Professional Documents
Culture Documents
Document PDF
Document PDF
Disusun Oleh :
Y. Suci Pramudyati
Jauhari Effendy
_____________________________________________________________________
GTZ MERANG REED PILOT PROJECT
BEKERJASAMA DENGAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SUMATERA SELATAN
2009
PREFACE
The Merang REDD Pilot Project (MRPP) is a technical co-operation project (GTZ Project No.
2008.9233.1) jointly funded by the German Federal Ministry of Environment, Nature
Conservation and Nuclear Safety (BMU) through GTZ and by the Government of the
Republic of Indonesia through the Ministry of Forestry (MoF).
This report has been completed in accordance with the project Annual Work Plan (AWP) I -
2009,
in part fulfillment of
to achieve
Result 3: “Integrated fire management and illegal activity measures is applied through
community participation and sustainable natural resources management”
to realize
the project purpose, which is “Protection and part rehabilitation of the last natural peat
swamp forest in South Sumatra and it’s biodiversity through a KPHP management system
and preparation for REDD mechanism” and
The report has been prepared with financial assistance from the German Federal Ministry of
Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) through GTZ. The opinions,
views and recommendations expressed are those of the author and in no way reflect the
official opinion of the BMU and/or GTZ.
The report is acknowledged and approved for circulation by the MRPP Management Unit
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-
Nya, sehingga penyusunan Petunjuk Teknis Beternak Ayam Ras Pedaging (Broiler) ini dapat
terwujudkan. Petunjuk teknis ini menjelaskan tentang tata cara budidaya ayam ras pedaging
(broiler), yang meliputi penyiapan sarana dan peralatan, teknis pemeliharaan, pencegahan
penyakit, penanganan panen dan pasca penen serta analisis usaha ayam ras pedaging (broiler).
Semoga petunjuk teknis ini dapat membantu sebagai pedoman bagi yang ingin mengembangkan
usaha peternakan ayam ras pedaging. Namun mengingat adanya keterbatasan penulis, petunjuk
teknis ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu untuk kesempurnaannya, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Semoga petunjuk teknis ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi mereka yang ingin
mengembangkan usaha peternakan ayam ras pedaging (broiler).
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
I. AYAM RAS PEDAGING (BROILER)
Ayam broiler sebenarnya baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana
pada masa itu pemerintah mencanangkan program panggalakan konsumsi daging
ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya, untuk itu ayam broiler
menjadi salah satu alternatif
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, jenis ayam ini merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam karena mampu tumbuh cepat
sehingga ayam broiler dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7
minggu). Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka
banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah
Indonesia.
Pada saat ini prospek agribisnis ternak ayam broiler cukup baik dimana
permintaan pasar selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan
pentingnya gizi hewani. Produksi ternak ayam broiler saat ini berkembang dengan pesat
dan peluang pasar yang bisa dihandalkan. Pada saat ini seandainya mau memulai usaha
peternakan ayam ras pedaging maka kebutuhan sarana dan prasarananya sudah tersedia
di toko-toko pakan ternak (Poultry Shop) atau dapat memanfaatkan sistem kemitraan
yang ditawarkan oleh pihak swasta.
Untuk bibitnya (DOC), berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah
beredar dipasaran, sehingga peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya.
Sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama.
Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil
sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat
meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun
jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel
70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro,
Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma,
1
Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex,
Bromo, CP 707.
2
II. PENYIAPAN SARANA DAN PERALATAN
2.1. Perkandangan
a. Lokasi Kandang
Lokasi atau letak kandang ayam ras pefaging yang ideal adalah :
(1). Lokasi kandang berada di tempat yang lebih tinggi dari lingkungan atau daerah di
sekitarnya. Hal ini untuk menghindari terjadinya genangan air maupun banjir
pada saat musim hujan.
(2). Arah bangunan kandang membujur kearah barat dan timur yakni bagian lebar
kandang berada disebelah barat dan timur dengan tujuan agar kandang
memperoleh sinar matahari cukup banyak, yaitu atap sebelah timur memperoleh
sinar matahari sebelum tengah hari dan atap sebelah barat sesudah tengah
matahari.
