You are on page 1of 8

TEKNIK PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION MEMPENGARUHI

KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA


DIABETES MELITUS TIPE 2

Puji Astuti
UNUSA, FKK, Prodi SI Keperawatan – Jl. Smea 57 Surabaya
Email : Pujiastuti@unusa.ac.id

ABTRACT: The high uncontrolled blood glucose level in people with Diabetes
Mellitus (DM) is still often found that is resulted from the factor of psychological
stress. One of the interventions to help normalize the blood glucose level is progresive
muscle relaxation (PMR). Therefore, this research was purposed to find out the effect of
PMR towards blood glucose level in patients with DM type 2 (DMT2). This research was
pre-experimental done by applying one group pretest posttest design. The population
involved all patients with DMT2 without complications hospitalized in Surabaya Islamic
General Hospital, in which 22 respondents were taken as the samples by using simple
random sampling technique. The independent variable was PMR, whereas the dependent
one was blood glucose level. The instrument used to measure blood glucose level was a
glucometer. Moreover, the data were analyzed by using paired T-test with the
significance level of α = 0.05. The result of research showed that before receiving PMR,
the average blood glucose level was 238.40 mg/dl, whereas before receiving PMR, the
average blood glucose level was 125.68 mg/dl. Moreover, the result of Paired T-test
showed that p = 0.000 < 0.05 so that H0 was rejected, illustrating that there was an effect
of PMR toward blood glucose level before and after receiving PMR Discussion: In
conclusion, PMR could decrease blood glucose level Therefore, the nurses in hospital
should be able to do PMR done at home to balance blood glucose level in patients with
DMT2 so that they can be more relaxed and independent.

ABSTRAK: Kadar gula darah penderita DM yang tinggi atau tidak terkendali
masih banyak dijumpai diantaranya karena faktor stres psikologi. Salah satu
intervensi dalam membantu menormalkan kadar gula darah ini menggunakan teknik
relaksasi (PMR) tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh PMR terhadap kadar
gula darah pada pasien DMT2. Desain penelitian ini menggunakan Pra Experiment
dengan mengunakan pendekatan One Group Pretest Postest Design. Populasinya adalah
semua pasien diabetes mellitus tipe 2 tanpa komplikasi di RSI Surabaya. Sampel diambil
secara simple random sampling dengan besar sample 22 responden. Variabel independen
adalah PMR dan variabel dependen adalah KGD. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur KGD adalah glukometer test. Data dilakukan dengan uji analisis paired t-test
dengan tingkat kemaknaan α < 0.05. Hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar gula
darah sebelum di berikan PMR 238.40 mg/dl dan rata-rata kadar gula sesudah diberikan
PMR 125.68 mg/dl. Berdasarkan uji paired t-test di dapatkan tingkat signifikan p =
0,000<0,05 sehingga H0 ditolak, ada pengaruh terhadap KGD sebelum dilakukan PMR
dan sesudah diberikan PMR. Saran diharapkan agar perawat rumah sakit mampu
melaksanakan teknik PMR untuk menyeimbangkan nilai kadar gula darah pada pasien
DMT2 agar bisa lebih rileks, lebih mandiri dan dapat dilakukan di rumah.
Kata kunci : Diabetes mellitus, Kadar gula darah, PMR
114
115. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 114-121
114

