You are on page 1of 17

Memotret Agama Baha’i …….(Moh.

Rosyid, hal 1-17)

MEMOTRET AGAMA BAHA’I DI JAWA TENGAH DI TENGAH


LEMAHNYA PERLINDUNGAN PEMDA
Oleh : Moh Rosyid
STAIN Kudus
Email: mrosyid72@yahoo.co.id

ABSTRACT
By hearing the name of the Baha'i religion, the public was shocked, why? The name
was not familiar religion in public. This is a result of Presidential Decree 264/1962 on the
Prohibition of 7 organizations, including Bahai, although Kepres Wahid repealed by
Presidential Decree No.69 / 2000. Baha'i arrived in Indonesia around 1878, brought by people
from Persia and Turkey, namely Jamal Mustafa Effendi and Rumi in Makassar. His arrival is
part of an effort to expand its diaspora Baha'i into the world with 12 principles. However,
post-Presidential Baha'is Gus Dur has not received full civil rights. This is a result of (1) an
understanding of local government to the Presidential Edict No.1 / PNPS / 1965 Article 1 (1)
that the state did not limit the number of religions. All religions have the right to live in
Indonesia. Provided, however, does not conflict with the law, (2) the first point it was
understood the charge due to the regulation, only by inherited from generation to generation
on the basis of 'hear'. On the other hand, local government officials maintain that without
deepening the understanding that the charge of law has no meaning. Secondly it as a marker
that should concern scholars to enlighten the public, in particular on the state apparatus
through the research that the government should serve, respect and fulfill the rights of
religious people, whatever their religion, especially the vulnerable minority treated wisely by
the government and the majority , These research data are obtained by interview, observation,
and group discussion forum with the people of the Baha'i religion in Kidul Cebolek Village,
District Margoyoso, Pati regency, Central Java, which was served civil rights, such as non
compliance with the request issuance of a marriage certificate Baha'i citizens the mating
Baha'i, the column of religion on identity cards by a dash (-), formal schools were not given
the Baha'i religion lesson even have to move another religion (one of the religion of the
majority), and funeral set apart with a public funeral.

Keyword : religious freedom, civil rights and government obligations

ABSTRAK
Mendengar nama agama Baha’i, publik terkejut, mengapa? Nama agama itu belum
familier di hadapan publik. Hal ini akibat Kepres No.264/1962 tentang Larangan 7 Organisasi,
di antaranya Bahai, meski Kepres dicabut Presiden Gus Dur dengan Kepres No.69/2000.
Baha'i masuk ke Indonesia sekitar tahun 1878, dibawa oleh orang dari Persia dan Turki, yaitu
Jamal Effendi dan Mustafa Rumi di Makassar. Kedatangannya bagian dari upaya diaspora
untuk mengembangkan sayap Baha’i ke penjuru dunia dengan 12 asas. Akan tetapi, umat
Baha’i pasca-Kepres Gus Dur belum mendapatkan hak sipilnya secara utuh. Hal ini akibat (1)
pemahaman pemda terhadap Penpres No.1/PNPS/1965 Pasal 1 ayat (1) bahwa negara tak
membatasi jumlah agama. Semua agama berhak hidup di Indonesia. Asalkan, tidak
bertentangan dengan perundang-undangan, (2) poin pertama itu akibat tak dipahami muatan
perundangannya, hanya berdasarkan mewarisi secara turun-temurun atas dasar ’mendengar’.
Di sisi lain, pejabat pemda mempertahankan pemahaman itu tanpa upaya pendalaman sehingga
muatan perundangan tak memiliki makna. Kedua hal itu sebagai penanda bahwa perlu

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 1


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

kepedulian akademisi untuk memberikan pencerahan pada publik, khususnya pada


penyelenggara negara melalui hasil riset agar pemerintah melayani, menghormati, dan
memenuhi hak umat beragama, apa pun agamanya, terutama minoritas yang rentan
diperlakukan tidak bijak oleh pemerintah dan umat mayoritas. Riset ini data diperoleh dengan
wawancara, observasi, dan forum group discussion dengan umat agama Baha’i di Desa
Cebolek Kidul, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang mana hak sipilnya
tak dilayani, seperti tak dipenuhinya permohonan penerbitan akta perkawinan warga Baha’i
yang kawin secara Baha’i, kolom agama dalam KTP diberi tanda setrip (-), sekolah formal
tidak diberi pelajaran agama Baha’i bahkan harus pindah agama lain (satu di antara agama
mayoritas), dan pemakamannya disendirikan dengan pemakaman umum.

Kata Kunci: kebebasan beragama,hak asasi manusia, dan kewajiban pemerintah

PENDAHULUAN perbuatan harus bersih. Dikenal pula


Pijakan awal bagi umat beragama agar Dasasila Hindu (10 perbuatan mulia):
tak merasa paling benar dan menyalahkan ahimsa (tak membunuh/ menyakiti),
agama pihak lain adalah memahami brahmacari (mengendalikan nafsu
ajaran tiap agama (agamanya dan agama birahi), satya (setia, jujur, tulus, terus-
orang lain). Bagi ilmuwan, memelajari terang), awyawahara (usaha dengan
agamanya merupakan sebuah ikhlas), akrodha (tak mudah marah),
keniscayaan, sedangkan memahami/ asteniya/ asteya (tak mencuri), guru
memelajari agama pihak lain susrusa (hormat guru), sauca (menjaga
kedudukannya sebagai pengetahuan kesucian lahir batin), aharalagawa
merupakan hal lazim sebagai fondasi (makan dengan sederhana), dan
terwujudnya toleransi bila menyadari apramada (menaati ajaran Weda). Bila
perbedaan. Hasil memahami ajaran melanggar mendapat Karmaphala (sanksi
agama lain, akan muncul pemahaman karena perbuatan). Dikenal pula prinsip
bahwa setiap agama mengajarkan hidup (panca sradha, lima keyakinan),
kebajikan hidup bagi umat beragama yakni (1) percaya adanya Tuhan
(nya) dan manusia, sedangkan ajaran (Brahman, Sang Hyang Widi, Tuhan
setiap agama benar menurut masing- Yang Maha Esa), (2) percaya adanya
masing pemeluknya. Mengapa agama Atman (roh) yakni percikan terkecil dari
mengajarkan kebajikan hidup? Agama Tuhan yang masuk dalam tubuh makhluk,
apa pun sebagai sumber kehidupan yang (3) percaya adanya hukum karmaphala
bersifat rohani bagi umatnya. Dengan bahwa setiap perbuatan ada hasilnya
demikian, perlu mengenal ragam ajaran (baik perbuatan yang baik (subakharma)
agama sebagai pengetahuan (PP No. 55 atau buruk (asubakharma). Bila
Thn. 2007). asubakharma maka roh seseorang belum
Dalam ajaran Hindu dikenal tiga bisa menyatu dengan Tuhannya
dasar kerangka agama (yang menyatu), (karmawasana) sehingga masuk neraka.
yakni (1) tatwa /filsafat, yakni mendalami Bagi yang meninggal dalam kondisi
ajaran ketuhanan, (2) susila/etika, yakni subakharma maka pemakaman model
berperilaku baik, (3) upacara /yadnya ngaben untuk memberishkan
/ritual, yakni persembahan. Ketiganya kejelekannya dengan mengembalikan
ibarat telur yang terdiri kulit (upacara), jasad pada asalnya (tanah), (4) percaya
putih telur (susila), dan merah telur samsara/punarbawa yakni menitis
(tatwa). Jadi, antara pikiran, ucapan, dan kembali dalam bentuk yang sesuai

