You are on page 1of 31

ANALISIS TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA

TAHUN 1980-2007

Farid Alghofari

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRACT

In Indonesia the number of labor force showed an increasing rate over a


period of 27 years ie from 1980 to 2007. Unfortunately, the increase in total labor
force was not accompanied by the expansion of employment or production capacity,
as a result the number of unemployed also increased along with increase in total
labor force. The number of unemployed is a very serious problem and the potential
effects on the country, because the number of unemployment is an indicator of the
economic advancement of a country that can show the level of the equitable
distribution of income or not in the country.
This study aims to analyze the relationship between population, inflation,
wages, and economic growth to total unemployment in Indonesia from 1980-
2007. The theory used in this study are based on classical growth theory, David
Ricardo's growth theory, the theory of economic growth, the theory of AW Phillips is
the relationship between inflation and unemployment, inflation theory, and theory of
wages.The method used in this research is quantitative analysis with descriptive
statistical approach, which describes the data and charts are presented and
correlation analysis to determine the level of relationship between variables
Based on the analysis conducted shows that the total population, wages, and
economic growth has a positive relationship and strong tendency towards the
unemployed. This indicates that the increase in population and labor force, wages,
and economic growth in line with the increase in the number of unemployed. While
the rate of inflation and the weak positive relationship, indicating the rate of inflation
has no relationship to total unemployment. Adapting from the Phillips curve, showing
that the Phillips curve analysis which describes the relationship with the inflation
rate of unemployment is not suitable to be applied in Indonesia. This is due to
inflation in Indonesia is caused by the increase in the goods-Brang, rather than an
increase in demand due to high wage increases.

Keywords: Total unemployment, population and labor force, inflation rate, wage
Magnitude, Magnitude of GDP.
PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi setiap tahun (Tulus T.H. Tambunan,


merupakan salah satu indikator yang 2009). Selain dari sisi permintaan
amat penting dalam menilai kinerja (konsumsi), dari sisi penawaran,
suatu perekonomian, terutama untuk pertumbuhan penduduk juga
melakukan analisis tentang hasil membutuhkan pertumbuhan
pembangunan ekonomi yang telah kesempatan kerja (sumber
dilaksanakan suatu negara atau suatu pendapatan). Pertumbuhan ekonomi
daerah. Ekonomi dikatakan mengalami tanpa dibarengi dengan penambahan
pertumbuhan apabila produksi barang kesempatan kerja akan mengakibatkan
dan jasa meningkat dari tahun ketimpangan dalam pembagian dari
sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi penambahan pendapatan tersebut
menunjukkan sejauh mana aktivitas (ceteris paribus), yang selanjutnya
perekonomian dapat menghasilkan akan menciptakan suatu kondisi
tambahan pendapatan atau pertumbuhan ekonomi dengan
kesejahteraan masyarakat pada periode peningkatan kemiskinan (Tulus T.H.
tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu Tambunan, 2009). Pemenuhan
negara atau suatu wilayah yang terus kebutuhan konsumsi dan kesempatan
menunjukkan peningkatan kerja itu sendiri hanya bisa dicapai
menggambarkan bahwa perekonomian dengan peningkatan output agregat
negara atau wilayah tersebut (barang dan jasa) atau GDP yang
berkembang dengan baik (Amri Amir, terus-menerus. Dalam pemahaman
2007). ekonomi makro, pertumbuhan
Pembangunan ekonomi adalah ekonomi adalah penambahan GDP,
sebuah proses multidimensi yang yang berarti peningkatan Pendapatan
melibatkan perubahan-perubahan besar Nasional.
dalam struktur sosial, sikap Berdasarkan data BPS
masyarakat, dan kelembagaan menunjukkan jumlah penduduk
nasional, seperti halnya percepatan indonesia yang mengalami kenaikan
pertumbuhan ekonomi, pengurangan dari tahun-ketahun. Dimulai pada
ketidakmerataan dan pemberantasan tahun 1980 sebesar 146.777.000
kemiskinan mutlak (Todaro, 1988). sampai pada tahun 2007 sebesar
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan 224.904.000 jiwa (BPS, 1980 dan
berkelanjutan merupakan kondisi 2007). Kenaikan tersebut juga diikuti
utama suatu keharusan bagi oleh kenaikan jumlah pengangguran,
kelangsungan pembangunan ekonomi hal ini menunjukkan kenaikan jumlah
dan peningkatan kesejahteraan. Karena penduduk tidak terserap ke lapangan
jumlah penduduk bertambah setiap pekerjaan sehingga jumlah
tahun yang dengan sendirinya pengangguran pun naik.
kebutuhan konsumsi sehari-hari juga Pengangguran di Indonesia
bertambah setiap tahun, maka menjadi masalah yang terus menerus
dibutuhkan penambahan pendapatan membengkak. Sebelum krisis ekonomi
tahun 1997, tingkat pengangguran di Dalam negara maju, tingkat
Indonesia pada umumnya di bawah 5 penganggurannya biasanya berkisar
persen dan pada tahun 1997 sebesar antara 2 – 3 persen, hal ini disebut
4,68 persen. Tingkat pengangguran Tingkat pengangguran alamiah.
sebesar 4,68 persen masih merupakan Tingkat
pengangguran dalam skala yang wajar.
pengangguran alamiah adalah penyediaan lapangan kerja yang
suatu tingkat pengangguran yang memadai guna menampung lonjakan
alamiah dan tak mungkin dihilangkan. angkatan kerja tersebut.
Artinya jika tingkat pengangguran Berdasarkan tabel 1.1 tersebut
paling tinggi 2 - 3 persen itu berarti dapat dilihat tingkat pengangguran di
bahwa perekonomian dalam kondisi Indonesia yang dari tahun ke tahun
penggunaan tenaga kerja penuh (full bertambah terus. Tingkat
employment) (Sadono Sukirno, 2008). pengangguran meningkat melebihi 8
Peningkatan angkatan kerja persen per tahun yang
baru yang lebih besar dibandingkan mengindikasikan bertambahnya
dengan lapangan kerja yang tersedia jumlah pengangguran. Bahkan pada
terus menunjukkan jurang (gap) yang tahun 2006, tingkat pengangguran di
terus membesar. Kondisi tersebut Indonesia mencapai 10,27 persen
semakin membesar setelah krisis dengan jumlah pengangguran sebesar
ekonomi. Dengan adanya krisis 10.932.000 jiwa (Statistik Indonesia,
ekonomi tidak saja jurang antara 1998-2007).
peningkatan angkatan kerja baru Berdasarkan gambar 1.1 dapat
dengan penyediaan lapangan kerja diketahui hubungan tingkat
yang rendah terus makin dalam, tetapi pertumbuhan angkatan kerja dengan
juga terjadi pemutusan hubungan kerja tingkat pengangguran yang terjadi di
(PHK). Hal ini menyebabkan tingkat Indonesia. Pada gambar tersebut dapat
pengangguran di Indonesia dari tahun dilihat hubungan yang cenderung
ke tahun terus semakin tinggi. searah atau positif. Walaupun tingkat
Berdasarkan tabel 1.1 dapat pertumbuhan angkatan kerja
diketahui bahwa jumlah angkatan kerja cenderung bersifat fluktuatif dilihat
di Indonesia mengalami peningkatan dari persentase pertumbuhannya, tetapi
rata-rata 2,1 persen periode 1998 - jumlah angkatan kerja di Indonesia
2007 serta mengalami pertumbuhan terus bertambah dari tahun-tahun
angkatan kerja yang negatif yaitu tersebut (1998-2007), Hal ini diikuti
sebesar -0,45 persen pada tahun 2003 dengan kenaikan tingkat pengangguran
sebesar 100.316.007 jiwa (Statistik yang mengindikasikan kenaikan
Indonesia, 1998 – 2007). Hal tersebut jumlah pengangguran sehingga
disebabkan oleh perubahan pada angka terdapat kecenderungan yang searah
sensus penduduk yang dilakukan dengan jumlah pengangguran.
pemerintah. Sayangnya tingkat Fenomena ini sama dengan penelitian
pertumbuhan angkatan kerja di yang dilakukan oleh Amir Amri
Indonesia ini tidak dibarengi dengan (2007), bahwa peningkatan angkatan
kerja di Indonesia tidak dibarengi bertambah seiring penambahan
dengan perluasan lapangan kerja, angkatan kerja
sehingga tingkat pengangguran pun