PENDAHULUAN berpenghasilan rendah dan menengah,


Penyakit diabetes mellitus ( DM ) (IDF, 2011).
adalah ketidakmampuan organ Menurut data Badan Kesehatan
pankreas memproduksi hormon insulin Dunia (WHO), Indonesia menempati
atau sel tubuh tidak dapat urutan ke 4 terbesar dalam jumlah
menggunakan insulin yang telah penderita diabetes mellitus di dunia
dihasilkan organ pankreas secara baik. setelah India, China, dan Amerika
Akibat dari kelainan ini, maka kadar Serikat. Jumlah penderita diabetes
gula darah (glukosa) akan meningkat melitus di Indonesia sekitar 17 juta
tidak terkendali. Kadar gula (glukosa) atau mencapai 8,6 % dari 220 juta
pada pasien DM harus dipertahankan populasi negeri ini. Pada tahun 2030
pada nilai normal, dijaga dan dikontrol, diperkirakan akan meningkat menjadi
dalam artian tidak boleh terlalu tinggi 21,3 juta penderita. Menurut penelitian
dan juga tidak boleh terlalu rendah dari epidemiologi prevalensi diabetes di
ambang normal. Ambang normal gula Indonesia berkisar 1,5-2,3% (Pusat
darah manusia adalah 60-120 mg/dL Data Diabetes/ Departemen
pada waktu puasa dan dibawah 140 Komunikasi dan Informatika, 2008).
ml/dL dua jam sesudah makan Data awal yang di peroleh jumlah
(Sutanto, 2013). Kadar gula darah penderita DM di Rumah Sakit Islam
penderita DM yang tinggi atau tidak Surabaya pada tahun 2012 adalah 280
terkendali masih banyak dijumpai orang, sedangkan pada tahun 2013
diantaranya karena faktor stres adalah 272 orang. Dari wawancara
psikologi. Stres psikolologi dapat pada 5 orang pasien DM tipe 2 yang
dikendalikan dengan pemberian terapi berobat di poli penyakit dalam
relaksasi, sehingga pada akhirnya didapatkan 3 orang dengan kadar gula
dapat membantu menormalkan kadar darah > 120 mg/dl, 2 orang kadar gula
gula darah, namun intervensi darah 2 jam PP >140 mg/dl. Dari 5
keperawatan berupa pemberian orang tersebut yang mengeluh
relaksasi masih belum optimal memiliki beban fikiran/masalah adalah
dilaksanakan. 3 orang dengan skala stres 8-10, dan 1
Data dari studi global orang dengan skala stres 4-7, 1 orang
menunjukan bahwa jumlah penderita 1-3. Oleh karena itu penderita DM
Diabetes Melitus pada tahun 2011 tidak bisa diabaikan oleh perawat
telah mencapai 366 juta orang. Jika karena angka kejadiannya cukup besar.
tidak ada tindakan yang dilakukan, Ada beberapa cara untuk
jumlah ini diperkirakan akan menurunkan gula darah yaitu
meningkat menjadi 552 juta pada tahun melakukan cek gula darah agar bisa
2030 (IDF, 2011). Diabetes mellitus mengontrol gula darah, berolahraga
telah menjadi penyebab kematian dari secara teratur, membatasi
4,6 juta jiwa. Selain itu pengeluaran mengkonsumsi gula, makan sedikit
biaya kesehatan untuk diabetes tapi sering, diet, dan melakukan teknik
mellitus telah mencapai 465 miliar relaksasi. Untuk menurunkan stres di
USD (IDF, 2011). International beberapa Rumah Sakit upaya-upaya
Diabetes Federation (IDF) tersebut sudah sering bahkan sudah
memperkirakan bahwa sebanyak 183 menjadi prosedur tetap untuk
juta orang tidak menyadari bahwa dilaksanakan seperti pemeriksaan
mereka mengidap DM. Sebesar 80% laboratorium, klub senam diabet,
orang dengan DM tinggal di negara konsultasi gizi dan penyuluhan
Astuti :Tehnik progressive musclerelaxation mempengaruhi kadar glukosa darah penderita DM .116