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 2


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

perilakunya, dan (5) percaya muksa laut/air, ditarang (ditaruh di tempat yang
(menyatu dengan Tuhan). Dalam berada di atas agar lenyap diterpa angin).
berperilaku berpantangan melakukan Dalam ajaran Konghucu dikenal
delapan hal (sapta tamira), yakni dengki Djien Gie Lee Ti Sien (berbudi luhur),
irihati, sombong, bohong, jahat, angkuh, setia universal (pada Tuhan, leluhur,
menipu, menyiksa, dan membunuh keluarga, saudara, sesama, negara
(ahimsa). kelahiran/Tanah Air), tahu aturan,
Dalam ajaran Buddha terdapat bijaksana, dan tahu malu. Pantangan
pancasila (5 dasar) yang dilakukan umat dalam Konghucu yakni yang tak susila
awam dengan menghindari: pembunuhan, jangan dilihat, didengar, diucapkan, dan
pencurian, perbuatan asusila, bicara jangan dilakukan. Dalam agama Tao
bohong, makan dan minuman yang dikenal ajaran/hukum, yakni karma baik-
memabukkan dan ketagihan. Atasila/ buruk, sebab-akibat yang tergantung
Hastaariya (8 dasar) yakni pancasila perbuatan manusia. Dalam Katolik
ditambah 3 hal (tak makan setelah lewat dikenal sepuluh perintah Allah yang
tengah hari, tak menari/bermain musik, diringkas menjadi hukum dan cinta kasih
dan tak menghias diri). Dasasila, berupa Akulah Tuhan, Allahmu, jangan
dasaparamita, sepuluh kesempurnaan, menyembah berhala, berbaktilah kepada-
sepuluh jalan kebajikan yang dilakukan Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari
samanera/samaneri (istilah dalam segala sesuatu; jangan menyebut nama
pendidikan keagamaan Islam adalah Tuhan Allahmu dengan tak hormat;
santri) dan bikhu/bikhuni (guru Buddhis) kuduskanlah hari Tuhan; hormatilah ibu-
yakni pancasila dan atasila ditambah dua bapakmu; jangan membunuh; jangan
hal, yakni tak tidur di tempat mewah atau berzina; jangan mencuri; jangan bersaksi
lebih tinggi di atas pantat dan tak dusta tentang sesamamu; dan jangan
menerima uang, emas, dan perak. Hasta menginginkan milik sesamamu secara tak
Ariya Marga, delapan jalan kebajikan adil. Dalam Kristen dikenal Dasa
dengan perilaku benar dalam: Firman/Dasa Titah (dekalog) yakni daftar
berpengertian, pikiran, ucapan, perbuatan, perintah dan moral memuat empat aturan
pencaharian/ usaha, perhatian, dan kultis (hubungan manusia dengan-Nya)
samadi. Bila mampu melaksanakan dan 6 aturan etis (hubungan manusia
dengan baik maka pascakematiannya, dengan manusia). Keempat kultis berupa
melakukan reinkarnasi, yakni mencari Akulah Allahmu jangan ada padamu
tempat lahir pasca kehidupan di dunia Allah lain di hadapan-Ku; jangan
(tumimbal lahir) menjadi dewa. membuat patung untuk disembah; jangan
Kehidupan setelah kematian sangat menyebut nama Allahmu dengan
tergantung karma/budi pekerti tatkala sembarangan; ingatlah dan kuduskanlah
hidup di dunia. Bila tak mampu hari Sabat (Tuhan selama 6 hari
melaksanakan ajaran dengan baik, menciptakan langit, bumi, dan seisinya.
pascakehidupan di dunia (kematian) Pada hari ke-7 Tuhan berhenti bekerja
menduduki kehidupan alam asor, rasekso dan memberkati hari itu). 6 etis:
(status rendah) atau alam jin sehingga hormatilah ayahmu dan ibumu;
tidak menyandang kesucian. Dalam Pantangan berupa membunuh; berzina;
ajaran Buddha, jenazah dapat mencuri; saksi dusta; dan menginginkan
dikebumikan (dikubur), dikremasi rumah (milik) sesamamu. Era Nabi Musa
(dibakar, dibesmi, diobong), dilarung ke (Perjanjian Lama) ada 10 inti ajaran
Taurat, tegas dalam hukuman mati,

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 3


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

misalnya zina dirajam (dilempari batu), yang membunuh seorang manusia,


menghujat Tuhan digantung. Era Isa seakan-akan dia membunuh semua
(Perjanjian Baru) ada 10 kebahagiaan manusia dan yang memelihara kehidupan
hidup (inti ajaran moral) tertuang dalam seorang manusia seolah-olah memelihara
Injil. Bila manusia salah dan bisa berubah kehidupan semua manusia (Al-
baik, tak diberi sanksi (prinsip Maidah:32). “Hai kaum beriman, jangan
pertaubatan dan pengampunan). Hal yang mengolok-olok yang lain, boleh jadi yang
dipegang teguh: kasihilah Tuhan Allahmu diolok-olok lebih baik daripada yang
dengan segenap hati, jiwa, akal budi, mengolok-olok” (al-Hujurat:11). Al-
dengan segenap kekuatan. Kasihilah Quran surat al-Hujurat:6 “Hai orang yang
sesamamu seperti dirimu sendiri. beriman, jika datang padamu orang fasik
Bagi komunitas Samin (pemeluk (beribadah juga bermaksiyat) membawa
agama Adam) memiliki prinsip berita, periksalah dengan teliti agar kamu
berpantangan yakni ojo drengki tak menimpakan musibah pada suatu
(memfitnah), ojo srei (serakah), ojo kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
panasten (mudah tersinggung/membenci menyebabkan kamu menyesal atas
sesama), ojo dahwen (mendakwa tanpa perbuatanmu”. Al-Hujurat:11 “Hai kaum
bukti), ojo kemeren (iri hati/sirik atau yang beriman, janganlah suatu kaum
keinginan memiliki barang milik lian), mengolok-olok kaum yang lain, boleh
ojo nyiyo marang sepodo (berbuat nista jadi yang diolok-olok lebih baik daripada
pada sesama, bejok reyot iku dulure, yang mengolok-olok”. Al-Maidah: 32
waton menungso tur gelem di ndaku “Barang siapa yang membunuh seorang
sedulur (menyia-nyiakan orang lain tak manusia, seakan-akan dia telah
boleh, cacat apa pun asal manusia ya membunuh manusia seluruhnya. Barang
saudara jika mau dijadikan saudara), siapa yang memelihara kehidupan
bedok/menuduh, colong/mencuri, pethil/ seorang manusia, maka seolah-olah dia
mengambil yang menyatu dengan alam, telah memelihara kehidupan manusia
sayur di ladang, jumput/mengambil semuanya. Al-Maidah:48 ”Seandainya
barang, nemu wae ora keno. Ajaran Tuhan menghendaki, niscaya kamu
perintah dalam Samin, yakni Kudu dijadikan-Nya satu umat saja. Tapi Tuhan
Weruh the-e dewe, Lugu (konsisten hendak mengujimu dengan perbedaan.
dalam janji), Mligi (taat ajaran), dan Berlombalah meraih kesuksesan”. Selain
Rukun dengan siapa saja, harapannya agama tersebut, dikenal pula agama lokal
hidup seger waras (sehat sentosa), rukun, (khas Nusantara), yakni Sunda Wiwitan
dan becik-apek sak rinane sak wengine. (Jawa Sunda) di Kenekes, Lebak, Banten;
Dalam Islam di antaranya memuat Cigugur/aliran Madrais di Kuningan Jawa
lima prinsip penghormatan pada Barat, Buhun di Jawa Barat, Kejawen di
manusia/al-ushulul khamsah perspektif beberapa daerah di Jawa Tengah dan
ushul fikih yakni menjaga Jawa Timur, Parmalim di Batak,
jiwa/kehormatan/chifdzu an-nafs Sumatera Utara; Kaharingan di
(pantangan membunuh), menghormati Kalimantan; Tonaas Walian di Minahasa
agama/rukun antar dan intern-umat Sulawesi Utara, Tolottang di Sulawesi
beragama (chifdzu ad-din), harta Selatan, Aluk Todolo di di Tana
benda/tak mencuri (chifdzu al-mal), Toraja/Tator, Toraja Utara, dan Mamasa;
identitas asal-usul/keturunan/jati diri Wetu Telu di Lombok, NTB; Naurus di
(chifdzu an-nasl), dan jaga kehormatan Pulau Seram, Maluku; Marapu di Sumba,
(chifdzu al-‘irdh) dan warning: siapa dsb.