Tabel 1.1
Persentase Tingkat Pengangguran, Tingkat Inflasi, Persentase Pertumbuhan
Tingkat Upah, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pertumbuhan Angkatan Kerja
Pada Periode 10 Tahun
Tahun 1998 - 2007

Tingkat Tingkat Pertumbuhan


pengangguran inflasi Pertumbuhan Pertumbuhan angkatan
Tahun (persen) (persen) upah (persen) ekonomi (persen) kerja (persen)
1998 5.46 77.63
1999 6.36 2.01 18.96 0.79 2.27
2000 6.08 9.4 22.94 5.35 8.47
2001 8.01 12.6 35.31 3.64 3.3
2002 9.06 10.03 18.09 4.50 1.99
2003 9.51 5.06 14.43 4.78 -0.45
2004 9.86 6.4 15 5.03 3.64
2005 10.26 17.11 11.2 5.69 1.75
2006 10.27 6.6 13.54 5.50 0.55
2007 9.11 6.59 11.73 6.35 3.33
Sumber : Statistik Tahunan Indonesia, BPS, 1998-2007, diolah.

.
Permasalahan pengangguran diharapkan akan berpengaruh pada
memang sangat kompleks untuk penurunan jumlah pengangguran, hal
dibahas dan merupakan isu penting, ini diikuti dengan tingkat upah. Jika
karena dapat dikaitkan dengan tingkat upah naik akan berpengaruh
beberapa indikator-indikator. pada penurunan jumlah pengangguran
Indikator-indikator ekonomi yang pula. Sedangkan tingkat inflasi yang
mempengaruhi tingkat pengangguran tinggi akan berpengaruh pada kenaikan
antara lain pertumbuhan ekonomi jumlah pengangguran (Sadono
negara bersangkutan, tingkat inflasi, Sukirno, 2008).
serta besaran upah yang berlaku. Permasalahan utama
Apabila di suatu negara pertumbuhan selanjutnya dan mendasar dalam
ekonominya mengalami kenaikan, ketenagakerjaan di Indonesia adalah
masalah upah yang rendah dan secara 1994). Pertumbuhan ekonomi melalui
langsung dan tidak langsung GDP yang meningkat, diharapkan
berpengaruh pada tingkat dapat menyerap tenaga kerja di negara
pengangguran yang tinggi. Hal tersebut, karena dengan kenaikan
tersebut disebabkan karena pendapatan nasional melalui GDP
pertambahan tenaga kerja baru jauh kemungkinan dapat meningkatkan
lebih besar dibandingkan dengan kapasitas produksi. Hal ini
pertumbuhan lapangan kerja yang mengindikasikan bahwa penurunan
dapat disediakan setiap tahunnya. GDP suatu negara dapat dikaitkan
Menurut Mankiw (2000), upah dengan tingginya jumlah
merupakan salah satu faktor yang pengangguran di suatu negara
mempengaruhi tingkat pengangguran. (Mankiw, 2000).
Selain itu, upah juga merupakan Proses untuk mengukur maju
kompensasi yang diterima oleh satu atau mundur dari suatu perekonomian
unit tenaga kerja yang berupa jumlah dan pembangunan suatu negara, dapat
uang yang dibayarkan kepadanya. dilihat atau diukur dari jumlah
Penetapan tingkat upah yang pengangguran yang ada di negara
dilakukan pemerintah pada suatu tersebut, karena pengangguran
negara akan memberikan pengaruh mengindikasikan parameter sejahtera
terhadap besarnya tingkat atau tidaknya penduduk suatu negara.
pengangguran yang ada. Semakin Di Indonesia, pengangguran
tinggi besaran upah yang ditetapkan merupakan masalah yang sangat
oleh pemerintah maka hal tersebut penting untuk diselesaikan mengingat
akan berakibat pada penurunan jumlah angka atau besaran tingkat
orang yang bekerja pada negara pengangguran di Indonesia yang
tersebut (Kaufman dan Hotchkiss, mengalami kenaikan tiap tahunnya
1999). Menurut J.R. Hicks (dalam diikuti bertambahnya jumlah
Kaufman dan Hotchkiss, 1999) Teori penduduk dan jumlah angkatan kerja
penetapan upah dalam suatu pasar Indonesia. Angka pengangguran yang
bebas sebenarnya merupakan kasus rendah dapat mencerminkan
khusus dan teori nilai umum. Upah pertumbuhan ekonomi yang baik, serta
adalah harga tenaga kerja. dapat mencerminkan adanya
Indikator ekonomi selanjutnya peningkatan kualitas taraf hidup
yang berpengaruh terhadap tingkat penduduk dan peningkatan pemerataan
pengangguran adalah Pertumbuhan pendapatan, Oleh karena itu
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kesejahteraan penduduk meningkat.
seperti yang sudah dijelaskan Berdasarkan pada latar
sebelumnya merupakan penambahan belakang permasalahan tersebut,
GDP, GDP itu sendiri adalah produk besarnya jumlah pengangguran yang
nasional yang diwujudkan oleh faktor- terus meningkat sejalan dengan
faktor produksi di dalam negeri (milik tingginya tingkat angkatan kerja yang
warga negara dan orang asing) dalam rata-rata peningkatan setiap tahunnya
sesuatu negara (Sadono Sukirno, 2,1 persen serta diiringi oleh
lambatnya pertumbuhan ekonomi Peningkatan angkatan kerja
disamping naiknya besaran GDP yang baru yang lebih besar dibandingkan
dialami oleh Indonesia. Namun dengan lapangan kerja yang tersedia
demikian tingginya pengangguran terus menunjukkan jurang (gap) yang
yang terjadi ternyata juga diikuti oleh terus membesar. Kondisi tersebut
