You are on page 1of 11

EFEK LOGOTERAPI DAN PSIKOEDUKASI KELARGA

TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN KLIEN PENYAKIT KRONIS


DI RUMAH SAKIT UMUM
Effects Family Psychoeduacation and Logotherapy of Chronic Disease Clients with
Powerlessness at General Hospital

Susanti Niman¹, Budi Anna Keliat², Mustikasari³

Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Jiwa


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jakarta 10430, Indonesia
E-mail : nathanmama11@gmail.com

ABSTRACT

Powerlessness in chronic diseases caused by physiological factors, medication management,


process loss, lack of knowledge, health care systems, social issues, lack of resources beyond the
individual, and cultural uncertainty (Lukbin & Larsen, 2013). The purpose of this final scientific
work was to determine the effects of logotherapy and family psychoeducation to client’s
powerlessness in chronic diseases were treated in public hospitals through Orems's Selfcare
Model approach. Nursing implementations logotherapy and family psychoeducatiob provided to
17 clients with chronic illness who were treated 3-6 days and 7 clients were treated 1-2
days.The results of the implementation of logotherapy on the client and the caregiver's family
psychoeducation may reduce signs and symptoms of powerlessness, increased ability to cope
client and their families with powerlessness and selfcare. The mean increase in the ability of 17
clients who where treated 3 - 6 days higher than the 7 clients are treated 1-2 days. Scientific
work is recommended for clients powerlessness due to chronic illness.

Keywords : powerlessness, logotherapy, family psychoeduacation, Orem’s Selfcare Model

118 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 2, November 2014; 118-128


PENDAHULUAN banyak berubah meskipun sudah mematuhi
regimen terapi, efek samping obat,
Penyakit fisik yang kronis banyak menjadi menurunnya support sistem sosial dan
penyebab kematian dan membutuhkan disintegrasi stamina psikologis klien
penanganan yang komprehensif. Menurut (Miller, 2000 dalam Lubkin & Larsen,
WHO, masalah kesehatan utama yang 2013). Melihat banyaknya faktor yang
menjadi penyebab kematian sekitar 63% menimbulkan ketidakberdayaan pada klien
pada manusia di seluruh belahan dunia dengan penyakit kronis sudah dapat
adalah penyakit kronis, yaitu penyakit dipastikan bahwa perlu penanganan yang
kardiovaskuler 48%, kanker 21%, Penyakit menyeluruh untuk mengatasi
respirasi kronik 12% dan Diabetes Melitus ketidakberdayaan.
3.5%. Penyakit kronik membutuhkan
penanganan yang komprehensif meliputi Guna mengatasi dampak penyakit kronis
pencegahan primer, deteksi dini/screening, dengan ketidakberdayaan yang
treatment, pencegahan sekunder, mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar
rehabilitasi, palliative care dan sehari – sehari klien atau melakukan
memperbaiki kondisi kesehatan mental perawatan diri klien secara mandiri
(Global Action Plan for the prevention and digunakan konsep model Orem’s self care.
control of noncommunicable diseases Berdasarkan konsep Orem, klien penyakit
WHO, 2013-2020) kronis dengan ketidakberdayaan mengalami
self care defisit sehingga membutuhkan
Menderita penyakit kronis merupakan salah intervensi keperawatan untuk memfasilitasi
satu pengalaman yang bersifat stressful bagi pemenuhan self care klien dan
semua klien. Klien yang menderita penyakit meningkatkan kemampuan klien sebagai
kronis cenderung memiliki tingkat self care agent sehingga kemandirian klien
kecemasan tinggi dan cenderung dapat terwujud sesuai kondisi klien.
mengembangkan perasaan hopelessness dan
helplessness karena berbagai macam Intervensi keperawatan yang tepat di
pengobatan tidak dapat menyembuhkan tatanan pelayanan rumah sakit sangat
penyakit kronis (Sarafino, 2006). diperlukan dalam mengatasi masalah
Klien dengan diagnosa penyakit kronis ketidakberdayaan pada klien penyakit
akan menunjukkan reaksi yang umum kronis. Intervensi keperawatan baik terapi
seperti perasaan tidak punya harapan dan generalis maupun spesialis merupakan
tidak berdaya. Perasaan tersebut akan salah satu bentuk pelayanan keperawatan
mempengaruhi bahkan mengganggu jiwa yang diberikan kepada klien.
penyembuhan dikarenakan kemungkinan Intervensi yang sudah dikembangkan dalam
perasaan tersebut akan menekan sistem mengatasi ketidakberdayaan terdiri dari
kekebalan tubuh (Andersen, 1992 dalam tindakan keperawatan generalis dan
Nevid, Rathus & Greene, 2005). spesialis. Tindakan keperawatan generalis
Ketidakberdayaan akibat penyakit kronik yang dilakukan yaitu klien diajarkan dan
terjadi akibat faktor fisiologis (gejala dilatih untuk mampu mengenali dan
penyakit dan gejala penyerta), manajemen mengekspresikan perasaannya,
pengobatan, proses kehilangan, kurangnya memodifikasi pola kognitif yang negatif,
pengetahuan, sistem perawatan kesehatan, berpartisipasi dalam pengambilan
isu sosial (stigma), kurangnya sumber- keputusan, aktif dalam aktifitas kehidupan
sumber di luar individu, ketidakpastian dan dan menetapkan tujuan yang realistik.
budaya (Lubkin & Larsen, 2013). Banyak Tindakan keperawatan generalis
hal yang berperan menyebabkan ketidakberdayaan diberikan secara
ketidakberdayaan pada penyakit kronis individual (Standar Asuhan keperawatan
yaitu proses penyakit yang melemahkan Diagnosa Psikososial, 2012).
(Carpenito, 2009), ketidakpastian akan
penyakit, memburuknya tanda dan gejala, Tindakan keperawatan spesialis diberikan
kegagalan terapi, kondisi fisik yang tidak dalam bentuk psikoterapi logoterapi.