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 4


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

Keragaman telah diakui oleh agar sang macan memangsa Sutasoma.


founding fathers negeri ini yang Tatkala taring macan betina menancap di
diwujudkan dengan pencantuman kata dada Sutasoma, darahnya mengucur
Bhinneka Tunggal Ika (BTI) yang menjadi amerta (air kehidupan) yang
tersemat dalam lambang Burung Garuda. memuaskan macan betina, meski sang
Dalam sejarahnya, BTI tertuang dalam macan menyesal karena membunuh
puisi Jawa klasik (Kakawin) Sutasoma Sutasoma. Ia menghendaki menebus rasa
pada pupuh 139 bait kelima. Bunyinya bersalah agar dibunuh, ia juga berniat
”Rwaneka dhatu winuwus wara Buddha bunuh diri. Raja Dewa Indra mengetahui
Wisma/ bhineki rakwa ring apan kena rencana bunuh diri macan betina, sang
parwanosen/mangkang jinatwa kalawan raja menghidupkan Sutasoma.
Siwatatwa tunggal/bhinneka tunggal ika Mohammad Yamin (1903-1962)
tan hana dharmma mangrwa”. Bait yang mencuplik kata Bhinneka Tunggal Ika
mencantumkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai seloka Tantular dan dicantumkan
diterjemahkan Dwi Woro Retno Mastuti dalam lambang negara Garuda Pancasila
(Dosen Studi Jawa FIB UI) dengan Hasto buatan Sultan Abdul Hamid Pontianak.
Bramantyo (dosen STAB Syailendra, Lambang negara itu kemudian disahkan
Kopeng, Salatiga): Konon dikatakan Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS)
bahwa wujud Buddha dan Siwa itu pada 11 Februari 1950. Realitas
berbeda/ Mereka memang berbeda, kehidupan yang nampak adalah
namun bagaimana kita bisa mengenal keragaman (diversity) yang tak dapat
perbedaannya dalam selintas selalu diseragamkan (uniformity) modal
pandang/karena kebenaran yang diajarkan menuju kesatuan dalam keragaman (unity
Buddha dan Siwa itu sesungguhnya satu in diversity).
jua/ Mereka memang berbeda-beda, Upaya pemerintah melestarikan
namun pada hakikatnya sama karena keragaman sebagai saksi dan bukti bahwa
tidak ada kebenaran yang mendua. Siapa pemerintah menjadi pihak yang terbukti
Sutasoma? putra mahkota Raja Hastina mampu menyikapi ujian Tuhan atas
Sri Mahaketu, ia menolak dinobatkan keragaman suku, agama, ras, dan
menjadi raja. ”Saya (Sutasoma) tidak antargolongan (SARA). Akan tetapi, bila
mempunyai keinginan apa pun selain keragaman dipaksakan untuk sama pada
pergi ke tempat sunyi di hutan untuk dasarnya menyalahi kodrat (kuasa Ilahi).
melakukan disiplin spiritual (pupuh 4 bait Arogansi penguasa, pengayoman pada
13). Pangeran Sutasoma muda (sebagai yang jelata atau keramahan/kebijakan
titisan Buddha) akhirnya pergi dari penguasa terhadap umat mayoritas atau
kerajaan tanpa sepengetahuan siapa pun. minoritas keduanya (arogan atau
Perjalanan Sutasoma dikenal ’jalan mengayomi) sama-sama selalu dikenang
kebenaran Buddha’ dengan prinsip hidup publik sepanjang sejarah peradaban
buddhis: mendapati musuh tak untuk manusia. Penguasa yang mengayomi
dihancurkan, tapi dirangkul dan dijadikan berperan sebagai negarawan, yakni sosok
teman. Musuh dinasehati agar yang memiliki dimensi etik-ideologis
meninggalkan kejahatan dan menjadi sebagai ahli/pakar tata-kelola negara
orang baik dan berguna. Pihak yang (eksekutif, legislatif, yudikatif) yang
memusuhi Sutasoma adalah Gajawaktra, memiliki kapasitas patriotik dan watak
Nagaraja, dan macan betina. Sang macan pembela Tanah Air. Sekaligus pemimpin
karena kelaparan, ia akan memangsa yang mampu sebagai penyelenggara
anaknya, tetapi dilarang oleh Sutasoma

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 5


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

negara, yakni menjalankan fungsi sebagai intern-pemeluk agama. Idealnya, negara


pelaksana ketatanegaraan. menjaga jarak yang sama antar-agama
Ajaran agama di atas untuk dalam pelayanan. Hal tersebut merugikan
dijadikan pijakan dalam bermasyarakat warga negara bila pelayanan yang tidak
bagi bangsa mana pun, terutama bangsa optimal oleh negara. Di tengah era
Indonesia yang memiliki ragam suku, transparansi, negara harus makin
agama, ras, dan antar-golongan (SARA) menyadari bahwa semua pihak termasuk
dan tata pemerintahan yang khas. warga minoritas leluasa menyampaikan
Indonesia bukanlah negara sekuler, aspirasi di tengah mayoritas.
republik sekuler, negara kerajaan, negara Satu hal yang menarik untuk dipahami
ateis, negara teokrasi (theocratic state) bahwa Indonesia tersohor sebagai negara
atau religious state tapi negara republik yang toleran dan dipuja-puja bila ada
berlandaskan Pancasila. Konsekuensinya pejabat mancanegara yang berkunjung di
negara memfasilitasi agama untuk Indonesia. Begitu pula, pemimpin negeri
tumbuh, semua agama kedudukannya mengiklankan tingginya toleransi pada
sama di depan hukum dan negara tak dunia. Ketersohoran itu dijadikan modal
mencampuri keyakinan umat beragama, berdiplomasi bagi pejabat negeri yang
tapi negara melindungi warga negaranya berkunjung ke mancanegara.
yang beragama. Sebagaimana tujuan kunjungan Presiden
Bangsa Indonesia mempunyai Jokowi ke Amerika dan bertemu Presiden
kepedulian yang tinggi pada tradisi AS Barack Husein Obama Senin 26
agama dan bertekad menjadikan Oktober 2015 di Gedung Putih, AS.
negaranya modern dan demokratis, Menurut Menlu RI Retno LP Marsudi,
sehingga tradisi dan aspirasi agama diberi Indonesia ingin memanfaatkan posisi
tempat khusus dalam struktur strategis sebagai negara berpenduduk
pemerintahan, yakni adanya kementerian Islam terbesar di dunia, juga negara
agama dengan dukungan anggaran demokrasi terbesar ketiga. Dengan
negara. Hal ini merupakan keunikan khas mengembangkan toleransi, pluralisme,
Indonesia, perlu dibanggakan dan meski dan demokrasi. Jokowi dalam kunjungan
perlu dicermati untuk kajian akademik, tersebut membahas masalah politik,
misalnya bagaimana hubungan agama ekonomi, dan budaya (Kompas, 27 Okt.
dan negara? Benarkah negara membatasi 2015).
jumlah agama? Bagaimana negara Jumlah muslim di Indonesia lebih
menyikapi pluralitas paham dan aliran besar dari jumlah seluruh muslim di
kepercayaan? Mengapa ada kantor yang semua Negara Timur Tengah jika
hanya mengurusi agama Islam saja, digabungkan. Dengan demikian,
padahal namanya Kantor Urusan Agama mayoritas jumlah harus diimbangi dengan
(KUA). Lantas umat beragama yang kualitas beragama. Ukuran kualitas bila
lainnya bagaimana pelayanannya oleh menjadi umat yang toleran dengan
negara di level akar rumput? Satu hal sesama makhluk Tuhan, apa pun
penting yang perlu didalami bahwa agamanya. Julukan bahwa Islam di
agama memiliki kekuatan menciptakan Indonesia mampu menyinergikan Islam,
kohesi dan solidaritas kelompok seiman demokrasi, dan modernitas merupakan
dan antar-iman, sekaligus menyimpan tantangan untuk diwujudkan dengan
kekuatan disintegrasi sosial ketika optimal. Terlebih Presiden Jokowi
berhadapan dengan pemeluk agama yang mendeklarasikan Hari Santri yang
berbeda karena terjadi konflik antar dan ditetapkan pada 22 Oktober di hadapan

