You are on page 1of 14

PENGARUH STATUS IDENTITAS DAN EFIKASI DIRI KEPUTUSAN

KARIR
TERHADAP KERAGUAN MENGAMBIL KEPUTUSAN KARIR
PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DI UNIVERSITAS
DIPONEGORO

Dian Ratna Sawitri


Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Abstrak
Penelitian ini mengenai keraguan mengambil keputusan karir pada mahasiswa
tahun pertama di Universitas Diponegoro, untuk membuktikan bahwa model teoritik yang
menggambarkan pengaruh tidak langsung status identitas melalui efikasi diri keputusan
karir, sesuai untuk menjelaskan keraguan mengambil keputusan karir. Subjek penelitian
adalah 389 mahasiswa tahun pertama (angkatan 2008) di Universitas Diponegoro. Alat
ukur dalam penelitian ini adalah Skala Keraguan Mengambil Keputusan Karir, Skala
Status Identitas, dan Skala Efikasi Diri Keputusan Karir, yang masing-masing
dimodifikasi dari Career Decision Making Difficulties Questionnaire, Extended Objective
Measure of Ego Identity Status 2, dan Career Decision Self-Efficacy Scale Short Form.
Analisis terhadap model persamaan struktural dengan program Analysis of Moment
Structures (AMOS) 16.0 menunjukkan bahwa model teoritik dapat diterima. Model
teoritik yang menggambarkan pengaruh tidak langsung status identitas melalui efikasi diri
keputusan karir, sesuai untuk menjelaskan keraguan mengambil keputusan karir.
Sebagaimana dihipotesiskan, status identitas achievement memiliki pengaruh langsung
yang positif dan bermakna terhadap efikasi diri keputusan karir sedangkan status identitas
diffusion memiliki pengaruh langsung yang negatif dan bermakna terhadap efikasi diri
keputusan karir. Sementara, efikasi diri keputusan karir memiliki pengaruh langsung yang
negatif dan bermakna terhadap keraguan mengambil keputusan karir. Namun berbeda
dengan yang diharapkan, status identitas moratorium dan foreclosure tidak memiliki
pengaruh bermakna terhadap efikasi diri keputusan karir.

Kata kunci:
keraguan mengambil keputusan karir, efikasi diri keputusan karir, status identitas,
mahasiswa tahun pertama

Pendahuluan
Mahasiswa tahun pertama telah Gambaran tersebut menunjukkan
dihadapkan pada pemilihan jurusan yang pentingnya keputusan karir yang diambil
nantinya akan mempengaruhi jalur karir pada mahasiswa tahun pertama, meskipun
yang akan ditempuhnya. Masa transisi proses tersebut bukanlah hal yang mudah
selepas sekolah menengah atas atau karena individu harus berusaha mengatasi
sederajat ini merupakan suatu periode ketidakjelasan mengenai kapabilitasnya,
krusial dalam perkembangan karir remaja kestabilan minat, prospek alternatif pilihan
karena akan membentuk jalur yang akan untuk saat ini dan masa yang akan datang,
dilalui individu dalam kehidupannya aksesibilitas karir, dan identitas yang ingin
karena pilihan ini menentukan aspek-aspek dikembangkan dalam diri mereka sendiri
mana dari potensi individu yang harus (Bandura, 1997). Hal ini menyebabkan
dikembangkan, tipe alternatif yang tidak semua remaja dapat dengan mudah
dianggap memungkinkan untuk dijalani, mengambil keputusan karir, dan banyak
dan gaya hidup yang akan diikuti. diantara mereka mengalami episode
Sawitri, Pengaruh Status Identitas Dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil
Keputusan Karir Pada Mahasiswa Tahun Pertama Di Universitas Diponegoro