Efek Logoterapi dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis 119
di Rumah Sakit Umum
Susanti Niman, Budi Anna Keliat, Mustikasari
Logoterapi adalah psikoterapi yang dapat DM 21 klien (26.25%), CHF 12 klien
melihat individu secara jelas dan holistik (15%), CKD 9 klien (11.25%), Stroke 7
yang meliputi gambaran diri, kepercayaan klien (8.75), Hipertensi dan HHD 14 klien
diri dan kemampuan individu dalam (17.50 %). Dari penyakit kronis tersebut
menangani stress (Marshall, 2010). ditemukan masalah keperawatan fisik dan
Tindakan keperawatan spesialis ini telah masalah keperawatan psikososial. Penulis
dibuktikan keefektifannya oleh beberapa hanya berfokus pada masalah keperawatan
penelitian, diantaranya hasil penelitian psikososial dan masalah keperawatan
terhadap 70 responden dengan penyakit psikososial dari 80 klien kelolaan adalah
DM yang mengalami ketidakberdayaan ansietas 76 klien (95%), harga diri rendah
dituliskan bahwa logoterapi dapat situasional 18 klien (22.5%), gangguan citra
menurunkan respon ketidakberdayaan tubuh 9 klien (11.25%), ketidakberdayaan
(Kanine, Helena & Nuraini, 2011). Hasil 24 klien (30%) dan keputusasaan 6 klien
penelitian terhadap 90 responden dengan (7.5%). Masalah ketidakberdayaan yang
kanker yang diberikan logoterapi dan PMR dialami oleh 24 klien (30%) secara
dapat menurunkan ansietas dan depresi keseluruhan ditemukan pada klien dengan
(Tobing, Keliat & Wardhani, 2012). penyakit kronis.
Berdasarkan hasil – hasil penelitian tersebut
terlihat bahwa logoterapi dapat menurunkan Karya ilmiah ini berfokus untuk mengatasi
ketidakberdayaan, ansietas dan depresi pada satu masalah keperawatan, yaitu
penyakit kronis. ketidakberdayaan dengan penerapan
logotherapy dan family psikoedukasi.
Terapi spesialis keperawatan jiwa pada Pendekatan yang dilakukan dalam
keluarga yang diberikan adalah mengatasi masalah ini adalah Orem self
psikoedukasi keluarga. Psikoedukasi care theory. Hasil manajemen asuhan
keluarga adalah pendekatan edukasional keperawatan spesialis jiwa ini menunjukan
dan pragmatis dengan tujuan memperbaiki hasil yang signifikan dalam menurunkan
pengetahuan mengenai anggota keluarga gejala atau penilaian stressor serta
yang sakit, mengurangi kekambuhan dan meningkatkan kemampuan klien dalam
memperbaiki fungsi pasien dan anggota mengatasi ketidakberdayaan yang dialami
keluarga dalam konteks keluarga (Stuart, klien. Berdasarkan hal tersebut penulis akan
2013). Hasil penelitian tentang mencoba menganalisis manajemen asuhan
psikoedukasi dipaparkan bahwa keperawatan spesialis jiwa dan
psikoedukasi keluarga pada klien dengan melaporkannya dalam bentuk karya ilmiah
penyakit stroke dapat menurunkan ansietas akhir.
keluarga (Nurbani, 2009), psikoedukasi
keluarga secara signifikan berpengaruh METODE PENELITIAN
terhadap dukungan psikososial keluarga
(Rahayu, 2011), logoterapi dan Penelitian ini menggunakan metode
psikoedukasi keluarga secara bermakna intervensi semu (quasi experiment),
dapat menurunkan depresi, rancangan pre-post test dengan intervensi
ketidakberdayaan dan meningkatkan logoterapi individu dan psikoedukasi
kemampuan memaknai hidup terhadap 72 keluarga. Dalam pelaksanaan penelitian
lansia ( Nauli, Keliat & Besral, 2011). terdapat 30 klien dan keluarga (caregiver)
Mengacu pada beberapa hasil penelitian terdiri dari 17 klien dan keluarga
terlihat bahwa logoterapi dan psikoedukasi (caregiver) kelompok dengan lama rawat
keluarga dapat menurunkan 3-6 hari dan 7 klien dan keluarga
ketidakberdayaan dan kemampuan (caregiver) kelompok dengan lama rawat
memaknai hidup. 1-2 hari.
Tindakan keperawatan spesialis logoterapi
Berdasarkan survei serta pengalaman untuk klien dan psikoedukasi keluarga
selama praktik ditemukan penyakit kronis dilakukan selama 30-45 menit setiap kali
yang dialami dari 80 klien kelolaan adalah pertemuan selama 2-4 kali pertemuan.