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 6


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

para ulama dan ribuan santri di Masjid Desa Cebolek Kidul, Kecamatan
Istiqlal Jakarta, Kamis 22 Oktober 2015. Margoyoso, Kabupaten Pati Jawa
Untuk mengoptimalkan, Tengah.
sebagaimana konsep revolusi mental yang Dengan paparan di atas, penulis
dicanangkan Presiden Joko Widodo-Jusuf mengharap semoga pemimpin negeri ini
Kalla (Jokowi-JK), dapat terealisasi, mempunyai kepedulian yang tinggi dalam
menurut Prasojo, dimulai dari mengayomi, melindungi, dan
penyelenggara negara, yakni politisi, memfasilitasi kebutuhan umat beragama,
penegak hukum, dan pejabat birokrasi. apa pun agamanya. Terutama yang sering
Mengapa birokrasi? birokrasi adalah alat dijadikan sasaran amuk massa (karena
negara yang sehari-hari menjalankan jumlahnya terbatas atau karena tidak
pelayanan pemerintahan dan mempunyai perwakilan di parlemen
pembangunan sebagai tolok ukur karena tak mendukung secara terus terang
terdepan penampilan negara kepada dalam pemilihan wakil rakyat) agar umat
rakyatnya. Dengan demikian, perlunya beragama nyaman dan saleh dalam
dipahami pertama, nilai dasar yang eksis kehidupannya. Kepedulian itu didasari
dalam birokrasi dengan mencari dengan logika birokrasi di atas. Pemimpin
penyebab faktor eksisnya birokrasi yakni yang peduli terhadap nasib wong cilik
minta dilayani, berafiliasi dengan akan selalu dikenang oleh umat manusia
kekuasaan politik, dan tidak sensitifnya sepanjang sejarah karena diukir dalam
atas kebutuhan dan pelayanan kepada peradaban demi terwujudnya kehidupan
masyarakat. Birokrasi ini terbentuk dari yang memulyakan manusia dengan sejati.
proses perekrutan dan penempatan Penguasa pun harus sigap bahwa pemicu
pejabat yang tertutup, tak berbasis konflik apa pun basis persoalannya dipicu
kompetensi dan kinerja, tapi karena oleh ketimpangan sosial dan ekonomi.
kedekatan hubungan baik secara politik, Hal ini dapat diukur dengan barometer
kekerabatan, kekeluargaan, dan sosial. Menurut Takwin, barometer sosial
kemampuan membayar. Kedua, orientasi (BS) merupakan produk pemantauan dan
pada peraturan perundangan dalam audit sosial terhadap kinerja dan capaian
melaksanakan tugas. Ketiga, tidak pembangunan dengan menggunakan
mementingkan kepentingan unitnya, kebijakan program sosial sebagai
instansinya, dan sektornya yang dipicu indikatornya untuk mendeteksi
oleh manfaat yang bisa diterima pegawai ketimpangan sosial. Ukuran dalam BS
dan kelompoknya. Keempat, mental adalah berasal dari persepsi warga. BS
korup menjadi produk dari kelemahan merupakan turunan dari konsep keadilan
sistem yang mengganggu jalannya sosial yang diartikan sebagai perwujudan
pemerintahan. Kelima, belum kesempatan dan peluang hidup yang
terbangunnya nilai budaya kinerja. setara. Keadilan sosial didasari oleh
Perlunya berpegang pada prinsip postulat bahwa setiap individu harus
reformasi birokrasi bahwa komitmen dan diperdayakan untuk mengejar arah
keteladanan pemimpin secara kolektif kehidupan yang ditentukannya sendiri
menjadi syarat dasar keberhasilan dan untuk terlibat dalam partisipasi sosial
(Prasojo, 2015). Sejauhmana syarat yang luas. Prinsip keadilan sosial adalah
tersebut berjalan optimalnya? Naskah ini akses, partisipasi, hak, harmoni,
memotretnya dari aras yang paling bawah distribusi, diversitas, dan lingkungan
dan sederhana yakni pelayanan hak sipil yang mendukung. Dimensi keadilan
umat agama Bahai di oleh pemerintah di sosial adalah (1) pencegahan kemiskinan,

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 7


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

(2) akses ke pendidikan, (3) inklusi pasar derogable (hak absolut) tak boleh
tenaga kerja, (4) kohesi sosial dan dikurangi pemenuhannya oleh negara
nondiskriminasi, kesehatan, dan (5) walau keadaan darurat berupa hak dasar:
keadilan antargenerasi (Takwin, 2015). hak hidup (rights to life); bebas dari
penyiksaan (right to be free from torture);
PEMBAHASAN bebas dari perbudakan (right to be free
Dasar Hukum Beragama from slavery); bebas dari penahanan
Angin kemajemukan karena gagal memenuhi perjanjian
dihembuskan oleh Menteri Agama (utang); bebas dari pemidanaan berlaku
Lukman Hakim Saifuddin dengan surut; sebagai subyek hukum; dan hak
menginventarisasi agama lokal selain atas kebebasan berpikir, berkeyakinan
agama yang tertera secara eksplisit dalam dan beragama. Kebebasan beragama
perundangan. Hal itu untuk dikaji merupakan salah satu hak yang disebut
kemungkinannya dikembangkan menjadi sebagai universal inaliable (tidak bisa
direktorat jenderal tersendiri. Harapannya dilenyapkan), involable (tidak dapat
pelayanan pada pemeluk agama minoritas diganggu gugat), dan nonderogable
dan agama lokal bisa dilakukan (Kompas, human rights (hak-hak asasi yang tidak
17 Sept. 2014). Upaya itu merupakan boleh dilanggar). Bila negara melanggar
langkah bijaksana yang harus diwujudkan dikecam sebagai pelanggar HAM (gross
pemerintah, argumennya: violation of human rights). UU
Pertama, beragama merupakan hak No.23/2014 tentang Pemda diharapkan
pribadi. Kovenan Internasional Hak-hak mampu mencegah pelanggaran HAM
Sipil dan Politik (International Covenant oleh Pemda karena ada sanksi bagi pemda
on Civil and Politic Rights/ICCPR yang melanggar HAM. Data Komnas
merupakan kovenan HAM internasional HAM RI lima tahun terakhir 2010-2015,
yang disahkan tahun 1966 yang mulai Pemda menduduki peringkat ketiga
berlaku 1976. ICCPR dirativikasi dalam sebagai lembaga yang diadukan publik ke
UU No.12/2005 tentang Ratifikasi Komnas HAM karena pelanggaran HAM.
Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Hal ini akibat semakin besarnya
Politik mengandung dua kata kunci (a) kekuasaan pemda, misalnya mala-
hak derogable, hak yang boleh administrasi, konflik lahan, dan
dikurangi/dibatasi pemenuhannya oleh pembiaran masalah etnis. Peringkat
negara bagi warga negara meliputi hak pertama adalah Polri disusul korporasi.
bebas berkumpul secara damai; hak Sebelum era reformasi, TNI, korporasi,
berserikat termasuk membentuk dan dan pemerintah pusat paling banyak
menjadi anggota serikat buruh; dan hak dilaporkan masyarakat ke Komnas HAM
atas bebas berpendapat/berekspresi (Kompas, 30 Juni 2015).
termasuk bebas mencari, menerima dan Kedua, sebelum agama besar
memberi informasi dan segala macam (jumlah pemeluknya banyak) eksis di
gagasan tanpa memperhatikan batas (lisan negeri ini, bangsa Indonesia memiliki
atau tulisan). Negara boleh menyimpang agama lokal, sebut saja agama Talotong
atas kewajiban memenuhi hak bila di Sulawesi, Sunda Wiwitan di tatar
mengancam kehidupan dan tak Sunda, Parmalin di Sumut, agama Adam
diskriminatif. Hal ini demi keamanan bagi wong Samin, dsb. Agama lokal
nasional, ketertiban umum, kesehatan, tersebut ‘dikerdilkan’ oleh negara dengan
moralitas umum dan menghormati hak dalih, di antara agama lokal ‘nakal’.
kebebasan orang lain, (b) hak non- Kecurigaan yang diwariskan oleh rezim