keraguan sebelum mantap pada suatu jalur masa remaja. Sayangnya, pendapat ini
karir (Creed, Patton, & Prideaux, 2006). kurang sesuai dengan fenomena yang
Keraguan tersebut termanifestasikan terjadi di Indonesia baik di kota-kota besar
sebagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi maupun pedesaan. Sarwono (2005)
individu ketika memutuskan karir (Gati, mengamati gejala yang sama dari tahun ke
Krausz, & Osipow, 1996). Kesulitan- tahun di Indonesia, yaitu lulusan SMA,
kesulitan ini dapat menjadikan individu tidak tahu akan meneruskan ke mana. Para
menyerahkan tanggung jawab pengambilan psikolog pada bulan Januari-Mei banyak
keputusan pada orang lain, atau menunda didatangi siswa SMA yang ingin tes bakat
dan menghindar dari tugas mengambil untuk mengetahui setelah lulus sebaiknya
keputusan, yang dapat mengakibatkan melanjutkan ke fakultas atau jurusan apa.
pengambilan keputusannya tidak optimal. Beragam artikel mengenai keraguan
Tekanan yang dirasakan dapat lulusan SMA dalam menentukan pilihan
mempengaruhi beragam aspek kehidupan karirnya telah dimuat di Harian Kompas
sehari-hari, cara individu mengambil tahun 2003-2007 khususnya pada bulan
keputusan akan mempengaruhi caranya Februari-Juni. Sementara, penelitian
mengambil keputusan karir di masa depan Moesono (2001) menunjukkan bahwa
(Gati & Saka, 2001), serta dapat dalam memilih jurusan di Perguruan
mengakibatkan konsekuensi negatif jangka Tinggi, mahasiswa baru hanya
panjang untuk masa depan vokasional, memanfaatkan sedikit saja informasi yang
kesejahteraan psikologis, kesehatan, dan penting bagi pemilihan jurusan dan tidak
penerimaan sosial (Mann, Harmoni, & melakukan tahap terakhir pengambilan
Power, 1989). Sampai saat ini telah keputusan, yaitu sikap kritis dan
ditemukan beragam variabel yang terkait kemungkinan mengubah strategi dengan
dengan keraguan mengambil keputusan memanfaatkan umpan balik. Selanjutnya
karir, misalnya perfeksionisme, self- dikemukakan oleh Moesono (2001, dalam
consciousness, ketakutan terhadap Sarwono, 2005) bahwa ternyata siswa
komitmen, kecemasan, serta status SMA tidak pernah betul-betul tahu apa
identitas moratorium (individu sedang yang diinginkannya, tidak terbiasa
bereksplorasi dan belum berkomitmen) dan tertantang menggali informasi sampai
diffusion (individu tidak bereksplorasi dan tuntas, namun hanya bermodal informasi
tidak berkomitmen), gaya pengambilan yang hanya 40%, petunjuk orang tua, dan
keputusan rasional, efikasi diri keputusan keberanian berisiko. Fakta-fakta tersebut
karir, dan tingkat identitas ego, interaksi menimbulkan pertanyaan apakah
positif dengan keluarga dan teman sebaya, kurangnya eksplorasi atas alternatif-
pengalaman dengan teman sebaya dan alternatif pilihanlah yang menjadikan para
orang tua (Guay, Senecal, Gauthier, & remaja ragu menentukan pilihan karir? Hal
Fernet, 2003). ini mengarahkan perhatian peneliti pada
Keraguan mengambil keputusan penelitian yang telah dilakukan para ahli
karir tidak saja dikaitkan dengan beragam mengenai kaitan antara kurangnya
anteseden sebagaimana disebutkan di atas. eksplorasi dan atau komitmen dalam
Lewis (1981, dalam Gati & Saka, 2001) beragam domain kehidupan, dengan
berusaha meninjaunya dari kapabilitas semakin tingginya keraguan mengambil
remaja dalam mengambil keputusan, dan keputusan karir (Vondracek, Schulenberg,
mengemukakan bahwa kemampuan untuk Skorikov, Gillespie, & Wahlheim, 1995;
mengambil keputusan berkembang seiring Wallace-Broscious, Serafica, & Osipow,
dengan meningkatnya kebutuhan untuk 1994; Guerra & Braungart-Rieker, 1999).
mengambil keputusan signifikan selama Para peneliti menggunakan teori Marcia
Sawitri, Pengaruh Status Identitas Dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil
Keputusan Karir Pada Mahasiswa Tahun Pertama Di Universitas Diponegoro

(1966) yang mendasarkan pada ada mengidentifikasikan diri dengan status


tidaknya eksplorasi (pertimbangan aktif identitas foreclosure cenderung memiliki
individu mengenai beragam alternatif komitmen yang diadopsi dari orang tuanya.
dalam beragam domain kehidupannya) dan Kedua hasil penelitian tersebut
komitmen (definisi diri yang jelas dalam memunculkan pertanyaan bahwa jika
domain-domain tersebut), dalam individu berstatus identitas foreclosure
menjelaskan status identitas sebagai memiliki komitmen, atau individu dengan
anteseden keraguan mengambil keputusan identifikasi tinggi pada status identitas
karir. foreclosure cenderung berkomitmen,
Penelitian Vondracek et al. (1995) mengapa masih menunjukkan keraguan
yang menggolongkan tiap individu dalam mengambil keputusan karir? Sementara,
satu status identitas, menunjukkan bahwa penelitian Guerra dan Braungart-Rieker
individu dengan status identitas (1999) makin menguatkan hubungan
achievement (telah bereksplorasi dan telah positif antara status identitas moratorium
berkomitmen berdasarkan eksplorasinya dan diffusion dengan keraguan mengambil
tersebut) memiliki keraguan mengambil keputusan karir, tanpa melaporkan
keputusan karir yang lebih rendah daripada hubungan status identitas achievement dan
individu dengan status identitas foreclosure dengan keraguan mengambil
moratorium (sedang bereksplorasi namun keputusan karir.
belum berkomitmen), foreclosure (tidak Hubungan keraguan mengambil
bereksplorasi namun berkomitmen), keputusan karir dengan status identitas
maupun diffusion (tidak bereksplorasi dan yang masih menyisakan tanda tanya
belum berkomitmen). Mereka juga tampaknya tidak menyurutkan usaha para
menemukan fakta diluar dugaan bahwa ahli menggali kaitan antara perkembangan
partisipan foreclosure ketika dibandingkan identitas dengan perkembangan karir.
dengan kelompok lain yang belum Penelitian Lucas (1997) menunjukkan
berkomitmen, tidak menunjukkan bahwa semakin tinggi identifikasi individu
perbedaan dalam tingkat keraguan pada status identitas achievement, semakin
mengambil keputusan, padahal kelompok tinggi efikasi diri keputusan karirnya,
foreclosure diharapkan memiliki tingkat sedangkan semakin tinggi identifikasi
keraguan mengambil keputusan yang lebih individu pada status identitas moratorium,
rendah daripada moratorium dan diffusion. semakin rendahnya efikasi diri keputusan
Ketika keempat status identitas diukur karirnya. Penelitian Nauta dan Kahn
dengan skor kontinyu, sehingga pada tiap (2007) menunjukkan bahwa semakin tinggi
individu bisa diperoleh skor achievement, identifikasi individu pada status identitas
moratorium, foreclosure, maupun foreclosure dan moratorium, semakin
diffusion, penelitian Wallace-Broscious, rendah efikasi diri keputusan karirnya,
Serafica, dan Osipow (1994) menunjukkan sedangkan semakin tinggi identifikasi
hasil yang senada. Status identitas individu pada status identitas achievement,
achievement berhubungan negatif, semakin tinggi efikasi diri keputusan
sedangkan status identitas moratorium, karirnya. Sayangnya, status identitas
foreclosure, dan diffusion, berhubungan diffusion akhirnya tidak disertakan karena
positif dengan keraguan mengambil masalah multikolinearitas. Hasil penelitian
keputusan karir. Para peneliti tersebut yang terkait status identitas foreclosure
sebenarnya mengharapkan hubungan tidak sesuai dengan hipotesis yang
negatif antara status identitas foreclosure dikemukakan Nauta dan Kahn (2007)
dengan keraguan mengambil keputusan bahwa komitmen apapun bahkan tanpa
karir, mengingat individu yang eksplorasi, akan meningkatkan keyakinan
Sawitri, Pengaruh Status Identitas Dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil
Keputusan Karir Pada Mahasiswa Tahun Pertama Di Universitas Diponegoro