120 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 2, November 2014; 118-128


HASIL Hasil analisis menunjukkan bahwa pada 17
keluarga klien yang dirawat lebih dari 2
1. Kemampuan klien dan keluarga hari setelah diberikan tindakan keperawatan
Hasil menunjukkan bahwa 17 klien dengan generalis dan psikoedukasi keluarga
ketidakberdayaan yang dirawat lebih dari 2 mengalami peningkatan kemampuan
hari terjadi perbedaan rata-rata kemampuan sebanyak 77.8%. Pada 7 keluarga klien
antara sebelum dengan sesudah diberikan yang dirawat l - 2 hari sebanyak 58.73%.
tindakan keperawatan generalis, logoterapi Dengan demikian terdapat perbedaan
dan psikoedukasi keluarga yaitu sebelum peningkatan kemampuan sebanyak 19.07%
diberikan tindakan keperawatan antara klien yang dirawat lebih dari 2 hari
kemampuan klien hanya 21.3% dan setelah dibandingkan dengan klien yang dirawat l -
diberikan tindakan keperawatan meningkat 2 hari. Dengan demikian kemampuan
menjadi 86.4%. 7 klien dengan keluarga klien dengan ketidakberdayaan
ketidakberdayaan yang dirawat kurang dari yang dirawat lebih dari 2 hari lebih tinggi
2 hari terjadi perbedaan rata-rata sebelum dibandingkan keluarga klien dengan
diberikan tindakan keperawatan generalis, ketidakberdayaan yang dirawat 1-2 hari
logoterapi dan psikoedukasi keluarga
adalah 17.9% dan setelah diberikan Berdasarkan kemampuan klien melakukan
tindakan keperawatan menjadi 81.3%. Hasil selfcare penulis mengamati bahwa
analisis menunjukkan bahwa pada 17 klien kemampuan selfcare meningkat. Hal
yang dirawat lebih dari 2 hari setelah tersebut dapat diketahui dengan
diberikan tindakan keperawatan generalis, menurunnya klien total care dari 7 klien
logoterapi dan psikoedukasi keluarga (29.2 %) menjadi 5 klien (20.83%), klien
mengalami peningkatan kemampuan partial care menurun dari 15 klien (62.5%)
sebanyak 65.1%. Pada 7 klien yang dirawat menjadi 10 klien (41.7%) dan klien
l - 2 hari mengalami peningkatan minimal care meningkat dari 2 klien (8.3%)
kemampuan sebanyak 63.4%. Dengan menjadi 9 klien (37.5%).
demikian terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan sebanyak 1.7% antara klien 3. Penilaian terhadap stressor/tanda gejala
yang dirawat lebih dari 2 hari dibandingkan dan kemampuan
dengan klien yang dirawat l - 2 hari. Hasil kemampuan klien sebelum dan
sesudah mendapatkan tindakan
2. Kemampuan tindakan keperawatan keperawatan generalis dan spesialis
generalis dan psikoedukasi keluarga didapatkan bahwa rata-rata kemampuan
klien dengan ketidakberdayaan klien untuk mengatasi ketidakberdayaan
Hasil menunjukkan bahwa 17 keluarga sebelum diberikan tindakan keperawatan
klien dengan ketidakberdayaan yang yaitu 2.67 (16.67%) dan setelah meningkat
dirawat lebih dari 2 hari terjadi perbedaan menjadi 14.29 (89.32%) dengan standar
rata-rata kemampuan antara sebelum deviasi 1.85. Peningkatan kemampuan yang
dengan sesudah diberikan tindakan dicapai sebesar 11.62 (72.33%). Hal
keperawatan generalis dan psikoedukasi tersebut didukung hasil uji statistik
keluarga. Kemampuan sebelum diberikan didapatkan pvalue 0.00 sehingga dapat
tindakan keperawatan adalah 18.9% dan disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
setelah diberikan tindakan keperawatan kemampuan klien antara sebelum dan
menjadi 96.7%. 7 keluarga klien dengan setelah diberikan tindakan keperawatan.
ketidakberdayaan yang dirawat kurang dari
2 hari terjadi perbedaan rata-rata Hasil evaluasi penilaian terhadap
kemampuan antara sebelum dengan sesudah stressor/tanda dan gejala dengan melihat
diberikan tindakan keperawatan generalis, lama hari rawat menunjukkan penilaian
dan psikoedukasi keluarga. Kemampuan terhadap stressor/tanda gejala klien dengan
keluarga sebelum diberikan tindakan ketidakberdayaan terjadi perbedaan rata-
keperawatan adalah 25.4% meningkat rata antara sebelum dengan setelah
menjadi 84.13 %.