(3). Lokasi kandang dipilih tempat yang teduh tetapi tidak ternaungi oleh pohon dana
terkena sinar matahari pagi serta tidak melawan arah mata angin kencang
(4). Pilih lokasi kandang yang berdekatan dengan sumber air minum. Hal ini penting
mengingat konsumsi air minum bagi ayam broiler sangat tinggi.
(5). Sebaiknya lokasi kandang tidak terlalu dekat dengan rumah pemilik tetapi juga
tidak terlalu jauh sehingga memudahkan dalam melakukan pengawasan (kontrol),
sebagai acuan jarak antara rumah pemilik dengan kandang berjarak ± 10 m.
(6). Lokasi kandang dipilih tempat yang tidak berdekatan dengan pemukiman
penduduk untuk menghindari penyebaran polusi udara akibat bau dari kotoran
ternak.
3
b. Tipe (Bentuk) Kandang
Pemilihan model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai
umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang indukan, untuk ayam remaja ± 1
bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang indukan yang dibesarkan dan untuk
ayam dewasa. Ada beberapa tipe kandang ayam broiler anatar lain :
(1). Tipe panggung, tanpa alas kandang, kotoran langsung jatuh ke tanah.
(2). Tipe panggung, dengan menggunakan alas litter.
(3). Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih
murah.
Gambar 3. Sketsa kandang ayam broler Gambar 4. Contoh kandang ayam broiler
lantai litter tipe panggung
c. Bahan Kandang
d. Ukuran Kandang
Ukuran kandang yang ideal untuk daerah tropis adalah 8-10 ekor/m2 dengan tinggi
kandang kandang 2,25-2,5 m dan lebar kandang 4- 8 m. apabila lebih dari angka
4
tersebut, suhu kandang akan cepat meningkat terutama pada siang hari, sehingga
berakibat pada konsumsi pakan ayam menurun, ayam cenderung banyak minum,
stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit, kondisi ini terjadi
terutama pada ayam ras pedaging dewasa.
+
2m
2,5 m
+
4-8
e. Dinding kandang
Dinding kandang adalah bagian tepi atau batas dari kandang. Dinding berfungsi
sebagai pengaman dan menghalangi atau mengurung ayam yang berada di dalamnya.
Pada umumnya kandang ayam di Indonesia berdinding terbuka atau semiterbuka,
maka dinding tersebut dibuat dari bilah-bilah bambu atau kayu, kawat kasa. Khusus
dinding bagian bawah atau alas dinding setinggi 30 cm dibuat dari batu bata yang
diplester atau dari papan kayu. Dengan demikian secara fisik bilah-bilah bambu, atau
kawat kasa akan membuat cahaya dan lintasan udara dari luar tidak banyak terhalang,
sehingga ruangan kandang bisa memperoleh terang yang merata dan keadaan udara
menjadi segar. Untuk itu maka bentuk fisik bilah bambu atau kayu harus berukuran
kecil dan halus, masing- masing diatur dengan ukuran jarak antara bilah yang satu
dengan lainnya ± 2 jari orang dewasa atau 5 cm
Keuntungan bahan dari bilah bambu atau kayu dan kawat kasa adalah bahan tersebut
mampu memecahkan cahaya dan angin langsung serta radiasi yang melintasi dinding,
sehingga kawat dan bilah itu menghambat aliran udara dan menjinakkan cahaya
langsung yang panas. Dengan demikian pengaturan lubang ini sangat mempengaruhi
5
besar kecilnya cahaya dan angin yang masuk ke dalam kandang. Ayam dalam
kandang tak boleh kekurangan cahaya, sebaliknya berkelebihan cahaya terus-menerus
akan mengakibatkan stress. Sebab mereka akan berjejal-jejal menempati bagian
ruangan kandang yang tidak tertimpa cahaya matahari, atau tidak tertimpa sinar
matahari langsung.
Gambar 6. Dinding kandang dari bilah kayu ukuran jarak antara bilah
yang satu dengan lainnya ± 2 jari orang dewasa atau 5 cm
f. Ventilasi Kandang
6
kandang berbau keras, terjadi polusi, ternak menjadi sesak napas, yang
mengakibatkan menurunnya konsumsi makanan, dan akhirnya wajah menjadi pucat.
