal
n  Baringan benda daratan terhadap kapal sendiri
n  Baringan kapal lain terhadap kapal sendiri
n  Jenis Pedoman
n  Pedoman Magnet (Magnetic Compass)
n  Pedoman Gasing (Gyro Compass)
n  Flux Gate Compass (FGC)
n  Ring Laser Gyro Compass (RLG)
n  Satellite Compass

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 8


PEDOMAN MAGNET
(MAGNETIC COMAPSS)

9
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
SOLAS 1974 as amended
Regulation 19
2  Shipborne navigational equipment and systems
2.1 All ships, irrespective of size, shall have:
.1 a properly adjusted standard magnetic compass, or other means,
independent of any power supply, to determine the ship’s heading and
display the reading at the main steering position;
.2 a pelorus or compass bearing device, or other means,
independent of any power supply, to take bearings over an arc of the
horizon of 360o;
.3 means of correcting heading and bearings to true at all times;
.4 nautical charts and nautical publications to plan and display the ship’s route for the intended voyage and to
plot and monitor positions throughout the voyage; an electronic chart display and information system (ECDIS) may
be accepted as meeting the chart carriage requirements of this subparagraph;

.5 back-up arrangements to meet the functional requirements of subparagraph .4, if this function is partly or
fully fulfilled by electronic means;*

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 10


TUJUAN PEMBELAJARAN

n  Umum:
n  Memahami dan terampil dalam kaitannya dengan
pengemudian kapal secara benar dan merawat pedoman
di kapal
n  Khusus:
n  Memahami jenis dan fungsi pedoman magnet di kapal
n  Memahami sifat-sifat magnet batang
n  Memahami ciri-ciri pedoman magnet yang baik dan cara
memeriksanya
n  Memahami istilah-istilah yang digunakan dalam kaitannya
dengan penggunaan pedoman magnet

11
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Pembagian jenis pedoman
magnet
n  Menurut konstruksinya:
n  Pedoman magnet kering
n  Pedoman magnet cair / basah)
n  (Flux Gate Compass)

n  Menurut fungsi / penempatannya:


n  Pedoman Tolok (Standard Compass)
n  Pedoman Kemudi (Steering Compass)
n  Pedoman Cadangan (Spare Compass)
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 12
Sifat-sifat magnet batang /
jarum-jarum magnet:
n  Memiliki gaya tarik / tolak terhadap logam bermagnet lainnya (baja
dan besi)
n  Kekuatan gaya tarik-tolak terdapat pada ujung-ujungnya
n  Ujung-ujung magnet batang diberi nama kutub magnet,
n  Kutub-kutub senama saling tolak-menolak, kutub tidak senama
tarik-menarik.
n  Ujung yang mengarah ke kutub Utara magnetis bumi
n  Besarnya kekuatangaya tarik/tolak antara 2 buah magnet batang
berbeda, (Hukum Coloumb) à K = (m1 x m2)/R2 (simbol huruf ‘R’
kadang dinyatakan dengan huruf ‘d’, yaitu jarak antara 2 kutub
magnet yang berbeda)
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 13
Penyimpanan atau penempatan
pedoman magnet dikapal harus:
" Sedapat mungkin pada pertengahan kapal (diatas garis lunas
kapal)
" Jauh dari massa besi, yang terbagi tidak sama pada kedua
sisi
" Tidak ditempatkan dekat linggi-linggi karena disini terdapat
kutub-kutub magnetisme permanent (P & Q)
" Jauh dari massa besi yang besar dan vertical (cerobong
asap, tiang baja, penopang, dll)
" Jauh dari besi lunak membujur dan melintang yang berjalan
terus (most continous iron/steel)
" bebas pemandangan (untuk pedoman tolok)
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 14
PEDOMAN MAGNET
KERING
Bagian-bagian utama pada pedoman magnet kering :

n  Ketel pedoman, berfungsi sebagai tempat semat, piringan


pedoman, dan garis layar
n  Piringan pedoman, terdapat mawar pedoman, batang magnet,
dan sungkup
n  Cincin lenja, untuk menggantung ketel pedoman pada rumah
pedoman agar pedoman selalu dalam keadaan datar pada waktu
kapal mengoleng atau mengangguk.
n  Rumah pedoman, sebagai tempat ketel pedoman dan batang-
batang penimbal.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 15


Gambar
Pedoman Magnet Kering
n  Keterangan gambar:
n  a – ketel pedoman
n  b – tutup kaca
n  c – kaca baur
n  d – semat
n  e – ujung semat
n  f – sungkup dari
aluminium
n  g – batu nilam
n  h – cicncin aluminium
n  i – benang sutera
n  j – batang magnet
n  k – kertas skala derajat

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 16


PIRINGAN PEDOMAN
Bagian-bagian penting pada piringan
pedoman:
n  Sungkup
n  Cincin aluminium kecil (tengah)
n  Cincin aluminium besar (pinggir)
n  Jarum-jarum magnet (8 buah yang
saling sejajar)
n  Kertas skala derajat (mawar
pedoman)

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 17


Syarat-syarat piringan
pedoman yang baik:
o  Harus ringan, sungkup piringan pedoman bagian
bawahnya harus licin
o  Tidak memiliki kesalahan kolimasi
o  Pembagian derajatnya harus jelas, dibuat secara
teratur
o  Besarnya piringan pedoman harus seimbang dengan
besarnya ketel pedoman
o  Piringan pedoman harus tenang
o  Piringan pedoman harus peka
o  Waktu ayun piringan harus cukup besar, (>14 det)
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 18
Sifat peka piringan pedoman:
o  Apabila didekatkan benda magnetis
pada piringan pedoman, piringan
pedoman segera keluar dari
kedudukan seimbangnya, dan bila
benda magnetis tersebut dihilangakan
(dijauhkan), maka piringan pedoman
segera kembali pada kedudukan
seimbangnya.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 19


Peka

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 20


Agar piringan pedoman memiliki sifat peka

1.  Memiliki momen magnet yaitu tergantung


dari: panjang jarum magnetnya dan Kekuatan
kutub-kutub magnetnya. (K = m x a)
2.  Intensitas horizontal yang besar (H = T cos i)
3.  Kerat piringan makin ringan makin peka
4.  Ujung semat makin tajam makin peka

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 21


Sifat tenang piringan pedoman:
o  apabila mendapat gangguan pengaruh
dari luar, maka keseimbangan piringan
pedoman tidak terganggu. Pengaruh
dari luar tersebut misalnya, olengan
atau anggukan kapal, getaran mesin,
perobahan haluan, dan sebagainya.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 22