peningkatan upah yang diterima serta semakin membesar setelah krisis
berfluktuasinya inflasi di Indonesia. ekonomi. Dengan adanya krisis
ekonomi tidak saja jurang antara ekonomi Indonesia. Ini akibat adanya
peningkatan angkatan kerja baru fenomena ekonomi yang terjadi di
dengan penyediaan lapangan kerja Indonesia. Beberapa indikator-
yang rendah terus makin dalam, tetapi indikator ekonomi sangat berpengaruh
juga terjadi pemutusan hubungan kerja terhadap jumlah pengangguran. Oleh
(PHK). Hal ini menyebabkan jumlah karena itu, penelitian ini mengambil
pengangguran di Indonesia dari tahun judul ”ANALISIS TINGKAT
ke tahun semakin tinggi. PENGANGGURAN DI INDONESIA
Berdasarkan penjelasan TAHUN 1980-2007”.
tersebut, dapat ditarik beberapa Tujuan dari penelitian ini
pertanyaan penelitian yang terkait adalah :
dengan latar belakang masalah 1. untuk menganalisis
sebelumnya, diantaranya : hubungan antara
1. Bagaimana hubungan kenaikan jumlah
kenaikan jumlah penduduk dengan
penduduk dengan kenaikan jumlah
jumlah pengangguran? pengangguran.
2 Bagaimana hubungan 2. untuk menganalisis
berfluktuasinya inflasi hubungan antara naik
terkait dengan dan turunnya tingkat
bertambahnya jumlah inflasi dengan kenaikan
pengangguran? jumlah pengangguran.
3 Bagaimana hubungan 3. untuk menganalisis
antara naiknya besaran hubungan antara
upah minimum yang naiknya besaran upah
ditetapkan pemerintah minimum yang
dengan kenaikan ditetapkan pemerintah
jumlah pengangguran? dengan kenaikan
4 Bagaimana hubungan jumlah pengangguran.
kenaikan pertumbuhan 4. untuk menganalisis
ekonomi yang lambat hubungan antara
dengan kenaikan kenaikan pertumbuhan
jumlah pengangguran? ekonomi yang lambat
Kasus permasalahan dengan kenaikan
pengangguran di Indonesia dirasa jumlah pengangguran.
sudah cukup parah bagi pembangunan
Kegunaan penelitian ini adalah pengangguran di
: indonesia serta faktor-
1. Sebagai referensi bagi faktor apa saja yang
pihak – pihak seperti mempengaruhinya.
Dinas Tenaga Kerja dan 2. Dapat memberikan
Transmigrasi, dengan sumbangan pemikiran
memberikan informasi dalam pengembangan
tentang jumlah ilmu pengetahuan.
3. Memberikan informasi kepada pemerintah tentang kebijakan yang
dikeluarkan dalam penetapan upah minimum di setiap propinsi yang
berdampak terhadap pengangguran.

LANDASAN TEORI

I.
Teori Pertumbuhan klasik Hal ini akan menimbulkan investasi
Menurut pandangan ahli-ahli baru, dan pertumbuhan ekonomi
ekonomi klasik ada empat faktor yang terwujud. Keadaan seperti itu tidak
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, akan terus-menerus berlangsung. Jika
yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok penduduk sudah terlalu banyak,
barang-barang modal, luas tanah dan pertambahannya akan menurunkan
kekayaan alam, serta tingkat teknologi tingkat kegiatan ekonomi karena
yang digunakan. Walaupun menyadari produktivitas setiap penduduk telah
bahwa pertumbuhan ekonomi menjadi negatif, ini mengakibatkan
tergantung kepada banyak faktor, ahli- kemakmuran masyarakat menurun
ahli ekonomi klasik terutama kembali. Ekonomi akan mencapai
menitikberatkan perhatiannya kepada tingkat perkembangan yang sangat
pengaruh pertambahan penduduk rendah, Apabila keadaan ini dicapai,
kepada pertumbuhan ekonomi (Sadono maka ekonomi dikatakan telah
Sukirno, 2008). mencapai keadaan yang tidak
Menurut ahli-ahli klasik hukum berimbang (stationary state). Pada
hasil tambahan yang semakin keadaan ini pendapatan pekerja hanya
berkurang akan mempengaruhi mencapai tingkat cukup hidup
pertumbuhan ekonomi. Ini berarti (subsistence). Menurut pandangan
pertumbuhan ekonomi tidak akan terus ahli-ahli ekonomi klasik setiap
menerus berlangsung. Pada masyarakat tidak akan mampu
permulaannya, apabila penduduk menghalangi terjadinya keadaan tidak
sedikit dan kekayaan alam relatif berimbang tersebut.
berlebihan, tingkat pengembalian Berdasarkan penjelasan ahli-
modal dari investasi yang dibuat ahli ekonomi klasik, dikemukakan
adalah tinggi, para pengusaha akan suatu teori yang menjelaskan perkaitan
mendapatkan keuntungan yang besar. di antara pendapatan per kapita dan
jumlah penduduk. Teori tersebut sudah terlalu banyak, hukum hasil
dinamakan teori penduduk optimum. tambahan yang semakin berkurang
Dari uraian tersebut dapat dilihat akan mempengaruhi fungsi produksi,
apabila kekurangan penduduk, maka produksi marjinal akan mulai
produksi marjinal adalah lebih tinggi mengalami penurunan. Berdasarkan
daripada pendapatan per kapita. hal tersebut, pendapatan nasional dan
Akibatnya pertambahan penduduk pendapatan per kapita menjadi
akan menaikkan pendapatan per semakin lambat pertumbuhannya.
kapita. Di sisi lain, apabila penduduk