kesehatan untuk pasien DM, namun komplikasi di rawat inap RSI Surabaya
pada intervensi khusus seperti relaksasi sebanyak 23 orang. Sampel dalam
untuk menurunkan stres masih belum penelitian ini adalah sepasien DM tipe
pernah dilakukan oleh perawat secara 2 tanpa komplikasi. Berdasarkan
mandiri. sampel pada penelitian ditentukan
Teknik relaksasi merupakan salah dengan rumus (Wasis, 2008) diperoleh
satu tehnik pengelolaan diri yang besar sampel dalam penelitian ini
didasarkan pada cara kerja sistem saraf adalah 22 orang.
simpatis dan parasimpatis. Salah satu Penelitian ini dilakukan selama
terapi relaksasi adalah Relaksasi otot 3 hari, dengan langkah sebagai berikut:
(progresive muscle relaxation); (a). Peneliti melakukan penjelasan
(Widyastuti & Yulianti, 2004). Dalam kepada pasien untuk dilakukan
relaksasi otot (progresive muscle penelitian dan informed consent jika
relaxation) sendiri, individu akan pasien sudah menandatangani informed
diberikan kesempatan untuk consent dilanjutkan menjelaskan pada
mempelajari bagaimana cara responden. (b). Pada hari pertama pada
menegangkan sekelompok otot tertentu responden dilakukan pre test
kemudian melepaskan ketegangan itu. (pengukuran KGD) dan pengisian
Bila sudah dapat merasakan keduanya, kuesioner, 10 menit setelah pre test,
klien mulai membedakan sensasi pada diberikan PMR yang pertama selama
saat otot dalam keadaan tegang dan (8-15 menit) dan PMR yang kedua 4
rileks (Widyastuti, 2004). Sesuatu jam setelah PMR pertama diberikan.
yang diharapkan disini adalah individu (c). Pada hari kedua pada responden
secara sadar untuk belajar merilekskan dilakukan PMR yang ketiga sampai
otot-ototnya sesuai dengan dengan keempat. (d). Pada hari ketiga
keinginannya melalui suatu cara yang dilakukan PMR ke lima sampai dengan
sistematis. Subjek juga belajar ke enam dan 2 jam setelah PMR
mengenali keteganggan otot-ototnya keenam dilakukan post test
dan berusaha untuk sedapat mungkin (pengukuran KGD).
mengurangi atau menghilangkan
ketegangan otot tersebut. Dari uraikan HASIL
di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden
“pengaruh pemberian teknik berdasarkan umur di RSI Surabaya Maret 2014
progresive muscle relaxation terhadap Umur
kadar glukosa darah pada penderita (tahun) Frekuensi Persentase %
DM tipe 2” . 21-35 1 4.5
36-45 2 9.1
METODE 46-60 13 59.1
Pada penelitian ini, yang > 60 6 27.3
digunakan adalah Pra Experiment One Total 22 100.0
Group Pretest Postest Design yang
dijelaskan Notoatmodjo (2010). Dalam Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden
rancangan ini, observasi dilakukan berdasarkan jenis kelamin di RSI Surabaya
Maret 2014
sebanyak 2 kali yaitu sebelum Jenis Frekuen Persentase
pemberian tindakan Progressive kelamin si %
muscle relaxation (pre-test) dan Laki-laki 8 36.4
sesudah pemberian tindakan Perempua
Progressive muscle relaxation (post- n 14 63.6
test). Populasi dalam penelitian ini Total 22 100.0
adalah seluruh pasien DM tipe 2 tanpa
117. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 114-121