Sifat tenang piringan pedoman
makin besar bila:

1.  Ujung semat sangat lancip/tajam


2.  Piringan pedoman sangat ringan
3.  Momen magnet besar
4.  Momen lembam besar
5.  Kepekaan dan ketenangan piringan pedoman
terutama tergantung dari perbandingan
T.R M
----- dan ----
M G

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 23


Cara memeriksa kepekaan
piringan pedoman:
1.  Putar piringan pedoman ke kanan atau ke
kiri kira-kira 3º dari kedudukan seimbang
2.  Lepaskan dan kemudian baca
penyimpangan sudut pada sisi lainnya
3.  Ulangi hal yang sama pada sisi lainnya
4.  Bila hasil penyimpangan pada kedua sisi
sama, atau berselisih ½ º saja, berarti
piringan pedoman cukup peka

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 24


KETEL PEDOMAN
Pada ketel pedoman terdapat:
n  Tutup atas berupa kaca bening, kedap air.

n  Kaca baur sebagai penutup bagian bawah


agar tembus cahaya.
n  Garis layar.

n  Pemberat. Dipasang di bagian bawah ketel,

n  Penyangga semat. Dipasang di tengah


ketel.
n  Tanduk / Baut. Dipasang disisi luar ketel,

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 25


Garis layar

Garis lunas/
linggi

Garis layar

Pedoman

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 26


Gambar Ketel Pedoman

Keterangan gambar:

a.  tutup kaca bening


b.  badan ketel
c.  -
d.  tutup bawah (kaca
baur)
e.  penyangga semat
f.  Baut / tanduk
g.  semat

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 27


Syarat-syarat ketel pedoman yang baik:

•  Tidak boleh mengandung magnet.


•  Kaca bening harus rata,
•  Dalam segala situasi atau segala posisi, ketel
pedoman tidak boleh menyentuh bagian-bagian
pedoman lain,
•  Semat atau pasak pedoman harus benar-benar
terpasang tegak tepat ditengah-tengah ketel
•  Tuas (bila ada), harus tepat ditengah-tengah ketel
(tepat diatas pusat piringan pedoman)
•  Tidak terdapat ‘kesalahan garis layar’

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 28


Cara memeriksa ketepatan
garis layar:
•  Pedoman pada tepat diatas bidang lunas linggi kapal:
–  Dirikan sebuah tonggak kayu, tepat di atas lunas linggi di depan
pedoman pada jarak yang cukup, misalnya di ujung haluan.
–  Baring tonggak tersebut dan pada saat yang sama lihatlah
penunjukan skala derajat pada garis layer.
–  Bila kedua penunjukan adalah sama, letak garis layer sudah tepat.
•  Pedoman yang diletakkan tidak pada lunas linggi kapal:
–  Tentukan jarak melintang pedoman ke bidang lunas linggi
–  Dirikan sebuah tonggak kayu pada suatu jarak yang cukup jauh di
depan pedoman pada jarak melintang dari lunas linggi yang sama
dengan jarak pedoman ke lunas linggi,
–  Baringlah tonggak tersebut, dan pada saat yang sama lihatlah
penunjukan skala derajat oleh garis layer
–  Bila kedua penunjukan sama, maka letak garis layer sudah tepat.
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 29
CINCIN LENJA

•  Gunanya untuk menjaga agar


pedoman selalu dalam keadaan
datar walaupun kapal mengoleng
atau mengangguk, atau pada saat
kapal senget.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 30


RUMAH PEDOMAN:

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 31


Rumah Pedoman

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM 32


Prepared by: Capt. Hadi
Dedicated Supriyono,
to: PIP Sp.1, MM, M.Mar.
Makassar
Pada rumah pedoman terdapat
(selain ketel pedoman):

n  Tutup rumah pedoman


n  Tanduk-tanduk untuk meletakkan cincin lenja
n  Bola-bola besi penimbal,
n  Batang-batang besi lunak penimbal (Flinder bar),
n  Batang-batang magnet penimbal. (Batang: P,Q, R)
n  Bola lampu penerangan..
n  Clinometer.
n  Degaussin coil (dibagian luar rumah pedoman pada
bagian agak ke bawah)
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 33
PEDOMAN MAGNET ZAT CAIR / BASAH

•  Air tawar / murni (Aqua destilata) prosentase


75% sampai 80%
•  Ether (Alkohol murni 100%) prosentase 20%
sampai 25%.

Contoh: misalnya aqua destilata 75% maka


alkoholnya 25%, Sedangkan apabila aqua
destilata 80% maka alkoholnya 20%.
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar 34
Kegunaan campuran alcohol
tersebut adalah:

•  Untuk menurunkan titik beku air. sangat


berguna apabila pedoman digunakan di
tempat-tempat lintang tinggi atau daerah yang
mengalami musim dingin, sehingga cairan
pedoman tidak mudah membeku.

•  Untuk mengurangi kemungkinan korosi dari


bagian-bagian dalam ketel pedoman.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar 35


Prinsip Kerja
Pedoman Magnet zat Cair:
•  Piringan pedoman diletakkan diatas pengapung, di
bawah pengapung digantungkan batang-batang magnet.
Keseluruhannya diletakkan dalam cairan, sehingga bila
berada dalam medan magnet bumi, piringan dapat
berputar dengan bebas.
•  Bila kapal diam, maka piringan pedoman juga diam
dengan skala 360º (Utara) menunjuk ke kutub Utara
magnetis bumi.
•  Tepat dalam arah bidang lunas linggi pada bagian
dalam ketel pedoman ditempatkan garis layer.
•  Skala derajat piringan pedoman yang berimpit /
bersatu dengan garis layer menunjukkan arah haluan
kapal.
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar 36
Gambar Pedoman magnet cair

Keterangan gambar:
a. Tutup kaca bening
b. pengapung
c. piringan pedoman
d. jarum-jarum magnet
e. tromol pemuaian cairan
f. sumbat pengisian cairan
g. semat
h. alas penyangga semat
i. pelat bergelombang
j. garis layar
k. tanduk / baut
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar 37
Fungsi beberapa bagian
dari pada ketel pedoman:

•  Pengapung. Berfungsi untuk menahan piringan


pedoman dan magnet pedoman agar tidak
terlalu menekan ujung semat, sehingga
piringan pedoman dapat berputar dengan
bebas.
•  Pelat bergelombang, atau jembatan pegas dari
kuningan. Untuk memberikan kestabilan pada
semat apabila cairan didalam ketel memuai
atau menyusut, disebabkan adanya tromol,
sehingga penunjukan pedoman tidak salah.
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar 38
BEBERAPA ISTILAH:

•  Variasi, adalah sudut yang dibentuk oleh arah utara-selatan sejati (bumi) dengan arah
utara-selatan magnetisme bumi.
•  Deviasi, adalah sudut yang dibentuk oleh penyimpangan penunjukan utara-selatan
pedoman magnet di kapal dengan arah utara-selatan magnetis bumi
•  Agone, yaitu garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki
perobahan Variasi 0º
•  Isologone, yaitu garis dipeta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki
perobahan Variasi yang sama
•  Isogon, yaitu garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki Variasi

•  Aklin, yaitu garis dipeta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki sudut
inklinasi 0º
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar 39
Ilustrasi: var & deviasi
Um
Us St

Up
v d

Sp

Ss = Sm

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 40


DASAR-DASAR
MENIMBAL PEDOMAN

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 41


Tujuan penimbalan pedoman

1.  membuat deviasi sekecil mungkin


2.  perobahan deviasi pada perobahan
perobahan haluan agar terjadi secara
berangsur-angsur dan merata
3.  sebanyak mungkin memperkuat gaya
pengarah dan disamakan pada semua haluan

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 42


Preview Pedoman Magnet

–  Kekuatan gaya magnetisme (magnetic force / ‘flux’) dari


pada magnet batang terpusat pada kutub-kutubnya
(ujung-ujung magnet batang) sampai dengan 1/12 x
panjang magnet batang.
N
Sumbu

–  Magnetisme pada batang logam dapat bersifat tetap


(permanent) dan dapat juga sementara (induced)
–  Lamanya magnetisme bertahan pada logam tersebut
(retentivity) tergantung dari jenis logam yang diinduksi.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM,.M.Mar 43


Magnetisme bumiawi

•  diibaratkan bumi adalah suatu


magnet yang sangat besar yang
dikelilingi oleh gaya magnetisme
(magnetic flux), dimana kutub2
magnetnya terletak di Kutub
Utara Magnetik Bumi (kutub
biru) dan Kutub Selatan
Magnetik Bumi (kutub merah)

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 44


Magnetisme Kapal

•  Magnetisme Permanent
•  Magnetisme Transient
•  Magnetisme Remanent

•  Kekuatan medan magnet TotalàRumus


Poisson

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 45


Azas-azas penimbalan:

1.  Gaya magnetis yang menyebabkan deviasi,


dilenyapkan oleh gaya yang sama dan sejenis, tetapi
yang bekerja pada arah yang berlawanan
2.  Kutub permanent pada kapal harus ditimbal oleh
magnet permanent
3.  Kutub transient pad besi lunak vertical ditimbal
oleh massa besi lunak vertical
4.  Kutub transient pada besi lunak horizontal harus
ditimbal oleh massa besi lunak horizontal yang
sejenis

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 46


Alasan dilakukan penimbalan:

a. Deviasi berobah cepat; pada perobahan haluan mawar


pedoman kadang-kadang menjadi tidak tenang dan
lamban, sehingga sulit untuk digunakan pada waktu kapal
berlayar diperairan sempit atau pada waktu pemanduan
kapal.
b. Mudah terjadi kekeliruan apabila berlayar dibawah
perintah pandu
c. Deviasi yang besar mengakibatkan perobahan besar
dalam gaya pengarah, sehingga pada haluan-haluan
tertentu mawar menjadi terlampau lamban
d. Jika simpangan senget besar, maka pada waktu kapal
oleng mawar pedoman menjadi tidak tenang

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar 47


Alat-alat untuk menimbal pedoman

1) Magnet-magnet tetap:
a)  Korektor P (Batang C),
b)  Korektor Q (Batang B),
2)  Batang-batang flinder
(Flinder bars),
3)  Korektor D,
4)  Magnet senget, yaitu
magnet permanent yang
dipasang tegak lurus
geladak kapal, tepat
dipertengahan pedoman.
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar 48
BEBERAPA ISTILAH DAN PENGERTIAN DASAR

•  Magnet, adalah benda besi atau baja yang


menarik benda-benda besi atau baja lainnya
–  Terdapat 3 macam magnet yaitu:
•  Magnet alam, yaitu potongan besi yang
magnetis secara alamiah. Batang-batang
magnet separti ini konon terdapat di Asia Kecil
•  Magnet buatan, yaitu besi/baja yang dijadikan
magnet secara buatan oleh sapuan-sapuan
menggunakan magnet lain
•  Magnet elektro, yaitu batang besi yang dililit
dengan kumparan tembaga (diisolasi) yang
dialiri listrik. Batang besi akan menjadi
magnetis hanya apabila kumparan dialiri listrik.
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar 49
Bagian2 utama batang magnet

•  Pada batang magnet terdapat 3 bagian utama


yaitu:
–  Kutub-kutub magnet yang terletak pada ujung-
ujung batang magnet hingga 1/12 x panjang
batang magnet. Kutub Utara atau Kutub Merah,
dan Kutub Selatan atau Kutub Biru.
–  Sumbu magnet yang menghubungkan kutub-
kutub magnet
–  Bidang netral, yaitu bidang tegak lurus sumbu
magnetis yang terletak tepat di tengah batang
magnet.
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar 50
Ilustrasi: Batang Magnet

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 51


3. Hukum Coloumb:
1.  Kutub-kutub yang tidak senama dari 2 magnet batang
saling tarik menarik, sedangkan kutub-kutub senama
saling tolak-menolak

2.  Gaya tarik dan gaya tolak magnetis adalah berbanding


lurus dengan banyaknya magnetisme yang terkumpul
pada kutub-kutubnya (m1 x m2)

3.  Gaya tarik – tolak magnetis berbanding terbalik dengan


kwadrat jarak dari letak kutub-kutub yang saling
mempengaruhi (d2)

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 52


Gaya Tarik/Tolak

•  Bila digabungkan antara nomor 2 dan 3 akan


mendapat rumusan besarnya gaya tarik-tolak F, atau
K = (m1 x m2)/ (d2)

m1

m1
d d
m2
m1 m2
m2
d

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 53


Paramagnetis & Diamegnetis

•  Benda paramagnetis, yaitu benda yang dapat


tertarik oleh sebuah magnet. Misalnya, baja, besi,
seng, nikel, dan lainnya

•  Benda diamagnetis, yaitu benda yang tertolak oleh


sebuah magnet. Misalnya Timah, timah hitam,
bismuth, dan pada umumnya logam mulia adalah
benda diamagnetis.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 54