Jika hal semacam ini tidak lekas teratasi, maka walaupun ayam mendapatkan cukup
gizi untuk keperluan pokok hidup dan berproduksi, akan tetapi apabila ventilasi
kandangnya jelek, sehingga udara di dalam ruangan kandang menjadi sangat kotor,
maka metabolisme di dalam sel tubuh yang menggunakan 0 2 tidak akan berjalan
normal. Peristiwa semacam ini merupakan salah satu hambatan bagi pertumbuhan
broiler.
Ventilasi yang diatur secara berhadapan akan memberikan jaminan sirkulasi udara di
dalam ruangan kandang yang lebih baik.
(1). Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan,
sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan
untuk produksi panas tubuh.
(2). Suhu atau temperatur ideal kandang ayam broiler berkisar antara 32,2-35 0C.
Sedangkan suhu ideal kandang sesuai umur adalah :
7
2.2. Alat dan Perlengkapan Kandang :
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air
hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Bahan Litter kandang dapat
digunakan sekam padi atau serbuk gergaj dicampur dengan sedikit pasir dan kapur
pertanian, ketebalan litter disesuaikan dengan umur ayam yaitu kurang lebih 3-10
cm. Pad a ayam umur 2 minggu pertama tebal litter 3 cm dan minggu selanjutnya
tebal litter 5-10cm.
8
(a). Suhu dalam indukan terlalu dingin, maka kutuk-kutuk akan berkumpul dan
berjejal-jejal mendekati sumber pemanas.
(b). Suhu indukan memadai atau dalam keadaan baik, maka kutuk-kutuk tadi akan
tersebar merata dan aktif mencari makan.
(c). Suhu indukan terlalu panas, maka kutuk-kutuk akan menjauhi sumber pemanas
dan mereka akan mendekati, berhimpit di bagian tepi indukan.
O O
Gambar 8. Tingkah laku penyebaran anak ayam sesuai keadaan panas dalam
kandang indukan.
c. Tempat pakan dan minum
Tempat pakan dan minum dapat dibeli dari toko penyedia sarana produksi peternakan
(poultry shop) atau membuat sendiri dari bahan yang mudah diperoleh/tersedia di
lokasi peternakan seperti bambu, alumunium, plastik, dan sebagainya. Perlu untuk
diperhatikan, khusus untuk tempat pakan dan minum yang dibuat sendiri, maka bahan
tersebut harus mudah dicuci dan tidak berkarat.
Secara umum, sesuai dengan peruntukannya tempat pakan dan minum ada dua jenis
yaitu untuk anak ayam (1-10 hari) dan ayam dewasa. Pastikan ayam bisa menjangkau
pakan dan minum secara mudah.
9
Gambar 9. Beberapa tipe tempat pakan dari palstik yang tersedi di Poultry
Gambar 10. Tempat pakan dari kayu Gambar 11. Tempat minum dari plastik
d. Alat pemanas/penerangan
Alat penerangan kandang dan lampu kandang indukan harus tersedia dalam jumlah
yang cukup, disesuaikan dengan jumlah ternak dan luas kandang. Alat penerangan
bisa lampu listrik, gas maupun lampu minyak tanah.
10
2.3. Persiapan Menjelang dan Saat Kedatangan DOC :
Hal-hal yang perlu dipersiapkan pada saat menjelang dan saat kedatangan anak
ayam (DOC) adalah sebagai berikut :
(a). 3-7 hari sebelum DOC datang, kandang telah siap untuk ditempati. Sebaiknya
terlebih dahulu seluruh bagian kandang disemprot dengan desinfektan (misalnya
formalin yang dicampur air.
(b). Setelah disemprot dengan desinfektan, kemudian pada bagian alas kandang (litter)
serta sebagian dindingnya dilaburi dengan kapur guna membunuh kuman atau
mikroorganisme yang merugikan.
