Professional Documents
Culture Documents
499-Article Text-827-1-10-20181107 PDF
499-Article Text-827-1-10-20181107 PDF
Puji Astuti
UNUSA, FKK, Prodi SI Keperawatan – Jl. Smea 57 Surabaya
Email : Pujiastuti@unusa.ac.id
ABTRACT: The high uncontrolled blood glucose level in people with Diabetes
Mellitus (DM) is still often found that is resulted from the factor of psychological
stress. One of the interventions to help normalize the blood glucose level is progresive
muscle relaxation (PMR). Therefore, this research was purposed to find out the effect of
PMR towards blood glucose level in patients with DM type 2 (DMT2). This research was
pre-experimental done by applying one group pretest posttest design. The population
involved all patients with DMT2 without complications hospitalized in Surabaya Islamic
General Hospital, in which 22 respondents were taken as the samples by using simple
random sampling technique. The independent variable was PMR, whereas the dependent
one was blood glucose level. The instrument used to measure blood glucose level was a
glucometer. Moreover, the data were analyzed by using paired T-test with the
significance level of α = 0.05. The result of research showed that before receiving PMR,
the average blood glucose level was 238.40 mg/dl, whereas before receiving PMR, the
average blood glucose level was 125.68 mg/dl. Moreover, the result of Paired T-test
showed that p = 0.000 < 0.05 so that H0 was rejected, illustrating that there was an effect
of PMR toward blood glucose level before and after receiving PMR Discussion: In
conclusion, PMR could decrease blood glucose level Therefore, the nurses in hospital
should be able to do PMR done at home to balance blood glucose level in patients with
DMT2 so that they can be more relaxed and independent.
ABSTRAK: Kadar gula darah penderita DM yang tinggi atau tidak terkendali
masih banyak dijumpai diantaranya karena faktor stres psikologi. Salah satu
intervensi dalam membantu menormalkan kadar gula darah ini menggunakan teknik
relaksasi (PMR) tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh PMR terhadap kadar
gula darah pada pasien DMT2. Desain penelitian ini menggunakan Pra Experiment
dengan mengunakan pendekatan One Group Pretest Postest Design. Populasinya adalah
semua pasien diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi di RSI Surabaya. Sampel diambil
secara simple random sampling dengan besar sample 22 responden. Variabel independen
adalah PMR dan variabel dependen adalah KGD. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur KGD adalah glukometer test. Data dilakukan dengan uji analisis paired t-test
dengan tingkat kemaknaan α < 0.05. Hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar gula
darah sebelum di berikan PMR 238.40 mg/dl dan rata-rata kadar gula sesudah diberikan
PMR 125.68 mg/dl. Berdasarkan uji paired t-test di dapatkan tingkat signifikan p =
0,000<0,05 sehingga H0 ditolak, ada pengaruh terhadap KGD sebelum dilakukan PMR
dan sesudah diberikan PMR. Saran diharapkan agar perawat rumah sakit mampu
melaksanakan teknik PMR untuk menyeimbangkan nilai kadar gula darah pada pasien
DMT2 agar bisa lebih rileks, lebih mandiri dan dapat dilakukan di rumah.
Kata kunci : Diabetes mellitus, Kadar gula darah, PMR
114
115. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 114-121
114
kesehatan untuk pasien DM, namun komplikasi di rawat inap RSI Surabaya
pada intervensi khusus seperti relaksasi sebanyak 23 orang. Sampel dalam
untuk menurunkan stres masih belum penelitian ini adalah sepasien DM tipe
pernah dilakukan oleh perawat secara 2 tanpa komplikasi. Berdasarkan
mandiri. sampel pada penelitian ditentukan
Teknik relaksasi merupakan salah dengan rumus (Wasis, 2008) diperoleh
satu tehnik pengelolaan diri yang besar sampel dalam penelitian ini
didasarkan pada cara kerja sistem saraf adalah 22 orang.
simpatis dan parasimpatis. Salah satu Penelitian ini dilakukan selama
terapi relaksasi adalah Relaksasi otot 3 hari, dengan langkah sebagai berikut:
(progresive muscle relaxation); (a). Peneliti melakukan penjelasan
(Widyastuti & Yulianti, 2004). Dalam kepada pasien untuk dilakukan
relaksasi otot (progresive muscle penelitian dan informed consent jika
relaxation) sendiri, individu akan pasien sudah menandatangani informed
diberikan kesempatan untuk consent dilanjutkan menjelaskan pada
mempelajari bagaimana cara responden. (b). Pada hari pertama pada
menegangkan sekelompok otot tertentu responden dilakukan pre test
kemudian melepaskan ketegangan itu. (pengukuran KGD) dan pengisian
Bila sudah dapat merasakan keduanya, kuesioner, 10 menit setelah pre test,
klien mulai membedakan sensasi pada diberikan PMR yang pertama selama
saat otot dalam keadaan tegang dan (8-15 menit) dan PMR yang kedua 4
rileks (Widyastuti, 2004). Sesuatu jam setelah PMR pertama diberikan.