Induksi magnetis

•  Induksi magnetis adalah peristiwa dimana


sebuah besi lunak yang didekatkan pada
sebuah magnet, kemudian besi tersebut
menjadi magnet. Induksi dapat meningkat oleh
adanya pukulan-pukulan (ketokan) dan getaran

•  Besi keras, adalah besi yang sulit


diinduksikan, dan Besi lunak, adalah besi yang
segera dapat diinduksikan, tetapi segera
kehilangan magnetismenya jika gaya yang
menginduksi dihentikan
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 55
Gaya Magnetis,
Medan Magnet,
Intensitas Total
•  Gaya Korsitif adalah hambatan yang dipertahankan
molekul-molekul terhadap pengarahan magnetisme.
Gaya korsitif yang sangat besar terdapat pada
campuran Besi-Mangaan (14% mangaan, 86% besi)
•  Medan magnet homogen adalah medan magnet yang
garis-garis gayanya berjalan sejajar (contoh: medan
magnet bumi dan medan magnet kapal)
•  Intensitas Total (T) adalah kekuatan medan
magnetisme bumi pada sebuah satuan kutub. ‘T’
diuraikan dalam intensitas horizontal (H) dan vertical
(V). Hubungan antara keduanya dirumuskan sebagai
berikut:
H = T.cos.i; tg.i = V/H; T = H.sec.i; V = T.sin i;
cotg i = H/V; T = V.cosec i
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM 56
Dedicated to: PIP Makassar
Unsur Magnetisme bumi,
Daerah Gangguan Variasi
•  Unsur-unsur magnetisme bumi adalah:
–  Variasi
–  Inklinasi, dan
–  Intensitas horizontal
•  Daerah gangguan variasi adalah daerah-
daerah yang mengalami banyak penyimpangan
nilai variasi terhadap sekelilingnya. Hal ini
terjadi / terbentuk oleh lapisan-lapisan
magnetis pada dasar laut

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 57


Gangguan variasi:

–  Gangguan sekuler adalah gangguan yang


terjadi tiap tahun dengan nilai besaran
yang sama
–  Gangguan berkala adalah gangguan yang
terjadi secara teratur pada perobahan
musim dan keadaan alam yang sama
–  Gangguan mendadak, adalah gangguan yang
terjadi oleh adanya badai magnetis, gempa
bumi, dan letusan gunung api (volcanic
disturbances)
58
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Parameter,
Gaussin error
•  Parameter, adalah perbandingan antara Kekuatan medan
magnet yang diinduksikan oleh medan magnet bumi dan
kekuatan medan magnet bumi yang menginduksi pada arah
membujur, melintang dan vertical

•  Gaussin Error adalah perobahan nilai deviasi yang


terjadi karena kapal merobah haluan. Hal in terjadi
karena pada saat kapal merobah haluan terjadi
pusaran arus medan magnet di sekitar pedoman
sehingga mempengaruhi magnetisme transient
disekitarnya

59
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Retentive Error

•  Retentive Error, adalah perobahan nilai


deviasi pedoman yang terjadi karena kapal
berlayar dengan haluan tetap dalam waktu
yang cukup lama (lebih dari 12 jam) karena
adanya induksi terhadap magnetisme remanen

60
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Full compensation.
•  Atau penimbalan penuh, atau penimbalan secara
menyeluruh.

Dilakukan dalam hal-hal tertentu misalnya:


–  Pada saat kapal selesai di bangun (kapal
baru/special survey)
–  Bila bangunan kapal bagian atas mengalami
perobahan yang cukup besar
–  Bila setelah sekian lama kapal tidak
beroperasi (moth-ball)
–  Setelah kapal mengalami kebakaran yang
cukup besar.

61
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Simpangan senget:
•  yaitu terjadi karena:
–  Adanya uraian vertical dari magnet
permanent (batang R)
–  Adanya pengaruh magnetisme transient
k.V
–  Adanya magnetisme transient pada waktu
kapal senget, diinduksi oleh intensitas
vertikal e.V

Simpangan senget adalah perobahan deviasi yang disebabkan oleh


senget kapal.
62
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Contoh I (Simpangan Senget):

Diketahui: Pada Hp = Utara dengan senget ke


kiri 10º terdapat deviasi δs = + 17º,
Sedangkan untuk kapal tegak pada Hp =
Utara δt = +12º
Hitunglah : Koefisient senget (J)
Jawab: (δs – δt) = - J.s.cos z’
(+17º) – (+12º) = − J.( −10º).(+1)
+ 5º = + 10.J
Jadi: J = + 0,5º
63
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Contoh 2 (Simpangan Senget):

Diketahui: Pada Hp = 202,5º dengan senget ke kanan


12º terdapat deviasi δs = + 7º, Sedangkan daftar
kemudi haluan yang sama untuk kapal tegak
memberikan δt = −1º
Hitunglah : Koefisient senget (J)
Jawab: (δs – δt) = − J.s.cos z’
(+7º) – (−1º) = −J.(+12º).Cos 202,5º
+8º = + 11,1º J
Jadi: J = +8 / 11,1 = + 0,72º

64
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Contoh 3 (Simpangan Senget):

Diketahui: Pedoman di kapal memiliki koefisien senget


J = +0,6º. Hp = 155º dengan senget ke kiri 10º.
Deviasi pada kapal tegak (δt) = +9º
Hitunglah : Deviasi senget dan Haluan magnetisnya
(Hm)
Jawab: (δs – δt) = − J.s.cos z’
δs − (+9º) = − (+0,6º).(−10º).Cos 155º
δs − 9º = 6º (− cos 25º) = − 6º x 0,9
δs = +9º - 5,4º = +3,6º = + 4º
Hm = Hp + δs = 155º + 4 = 159º

65
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
RUMUS-RUMUS DALAM MENIMBAL PEDOMAN

1. Gaya pengarah rata-rata (H’) = 0,85 x H; H = Intensitas


horizontal
2. Nilai deviasi oleh batang P: δP = (P/λH)x sin z’; z’ = Hp
3. Nilai deviasi oleh batang Q: δQ = (Q/λH) x cos z’
4. Rumus dasar deviasi:
(δP + δQ ) = (P/λH) . sin z’ + (Q/λH) . cos z’
5. Simpangan senget: (δs – δt) = − J.s.cos z’; J (+) artinya jarum
pedoman ditarik ke lambung yang lebih tinggi.
6. Rumus umum deviasi (Airy & Archibald Smith) :
δz’ = Aº + Bº.sin z’ + Cº.cos z’ + Dº.sin 2z’ + Eº.cos 2z’
Aº à sifat: tetap
Bº.sin z’ + Cº.cos z’ à sifat: semi sirkulair
Dº.sin 2z’ + Eº.cos 2z’à sifat: kuadrantal
66
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
PERSIAPAN MENIMBAL PEDOMAN

•  Kapal harus duduk tegak, juga pada penimbalan


simpangan senget
•  Kapal harus diusahakan duduk dengan sarat rata
(even keel)
•  Semua bagian besi harus berada di tempat –tempat
separti keadaan sedang berlayar. Atau dengan kata
lain, kapal harus siap laut secara magnetis.
•  Kapal tidak boleh berada di dekat massa besi yang
besar seperti: dok, tongkang, pabrik, dan sejenisnya.

