You are on page 1of 32

Rancang Bangun Prototype STATION ( Smart Irigation)

Sistem Irigasi Tetes Otomatis Pada


Masa Pembibitan Tanaman Cabe Berbasis Arduino UNO

LAPORAN PENELITIAN ORIENTASI ANGGOTA BARU – KPM UNJ

Disusun Oleh :
Bobbi Anggara Putra Sanjaya
Meista Putri Rahalia
Deko Iris Anggela
Dewi Rahmawati
Yuli Maulida
Adam Awaludin
Afif Rivaykusnanto
Rike Nur Ramadana

KELOMPOK PENELITI MUDA


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIAN ORIENTASI ANGGOTA BARU


KELOMPOK PENELITI MUDA UNJ 2019
1. Judul Kegiatan : Rancang Bangun Prototype Station (Smart
Irigation) Sistem Irigasi Tetes Otomatis Pada
Masa Pembibitan Tanaman Cabe Berbasis
ArduinoUNO
2. Ketua Tim
Penelitian
a. Nama : Bobbi Anggara Putra Sanjaya
b. NIM : 1502619048
c. Jurusan/Fakultas : S1 Teknik Mesin
d. Alamat Rumah : Depok, Jawa Barat
e. Alamat e-mail :-
f. No. Hp : 0856 9191 2818
3. Fasilitator
a. Nama : Hidayat
b. No. HP : 0857 5977 0317

4. Asisten Fasilitator
a. Nama : Denanda Harwin Rohan
b. No.HP : 0822 1532 0282

5.Jumlah Anggota Peneliti : 21 orang

Bogor, 12 Oktober 2019

Ketua Umum
KPM UNJ Ketua Tim Penelitian

(Pedja Koswara, APMM) Bobbi Anggara Putra Sanjaya


NTA. 011 14 14 01 01 NIM. 1502619048

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala limpahan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
Rancang Bangun Prototype STATION ( Smart Irigation) Sistem Irigasi Tetes
Otomatis Pada Masa Pembibitan Tanaman Mikro Berbasis Arduino UNO.
Penyusunan karya tulis ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa
bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah yang telah memberikan keridhoan-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tulisan in tepat waktu.
2. Hidayat selaku fasilitator atas bimbingan yang telah diberikan.
3. Denanda Harwin Rohan selaku asisten fasilitator atas bimbingan yang telah
diberikan.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan
penulisan karya tulis ilmiah ini.
Semoga segala bantuan, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan
kepada penulis menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan dari Allah.
Penulis juga berharap agar karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis menyadari karya tulis ini tidak luput dari berbagai kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang demi kesempurnaan dan perbaikan
karya tulis ilmiah ini.

Bogor, 12 Oktober 2019


Penulis

iii
ABSTRAK

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi besar dalam pengembangan


produksi pangan. Sampai saat ini Indonesia masih berusaha dalam meningkatkan
produktivitas sektor pertaniannya, terutama tanaman pangan. Hal ini dilakukan untuk
mendukung swasembada pangan berkelanjutan yang dilakukan melalui peningkatan
produksi beras nasional. Peningkatan jumlah penduduk menuntut sektor pertanian
untuk terus lebih produktif dalam mencukupi kebutuhan pangan. Pada tahun 2017
produksi padi nasional mengalami pertumbuhan 2,56% dibanding tahun sebelumnya.

Namun, salah satu komoditas andalan Indonesia yaitu cabai sering mengalami
gangguan dalam proses pembibitanya. Cabai yang merupakan tanaman yang
sebenarnya mudah untuk ditanam disekitar rumah, namun jika kita melihat sektor
budidaya cabai yang memiliki potensi besar untuk mencapai swasembada pertanian
pada 2045, haruslah memiliki suatu metode yang serius dimulai proses pembibitan,
masa tanaman, hingga proses pemanenan.

Salah satu hal yang menjadi faktor bagus tidaknya dalam pertumbuhan cabai adalah
metode irigasi yang diterapkan. Dalam skala besar dan lanjut, sistem irigasi
memerlukan cadangan air yang cukup banyak, namun saat ini 97% wilayah Indonesia
sedang mengalami musim kemarau (BMKG, 2019), dalam proses ini harus ada suatu
langkah yang dapat menghemat air namun tetap proses irigasi dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Masih banyaknya metode irigasi secara konvensional yang
dilakukan oleh para pengusahan budidaya tanaman cabai, yang dapat membuat boros
air dan efektifitas dan efisien terhadap pertumbuhan tanaman rendah. Prototype
STATION (Smart Irigation) ini fokus dengan memberikan suatu sistem irigasi
dengan metode tetes otomatis berbasis Arduino UNO.

Dengan memanfaatkan teori Tekanan Hidrostatis, dimana semakin tinggi daerah air
yang jatuh maka tekanan air semakin besar. Sehingga tekanan air ini akan mempu
mendorong ke Flow Valve Control yang sudah dicontrol oleh mikrokontroler
Arduino UNO dengan timer tertentu. Sehingga air akan masuk ke emiter tetes dan
menetes pada bibit cabai.

Tanaman cabai dalam proses pembibitan memerlukan air sebanyak 125 ml/hari
(Kebun Pedia, 2017). Dalam hasil penelitian ini, diambil 3x waktu eksperimen yaitu
5 menit mendapat 130 ml, dan 10 menit 210 ml, 15 menit 230 ml. Dengan demikian
hanya berbeda 5 ml saja dalam waktu 5 menit/hari, maka kebutuhan bibit tanaman
cabai terpenuhi. Jika dalam sehari akan mengalami melakukan penyiaraman 2x
sehari yaitu pagi dan sore, maka setiap penyirama membutuhkan waktu 2,5 menit
dengan volume air 70 ml. Jika dikonversi dalam tetes, 1 tetes = 0.05 ml, artinya
membutuhan dalam satu kali penyiraman itu sebanyak 1300 tetes.

iv
ABSTRACT
Indonesia as an agrarian country has great potential in developing food production.
Until now, Indonesia is still trying to improve the productivity of the agricultural
sector, especially food crops. This is done to support sustainable food self-sufficiency
which is done through increasing national rice production. Increasing the population
requires the agricultural sector to continue to be more productive in meeting food
needs. In 2017 national rice production grew 2.56% compared to the previous year.