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden Tabel 5.8 Distribusi KGD (mg/dl) responden sebelum
dan sesudah diberikan PMR di RSI Surabaya.
berdasarkan mengonsumsi obat sebelum di P P
RSI Surabaya Maret 2014 e
Frekuen Persenta n v
g a
si se % u l
Mengkonsum k u
u e
si obat medis 15 68.2 r
Mengkonsum a
n
si obat herbal 2 9.0
Tidak (
mengkonsum V
a
si obat 5 22.8 r
i
Total 22 100.0 a
b M
e M e
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden l N M a a S
berdasarkan penyakit infeksi penyerta di RSI ) in x n D t
K .
Surabaya Maret 2014 G 0
Frekuen Persenta D 0
Jenis kelamin si se % 0
p *
Ada penyakit r
infeksi e 4 2
2 3 9
penyerta 4 18.2 t 0 8 8 .
Tidak ada e 12 . . 0. 1
s 2 7. 0 4 3 3
penyakit t 2 00 0 0 3 5
infeksi K
G
penyerta 18 81.8 D
Total 22 100.0
p
o
Tabel 5.5 Distribusi tingkat stres responden s 2 1
t 1 2
di RSI Surabaya Maret 2014 t 8 5 2
Penguk M e 93 . . 8.
uran M M e s 2 .0 0 6 7
(variabe i a a S t 2 0 0 8 2
l) N n x n D
3 8
. . 6. 6. PEMBAHASAN
KGD 2 0 0 8 7
pre test 2 0 0 1 8
Kadar gula darah di pengaruhi
Tabel 5.6 Distribusi KGD (mg/dl) responden sebelum
diberikan PMR di RSI banyak faktor yaitu makanan yang
Surabaya Maret 2014 dimakan, waktu makan dan jumlah
Peng
ukur M kalori yang masuk, aktifitas, obat-
an M e obatan, penyakit infeksi, dan faktor
(vari M a a S
abel) N in x n D psikologi (Racmawati, 2010). Obat-
1 4 2 8 obatan merupakan salah satu faktor
KG 2 2 3 0
D 7. 0. 8. .
yang dapat mempengaruhi kadar gula
pre 2 0 0 4 3 darah berdasarkan tabel 5.3
test 2 0 0 0 3
menunjukkan bahwa sebagian besar
Tabel 5.7 Distribusi KGD (mg/dl) responden (68.2%) pasien DM mengkonsumsi
sesudah diberikan PMR di RSI Surabaya
Peng
obat farmakologis sebelum masuk di
ukur RSI Surabaya. Ini sesuai dengan
an M M M
(vari i a ea S
pendapat (Mahendra, dkk), keadaan ini
abel) N n x n D disebabkan dosis harus sesuai dengan
9 2 1 2 takaran yang dibutuhakan individu
3 1 2 8
KGD . 8. 5. . penderita. Jika dosis terlalu rendah
post 2 0 0 6 7 maka akan timbul komplikasi kronis
test 2 0 0 8 2
lebih dini, sedangakan dosis yang
Astuti :Tehnik progressive musclerelaxation mempengaruhi kadar glukosa darah penderita DM .118