Efek Logoterapi dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis 121
di Rumah Sakit Umum
Susanti Niman, Budi Anna Keliat, Mustikasari
diberikan tindakan keperawatan generalis, logoterapi pada klien yang dirawat 1- 2
logoterapi dan psikoedukasi keluarga. hari.
Dapat disimpulkan bahwa tanda gejala
klien yang dirawat 1-2 hari sebelum dan Rata-rata kemampuan 17 klien untuk
setelah mendapatkan tindakan keperawatan mengatasi ketidakberdayaan pada klien
spesialis logoterapi mengalami penurunan yang dirawat lebih dari 2 hari sebelum
sekitar 31% - 47.6%. diberikan terapi logoterapi yaitu 2.59
Hasil evaluasi penilaian terhadap (36.97%) dan meningkat menjadi 14.82
stressor/tanda dan gejala pada klien yang (92.65%) Peningkatan sebesar 12.23
dirawat lebih dari 2 hari menunjukkan (55.68%), artinya terdapat peningkatan
penilaian terhadap stressor klien dengan kemampuan klien mengatasi
ketidakberdayaan terjadi perbedaan rata- ketidakberdayaan yang dialami. Hasil uji
rata antara sebelum dengan setelah statistik didapatkan pvalue 0.00 maka dapat
diberikan tindakan keperawatan generalis disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
dan spesialis (logoterapi & psikoedukasi kemampuan antara sebelum dan setelah
keluarga). mendapatkan tindakan keperawatan
logoterapi.
Dapat disimpulkan bahwa tanda gejala
klien yang dirawat lebih dari 2 hari sebelum Tabel 6
dan setelah mendapatkan tindakan Kemampuan klien ketidakberdayaan
keperawatan spesialis logoterapi menurun sesudah diberikan logoterapi
sekitar 49.02 % - 68.23% dan penurunan di Ruang Bisma RSMM Bogor
tanda gejala klien lebih tinggi sekitar menurut lama hari rawat
17.52% - 20.63% pada yang mendapatkan Lama Mean SD SE Pvalue
tindakan keperawatan lebih dari 2 hari. hari rawat
1-2 hari 13.71 2 0.76 0.45
Tabel 5 >2hari 13.82 2.5 0.6
Kemampuan sebelum dan sesudah
diberikan logoterapi pada klien Hasil analisis menunjukkan rata – rata
ketidakberdayaan kemampuan klien yang dirawat 1-2 hari
di Ruang Bisma RSMM Bogor adalah 13.71, sedangkan untuk klien yang
N SD SE P % dirawat lebih dari 2 hari rata- rata
Kemamp Mean
value
kemampuan klien adalah 13.82. Hasil uji
7 Sblm 2.86 1.86 0.70 0.00 40.82
dirawat
Ssdh 13.71 2.31 0.87 85.71 statistik didapatkan pvalue 0.45, dapat
1- 2 hari disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
Slsh 10.85 44.89
dirawat 17 Sblm 2.59 1.06 0.26 0.00 36.97 rata – rata peningkatan kemampuan
> 2 hari Sssdh 14.82 1.38 0.34 92.65 mengatasi masalah ketidakberdayaan pada
Slsh 12.23 76.47
klien yang dirawat lebih dari 2 hari dengan
dirawat selama 1-2 hari.
Hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata
kemampuan 7 klien untuk mengatasi
Tabel 7
ketidakberdayaan pada klien yang dirawat Kemampuan keluarga sebelum dan setelah
1-2 hari sebelum diberikan terapi logoterapi
diberikan FPE
yaitu 2.86 (40.82%) dan meningkat
P %
menjadi 13.71 (85.71%). Peningkatan Variabel Mean
value
sebesar 10.85 (44.89%), artinya terdapat
Sblm 1.9 0.00 20.8
peningkatan kemampuan klien mengatasi Kempuan
Ssdh 8.4 93.1
ketidakberdayaan yang dialami. Hasil uji Merawat
Selisih 6.5 72.2
statistik didapatkan pvalue 0.00 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
kemampuan antara sebelum dan setelah Berdasarkan tabel 7 rata-rata kemampuan
mendapatkan tindakan keperawatan keluarga klien sebelum diberikan terapi
FPE yaitu 1.9 dan meningkat menjadi 8.4.

122 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 2, November 2014; 118-128


Hasil uji statistik didapatkan hasil p value PEMBAHASAN
0.00 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan kemampuan 1. Penilaian stressor/tanda gejala
keluarga merawat antara sebelum dan Hasil pengkajian didapatkan sebelum
sesudah tindakan keperawatan. diberikan tindakan keperawatan generalis
dan spesialis pada klien didapatkan tanda
Rerata kemampuan 7 caregiver untuk gejala 69.2% respon kognitif, 61.81%
mengatasi ketidakberdayaan pada klien respon afektif, 51.2 % respon fisiologis,
yang dirawat 1-2 hari sebelum diberikan 59.9 % respon perilaku dan 54.2% respon
terapi logoterapi yaitu 2.28 (45.71%) dan sosial. Hasil pengamatan kemampuan klien
meningkat menjadi 7.6 (96.83%) dengan p melakukan selfcare didapatkan 29.2% total
value 0.00 maka dapat disimpulkan ada care dan 62.5% partial care. Setelah
perbedaan yang signifikan kemampuan diberikan tindakan keperawatan generalis
keluarga merawat antara sebelum dan ketidakberdayaan dan spesialis logoterapi
sesudah tindakan keperawatan. Peningkatan pada klien didapatkan tanda gejala menurun
kemampuan 5.29 (51.12%), artinya terdapat menjadi 11.7% pada respon kognitif, 11,1%
peningkatan kemampuan caregiver pada respon afektif, 7.7% pada respon
mengatasi ketidakberdayaan yang klien fisiologis, 8.7% pada respon perilaku dan
alami. 5.6% pada respon sosial. Hasil pengamatan
kemampuan klien melakukan selfcare juga
Rata-rata kemampuan 17 caregiver untuk meningkat didapatkan 20.83% total care
mengatasi ketidakberdayaan pada klien dan 41.7% partial care dan 37.5% minimal
yang dirawat lebih dari 2 hari sebelum care.
diberikan terapi logoterapi yaitu 1.71
(37.64%) dan meningkat menjadi 8.71 Respon atau penilaian terhadap stresor
(95.42%) dengan p value 0.00 maka dapat adalah proses evaluasi menyeluruh yang
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan dilakukan individu terhadap sumber stres
kemampuan keluarga merawat antara dengan tujuan untuk melihat tingkat
sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. kemaknaan dari suatu kejadian yang
Peningkatan sebesar 7 (57.78%), artinya dialami (Stuart, 2013).
terdapat peningkatan kemampuan caregiver
mengatasi ketidakberdayaan yang klien Penilaian kognitif merupakan mediator
alami. Sehingga disimpulkan bahwa interaksi antara individu dengan
peningkatan kemampuan caregiver lingkungan. Individu menilai adanya suatu
mengatasi masalah ketidakberdayaan pada masalah atau potensi dipengaruhi oleh
klien yang dirawat lebih dari 2 hari lebh persepsi individu, sikap terbuka terhadap
tinggi dibandingkan dengan klien yang adanya perubahan dan kemampuan
dirawat selama 1-2 hari. mengontrol diri terhadap pengaruh
lingkungan. Respon kognitif mempunyai
Rerata – rata kemampuan caregiver klien peran sentral pada proses adaptasi, karena
yang dirawat 1-2 hari adalah 7.6 sedangkan faktor kognitif mempengaruhi dampak
untuk klien yang dirawat lebih dari 2 hari suatu kejadian yang stressfull, menentukan
rata- rata kemampuan klien adalah 8.7. koping yang akan digunakan dan
Hasil uji statistik didapatkan pvalue 0.00, menghasilkan reaksi emosi, fisiologi,
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan perilaku serta sosial individu (Stuart, 2013).
rerata peningkatan kemampuan caregiver Pada klien ketidakberdayaan bila mereka
mengatasi masalah ketidakberdayaan pada berpikir bahwa suatu situasi merupakan
klien yang dirawat lebih dari 2 hari ancaman dan menimbulkan stres maka
dibandingkan yang dirawat selama 1-2 hari. dirinya akan berperilaku tidak mampu
mengontrol situasi dan menarik diri dari
situasi tersebut.