individu untuk melakukan tugas-tugas mengambil keputusan karir itu sendiri


yang berkaitan dengan pengambilan (Schulenberg, 1988). Beberapa penelitian
keputusan karir. telah menunjukkan bahwa status identitas
Penelitian-penelitian tersebut merupakan prediktor keraguan mengambil
menggugah keingintahuan peneliti untuk keputusan karir, namun masih
menggali lebih lanjut mengenai hubungan menunjukkan beragam celah untuk
antara status identitas dan keraguan dipertanyakan. Meskipun demikian, dari
mengambil keputusan karir, dengan beragam hasil penelitian tersebut secara
menempatkan efikasi diri keputusan karir umum dapat disimpulkan adanya implikasi
sebagai mediator. Efikasi diri positif eksplorasi dan komitmen yang
dipostulasikan Bandura (1977) sebagai dibuat berdasarkan eksplorasi dalam
mediator utama perilaku dan perubahan beragam domain kehidupan bagi efikasi
perilaku (Betz & Taylor, 2006). Efikasi diri keputusan karir. Sementara, efikasi diri
diri keputusan karir merupakan keyakinan keputusan karir dalam beberapa penelitian
individu bahwa ia dapat secara sukses telah terbukti berhubungan secara negatif
melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan keraguan mengambil keputusan
dengan pengambilan keputusan karir karir, dan sumber-sumber efikasi diri ini
(Taylor & Betz, 1983). Hubungan negatif diduga oleh peneliti dapat diperoleh ketika
antara efikasi diri keputusan karir dengan individu berekplorasi sebelum
keraguan mengambil keputusan karir pun berkomitmen pada beragam domain dalam
telah banyak dibuktikan dalam banyak kehidupannya. Hal ini mendorong peneliti
penelitian (Taylor & Betz, 1983; Betz & untuk menempatkan efikasi diri keputusan
Luzzo, 1996; Bergeron & Romano, 1994; karir sebagai variabel mediator untuk
Betz, Klein, & Taylor, 1996; Taylor & menjelaskan pengaruh status identitas
Popma, 1990). Sumber efikasi diri adalah terhadap keraguan mengambil keputusan
keberhasilan performansi individu, reaksi karir pada mahasiswa tahun pertama, yang
psikologis atau keterbangkitan emosi, dinamikanya akan disusun dalam suatu
vicarious learning/modeling, dan persuasi model dan diuji secara empiris.
verbal (Zimmerman & Cleary, 2005).
Caprara, Scabini, dan Regalia (2006)
mengemukakan bahwa efikasi diri tidak Metode Penelitian
datang dengan sendirinya, tetapi Penelitian dilaksanakan pada bulan
merupakan merupakan hasil dari berbagi Agustus – Oktober 2008. Subjek penelitian
pengetahuan dan tanggung jawab, adalah 389 mahasiswa tahun pertama
hubungan yang beragam, tugas-tugas yang (angkatan 2008) di Universtas Diponegoro,
bermanfaat, dan interaksi dengan orang yang diperoleh dengan convenience
lain. sampling, yaitu memilih responden yang
Dari suatu perspektif tersedia dan bersedia memberikan respon
perkembangan, keraguan mengambil terhadap penelitian (Zechmeister,
keputusan karir dapat dipandang secara Zechmeister, & Shaughnessy, 2001).
potensial dimulai setidaknya pada Penelitian ini melibatkan enam
kesempatan awal remaja mengambil variabel laten, yang terdiri dari empat
keputusan yang terkait dengan karir dan variabel laten eksogen (variabel penyebab),
pendidikan, seperti stelah lulus sekolah yaitu status identitas achievement (ksi1),
menengah atas atau sederajat. Penelitian status identitas moratorium (ksi2), status
yang dilakukan pada komunitas ini identitas foreclosure (ksi3), dan status
diharapkan dapat memfasilitasi identitas diffusion (ksi4); serta dua variabel
pemahaman mengenai anteseden keraguan endogen (variabel yang menanggung
Sawitri, Pengaruh Status Identitas Dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil
Keputusan Karir Pada Mahasiswa Tahun Pertama Di Universitas Diponegoro

akibat), yaitu efikasi diri keputusan karir karir, dan pengaruh langsung efikasi diri
(eta1) dan keraguan mengambil keputusan keputusan karir terhadap keraguan
karir (eta2). Model persamaaan struktural mengambil keputusan karir.
(dibantu program Analysis of Moment Skala yang digunakan dalam
Structures Graphic versi 16.0) digunakan penelitian ini adalah Skala Keraguan
untuk menguji pengaruh tidak langsung Mengambil Keputusan Karir dengan
status identitas achievement, foreclosure, reliabilitas komposit 0,816, Skala Efikasi
moratorium, dan diffusion terhadap Diri Keputusan Karir dengan reliabilitas
keraguan mengambil keputusan karir komposit 0,812, serta Skala Status
melalui efikasi diri keputusan karir, Identitas yang terdiri dari Sub Skala
pengaruh langsung dari status identitas Achivement Moratorium Foreclosure
achievement, foreclosure, moratorium, dan Diffusion, dengan reliabilitas komposit
diffusion terhadap efikasi diri keputusan masing-masing 0,729; 0,565; 0,647;0,511.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Achievement

