You are on page 1of 5

QUIZ

INDUSTRIAL SAFETY AND HEALTH

1. Identify the possible hazard and accident sources from workplace conditions in Figure 1.

No. Type of Work Activity/ Causative Factor Precautions


Accident/Injury Workstation/Place Unsafe Unsafe condition (by hierarchy)
human act (tools, environment,
methods, etc.)

2. Listiyana Kurniawati (19), a worker in a textile factory in Pedan, Klaten died after his neck was
crushed while working on Monday (12/11/2016). Resort police chief of Pedan, AKP Kamiran
refused to give information about the incident. Meanwhile, information from the Mapolres Klaten
said the incident started when the victim who worked as a machine operator at a textile factory
in Pedan, Klaten went to work on the night shift around 23:00 pm.
Several hours later, around 03:00 pm, the victim turns off the machine because it wants to fix the
broken thread on the machine. But after the thread was connected, the victim rushed to turn on
the machine. Unfortunately, the victim was not aware when the engine is on, it turns out the
cloth veil that he wore into the machine. As a result, his veil was pulled into the machine and
trapped the victim's neck until his life was not helped.
The company must conduct an evaluation related to safety or work accident. The goal is that
accidents do not happen to other workers. The company should evaluate what the cause of the
accident that befell its employees, whether the machine or the negligence. So the similar events
will not happen anymore.
It is assumed that you are a Safety and Health Manager in that company. Please evaluate and
analyze the cause of the workplace accidents and further provide recommendations for such
accident prevention.
1. ANALISIS KECELAKAAN MENEMUKAN :
- Seorang karyawan mematikan mesin karena ingin membetulkan benaang yang putus
- Setelah benang tersambung korbanpun bergegas menyalakan mesin tenun tersebut
- Tanpa disadari ternyata kain kerudung si korban, masuk kedalam mesin dan
menjerat leher korban hingga tewas.
2. FAKTOR PENYEBAB :
 Ketidak waspadaan dan rasa ingin terburu-buru menjadi sebab utama dari kecelakaan kerjaa
ini.
3. FAKTOR LAIN MERUPAKAN PENYEBAB TAMBAHAN :
 Perlu adanya gambar, tulisan-tulisan atau larangan meletakkan benda apapun di dekat mesin
tenun dan memastikan tidak ada suatu benda yang tersangkut dalam mesin tersebut.
4. AKIBAT YANG DITIMBULKAN :
- Perusahaan akan mengalami kerugian baik berupa matrial maupun non matrial
- Terjadi kekosongan untuk bagian operator tenun tersebut
- Jatuhnya korban jiwa
5. KECELAKAAN TERSEBUT DAPAT DIKLASIFIKASIKAN :
 KLASIFIKASI MENURUT JENIS KECELAKAAN (terjepit)
 KLASIFIKASI MENURUT PENYEBAB (mesin-mesin)
 KLASIFIKASI MENURUT SIFAT LUKA (patah tulang)
 KLASIFIKASI MENURUT LETAK KELAINAN ATAU LUKA DITUBUH (leher dan
kepala)
6. TINDAKAN PASCA KECELAKAAN KERJA :
 Mengefaluasi kejadian sebelumnya agar tidak terulang kembali
 Membenahi sistem K3 yang belum ssuai dengan keentuan
 Memberi penyuluhan terhadap para karyawan agar lebih berhati-hati dan waspada akan
segala bahaya yang akan timbul ditempat kerja
 Menanamkan kesadaran diri terhadap pentingnya K3 bagi setiap karyawan
7. KESIMPULAN :
 Penyebab kecelakaan disini dominannya disebabkan oleh faktor manusianya yang lalai
terhadap bahaya yang akan timbul akibat rasa ingin tergesa-gesa segera menyelesaikan
pekerjaan tanpa mempertimbangkan keselamatan diri.

Penyebab Umum
Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang berputar
· Penyebab Terperinci
Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan dan dalam memilih
penggunaan pakaian kerja.
· Penyebab Pokok
Kebijakan pabrik Perusahaan
Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja
agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi.
Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai
kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerj
Analisa :
Strategi Pengendalian
· memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatati dan kesehatan kerja yang diperlukan
pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah
terjadinya kecelakaan yang sama.
· selama melakukan proses pekerjaaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin,
penambahan minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi.
Untuk mencegah orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikunci atau diberi
tanda peringatan, perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.
· Operator mesin ataupun alat produksi lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap sesudah dan
sebelumnya mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. sebaiknya
operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.
· Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerjaa harus bertanggung jawab
menjalankan penanggulangan kecelakaan, rencanaa penanganan darurat, serta melakukan
bimbingan pelaksanaan setiap bagian.
· Komunikasi antar pegawai hams selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu
sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.

Pencegahan yang efektif


Di abad ke-21 ini semua bangsa tidak dapat lepas dari proses industrialisasi. Indikator
keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang produktif,
sehat dan berkualitas. Kita ambil contoh industri bidang konstruksi, yang merupakan kegiatan
di lapangan, memiliki fenomena kompleks yang menyangkut perilaku dan manajemen
keselamatan. Di dalam industri konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat
dibandingkan industri berbasis manufaktur.
Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh sebab
itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan
kesehatan. Di sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan.
Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat
kecelakaan kerja. Kenyataanya standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk
dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari
sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya,
terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak
langsung.
Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak
aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya
pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya
mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban
kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para
buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon
pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor
penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara
kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum
mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
5. Penggunaan pakaian pelindung
6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran
bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.
7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan
keluar.
8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali.
9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan
kebutuhan.
Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi
harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan
untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja,
seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

You might also like