However, one of Indonesia's mainstay commodities, namely chili, often experiences


disruption in its breeding process. Chili is a plant that is actually easy to grow around
the house, but if we look at the chili cultivation sector that has great potential to
achieve agricultural self-sufficiency in 2045, it must have a serious method starting
from the nursery process, the period of the plant, to the harvesting process.

One of the things that is a good factor in the growth of chili is the irrigation method
applied. On a large scale and further, the irrigation system requires considerable
water reserves, but currently 97% of Indonesia is experiencing a dry season (BMKG,
2019), in this process there must be a step that can save water but still the irrigation
process can proceed as should be. There are still many conventional irrigation
methods carried out by chilli cultivation entrepreneurs, which can make wasteful of
water and the effectiveness and efficiency of plant growth is low. Prototype
STATION (Smart Irrigation) is focused by providing an irrigation system with
automatic Arduino-based UNO drip method.

By utilizing the theory of Hydrostatic Pressure, where the higher the area of water
that falls, the greater the water pressure. So that this water pressure will be able to
push to the Flow Valve Control which has been controlled by the Arduino UNO
microcontroller with a certain timer. So that the water will enter the emiter drops and
drips on the chilli seeds.

Chili plants in the nursery process require 125 ml of water / day (Kebun Pedia, 2017).
In the results of this study, taken 3x the time of the experiment is 5 minutes to get
130 ml, and 10 minutes 210 ml, 15 minutes 230 ml. Thus only differing 5 ml within

v
5 minutes / day, then the needs of chilli plant seeds are met. If you are going to do
the broadcasting 2x a day, in the morning and evening, each watering takes 2.5
minutes with a volume of 70 ml water. If converted in drops, 1 drop = 0.05 ml,
meaning that it needs 1300 drops in one watering.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... ii


KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
Abstrak .……………………………………………………………………………………………………………….. iv

Abstract……………………………………………………………………………………………………………………v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii


BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................................. 4
D. Perumusan Masalah .................................................................................................. 4
E. Tujuan ........................................................................................................................ 5
F. Manfaat ....................................................................................................................... 5
BAB II ...................................................................................................................... 6
TELAAH PUSTAKA .................................................................................................... 6
A. Landasan Teori .......................................................................................................... 6
1. Rancang Bangun ....................................................................................................... 6
2. Pembibitan Tanaman Cabai ...................................................................................... 6
3. Irigasi Tetes ............................................................................................................... 7
4. Arduino UNO.......................................................................................................... 12
5. Flow Valve Control................................................................................................. 12
B. Proses Pembibitan Tanaman Cabai ..................................................................... 13
C. Karakteristik Tanaman Cabai .............................................................................. 14
D. Penelitian Yang Relevan ................................................................................. 15
E. Kerangka Konseptual ............................................................................................ 17
BAB III ................................................................................................................... 18
METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................... 18
A. Gambaran Umum Penelitian ................................................................................... 18
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................. 18
C. Metode Penelitian ..................................................................................................... 18
D. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................................... 18

vii
E. Rancangan Alat 2D ................................................................................................... 19
F. Diagram Alir Penelitian ........................................................................................... 20
G. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 20
H. Teknik Analisis Data ............................................................................................... 21
BAB IV ................................................................................................................... 22
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................... 22
A. Pengujian Alat ........................................................................................................ 22
B. Deskripsi Data ........................................................................................................ 22
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................ 22
BAB V .................................................................................................................... 23
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 23
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 23
B. Saran ....................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 24

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pertanian di indonesia dapat dikatakan sebagai roda penggerak perekonomian
nasional. Selain menghasilkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, pertanian juga sedang menjadi prioritas untuk ditingkatkan
produktivitasnya. Saat ini sektor pertanian Indonesia dari sisi produksi merupakan
sektor kedua paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, setelah
industri pengolahan. Posisi sektor pertanian masih di atas sektor lainnya, seperti
perdagangan maupun konstruksi. Pada triwulan II 2017 sektor pertanian terus
memberi kontribusi positif untuk perekonomian Indonesia. Kondisi ini tak lepas dari
road map pertanian yang sudah disusun pemerintah untuk menjadikan Indonesia
sebagai Lumbung Pangan Dunia tahun 2045.

Apabila perencanaan pembangunan pertanian dan pelaksanaannya dikelola


dengan baik, pembangunan pertanian yang dilaksanakan dengan seksama dapat
memperbaiki pendapatan penduduk secara merata dan berkelanjutan. Pada akhirnya,
hasil pembangunan tersebut dapat memakmurkan masyarakat Indonesia secara
menyeluruh. Sampai saat ini Indonesia masih berusaha dalam meningkatkan
produktivitas sektor pertaniannya, terutama tanaman pangan. Hal ini dilakukan untuk
mendukung swasembada pangan berkelanjutan yang dilakukan melalui peningkatan
produksi beras nasional. Peningkatan jumlah penduduk menuntut sektor pertanian
untuk terus lebih produktif dalam mencukupi kebutuhan pangan. Pada tahun 2017
produksi padi nasional mengalami pertumbuhan 2,56% dibanding tahun sebelumnya.
Produksi jagung juga meningkat 18,55%. Pada tahun 2017 ini Indonesia sudah
berhasil menghentikan impor beberapa komoditas pangan untuk memenuhi
kebutuhan nasional. Komoditas beras, cabai, dan bawang merah saat ini sudah tidak
tergantung pada impor lagi. Pada tahun 2019 Indonesia juga berencana akan
swasembada bawang putih dan gula konsumsi. Namun masih pada tahun ini ada
beberapa komoditas yang mengalami banyak penurunan produksinya, seperti kedelai
yang mengalami penurunan produksi 36,9% dan kacang tanah sebesar 15,8%. Hal

1
ini menunjukkan masih kurangnya pemerataan upaya untuk meningkatkan
produktivitas semua komoditas pertanian.

