You are on page 1of 5

ETIOLOGI KONSTIPASI

LIFESTYLIE

Diet

Diet yang rendah serat dapat menyebabkan; feses yang masa (volume/less bulky)nya kurang, kurang air,
dan susah di eliminasi (dibuang)

Obat2an

Beberapa jenis obat2an seperti narkotik, antikolinergik, antidepresan, dapat menyebabkan gangguan
koordinasi pada persarafan colon. Terapi utamanya adalah menghentikan penggunaan obat tersebut.

Anoreksi, gangguan kebiasaan makan dan


ketergantungan laxative

anoreksi, bulimia, dll, dapat menyebabkan


penurunan masa/volume feses yang akan dikeluarkan 
konstipasi

axative bila digunakan secara berlebihan dapat


mengakibatkan gangguan pada neuron dari myenteric
plexus yang menuju ke colon dan otot polos pada colon,
salah satu temuan histologisnya adalah hilangnya
neuron. Manifestasi lainnya yaitu, hipokalemia,
hipomagnesia dan dehidrasi.

Diabetic neuropathy dan IBS juga dapat


menyebabkan konstipasi dengan mekanisme yang sama seperti akibat laxative overuse.

INFEKSI

 Infeksi tripanosoma cruzi  infeksi oleh serangga (reduviids)  darah manusia


 Daerah ‘site of enter’ nya seperi kulit, membrane mukosa dan conjunctiva.
 Dalam tubuh dia bermultiplikasi pada otot polos dan mengakibatkan kerusakan pada bagian
otot polos tersebut. Dapat terjadi penyebaran infeksi menuju limfe nodes dan dari sirkulasi
darah menuju seluruh organ.
 Patogenesisnya tidak terlalu dipahami
 Tampakannya demam ringan, edema palpebra, pada sedikit kasus, jantung dapat terserang, dan
muncul gejala akibat lesi pada gastrointestinal dengan tanda-tanda seperti perut kembung, nyeri
abdomen, konstipasi kronis, dan penurunan berat badan. Infeksi dapat juga sampai
mengibatkan kerusakan pada persarafan dan mengakibatkan denervasi parasimpatis, akibatnya
terjadi obstruksi pada daerah usus yang persarafannya terganggu, dan akhirnya colon menjadi
membesar dan memanjang.
 Penegakan diagonsa  cek antibody terhadap T. cruzi dalam darah

KELAINAN ANATOMI/FUNGSIONAL

Obstruksi mekanik

a. Neoplasma
Dapat mengganggu jika ukurannya mulai membesar dan mengakibatkan obstruksi jalan keluar
dari feses. Dapat diketahui melalui pemeriksaan radiografi dan colonoscopy.
b. Benigne striktur
Pembentukan striktura pada colon terjadi akibat proses inflamasi yang terjadi sebelumnya,
seperti contohnya pada ulcerative colitis, chron’s disease, endometriosis, diverticular disease.
Bisa juga karena bekas pembedahan atau karena terapi radiasi.
c. Volvulus
Dapat terjadi pada daerah sigmoid, colon transversum atau daerah sekum. Gejala akut onsetnya
seperti mual, nyeri abdomen dan konstipasi yang dapat sembuh dengan sendirinya.
Diagnosanya biasanya tertunda karena gejala yang dapat tiba2 menghilang tersebut. Karena
biasanya tidak terlihat perubahan pada pemeriksaan radiologis saat onset akut.
Obstruksi fungsional

a. Rectocele
Rectum yang masuk menuju lumen vagina karena kelemahan dari rectovaginal septum. Dapat
terjadi pada bayi dan orang lanjut usia.
b. Descending perineum syndrome  ???
c. Non relaxing puborectalis syndrome (anismus)  ???
d. Rectal prolaps  ???
e. Slow transit constipation with megacolon
f. Slow transit constipation without megacolon

KONSTIPASI SLOW TRANSIT – TANPA MEGAKOLON

Penderita lebih banyak wanita pada usia decade ke2 dan ke3 (usia dibawah 30 tahun), dengan
pergerakan colon <2x per minggu.
Biasanya mereka datanga dengan keluhan konstipasi yang sudah dimulai sejak kecil dan semakin parah
seiring bertambahnya umur.

Gejalanya yaitu: nyeri abdomen, perut kembung, mual yang menyertai konstipasi. Gejala biasanya
unresponsive terhadap bulk laxative ataupun feses softener. Biasanya diikut sertai oleh gejala-gejala lain
yang berkaitan dengan ginekologic seperti gangguan pada siklus menstruasi. Pada beberapa pasien
terjadi perlambatan pengosongan lambung dan usus halus.

Pasien biasanya memberikan keterangan tentang seringnya penggunaan laxative (untuk menyembuhkan
konstipasi yang dialaminya), dan konstipasi yang dialami sering menimbulkan gejala depresi.

Untuk menegakkan diagnose harus disingkirkan dulu ada tidaknya riwayat penyakit lain seperti diabetes
mellitus, multiple sclerosis.

Ada dua tipe slow transit yang dapat ditemukan melalu pemeriksaan radiologi. Yang pertama
menggambarkan transit colon yang berkurang sejak dari sekum sampai seterusnya (ditemukannya
marker mulai dari sekum sampai sigmoid) dan jenis yang kedua, marker tidak ditemukan pada colon
ascenden maupun trnasversum, namun berkumpul disekitar jalan keluar dari colon menuju rectum
(sigmoid).

Serotonin dan analog serotonin (entero muffin cells) dapat meningkatkan kontraktilitas dari colon
sehingga dapat mengakselerasi waktu transit zat sisa makanan dalam colon. Mekanisenya masih belum
diketahui secara jelas, hanya diketahui kedua zat tersebut menstimulasi release asetil kolin melalui
reseptor 5-HT3.

1. Must include two or more of the following:


 Straining during at least % of defecations
 Lumpy or hard stools in at least % of defecations
 Sensation of incomplete evacuation for at least % of defecations
 Sensation of anorectal obstruction/blockage for at least % of defecations
 Manual maneuvers to facilitate at least % of defecations (e.g., digital evacuation, support of the
pelvic floor)
 Fewer than three defecations per week

2. Loose stools are rarely present without the use of laxatives


3. Insufficient criteria for irritable bowel syndrome
* Criteria fulfilled for the last  months with symptom onset
at least  months prior to diagnosis

You might also like