yang diharapkan disini adalah individu (c). Pada hari kedua pada responden
secara sadar untuk belajar merilekskan dilakukan PMR yang ketiga sampai
otot-ototnya sesuai dengan dengan keempat. (d). Pada hari ketiga
keinginannya melalui suatu cara yang dilakukan PMR ke lima sampai dengan
sistematis. Subjek juga belajar ke enam dan 2 jam setelah PMR
mengenali keteganggan otot-ototnya keenam dilakukan post test
dan berusaha untuk sedapat mungkin (pengukuran KGD).
mengurangi atau menghilangkan
ketegangan otot tersebut. Dari uraikan HASIL
di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden
“pengaruh pemberian teknik berdasarkan umur di RSI Surabaya Maret 2014
progresive muscle relaxation terhadap Umur
kadar glukosa darah pada penderita (tahun) Frekuensi Persentase %
DM tipe 2” . 21-35 1 4.5
36-45 2 9.1
METODE 46-60 13 59.1
Pada penelitian ini, yang > 60 6 27.3
digunakan adalah Pra Experiment One Total 22 100.0
Group Pretest Postest Design yang
dijelaskan Notoatmodjo (2010). Dalam Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden
rancangan ini, observasi dilakukan berdasarkan jenis kelamin di RSI Surabaya
Maret 2014
sebanyak 2 kali yaitu sebelum Jenis Frekuen Persentase
pemberian tindakan Progressive kelamin si %
muscle relaxation (pre-test) dan Laki-laki 8 36.4
sesudah pemberian tindakan Perempua
Progressive muscle relaxation (post- n 14 63.6
test). Populasi dalam penelitian ini Total 22 100.0
adalah seluruh pasien DM tipe 2 tanpa
117. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 114-121
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden Tabel 5.8 Distribusi KGD (mg/dl) responden sebelum
dan sesudah diberikan PMR di RSI Surabaya.
berdasarkan mengonsumsi obat sebelum di P P
RSI Surabaya Maret 2014 e
Frekuen Persenta n v
g a
si se % u l
Mengkonsum k u
u e
si obat medis 15 68.2 r
Mengkonsum a
n
si obat herbal 2 9.0
Tidak (
mengkonsum V
a
si obat 5 22.8 r
i
Total 22 100.0 a
b M
e M e
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden l N M a a S
berdasarkan penyakit infeksi penyerta di RSI ) in x n D t
K .
Surabaya Maret 2014 G 0
Frekuen Persenta D 0
Jenis kelamin si se % 0
p *
Ada penyakit r
infeksi e 4 2
2 3 9
penyerta 4 18.2 t 0 8 8 .
Tidak ada e 12 . . 0. 1
s 2 7. 0 4 3 3
penyakit t 2 00 0 0 3 5
infeksi K
G
penyerta 18 81.8 D
Total 22 100.0
p
o
Tabel 5.5 Distribusi tingkat stres responden s 2 1
t 1 2
di RSI Surabaya Maret 2014 t 8 5 2
Penguk M e 93 . . 8.
uran M M e s 2 .0 0 6 7
(variabe i a a S t 2 0 0 8 2
l) N n x n D
3 8
. . 6. 6. PEMBAHASAN
KGD 2 0 0 8 7
pre test 2 0 0 1 8
Kadar gula darah di pengaruhi
Tabel 5.6 Distribusi KGD (mg/dl) responden sebelum
diberikan PMR di RSI banyak faktor yaitu makanan yang
Surabaya Maret 2014 dimakan, waktu makan dan jumlah
Peng
ukur M kalori yang masuk, aktifitas, obat-
an M e obatan, penyakit infeksi, dan faktor
(vari M a a S
abel) N in x n D psikologi (Racmawati, 2010). Obat-
1 4 2 8 obatan merupakan salah satu faktor
KG 2 2 3 0
D 7. 0. 8. .