II Teori Pertumbuhan Ekonomi


Pembangunan ekonomi sering disebut model pertumbuhan AK
merupakan salah satu sasaran termasuk dalam teori tahapan linear.
pembangunan. Pembangunan dalam Model Pertumbuhan Neoklasik
arti luas mencakup aspek kehidupan Solow menggunakan fungsi produksi
baik ideologi, politik, sosial budaya, agregat standar yaitu :
pertahanan dan keamanan dan lain Y = Aeµt Kα L1- α

sebagainya. Pembangunan ekonomi ..................................................


adalah usaha-usaha untuk ...........................................(2.1)
meningkatkan taraf hidup suatu bangsa
yang sering kali dengan pendapatan Dimana Y adalah GNP, K
riil perkapita (Suparmoko, 1997). adalah stok kapital dan modal
Selanjutnya, pembangunan ekonomi manusia, L adalah tenaga kerja non
perlu dipandang sebagai kenaikan terampil. A adalah suatu konstanta
dalam pendapatan perkapita, karena yang merefleksikan tingkat teknologi
kenaikan merupakan penerimaan dan dasar, sedangkan eµ melambangakan
timbulnya dalam kesejahteraan konstanta kemajuan teknologi. Adapun
ekonomi masyarakat. Laju symbol α melambangkan elastisitas
pembangunan ekonomi suatu negara output terhadap modal (atau prosentase
diukur dengan menggunakan tingkat kenaikan GNP yang bersumber dari 1
pertumbuhan GDP/GNP (Arsyad, persen penambahan modal fisik dan
1997). modal manusia). Menurut model
Todaro (1988) menjelaskan pertumbuhan ini, pertumbuhan output
lima pendekatan teori klasik selalu bersumber dari satu atau lebih
pembangunan ekonomi, yaitu : Teori dari 3 faktor berikut : kenaikan
tahapan linier dan pembangunan kualitas dan kuantitas tenaga kerja
sebagai pertumbuhan; model (melalui pertambahan jumlah
perubahan struktural; revolusi penduduk dan perbaikan pendidikan),
ketergantungan internasional; perubahan modal (melalui tabungan
kontrarevolusi neoklasik dan teori dan investasi), serta penyempurnaan
pertumbuhan baru. Model teknologi.
Pertumbuhan Harold-Domar atau Dari berbagai teori
pertumbuhan yang ada yakni teori
Harold Domar, Neoklasikal dari pertumbuhan ekonomi, yakni: 1)
Solow, dan teori pertumbuhan baru akumulasi modal yang meliputi semua
atau teori Endogen oleh Romer maka bentuk atau jenis investasi baru, 2)
dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan penduduk dan 3)
terdapat tiga faktor utama dalam kemajuan teknologi.
Salah satu teori perubahan Sedangkan Produk Nasional Bruto
struktural yang paling terkenal adalah nilai barang dan jasa yang dihitung
Model-Dua-Sektor Lewis yang dalam pendapatan nasional hanyalah
dikemukakan oleh W. Arthur Lewis. Ia barang dan jasa yang diproduksikan
membagi perekonomian menjadi dua oleh faktor-faktor produksi yang
sektor, yaitu : (1) Sektor Tradisional, dimiliki oleh warga negara dari negara
yang menitikberatkan pada sektor yang pendapatan nasionalnya dihitung.
pertanian yang subsisten di pedesaan
yang ditandai dengan produktivitas Menurut Biro Pusat Statistik (BPS,
marginal sama dengan nol sehingga 2007) penetapan Gross Domestic
menjadikan suatu kondisi yang surplus Product (GDP) dapat dilakukan dari
tenaga kerja (surplus labor). (2) Sektor tiga sudut pandang, yaitu:
Industri perkotaan Modern, yang 1. Sudut pandang produksi,
tingkat produktivitasnya tinggi dan GDP merupakan jumlah
menjadi tempat penyerapan tenaga nilai produksi netto dari
kerja dari sektor tradisional. barang dan jasa yang
Menurut Sadono Sukirno dihasilkan pada suatu
(2008) pertumbuhan ekonomi berarti wilayah dalam jangka
perkembangan kegiatan dalam waktu tertentu (satu tahun).
perekonomian yang menyebabkan Unit-unit produksi tersebut
barang dan jasa yang diproduksi dalam dibagi menjadi sembilan
masyarakat bertambah dan kelompok usaha, yaitu:
kemakmuran masyarakat meningkat. sektor pertanian; sektor
Dengan demikian untuk menentukan pertambangan dan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang penggalian; sektor industri
dicapai perlu dihitung pendapatan pengolahan; sektor listrik,
nasional riil menurut harga tetap yaitu gas dan air, sektor; sektor
pada harga-harga yang berlaku ditahun bangunan; sektor
dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan perdagangan, hotel dan
ekonomi mengukur prestasi dari restoran; sektor angkutan