(c). Alas kandang untuk DOC sebaiknya dilapisi dengan kertas pembungkus semen atau
bahan lainnya yang sejenis. Hal ini untuk menghindari luka lecet pada DOC dimana
kulit kakinya masih halus dan tipis. Pemberian alas tersebut dilakukan s/d DOC
berumur 7 hari, dan setiap 3 hari alas kandang diganti dengan yang baru.
(d ). Beberapa jam sebelum DOC datang, pemanas (indukan) harus sudah dihidupkan.
Jumlah indukan harus disesuaikan dengan jumlah DOC. Khusus untuk indukan
yang menggunakan lampu minyak, maka harus diperhatikan faktor resiko dan
keamanannya.
(e). Jika memungkinkan, perlu disediakan thermometer guna mengukur temperatur
dalam kandang. Thermometer diperlukan untuk mengetahui apakah suhu dalam
kandang indukan sudah sesuai atau belum dengan kebutuhan suhu dari ternak ayam
(DOC).
(f). Periksa kembali alat pemanas (indukan) sehingga segala sesuatunya berada dalam
kondisi yang aman apabila ditinggalkan. Perhatian harus lebih diberikan untuk
pamanas yang menggunakan lampu minyak tanah.
(g). Untuk diperhatikan, pada saat DOC baru datang maka jangan langsung diberi pakan.
DOC yang baru datang sebaiknya langsung diberikan air minum dicampur gula
secukupnya. Pemberian air minum tersebut untuk memulihkan tenaga serta
menghindari stress yang berkepanjangan pada DOC setelah menempuh perjalanan
jauh dari pabrik (poultry shop) ke lokasi peternakan.
11
2.4. Pemilihan Bibit
Penggunaan bibit (DOC) sebaiknya berasal dari perusahaan pembibitan (breeding
farm) yang sudah ternama/berpengalaman. Bibit (DOC) yang baik dan sehat
mempunyai ciri-ciri diantaranya : (1) berat 35-40 gram, (2) bulu berwarna kuning
muda dan mengkilat, (3) mata cerah, (4) warna paruh dan kulit kaki kuning
kecoklat-coklatan, (5) gerakannya lincah, (6) tidak memiliki cacat tubuh, (7)
memiliki nafsu makan yang baik, (8) tidak terdapat letakan tinja di duburnya serta
(9) suaranya nyaring.
Setelah DOC tiba di lokasi peternakan, kemasan (kardus pembungkus) langsung
dibuka untuk selanjutnya dipindahkan ke dalam kandang indukan. Perhatikan, jika
terdapat DOC yang terlihat kurang sehat atau memiliki cacat tubuh maka segera
dipisahkan dengan kelompok lainnya.
Gambar 13. Contoh anak ayam broiler yang berasal dari DOC yang sehat
anatara lain bulu kekuningan dan mata cerah.
12
III. PEMELIHARAAN AYAM RAS PEDAGING (BRIOLER)
13
berupa air dingin yang ditambahkan vitamin dengan dosis sesuai aturan. Jumlah air
minum yang diberikan pada minggu ke-1 (1-7 hari) adalah 1,8 lliter/hari/100 ekor.
- Minggu Kedua (hari ke 8 -14).
Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu
pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya.
Pakan :
Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 43 gr per ekor atau 4,3 kg untuk 100
ekor ayam. dengan kandungan zat gizi pakan sama dengan pakan minggu pertama.
Air minum
Air minum yang diberikan berupa air dingin yang ditambahkan vitamin dengan
dosis sesuai aturan. Jumlah air minum yang diberikan pada minggu kedua adalah
3,1 liter/hari/100 ekor.
- Minggu Ketiga (hari ke 15-21).
Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik.
Pakan :
Kebutuhan pakan adalah 66 gram/hari/ekor atau 6,6 kg untuk 100 ekor, dengan
kandungan zat gizi pakan sama dengan pakan minggu pertama.
Air minum :
Air minum yang diberikan berupa air dingin yang ditambahkan vitamin dengan
dosis sesuai aturan. Jumlah air minum yang diberikan pada minggu ketiga adalah
4,5 liter/hari/100 ekor.
Vaksinasi :
Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan
vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air
minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu,
agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung
vaksin sebanyak-banyaknya. Perlakuan vaksin tersebut juga tetap ditambah vitamin
sesuai dengan dosis/aturan dalam kemasan.