Pertanian Indonesia saat ini bisa dikatakan terus mengalami perkembangan.


Namun jika dilihat lebih dalam, tetap beberapa permasalahan yang terus
menghambat, salah satunya adalah penurunan tenaga kerja pertanian. Pada tahun
2016 lalu indonesia kehilangan 0,51% tenaga pertanian dan tahun ini kehilangan
2,21%. Selain itu, permasalahan yang menghambat perkembangan pertanian tahun
ini adalah kurangnya benih berbagai komoditas tanaman pangan, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Sampai Oktober 2017 produksi benih padi inhbrida mengalami
penurunan hampir 40 ribu ton dan padi hibrida hanya naik sekitar 15 ton an.

Penyebab tanaman kurang bagus yaitu: tidak memperhatikan kesuburan tanah,


wadah terlalu kecil, terlalu banyak menyiram, posisinya kurang strategi, dan
permasalah saat ini adalah kemarau panjang. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika ( BMKG) memprediksi puncak musim kemarau terjadi pada Agustus-
September 2019.

Kepala Sub Bidang Analisis dan Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi
mengatakan, saat ini, wilayah Indonesia 97 persennya sedang mengalami musim
kemarau. berdasarkan monitoring BMKG di pos-pos hujan seluruh kecamatan
Indonesia, kemarau paling ekstrem tersebar dari wilayah Jawa, Bali, dan Nusa
Tenggara. Hal tersebut dikarenakan di wilayah-wilayah tersebut sudah tidak ada
hujan selama 2 bulan sepanjang 2019 ini. Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY,
NTB, NTT. Di NTT ada satu wilayah yang lebih dari 100 hari tidak ada hujan, ada 1
kecamatan yang 157 hari tidak hujan. 5-4 bulan tidak ada hujan, membuat kekeringan
ekstrem, antara lain terjadi di Lampung, Jawa, Banten, Jawa Barat, Jakarta Utara,
Jawa Tengah, DIY, Bali, dan Nusa Tenggara. Warga Serpong Krisis Air Bersih
Sudah 3 Minggu Kemarau tahun ini juga menyebabkan hotspot atau sebaran titik api
di beberapa daerah melampaui kondisi tahun 2018. "Pada Agustus, khusus Riau,
hotspot 2019 sudah melampaui kondisi 2018. Jambi juga melampaui padahal
kemarau masih akan dihadapi 1-2 bulan lagi. Perlu kewaspadaan lebih untuk
wilayah-wilayah yang sudah melampaui tahun 2018. Tahun ini kemaraunya memang
lebih kering dari 2018.

2
Pada saat ini petani masih menggunakan cara yang manual dalam
pertaniannya. Seperti menyiram tanaman secara manual, yang harus menyiram
tanaman secara satu persatu. hal itu membutukan waktu yang lama dan tenaga yang
ekstra. Umumnya para petani menyewakan jasa penyiram tanaman yang tentunya
mengeluarkan dana yang tidak sedikit.

Potensi ketersediaan air semakin menurun. Meningkatnya kebutuhan terhadap


air di bidang pertanian secara hemat, efektif, dan efisien. Untuk itu diperlukan sistem
irigasi yang dapat menekan atau menjalankan kehilangan air melalui evaporasi,
perkolasi dan aliran permukaan, tanpa menurunkan produktivitas lahan (Murty,
2002). Sistem irigasi merupakan suatu sistem pengairan tepat guna yang memiliki
dua fungsi, yaitu fungsi umum dan fungsi spesifik. Secara garis besar fungsi umum
dari suatu sistem irigasi adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sedangkan
fungsi spesifik dari sistem irigasi diantaranya mengambil air dari sumber (diverting),
membawa / mengalirkan air dari sumber ke lahan permanen (conveying),
mendistribusikan air kepada tanaman (distributing) dan mengatur dan mengukur
aliran air (regulating and measuring). Dalam kondisi tertentu, penyiraman tanaman
yang di lakukan oleh petani telalu banyak yang berakibat air dapat menggenangi
tanah pembibitan sehingga kandunfan garam dalam tanah tersebut terlalu banyak.
Untuk mengatasi hal ini maka sistem irigasi tetes dapat menjadi solusinya.

Disini kami mengambil sampel dalam pembibitan cabai. Tanaman cabai


memiliki potensi yang baik untuk dimanfaatkan dalam bisnis karena kebutuhan akan
cabai tergolong tinggi dan harga cabai pun bisa dibilang mahal . Harga satu kilo
cabai bisa mencapai Rp 100.000,00. Jika pasokan cabai sedikit akan mengakibatkan
harga cabai melonjak. Penyebab harga cabai melonjak dipengaruhi oleh jumlah
permintaan yang besar, sedangakan persediaan cabai sedikit. Salah satu faktor umum
sedikitnya persediaan cabai adalah terjadinya gagal panen. Gagal panen pada cabai
biasanya terjadi saat musim hujan dengan curah hujan yang tinggi dan musim
kemarau yang panjang. Hal ini berhubungan langsung dengan komposisi air pada
tanaman cabai. Pada saat itu komposisi air dalam cabai tidak stabil dan tidak sesuai
kebutuhan. Sehingga sistem irigasi berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan cabai. Melalui sistem pengairan yang tepat bisa menghasilkan cabai
yang berkualitas dan mengurangi resiko gagal panen pada cabai. Dengan adanya

3
irigasi yang tepat kebutuhan air pada tanaman cabai dapat terkontrol secara langsung
dan dapat membantu dalam penghematan air pada musim kemarau. Dengan
demikian, cabai yang dihasilkan lebih berkualitas karena kebutuhan air terkontrol
dengan baik pada musim kemarau dan musim penghujan.