0,365*

Moratorium 0,119

Efikasi Diri -0,383 * Keraguan Mengambil


-0,087 Keputusan Karir Keputusan Karir

Foreclosure

0,308*
Keterangan:
*: t > ± 1,96 (p<0,05)
Diffusion

Gambar 1. Model Persamaan Struktural Yang Diuji dan Besar Hubungan

Hasil penelitian menunjukkan χ2(12797,361), p (0,00), CMIN/df (2,027),


bahwa pengaruh yang signifikan adalah RMSEA (0,051), GFI (0,623), CFI
status identitas achievement terhadap (0,535), TLI (0,526), menunjukkan bahwa
efikasi diri keputusan karir, pengaruh model kurang fit, karena sebagian besar
status identitas diffusion terhadap efikasi parameter kesesuaian model dengan data
diri keputusan karir dan pengaruh efikasi tidak terpenuhi. Kemudian dilakukan
diri keputusan karir terhadap keraguan analisis dengan hanya melibatkan variabel
mengambil keputusan karir. Sementara, dengan pengaruh bermakna, yaitu status
pengaruh status identitas moratorium dan identitas achievement, status identitas
foreclosure terhadap efikasi diri keputusan diffusion, efikasi diri keputusan karir, dan
karir tidak signifikan. Parameter keraguan mengambil keputusan karir.
Sawitri, Pengaruh Status Identitas Dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan
Mengambil Keputusan Karir Pada Mahasiswa Tahun Pertama Di Universitas Diponegoro

Achievement
0,444*
0,387*
Efikasi Diri Keraguan Mengambil
Keputusan Karir Keputusan Karir

-0,340*
Diffusion

Keterangan:
* = t > ± 1,96 (p<0,05)
Gambar 2. Model Persamaan Struktural Respesifikasi dan Besar Hubungan

Meskipun parameter foreclosure memiliki pengaruh langsung


χ2(6989,269), p (0,00), CMIN/df (2,057), yang negatif dan bermakna terhadap
GFI (0,695), CFI (0,695), TLI (0,618), efikasi diri keputusan karir, tidak dapat
model memiliki RMSEA (0,052). didukung.
Peneliti memilih RMSEA sebagai Hasil penelitian menunjukkan
parameter kesesuaian model karena bahwa model teoritik yang
RMSEA memiliki toleransi yang besar menggambarkan pengaruh tidak
pada model yang kompleks. Sementara langsung status identitas melalui efikasi
parameter yang lain tetap dilaporkan diri keputusan karir, sesuai untuk
untuk menunjukkan seberapa baik teori menjelaskan keraguan mengambil
menjelaskan fenomena di lapangan. keputusan karir. Ini berarti, identifikasi
Dengan demikian, model teoritik individu pada status identitas
yang terdiri dari status identitas dan achievement akan berdampak positif
efikasi diri keputusan karir sesuai (fit) terhadap efikasi diri keputusan karir, dan
untuk menjelaskan keraguan mengambil efikasi diri keputusan karir ini akan
keputusan karir (hipotesis pertama berpengaruh negatif terhadap keraguan
diterima). Status identitas memiliki mengambil keputusan karir pada
pengaruh tidak langsung dan bermakna mahasiswa tahun pertama.
terhadap keraguan mengambil keputusan Meskipun model yang diuji fit,
karir melalui efikasi diri keputusan karir dari keempat status identitas, hanya
(hipotesis kedua diterima), status status identitas achievement dan
identitas achievement memiliki pengaruh diffusion yang memiliki pengaruh
langsung yang positif dan bermakna langsung yang bermakna terhadap
terhadap efikasi diri keputusan karir efikasi diri keputusan karir, sedangkan
(hipotesis ketiga diterima), status status identitas moratorium dan
identitas diffusion memiliki pengaruh foreclosure menunjukkan pengaruh yang
langsung yang negatif dan bermakna tidak bermakna terhadap efikasi diri
terhadap efikasi diri keputusan karir keputusan karir. Hasil penelitian ini
(hipotesis keenam diterima), dan efikasi berbeda dengan penelitian sebelumnya
diri keputusan karir memiliki pengaruh dengan menguji model yang sama pada
yang negatif dan bermakna terhadap 436 siswa SMA kelas 12 dari SMA N 3,
keraguan mengambil keputusan karir SMA N 4, SMA N 6, SMA Mardisiswa,
(hipotesis ketujuh diterima). Hipotesis dan SMA Kesatrian 1 Semarang, bahwa
keempat dan kelima yang menyatakan hanya status identitas achievement yang
bahwa status identitas moratorium dan berpengaruh langsung dan bermakna
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.