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 8


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

masa lalu dapat dipangkas secara (SBY). Apakah agama Baha’i bisa
perlahan manakala agama minoritas dan diterima sebagai agama baru di Indonesia
agama lokal difasilitasi negara atau tidak diterima. Kajian ini dilakukan
sebagaimana fasilitas pemeluk agama setelah Menteri Dalam Negeri Gamawan
mayoritas. Menjembatani keinginan Fauzi (era Presiden SBY) mengirimkan
warga yang masih memertahankan agama surat pada Menag SDA yang
yang belum tereksplisitkan dalam mempertanyakan perihal Baha'i kaitannya
perundangan dan agama lokal, langkah dengan pelayanan kependudukan. Twit
bijaksana yang harus dipahami tersebut secara singkat: pemerintah
pemerintah adalah melayaninya dalam Indonesia menambah daftar agama baru
bentuk satu direktorat di bawah yang secara resmi diakui. Setelah Islam,
Kementerian Agama. Selama ini, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Kemenag tak mampu menjaga jarak Konghucu, pemerintah menyatakan
(kedekatan) yang sama antara agama bahwa Baha’i merupakan agama yang
besar (mayoritas) dengan minoritas tapi keberadaannya diakui konstitusi. Hal itu
cenderung lebih dekat dengan yang diutarakan Menteri Agama Lukman
mayoritas. Sudah saatnya pemerintah Hakim Saifuddin melalui akun twitter
melaksanakan amanat perundangan yakni @lukmansaifuddin pada 24 Juli 2014
menghormati (to respect), melindungi (to pukul 19:55. Alasan yang dijadikan dasar
protect), dan memenuhi hak (to fulfill) pengakuan sebagai agama yang diakui
agama warganya belum dikenal publik pemerintah dalam 10 serial kultwit.
karena tidak tersosialisasikannya secara Awalnya Mendagri bersurat pada Menag,
luas. Hal ini sebagaimana agama Baha’i apakah Baha’i benar merupakan salah
yang hak umat beragamanya belum/tidak satu agama yang dipeluk penduduk
difasilitasi dengan dalih tidak diakui. Indonesia? Pertanyaan berkaitan
Padahal, Negara tidak pernah membatasi keperluan Kemendagri sebagai dasar
jumlah agama yang dipeluk warga negara pelayanan administrasi kependudukan
di negeri ini. (KTP, KK, dsb.). Selaku Menag
Ketiga, kecenderungan kontemporer di menjawab: Baha’i merupakan agama dari
bidang agama sangat sulit untuk sekian banyak agama yang berkembang
dibingkai dalam sebuah kerangka yang di 20 negara. Baha’i suatu agama, bukan
membatasi pluralitas. Kebijakan pluralitas aliran dalam agama. Pemeluknya tersebar
setengah hati oleh pemerintah dari masa di beberapa daerah di Indonesia. Baha’i
ke masa tidak bisa mewadahi termasuk agama yang dilindungi
pertumbuhan gerakan agama baru (Jamil, konstitusi sesuai Pasal 28 E dan 29 UUD
2008). ’45 dan Penpres Nomor 1/PNPS/1965.
Menag Lukman berpendapat, umat
Pengenalan Awal Agama Baha’i Baha’i sebagai WNI berhak mendapat
Agama Baha’i menjadi polemik pelayanan kependudukan, hukum, dll dari
(diperbincangkan publik) di dunia online pemerintah. Rapat Kerja Nasional
sejak 24 Juli 2014, mengapa? Menteri (Rakernas) MUI Agustus 2014 Menag
Agama Lukman Hakim Saifuddin Lukman pun meminta masukan terkait
menegaskan melalui akun twitternya otoritas pemerintah dalam menetapkan
bahwa kementeriannya sedang mengkaji satu keyakinan bisa disebut agama.
agama Baha'i (Kajian sudah diawali sejak Permintaan ini sebatas permintaan karena
Menag Suryadharma Ali (SDA) era amanat Pasal 29 UUD 1945 secara tegas
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandaskan bahwa beragama adalah

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 9


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

hak individu, apa pun agamanya dan Baha’i tertuang dalam Kitab al-Aqdas,
negara tak membatasi jumlah agama. Hal hasil proses pewahyuan yang diterima
ini tertuang dalam Penjelasan Pasal 1 Baha’ullah dari Tuhan secara langsung.
Penpres Nomor 1/PNPS/1965. Keberadaan utusan Tuhan dalam konsep
Agama Baha’i berkembang pesat Baha’i berpijak pada prinsip bahwa
di Iran sehingga Baha’ullah (deklarator sejauh manusia mampu menghitung
agama Baha’i) dipenjara di benteng angka, itulah jumlah nabi di dunia.
Mah-Ku (pegunungan Azerbaijan) lalu Maksudnya, nabi jumlahnya tak terbatas.
dipindah ke benteng Chiriq. Pada 9 Juli Kitab al-Aqdas diterjemahkan oleh Balai
1950 dieksekusi di Kota Tibriz dan Keadilan Sedunia (Majelis tertinggi
jenazahnya diambil pengikutnya secara agama Baha’i) yang bertugas di antaranya
diam-diam ke Bukit Karmel di Israel. menerjemahkan ajaran agama Baha’i
Dalam prediksi Sang Bab, akan hadir pascawafatnya Shogi Effendi.
perwujudan Tuhan (dalam istilah lain Ajaran Bahá'í terdapat 12 asas,
disebut nabi) yakni Mirza Husayn Ali yakni keesaan Tuhan, kesatuan agama,
(Abdul Baha’), anak Sang Bab. Pada persatuan umat manusia, persamaan hak
tahun 1852 Abdul Baha’ tatkala dipenjara antara kaum wanita dan kaum pria,
di bawah tanah Siyah-Chal (Iran) penghapusan segala macam prasangka
menerima wahyu pertama yang buruk, perdamaian dunia, persesuaian
menjelaskan bahwa ia sebagai antara agama dan ilmu pengetahuan,
perwujudan Tuhan, sebagaimana prediksi mencari kebenaran secara bebas,
Sang Bab. Abdul Baha lahir pada 23 Mei keperluan untuk pendidikan universal
1844 (bertepatan dengan Sang Bab yang wajib, keperluan untuk bahasa
mengumumkan misinya sebagai pesuruh persatuan sedunia, tidak boleh campur
Tuhan) dan sejak usia 8 tahun, Abdul tangan dalam politik, dan penghapusan
Baha’ mendampingi Baha’ullah di kemiskinan dan kekayaan yang
pengasingan. Imbas Revolusi Pemuda berlebihan.
Turki tahun 1908 Abdul Baha’
dibebaskan dari penjara. Pada tahun
1910-1913 Abdul Baha’ melakukan Tujuan Menulis tentang Agama Baha’i
perjalanan ke Mesir, Inggris, Skotlandia, Mewujudkan kesuksesan hidup tiap
Perancis, Amerika Serikat, Jerman, warga negara merupakan kewajiban
Austria, dan Hungaria menyampaikan negara memfasilitasinya. Akan tetapi,
risalah pada organisasi pendukung hidup yang sukses seringkali diidentikkan
perdamaian, dosen, dan publik. Pada oleh ’mazhab’ materialisme yang
tahun 1921, Abdul Baha’ wafat di Haifa menjadikan kekayaan, jabatan, dan
Israel dan dimakamkan di salah satu ketenaran sebagai tolok ukurnya.
ruang dalam kompleks makam Dampaknya, dimensi kemanusiaan
Baha’ullah. Sebelum wafat, Abdul Baha’ cenderung terabaikan sehingga keletihan
menulis surat wasiat bahwa ia menunjuk fisik karena kerja berlebih menjadi stres
Shoghi Effendi (anak Abdul Baha’ yang dan depresi berimbas menjadi penyakit
juga cucu Baha’ullah) sebagai ‘wali sosial dan munculnya keletihan psikis.
agama’. Shoghi menerjemahkan Tulisan Kenyataan sosial tersebut maka perlu
Suci Baha’ullah dan Abdul Baha’ dirumuskan hakikat kesuksesan yang tak
(semula berbahasa Persia) ke dalam hanya meraih kekayaan (money) dan
bahasa Inggris. Shoghi wafat pada tahun kekuasaan (power) yang sudah tidak
1957 (Sasmita, 2010). Sumber ajaran memadahi lagi. Para motivator