Efek Logoterapi dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis 123
di Rumah Sakit Umum
Susanti Niman, Budi Anna Keliat, Mustikasari
Respon kognitif yang dilakukan sebagian dilakukan akibat kehilangan kontrol diri
besar klien ketidakberdayaan adalah dalam menyelesaikan masalah dan
memiliki pemikiran dan penalaran yang penilaian bahwa stresor merupakan sesuatu
negatif, cara berpikir yang tidak rasional yang harus diterima tanpa harus dihadapi
dan logis akibat terganggunya fungsi tubuh atau diselesaikan.
(Asbring, 2001; Beal, 2007 dalam Lukbin Respon perilaku menggambarkan respon
& Larsen, 2013). Pemikiran dan penalaran emosi dan fisiologis dari hasil analisis
negatif seperti merasa tidak layak, tidak ada kognitif ketika menghadapi kondisi yang
harapan, merasa otonomi dan penuh stres. Sebagian besar klien
keberadaannya terancam. Klien karena ketidakberdayaan berperilaku tergantung
penyakit kronis yang dialami merasa tidak pada orang lain, pasif, tidak ada pertahanan
memiliki energi, kendali atau pengaruh atas pada praktik perawatan diri, tidak
diri . Hal tersebut yang memunculkan memantau kemajuan pengobatan dan
perilaku pasif dan tergantung orang lain. berpartisipasi dalam perawatan. Perilaku
Respon afektif terhadap stresor yang tersebut sesuai beberapa sumber yang
muncul pada klien ketidakberdayaan adalah menuliskan bahwa klien dengan
merasa tertekan, bersalah, marah, ketidakberdayaan akan menunjukkan
iritabilitas, takut dan cemas. Secara teori perilaku tidak mampu mengontrol situasi,
disebutkan bahwa respon yang ditunjukkan bergantung pada orang lain, perilaku
klien secara afektif adalah jengkel, marah, kekerasan, tidak mampu beraktivitas,
tidak nyaman, mudah tersinggung, tidak menarik diri, pasif dan gelisah (Carpenito,
berdaya, sedih, apatis, ansietas, frustasi 2009; NANDA, 2013).
bahkan depresi (Stanmark, 2004 dalam Respon sosial merupakan tanda dan gejala
Lukbin & Larsen, 2013 ;Carpenito, 2009; yang muncul terkait dengan kemampuan
NANDA ,2013). Berdasarkan berbagai individu dalam melakukan kegiatan sosial.
sumber yang ada, dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar klien ketidakberdayaan
respon afektif yang ditemukan pada klien menunjukkan respon sosial menarik diri
dengan ketidakberdayaan sesuai dengan dan tidak mampu bersosialisasi. Secara
teori yang ada. Respon afektif menunjukkan teori respon sosial yang muncul pada
suatu perasaan yang dipengaruhi oleh penyakit kronis adalah menolak hubungan
lamanya individu terpapar stressor penyakit dengan orang lain, melanggar batas jarak
kronis. personal saat berinteraksi, terbatasnya
Respon fisiologis dapat dirasakan oleh pemenuhan peran dan kegiatan sosial
individu atau ditemukan berdasarkan hasil (Asbring, 2001; Beal, 2007 dalam Lukbin
pemeriksaan /pengamatan. Sebagian besar & Larsen, 2013) Hal tersebut sesuai
klien ketidakberdayaan merasakan sulit dengan pengamatan penulis mengenai
tidur, sedangkan berdasarkan hasil perilaku yang muncul pada klien yaitu
pemeriksaan/pengamatan ditemukan menarik diri dan tidak mau berinteraksi
perubahan tekanan darah, muka tegang, dengan keluarga atau pasien lain.
perubahan denyut jantung dan pernafasan. Setelah diberikan tindakan keperawatan
Respon fisiologis yang dialami klien sesuai generalis ketidakberdayaan dan spesialis
dengan paparan Boyd dan Nihart (1998), logoterapi pada klien didapatkan tanda
Pinel (2009) yaitu tanda dan gejala fisik gejala menurun sebesar 31% - 47.6% pada
adalah peningkatan tekanan darah, denyut klien yang dirawat 1-2 hari sedangkan yang
jantung, frekuensi air kecil, keringat dan dirawat lebih dari 2 hari mengalami
pernafasan. Respon fisiologis terhadap penurunan tanda gejala 49.02 % - 68.23%.
stresor terkait hormonal terutama epinefrin, Penilaian terhadap stresor merupakan suatu
katekolamin, norepinefrin dan proses evaluasi secara menyeluruh yang
glukokortikoid. Secara umum pada klien dilakukan oleh individu terhadap sumber
yang dirawat, menyatakan memberikan stres dengan melibatkan respon kognitif,
respon menerima terhadap stresor yang afektif, fisiologis, perilaku dan sosial
dialaminya. Respon yang ditampilkan (Stuart, 2013). Berdasarkan hasil evaluasi
tersebut merupakan respon negatif yang penilaian terhadap stressor pada klien yang