perkembangan suatu perekonomian. dan komunikasi; sektor
Oleh karena itu konsep yang lembaga keuangan, sewa
sesuai dengan pertumbuhan ekonomi bangunan dan jasa
adalah GDP dengan harga konstan. perusahaan; serta sektor
GDP adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa.
jasa-jasa yang diproduksikan di dalam 2. Sudut pandang pendapatan,
negara tersebut dalam satu tahun GDP merupakan jumlah
tertentu (Sadono Sukirno, 1994). balas jasa yang diterima
oleh berbagai faktor merupakan jumlah
produksi yang ikut serta pengeluaran rumah tangga
dalam proses produksi lembaga swasta yang tidak
dalam suatu wilayah dan mencari untung dan
dalam jangka waktu pengeluaran pemerintah
tertentu. sebagai konsumen
3. Sudut pandang pengeluaran untuk
pengeluaran, GDP pembentukan modal
4. tetap serta perubahan stok haruslah dibandingkan dengan
dan ekspor netto di suatu pertumbuhan di masa lalu dan
daerah dalam jangka waktu pertumbuhan yang dicapai oleh daerah
tertentu. lain (Sadono Sukirno, 1994). Dengan
Output atau pendapatan kata lain, suatu daerah dapat dikatakan
nasional merupakan ukuran paling mengalami pertumbuhan yang cepat
komprehensif dari tingkat aktivitas apabila dari tahun ke tahun mengalami
ekonomi suatu Negara (Lipsey, dkk. kenaikan yang cukup berarti.
1996). Salah satu ukuran yang lazim Sedangkan dikatakan mengalami
digunakan untuk output adalah Gross pertumbuhan yang lambat apabila dari
Domestic Product (GDP). GDP dapat tahun ke tahun mengalami penurunan
dilihat sebagai perekonomian total dari atau fluktuatif.
setiap orang di dalam perekonomian Faktor-faktor yang dianggap
atau sebagai pengeluaran total pada sebagai sumber penting yang
output barang dan jasa perekonomian mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
(Mankiw, 2000). Output ini dinyatakan (Sadono Sukirno, 1994) antara lain:
dalam satuan mata uang (rupiah) 1) Tanah dan Kekayaan lainnya.
sebagai jumlah dari total keluaran 2) Jumlah, Mutu Penduduk dan
barang dan jasa dikalikan dengan Tenaga Kerja
harga per unitnya. Jumlah total 3) Barang Modal dan Tingkat
tersebut sering disebut sebagai output Teknologi
nominal, yang dapat berubah karena 4) Sistem Sosial dan Sikap
perubahan baik jumlah fisik maupun Masyarakat.
perubahan harga terhadap periode 5) Luas Pasar dan Sumber
dasarnya. Untuk mengetahui seberapa Pertumbuhan
jauh perubahan tersebut karena Kuznets (Sadono Sukirno,
perubahan fisik saja, maka nilai output 1994) memberikan enam ciri
diukur tidak pada harga sekarang pertumbuhan yang muncul dalam
tetapi pada harga yang berlaku pada analisis yang didasarkan pada produk
periode dasar yang dipilih. Jumlah nasional dan komponennya, di mana
total ini disebut sebagai output riil. ciri-ciri tersebut seringkali terkait satu
Perubahan persentase dari output riil sama lain dalam hubungan sebab
disebut sebagai pertumbuhan ekonomi. akibat. Keenam ciri tersebut adalah :
Penilaian mengenai cepat atau
lambatnya pertumbuhan ekonomi
1) Laju pertumbuhan penduduk yang
cepat dan produk per kapita yang III Teori A.W. Phillips
tinggi. Dalam Amri Amir (2007),
2) Peningkatan produktifitas yang menjelaskan bahwa teori A.W. Phillips
ditandai dengan meningkatnya laju muncul karena pada saat tahun 1929,
produk perkapita . terjadi depresi ekonomi Amerika
3) Laju perubahan struktural yang Serikat, hal ini berdampak pada
tinggi yang mencakup peralihan kenaikan inflasi yang tinggi dan diikuti
dari kegiatan pertanian ke non dengan pengangguran yang tinggi
pertanian, dari industri ke jasa, pula. berdasarkan pada fakta itulah
perubahan dalam skala unit-unit A.W. Phillips mengamati hubungan
produktif dan peralihan dari usaha- antara tingkat inflasi dengan tingkat
usaha perseorangan menjadi pengangguran. Dari hasil
perusahaan yang berbadan hukum pengamatannya, ternyata ada
serta perubahan status kerja buruh. hubungan yang erat antara Inflasi
4) Semakin tingginya tingkat dengan tingkat pengangguran, jika
urbanisasi inflasi tinggi, pengangguran pun akan
5) Ekspansi dari negara lain. rendah. Hasil pengamatan Phillips ini
6) Peningkatan arus barang, modal dikenal dengan kurva Phillip.
dan orang antar bangsa.
Gambar 2.1
Kurva Phillips