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 10


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

merumuskannya berupa empat konsep dengan lingkungannya dalam konteks


kesehatan lahir-batin (well being), kemanusiaan yang seagama atau berbeda
ketakjuban (wonder), kearifan (wisdom), agama. Perbuatan baik itu berupa
dan sikap pemberi (giving). Indikator memberi beasiswa dan menetap di rumah
kesuksesan terumuskan dengan mukmin pada siswa yang karena
terwujudnya kebermaknaan hidup dan kemiskinan dengan tujuan menolong,
tumbuhnya jiwa (thrive). Problem warga meski tradisi doa (membaca kalimat suci
dunia adalah kesejahteraan yang tidak karya Baha’ullah) bersama secara Baha’i
merata yang terjadi ketimpangan sosial. diberlakukan pada mereka yang
Di sisi lain, potret kehidupan miskin menerima beasiswa. Di sisi lain, doa
memprihatinkan yang dialami pengojek bersama dapat dilakukan dengan
sepeda di Jakarta. Gambaran di atas agar bersumber dari kitab suci agama non-
tak kian senjang, dalam agama diajarkan Baha’i. Akan tetapi, upaya itu dipandang
berzakat, sedekah, infak, dan amal sebagai upaya bahaisasi oleh sebagian
lainnya atau karya nyata, tidak melulu warga. Dengan ditulisnya naskah ini,
‘berfatwa’. penulis berharap agar perbuatan baik
Dalam agama Baha’i pun tidak dicurigai berlebihan sehingga
berobsesi mewujudkan kehidupan umat munculnya persoalan teratasi dengan
manusia yang tidak senjang. Di sisi lain, bijak.
ada upaya pihak yang mampu pada pihak Menyikapi tuduhan tersebut,
yang papa karena iba dengan kerendahan penulis sebagai dosen di Sekolah Tinggi
hati untuk mengulurkan sebagian rizkinya Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus
tanpa pertimbangan agama si penerima. Jawa Tengah di bawah naungan
Upaya menyantuni minoritas pada Kementerian Agama RI tergugah untuk
mayoritas kadangkala dipahami dengan urun rembuk dalam aspek pemikiran.
pola pikir sempit, yakni agamaisasi. Pemikiran pertama, didukung
Padahal, yang menjulukinya belum tentu Deklarasi Manado yang dihasilkan dalam
tumbuh iba dengan menyantuni yang forum The Annual International
papa. Dalihnya, pemberian itu bertepatan Conference on Islamic Studies (AICIS)
dengan hari besar agama penyantun atau XV pada 3 s.d 6 September 2015 di
memanfaatkan lemahnya pihak yang Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
disantuni. Kecuriagaan itu benar bila Manado. Tema yang diangkat Harmony
menyantuni dengan prasyarat, misalnya in Diversity: Promoting Moderation and
harus masuk agama si penyantun atau Preventing Conflicts in Socio-Religious
mengikuti kegiatan keagamaan Life. Ada lima butir deklarasi Manado,
penyantun. Bagi si papa yang menerima (1) meyakini bahwa keragaman bangsa
santunan, mereka akan menjawab ‘anjing Indonesia adalah sumber kekuatan, (2)
menggonggong kafilah berlalu’ yang bertekad menjaga suasana damai dalam
terpenting bagi si penerima terpenuhi hak kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
dasarnya dan tak mengubah akidahnya, Indonesia yang kuat, sejahtera, dan
baik karena prasyarat penyantun atau berdaulat, (3) akan bahu-membahu
faktor lain. Dalam kaca mata publik, yang dengan semua komponen bangsa untuk
dibutuhkan adalah karya nyata (Rosyid, mencegah setiap usaha, gerakan, dan
2015). pemikiran yang dapat mengusik
Karya nyata itu di antaranya kedamaian dalam kehidupan berbangsa
dilakukan oleh umat agama Baha’i dan bernegara, (4) mendukung setiap
(disebut mukmin) yang berbuat baik langkah negara untuk mencegah

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 11


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

berkembangnya segala bentuk fanatisme, empat tahun sejak 1958. Pada dasarnya
ekstremisme, dan radikalisme yang kontribusi ilmu pengetahuan ditujukan
mengatasnamakan suku, agama, ras, dan sebagai motor utama peningkatan daya
golongan, (5) mengajak semua komponen saing bangsa. Pemegang kebijakan
bangsa untuk berperan aktif dalam cenderung memilih jalan pintas dengan
menegakkan nilai-nilai kebersamaan dan mereduksi aktivitas pengetahuan untuk
menjaga kedamaian. Kelima poin tersebut penguatan industry dan ekonomi tanpa
menandaskan ada hal ekstra penting melihat proses yang harus dilalui.
sehingga penulis terhenyak untuk menulis Anggaran riset hanya 0,08 persen
buku ini terutama poin ketiga. terhadap produk domestic bruto (PDB).
Maksudnya, upaya mencegah (prevensi) Anggaran ideal riset versi Unesco
sebagai langkah utama bila benih-benih setidaknya 2 persen terhadap PDB
yang mengusik kedamaian berbangsa Negara, di Indonesia 2 persen setara
yang bersumber dari pemahaman umat dengan Rp 200 triliun (Kompas, 9 Okt.
beragama terhadap agama lain hanya 2015).
karena fanatisme sempit perlu diperbaiki. Pemikiran ketiga, agama Baha’i
Bentuk perbaikannya dengan memahami menurut Majelis Rohani Nasional
ajaran agamanya dan agama lain sebagai (lembaga agama Baha’i tingkat negara)
sumber pengetahuan berpijak dari riset. merupakan agama independen dan
Imbasnya terwujudnya/terbukanya universal bukan sekte agama tertentu.
cakrawala pandang yang mengedepankan Deklaratornya Sayyid ‘Ali Muhammad
hati nurani merupakan hal pokok bila dari Shiraz (bergelar Baha’ullah). Pada
ingin mewujudkan Indonesia yang gemah tanggal 23 Mei 1844 H/1260 M di Iran
ripah dan aman tenteram berbekal tatkala berusia 25 tahun, ia
menghormati keragaman SARA. mengumumkan sebagai pembawa amanat
Pemikiran kedua, berdasarkan deklarasi baru dari Tuhan yang ditakdirkan untuk
Malang hasil Konferensi Cendekiawan mengubah kehidupan spiritual umat
Muslim, Ulama, dan Sufi Sedunia ke-4 manusia sedunia. Pengumuman misinya
yang diselenggarakan di Universitas di Taman Ridwan di negara Persia (kini
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik bernama Iran) bertujuan menciptakan
Ibrahim Malang 23-25 November 2015. kesatuan dan keselarasan di antara
Acara dihadiri dari 34 negara agama-agama. Ajarannya (1)
mendeklarasikan agar muslim dunia mewujudkan transformasi rohani dalam
kembali ke ajaran Islam yang bersatu di kehidupan, (2) memperbarui lembaga
tengah perbedaan. Ideologi kekerasan dan masyarakat berdasar prinsip keesaan
pemecah belah umat harus diakhiri Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan
dengan mewujudkan konsep Islam manusia, (3) keesaan Tuhan, (4)
moderat (wasathiyah) dengan merangkul kebebasan beragama, (5) kesatuan dalam
sesama muslim dan non-muslim. Di sisi keanekaragaman, (6) peningkatan
lain, hasil riset tak selalu dijadikan kehidupan spiritual, ekonomi, sosial-
pijakan penguasa dalam menentukan budaya, musyawarah sebagai dasar
kebijakan. Hal ini dinyatakan oleh keputusan, (7) kesetiaan pada pemerintah,
Iskandar Zulkarnain Kepala Lembaga (8) mewajibkan pendidikan bagi anak,
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada dan (9) agama harus menjadi sumber
Pembukaan Kongres Ilmu Pengetahuan perdamaian dan keselarasan berkeluarga,
Nasional (Kipnas) ke-11 di Jakarta pada 8 bermasyarakat, dan berbangsa. Dalam
Oktober 2015. Kipnas dilaksanakan tiap Baha’i mencari kebenaran ajaran agama

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 12


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

secara mandiri bagi umatnya dan perubahan sosial, pembangunan, dan


kebenaran agama adalah tunggal yang pendidikan yang mengajarkan nilai
memiliki ragam aspek. universal tentang kebenaran. Proses
Pemikiran keempat, pembicaraan pembelajarannya dipilah dalam kelompok
publik tentang agama Baha’i di Indonesia kecil, dibagi dalam tujuh pembelajaran.
dalam tahap tertentu tidak fair, Dalam buku 1 merefleksikan kehidupan
mencurigainya, dan beranggapan sinis, roh yang memuat tiga komponen, yakni
mengapa? Publik hanya berperan sebagai pengenalan tulisan suci Baha’i, doa,
wasit, meski tidak berada di ‘lapangan’, seputar kehidupan dan kematian. Buku 2
tidak memiliki wewenang, dan terkesan memuat pelayanan, pengajaran,
asal berpendapat. Imbasnya, kerugian pendalaman tentang perwujudan Tuhan
diderita umat Baha’i karena publikasi dan ajaran Baha’i. Buku 3 mengajarkan
bersumber dari aras sepihak yang tanpa pada anak dan remaja cara
konfirmasi kebenarannya pada umat membangkitkan potensi positif diri anak
Baha’i. Publikasi tertuang dalam media dan remaja dari aspek pendidikan,
sosial dan media massa lainnya, yang psikologi, dan budaya, moralitas,
terkesan bebas tak terbatas. Kecurigaan toleransi, dan sikap rohani. Buku 4
itu imbas kompetisi mencari umat memuat manifestasi sang Bab dan
beragama (menjadi tambahan teman Baha’ullah dengan kajian universal. Buku
seagama). Agama apa pun akan 5 menggali potensi anak muda. Buku 6
dikembangkan untuk mendapatkan memberikan cara pengajaran berbasis
jumlah umat yang banyak. Demikian pula spiritual. Buku 7 mengulas cara menjadi
Baha’i dengan bukti adanya pendakwah mentor rohani, jalan rohani, dan
yang melakukan aksi. Upaya itu mengembangkan seni untuk pengabdian.
dilakukan sebelum didirikannya Badan Pelaksanaan pembelajaran tersebut dalam
Keadilan Sedunia (BKS). realitanya tidak sepi dari kecurigaan
Pemikiran kelima, upaya warga non-Baha’i, sebagaimana dialami
akademisi untuk mendudukkan posisi mukmin di Lampung dan di Pati.
yang proporsional umat Baha’i yang Pemikiran keenam, belum
selama ini dipahami oleh publik secara dipenuhinya hak sipil umat agama Baha’i,
sepihak. Padahal, ada mutiara yang perlu sehingga perlu upaya mengingatkan
dijadikan pelajaran hidup bagi siapa saja. pemerintah agar kewajibannya memenuhi
Sebagaimana konsep pendidikan hak umat Baha’i dipenuhi. Negara wajib
universal ala Baha’i yang difasilitasi oleh melindungi hak atas kebebasan (the right
Institute Ruhi (IR). IR merupakan forum to liberty/freedom) terhadap warga
pembelajaran dalam agama Baha’i, negaranya berupa (1) tersedianya
lembaga pendidikan di bawah naungan perangkat hukum atau UU yang
Majelis Spiritual Nasional Baha’i menjamin hak atas kebebasan dasar
Colombia. IR mendeklarasikan sebagai (fundamental freedom) yaitu beragama,
pengembangan sumber daya manusia berpikir, dan berkeyakinan, (2)
untuk pengembangan spiritual, sosial, dan melindungi dengan penegak hukum (law
budaya masyarakat. Keberadaan IR sejak enforcement officials). Pelaku kebebasan
tahun 1992 yang dikembangkan ke tak diganggu, tak diancam, tak
berbagai dunia. Proses pembelajaran diintimidasi, dan tak dianiaya, (3)
dalam IR tidak hanya umat Baha’i, tapi memastikan pencapaian atas
seluruh umat manusia. Strategi yang independensi dan imparsialitas sistem
dikembangkan berdasarkan pada filsafat peradilan dalam penegakan hukum (law