67
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
KETENTUAN LAIN DALAM PENIMBALAN PEDOMAN

–  Koefisien A dan E tidak ditimbal


–  Magnet-magnet penimbal tidak boleh
terlalu dekat dengan mawar pedoman
–  Jarak magnet ke pertengahan mawar
pedoman paling sedikit 2 x panjang magnet
dan harus lebih dari 40 cm

68
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Urutan PELAKSANAAN MENIMBAL PEDOMAN
•  Pasanglah korektor-D secara perkiraan. Catat jaraknya ke mawar pedoman
•  Pasanglah batang flinder secara perkiraan pula.
•  Arahkan haluan kapal untuk Timur magnetis
•  Timballah simpangan senget dengan menggeser kedudukan batang R
•  Perbaiki batang flinder, sehingga setengah deviasi dapat dihilangkan
•  Perbaiki korektor P (membujur) dan buatlah deviasi = nol
•  Arahkan haluan kapal untuk Utara magnetis atau Selatan Magnetis
•  Pasanglah magnet melintang (Korektor Q) dan buatlah deviasi = nol
•  Arahkan haluan kapal untuk Barat-magnetis dan buatlah deviasi menjadi
berkurang sampai setengahnya dengan cara menggeserkan lebih jauh magnet
membujur (maka B = 0)
•  Arahkan haluan kapal untuk Selatan magnetis atau Utara magnetis dan buatlah
deviasi menjadi berkurang setengahnya dengan cara menggeserkan lebih jauh
magnet melintang (maka C = 0)
•  Arahkan haluan kapal untuk salah satu dari surat antara induk magnetis dan
perbaikilah korektor D sehingga deviasi = nol
•  Arahkan kapal pada haluan yang berbeda 90º dengan haluan terdahulu dan
geserlah lebih jauh korektor D sedemikian rupa sehingga deviasi menjadi
berkurang sampai setengahnya
•  Periksa ulang apakah B dan C perlu ditimbal ulang
•  Buatlah daftar/table deviasi.

69
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Benda / alat yang dapat menimbulkan deviasi bila
didekatkan pedoman magnet:

•  Senjata api, Muatan besi/baja


•  Batang pemuat yang terangkat
•  Gulungan kabel
•  Pintu baja di anjungan, Laci meja peta
•  Repeater yang dapat dipindahkan, Jendela dan
‘ports’
•  Pistol isyarat, Telephone, Roda kemudi metal
•  Pisau, Jam tangan, rangka kaca mata, Pena,
•  Kepala ikat pinggang,Peniti
•  Landing craft

70
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
PEDOMAN GASING
(GYRO COMPASS)

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM 71


Dedicated to: PIP Makassar
SOLAS 1974 Regulation V/19

2.5 All ships of 500 gross tonnage and upwards shall, in addition to
meeting the requirements of paragraph 2.3, with the exception of paragraphs
2.3.3 and 2.3.5, and the requirements of paragraph 2.4, have:

.1 a gyro-compass, or other means, to determine and display their


heading by shipborne non-magnetic means and to transmit heading
information for input to the equipment referred in paragraphs 2.3.2, 2.4
and 2.5.5;

.2 a gyro-compass heading repeater, or other means, to supply heading


information visually at the emergency steering position if provided;

.3 a gyro-compass bearing repeater, or other means, to take bearings,


over an arc of the horizon of 3608, using the gyro- compass or other
means referred to in subparagraph .1. However, ships of less than 1,600
gross tonnage shall be fitted with such means as far as possible;

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM 72


Dedicated to: PIP Makassar
Definisi:

•  gyro-scope adalah benda yang menyerupai


roda yang berputar pada porosnya dengan
kecepatan tinggi (6000 putaran atau lebih
per menit) dan dapat bergerak bebas
sekeliling 3 arah poros yang berdiri tegak
lurus satu sama lain, dimana arah poros-poros
tersebut saling memotong di titik berat
benda.

73
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Syarat-syarat gyro-scope:

–  Resultante semua gaya harus bertumpu


pada titik berat gasing
–  Ketiga poros harus berdiri tegak lurus
satu sama lain
–  Ketiga poros harus saling memotong di
titik berat gasing
–  Kecepatan putar harus cukup besar dan
tetap, sehingga dapat berlaku hukum
Gasing I (antara 6.000 sampai 13.000 rpm)

74
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Hukum Gasing I:

•  Poros suatu gasing yang berputar sangat


cepat, yang terpasang bebas dalam 3 bidang,
salah satu ujung porosnya akan menunjuk ke
suatu titik tetap di angkasa
–  INERTIA. Yaitu suatu gaya yang dimiliki
oleh sebuah gasing untuk mempertahankan
kedudukannya terhadap angkasa raya.

75
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Hukum Gasing II:
n  Apabila poros sebuah gasing yang berputar
sangat cepat bekerja suatu kopel, maka poros
itu tidak bergerak dalam bidang kopel tersebut,
melainkan bergerak ke suatu arah yang tegak
lurus terhadapnya.
n  PRESESI, yaitu apabila sebuah gasing mendapat
gaya dari luar, maka gasing akan bergerak /
menyimpang dengan arah tegak lurus terhadap
gaya tersebut.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 76


Ilustrasi presesi

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 77


Tilting

•  Adalah perobahan sudut yang terjadi antara


permukaan bumi (arah horizontal) dan poros gyro-
scope dalam arah vertical yang disebabkan oleh
komponen horizontal dari putaran bum.
•  Kecepatan tilting dapat ditentukan dengan rumus:
•  Tilting = w Sin H x Cos L
•  w = (Omega) 15º / jam adalah arah putaran T – B
•  H = arah poros gyro-scope terhadap kutub Utara bumi
•  L = lintang tempat di bumi