- Minggu Keempat (hari ke 22-28).
Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat.
Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat
14
pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal
1,25 kg. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam
mulai rentan terhadap penyakit.
Pakan :
Kebutuhan pakan adalah 91 gram/hari/ekor atau 9,1 kg untuk 100 ekor ayam,
dengan kandungan zat gizi pakan sama dengan pakan minggu pertama.
Air minum :
Air minum yang diberikan berupa air dingin yang ditambahkan vitamin dengan
dosis sesuai aturan. Jumlah air minum yang diberikan pada minggu keempat adalah
7,7 liter/hari/ekor.
b. Tahap Kedua (Penggemukan), umur 29-42 hari adalah sebagai berikut :
- Minggu Kelima (hari ke 29-35).
Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena
jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan
penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering.
Pakan :
Kebutuhan pakan adalah jumlah pemberian pakan 111 gram/hari/ekor atau 11,1 kg
untuk 100 ekor ayam.
Air minum :
Air minum yang diberikan berupa air dingin yang ditambahkan vitamin dengan
dosis sesuai aturan. Jumlah air minum yang diberikan 7,7 liter/hari/ekor.
Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan
dengan pertumbuhan baik dapat mencapai berat badan 1,8 - 2 kg. Dengan berat
tersebut, ayam sudah dapat dipanen.
- Minggu Keenam (hari ke-36-42).
Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol
terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan
pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.
Pakan :
Jumlah pemberian pakan 129 gram/hari/eko atau 12,9 kg untuk 100 ekor ayam.
15
Air minum :
Air minum yang diberikan berupa air dingin yang ditambahkan vitamin dengan
dosis sesuai aturan. Jumlah air minum yang diberikan 7,7 liter/hari/ekor.
Gambar 14. Ayam broiler umur 5 minggu Gambar 15. Penimbangan ayam
untuk mengetahui
perkembangan berat badan.
16
kandang minimal selama 10 hari sebelum budidaya lagi untuk memutus siklus hidup
virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya
- Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu
dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada
bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya
guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang
dipelihara.
b. Vaksinasi
- Vaksinasi adalah tindakan preventif pencegahan penyakit dengan memberikan
vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari
poultry shoup.
- Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk
menimbulkan kekebalan alami.
- Vaksinasi penting yang dibutuhkan ayam ras pedaging yaitu vaksinasi ND/tetelo,
dilaksanakan pada : (a) umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND
strain B1 dan (b) pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau
air minum.
c. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu :
1. Tetelo (Newcastle Disease/ND)
Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah.
Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang
berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 - 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu
kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati.
Tindakan pencegahan : ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah
menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan.
Pengobatan : belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi
kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga agar lantai kandang tetap
kering.
17
2. Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
Merupakan penyakit yang menyerang _ystem kekebalan tubuh yang disebabkan virus
golongan Reovirus.
Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur,
peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar.
Sering menyerang pada umur 36 minggu.
Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air
minum dan peralatan yang tercemar.
Pengobatan : belum ada obat yang dapat menyembuhkan, yang dapat dilakukan
adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro.
3. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma
gallisepticum
Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan
ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai,
mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan.
Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat.
Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai.
4. Berak Kapur (Pullorum).
Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare
mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk
kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.Kematian dapat terjadi pada hari
ke-4 setelah infeksi.
Penularan : melalui kotoran.
Pengobatan : belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya
dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang.
Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah
atau stres. Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang
kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres
adalah suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis.
18
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus
dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik.
19
IV. PANEN DAN PASCA PANEN AYAM RAS PEDAGING (BROILER)
4.1. Panen
Pada usaha peternakan ayam ras pedaging, ada dua macam hasil penen yang di
dapat yaitu : (a) hasil utama, hasil utama usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya
adalah berupa daging ayam dan (b). hasil tambahan, hasel tambahan usaha ternak ayam
ras pedaging adalah berupa tinja atau kotoran kandang yang sangat baik digunakan
sebagai pupuk organik.