Sumber : Amri Amir, 2007


agregat, berdasarkan teori permintaan,
Berdasarkan gambar 2.1 A.W permintaan akan naik, kemudian
Phillips menggambarkan hubungan harga akan naik pula. Dengan
antara tingkat inflasi dengan tingkat tingginya harga (inflasi) maka untuk
pengangguran didasarkan pada asumsi memenuhi permintaan tersebut
bahwa inflasi merupakan cerminan produsen meningkatkan kapasitas
dari adanya kenaikan permintaan produksinya dengan menambah tenaga
agregat. Dengan naiknya permintaan kerja (tenaga kerja merupakan satu-
satunya input yang dapat maka dengan naiknya harga-harga
meningkatkan output). Akibat dari (inflasi) pengangguran berkurang.
peningkatan permintaan tenaga kerja,

IV Teori Ketenagakerjaan
Sumber daya manusia atau dalam kegiatan produktif yaitu
sering disebut dengan human menghasilkan barang dan jasa.
resources merupakan penduduk secara Angkatan kerja ini terdiri dari
keseluruhan. Dari segi penduduk golongan yang bekerja dan golongan
sebagai faktor produksi, maka tidak yang menganggur. Golongan yang
semua penduduk dapat bertindak bekerja (employed persons)
sebagai faktor produksi, hanya merupakan sebagian masyarakat yang
penduduk yang berupa tenaga kerja sudah aktif dalam kegiatan yang
(man power) yang dapat dianggap menghasilkan barang dan jasa.
sebagai faktor produksi Sedangkan sebagian masyarakat
(Suparmoko,1997). lainnya yang tergolong siap bekerja
Tenaga kerja mencakup dan mencari pekerjaan termasuk
penduduk yang sudah bekerja atau dalam golongan menganggur.
sedang bekerja, yang sedang mencari Bukan angkatan kerja adalah
pekerjaan, dan yang sedang melakukan bagian dari tenaga kerja yang tidak
kegiatan lain, seperti bersekolah dan bekerja maupun mencari pekerjaan,
mengurus rumah tangga (Payaman atau bisa dikatakan sebagai bagian dari
Simanjuntak,1985). Sedangkan tenaga kerja yang sesungguhnya tidak
menurut Secha Alatas (dalam Aris terlibat atau tidak berusaha terlibat
Ananta, 1990), tenaga kerja dalam kegiatan produksi. Kelompok
merupakan bagian dari penduduk yang bukan angkatan kerja ini terdiri dari
mampu bekerja untuk memproduksi golongan yang bersekolah, golongan
barang dan jasa. Perserikatan Bangsa- yang mengurus rumah tangga, dan
Bangsa (PBB) menggolongkan golongan lain yang menerima
penduduk usia 15-64 tahun sebagai pendapatan.
tenaga kerja. Pekerja tidak dibayar adalah
Menurut Payaman simanjuntak seseorang yang bekerja membantu
(1985) konsep dari tenaga kerja terdiri usaha untuk memperoleh
dari angkatan kerja dan bukan penghasilan/keuntungan yang
angkatan kerja. Angkatan kerja dilakukan oleh salah seorang rumah
(labour force) merupakan bagian dari tangga atau bukan anggota rumah
tenaga kerja yang sesungguhnya tangga tanpa mendapat upah/gaji
terlihat atau berusaha untuk terlibat
.
V Teori Pengangguran
Pengangguran merupakan seseorang tidak memiliki pekerjaan
suatu ukuran yang dilakukan jika tetapi mereka sedang melakukan usaha
secara aktif dalam empat minggu sebagai penganggur. Faktor utama
terakhir untuk mencari pekerjaan yang menimbulkan pengangguran
(Kaufman dan Hotchkiss,1999). adalah kekurangan pengeluaran
Pengangguran merupakan suatu agregat. Para pengusaha memproduksi
keadaan di mana seseorang yang barang dan jasa dengan maksud untuk
tergolong dalam angkatan kerja ingin mencari keuntungan. Keuntungan
mendapatkan pekerjaan tetapi mereka tersebut hanya akan diperoleh apabila
belum dapat memperoleh pekerjaan para pengusaha dapat menjual barang
tersebut (Sadono Sukirno, 1994). yang mereka produksikan. Semakin
Pengangguran dapat terjadi disebabkan besar permintaan, semakin besar pula
oleh ketidakseimbangan pada pasar barang dan jasa yang akan mereka
tenaga kerja. Hal ini menunjukkan wujudkan. Kenaikan produksi yang
bahwa jumlah tenaga kerja yang dilakukan akan menambah
ditawarkan melebihi jumlah tenaga penggunaaan tenaga kerja. Dengan
kerja yang diminta. demikian, terdapat hubungan yang erat
Menurut Sadono Sukirno diantara tingkat pendapatan nasional
(1994), pengangguran adalah suatu yang dicapai (GDP) dengan
keadaan di mana seseorang yang penggunaan tenga kerja yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin dilakukan; semakin tinggi pendapatan
mendapatkan pekerjaan tetapi belum nasional (GDP), semakin banyak
dapat memperolehnya. Seseorang yang penggunaan tenaga kerja dalam
tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif perekonomian.
mencari pekerjaan tidak tergolong
VI Teori upah

Upah adalah pendapatan yang diterima lembur, tunjangan, dsb). Masih


tenaga kerja dalam bentuk uang, yang menurut Gilarso upah biasanya
mencakup bukan hanya komponen dibedakan menjadi dua, yaitu: upah
upah/gaji, tetapi juga lembur dan nominal (sejumlah uang yang
tunjangan-tunjangan yang diterima diterima) dan upah riil (jumlah barang
secara rutin/reguler (tunjangan dan jasa yang dapat dibeli dengan upah
transport, uang makan dan tunjangan uang itu). Upah dalam arti sempit
lainnya sejauh diterima dalam bentuk khusus dipakai untuk tenaga kerja
uang), tidak termasuk Tunjangan Hari yang bekerja pada orang lain dalam
Raya (THR), tunjangan bersifat hubungan kerja (sebagai
tahunan, kwartalan, tunjangan- karyawan/buruh). Di indonesia banyak
tunjangan lain yang bersifat tidak rutin orang berusaha sendiri dan tidak
dan tunjangan dalam bentuk natural memperhitungkan ”upah” untuk
(BPS, 2008). dirinya sendiri. Tetapi dalam analisis
Menurut Gilarso (2003) balas ekonomi, besar kecilnya balas karya
karya untuk faktor produksi tenaga mereka sebagai tenaga kerja
kerja manusia disebut upah (dalam arti seharusnya ikut diperhitungkan.
luas, termasuk gaji, honorarium, uang
VII Teori inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga – barang dan jasa. Pengeluaran ini akan
harga umum barang- barang secara menimbulkan inflasi.
terus-menerus (Nopirin,1990). b. Inflasi desakan biaya
Menurut Sadono Sukirno (2008) Inflasi ini juga berlaku dalam
inflasi merupakan suatu proses masa perekonomian berkembang
kenaikan harga-harga yang berlaku dengan pesat ketika tingkat
dalam suatu perekonomian. Sedangkan pengangguran adalah sangat rendah.
tingkat inflasi adalah persentasi Apabila perusahaan-perusahaan masih
kenaikan harga-harga barang dalam menghadapi permintaan yang
periode waktu tertentu. bertambah, mereka akan berusaha
Berdasarkan jenisnya inflasi di bagi menaikkan produksi dengan cara
tiga (Sadono Sukirno, 2008) : memberikan gaji dan upah yang lebih
a. Inflasi tarikan permintaan tinggi kepada pekerjanya dan mencari
Inflasi ini biasanya terjadi pada pekerjaan baru dengan tawaran
masa perekonomian berkembang pembayaran yang lebih tinggi.
pesat. Kesempatan kerja yang tinggi Langkah ini mengakibatkan biaya
menciptakan tingkat pendapatan yang produksi meningkat, yang akhirnya
tinggi dan selanjutnya menimbulkan akan menyebabkan kenaikan harga-
pengeluaran yang melebihi harga berbagai barang.
kemampuan ekonomi mengeluarkan