124 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 2, November 2014; 118-128


dirawat terlihat bahwa hampir semua klien Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi
memiliki respons yang negatif dalam perawatan kesehatan (Friedman, 2010).
menilai stresor baik secara kognitif, afektif, Artinya keluarga sebagai orang terdekat dan
fisiologis, perilaku dan sosial. Artinya, selalu berdampingan dengan klien
dapat dipastikan bahwa seluruh klien merupakan caregiver yang idealnya
menganggap sumber stressor yaitu penyakit memiliki kemampuan dalam merawat klien
kronis sebagai suatu ancaman bagi klien. secara optimal. Perawatan yang
Melalui terapi keperawatan spesialis yaitu berkesinambungan dapat diberikan terhadap
logoterapi, klien dibantu mengidentifikasi klien dapat mengurangi angka kekambuhan
perubahan dan masalah yang dialami, penyakit dan frekuensi perawatan di rumah
mengidentifikasi reaksi/respon dan cara sakit.
mengatasi masalah dan cara
mengembangkan sikap menerima dengan Hanya 41.7% yang memiliki penghasilan
penuh ketabahan, kesabaran, keberanian dan sebagian lagi dari klien saat ini tidak
menghadapi bentuk penderitaan yaitu memiliki penghasilan karena sudah tidak
penyakit yang tidak dapat dihindari lagi bekerja. Klien yang tidak memiliki
melalui teknik medical ministry. penghasilan mengandalkan penghasilan dari
Lama hari rawat berpengaruh terhadap keluarga dan hanya 75% yang memiliki
penurunan tanda gejala yang dialami karena penghasilan keluarga yang mencukupi.
waktu interaksi dengan perawat menjadi Hampir Semua klien menggunakan BPJS
lebih panjang. Waktu interaksi yang lebih dalam biaya pengobatan di rumah sakit dan
lama membuat proses pembelajaran klien keseluruhan klien memiliki tempat tinggal
menjadi lebih maksimal, karena yang dapat mengakses pelayanan kesehatan
pembelajaran membutuhkan latihan yang dengan mudah. Program pemerintah
intensif dalam bentuk pembudayaan. mengenai jaminan kesehatan nasional bagi
masyarakat merupakan peluang yang baik
2. Sumber Koping/kemampuan klien dalam mengatasi masalah kesehatan seperti
Hampir seluruh klien belum mengetahui penyakit kronis. Program pemerintah harus
bagaimana cara mengatasi disosialisasikan kepada masyarakat karena
ketidakberdayaan secara kognitif. Hal ini ada juga masyarakat yang belum
terbukti saat klien dievaluasi kemampuan mengetahui akan program pemerintah dan
yang dimiliki sebagian besar belum belum menjadi peserta BPJS. Padahal
mengetahui sehingga tidak memiliki memiliki BPJS merupakan salah satu
kemampuan untuk mengatasi masalahnya. material assets memungkinkan untuk
Semua keluarga/ caregiver juga belum tahu, mengakses pelayanan kesehatan yang
belum memiliki kemampuan dalam dibutuhkan sebagai solusi meringankan
merawat klien dan membantu klien stressor akibat pembiayaan kesehatan.
mengatasi masalahnya. Terbukti dari
pengamatan penulis terhadap Sekitar 62.5% kurang yakin bahwa dirinya
keluarga/caregiver yang hanya bertugas akan sembuh. Penyakit kronis merupakan
menjaga klien, membantu klien untuk penyakit degeneratif yang berkembang dan
makan, minum, mandi dan menebus obat ke bertahan lebih dari 6 bulan (Sarafino,
farmasi. Dukungan sosial yang berkualitas 2006). Mengalami penyakit yang lebih dari
di luar keluarga juga terbatas, hal tersebut 6 bulan akan dapat mempengaruhi
terbukti dari kunjungan terhadap klien saat keyakinan positif klien, ditambah lagi ada
dirawat lebih banyak hanya sekadar hadir pemikiran klien bahwa dengan
secara fisik, masih terbatasnya kelompok bertambahnya usia akan bertambah pula
pemerhati masalah psikososial di penyakit. Padahal keyakinan positif dapat
masyarakat dan belum terlibatnya klien meningkatkan motivasi klien untuk
pada kelompok-kelompok suportif. menyelesaikan stresor yang dihadapi. Pada
Kurangnya sistim pendukung yang dimiliki pengkajian dilakukan oleh penulis
oleh klien dapat mendorong perilaku yang teridentifikasi bahwa klien sebenarnya
diperlihatkan klien menjadi kurang adaptif. memiliki keinginan untuk hidup lebih baik