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 13


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

enforcement). Mengapa beragama kebenaran ilmiah oleh sivitas akademika.


kategori kebebasan fundamental? Pengembangan kultur PT dalam pasal 9
Kebebasan itu hak alamiah bersifat (1) berlaku kebebasan akademik yakni
kodrati, bukan hak bagi manusia (right bebas mendalami dan mengembangkan
for itself) tapi melekat pada diri seseorang iptek secara bertanggung jawab melalui
(right in itself). Kebebasan beragama tridharma. Pasal 46 (2) hasil penelitian
tercantum pada Pasal 18 Kovenan wajib disebarluaskan dengan cara
Internasional tentang hak sipol diseminarkan, dipublikasikan, dan/atau
(International Covenant on Civil and dipatenkan. Di sisi lain, hasil riset bukan
Political Rights) dan Pasal 28 E (1) dan barang utama yang dijadikan pijakan
29 UUD‘45 yang belum ada penjelasan pemerintah dalam menentukan kebijakan
lebih lanjut dalam menjamin kebebasan atau sebagai produk hukum.
beragama. Mengulas Hak Asasi Manusia Ada dua istilah, menurut peneliti di Pusat
(HAM) terpilah atas HAM absolut dan Penelitian LIPI Wasisto Raharjo Jati,
relatif. HAM absolut adalah HAM yang yakni hasil kebijakan bersumber dari riset
dalam situasi apa pun tak boleh dikurangi (policy-based research) atau hasil kajian
dan dilanggar oleh siapa pun sesuai berbasis riset (evidence-based research)
prinsip nonderogable human rights, yakni yang keduanya belum dijadikan perhatian
hak hidup, tak disiksa, kebebasan pribadi, pemerintah. Implikasinya, kebijakannya
pikiran dan nurani, kebebasan beragama, dihasilkan dibuat berdasarkan nalar by
tak diperbudak, persamaan di muka agenda dan by issue, bukan by research.
umum, dan hak tak dituntut atas dasar Kondisi itulah penyebab hasil riset
hukum yang berlaku surut. tertumpuk di gudang kantor pemerintah.
Pemikiran ketujuh, mentradisikan Dunia riset seharusnya menjadi arena
berpikir ala mazhab kiri, yakni kritis, strategis perumusan kebijakan pemerintah
progresif, mempertanyakan struktur sosial yang dibangun melalui agenda setting
yang tak adil (pemikiran itu dalam batas (Wasisto, 2015). Pernyataan Ketua
ideal). Esensi berpikir kiri adalah Lembaga Penelitian dan Pengabdian
penyeimbang, pengingat, penjaga, kepada Masyarakat Anton Haryono
penjaga harmoni, sedangkan mazhab bahwa cendekiawan dan akademisi
kanan identik dengan melegitimasi status seharusnya tak sekedar menjalankan kerja
quo, menganut pemikiran yang mapan, akademis di kampus, tapi juga aktif
berpihak pada kapitalis, kembali pada terlibat dalam penyelesaian berbagai
agama secara sempit, dsb (Haryanto, persoalan masyarakat. Pada saat tertentu,
2016). cendekiawan dituntut memperjelas
Pemikiran kedelapan, amanat UU keberpihakannya terhadap kepentingan
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan masyarakat yang kurang beruntung.
Dosen Pasal 1 (2) dosen adalah pendidik Pembicara lain, sosiolog UI Francisia Ery
profesional dan ilmuwan dengan tugas Seda menyatakan, akademisi perlu
utama mentransformasikan, mengembangkan kerja intelektual yang
mengembangkan, dan menyebarluaskan tak hanya bermanfaat bagi diri dan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni kampusnya, juga berkontribusi terhadap
melalui pendidikan, penelitian, dan berbagai persoalan riil masyarakat dengan
pengabdian kepada masyarakat. UU menjauhi praktik komodifikasi atau jual-
Nomor 12 Tahun 2012 tentang beli pengetahuan agar tak memihak yang
Pendidikan Tinggi Pasal 6 (a) prinsip di berkuasa dan pemilik modal. Tapi,
perguruan tinggi bahwa pencarian memihak pada masyarakat yang kurang

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 14


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

beruntung dan tak bermodal (Kompas, 6 agama, bukan aliran dalam agama.
Maret 2015). Dengan demikian, ilmuwan Pemeluknya tersebar di Banyuwangi 22,
dalam mempertahankan prinsip Jakarta 100, Medan 100, Surabaya 98,
keilmuannya akan bermanfaat bagi Palopo 80, Bandung 50, Malang 30
publik, meski tidak lepas dari orang. Baha’i termasuk agama yang
penghadangan dari penguasa. dilindungi konstitusi sesuai Pasal 28 E
Konsekuensinya, pada taraf tertentu harus dan 29 UUD ‘45. Berdasar Penpres
siap membela yang lemah atau No.1/PNPS/1965 agama Baha’i selain
dilemahkan. enam agama mendapat jaminan dari
negara dan dibiarkan adanya sepanjang
Nasib Umat Agama Baha’i di Pati tak melanggar perundangan. Menag
Jateng berpendapat, umat Baha’i sebagai WNI
Penulis tertarik menulis topik berhak mendapat pelayanan
tentang agama Baha’i diawali pada 24 kependudukan, hukum, dll dari
Juli 2014, Menteri Agama Lukman pemerintah (Republika, 24 Juli 2014).
Hakim Saifuddin (masa Presiden Susilo Pada hari yang sama pukul 22:55 (selang
Bambang Yudhoyono pada jabatan beberapa menit) Menag mengklarifikasi
periode kedua) menegaskan melalui akun kabar pengakuan Baha’i sebagai agama
twitternya bahwa ia tengah mengkaji baru. Ia mempertanyakan kewajiban
agama Baha'i. Apakah bisa diterima negara mengakui sebuah keyakinan
sebagai agama baru di Indonesia atau sebagai agama atau bukan agama. Akun
tidak. Kajian ini dilakukan setelah twitter Menag menegaskan, ia tak
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menyebut Baha’i sebagai agama baru.
mengirimkan surat pada Menag yang Tapi, Kemenag sedang mengkaji dan
mempertanyakan perihal Baha'i kaitannya mendalami peran pemerintah. Konteks
dengan pelayanan kependudukan. Twit bernegara, apa pemerintah berhak
secara singkat: pemerintah Indonesia mengakui atau tak mengakui suatu
menambah daftar agama baru yang secara keyakinan itu agama atau bukan agama.
resmi diakui. Setelah Islam, Kristen, Faktor lain yang perlu pendalaman
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, perihal Baha’i, komunitas minoritas
pemerintah menyatakan bahwa Baha’i memiliki mutiara yang dapat dijadikan
merupakan agama yang keberadaannya sumber inspirasi kehidupan. Anggapan
diakui konstitusi. Diutarakan Menag sebagian publik terhadap agama Baha’i
Lukman Hakim Saifuddin melalui akun membuat kajian makin menarik, seperti
twitter @lukmansaifuddin pada 24 Juli ajaran Baha’i mendapat tuduhan
2014 pukul 19:55. Alasan pengakuan sebagian publik mengombinasikan
sebagai agama yang diakui pemerintah filsafat panteisme, ajaran hulul (dalam
dalam 10 serial kultwit. Awalnya tasawuf), petikan dari Taurat, Tantrisme,
Mendagri bersurat pada Menag, apakah paham Batiniyah, dsb. Tapi, penuduh tak
Baha’i benar merupakan salah satu agama memberi data riil, meskipun tanpa data
yang dipeluk penduduk Indonesia? berdampak dianggap sesat oleh Perdana
Pertanyaan berkaitan keperluan Menteri RI dengan Surat Keputusan
Kemendagri sebagai dasar pelayanan Nomor 122/P.M./1959 tanggal 21 Maret
administrasi kependudukan. Selaku 1959. Padahal, SK Perdana Menteri RI
Menag menjawab: Baha’i merupakan tersebut ditujukan pada penghayat
agama dari sekian banyak agama yang kepercayaan, sedangkan Baha’i bukan
berkembang di 20 negara. Baha’i suatu aliran kepercayaan tapi agama yang