yang dapat mempengaruhi kadar gula
pre 2 0 0 4 3 darah berdasarkan tabel 5.3
test 2 0 0 0 3
menunjukkan bahwa sebagian besar
Tabel 5.7 Distribusi KGD (mg/dl) responden (68.2%) pasien DM mengkonsumsi
sesudah diberikan PMR di RSI Surabaya
Peng
obat farmakologis sebelum masuk di
ukur RSI Surabaya. Ini sesuai dengan
an M M M
(vari i a ea S
pendapat (Mahendra, dkk), keadaan ini
abel) N n x n D disebabkan dosis harus sesuai dengan
9 2 1 2 takaran yang dibutuhakan individu
3 1 2 8
KGD . 8. 5. . penderita. Jika dosis terlalu rendah
post 2 0 0 6 7 maka akan timbul komplikasi kronis
test 2 0 0 8 2
lebih dini, sedangakan dosis yang
Astuti :Tehnik progressive musclerelaxation mempengaruhi kadar glukosa darah penderita DM .118
terlalu tinggi dan salah dalam cara dalam menjaga hubungan dengan
pemakain dapat menimbulkan pasangan, mereka juga tak segan
hipoglikemia. mencari pertolongan profesional jika
Peningkatan kadar gula darah menggalami gejala depresi, sehingga
di pengaruhi banyak faktor salah mereka lebih sering didiagnosis.
satunya yaitu penyakit infeksi. Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan perempuan resiko lebih tinggi
(81.8%) hampir seluruhnya tidak ada menggalami stres hal ini dikarenakan
penyakit infeksi penyerta, tetapi 4 dari perempuan cenderung memikirkan
22 reponden ada penyakit infeksi masalah secara berlebihan. Bila
penyerta. Hal ini terjadi karena DMT2 menggalami stres perempuan
sering tidak menunjukan gejala yang cenderung makan-makanan ringan atau
khas pada awalnya, sehingga diagnosis makanan dengan porsi yang lebih
baru ditegakkan ketika pasien berobat banyak dan itu beresiko tinggi
untuk keluhan penyakit lain yang mengalami obesitas karena adanya
sebenarnya merupakan komplikasi dari penumpukan lemak hal ini
diabetes tersebut. mengakibatkan beresiko tinggi terkena
Pada tabel 5.1 menunjukan DM. Gaya hidup yang sehat juga
bahwa sebagian besar (59.1 %) memiliki peran penting dalam
responden berusia 46-60 tahun mencegah dan mengurangi resiko
menderita DMT2. Hal ini sesuai terjadinya peningkatan gula darah.
dengan teori Guyton & Hall (2012) Faktor yang dapat mempengaruhi
resistensi insulin pada penderita DMT2 penurunan gula darah yaitu, diit, obat-
cenderung meningkat pada usia diatas obatan, latihan fisik/olahraga, dan tidak
40 tahun. Hal tersebut disebabkan menggalami gangguan stres psikologi.
karena berkurangnya sensitifitas Stres merupakan realitas kehidupan
jaringan–jaringan tubuh terhadap setiap hari, dan stres tidak dapat kita
insulin. Kejadian diabetes meliitus tipe hindari tetapi kita harus mampu
2 mencapai puncaknya pada usia 40-70 menanggulangi stres dalam hidup.
tahun hal ini disebabkan karena Dalam mengalami stres psikologi
kelompok usia diatas 40 tahun seseorang tidak dapat memiliki
mempunyai resiko lebih tinggi terkena perasaan tentram dan tidak nyaman
DM akibat menurunya toleransi dalam tubuh.
glukosa yang berhubungan dengan Respon relaksasi adalah kebalikan
berkurangnya sensitifitas sel perifer respon alarm dan respon tersebut
terhadap infeksi insulin. mengembalikan tubuh seseorang pada
Berdasarkan jenis kelamin keadaan seimbang. Pupil, pendengaran,
wanita memang lebih mudah tekanan darah, denyut jantung,
mengalami stres. Berbagai hal bisa penapasan dan sirkulasi kembali
menyebabkan tekanan emosional pada normal, dan otot-otot menjadi relaks.
diri mereka, mulai pekerjaan, Melakukan teknik relaksasi dapat
pengasuhan anak, sampai soal mengatasi stres dan kecemasan
penampilan. Berdasarkan tabel 5.2 menjadi lebih baik, latihan ini bisa
didapatkan sebagian besar (63.6%) dilakukan setiap hari (Asih, 2002). Ada
responden berjenis kelamin perempuan banyak teknik relaksasi yang dapat
yang menderita DMT2. Hal ini dipicu menaggulangi stres psikologi salah
oleh hormon selama kehamilan dan satunya yaitu Progressive muscle
masa menopuase juga menyebabkan relaxation.
wanita rentan depresi. Selain itu kaum Progressive muscle relaxation
wanita juga berupaya lebih keras merupakan suatu bentuk mind-body
119. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 114-121