Dalam hal ini kami merancang sebuah alat yang bisa membantu produsen
tanaman cabai dalam proses pembibitan cabai dengan sistem irigasi tetes otomatis.
Petani juga tidak susah payah lagi untuk menyiram tanaman secara manual atau pun
menyewa orang untuk menyiram tanaman nya. karena alat ini bisa berkerja sendiri
secara otomatis dan efesien.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apakah metode irigasi tetes Prototype STATION merupakan hal yang tepat?
2. Bagaimana cara pengoperasian Prototype STATION?
3. Apakah prototype station (smart irrigation) dapat beroperasi dengan baik?

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini ialah hanya untuk tanaman bibit
kelompok tumbuhan mikro (tanaman cabai), karena tumbuhan yang seperti ini tidak
membutuhkan air yang terlalu banyak. Jika tumbuhan ini terlau banyak
menggunakan air dan menggenangi tumbuhan tersebut bisa jadi tumbuhan itu akan
membusuk. Jika menggunakan irigasi tetes kebutuhan tumbuhan terhadap air bisa
terpenuhi dengan baik. Penelitian ini tidak bisa digunakan pada tanaman besar seperti
kayu jati, kayu berbau, kayu cendana dll. karena tumbuhan seperti ini membutukan
air yang sangat banyak jadi tidak mungkin jika menggunakan penelitian irigasi tetes.

D. Perumusan Masalah
Apakah alat ini dapat bekerja dengan baik sebagaimana mestinya?. Sehingga
melalui alat tersebut, kandungan air pada pembibitan tanaman cabai dapat terpenuhi
secara optimal walaupun cuaca tidak menentu dan dapat mempermudah petani
bekerja dalam hal irigasi.

4
E. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Untuk mengontrol kebutuhan air pada saat musim penghujan
B. Untuk membantu menghemat air saat musim kemarau
C. Membantu petani dalam sistem pengairan dari konvensional menjadi sistem
otomatis sehingga lebih efisien dalam bekerja.

F. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bisa menghemat air.
2. Petani tidak perlu menyemprot tanaman secara satu persatu.
3. Bernilai ekonomis karena petani tidak perlu menyewakan jasa penyiram

5
BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Rancang Bangun
Rancang merupakan serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil analisis
dari sebuah sistem kedalam Bahasa pemograman untuk mendeskripsikan dengan
detail bagaimana komponen-komponen sistem diimplementasikan. Sedangkan
pengertian bangun atau pembangunan sistem adalah kegiatan menciptakan baru
maupun mengganti atau memperbaiki sistem yang telah ada baik secara keseluruhan
maupun sebagian. (Pressman,2002)
Rancang bangun sangat berkaitan dengan perancangan sistem yang merupakan
satu kesatuan untuk merancang dan membangun sebuah aplikasi. Menurut Tata
Sutabri (2005:284), perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang
diperlukan oleh sistem baru. Jika sistem itu berbasis computer, rancangan dapat
menyertakan spesifikasi jenis peralatan yang akan digunakan. Sedangkan Jogiyanto
(2001:196) menjelaskan bahwa perancangan sistem dapat di definisikan sebagai
gambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen
yang terpisahkan ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Tujuan dari
perancangan sistem yaitu untuk memenuhi kebutuhan para pemakai sisyem dan
memberikan gambaran yang jelas serta rancang bangun yang lengkap kepada
programer. Kedua tujuan ini lebih berfokus pada perancangan atau desain sistem
yang terinci yaitu pembuatan rancang bangun yang jelas dan lengkap yang nantinya
digunakan untuk pembuatan program komputernya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan rancang bangun sistem merupakan
kegiatan menterjemahkan hasil analisa kedalam bentuk paket perangkat lunak
kemudian menciptakan sistem tersebut atau memperbaiki sistem yang ada.

2. Pembibitan Tanaman Cabai


Cabai adalah sejenis sayuran buah semusim yang termasuk dalam anggota
genus Capsium yang banyak disukai oleh masyarakat dan sebagai penyedap rasa
masakan. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan aromanya

6
yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera
makan. Karena cabai merupakan sayuran yang dikonsumsi setiap saat, maka
cabai akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian nasional.
Cabai mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibanding sayuran
lainnya. Pada umumnya, cabai dikonsumsi atau diperlukan untuk bahan
penyedap berbagai macam bahan masakan, sebagai penghasil minyak atsiri, dan
bahan ramuan obat tradisonal, cabai juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku kosmetik, dan memiliki beberapa manfaat kesehatan salah satunya adalah
zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu
kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan
harian setiap orang, namun tetap harus dikonsumsi secukupnya.

3. Irigasi Tetes
Irigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan
menggunakan pipa tanah liat. Di Amerika, metoda irigasi ini berkembang mulai
tahun 1913 dengan menggunakan pipa berperforasi. Pada tahun 1940-an irigasi tetes
banyak digunakan di rumah-rumah kaca di Inggris. Penerapan irigasi tetes di
lapangan kemudian berkembang di Israel pada tahun 1960-an.
Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke tanaman
dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm (tergantung jarak
antartanaman). Penyiraman dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari pagi
dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan air rendah ini menyampaikan air secara
lambat dan akurat pada akar-akar tanaman, tetes demi tetes.
Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah
kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahan-lahan kering. Drip irrigation
dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan, sayuran, tanaman keras,
greenhouse, bedengan, patio dan tumbuhan di dak. Selain oleh petani tradisional,
sistem mikro irigasi ini cocok untuk kebun perkotaan, sekolah, rumahan, operator
greenhouse. Pada dasarnya siapapun yang bercocok tanam yang butuh pengairan
yang tepat dan efisien, bisa menggunakan sistem ini.

