Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Efek Logoterapi dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis 119
di Rumah Sakit Umum
Susanti Niman, Budi Anna Keliat, Mustikasari
Logoterapi adalah psikoterapi yang dapat DM 21 klien (26.25%), CHF 12 klien
melihat individu secara jelas dan holistik (15%), CKD 9 klien (11.25%), Stroke 7
yang meliputi gambaran diri, kepercayaan klien (8.75), Hipertensi dan HHD 14 klien
diri dan kemampuan individu dalam (17.50 %). Dari penyakit kronis tersebut
menangani stress (Marshall, 2010). ditemukan masalah keperawatan fisik dan
Tindakan keperawatan spesialis ini telah masalah keperawatan psikososial. Penulis
dibuktikan keefektifannya oleh beberapa hanya berfokus pada masalah keperawatan
penelitian, diantaranya hasil penelitian psikososial dan masalah keperawatan
terhadap 70 responden dengan penyakit psikososial dari 80 klien kelolaan adalah
DM yang mengalami ketidakberdayaan ansietas 76 klien (95%), harga diri rendah
dituliskan bahwa logoterapi dapat situasional 18 klien (22.5%), gangguan citra
menurunkan respon ketidakberdayaan tubuh 9 klien (11.25%), ketidakberdayaan
(Kanine, Helena & Nuraini, 2011). Hasil 24 klien (30%) dan keputusasaan 6 klien
penelitian terhadap 90 responden dengan (7.5%). Masalah ketidakberdayaan yang
kanker yang diberikan logoterapi dan PMR dialami oleh 24 klien (30%) secara
dapat menurunkan ansietas dan depresi keseluruhan ditemukan pada klien dengan
(Tobing, Keliat & Wardhani, 2012). penyakit kronis.
Berdasarkan hasil – hasil penelitian tersebut
terlihat bahwa logoterapi dapat menurunkan Karya ilmiah ini berfokus untuk mengatasi
ketidakberdayaan, ansietas dan depresi pada satu masalah keperawatan, yaitu
penyakit kronis. ketidakberdayaan dengan penerapan
logotherapy dan family psikoedukasi.
Terapi spesialis keperawatan jiwa pada Pendekatan yang dilakukan dalam
keluarga yang diberikan adalah mengatasi masalah ini adalah Orem self
psikoedukasi keluarga. Psikoedukasi care theory. Hasil manajemen asuhan
keluarga adalah pendekatan edukasional keperawatan spesialis jiwa ini menunjukan
dan pragmatis dengan tujuan memperbaiki hasil yang signifikan dalam menurunkan
pengetahuan mengenai anggota keluarga gejala atau penilaian stressor serta
yang sakit, mengurangi kekambuhan dan meningkatkan kemampuan klien dalam
memperbaiki fungsi pasien dan anggota mengatasi ketidakberdayaan yang dialami
keluarga dalam konteks keluarga (Stuart, klien. Berdasarkan hal tersebut penulis akan
2013). Hasil penelitian tentang mencoba menganalisis manajemen asuhan
psikoedukasi dipaparkan bahwa keperawatan spesialis jiwa dan
psikoedukasi keluarga pada klien dengan melaporkannya dalam bentuk karya ilmiah
penyakit stroke dapat menurunkan ansietas akhir.
keluarga (Nurbani, 2009), psikoedukasi
keluarga secara signifikan berpengaruh METODE PENELITIAN
terhadap dukungan psikososial keluarga
(Rahayu, 2011), logoterapi dan Penelitian ini menggunakan metode
psikoedukasi keluarga secara bermakna intervensi semu (quasi experiment),
dapat menurunkan depresi, rancangan pre-post test dengan intervensi
ketidakberdayaan dan meningkatkan logoterapi individu dan psikoedukasi
kemampuan memaknai hidup terhadap 72 keluarga. Dalam pelaksanaan penelitian
lansia ( Nauli, Keliat & Besral, 2011). terdapat 30 klien dan keluarga (caregiver)
Mengacu pada beberapa hasil penelitian terdiri dari 17 klien dan keluarga
terlihat bahwa logoterapi dan psikoedukasi (caregiver) kelompok dengan lama rawat
keluarga dapat menurunkan 3-6 hari dan 7 klien dan keluarga
ketidakberdayaan dan kemampuan (caregiver) kelompok dengan lama rawat
memaknai hidup. 1-2 hari.