terlalu tinggi dan salah dalam cara dalam menjaga hubungan dengan
pemakain dapat menimbulkan pasangan, mereka juga tak segan
hipoglikemia. mencari pertolongan profesional jika
Peningkatan kadar gula darah menggalami gejala depresi, sehingga
di pengaruhi banyak faktor salah mereka lebih sering didiagnosis.
satunya yaitu penyakit infeksi. Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan perempuan resiko lebih tinggi
(81.8%) hampir seluruhnya tidak ada menggalami stres hal ini dikarenakan
penyakit infeksi penyerta, tetapi 4 dari perempuan cenderung memikirkan
22 reponden ada penyakit infeksi masalah secara berlebihan. Bila
penyerta. Hal ini terjadi karena DMT2 menggalami stres perempuan
sering tidak menunjukan gejala yang cenderung makan-makanan ringan atau
khas pada awalnya, sehingga diagnosis makanan dengan porsi yang lebih
baru ditegakkan ketika pasien berobat banyak dan itu beresiko tinggi
untuk keluhan penyakit lain yang mengalami obesitas karena adanya
sebenarnya merupakan komplikasi dari penumpukan lemak hal ini
diabetes tersebut. mengakibatkan beresiko tinggi terkena
Pada tabel 5.1 menunjukan DM. Gaya hidup yang sehat juga
bahwa sebagian besar (59.1 %) memiliki peran penting dalam
responden berusia 46-60 tahun mencegah dan mengurangi resiko
menderita DMT2. Hal ini sesuai terjadinya peningkatan gula darah.
dengan teori Guyton & Hall (2012) Faktor yang dapat mempengaruhi
resistensi insulin pada penderita DMT2 penurunan gula darah yaitu, diit, obat-
cenderung meningkat pada usia diatas obatan, latihan fisik/olahraga, dan tidak
40 tahun. Hal tersebut disebabkan menggalami gangguan stres psikologi.
karena berkurangnya sensitifitas Stres merupakan realitas kehidupan
jaringan–jaringan tubuh terhadap setiap hari, dan stres tidak dapat kita
insulin. Kejadian diabetes meliitus tipe hindari tetapi kita harus mampu
2 mencapai puncaknya pada usia 40-70 menanggulangi stres dalam hidup.
tahun hal ini disebabkan karena Dalam mengalami stres psikologi
kelompok usia diatas 40 tahun seseorang tidak dapat memiliki
mempunyai resiko lebih tinggi terkena perasaan tentram dan tidak nyaman
DM akibat menurunya toleransi dalam tubuh.
glukosa yang berhubungan dengan Respon relaksasi adalah kebalikan
berkurangnya sensitifitas sel perifer respon alarm dan respon tersebut
terhadap infeksi insulin. mengembalikan tubuh seseorang pada
Berdasarkan jenis kelamin keadaan seimbang. Pupil, pendengaran,
wanita memang lebih mudah tekanan darah, denyut jantung,
mengalami stres. Berbagai hal bisa penapasan dan sirkulasi kembali
menyebabkan tekanan emosional pada normal, dan otot-otot menjadi relaks.
diri mereka, mulai pekerjaan, Melakukan teknik relaksasi dapat
pengasuhan anak, sampai soal mengatasi stres dan kecemasan
penampilan. Berdasarkan tabel 5.2 menjadi lebih baik, latihan ini bisa
didapatkan sebagian besar (63.6%) dilakukan setiap hari (Asih, 2002). Ada
responden berjenis kelamin perempuan banyak teknik relaksasi yang dapat
yang menderita DMT2. Hal ini dipicu menaggulangi stres psikologi salah
oleh hormon selama kehamilan dan satunya yaitu Progressive muscle
masa menopuase juga menyebabkan relaxation.
wanita rentan depresi. Selain itu kaum Progressive muscle relaxation
wanita juga berupaya lebih keras merupakan suatu bentuk mind-body
119. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 114-121