7
Dengan penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi mikro
ini secara otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap hari
sementara anda bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.
Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi
(applicator, emission device) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah
dan frekuensi yang tinggi (hampir terus-menerus) disekitar perakaran
tanaman.Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan
dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan
debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan
rendah. Pada irigasi tetes, tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum
dapat dipertahankan. Sistem irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan secara
harian (minimal 12 jam per hari).
Irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metoda irigasi
lainnya, yaitu dapat meningkatkan nilai guna air, dimana secara umum, air yang
digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lainnya.
Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil, fluktuasi kelembaban tanah yang
tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini dan kelembaban tanah dipertahankan
pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dan meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pemberian, pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini
dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan
menjadi lebih sedikit, serta menekan resiko penumpukan garam, dan pertumbuhan
gulma, Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman,
sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan sehingga dapat menghemat tenaga kerja,
sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga
tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
Sedangkan kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah
memerlukan perawatan yang intensif karena penyumbatan pada penetes merupakan
masalah yang sering terjadi pada irigasi tetes. Penumpukan garam, bila air yang
digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang kering, resiko
penumpukan garam menjadi tinggi. Juga akan membatasi pertumbuhan tanaman
dimana pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko
kekurangan air bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat dan keterbatasan biaya

8
dan teknik, sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam
pembangunannya.
Pemberian air irigasi pada irigasi tetes meliputi beberapa metode pemberian,
yaitu sebagai berikut:
1) Irigasi tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam
bentuk tetesan yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar daerah
perakaran dengan menggunakan emitter. Debit pemberian sangat rendah,
biasanya kurang dari 12l/jam untuk point source emitter atau kurang dari
12l/jam per m untuk line source emitter.
2) Irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation). Pada metoda ini air irigasi
diberikan menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit pemberian
pada metoda irigasi ini sama dengan yang dilakukan pada irigasi tetes.
3) Bubbler irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan tanah
seperti aliran kecil menggunakan pipa kecil (small tube) dengan debit sampai
dengan 225 l/jam. Untuk mengontrol aliran permukaan (run off) dan erosi,
seringkali dikombinasikan dengan cara penggenangan (basin) dan alur
(furrow)
4) Irigasi percik (spray irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dengan
menggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Debit
pemberian irigasi percik sampai dengan 115 l/jam. Pada metoda ini, kehilangan
air karena evaporasi lebih besar dibandingkan dengan metoda irigasi tetes
lainnya.
Irigasi tetes juga dapat dibedakan berdasarkan jenis cucuran air menjadi :
(a) Air merembes sepanjang pipa lateral (viaflo)
(b) Air menetes atau memancar melalui alat aplikasi yang di pasang pada pipa lateral
(c) Air menetes atau memancar melalui lubang-lubang pada pipa lateral
Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit. Komponennya utama adalah pipa
paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Yang berdiameter lebih besar digunakan
sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil digunakan sebagai pipa tetes. Pipa
utama berfungsi sebagai pembagi air ke setiap pipa tetes. Pipa tetes diberi lubang-
lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman dengan jaraksesuai jarak antar
tanaman. Untuk mengalirkan air dari sumbernya diperlukan pompa air, juga

9
dilengkapi kran dan saringan air ke pipa utama, tidak lupa pipa konektor untuk
sambungan.
Sistem irigasi tetes di lapangan umumnya terdiri dari jalur utama, pipa
pembagi,pipa lateral, alat aplikasi dan sistem pengontrol .
1) Unit utama (head unit)
Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter (saringan) utama dan
komponen pengendali (pengukur tekanan, pengukur debit dan katup). Sistem irigasi
tetes tidak harus selalu menggunakan pompa untuk mengalirkan air ke setiap pohon.
Ada cara yang lebih simpel yaitu dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Cara
ini cocok untuk sumber air yang lebih tinggi dari kebun. Bahkan tinggi sumber air 1
m pun memungkinkan. Sistem gravitasi bisa lebih menghemat biaya, petani tidak
perlu membeli pompa untuk mengalirkan air ke seluruh kebun. Namun jika hal
tersebut sulit dilakukan karena medan sebaiknya menggunakan pompa.
Instalasi irigasi tetes sistem gravitasi memerlukan tangki sebagai penampung air,
menara penopang tangki, kran, saringan (filter), pipa PVC, sambungan pipa, dan pipa
tetes (drip line) tempat air menetes ke setiap akar tanaman. Sumber energi pompa
hidram berasal dari tekanan tinggi akibat fenomena pukulan air (water hammer)
karena adanya perubahan kecepatan tiba-tiba dari aliran air oleh penutupan katup,
sehingga pompa ini tidak memerlukan suplai energi dari luar seperti BBM atau
listrik. Hal ini tentunya sangat baik untuk mendukung pengembangan energi
terbarukan (renewable energy) yang bebas polusi.
Prinsip kerja pompa dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen seperti
pipa suplai , katup buang , katup masuk , tabung udara , dan pipa hantar. Sistem kerja
diawali aliran air dari sumber masuk melalui pipa suplai dan keluar melalui katup
buang. Naiknya kecepatan aliran akan mendorong katup buang ke atas hingga
tertutup dan menghentikan aliran air dari pipa suplai. Hal ini menyebabkan terjadinya
fenomena pukulan air sehingga tekanan naik secara drastis. Kenaikan tekanan ini
akan membuka katup masuk sehingga terjadi aliran menuju pipa hantar.
Aliran air ini yang diharapkan dari pompa ini dan dapat digunakan untuk
konsumsi kita sesuai dengan kebutuhannya. Aliran ini menyebabkan tekanan
kembali turun dan karena pengaruh beratnya sehingga katup tertutup kembali. Ini
diikuti pembukaan katup buang yang juga dipengaruhi oleh beratnya, sehingga air
akan mengalir kembali melalui katup ini dan begitulah seterusnya siklus akan terjadi