Gambar

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 78


Drifting

•  Adalah perobahan sudut yang terjadi


antara garis meridian bumi dengan
poros gyro-scope dalam arah horizontal
yang disebabkan oleh komponen
vertical dari putaran bumi
•  Kecepatan drifting dapat dihitung
dengan rumus = w Sin L

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 79


Diagram tilting dan drifting pada gyro-scope secara umum

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 80


Tilting & Drifting (lanjutan)

•  Tilting = 0 à gyro di meridian


•  Tilting positif (+)à gyro di meridian barat (bujur barat)
•  Tilting negative (-) à gyro di meridian Timur (bujur timur)
•  Kecepatan tilting = w Sin H x Cos L
•  Besarnya kecepatan tilting tergantung dari H (Haluan kapal)
•  Drifting: Drifting = 0 à gyro di horizon
•  Drifting positif (+) à gyro di Utara di atas horizon
•  Drifting negative (-)à gyro di Selatan di bawah horizon
–  Arah tilting selalu berlawanan dengan arah putaran bumi
(rotasi)
–  Agar gasing dapat digunakan untuk pedoman, maka perlu
diberikan gerakan 2 tingkat kebebasan dengan tingkat
kebebasan ke 3 yang terbatas.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 81


Faktor2 yg mempengaruhi gyro-scope:

–  Besarnya massa gyro-scope


–  Kecepatan putar gyro-scope
–  Radius of gyration (jari-jari putaran
gyro-scope)

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 82


Gyro-scope à Compass ?

Gyro scope:
Inertia +
Precessio
n

Bumi:
Rotasi +
Gravitasi

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 83


Top heavy controlled gyro-scope

Momen senget = g x R Sin φ


Momen Beban = G x PG Sin φ

Σ momen =
(g x R.Sin φ) + ( P x PG Sin φ)

Akibatnya: menambah
momen senget

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 84


Bottom heavy controlled gyro-scope:

•  Momen senget = g x R
Sin φ
•  Momen Beban = G x PG
Sin φ
•  Σ momen = (g x R.Sin φ)
- ( G x PG Sin φ)
•  Akibatnya: mengurangi
momen senget

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 85


Pengaruh elemen pengendali (control element)
terhadap gerakan gasing
•  adalah sebagai berikut:
–  Sebelum diberikan elemen pengendali, gerakan edaran
gasing berbentuk lingkaran.
–  Setelah diberi elemen pengendali berbentuk ellips.
Oleh karena kita dapatkan 3 gaya sebagai berikut:
•  Tilting (senget), bekerja pada arah tegak (vertical)
•  Drifting, bekerja pada arah mendatar (horizontal)
•  Presesi, bekerja pada arah mendatar
•  Adanya 2 gaya mendatar dan satu gaya secara tegak maka terjadi
gerakan edaran berbentuk ellips.
•  Waktu yang diperlukan secara teoritis 85 menit. Harga tilting,
drifting dan presesi tersebut makin mendekati kutub bumi makin
mengecil, apabila poros gasing menunjuk ke kutub bumi, nilainya 0
(nol).
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 86
n  Kesimpulan:
n  Untuk membuat gasing menjadi sebuah
pedoman, diperlukan kombinasi sebagai berikut:
n  Sifat-sifat gasing yaitu ‘Inertia’ dan ‘Presesi’
n  Rotasi dan gravitasi bumi

n  Dua
buah vector yang menentukan ujung Utara
poros gasing adalah:
n  Arah putaran gasing
n  Kerja dari pada gaya berat pada penataan

pengendalian beban atas/bawah

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 87


Excentric connection

•  Adalah pemasangan peredam dengan arah 1,7o dari arah


tegak
•  pemasangan peredam secara excentric connection
dimaksudkan untuk memberikan presesi dengan arah
horizontal dan vertical, sehingga terjadi peredaman yang
sempurna.
•  Akibat yang ditimbulkan adalah membuat edaran poros
gasing yang mempengaruhi 3 faktor gaya (tilting, drifting
dan presesi utama), menjadi dipengaruhi factor ke 4 yaitu
ditambah dengan presesi sekundair, yang bekerja pada arah
mendatar dan tegak

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 88


Peredaman total
F  A
– C = ½ oscilasi.
Misalnya A = 30º maka
setelah ½ oscilasi akan
menjadi 10º dan seterusnya
3 1/3º sampai 0º, karena
factor peredaman 66 2/3%
(damping)
F  Setelah titik B, tilting = 0.
Jadi yang bekerja hanya
komponen vertical yaitu
presesi sekundair dan tilting
(-), sehingga akan semakin
mengarah ke Utara
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 89
KESALAHAN PADA PEDOMAN GASING

Kesalahan Haluan dan Kecepatan:


•  Kesalahan Haluan dan Kecepatan tergantung dari:
•  Lintang tempat dimana gyro berada (L)
•  Haluan kapal (H), dan
•  Kecepatan kapal (V)
•  Rumus: Kesalahan H/V = δº = - 0,0637.V.CosH. Sec L

•  Kesimpulan:
•  Haluan Timur atau Barat nilai δº = 0 (nol)
•  Haluan Utara atau Selatan nilai δº = maximum
•  Di Katulistiwa nilai δº minimum
•  Makin besar lintang, kesalahan akan semakin besar pula,
sehingga pedoman gasing hanya baik bila digunakan pada
lintang 70º atau lebih kecil

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 90


2. Kesalahan Lintang
(kesalahan peredaman)
•  Kesalahan ini terdapat pada pedoman gasing type
Sperry, yaitu pedoman gasing yang menggunakan
pengendalian beban atas/puncak, karena pada proses
peredaman, makin tinggi lintang penilik, pada akhir
oscilasi tidak dicapai pusat ellips à peredaman

