Professional Documents
Culture Documents
KARIR
TERHADAP KERAGUAN MENGAMBIL KEPUTUSAN KARIR
PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DI UNIVERSITAS
DIPONEGORO
Abstrak
Penelitian ini mengenai keraguan mengambil keputusan karir pada mahasiswa
tahun pertama di Universitas Diponegoro, untuk membuktikan bahwa model teoritik yang
menggambarkan pengaruh tidak langsung status identitas melalui efikasi diri keputusan
karir, sesuai untuk menjelaskan keraguan mengambil keputusan karir. Subjek penelitian
adalah 389 mahasiswa tahun pertama (angkatan 2008) di Universitas Diponegoro. Alat
ukur dalam penelitian ini adalah Skala Keraguan Mengambil Keputusan Karir, Skala
Status Identitas, dan Skala Efikasi Diri Keputusan Karir, yang masing-masing
dimodifikasi dari Career Decision Making Difficulties Questionnaire, Extended Objective
Measure of Ego Identity Status 2, dan Career Decision Self-Efficacy Scale Short Form.
Analisis terhadap model persamaan struktural dengan program Analysis of Moment
Structures (AMOS) 16.0 menunjukkan bahwa model teoritik dapat diterima. Model
teoritik yang menggambarkan pengaruh tidak langsung status identitas melalui efikasi diri
keputusan karir, sesuai untuk menjelaskan keraguan mengambil keputusan karir.
Sebagaimana dihipotesiskan, status identitas achievement memiliki pengaruh langsung
yang positif dan bermakna terhadap efikasi diri keputusan karir sedangkan status identitas
diffusion memiliki pengaruh langsung yang negatif dan bermakna terhadap efikasi diri
keputusan karir. Sementara, efikasi diri keputusan karir memiliki pengaruh langsung yang
negatif dan bermakna terhadap keraguan mengambil keputusan karir. Namun berbeda
dengan yang diharapkan, status identitas moratorium dan foreclosure tidak memiliki
pengaruh bermakna terhadap efikasi diri keputusan karir.
Kata kunci:
keraguan mengambil keputusan karir, efikasi diri keputusan karir, status identitas,
mahasiswa tahun pertama
Pendahuluan
Mahasiswa tahun pertama telah Gambaran tersebut menunjukkan
dihadapkan pada pemilihan jurusan yang pentingnya keputusan karir yang diambil
nantinya akan mempengaruhi jalur karir pada mahasiswa tahun pertama, meskipun
yang akan ditempuhnya. Masa transisi proses tersebut bukanlah hal yang mudah
selepas sekolah menengah atas atau karena individu harus berusaha mengatasi
sederajat ini merupakan suatu periode ketidakjelasan mengenai kapabilitasnya,
krusial dalam perkembangan karir remaja kestabilan minat, prospek alternatif pilihan
karena akan membentuk jalur yang akan untuk saat ini dan masa yang akan datang,
dilalui individu dalam kehidupannya aksesibilitas karir, dan identitas yang ingin
karena pilihan ini menentukan aspek-aspek dikembangkan dalam diri mereka sendiri
mana dari potensi individu yang harus (Bandura, 1997). Hal ini menyebabkan
dikembangkan, tipe alternatif yang tidak semua remaja dapat dengan mudah
dianggap memungkinkan untuk dijalani, mengambil keputusan karir, dan banyak
dan gaya hidup yang akan diikuti. diantara mereka mengalami episode
Sawitri, Pengaruh Status Identitas Dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil
Keputusan Karir Pada Mahasiswa Tahun Pertama Di Universitas Diponegoro
keraguan sebelum mantap pada suatu jalur masa remaja. Sayangnya, pendapat ini
karir (Creed, Patton, & Prideaux, 2006). kurang sesuai dengan fenomena yang
Keraguan tersebut termanifestasikan terjadi di Indonesia baik di kota-kota besar
sebagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi maupun pedesaan. Sarwono (2005)
individu ketika memutuskan karir (Gati, mengamati gejala yang sama dari tahun ke
Krausz, & Osipow, 1996). Kesulitan- tahun di Indonesia, yaitu lulusan SMA,
kesulitan ini dapat menjadikan individu tidak tahu akan meneruskan ke mana. Para
menyerahkan tanggung jawab pengambilan psikolog pada bulan Januari-Mei banyak
keputusan pada orang lain, atau menunda didatangi siswa SMA yang ingin tes bakat
dan menghindar dari tugas mengambil untuk mengetahui setelah lulus sebaiknya
keputusan, yang dapat mengakibatkan melanjutkan ke fakultas atau jurusan apa.