10
dengan cepat. Dengan prinsip tersebut membuat pompa hidram ini dapat bekerja
terus selama 24 jam tanpa henti. Efisiensi keseluruhan dapat diperoleh secara baik.
Lebih dari 5 persen energi dari aliran air dapat dipindahkan ke aliran kiriman.
Untuk mendesain pompa hidram perlu mencermati aliran sumber air berupa debit
sumber air pada kondisi normal dan pengukuran dilakukan pada musim kering karena
pada saat itu terjadi debit minim. Selain itu melihat ketinggian sumber air terhadap
lokasi pompa hidram dan kemiringan lokasi di bawah sumber air. Tinggi dari sumber
air ke tempat yang diharapkan untuk suplai air perlu diketahui untuk memperkirakan
penempatan pompa hidram dan berdasar populasi penduduk atau luas lahan pertanian
yang akan dilayani atau kebutuhan lainnya sesuai kondisi tiap-tiap daerah.
Pompa hidram dapat bekerja secara otomatis dan hanya membutuhkan sedikit
perawatan. Tidak membutuhkan energi dari luar untuk pemompaan seperti BBM dan
listrik, tetapi menggunakan aliran air sebagai energinya. Hampir tidak memerlukan
biaya operasional, dan karena tidak ada bagian yang bergesekan, penggunaan
pelumasan oli secara rutin tidak diperlukan.
Akibat beda ketinggian ini, air akan mengalir dari tangki melalui pipa PVC, dari
pipa PVC air kemudian mengalir ke drip lines yang memiliki lubang-lubang untuk
meneteskan air ke setiap tanaman. Pengaturan waktu penyiraman dilakukan dengan
cara membuka-tutup kran. Kran sebaiknya dilengkapi dengan filter agar kotoran
tidak masuk ke dalam pipa.
Dengan irigasi tetes sistem gravitasi, setiap tanaman akan mendapatkan jatah air
yang sama bila menggunakan regulator (panjang lk. 3 cm) di dalam pipa tetes.
Regulator ini berupa celah-celah berbentuk zig-zag. Di ujung regulator inilah
terdapat lubang kecil tempat air menetes.
2) Pipa utama (main line)
Umumnya terbuat dari pipa polyvinylchlorida (PVC), galvanized steel atau besi
cor dan berdiameter antara 7.5–25 cm. Pipa utama dapat dipasang di atas atau di
bawah permukaan tanah.
3) Pipa pembagi (sub-main, manifold)
Dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100 μm), katup selenoid,
regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang. Pipa sub-utama terbuat
dari pipa PVC atau pipa HDPE (high density polyethylene) dan berdiameter antara

11
50 – 75 mm. Penyambungan pipa pembagi–pipa utama dapat dibuat seperti yang
ditunjukkan pada.
4) Pipa Lateral
Merupakan pipa tempat dipasangnya alat aplikasi, umumnya dari pipa
polyethylene (PE) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7, berdiameter 8 – 20 mm
dan dilengkapi dengan katup pembuang. Penyambungan pipa lateral–pipa pembagi
dapat dilakukan dengan berbagai cara.
5) Alat aplikasi (applicator, emission device)
Alat aplikasi terdiri dari penetes (emitter), pipa kecil (small tube, bubbler) dan
penyemprot kecil (micro sprinkler) yang dipasang pada pipa lateral. Alat aplikasi
terbuat dari berbagai bahan seperti PVC, PE, keramik, kuningan dan sebagainya.

4. Arduino UNO
Arduino Uno adalah arduino board yang menggunakan mikrokontroler
ATmega328. Arduino Uno memuat segala hal yang dibutuhkan untuk mendukung
sebuah mikrokontroler. Hanya dengan menghubungkannya kesebuah komputer
melalui kabel USB atau memberikan tegangan DC dari baterai atau adaptor AC ke
DC sudah dapat membuatnya bekerja. Arduino Uno menggunakan ATmega16U2
yang diprogram sebagai USB-toserialconverter untuk komunikasi serial komputer
melalui port USB (Wheat, 2011). Tampak atas dari arduino uno dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 2.7 Arduino Uno


5. Flow Valve Control
Flow Valve Control adalah valve (keran/katup) otomatis yang dapat mengatur
aliran dalam sembuah sistem pemipaan secara presisi. Pada control valve, ia
menggunakan sinyal yang di dapat dari instrument yang terpasang di sistem

12
pemipaan kemudian ia akan di terjemahkan kedalam bukaan valve sesuai kebutuhan
dari jumlah alirannya. Dengan control valve, ia dapat melakukan berbagai fungsi
yang biasanya untuk mengontrol jumlah aliran atau untuk membatasi tekanan di
dalam sebuah sistem pemipaan.

Gambar 2.8 Flow Valve

B. Proses Pembibitan Tanaman Cabai


1) Pemilihan bibit cabai
Untuk memilih bibit cabe yang tepat, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya adalah menentukan jenis cabe yang akan ditanam,
misalnya cabe rawit, cabe panjang dan juga cabe merah. Selain itu perlu juga
menentukan bibit cabe yang masih segar dan yang kemudian dikupas untuk
diambil bijinya. Biji cabe yang sudah dipilah dari kulitnya kemudian di jemur
dibawah terik sinar matahari hingga kering.

Gambar 2.5 Bibit Tanaman Cabai yang mulai tumbuh di polybag

13
Gambar 2.6 Tanaman Cabai yang sudah tumbuh

2) Perawatan tanaman cabai


Perawatan tanaman cabe harus tetap diperhatikan, seperti penyiraman tanaman
jika curah hujan kurang, selain itu gulma pada lahan juga harus secara rutin
dibersihkan. Hal lainnya yang harus dilakukan adalah melakukan penyemprotan
pestisida secara rutin sesuai dengan anjuran.

C. Karakteristik Tanaman Cabai


1) Tanaman cabai yang subur serta sehat dapat terlihat dari warna daunnya,
umumnya brwarna hijau muda/hijau tua cerah, daunnya tanpa noda
putih/bercak serta daun tidak berlubang. Permukaan daun halus, serta variasi
lebar daun cukup sempurna.
2) Batang tanaman cabe kokoh dengan akar yang kuat. Indikasi akar tanaman
cabai yang kokoh yaitu tanah disekitarnya gembur karena banyak sekali
aktifitas mikroorganisme tanah, seperti cacing, dan hewan-hewan dinitrivor
lainnya.
3) Disetiap cabang tanaman cabai tumbuh lebih dari 5 cabang pokok dan
rimbunnya tunas-tunas muda/tunas aksiler yang harus dirempel. Perempelan
pada tanaman cabai ini memberikan banyak manfaat dan keuntungan.
4) Diketiak daunnya mulai tumbuh bunga-bunga cabe dalam jumlah tak
terbatas, karena idealnya bunga yang jadi nantinya akan mampu
menghasilkan lebih dari 1 kg/pohon/masa panen, dan ini tentu juga begantung
pada varietas cabe yang dipakai.