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 91


3. Kesalahan Balistik
•  adalah kesalahan yang disebabkan adanya perobahan
kecepatan kapal. (a = acceleration). Jadi yang
menyebabkan kesalahan balistik bukan kecepatan
kapal (speed), tetapi percepatannya (a).
–  Kita dapat membandingkan dengan keadaan di
sekitar kita, apabila ada sebuah benda digantung
dan dibawa pada alat yang mempunyai kecepatan,
kemudian kecepatan tiba-tiba berobah, maka
benda yang tergantung akan terhentak.
–  Cara menghilangkan kesalahan balistik ini adalah
dengan cara:
–  Gasing digantung pada poros mendatar.
–  Gasing ditera (balancing) sehingga semua berat menjadi
simetri dan tidak timbul adanya gaya sentrifugal
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 92
4. Kesalahan ayunan / olengan
•  Pada haluan-haluan tertentu, bila terjadi olengan / anggukan
kapal, terjadi kesalahan pedoman
•  Walaupun tergantung pada haluan kapal, Namun fokusnya adalah
anggukan dan olengan kapal.
•  Kesalahan olengan maksimum terjadi bila berlayar dengan
haluan Timur Laut, Tenggara, Barat Daya, atau Barat Laut.
•  Tindakan untuk mencegah kesalahan ayunan:
•  Sensitive element harus di ‘balance’
•  Pipa penghubung antara bejana mercury harus dipersempit
•  Di atas bejana harus diberi pemberat
•  Pada Spider-frame diberi sisir berbentuk lengkungan
•  Sp[ider-frame digantung pada silinder minyak atau memakai
torak sebagai factor damper (peredam goncangan)
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 93
5. Kesalahan Konstan
(Index Error)
•  Kesalahan yang terjadi pada saat merakit
pesawat atau pada saat pemasangan di kapal.
Untuk menghilangkannya adalah dengan cara
menggeser pelat garis layer, yaitu dengan
membuka sekerup pada ‘lubber-ring’,
kemudian dengan hati-hati pelat garis layer
digeser.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 94


PENATAAN PEDOMAN GASING
DI KAPAL

•  Sebagaimana disyaratkan oleh SOLAS 1974,


bahwa setiap kapal yang memiliki isi kotor
(gross tonnage) 1600 gt atau lebih, selain
pedoman magnet, harus juga dilengkapi
dengan sedikitnya satu unit pedoman gasing.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 95


Bagian-bagian utama
penataan pedoman gasing di kapal

1.  Power Supply Unit:


memberikan aliran tenaga listrik baik AC (Alternating Current = listrik arus
bolak-balik) dan DC (Direct Current = listrik arus searah), dengan tegangan
dan frequensi yang tetap (Constant Voltage and Constant Frequency)
2.  Control Panel
bagian yang memberikan kendali terutama tentang kelistrikan, baik untuk
Master Gyro, Amplifier, dan repeater-repeater.
3.  Master Gyro
bagian yang paling utama dari penataan pedoman gasing. Master Gyro terdiri
dari bagian-bagian separti:
1.  Sensitive Element. Bagian penting pada elemen ini adalah gyro-scope
2.  Phantom Element. Bagian penting pada elemen ini adalah piringan pedoman
3.  Control Element. Bagian penting pada elemen ini adalah peredam / pengendali
(mercury ballistic atau pipa minyak berongga)
4.  Spider Element. Bagian penting pada elemen ini adalah ‘spider frame’ dan
‘semi automatic corrector’.
5.  Binnacle (rumah pedoman). Bagian penting pada binnacle adalah cincin lenja.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 96


Penatan pedoman gasing (lanjutan..)

Repeater-repeater

4.  Junction Box


•  bagian yang menghubungkan
control-panel dengan
repeater-repeater

5.  Repeater-repeater
•  Yaitu pengulang penunjukan
Master pada master-gyro, yang
Gyro
dihubungkan dengan alat-
Control alat navigasi lain separti:
Panel
RDF, Radar, Auto Pilot,
Off-Course Alarm Unit,
Pesawat Baring dan lainnya.
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 97
Master Gyro Compass

Sensitive Element:
1. Rotor (gyro) & Rotor Case
2. Compensating Weight
3. Vertical Ring
4. Suspension Wire
5. Pick-up transformer armature
6. Level (water pass)
Phantom Element:
7. Phantom Ring
8. Pick-up transformer
9. Collector
10. RingAzimuth gear
11. Compass Card
Control Element:
12. Container
13. Mercury Tube
14. Mercury Ballistic Frame

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 98


Master Gyro Compass

Spider Element:
15. Spider Frame
16. Transmitter
17. Azimuth Motor
18. Brushes
19. Lubber ring (tidak tampak)
20. Semi Automatic Corrector (tidak tampak)

Binnacle:
21. Gimbals Ring (gelang / cincin lenja)
22. Pitch damper (peredam anggukan kapal)
23. Roll damper (peredam olengan kapal)

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 99


Menentukan Kesalahan Pedoman

•  Membaring dua benda daratan menjadi satu


à metode ‘transit’
•  Mengukur Azimuth Matahari saat terbit atau
terbenam
•  Mengukur Azimuth Bintang yang memiliki
elevasi rendah

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 100


Membaring dua benda daratan
menjadi satu
•  Langkahnya adalah sebagai berikut:
–  Saat kapal berlayar, tetapkan 2 suar yang berdekatan
–  Kapal akan melintasi sehingga 2 suar tsb terlihat menjadi satu
–  Tarik garis dipeta dari suar satu ke suar kedua memotong garis haluan kapal.
–  Ukurlah sudut yang dibentuk oleh garis tersebut dengan arah Utara sejati
pada mawar pedoman (arah sejati atau baringan sejati).
–  Tepat pada saat kedua suar tersebut terlihat dari kapal berimpit menjadi
satu, kita lakukan baringan (dengan ‘side repeater’ atau dengan menggunakan
‘pedoman tolok’)
–  Perbedaan antara baringan yang kita lakukan (arah pedoman atau baringan
pedoman) dengan baringan sejati adalah kesalahan pedoman.
–  Catat penunjukan haluan dari semua pedoman dan repeater.
–  Catat seluruh hasil kegiatan tersebut pada ‘Buku Harian Pedoman’
•  Bila dibaring dengan ‘side repeater’, maka ‘gyro-error’ langsung dapat diketahui.
Untuk mengetahui deviasi masing masing pedoman magnet maka digunakan rumus:
dev = S.t - var.