pengambilan keputusannya tidak optimal. Beragam artikel mengenai keraguan
Tekanan yang dirasakan dapat lulusan SMA dalam menentukan pilihan
mempengaruhi beragam aspek kehidupan karirnya telah dimuat di Harian Kompas
sehari-hari, cara individu mengambil tahun 2003-2007 khususnya pada bulan
keputusan akan mempengaruhi caranya Februari-Juni. Sementara, penelitian
mengambil keputusan karir di masa depan Moesono (2001) menunjukkan bahwa
(Gati & Saka, 2001), serta dapat dalam memilih jurusan di Perguruan
mengakibatkan konsekuensi negatif jangka Tinggi, mahasiswa baru hanya
panjang untuk masa depan vokasional, memanfaatkan sedikit saja informasi yang
kesejahteraan psikologis, kesehatan, dan penting bagi pemilihan jurusan dan tidak
penerimaan sosial (Mann, Harmoni, & melakukan tahap terakhir pengambilan
Power, 1989). Sampai saat ini telah keputusan, yaitu sikap kritis dan
ditemukan beragam variabel yang terkait kemungkinan mengubah strategi dengan
dengan keraguan mengambil keputusan memanfaatkan umpan balik. Selanjutnya
karir, misalnya perfeksionisme, self- dikemukakan oleh Moesono (2001, dalam
consciousness, ketakutan terhadap Sarwono, 2005) bahwa ternyata siswa
komitmen, kecemasan, serta status SMA tidak pernah betul-betul tahu apa
identitas moratorium (individu sedang yang diinginkannya, tidak terbiasa
bereksplorasi dan belum berkomitmen) dan tertantang menggali informasi sampai
diffusion (individu tidak bereksplorasi dan tuntas, namun hanya bermodal informasi
tidak berkomitmen), gaya pengambilan yang hanya 40%, petunjuk orang tua, dan
keputusan rasional, efikasi diri keputusan keberanian berisiko. Fakta-fakta tersebut
karir, dan tingkat identitas ego, interaksi menimbulkan pertanyaan apakah
positif dengan keluarga dan teman sebaya, kurangnya eksplorasi atas alternatif-
pengalaman dengan teman sebaya dan alternatif pilihanlah yang menjadikan para
orang tua (Guay, Senecal, Gauthier, & remaja ragu menentukan pilihan karir? Hal
Fernet, 2003). ini mengarahkan perhatian peneliti pada
Keraguan mengambil keputusan penelitian yang telah dilakukan para ahli
karir tidak saja dikaitkan dengan beragam mengenai kaitan antara kurangnya
anteseden sebagaimana disebutkan di atas. eksplorasi dan atau komitmen dalam
Lewis (1981, dalam Gati & Saka, 2001) beragam domain kehidupan, dengan
berusaha meninjaunya dari kapabilitas semakin tingginya keraguan mengambil
remaja dalam mengambil keputusan, dan keputusan karir (Vondracek, Schulenberg,
mengemukakan bahwa kemampuan untuk Skorikov, Gillespie, & Wahlheim, 1995;
mengambil keputusan berkembang seiring Wallace-Broscious, Serafica, & Osipow,
dengan meningkatnya kebutuhan untuk 1994; Guerra & Braungart-Rieker, 1999).
mengambil keputusan signifikan selama Para peneliti menggunakan teori Marcia
Sawitri, Pengaruh Status Identitas Dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil
Keputusan Karir Pada Mahasiswa Tahun Pertama Di Universitas Diponegoro
akibat), yaitu efikasi diri keputusan karir karir, dan pengaruh langsung efikasi diri
(eta1) dan keraguan mengambil keputusan keputusan karir terhadap keraguan
karir (eta2). Model persamaaan struktural mengambil keputusan karir.