14
5) Organ tanaman, mulai dari akar, batang daun, bunga, dan calon buah terbebas
dari hama dan penyakit.

Tanaman cabai merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap kelebihan


ataupun kekurangan air. Jika tanah telah menjadi kering dengan kadar air dibawah
limit, maka tanaman akan kurang mengabsorpsi air sehingga menjadi layu dan lama
kelamaan akan mati. Demikian pula sebaliknya. Pada tanah yang banyak
mengandung air akan menyebabkan aerasi tanah menjadi buruk dan tidak
menguntungkan bagi pertumbuhan akar, akibatnya pertumbuhan tanaman akan kurus
dan kerdil. Kebutuhan air untuk tanaman cabai akan sejalan dengan pertumbuhan
tanaman lainnya. Untuk fase vegetatif rata-rata dibutuhkan air pengairan sekitar 200
ml/hari/tanaman, sedangkan untuk fase generatif sekitar 400 ml/hari/tanaman.

D. Penelitian Yang Relevan


No. Data Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan
sistem penyiram tanaman yang
Rancang Bangun telah dibuat
Penyiram Tanaman dapat menyiram tanaman
Erricson Zet Kafiar
Berbasis secara otomatis. Android
Elia Kendek Allo
1 Arduino Uno akan menerima dan
Dringhuzen Mamahit
Menggunakan Sensor menampilkan nilai dari kondisi
(2018)
Kelembaban YL-39 tanah apakah kering, lembab
Dan YL-69 atau basah sesuai dengan
pembacaan dari sensor
kelembaban tanah.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan
memberikan variabel berbeda-
Rancang bangun sistem
beda. Sistem penyiraman dapat
penyiraman tanaman
Chusniati Dhonny bekerja dengan baik, dimana
anggrek dendrobium
2 Widodo pompa air (On) bekerja pada
menggunakan sensor
(2017) saat kelembaban udara
sht11 pada fase
menurun untuk melakukan
pembungaan
penyiraman dan kipas (On)
berjalan pada saat suhu naik
dari nilai yang ditentukan.
Hasil yang dicapai adalah
Aplikasi penyiraman meningkatkan aspek
tanaman otomatis kenyamanan dan kemudahan
Wardani, yudi
untuk para masyarakat dan
3 (2016) berbasis
pemerintahan. dimana
mikrokontroller
rangkaian alat ini bekerja
arduino uno setelah semua perangkat hidup
dari relay dan langsung

15
penyiraman tanaman secara
otomatis sesuai dengan
kebutuhan kita.
Hasil yang dicapai adalah
Sistem irigasi tetes dapat
menghemat pemakaian air,
karena dapat meminimumkan
kehilangan-kehilangan air
yang mungkin terjadi seperti
Irigasi Tetes Pada perkolasi, evaporasi dan aliran
Fusanto, Tomi permukaan, sehingga memadai
4 Budidaya Tanaman
(2014) untuk diterapkan di daerah
Cabai (Capsicum pertanian yang mempunyai
Annum) sumber air yang terbatas.
Irigasi tetes pada umumnya
digunakan untuk tanaman-
tanaman bernilai ekonomi
tinggi, termasuk tanaman
cabai.

16
E. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Tandon air

Tekanan Hidrostatis => P = ρ .g.h


Teori Gravitasi Ket : P = tekanan
ρ = masa jenis air
g = gravitasi
h = tinggi

Mikrokontroller Sumber Tegangan


Flow Valve Control
Arduino 12V

v
Proses Timer

Tutup Buka

Emiter Tetes

Tanaman

End

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian


Penelitian ini dibuat untuk membantu proses pembibitan tanaman cabai dengan
menggunakan sistem irigasi tetes otomatis secara berkala berbasis waktu dan arduino
uno. Cara kerjanya adalah dengan jeda waktu yang dikontrol menggunakan arduino
akan mengendalikan terbuka dan tertutupnya katup air yang selanjutnya akan
disalurkan ke setiap flow valve.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Pembuatan : Oktober 2019
2. Waktu Pengujian : 19 Oktober 2019
3. Tempat Pembuatan : Universitas Negeri Jakarta
4. Tempat Pengujian : Villa Silma Kp. Cilember Desa Jogjogan Kec.Cisarua
Kab.Bogor
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yakni penelitian
ilmiah sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya. Tujuan penelitian ini adalah membantu sekaligus mengamati proses
tumbuhnya tanaman yang sedang dalam masa pembibitan menggunakan sistem
irigasi tetes. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian yakni sistem irigasi
tetes otomatis sebagai variabel bebas dan efektivitas pertumbuhan meningkat sebagai
variabel terikat. Indikator-indikator variabel tersebut akan dikembangkan menjadi
butir-butir pernyataan yang dituangkan ke dalam tabel-tabel. Metode penelitian
kuantitatif ini sesuai dengan pendapat Creswell (2014) yang menyatakan penelitian
kuantitatif merupakan pendekatan untuk menguji teori objektif dengan menguji
hubungan antar variabel.