20
V. ANALISIS USAHA BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING (BROILER)
Dasar perhitungan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dalam
analisis ini, antara lain adalah :
- Jenis ayam yang dipelihara adalah jenis ayam ras pedaging (broiler) dari strain CP-
707.
- Skala pemeliharaan 1000 ekor
- Sistem pemeliharaan yang diterapkan dengan cara intensif pada kandang model postal
- Luas tanah yang digunakan yaitu 200 m2 dengan nilai harga sewa tanah dalam 1
ha/tahun adalah Rp 1.000.000,-.
- Kandang terbuat dari kerangka bambu, lantai tanah, dinding terbuat dari bilah-bilah
bambu denga alas dinding setinggi 30 cm, terbuat dari batu bata yang plester dan atap
menggunakan genteng.
- Ukuran kandang, yaitu tinggi bagian tepinya 2,5 m, panjang 20 m, lebar 5 m dan
lebar bagian tepi kandang 1,5 m.
- Lokasi peternakan dekat dengan sumber air dan listrik.
- Menggunakan alat pemanas (brooder) gasolec dengan bahan bakar gas.
- Penerangan dengan lampu listrik.
- Umur ayam yaitu dimulai dari bibit yang berumur 1 hari
- Litter/alas kandang menggunakan sekam padi.
- Jenis pakan yang diberikan adalah BR-1 untuk anak ayam umur 0-4 minggu dan BR-
2 untuk umur 4-6 minggu.
- Tingkat kematian ayam diasumsikan 6%.
- Lama masa pemeliharaan yaitu 6 minggu (42 hari).
- Berat rata-rata per ekor ayam diasumsikan 1,75 kg berat hidup pada saat panen.
- Harga ayam per kg berat hidup, yaitu diasumsikan Rp. 25.000,-, ditingkat
peternak/petani.
- Ayam dijual pada umur 6 mingu atau 42 hari.
- Nilai penyusutan kandang diperhitungkan dengan kekuatan masa pakai 6 tahun dan
nilai penyusutan peralatan diperhitungkan dengan masa pakai 5 tahun.
21
- Perhitungan analisis biaya ini hanya diperhitungkan sebagai pedoman dasar, karena
nilai/harga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.
- Perhitungan keuntungan merupakan keuntungan bersih karena semua sarana produksi
dan tenaga kerja sudah diperhitungkan.
Adapun rincian biaya produksi dan modal usaha adalah sebagai berikut :
22
B. Perhitungan Analisa Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging (Broiler) 1 Periode
Produksi Dengan Skala Usaha 1000 ekor
Jumlah 3 = 1.190.000
4. Tenaga kerja 1,5 bulan 2 orang 500.000 per bulan 1.500.000
5. Lain-lain
Sekam padi 1 truk 150.000 150.00
Karung goni bekas 32 buah 3.000 96.000
Pemakaian listrik 6 minggu 75.000
(penerangan)
Pemakaian gas (broorder) 2 tabung 85.000 170.000
Jumlah 5 = 491.000
6. Biaya sewa lahan seluas 200 m2 selama 2 bulan 3.400
7. Nilai susut sarana kandang (2 bulan)
Peralatan = (Rp. 3.765.000,- : 60 bulan) x 2 125.500
8. Nilai susut kandang= (Rp.10.606.400 : 72) x 2 295.000
Jumlah A. Biaya Sarana Produksi = (1+2+3+4+5+6+7+8) 28.104.900
B. Pendapatan
1. Total penjualan ternak ayam = 1000 x 94 % x1,75 kg x Rp. 25000,- 41.125.000
2. Nilai kotoran untuk pupuk = 30 karung x Rp. 10.000 300.000
Jumlah B. pendapatan = (1+2) 41.425.000
C. Keuntungan =(B-A) 13.320.100
D. Kelayakan Usaha
R/C 1,47
23
DAFTAR PUSTAKA
Jauhari Effendy, 2009. Cara Budidaya Ayam Pedaging (Broiler). Materi Pelatihan Petani
Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Ayam Bagi KMPH Di Wilayah Binaan
GTZ Merang Reed Pilot Project Tanggal 19 s.d 21 Agustus 2009. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan. Palembang.
24