(dibantu program Analysis of Moment Skala yang digunakan dalam
Structures Graphic versi 16.0) digunakan penelitian ini adalah Skala Keraguan
untuk menguji pengaruh tidak langsung Mengambil Keputusan Karir dengan
status identitas achievement, foreclosure, reliabilitas komposit 0,816, Skala Efikasi
moratorium, dan diffusion terhadap Diri Keputusan Karir dengan reliabilitas
keraguan mengambil keputusan karir komposit 0,812, serta Skala Status
melalui efikasi diri keputusan karir, Identitas yang terdiri dari Sub Skala
pengaruh langsung dari status identitas Achivement Moratorium Foreclosure
achievement, foreclosure, moratorium, dan Diffusion, dengan reliabilitas komposit
diffusion terhadap efikasi diri keputusan masing-masing 0,729; 0,565; 0,647;0,511.
0,365*
Moratorium 0,119
Foreclosure
0,308*
Keterangan:
*: t > ± 1,96 (p<0,05)
Diffusion
Achievement
0,444*
0,387*
Efikasi Diri Keraguan Mengambil
Keputusan Karir Keputusan Karir
-0,340*
Diffusion
Keterangan:
* = t > ± 1,96 (p<0,05)
Gambar 2. Model Persamaan Struktural Respesifikasi dan Besar Hubungan
terhadap efikasi diri keputusan karir komitmen sampai batas waktu tertentu,
(Sawitri, 2008). Gambaran tersebut dan ia menyadari beragam variasi dalam
menunjukkan bahwa tuntutan untuk durasi, intensitas, dan ritualisasi remaja
melakukan eksplorasi dan berkomitmen lintas budaya. Ketika hal tersebut
pada suatu karir tampaknya telah dikaitkan dengan penelitian ini, terdapat
menjadi isu yang lebih mengemuka pada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
mahasiswa tahun pertama dibandingkan Pertama, budaya Indonesia cenderung
pada siswa SMA kelas 12. Semakin kurang mendorong eksplorasi dan
banyak individu bereksplorasi dan komitmen serta kurang mendorong
berkomitmen maka semakin tinggi individu untuk mengandalkan diri
efikasi dirinya dalam mengambil sendiri. Kurangnya dorongan dan
keptusan karir, sementara semakin tuntutan pada mahasiswa tahun pertama
kurang individu bereksplorasi dan untuk berekplorasi dalam beragam
berkomitmen maka semakin rendah domain dan berkomitmen berdasarkan
efikasi diri keputusan karirnya. eksplorasinya tampaknya terkait dengan
Bagaimanapun juga, hasil ini batasan remaja di Indonesia yaitu usia 11
berbeda dengan hasil-hasil penelitian sampai 24 tahun dan belum menikah,
sebelumnya (Nauta & Kahn, 2007; dan lebih jauh lagi, ketergantungannya
Lucas, 1997), yang diduga karena pada orang tua cenderung dimaklumi
budaya Barat tempat dilakukan kedua (Sarwono, 2006). Menurut peneliti, hal
penelitian tersebut cenderung ini menjadikan tugas perkembangan
mendorong individu melakukan khususnya mempersiapkan diri dalam
eksplorasi dan komitmen serta lebih karir kurang dituntut untuk segera
mengandalkan diri sendiri dalam dipenuhi, tidak seperti masyarakat Barat
membangun jalur karir, seperti yang yang menganggap usia 21 tahun sebagai
dikemukakan Waterman (1988) bahwa awal masa dewasa. Kedua, variabel
konsep identitas ego yang dikemukakan status identitas dikaitkan dengan efikasi
Erikson (1968) dikembangkan diri keputusan karir, sebagai suatu hal
berdasarkan nilai-nilai masyarakat yang juga kurang dituntut untuk dimiliki
Amerika, yang menunjukkan dorongan remaja Indonesia, sebagaimana
dan dukungan yang besar untuk dikemukakan Stewart, Kennard, Hughes,
mengeksplorasi alternatif-alternatif Mayes, dan Emslie (2004, dalam
identitas, sebagaimana banyak terjadi Oettingen & Zosuls, 2006) bahwa efikasi
dalam masyarakat Barat kontemporer. diri kurang ditekankan pada masyarakat
Hal ini menjadikan kondisi yang Asia.
diidealkan (identifikasi pada status Kedua hal tersebut menjadikan
identitas achivement) berpengaruh status identitas moratorium dan
positif terhadap efikasi diri keputusan foreclosure pengaruhnya tidak bermakna
karir, sedangkan kondisi yang tidak terhadap efikasi diri keputusan karir
diidealkan (identifikasi pada status sebagai variabel yang kurang ditekankan
identitas moratorium, foreclosure) pada masyarakat Asia. Sementara, status
berpengaruh negatif terhadap efikasi diri identitas achievement memiliki pengaruh
keputusan karir. yang positif dan bermakna terhadap
Erikson (1968, dalam Waterman, efikasi diri keputusan karir diduga
1988) mengemukakan bahwa tiap karena keduanya merupakan
masyarakat menyediakan suatu kecenderungan respon individu atas
moratorium psikososial, dimana remaja tuntutan yang senada, yaitu dorongan
belum diharapkan untuk membuat untuk mengandalkan diri sendiri. Hal ini
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.