Tindakan keperawatan spesialis logoterapi
Berdasarkan survei serta pengalaman untuk klien dan psikoedukasi keluarga
selama praktik ditemukan penyakit kronis dilakukan selama 30-45 menit setiap kali
yang dialami dari 80 klien kelolaan adalah pertemuan selama 2-4 kali pertemuan.
Efek Logoterapi dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis 121
di Rumah Sakit Umum
Susanti Niman, Budi Anna Keliat, Mustikasari
diberikan tindakan keperawatan generalis, logoterapi pada klien yang dirawat 1- 2
logoterapi dan psikoedukasi keluarga. hari.
Dapat disimpulkan bahwa tanda gejala
klien yang dirawat 1-2 hari sebelum dan Rata-rata kemampuan 17 klien untuk
setelah mendapatkan tindakan keperawatan mengatasi ketidakberdayaan pada klien
spesialis logoterapi mengalami penurunan yang dirawat lebih dari 2 hari sebelum
sekitar 31% - 47.6%. diberikan terapi logoterapi yaitu 2.59
Hasil evaluasi penilaian terhadap (36.97%) dan meningkat menjadi 14.82
stressor/tanda dan gejala pada klien yang (92.65%) Peningkatan sebesar 12.23
dirawat lebih dari 2 hari menunjukkan (55.68%), artinya terdapat peningkatan
penilaian terhadap stressor klien dengan kemampuan klien mengatasi
ketidakberdayaan terjadi perbedaan rata- ketidakberdayaan yang dialami. Hasil uji
rata antara sebelum dengan setelah statistik didapatkan pvalue 0.00 maka dapat
diberikan tindakan keperawatan generalis disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
dan spesialis (logoterapi & psikoedukasi kemampuan antara sebelum dan setelah
keluarga). mendapatkan tindakan keperawatan
logoterapi.
Dapat disimpulkan bahwa tanda gejala
klien yang dirawat lebih dari 2 hari sebelum Tabel 6
dan setelah mendapatkan tindakan Kemampuan klien ketidakberdayaan
keperawatan spesialis logoterapi menurun sesudah diberikan logoterapi
sekitar 49.02 % - 68.23% dan penurunan di Ruang Bisma RSMM Bogor
tanda gejala klien lebih tinggi sekitar menurut lama hari rawat
17.52% - 20.63% pada yang mendapatkan Lama Mean SD SE Pvalue
tindakan keperawatan lebih dari 2 hari. hari rawat
1-2 hari 13.71 2 0.76 0.45
Tabel 5 >2hari 13.82 2.5 0.6
Kemampuan sebelum dan sesudah
diberikan logoterapi pada klien Hasil analisis menunjukkan rata – rata
ketidakberdayaan kemampuan klien yang dirawat 1-2 hari
di Ruang Bisma RSMM Bogor adalah 13.71, sedangkan untuk klien yang
N SD SE P % dirawat lebih dari 2 hari rata- rata
Kemamp Mean
value
kemampuan klien adalah 13.82. Hasil uji
7 Sblm 2.86 1.86 0.70 0.00 40.82
dirawat
Ssdh 13.71 2.31 0.87 85.71 statistik didapatkan pvalue 0.45, dapat
1- 2 hari disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
Slsh 10.85 44.89
dirawat 17 Sblm 2.59 1.06 0.26 0.00 36.97 rata – rata peningkatan kemampuan
> 2 hari Sssdh 14.82 1.38 0.34 92.65 mengatasi masalah ketidakberdayaan pada
Slsh 12.23 76.47
klien yang dirawat lebih dari 2 hari dengan
dirawat selama 1-2 hari.
Hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata
kemampuan 7 klien untuk mengatasi
Tabel 7
ketidakberdayaan pada klien yang dirawat Kemampuan keluarga sebelum dan setelah
1-2 hari sebelum diberikan terapi logoterapi
diberikan FPE
yaitu 2.86 (40.82%) dan meningkat
P %
menjadi 13.71 (85.71%). Peningkatan Variabel Mean
value
sebesar 10.85 (44.89%), artinya terdapat
Sblm 1.9 0.00 20.8
peningkatan kemampuan klien mengatasi Kempuan
Ssdh 8.4 93.1
ketidakberdayaan yang dialami. Hasil uji Merawat
Selisih 6.5 72.2
statistik didapatkan pvalue 0.00 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
kemampuan antara sebelum dan setelah Berdasarkan tabel 7 rata-rata kemampuan
mendapatkan tindakan keperawatan keluarga klien sebelum diberikan terapi
FPE yaitu 1.9 dan meningkat menjadi 8.4.