Metode Penelitian

Jenis dan Sumber data

Sumber data adalah subjek dari mana secara langsung dengan


data dapat diperoleh (Suharsimi, informan.
1998). b. Data sekunder adalah data
Jenis dan sumber data yang digunakan yang sudah diterbitkan atau
dalam penelitian ini adalah data primer sudah digunakan pihak lain
dan sekunder. (Suharyadi dan Purwanto,
a. Data primer adalah data yang 2003). Data sekunder
diperoleh langsung dari merupakan data-data
sumbernya atau objek penunjang dalam penelitian ini
penelitian (Suharyadi dan yang diperoleh dari
Purwanto, 2003). Data lembaga/instansi yang terkait
primer dalam penelitian ini dalam penelitian ini, antara lain
diperoleh melalui wawancara BPS Kota Semarang.
Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu terkait (Dinas Tenaga Kerja dan


penelitian dimaksudkan untuk Transmigrasi) guna mendukung suatu
memperoleh bahan-bahan yang teori. Periode data yang akan
relevan, akurat dan realistis Metode digunakan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data yang digunakan tahun 1980 – 2007. Sebagai
pada penelitian ini adalah studi pendukung data juga diperoleh dari
pustaka sebagai metode pengumpulan buku-buku, jurnal-jurnal, browsing
data, dan wawancara dengan dinas internet , serta koran-koran.
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan jumlah pengangguran dan faktor-
metode kuantitatif dengan studi yang faktor yang mempengaruhinya seperti
diterapkan adalah metode analisis jumlah penduduk dan angkatan kerja,
statistik deskriptif dan analisis tingkat inflasi, besaran upah, dan
korelasi, yaitu menganalisis dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
menginterpretasikan hubungan antar lalu di lihat hubungan dan
variabel melalui data. Penelitian ini kecenderungan antar variabel tersebut
menggunakan analisis deskripsi data melalui nilai koefisien korelasi antar
secara grafis, yaitu dengan menyajikan variabel-variabel tersebut. Pada
data dalam bentuk tabel dan grafis, penelitian ini menggunakan microsoft
lalu diinterprestasikan dengan melihat excel untuk mengolah data dan
hubungan dan kecenderungan antar mencari nilai koefisien korelasi.
variabel Dengan melihat data-data
I Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bermanfaat yang merupakan jantung
adalah metode-metode statistika yang dari analisis kuantitatif.
digunakan untuk menggambarkan data
yang telah dikumpulkan (Mason, Analisis statistik merupakan
1996). Pendekatan ini berangkat dari analisis yang paling luas diterapkan
data, ibarat bahan baku dalam suatu dalam bisnis. Penelitian yang disebut
pabrik, data ini diproses dan survei secara umum menggunakan
dimanipulasi menjadi informasi yang analisis statistik (Mudrajad Kuncoro,
berharga bagi pengambilan keputusan. 2004).
Pemrosesan dan manipulasi data
mentah menjadi informasi yang
II Analisis Korelasi
Analisis korelasi merupakan berbeda dalam konsep dari analisis
analisis yang bertujuan untuk regresi (Gujarati, 1998).
mengukur kuat atau derajad Menurut Mason (1996) analisis
hubungan antar dua variabel, sangat korelasi adalah sekumpulan teknik
erat berhubungan tetapi sangat statistika yang digunakan untuk
mengukur keeratan hubungan
(korelasi) antara dua variabel. Fungsi menentukan seberapa erat hubungan
utama analisis korelasi adalah untuk
antara dua variabel. Salah satu dengan +1. Ukuran ini dapat
ukuran yang menyatakan keeratan digunakan pada data berskala selang
hubungan adalah koefisien korelasi. dan rasio.
Koefisien ini bernilai -1 sampai

ANALISIS PEMBAHASAN

I Keadaan Penduduk Indonesia

pertumbuhan penduduk di timor-timur, sehingga penduduk


Indonesia tidak selalu mengalami berkurang.
pertumbuhan positif. Hal ini dapat Hal ini dapat dilihat pada gambar
dilihat di tahun 1990 dan 2000, 4.1, pada gambar tersebut jumlah
Indonesia mengalami pertumbuhan pengangguran cenderung mengalami
penduduk yang negatif. Pada tahun pertambahan, begitu juga dengan
1990 laju pertumbuhan penduduk jumlah penduduk, walaupun
sebesar -0,22 persen. Hal ini pertumbuhan cenderung stabil tetapi
dikarenakan pemerintah berhasil jumlah dari penduduk Indonesia selalu
menekan angka pertumbuhan bertambah (hanya pada tahun 1990
penduduk di tahun tersebut dengan dan 2000 yang mengalami penurunan
program Keluarga Berencana (KB). jumlah penduduk). Kecenderungan
Pada tahun 2000 laju searah ini mengindikasikan bahwa
pertumbuhan penduduk sebesar -3,69 bertambahnya jumlah penduduk secara
persen yang disebabkan oleh tidak langsung berhubungan dengan
perubahan perhitungan sensus yang bertambahnya pengangguran.
tidak menghitung populasi penduduk

Gambar 4.1
Grafik Batang Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Pengangguran
Di Indonesia Tahun 1980-2007
250000000

200000000

150000000 Jumlah penduduk


(000)
Jumlah
100000000 pengangguran

50000000

0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28

Sumber: Lampiran A, diolah, Agustus 2010


Berdasarkan olah data melalui antara jumlah penduduk dan jumlah
microsoft excel, dapat diketahui nilai pengangguran positif dan kuat. Jumlah
koefisien korelasi dari jumlah penduduk yang bertambah akan diikuti
penduduk dan jumlah pengangguran oleh penambahan jumlah
sebesar 0.883251251 (lampiran B). pengangguran.
Hal ini mengindikasikan hubungan
II Kondisi Ketenagakerjaan Di Indonesia

Ledakan jumlah penduduk pengangguran Indonesia berada di 1-2


yang terjadi di Indonesia ternyata persen saja. Setelah tahun 1994
dibarengi dengan meningkatnya pengangguran di Indonesia mengalami
jumlah angkatan kerja yang tersedia, kenaikan-kenaikan yang besar (diatas
serta tingginya angka pengangguran 5 persen). Tingkat pengangguran
yang muncul. Kondisi ini dapat dilihat terbesar terjadi pada tahun 2006 yang
pada Lampiran A yang mencapai 10,27 persen dengan jumlah
menggambarkan kondisi pengangguran mencapai 10.932.000
ketenagakerjaan di Indonesia yang jiwa. Pada tahun 2007 tingkat
mulai mengalami pertumbuhan pada pengangguran mencapai 9,11 persen
tahun 1994 yang mencapai 5,46 dengan jumlah pengangguran
persen dan sebelum tahun tersebut mencapai 10.011.142 jiwa.