merupakan salah satu penjelasan, selain yang bermanfaat, dan interaksi dengan
penjelasan berikut ini. orang lain. Terbuktinya pengaruh yang
Adanya pengaruh yang positif positif dan bermakna dari status identitas
dan bermakna dari status identitas achievement terhadap efikasi diri
achievement terhadap efikasi diri keputusan karir juga relevan dengan
keputusan karir sejalan dengan hasil pendapat Erikson (1968, dalam
penelitian Lucas (1997) serta Nauta dan Steinberg, 2002) bahwa identitas
Kahn (2007). Ini berarti, semakin banyak berfungsi memberikan struktur untuk
individu melakukan eksplorasi dan memahami siapa individu, memberi
berkomitmen dalam domain-domain makna dan arah melalui komitmen, nilai,
kehidupannya, memiliki implikasi positif dan tujuan.
bagi tingkat keyakinan individu untuk Menurut Marcia dan Archer
melakukan tugas-tugas yang berkaitan (1993), bimbingan merupakan faset yang
dengan keputusan karir. Eksplorasi yang penting dari eksplorasi. Tujuan
dilakukan dan komitmen yang dibuat eksplorasi bukanlah eksplorasi itu
dalam beragam domain kehidupan, sendiri, namun menentukan alternatif-
membuka peluang bagi individu alternatif dalam tiap domain yang akan
memperoleh sumber-sumber informasi diterapkan individu pada masa
efikasi diri yang dibutuhkannya untuk selanjutnya. Perbedaan kapasitas
membentuk keyakinan dalam melakukan kognitif dan kesempatan yang tersedia
tugas-tugas yang terkait dengan menjadikan tiap individu berbeda-beda
keputusan karir. Semakin banyak dalam melalui pencarian identitasnya,
individu melakukan proses aktif memilih sehingga bimbingan tampaknya
diantara beragam alternatif secara diperlukan. Hal ini memberikan
kognitif maupun perilaku, semakin besar implikasi bahwa untuk mencapai
peluang untuk memperoleh pengalaman komitmen atas alternatif-alternatif dalam
sukses atau gagal dalam beragam tugas, beragam domain kehidupan, individu
semakin banyak kesempatan untuk membutuhkan ruang gerak yang cukup
terpapar pada beragam model, mendapat untuk bereksplorasi serta orientasi yang
persuasi verbal dari orang lain, dan jelas yang berpeluang didapatkan dari
merasakan keterbangkitan emosi. bimbingan orang lain.
Sedangkan komitmen yang dibuat Terkait dengan status identitas
berdasarkan eksplorasi menunjukkan achievement, khususnya mengenai
bahwa ia telah dapat memanfaatkan perilaku eksplorasi, dorongan untuk
sumber-sumber informasi efikasi diri, bereksplorasi dalam beragam domain
yang memberikan implikasi positif pada kehidupan tidaklah muncul tiba-tiba
terbentuknya keyakinan untuk pada masa remaja. Schmitt-Rodermund
melakukan penilaian diri, pencarian dan Vondracek (1999) mengemukakan
informasi pekerjaan, pemilihan tujuan bahwa perilaku eksplorasi pada remaja
karir, perencanaan, dan pemecahan berakar pada masa kanak-kanak
masalah yang terkait dengan karir. Hasil pertengahan. Hasil penelitian mereka
penelitian ini relevan dengan pendapat memberikan implikasi pentingnya
Caprara, Scabini, dan Regalia (2006) anteseden perilaku eksplorasi pada masa
mengemukakan bahwa efikasi diri tidak kanak-kanak pertengahan.
datang dengan sendirinya, tetapi Adanya pengaruh langsung yang
merupakan merupakan hasil dari berbagi negatif dan bermakna dari status
pengetahuan dan tanggung jawab, identitas diffusion terhadap efikasi diri
hubungan yang beragam, tugas-tugas keputusan karir menunjukkan bahwa
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.