Efek Logoterapi dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis 125
di Rumah Sakit Umum
Susanti Niman, Budi Anna Keliat, Mustikasari
dengan cara melakukan aktivitas mandiri, 3. Kemampuan keluarga merawat klien
tidak merepotkan orang lain dan menjadi dengan ketidakberdayaan
beban bagi keluarga. Adanya kenyataan Kemampuan keluarga sebelum diberikan
bahwa penyakit yang dialami sulit sembuh tindakan keperawatan generalis dan
membuat keyakinan positif klien berkurang spesialis adalah 20.83% dan meningkat
bahwa bantuan perawat dan dukungan menjadi 93.05% setelah diberikan tindakan
keluarga akan membantu klien mengatasi keperawatan. 17 keluarga klien dengan
masalahnya. Pemberian logoterapi ketidakberdayaan yang dirawat lebih dari 2
membantu klien dalam mengatasi masalah hari terjadi perbedaan rata-rata sebelum
menemukan makna hidup dengan cara diberikan terapi generalis dan psikoedukasi
mengidentifikasi perubahan dan masalah keluarga adalah 37.64% dan setelah
yang dialami, mengidentifikasi reaksi dan diberikan terapi menjadi 95.42%.
cara mengatasi masalah, mengembangkan Sedangkan 7 klien dengan
sikap menerima terhadap penyakit yang ketidakberdayaan yang dirawat kurang dari
tidak dapat dihindari sehingga klien dapat 2 hari terjadi perbedaan rata-rata sebelum
melakukan kegiatan sesuai kemampuan diberikan terapi generalis, dan psikoedukasi
untuk memberikan makna hidup. keluarga adalah 45.71% dan setelah
Adanya dukungan dari keluarga yang diberikan terapi menjadi 96.83%. Dengan
maksimal terhadap klien dalam mengatasi demikian kemampuan keluarga klien
masalahnya membuat koping klien menjadi dengan ketidakberdayaan yang dirawat
lebih adaptif dan efektif saat berhadapan lebih dari 2 hari lebih tinggi dibandingkan
dengan stressor yang ada. Untuk itu, pada keluarga klien dengan ketidakberdayaan
keluarga pemberian psikoedukasi keluarga yang dirawat 1-2 hari.
sangat tepat. Psikoedukasi keluarga telah
terbukti meningkatkan dukungan keluarga Kemampuan keluarga terkait dengan
(Pargament, 1998; Kennedy, 2002 dalam kognitif, afektif dan psikomotor.
Sullivan et al, 2009). Dukungan sosial Kemampuan akan meningkat dengan
sangat membantu seseorang dalam banyaknya latihan yang dilakukan dengan
meningkatkan pemahaman terhadap stresor demikian keluarga klien dengan
sehingga mampu mencapai ketrampilan ketidakberdayaan yang dirawat lebih dari 2
koping yang efektif. Tercapainya koping hari lebih tinggi memiliki kemampuan
adaptif yang maksimal pada klien berefek karena latihan yang dilakukan lebih lama.
terhadap menurunnya kejadian kekambuhan
pada klien (Stuart, 2013). 4. Hubungan kemampuan klien dengan
tanda dan gejala
Kemampuan klien untuk mengelola stressor Hasil menunjukkan penilaian terhadap
berdasarkan hasil pengkajian sebelum stressor/tanda gejala klien dengan
dilakukan tindakan keperawatan generalis ketidakberdayaan terjadi perbedaan rata-
dan spesialis rata – rata hanya 16.67% dan rata antara sebelum dengan setelah
meningkat menjadi 89.32% sesudah diberikan terapi generalis, logoterapi dan
diberikan tindakan keperawatan generalis psikoedukasi keluarga. Rata-rata selisih
dan spesialis. Hal tersebut menunjukkan respon kognitif sebelum dan setelah
bahwa tindakan keperawatan generalis dan diberikan terapi adalah 31.5%, respon
spesialis yang diberikan mampu afektif sebelum dan setelah diberikan
meningkatkan kemampuan klien sekitar adalah 31%, respon fisiologis sebelum dan
72.33% hal tersebut sesuai dengan hasil setelah diberikan terapi adalah 34.7%,
penelitian Kanine, Helena dan Nuraini respon perilaku sebelum dan setelah
(2011) yang memaparkan bahwa pemberian diberikan terapi adalah 40.26% dan respon
logoterapi dapat menurunkan respon sosial sebelum dan setelah diberikan terapi
ketidakberdayaan dan hasil penelitian adalah 47.6%.
Tobing, Keliat, Wardhani (2012) yang
memaparkan bahwa pemberian logoterapi Savolaine dan Granello (2002 dalam Lewis,
dapat menurunkan depresi. 2010) memaparkan bahwa pemberian

126 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 2, November 2014; 118-128