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 101


Contoh:

" Suar A dan Suar B di peta bila ditarik menjadi satu


garis, arahnya dari kapal (baringan sejatinya)
adalah 120º.
"   Pada saat Suar A dan Suar B menjadi terlihat satu
garis, kita baring dengan pedoman tolok. Misalnya
hasil baringannya = 117º (Baringan pedoman)
" Variasi dipeta setelah diperhitungkan (increasing /
decreasing) = 1º E (+1º)
" Baringan Sejati (Bs) = Baringan pedoman (Bp) +
Salah Tunjuk (St) -à Bs = Bp + St
"   St = Bs – Bp = 120º – 117º = 3º
"   Salah tunjuk (St) = Variasi (v) + deviasi (d) à St =
v+d
"   d = St – v = (+3º) – (+1º) = +2º atau 2º Timur
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 102
Mengukur Azimuth Matahari saat
terbit atau terbenam
•  Langkahnya adalah sebagai berikut (misalnya saat: terbenam):
–  Tentukan dengan menggunakan Almanak Nautika, saat matahari
terbenam (Sun-Set).
–  Hitung azimuth matahari pada saat matahari terbenam dengan
menggunakan daftar ABC (Tabel Haverkamp) atau Azimuth-Altitude
(HO 214 atau HD 229). Azimuth ini berlaku sebagai ‘baringan sejati’
–  Pada saat matahari terbenam lakukan baringan matahari dengan
menggunakan ‘side repeater’ atau dengan pedoman tolok.
–  Perbedaan antara baringan yang kita lakukan (arah pedoman atau
baringan pedoman) dengan baringan sejati (Azimuth matahari)
adalah kesalahan pedoman.
•  pada saat matahari terbenam (Sun-set), diatas cakrawala dimana
matahari berada, terbentuk kabut yang cukup tebal atau awan rendah
yang merata. Sehingga cara ini sulit dilaksanakan.
•  oleh karena kendala tersebut, melaksanaknnya sesaat sebelum matahari
terbenam, elevasi matahari cukup rendah sehingga memungkinkan
dilakukan baringan dengan menggunakan pesawat baring. Bila ini
dilakukan, Azimuth harus dihitung dengan menggunakan waktu yang sama
dengan saat membaring matahari (bukan waktu sun-set)
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 103
Contoh:
•  Langkah I, tentukan saat matahari terbenam (Sunset):
–  Tentukan posisi kapal pada saat kira-kira matahari terbenam. Misalnya pada
lintang 05º 30’ N / 110º 20’ E
–  Gunakan almanac nautika, lihat pada kolom ‘sunset’, pada lintang mendekati
05º Utara. Misalnya angka yang ditunjukkan adalah 17.42
–  Bujur 110º 20’ diubah menjadi jam dan menit (Bujur dalam waktu = bdw)
–  17.42 – bdw, kemudian hasilnya ditambah ZT (Zone Time)
–  Didapatkan waktu setempat kapan matahari terbenam
•  Langkah II, pada saat sesuai perhitungan matahari terbenam baringlah matahari
dengan pedoman tolok. Misalnya baringannya adalah 268º (Baringan pedoman)
•  Langkah III, hitunglah azimuth matahari sebagai berikut:
–  Dengan Almanak nautika, tentukan GHA matahari + increament
–  Hitung bujur dalam waktu (bdw)
–  Dengan GHA matahari dan bdw diperoleh LHA matahari
–  Diperoleh nilai ‘P’
–  Tentukan juga deklinasi (zawal) matahari
–  Dengan argument lintang tempat, zawal dan P, dengan menggunakan Daftar
Ilmu Pelayaran (Haverkamp) dapat diperoleh azimuth matahari (Daftar ABC
atau Tabel XI dan XII). Misalnya azimuth = 269º (Baringan sejati)
•  Langkah IV: Azimuth (Bs) = Bp + st à 269º = 268º + st
•  Maka st = 269º - 268º = 1º. ……. Misalnya Variasi = 1º 30’ E
•  Deviasi = st – Variasi = 1º - 1º 30’ = - 0º 30’ atau 0º 30’ Barat
104
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar.
Mengukur Azimuth Bintang yang
memiliki elevasi rendah

•  Cara ini hampir sama dengan metode yang dilakukan dengan


menggunakan matahari, namun dengan menggunakan bintang
dan tidak perlu mencari saat bintang terbenam.
•  Langkah ini ditempuh untuk memenuhi ketentuan bahwa
(bila dimungkinkan) sedikitnya satu kali dalam satu periode
jaga laut menentukan kesalahan pedoman, atau mungkin
apabila dengan cara menggunakan matahari saat terbenam
sangat sulit dilaksanakan karena adanya awan rendah dan
atau ‘sea smoke’ ke arah mana Matahari terbenam.
•  Pilihlah bintang yang memiliki elevasi yang cukup rendah
sehingga mudah dibaring. Daftar bintang (selected star)
dapat diperoleh dengan menggunakan Tabel H.O 249, atau
menggunakan peta bintang (star chart)
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 105
‘Tabel Deviasi’ Pedoman Magnet

•  Berkaitan dengan: ‘Menimbal Pedoman’ atau


‘Kompasseren’ (Belanda) atau Compass Adjustment
(Inggris), atau penyetelan pedoman magnet
•  Dilakukan oleh petugas ahli dari pelabuhan (Qualified
person).
•  Dilakukan pada saat:
–  kapal turun dari galangan kapal (sea trial)
–  apabila kapal mengalami perobahan konstruksi yang
mempengaruhi kemagnetan kapal.
–  Hasil dari kegiatan tersebut adalah membuat ‘tabel
deviasi’, yang senantiasa terpasang di dekat
pedoman kemudi dan/atau di dekat meja peta.
Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 106
Langkah-langkahnya:

o
•  Kapal berputar 360 mengelilingi sebuah
pelampung atau rambu di laut.
•  Lakukan baringan setiap perobahan haluan
seperti pada penentuan deviasi dengan sistim
o
transit (misalnya setiap 45 )
•  Hitung deviasi pedoman setiap perobahan
o
haluan 45
•  Lukiskan ‘Tabel Deviasi’

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 107


Aplikasi

•  Misalnya Haluan sejati yang di tarik pada peta


o
= 120
o
•  Deviasi pedoman kemudi = - 2
o
•  Variasi depeta = 1 (West)
o o o
•  St = var + dev = - 2 + (-1 ) = - 3
•  Haluan yang dikemudikan = Haluan Sejati – St
= 120o – (-3o) = 120o + 3o = 123o

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 108


Hal-hal lain yang harus selalu
diperhatikan
1.  Selalu periksa kesalahan pedoman sebelum
kapal berlayar.
2.  Bila dimungkinkan, tentukan kesalahan pedoman
sebelum mengambil baringan benda daratan.
3.  Tidak membawa benda magnetis pada saat
mengemudikan kapal atau saat membaring
dengan menggunakan pedoman magnet.
4.  Periksa kecocokan antara penunjukan ‘Master
Gyro’ dengan semua ‘repeater’-nya.
5.  Jangan gunakan ‘tabel deviasi’ bila kapal
berlayar 12 jam atau lebih dengan satu haluan

Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM, M.Mar. 109


Prepared by: Capt. Hadi Supriyono, Sp.1, MM 110
Dedicated to: PIP Makassar

You might also like