Efek Logoterapi dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis 123
di Rumah Sakit Umum
Susanti Niman, Budi Anna Keliat, Mustikasari
Respon kognitif yang dilakukan sebagian dilakukan akibat kehilangan kontrol diri
besar klien ketidakberdayaan adalah dalam menyelesaikan masalah dan
memiliki pemikiran dan penalaran yang penilaian bahwa stresor merupakan sesuatu
negatif, cara berpikir yang tidak rasional yang harus diterima tanpa harus dihadapi
dan logis akibat terganggunya fungsi tubuh atau diselesaikan.
(Asbring, 2001; Beal, 2007 dalam Lukbin Respon perilaku menggambarkan respon
& Larsen, 2013). Pemikiran dan penalaran emosi dan fisiologis dari hasil analisis
negatif seperti merasa tidak layak, tidak ada kognitif ketika menghadapi kondisi yang
harapan, merasa otonomi dan penuh stres. Sebagian besar klien
keberadaannya terancam. Klien karena ketidakberdayaan berperilaku tergantung
penyakit kronis yang dialami merasa tidak pada orang lain, pasif, tidak ada pertahanan
memiliki energi, kendali atau pengaruh atas pada praktik perawatan diri, tidak
diri . Hal tersebut yang memunculkan memantau kemajuan pengobatan dan
perilaku pasif dan tergantung orang lain. berpartisipasi dalam perawatan. Perilaku
Respon afektif terhadap stresor yang tersebut sesuai beberapa sumber yang
muncul pada klien ketidakberdayaan adalah menuliskan bahwa klien dengan
merasa tertekan, bersalah, marah, ketidakberdayaan akan menunjukkan
iritabilitas, takut dan cemas. Secara teori perilaku tidak mampu mengontrol situasi,
disebutkan bahwa respon yang ditunjukkan bergantung pada orang lain, perilaku
klien secara afektif adalah jengkel, marah, kekerasan, tidak mampu beraktivitas,
tidak nyaman, mudah tersinggung, tidak menarik diri, pasif dan gelisah (Carpenito,
berdaya, sedih, apatis, ansietas, frustasi 2009; NANDA, 2013).
bahkan depresi (Stanmark, 2004 dalam Respon sosial merupakan tanda dan gejala
Lukbin & Larsen, 2013 ;Carpenito, 2009; yang muncul terkait dengan kemampuan
NANDA ,2013). Berdasarkan berbagai individu dalam melakukan kegiatan sosial.
sumber yang ada, dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar klien ketidakberdayaan
respon afektif yang ditemukan pada klien menunjukkan respon sosial menarik diri
dengan ketidakberdayaan sesuai dengan dan tidak mampu bersosialisasi. Secara
teori yang ada. Respon afektif menunjukkan teori respon sosial yang muncul pada
suatu perasaan yang dipengaruhi oleh penyakit kronis adalah menolak hubungan
lamanya individu terpapar stressor penyakit dengan orang lain, melanggar batas jarak
kronis. personal saat berinteraksi, terbatasnya
Respon fisiologis dapat dirasakan oleh pemenuhan peran dan kegiatan sosial
individu atau ditemukan berdasarkan hasil (Asbring, 2001; Beal, 2007 dalam Lukbin
pemeriksaan /pengamatan. Sebagian besar & Larsen, 2013) Hal tersebut sesuai
klien ketidakberdayaan merasakan sulit dengan pengamatan penulis mengenai
tidur, sedangkan berdasarkan hasil perilaku yang muncul pada klien yaitu
pemeriksaan/pengamatan ditemukan menarik diri dan tidak mau berinteraksi
perubahan tekanan darah, muka tegang, dengan keluarga atau pasien lain.