D. Alat dan Bahan Penelitian


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

18
- Autocad
- Arduino Genuino
- Microsoft Office (Word, Power Point)
2. Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Notebook
- Arduino UNO dan kabel USB
- Flow control valve
- Layar LCD
E. Rancangan Alat 2D
Alat ini berupa prototipe yang akan diimplementasikan pada lahan. Bibit tanaman
mikro yang diambil dalam prototipe adalah model pembibitan tanaman dengan
polybag. Berikut ini rancangan Prototipe STATION :

Gambar 3.1 Rancangan Alat

19
F. Diagram Alir Penelitian
Gambar diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.

Mulai

Studi Pustaka

Planning

Pembelian Alat

Pembuatan station

Pengujian

Berhasil
?
Tidak

Ya

Implementasi

Selesai Maintenance

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan mengukur
banyaknya tetesan hasil keluaran berdasarkan waktu terbukanya katup.
Tabel 3.1 Tabel Pengujian Prototipe Station
No. Flow valve control open Jumlah Tetes Jumlah ml
1 5 menit 2600 130
2 10 menit 4200 210
3 15 menit 4600 230

20
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini langkah awal yang dilakukan adalah mencari
referensi yang relevan terhadap penelitian ini, dan melakukan pengumpulan alat
dan bahan yang diperlukan. Setelah itu, penghitungan jumlah tetesan dalam
pembuatan prototipe dilakukan untuk pengujian berfungsi atau tidaknya alat. Dapat
mengetahui berfungsi atau tidaknya alat ketika semakin lama waktu dibuka flow
valve controlnya alat semakin banyak tetesan airnya.

21
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengujian Alat
Pada saat uji coba alat setelah pemrograman selesai, arduino berhasil membuka
dan menutup valve. Ketika katup air terbuka, secara otomatis air yang tertampung
dibagian atas akan mengalir ke bawah yang kemudian akan mengisi penuh pipa
yang ada dibawahnya untuk selanjutnya dialirkan ke dalam setiap water cone, jika
water cone sudah penuh dan melewati batas keran, maka air akan menetes.

B. Deskripsi Data

No. Flow valve control open Jumlah Tetes Jumlah ml


1 5 menit 2600 130
2 10 menit 4200 210
3 15 menit 4600 230

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan mengukur banyaknya


tetesan hasil keluaran berdasarkan waktu terbukanya katup. Pada saat katup terbuka
selama 5 menit, jumlah tetesan yang keluar sebanyak 2600 tetes dengan volume air
0.05 ml/tetes, sehingga jumlah volume air yang keluar sebesar 130 ml. Pada saat
katup terbuka selama 10 menit, jumlah tetesan yang keluar sebanyak 4200 tetes
dengan volume air 0.05 ml/tetes, sehingga jumlah volume air yang keluar sebesar
210 ml. Pada saat katup terbuka selama 15 menit, jumlah tetesan yang keluar
sebanyak 4600 tetes dengan volume air 0.05 ml/tetes, sehingga jumlah volume air
yang keluar sebesar 230 ml.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


Rata-rata tanaman cabai memerlukan 62.5ml air untuk setiap kali penyiraman.
Jadi, pada alat ini diperlukan waktu selama 5 menit untuk memenuhi kebutuhan
pengairan pada tanaman cabai per satu harinya.

22
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Alat dapat bekerja dengan baik, karena mampu mengalirkan air. Akan tetapi
untuk digunakan dalam cuaca yang tidak baik belum diuji. Alat ini juga mampu
membantu petani sebab dalam melakukan irigasi untuk bibit dapat dilakukan
dengan otomatis dan lebih terukur volumenya.
B. Saran
1. Sebaiknya, dilakukan juga pengujian pada saat kondisi cuaca buruk agar
dapat dilihat apakah alat ini dapat bekerja dalam cuaca buruk atau tidak, jika
tidak maka sebaiknya diciptakan alat yang mampu bekerja pada cuaca buruk.
2. Sebaiknya menggunakan relay pada alat ini sehingga valve yang digunakan
dapat bekerja dengan optimal.
3. Sebaiknya menggunakan valve yang dapat mengaliri air lebih besar sehingga
proses irigasi tetes dapat bekerja dengan lebih baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Control Valve. 2017. Memahami Cara Kerja Control Valve. (dari


http://www.idpipe.com/2017/01/memahami-cara-kerja-control-valve.html , diakses
Februari, 2017)
Arduino. 2019. Pengertian Arduino UNO. (dari https://ilearning.me/sample-
page-162/arduino/pengertian-arduino-uno/ , diakses 2019,)
Roger S. Pressman, 2002. Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi
(Buku Satu), ANDI Yogyakarta.
Pembibitan Tanaman, 2019. Pembibitan Tanaman. (dari
https://ilmubudidaya.com/seratan-batang-cara-gampang-pembibitan-tanaman ,
diakses Maret 2019,)
Irigasi Tetes, 2006. Irigasi Tetes (Drip/Trickle Irrigation). (dari
http://asepsapei.staff.ipb.ac.id/files/2011/01/irigasi-tetes1.pdf , diakses Desember
2006)
Wardani, Yudi. Aplikasi penyiraman tanaman otomatis berbasis
mikrokontroller arduino uno. Jurnal Penelitian STMIK Atma Luhur Repository,
2016.
Kafiar Z Erricson, dkk. 2018. Rancang Bangun Penyiraman Tanaman
Berbasis Arduino UNO menggunakan Sensor Kelembaban YL-39 dan YL-69. Jurnal
Teknik Elektro dan Komputer. Vol.7 No.3, 2018:267.
Dhonny Chusniati, dkk. 2017. Rancang Bangun Sistem Penyiraman
Tanaman Anggrek Dendrobium Menggunakan Sensor Sht11 Pada Fase
Pembungaan. Jurnal Teknik UNIPA. Vol. 15 No.1, 2017:51.
Irigasi Tetes, 2014. Irigasi Tetes Pada Budidaya Tanaman Cabai. (dari
https://www.academia.edu/7451811/IRIGASI_TETES_PADA_BUDIDAYA_TAN
AMAN_CABAI , diakses 2019)
Samuel. Rumus Tetap Tetesan Infus. Cara Cepat Menghitung Tetesan Infus
Terbaru. (dari
www.academia.edu/26485675/CARA_CEPAT_MENGHITUNG_TETESAN_INF
US_TERBARU)

24

You might also like