terhadap efikasi diri keputusan karir komitmen sampai batas waktu tertentu,
(Sawitri, 2008). Gambaran tersebut dan ia menyadari beragam variasi dalam
menunjukkan bahwa tuntutan untuk durasi, intensitas, dan ritualisasi remaja
melakukan eksplorasi dan berkomitmen lintas budaya. Ketika hal tersebut
pada suatu karir tampaknya telah dikaitkan dengan penelitian ini, terdapat
menjadi isu yang lebih mengemuka pada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
mahasiswa tahun pertama dibandingkan Pertama, budaya Indonesia cenderung
pada siswa SMA kelas 12. Semakin kurang mendorong eksplorasi dan
banyak individu bereksplorasi dan komitmen serta kurang mendorong
berkomitmen maka semakin tinggi individu untuk mengandalkan diri
efikasi dirinya dalam mengambil sendiri. Kurangnya dorongan dan
keptusan karir, sementara semakin tuntutan pada mahasiswa tahun pertama
kurang individu bereksplorasi dan untuk berekplorasi dalam beragam
berkomitmen maka semakin rendah domain dan berkomitmen berdasarkan
efikasi diri keputusan karirnya. eksplorasinya tampaknya terkait dengan
Bagaimanapun juga, hasil ini batasan remaja di Indonesia yaitu usia 11
berbeda dengan hasil-hasil penelitian sampai 24 tahun dan belum menikah,
sebelumnya (Nauta & Kahn, 2007; dan lebih jauh lagi, ketergantungannya
Lucas, 1997), yang diduga karena pada orang tua cenderung dimaklumi
budaya Barat tempat dilakukan kedua (Sarwono, 2006). Menurut peneliti, hal
penelitian tersebut cenderung ini menjadikan tugas perkembangan
mendorong individu melakukan khususnya mempersiapkan diri dalam
eksplorasi dan komitmen serta lebih karir kurang dituntut untuk segera
mengandalkan diri sendiri dalam dipenuhi, tidak seperti masyarakat Barat
membangun jalur karir, seperti yang yang menganggap usia 21 tahun sebagai
dikemukakan Waterman (1988) bahwa awal masa dewasa. Kedua, variabel
konsep identitas ego yang dikemukakan status identitas dikaitkan dengan efikasi
Erikson (1968) dikembangkan diri keputusan karir, sebagai suatu hal
berdasarkan nilai-nilai masyarakat yang juga kurang dituntut untuk dimiliki
Amerika, yang menunjukkan dorongan remaja Indonesia, sebagaimana
dan dukungan yang besar untuk dikemukakan Stewart, Kennard, Hughes,
mengeksplorasi alternatif-alternatif Mayes, dan Emslie (2004, dalam
identitas, sebagaimana banyak terjadi Oettingen & Zosuls, 2006) bahwa efikasi
dalam masyarakat Barat kontemporer. diri kurang ditekankan pada masyarakat
Hal ini menjadikan kondisi yang Asia.
diidealkan (identifikasi pada status Kedua hal tersebut menjadikan
identitas achivement) berpengaruh status identitas moratorium dan
positif terhadap efikasi diri keputusan foreclosure pengaruhnya tidak bermakna
karir, sedangkan kondisi yang tidak terhadap efikasi diri keputusan karir
diidealkan (identifikasi pada status sebagai variabel yang kurang ditekankan
identitas moratorium, foreclosure) pada masyarakat Asia. Sementara, status
berpengaruh negatif terhadap efikasi diri identitas achievement memiliki pengaruh
keputusan karir. yang positif dan bermakna terhadap
Erikson (1968, dalam Waterman, efikasi diri keputusan karir diduga
1988) mengemukakan bahwa tiap karena keduanya merupakan
masyarakat menyediakan suatu kecenderungan respon individu atas
moratorium psikososial, dimana remaja tuntutan yang senada, yaitu dorongan
belum diharapkan untuk membuat untuk mengandalkan diri sendiri. Hal ini
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.

merupakan salah satu penjelasan, selain yang bermanfaat, dan interaksi dengan
penjelasan berikut ini. orang lain. Terbuktinya pengaruh yang
Adanya pengaruh yang positif positif dan bermakna dari status identitas
dan bermakna dari status identitas achievement terhadap efikasi diri
achievement terhadap efikasi diri keputusan karir juga relevan dengan
keputusan karir sejalan dengan hasil pendapat Erikson (1968, dalam
penelitian Lucas (1997) serta Nauta dan Steinberg, 2002) bahwa identitas
Kahn (2007). Ini berarti, semakin banyak berfungsi memberikan struktur untuk
individu melakukan eksplorasi dan memahami siapa individu, memberi
berkomitmen dalam domain-domain makna dan arah melalui komitmen, nilai,
kehidupannya, memiliki implikasi positif dan tujuan.
bagi tingkat keyakinan individu untuk Menurut Marcia dan Archer
melakukan tugas-tugas yang berkaitan (1993), bimbingan merupakan faset yang
dengan keputusan karir. Eksplorasi yang penting dari eksplorasi. Tujuan
dilakukan dan komitmen yang dibuat eksplorasi bukanlah eksplorasi itu
dalam beragam domain kehidupan, sendiri, namun menentukan alternatif-
membuka peluang bagi individu alternatif dalam tiap domain yang akan
memperoleh sumber-sumber informasi diterapkan individu pada masa
efikasi diri yang dibutuhkannya untuk selanjutnya. Perbedaan kapasitas
membentuk keyakinan dalam melakukan kognitif dan kesempatan yang tersedia
tugas-tugas yang terkait dengan menjadikan tiap individu berbeda-beda
keputusan karir. Semakin banyak dalam melalui pencarian identitasnya,
individu melakukan proses aktif memilih sehingga bimbingan tampaknya
diantara beragam alternatif secara diperlukan. Hal ini memberikan
kognitif maupun perilaku, semakin besar implikasi bahwa untuk mencapai
peluang untuk memperoleh pengalaman komitmen atas alternatif-alternatif dalam
sukses atau gagal dalam beragam tugas, beragam domain kehidupan, individu
semakin banyak kesempatan untuk membutuhkan ruang gerak yang cukup
terpapar pada beragam model, mendapat untuk bereksplorasi serta orientasi yang
persuasi verbal dari orang lain, dan jelas yang berpeluang didapatkan dari
merasakan keterbangkitan emosi. bimbingan orang lain.
Sedangkan komitmen yang dibuat Terkait dengan status identitas
berdasarkan eksplorasi menunjukkan achievement, khususnya mengenai
bahwa ia telah dapat memanfaatkan perilaku eksplorasi, dorongan untuk
sumber-sumber informasi efikasi diri, bereksplorasi dalam beragam domain
yang memberikan implikasi positif pada kehidupan tidaklah muncul tiba-tiba
terbentuknya keyakinan untuk pada masa remaja. Schmitt-Rodermund
melakukan penilaian diri, pencarian dan Vondracek (1999) mengemukakan
informasi pekerjaan, pemilihan tujuan bahwa perilaku eksplorasi pada remaja
karir, perencanaan, dan pemecahan berakar pada masa kanak-kanak
masalah yang terkait dengan karir. Hasil pertengahan. Hasil penelitian mereka
penelitian ini relevan dengan pendapat memberikan implikasi pentingnya
Caprara, Scabini, dan Regalia (2006) anteseden perilaku eksplorasi pada masa
mengemukakan bahwa efikasi diri tidak kanak-kanak pertengahan.
datang dengan sendirinya, tetapi Adanya pengaruh langsung yang
merupakan merupakan hasil dari berbagi negatif dan bermakna dari status
pengetahuan dan tanggung jawab, identitas diffusion terhadap efikasi diri
hubungan yang beragam, tugas-tugas keputusan karir menunjukkan bahwa
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.