perubahan denyut jantung dan pernafasan. Setelah diberikan tindakan keperawatan
Respon fisiologis yang dialami klien sesuai generalis ketidakberdayaan dan spesialis
dengan paparan Boyd dan Nihart (1998), logoterapi pada klien didapatkan tanda
Pinel (2009) yaitu tanda dan gejala fisik gejala menurun sebesar 31% - 47.6% pada
adalah peningkatan tekanan darah, denyut klien yang dirawat 1-2 hari sedangkan yang
jantung, frekuensi air kecil, keringat dan dirawat lebih dari 2 hari mengalami
pernafasan. Respon fisiologis terhadap penurunan tanda gejala 49.02 % - 68.23%.
stresor terkait hormonal terutama epinefrin, Penilaian terhadap stresor merupakan suatu
katekolamin, norepinefrin dan proses evaluasi secara menyeluruh yang
glukokortikoid. Secara umum pada klien dilakukan oleh individu terhadap sumber
yang dirawat, menyatakan memberikan stres dengan melibatkan respon kognitif,
respon menerima terhadap stresor yang afektif, fisiologis, perilaku dan sosial
dialaminya. Respon yang ditampilkan (Stuart, 2013). Berdasarkan hasil evaluasi
tersebut merupakan respon negatif yang penilaian terhadap stressor pada klien yang
Efek Logoterapi dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis 125
di Rumah Sakit Umum
Susanti Niman, Budi Anna Keliat, Mustikasari
dengan cara melakukan aktivitas mandiri, 3. Kemampuan keluarga merawat klien
tidak merepotkan orang lain dan menjadi dengan ketidakberdayaan
beban bagi keluarga. Adanya kenyataan Kemampuan keluarga sebelum diberikan
bahwa penyakit yang dialami sulit sembuh tindakan keperawatan generalis dan
membuat keyakinan positif klien berkurang spesialis adalah 20.83% dan meningkat
bahwa bantuan perawat dan dukungan menjadi 93.05% setelah diberikan tindakan
keluarga akan membantu klien mengatasi keperawatan. 17 keluarga klien dengan
masalahnya. Pemberian logoterapi ketidakberdayaan yang dirawat lebih dari 2
membantu klien dalam mengatasi masalah hari terjadi perbedaan rata-rata sebelum
menemukan makna hidup dengan cara diberikan terapi generalis dan psikoedukasi
mengidentifikasi perubahan dan masalah keluarga adalah 37.64% dan setelah
yang dialami, mengidentifikasi reaksi dan diberikan terapi menjadi 95.42%.
cara mengatasi masalah, mengembangkan Sedangkan 7 klien dengan
sikap menerima terhadap penyakit yang ketidakberdayaan yang dirawat kurang dari
tidak dapat dihindari sehingga klien dapat 2 hari terjadi perbedaan rata-rata sebelum
melakukan kegiatan sesuai kemampuan diberikan terapi generalis, dan psikoedukasi
untuk memberikan makna hidup. keluarga adalah 45.71% dan setelah
Adanya dukungan dari keluarga yang diberikan terapi menjadi 96.83%. Dengan
maksimal terhadap klien dalam mengatasi demikian kemampuan keluarga klien
masalahnya membuat koping klien menjadi dengan ketidakberdayaan yang dirawat
lebih adaptif dan efektif saat berhadapan lebih dari 2 hari lebih tinggi dibandingkan
dengan stressor yang ada. Untuk itu, pada keluarga klien dengan ketidakberdayaan
keluarga pemberian psikoedukasi keluarga yang dirawat 1-2 hari.
sangat tepat. Psikoedukasi keluarga telah
terbukti meningkatkan dukungan keluarga Kemampuan keluarga terkait dengan
(Pargament, 1998; Kennedy, 2002 dalam kognitif, afektif dan psikomotor.
Sullivan et al, 2009). Dukungan sosial Kemampuan akan meningkat dengan
sangat membantu seseorang dalam banyaknya latihan yang dilakukan dengan
meningkatkan pemahaman terhadap stresor demikian keluarga klien dengan
sehingga mampu mencapai ketrampilan ketidakberdayaan yang dirawat lebih dari 2
koping yang efektif. Tercapainya koping hari lebih tinggi memiliki kemampuan
adaptif yang maksimal pada klien berefek karena latihan yang dilakukan lebih lama.