logoterapi membantu individu melihat Sumber koping kemampuan personal
secara jelas holistik tentang diri yang hampir seluruh klien sudah mampu
meliputi gambaran diri, kepercayaan diri mengidentifikasi situasi kehidupan yang
dan kemampuan menangani stres. Sesuai tidak mampu dikontrol oleh sumber koping
dengan pemaparan teori terlihat bahwa yang dimiliki klien, namun belum ada
terapi keperawatan logoterapi yang satupun klien yang mampu
diberikan berdampak meningkatkan mengembangkan pikiran dan harapan
kemampuan klien mengatasi stressor positif serta mampu menggunakan
sehingga tanda dan gejala berkurang. kemampuan afirmasi pikiran/harapan
positif. Dukungan sosial sebagian besar
Hasil pemberian terapi generalis dan keluarga klien mampu mendiskusikan
logoterapi pada klien mampu meningkatkan masalah yang dirasakan dalam merawat
kemampuan selfcare klien. Hal tersebut klien, namun belum mampu merawat klien
dibuktikan dengan penurunan jumlah klien dengan ketidakberdayaan. Semua klien
total care dan partial care serta dapat dengan mudah mengakses pelayanan
peningkatan klien yang minimal care. Hasil kesehatan dan hampir semua sudah
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Hak menggunakan BPJS. Sebagian besar klien
Hoe Chie (2010) terhadap klien usia lanjut ternyata kurang yakin bahwa dirinya akan
yang memaparkan bahwa dengan latihan sembuh.
logoterapi dapat meningkatkan kemampuan
memaknai hidup, meningkatkan integritas Logoterapi dapat menurunkan tanda dan
ego dan kemampuan activity daily living. gejala pada klien yang mengalami
ketidakberdayaan dan meningkatkan
5. Hubungan kemampuan keluarga kemampuan klien mengatasi
dengan tanda gejala dan kemampuan ketidakberdayaan.
klien
Rata-rata kemampuan keluarga klien Penurunan tanda gejala dan peningkatan
sebelum diberikan terapi FPE yaitu 20.83% kemampuan klien mengatasi
dan setelah mendapatkan terapi FPE ketidakberdayaan berdampak terhadap
mengalami peningkatan menjadi 93.05%. peningkatan selfcare klien dan penurunan
Peningkatan kemampuan yang dicapai selfcare deficit. Pendekatan model selfcare
sebesar 72.22%. Hal ini menunjukkan Orem membantu klien dalam
adanya peningkatan kemampuan keluarga mengembangkan kemampuan kognitif,
merawat klien setelah diberikan terapi perilaku dan sosialisasi dengan orang lain
psikoedukasi keluarga. Sehingga terapi dan lingkungan sehingga meningkatkan
keperawatan yang diberikan terbukti efektif kemampuan kognitif dan perilaku
meningkatkan kemampuan keluarga bersosialisasi klien dan menurunkan tanda
sehingga tanda gejala klien menurun dan dan gejala ketidakberdayaan yang dialami.
kemampuan klien meningkat.
SARAN
SIMPULAN DAN SARAN 1. Pelayanan Keperawatan Jiwa
Memfasilitasi sarana dan prasarana serta
SIMPULAN penempatan perawat spesialis keperawatan
Faktor predisposisi terjadinya jiwa diruang rawat inap umum untuk
ketidakberdayaan yang paling banyak meningkatkan kualitas pelayanan yang
ditemukan yaitu adanya riwayat penyakit diberikan pada klien dengan
fisik kronis, memiliki kepribadian tertutup ketidakberdayaan dan memberikan
dan pendidikan rendah. kesempatan untuk peningkatan sumber daya
Faktor presipitasi yang paling banyak manusia khususnya melalui pengembangan
ditemukan adalah kondisi fisik akibat tenaga perawat spesialis jiwa melalui
penyakit. pendidikan formal.
Mempertahankan dan meningkatkan peran
perawat di ruangan sebagai role model bagi

Efek Logoterapi dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis 127
di Rumah Sakit Umum
Susanti Niman, Budi Anna Keliat, Mustikasari
klien dalam menjalankan kegiatan baik 5. Hermanns, N., Kulzer, B.,Krichbaum.,
manajemen pelayanan MPKP maupun Kubiak, T.,Haak, T (2005) How to
asuhan keperawatan jiwa screen for depression and emotional
2. Riset Keperawatan problems in patients with diabetes :
Dikembangkan penelitian ketepatan comparison of screening characteristics
pemberian paket terapi spesialis pada of depression questionnaires,
diagnosis keperawatan psikososial dan measurement of diabetes-specific
pengembangan instrumen penelitian yang emotional problems and standard
tepat untuk menguji ketepatan pemberian clinical assessment. Journal of
terapi sesialis terhadap penurunan tanda diabetologia.
gejala dan peningkatan kemampuan 6. Hidayati, W., Wahyuni, K (2012)
mengatasi masalah. Pengalaman self-care berdasarkan teori
Orem pada pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis.
¹Susanti Niman : Mahasiswa Magister Ilmu Jurnal nursing studies volume 1 nomor
Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa 1
FIK UI 7. Kanine, E., Helena N.C.D., Nuraini T
²Prof. Budi Anna Keliat, M.App.Sc : Dosen (2011) Pengaruh logoterapi individu
Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa terhadap respon ketidakberdayaan klien
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas diabetes mellitus di RS Provinsi
Indonesia Jakarta. Sulawesi Utara.Tesis UI
³Dr Mustikasari.,S.Kp, MARS: Dosen 8. Lagger, G., Pataky, Z., Golay, A (2010)
Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa Efficacy of therapeutic patient
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas education in chronic disease and
Indonesia Jakarta obesity Journal of patient education
and counseling 79.
9. Leigh, H and Streltzer, J (2008)
DAFTAR REFERENSI Hanbook of consultation-liaison
psychiatry.
1. Connor. O.M, White K, Kristjanson
L.J, Counsins K, Wilkes. L (2010). The
prevalence of anxiety and depression in
palliative care patients with cancer in
western Australia and New South
Wales. MJA. 193
2. Cooper, H., Booth, K.,Fear, S., Gill, G
(2001) Chronic disease patient
education: lessons from meta-analyses.
Journal of patient education and
counseling 44
3. Cosh, Suzie M., Tully, Phillip J (2013)
Generalized anxiety disorder
prevalence and comorbidity with
depression in coronary heart disease : a
meta analysis. Journal of Health
Psychology.
4. Gorman, Bridget K., Sivaganesan
(2007) The role of social support and
integration for understanding
socioeconomic disparities in self-rated
health and hypertension. Journal social
science & medicine 65

128 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 2, November 2014; 118-128

You might also like