semakin individu tidak melakukan penelitian-penelitian sebelumnya yang


eksplorasi dan berkomitmen dalam berkisar antara -0,19 sampai dengan -
domain-domain kehidupannya, memiliki 0,66 (Betz & Taylor, 2006).
implikasi negatif bagi tingkat keyakinan Kontribusi efikasi diri keputusan
individu untuk melakukan tugas-tugas karir terhadap keraguan mengambil
yang berkaitan dengan keputusan karir. keputusan karir dalam penelitian ini
Kontribusi status identitas adalah sebesar 14,9%, yang memberikan
achievement dan diffusion terhadap efikasi gambaran bahwa 84,1 % keraguan
diri keputusan karir dalam penelitian ini mengambil keputusan karir dijelaskan
adalah sekitar 31,3 %. Hal ini oleh variabel-variabel lain yang belum
menunjukkan bahwa 68,7 % efikasi diri ditinjau dalam penelitian ini.
keputusan karir tampaknya dijelaskan oleh Kecemasan, kelekatan yang aman dan
variabel-variabel yang tidak disertakan perpisahan psikilogis, perkembangan
dalam penelitian ini. Gaya pengambilan identitas ego, status identitas, gaya
keputusan, dukungan orang tua, kelekatan pengambilan keputusan, trait
dengan orang tua, kepribadian kepribadian negatif (perfeksionisme,
(neurotisisme dan ekstraversi), self-consciousness, ketakutan terhadap
counterdependence dan preference for komitmen), serta pola interaksi dalam
growth, layaknya menjadi perhatian keluarga, patut dipertimbangkan dalam
peneliti selanjutnya. penelitian selanjutnya.
Adanya pengaruh langsung yang Kondisi ini cukup relevan ketika
negatif dan bermakna dari efikasi diri ditinjau dari sisi budaya. Oettingen dan
keputusan karir terhadap keraguan Zosuls (2006) mengemukakan bahwa
mengambil keputusan karir efikasi diri dapat mengarahkan
menunjukkan bahwa subjek yang pertimbangan karir dan pilihan-pilihan
memiliki keyakinan semakin tinggi hidup lainnya, namun perbedaan budaya
untuk melakukan penilaian diri, dalam efikasi diri yang terkait dengan
pencarian informasi pekerjaan, pengambilan keputusan karir,
melakukan pemilihan tujuan karir, merefleksikan cara-cara remaja
membuat perencanaan karir, dan menyelesaikan tugas perkembangan ini.
memecahkan masalah seputar karir, Stewart et al. (2004, dalam Oettingen &
diprediksi memiliki keraguan yang Zosuls, 2006) lebih jauh lagi
semakin rendah dalam mengambil mengemukakan bahwa pada budaya
keputusan karir. Hasil penelitian ini yang menempatkan kuatnya nilai-nilai
mengukuhkan postulasi Bandura (2006) pada kepatuhan dan penghormatan pada
bahwa efikasi diri dalam budaya mana otoritas, remaja cenderung kurang
pun berpengaruh positif terhadap menganggap penting efikasi diri dan
perilaku target, serta melengkapi hasil- expectancy judgment lainnya. Penelitian
hasil penelitian sebelumnya (Taylor & Mau (2000) mendukung gambaran
Betz, 1983; Taylor & Popma, 1990; efikasi diri pada konteks perbedaan
Betz, Klein, & Taylor, 1996). budaya ini. Siswa Amerika secara aktif
Pengaruh efikasi diri keputusan didorong untuk mengambil
karir terhadap keraguan mengambil keputusannya sendiri, dan oleh
keputusan karir pada subjek penelitian karenanya mereka perlu
ini adalah sebesar -0,387. Nilai ini mengembangkan kompetensi dalam
selaras dengan hubungan efikasi diri membangun jalur karir. Sebaliknya,
keputusan karir dengan keraguan siswa Asia cenderung memiliki
mengambil keputusan karir pada konformitas tinggi terhadap norma-
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.