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 15


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

mandiri. Kesalahan penafsiran tersebut Rotary Club, Divine Life Society,


menjadi iklan kelam bagi agama Baha’i. Vrijmetselaren-Loge (Loge Agung
Untuk mendapatkan realitas data, riset ini Indonesia), Moral Rearmament
dilakukan. Movement, Ancient Mystical
Mukmin Baha’i (sebutan bagi Organization of Rosi Crucians (AMORC)
pemeluk agama Baha’i) tak dilayani hak dan Organisasi Baha’i. Pertimbangan
sipilnya oleh aparat pemerintah setempat pencabutan Gus Dur atas Kepres Nomor
dengan dalih belum/tak diakui negara 264 dipandang sudah tidak sesuai lagi
sebagai agama resmi. Meski demikian, dengan prinsip demokrasi; meskipun
tetap kokoh beragama Baha’i di tengah dalam kenyataannya Keputusan Presiden
problem berupa tak diakuinya agama Nomor 264 Tahun 1962 sudah tidak
Baha’i oleh negara (meski tak mengakui efektif lagi, namun untuk lebih
bertentangan dengan amanat Penpres memberikan kepastian hukum perlu
No.1/PNPS/1965). Bentuk riil tak diakui secara tegas mencabut Kepres Nomor 264
atau tak dipenuhinya permohonan Tahun 1962. Angin segar bagi mukmin
penerbitan akta perkawinan warga Baha’i Baha’i era Gus Dur semasa menjabat
(kawin secara Baha’i), kolom agama Presiden RI menerbitkan Kepres
dalam KTP diberi tanda setrip (-), sekolah No.69/2000 mencabut larangan 7
formal tidak diberi pelajaran agama organisasi termasuk Baha’i yang pernah
Baha’i, bahkan harus pindah agama lain dikeluarkan Presiden Soekarno dalam
(satu di antara agama mayoritas), Kepres Nomor 264 Tahun 1962. Kepres
pemakamannya disendirikan dengan Gus Dur belum berdampak positif secara
pemakaman umum. luas bagi umat Baha’i, khususnya di Desa
Diskriminasi itu imbas tak Cebolek Kidul, Kecamatan Margoyoso,
memahaminya aparatur negara di aras Kabupaten Pati, Jateng. Jumlahnya hanya
terbawah (seperti dinas kependudukan 10 KK, 27 jiwa dari 3.500 jumlah
dan catatan sipil, dinas pendidikan dan penduduk desa (Rosyid, 2015).
kebudayaan, dan camat) bahwa
pemerintah tak membatasi jumlah agama, Nasib Agama Baha’i Pasca Kepres Gus
sehingga agama Baha’i pun sah hidup di Dur
Indonesia manakala ajarannya tak Hal yang menyebabkan Kepres
bertentangan dengan perundangan. Gus Dur tak berjalan optimal diakibatkan
Organisasi Baha’i dalam perjalanannya di oleh, Pertama, pemahaman
Indonesia dilarang berdasarkan penyelenggara pemerintah dari level atas
Keputusan Presiden Nomor 264 Tahun (pemerintah pusat) hingga pemda
1962 tentang Larangan Adanya (terbawah) terhadap perundangan yang
Organisasi Liga Demokrasi, Rotary Club, tidak optimal. Sebagaimana pemahaman
Divine Life Society, Vrijmetselaren-Loge Penpres Nomor 1/PNPS/1965 Pasal 1
(Loge Agung Indonesia), Moral ayat (1) bahwa negara tak membatasi
Rearmament Movement, Ancient jumlah agama. Semua agama berhak
Mystical Organization Of Rosi Crucians hidup di Indonesia. Asalkan, tidak
(AMORC) dan Organisasi Baha’i. bertentangan dengan perundang-
Presiden Gus Dur mencabut dengan undangan. Kedua, poin pertama tersebut
Kepres Nomor 69 Tahun 2000 tanggal 23 akibat tidak dipelajari muatan
Mei 2000 tentang Pencabutan Kepres perundangannya, hanya berdasarkan
Nomor 264 Tahun 1962 tentang Larangan mewarisi pemahaman secara turun-
Adanya Organisasi Liga Demokrasi, temurun atas dasar ’mendengar’. Di sisi

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 16


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445
Memotret Agama Baha’i …….(Moh. Rosyid, hal 1-17)

lain, pejabat di lingkungan pemda DAFTAR PUSTAKA


mempertahankan pemahaman tersebut
Haryanto, Ignatius. Ketakutan akan Kiri.
tanpa upaya pendalaman sehingga muatan
Kompas, 5 Maret 2016.
perundangan tak memiliki makna.
Jamil, M.Mukhsin. Agama-Agama Baru
Kedua hal itu sebagai penanda
di Indonesia. Pustaka Pelajar:
bahwa perlu kepedulian akademisi untuk
Yogyakarta. 2008.
memberikan pencerahan pada publik,
Jati, Wasisto Raharjo. Jokowi dan Dunia
khususnya pada penyelenggara negara
Riset Indonesia. Kompas, 24
melalui hasil riset dan lainnya agar
Oktober 2015.
pemerintah melayani, menghormati, dan
Rosyid, Moh. Toleran dalam Berderma.
memenuhi hak umat beragama, apa pun
Koran Muria, 2 Januari 2015.
agamanya, terutama minoritas yang
----- Agama Baha’i dalam Lintasan
rentan diperlakukan tidak bijak oleh
Sejarah di Jawa Tengah.
mayoritas.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
2015.
PENUTUP
Prasojo, Eko. Revolusi Mental Birokrasi.
Terlayaninya hak sipil warga negara, apa
Kompas, 27 Oktober 2015.
pun agamanya, merupakan kewajiban
Sasmita, Ira. Baha’i Faith: Keesaan
pemerintah. Akan tetapi, hal tersebut tak
Tuhan, Kesatuan Agama dan
terwujud bila pemimpin (sebagai atasan)
Kesatuan Umat Manusia.
tak menegakkan perundangan dengan
Newsletter Institute for
tegas. Imbas yang diderita umat Baha’i
Interfaith Dialogue in
adalah hak sipilnya tak dilayani, seperti
Indonesia (Interfidei):
tak dipenuhinya permohonan penerbitan
Yogyakarta, 2010.
akta perkawinan warga Baha’i yang
Takwin, Bagus. Deteksi Ketimpangan
kawin secara Baha’i, kolom agama dalam
dengan Barometer Sosial,
KTP diberi tanda setrip (-), sekolah
Kompas, 10 Agustus 2015.
formal tidak diberi pelajaran agama
Baha’i bahkan harus pindah agama lain
(satu di antara agama mayoritas), dan
pemakamannya disendirikan dengan
pemakaman umum. Hal ini merupakan
imbas (berdasarkan pemahaman
pemerintah) kesalahan pemahaman
bahwa agama Baha’i adalah agama tak
resmi. Padahal, negeri ini bukan negara
agama, bukan pula negara sekuler, tapi
Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang memfasilitasi agama bagi
warganya, apa pun agamanya. Sehingga
pemerintah pun tak pernah meresmikan
sebuah agama satu pun, tapi berhak hidup
dan dijamin kehidupan warganya yang
beragama.

Vidya Samhita Jurnal Penelitian Agama, II (2) 2016 17


p-ISSN: 2460-3376, e-ISSN: 2460-4445

You might also like