therapy, prosedur untuk mendapatkan saat kelompok otot dilemaskan dan


reaksi pada otot melalui dua langkah, dibandingkan ketika otot-otot dalam
yaitu dengan memberikan suatu kondisi tegang. Namun bila yang
tegangan pada suatu kelompok otot, bersangkutan tidak mampu
dan menghentikan tegangan tersebut memusatkan pikiran dalam
kemudian memusatkan perhatian melaksanakan PMR juga kurang
terhadap bagaimana otot tersebut membawa hasil yang maksimal, karena
menjadi rileks, merasakan sensasi PMR merupakan salah satu bentuk
rileks, dan ketegangan menghilang mind-body therapy. Karena Relaksasi
(Widyastuti, 2004). Latihan ini akan ini dapat memberikan keyamanan bagi
membantu meringankan keseluruhan klien, sehingga dapat menyeimbangkan
tegangan dan tingkat stress, dan kadar gula darah yang tidak normal.
membantu ketika sedang merasa Hubungan antara stres dan penyakit
cemas. Ini juga dapat membantu bukanlah hal baru. Selama berabad-
mengurangi permasalahan fisik seperti abad, para dokter telah menduga
sakit perut atau sakit kepala, bahwa stres dapat mempengaruhi
sebagaimana juga membuat tidurnya kesehatan seseorang secara berarti.
lebih nyenyak. Orang dengan problem Stres yang berkelanjutan menyebabkan
kecemasan seringkali sangat tegang aktivitas aksis HPA yang meningkat
sepanjang hari bahkan mereka tidak sehingga kadar kortisol meningkat
mengenal bagaimana rasanya rileks. yang diiringi oleh peningkatan glukose
Dengan berlatih teknik relaksasi PMR di sirkulasi. Di lain pihak kortisol juga
dapat mempelajari cara membedakan mempengaruhi fungsi insulin terkait
antara rasa otot yang tegang dan otot dalam hal sensivitas, produksi dan
yang benar-banar rileks sepenuhnya. reseptor, sehingga glukose darah tidak
Kemudian, penderita bisa memulai bisa diseimbangkan ( Putra, 2011).
memperkenalkan keadaan rileks ini Hasil penelitian menunjukan 1 dari
ketika tanda pertama ketegangan otot 22 responden ada yang tidak
yang menyertai perasaan cemas. mengalami penurunan kadar gula
PMR dapat menurunkan kadar darah, KGD yang meningkat tetap
gula darah pada pasien DM dengan meningkat karena pasien tersebut
memunculkan kondisi rileks pada mengalami penyakit infeksi lambung.
kondisi ini terjadi penurunan impuls Menurut (Mahendra dkk, 2008) pada
saraf pada jalur eferen ke otak dimana pengidap diabetes menahun, otot serta
aktivasi menjadi inhibisi. Perubahan saraf lambung juga mudah terganggu
impuls saraf ini menyebabkan perasaan (akibat gangguan proses pengosongan
tenang baik fisik maupun mental lambung dan makanan yang tinggal
seperti berkurangnya denyut jantung, lebih lama didalamya) dan komplikasi
menurunya kecepatan metabolisme pada otot polos serta sistem saraf usus
dalam hal ini mencegah peningkatan (khususnya usus besar). Kadar glukosa
KGD. Untuk itu bagi responden tinggi dalam darah bisa menjadi bahan
dianjurkan untuk melakukan teknik toksik sehingga merusak saraf
PMR agar dapat menurunkan kadar penderita diabetes menahun. Akibat
gula darah menjadi seimbang atau komplikasi yang menyerang saraf usus
normal. membuat makanan sulit dicerna
Dalam PMR terdapat 15 sehingga makanan lebih lama tinggal
gerakan dan harus dilakukan secara didalam lambung. Makanan yang lebih
berurutan, dan saat melakukan PMR lama tinggal didalam lambung dapat
perhatian diarahkan untuk menyebabkan gastritis karena
membedakan perasaan yang di alami membuat kerja lambung semakin berat
Astuti :Tehnik progressive musclerelaxation mempengaruhi kadar glukosa darah penderita DM .120