norma keluarga dan sosial (karena Achievement, Moratorium, Foreclosure,


budaya kolektivisme yang mendukung dan Diffusion dalam penelitian ini hanya
kepentingan in-group), serta sering menggali seberapa jauh subjek
mengikuti jalur karir yang telah jelas melakukan eksplorasi dan membuat
tergelar untuk mereka karena komitmen.
penghindaran yang kuat terhadap
ketidakpastian (strong uncertainty Kesimpulan dan Saran
avoidance). Jadi, jelaslah bahwa efikasi Kesimpulan penelitian ini adalah
diri keputusan karir menjadi kurang (1) Model teoritik yang menjelaskan
relevan dalam budaya Taiwan dan pengaruh tidak langsung status identitas
negara-negara Asia lainnya, ketika melalui efikasi diri keputusan karir
dibandingkan dalam budaya Barat, sesuai untuk menjelaskan keraguan
khususnya ketika memprediksikan mengambil keputusan karir. (2) Status
keraguan mengambil keputusan karir, identitas memiliki pengaruh tidak
sebagaimana tampak dalam hasil langsung terhadap keraguan mengambil
penelitian ini. keputusan karir, yaitu melalui efikasi diri
Meskipun beragam hasil telah keputusan karir. (3) Status identitas
diperoleh, terdapat keterbatasan- achievement memiliki pengaruh
keterbatasan dalam penelitian ini yang langsung yang positif dan bermakna
akan diuraikan berikut ini. (1) Teknik terhadap efikasi diri keputusan karir. (4)
pengambilan sampel pada penelitian ini Status identitas diffusion memiliki
yaitu convenience sampling sangat pengaruh langsung yang negatif dan
dipengaruhi oleh kondisi pada saat bermakna terhadap efikasi diri keputusan
dilakukannya penelitian (Agustus- karir. (5) Status identitas moratorium
Oktober 2008), yaitu pihak fakultas memiliki pengaruh yang tidak bermakna
sedang memfokuskan mahasiswanya terhadap efikasi diri keputusan karir. (6)
untuk melakukan rangkaian kegiatan Status identitas foreclosure memiliki
penerimaan mahasiswa baru dan sulitnya pengaruh yang tidak bermakna terhadap
mencari waktu untuk pelaksanaan efikasi diri keputusan karir. (7) Efikasi
penelitian di sela-sela kegiatan kuliah, diri keputusan karir memiliki pengaruh
sehingga tidak memungkinkan peneliti langsung yang negatif dan bermakna
mengambil sampel secara proporsional terhadap keraguan mengambil keputusan
dari semua fakultas yang ada di karir.
Universitas Diponegoro (3) Berdasarkan bahasan dan
Penerjemahan dilakukan oleh peneliti simpulan, dapat diusulkan beberapa
pada instrumen-instrumen yang saran teoritis dan metodologis untuk
digunakan dalam penelitian ini hanya penelitian selanjutnya. (1) Adanya
dilakukan satu arah yaitu dari Bahasa tantangan untuk menguji model ini pada
Inggris ke Bahasa Indonesia, sehingga masyarakat Barat atau secara lintas
masalah yang mungkin muncul terkait budaya. (2) Penelitian remaja Indonesia
dengan substitusi kata berpeluang yang mendekati usia 24 tahun perlu
terjadi. (4) Penelitian ini menyertakan dilakukan, misalnya pada mahasiswa
dua aitem validasi dalam Skala semester tujuh. (3) Penelitian selanjutnya
Keraguan Mengambil Keputusan Karir, diharapkan untuk memfokuskan pada
namun tidak menggunakannya untuk kelompok individu yang telah
melihat kesungguhan subjek penelitian melaporkan bahwa mereka mengalami
dalam memberikan respon terhadap keraguan mengambil keputusan karir. (4)
skala tersebut. (5) Sub skala Anteseden perilaku eksplorasi yaitu pada
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.

masa kanak-kanak pertengahan,


tampaknya perlu mendapat perhatian
peneliti selanjutnya. (5) Hubungan status
identitas, efikasi diri keputusan karir,
dan keraguan mengambil keputusan
karir pada subjek yang unik dalam
jumlah terbatas dapat diteliti dengan
metode interview dan instrumen self-
report. (6) Perlunya dirancang model
yang lebih komprehensif dalam
menjelaskan keraguan mengambil
keputusan karir, dengan
mempertimbangkan anteseden keraguan
mengambil keputusan karir serta
anteseden efikasi diri keputusan karir
yang belum disertakan dalam penelitian
ini.
Saran praktis yang diusulkan
bagi remaja adalah remaja perlu proaktif
mempertimbangkan alternatif-alternatif
secara kognitif maupun perilaku dalam
beragam domain kehidupannya dan
meminta bantuan orang dewasa yang
dipercaya untuk membimbingnya,
misalnya melalui diskusi.
Saran praktis yang diusulkan
bagi orang tua dan guru adalah (1)
Mahasiswa baru perlu diberi
kesempatan, didukung, sekaligus
dibimbing dalam melakukan eksplorasi
dalam beragam domain kehidupannya
untuk mengarah pada tercapainya
komitmen dalam beragam domain
kehidupannya tersebut. (2) Mahasiswa
baru perlu mendapat sumber-sumber
informasi efikasi diri keputusan karir
berupa kesempatan berhasil, paparan
informasi, paparan model, dan persuasi
verbal, misalnya melalui diskusi atau
kegiatan bersama.
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.