terhadap menurunnya kejadian kekambuhan
pada klien (Stuart, 2013). 4. Hubungan kemampuan klien dengan
tanda dan gejala
Kemampuan klien untuk mengelola stressor Hasil menunjukkan penilaian terhadap
berdasarkan hasil pengkajian sebelum stressor/tanda gejala klien dengan
dilakukan tindakan keperawatan generalis ketidakberdayaan terjadi perbedaan rata-
dan spesialis rata – rata hanya 16.67% dan rata antara sebelum dengan setelah
meningkat menjadi 89.32% sesudah diberikan terapi generalis, logoterapi dan
diberikan tindakan keperawatan generalis psikoedukasi keluarga. Rata-rata selisih
dan spesialis. Hal tersebut menunjukkan respon kognitif sebelum dan setelah
bahwa tindakan keperawatan generalis dan diberikan terapi adalah 31.5%, respon
spesialis yang diberikan mampu afektif sebelum dan setelah diberikan
meningkatkan kemampuan klien sekitar adalah 31%, respon fisiologis sebelum dan
72.33% hal tersebut sesuai dengan hasil setelah diberikan terapi adalah 34.7%,
penelitian Kanine, Helena dan Nuraini respon perilaku sebelum dan setelah
(2011) yang memaparkan bahwa pemberian diberikan terapi adalah 40.26% dan respon
logoterapi dapat menurunkan respon sosial sebelum dan setelah diberikan terapi
ketidakberdayaan dan hasil penelitian adalah 47.6%.
Tobing, Keliat, Wardhani (2012) yang
memaparkan bahwa pemberian logoterapi Savolaine dan Granello (2002 dalam Lewis,
dapat menurunkan depresi. 2010) memaparkan bahwa pemberian
Efek Logoterapi dan Psikoedukasi Kelarga Terhadap Ketidakberdayaan Klien Penyakit Kronis 127
di Rumah Sakit Umum
Susanti Niman, Budi Anna Keliat, Mustikasari
klien dalam menjalankan kegiatan baik 5. Hermanns, N., Kulzer, B.,Krichbaum.,
manajemen pelayanan MPKP maupun Kubiak, T.,Haak, T (2005) How to
asuhan keperawatan jiwa screen for depression and emotional
2. Riset Keperawatan problems in patients with diabetes :
Dikembangkan penelitian ketepatan comparison of screening characteristics
pemberian paket terapi spesialis pada of depression questionnaires,
diagnosis keperawatan psikososial dan measurement of diabetes-specific
pengembangan instrumen penelitian yang emotional problems and standard
tepat untuk menguji ketepatan pemberian clinical assessment. Journal of
terapi sesialis terhadap penurunan tanda diabetologia.
gejala dan peningkatan kemampuan 6. Hidayati, W., Wahyuni, K (2012)
mengatasi masalah. Pengalaman self-care berdasarkan teori
Orem pada pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis.
¹Susanti Niman : Mahasiswa Magister Ilmu Jurnal nursing studies volume 1 nomor
Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa 1
FIK UI 7. Kanine, E., Helena N.C.D., Nuraini T
²Prof. Budi Anna Keliat, M.App.Sc : Dosen (2011) Pengaruh logoterapi individu
Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa terhadap respon ketidakberdayaan klien
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas diabetes mellitus di RS Provinsi
Indonesia Jakarta. Sulawesi Utara.Tesis UI
³Dr Mustikasari.,S.Kp, MARS: Dosen 8. Lagger, G., Pataky, Z., Golay, A (2010)
Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa Efficacy of therapeutic patient
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas education in chronic disease and
Indonesia Jakarta obesity Journal of patient education
and counseling 79.
9. Leigh, H and Streltzer, J (2008)
DAFTAR REFERENSI Hanbook of consultation-liaison
psychiatry.
1. Connor. O.M, White K, Kristjanson
L.J, Counsins K, Wilkes. L (2010). The
prevalence of anxiety and depression in
palliative care patients with cancer in
western Australia and New South
Wales. MJA. 193
2. Cooper, H., Booth, K.,Fear, S., Gill, G
(2001) Chronic disease patient
education: lessons from meta-analyses.
Journal of patient education and
counseling 44
3. Cosh, Suzie M., Tully, Phillip J (2013)
Generalized anxiety disorder
prevalence and comorbidity with
depression in coronary heart disease : a
meta analysis. Journal of Health
Psychology.
4. Gorman, Bridget K., Sivaganesan
(2007) The role of social support and
integration for understanding
socioeconomic disparities in self-rated
health and hypertension. Journal social
science & medicine 65