sehingga memicu peningkatan asam penderita DMT2 di RSI Surabaya


lambung. sebelum melakukan PMR seluruh
Progressive muscle ralaxation responden memiliki kadar gula darah
yang di ciptakan oleh Dr. Elmund rata-rata 238.40 mg/dl (tinggi). (2).
Jacobson lima puluh tahun lalu di Kadar gula darah pada penderita
Amerika Serikat, adalah salah satu DMT2 di RSI Surabaya sesudah
teknik yang khusus di desain untuk melakukan PMR seluruh responden
membantu meredakan ketengangan mengalami penurunan kadar gula darah
otot yang terjadi ketika sadar. rata-rata 125.68 mg/dl (normal). (3).
Mekanisme PMR dalam menurunkan Ada pengaruh pemberian teknik
KGD pada pasien DMT2 erat kaitanya Progressive muscle realaxation
dengan stres yang di alami oleh pasien terhadap kadar gula darah penderita
baik fisik maupun psikologis. Selama diabetes tipe 2 di Rumah Sakit Islam
stres hormon-hormon yang mengarah Surabaya.
pada peningkatan KGD seperti
epineprin, kortisol, glukagon, ACTH,
kortikosteroid, dan tiroid akan DAFTAR PUSTAKA
meningkat. Penilaian terhadap stressor Ankrom, S (2008). Progressive Muscle
mengakibatkan keteganggan otot yang Relaxation can help you reduce
mengirimkan stimulus ke otak dan anxiety and preven panic : What
membuat jalur umpan balik. Relaksasi is Progressive Muscle
PMR akan menghambat jalur tersebut Relaxation? Diakses 23
dengan cara mengaktivasi cara kerja Desember 2013.
sistem saraf para simapatis dan Esther, C. Dally, J. Elliot, D (2010).
memanipulasi hipotalamus melalui Patofisiologi Aplikasi Pada
pemusatan pikiran untuk memperkuat Praktik Keperawatan. Jakarta,
sikap positif sehingga rangsangan stres EGC
terhadap hipotalamus berkurang. Departemen Kesehatan. 2005.
Teknik ini mudah di pelajari dan di Pharmaceutical Care untuk
praktikan dalam berbagai lingkungan, Penyakit Diabetes Melitus.
bahkan dalam lingkungan yang rentan Eko, A (2010). Hubungan Aktivitas
stres seperti tempat kerja atau rumah Fisik Dan Istirahat Dengan
sakit. PMR juga dapat dilakukan di Kadar Gula Darah Pasien
pagi dan sore hari guna membantu Diabetes Mellitus Rawat Jalan
melepaskan tingkat ketegangan yang Rsud. Prof. Dr. Margono
memuncak dalam aktifitas keseharian Soekardjo. Skripsi. Fakultas Ilmu
yang membuat stres. PMR ini dapat Kesehatan Universitas
dilakukan di rumah, hanya Muhammadiyah Purwokerto
membutuhkan waktu 8-15 menit, Diakses 23 november 2013.
sehingga memungkinkan klien dan Fahmi, A (2010). Hipoglikemia (Kadar
keluarga untuk melakukannya, tidak Gula Darah Rendah). Diakses 24
membutuhkan biaya yang mahal, dapat November 2013 dari
dipelajari sendiri oleh keluarga dan International Diabetes Federation
hampir tidak ada kontraindikasi. (2011). One Adult In Ten Will Have
Diabetes By 2030.
SIMPULAN [http://www.idf.org/media-
Dari hasil penelitian yang events/press-releases/2011/diabetes-
dilakukan peneliti, maka peneliti atlas-8th-edition] [Diunduh pada 10
menyimpulkan beberapa hal sebagai Desember 2013 pukul 17.45 WIB]
berikut: (1). Kadar gula darah pada
121. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2, Agustus 2014., hal 114-121

Kariadi KS, Hartini (2009). Diabetes?


Siapa takut!!. Bandung: Qonita
Lestari, D.P. (2009). Hidup Sehat Tanpa
Penyakit. Yogyakarta: Penerbit
Monce Publisher.
Mahendra, Diah Krisnatuti, dkk. (2008).
Care your self diabetes mellitus.
Jakarta : Penebar plus
Markam, Sumarno. (2009). Dasar – dasar
neuroimunologi klinis. Jakarta,
Sagung Seto.
Misnadiraly. (2006). Diabete Mellitus
Mengenenali Gejala Menangulangi
mencegah komplikasi. Jakarta:
Pustaka popular Obor
Notoatmodjo, Soekidjo (2010).
Metodelogi Penelitian Kesehatan.
Jakarta, Rineka Cipta.
Putra, Suhartono, T. 2004. Naskah
Lengkap PB Persadia. Simposium
Diabetes Melitus untuk Dokter dan
Diabetisi. Semarang: Universitas
Diponegoro, pp 25-31.
Rahcmawati, Ova (2010). Hubungan
Latihan Jasmani Terhadap Kadar
Glukosa Darah Penderita Diabetes
Melitus Tipe-2. Skipsi, Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Sutanto, Teguh (2013). Diabetes, deteksi,
pencegahan, pengobatan,
Yogyakarta : Buku Pintar.
Wasis (2008). Pedoman Riset Praktis
untuk Profesi Perawat. Jakarta,
EGC
Widyawati palupi dan yulianti Devi
(2004). Manajemen stres National
Safety Council, Jakarta: EGC56T

You might also like