making. Journal of Counseling


DAFTAR PUSTAKA Psychology, 43(4), 510-526.
Bandura, A. (2006). Adolescent Grotevant, H.D., & Adams, G.R.
development from an agentic perspective. (1984). Development of an
In F. Pajares, & T. Urdan (Eds.). Self- objective measure to assess ego
efficacy beliefs of adolescents (pp. 1-43). identity in adolescence:
Connecticut: Information Age Publishing. Validation and replication.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy. The exercise Journal of Youth and
of control. New York: Freeman. Adolescence, 13(5), 419-438.
Bergeron, L.M., & Romano, J.L. (1994). The Guay, F., Senecal, C., Gauthier, L., &
relationships among career decision- Fernet, C. (2003). Predicting
making self-efficacy, educational career indecision: A self-
indecision, vocational indecision, and determination theory perspective.
gender. Journal of College Student Journal of Counseling
Development, 35, 19-24. Psychology, 50(2), 166-177.
Betz, N.E., & Luzzo, D.A. (1996). Career Guerra, A.L., & Braungart-Rieker,
assessment and the career decision-making J.M. (1999). Predicting career
self-efficacy scale. Journal of Career indecision in college students:
Assessment, 4, 413-428. The roles of identity formation
Betz, N.E., & Taylor, K.M. (2006). Manual for and parental relationship factors.
the Career Decision Self-Efficcay Scale The Career Development
and CDSE-Short Form. Ohio: The Ohio Quarterly, 47(3), 255-266.
State University. Hartman, B.W., & Hartman, P.T.
Betz, N.E., Klein, K., & Taylor, K. (1996). (1982). The concurrent and
Evaluation of a short form of the Career predictive validity of the career
Decision-Making Self-efficacy Scale. decision scale adapted for high
Journal of Career Assessment, 4, 47-57. school students. Journal of
Caprara, G.V., Scabini, E., Regalia, C. (2006). Vocational Behavior, 20(2), 244-
The impact of perceived family efficacy 252.
beliefs on adolescent development. In F. Kompas. (2003, Februari 07). Masa
Pajares., & T. Urdan (Eds.). Self-efficacy Depan = Sekarang.
beliefs of adolescents (pp.97-115). Kompas. (2005, Juni 03). Bingung
Connecticut: Information Age Publishing, Setelah Lulus SMAKompas.
Inc. (2006, Maret 01). Liputan
Creed, P., Patton, W., & Prideaux, L. (2006). Khusus Pendidikan: Mau apa
Causal relationship between career selulus SLTA?
indecision and career decision-making Kompas. (2007, Mei 18). Salah
self-efficacy. Journal of Career Jurusan Bisa Terjerumus.
Development, 33(1), 47-65. Lucas, M. (1997). Identity
Gati, I., & Saka, N. (2001). High school development, career
students’ career-related decision-making development, and
difficulties. Journal of Counseling and psychological separation
Development, 79(3), 331-340. from parents: Similarities
Gati, I., Krausz, M., & Osipow, S. (1996). A and differences between
taxonomy of difficulties in career decision men and women. Journal
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.

of Counseling Psychology, 44(2), dimensions across junior


123-132. high and high school males
Marcia, J.E. (1966). Development and and females. Journal of
validation of ego identity status. Vocational Behavior, 33,
Journal of Personality and Social 63-81.
Psychology, 3(5), 551-558. Steinberg, L. (2002).
th
Mau, W. (2000). Cultural differences in Adolescence.(6 ed.). New
career decision-making styles and York: McGraw-Hill.
self-efficacy. Journal of Vocational Taylor, K.M., & Betz, N.E.
Behavior, 57, 365-378. (1983). Application of self-
efficacy theory to the
Moesono, A. (2001). ”Decision making” understanding and
memilih studi psikologi pada treatment of career
mahasiswa baru Fakultas Psikologi indecision. Journal of
Universitas Indonesia. Jurnal Vocational Behavior, 22,
Psikologi Sosial, IX(VII), 79-87. 63-81.
Nauta, M.M & Kahn, J.H. (2007). Identity Taylor, K.M., & Popma, J.
status, consistency and (1990). An examination of
differentiation of interests, and the relationship among
career decision self-efficacy. Journal career decision-making
of Career Assessment, 15, 55-65. self-efficacy, career
Oettingen, G. & Zosuls, K.M. (2006). salience, locus of control,
Culture and self-efficacy in and vocational indecision.
adolescents. In F. Pajares., & T. Journal of Vocational
Urdan (Eds.). Self-efficacy belief of Behavior, 37, 17-31.
adolescents (pp. 245-265). Vondracek, F.W., Schulenberg,
Connecticut: Information Age J., Skoriov, V., Gillespie,
Publishing, Inc. L.K.., & Wahlheim, C.
Sarwono, S.W. (2005). Psikologi dalam (1995). The relationship of
praktek. Jakarta: Restu Agung. identity status to career
Sarwono, S.W. (2006). Psikologi remaja. indecision during
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. adolescence. Journal of
Sawitri, D.R. (2008). Pengaruh Status Adolescence, 17-18
Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Wallace-Broscious, A., Serafica,
Karir terhadap Keraguan F., & Osipow, S.H. (1994).
Mengambil Keputusan Karir pada Adolescent career
Siswa SMA Kelas 12. Tesis: tidak development: relationships
diterbitkan. to self-concept and identity
Schmitt-Rodermund, E., & Vondracek, F. status. Journal of research
W. (1999). Breadth of interests, on adolescence, 4(1), 127-
exploration, and identity 149.
development in adolescence. Journal Waterman, A.S. (1988). Identity
of Vocational Behavior, 55, 298- status theory and Erikson’s
317. theory: Communalities and
Schulenberg, J.E. (1988). Factorial differences. Developmental
invariance of career indecision Review, 8, 185-208.
Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5, No. 2, Desember 2009.

Zechmeister, J.S., Zechmeister, E.B., &


Shaughnessy, J.J. (2001). Essentials
of Research Methods in Psychology.
Boston: McGraw-Hill Companies.
Zimmerman, B.J., & Cleary, T.J. (2006).
Adolescents’ development of personal
agency: The role of self-efficacy beliefs
and self-regulatory skill. In F. Pajares., &
T. Urdan (Eds.). Self-efficacy beliefs of
adolescents (pp.71-96). Connecticut:
Information Age Publishing, Inc.

You might also like