Gambar 4.2
Grafik Batang Jumlah Angkatan Kerja Dengan Jumlah Pengangguran
Di Indonesia Tahun 1980-2007

120000000

100000000

80000000

jumlah angkatan kerja


60000000
Jumlah pengangguran

40000000

20000000

0
80

84

88

92

96

00

04
19

19

19

19

19

20

20

Sumber: Lampiran A, diolah, Agustus 2010


Berdasarkan gambar 4.2, dapat mencerminkan perekonomian yang
dilihat grafik batang yang terhambat. Dengan semakin tingginya
menggambarkan jumlah angkatan angka pengangguran yang terjadi,
kerja dan jumlah pengangguran. Pada maka akan berdampak pada
data tersebut mencerminkan hubungan pertumbuhan ekonomi yang rendah
yang cenderung searah, yaitu sebagai akibat dari rendahnya
kenaikan, hal ini mengindikasikan pendapatan per kapita dari masyarakat
bertambahnya jumlah angkatan kerja ditinjau dari sudut individu,
akan menambah jumlah pengangguran. pengangguran menimbulkan berbagai
Menurut Siti Wahyuni (Kepala Sub- masalah ekonomi dan sosial yang
Bagian Program) Dinas Tenaga Kerja dapat mengakibatkan penurunan pada
dan Transmigrasi hal ini disebabkan pengeluaran konsumsinya. Jika
pertambahan penduduk tidak dibarengi keadaan pengangguran di suatu negara
oleh meningkatnya kapasitas produksi sangat buruk, maka kekacauan politik
dan kompetensi tenaga kerja serta dan sosial selalu berlaku dan
peluang kerja yang tersedia tidak menimbulkan efek yang buruk
sesuai dengan kemampuan si pekerja, terhadap kesejahteraan masyarakat dan
sehingga penduduk dan angkatan kerja prospek pembangunan ekonomi dalam
yang bertambah hanya akan jangka panjang (Sadono, Sukirno,
menambah jumlah pengangguran. 1994).
Gambaran mengenai kondisi
ketenagakerjaan di Indonesia tersebut
III Kondisi Tingkat Inflasi Di Indonesia

Menurut Boediono (1991) rata yang terjadi dari tahun 1980-2007


inflasi adalah kecenderungan dari adalah sebesar 11,03 persen. Inflasi
harga-harga untuk naik secara umum tertinggi terjadi di tahun 1998 dan
dan terus menerus. Kenaikan harga 2005 yaitu sebesar 77,63 dan 17,11
dari satu atau dua barang saja tidak persen dengan pertumbuhan ekstrim
dapat disebut inflasi, kecuali kenaikan tahun 1998 sebesar 602,53 persen yang
tersebut meluas kepada atau disebabkan oleh krisis moneter yang
mengakibatkan kenaikan pada terjadi pada tahun tersebut
sebagian besar dari barang-barang lain. mengakibatkan lonjakan-lonjakan
Melalui tingkat inflasi kita dapat harga yang sangat tinggi, hal ini
mengetahui seberapa besar perubahan disebut hiper-inflasi. Inflasi terendah
yang terjadi dalam perekonomian terjadi di tahun 1999 yaitu sebesar
suatu negara pada periode waktu 2,01 persen. Lalu di tahun 2000 juga
tertentu. terjadi pertumbuhan yang cukup
Pada lampiran A dapat dilihat ekstrim yaitu sebesar 367,66 persen,
mengenai laju inflasi yang terjadi di hal ini diakibatkan ketidakstabilan
Indonesia berdasarkan tahun kalender ekonomi serta kenaikan bahan bakar
serta pertumbuhan inflasi pada periode minyak yang terus-menerus pada tahun
tahun 1980-2007. besarnya inflasi rata- tersebut mengakibatkan kenaikan
harga pada barang-barang. Sedangkan tahun 1999 yaitu sebesar -97,41
pertumbuhan inflasi terendah terjadi di persen.
Pada tahun 1999 pemerintah besarnya inflasi yang diukur dapat
berusaha keras agar perekonomian dilihat melalui inflasi yang terjadi pada
Indonesia mulai keluar dari krisis tujuh sektor perekonomian (BPS,
kembali stabil sehingga pertumbuhan 2007). Hal tersebut dapat diketahui
inflasi pun dapat ditekan di angka - pada tabel 4.1 yang menjelaskan
97,41 persen. Sampai tahun 2007 mengenai inflasi yang terjadi di 45
besaran inflasi menunjukkan angka kota di Indonesia berdasarkan tahun
6,59 persen dengan pertumbuhan -0,15 kalender pada periode tiga tahun
dari tahun 2006. Seperti diketahui terakhir yaitu tahun 2005-2007 yang
bahwa inflasi muncul sebagai akibat dilihat dari tiap sektor perekonomian.
dari adanya kenaikan harga barang –
barang secara umum. Di Indonesia

Tabel 4.1
Laju Inflasi Gabungan 45 Kota di Indonesia
Menurut Tahun Kalender, 2003-2007

Kelo Mpok 2003(a) 2004(b) 2005(b) 2006(b) 2007(b)


Umum 5.06 6.4 17.11 6.6 6.59
I Bahan Makanan -1.72 6.38 13.91 12.94 11.26
II Makanan jadi 6.24 4.85 13.71 6.36 6.41
III Perumahan,air,listrik,dan Bahan Bakar 9.21 7.4 13.94 4.83 4.88
IV Sandang 7.09 4.87 6.92 6.84 8.42
V Kesehatan 5.67 4.75 6.13 5.87 4.31
VI Pendidikan,Rekreasi dan Olahraga 11.71 10.31 8.24 8.13 8.83
Transportasi, Komunikasi dan
VII keuangan 4.1 5.84 44.75 1.02 1.25
Catatan : (a) laju inflasi gabungan 43 kota
(b) laju inflasi gabungan 45 kota
Sumber : Statistik Indonesia 2000,2005,2007, BPS, 2007

Pada tahun 2003 besarnya Pada tahun 2005 di mana terjadi inflasi
inflasi sebesar 5,06 persen banyak sangat tinggi hingga mencapai 17,11
disumbangkan dari sektor Pendidikan, persen banyak dipengaruhi oleh inflasi
Rekreasi dan Olahraga. Pada tahun yang terjadi di sektor Transportasi,
2004 sektor tersebut masih Komunikasi dan Keuangan dengan
mendominasi inflasi di Indonesia sumbangan sebesar 44,75 persen
sebesar 6,4 persen dengan Pada tahun 2006, laju inflasi
kontribusinya sebesar 10,31 persen. gabungan hanya mencapai 6,6 persen,
tidak berbeda jauh di tahun 2007, masing sektor seperti
inflasi hanya 6,59 persen. Masing-
bahan makanan di tahun 2006 koefisien korelasi dari tingkat inflasi
dan 2007 menjadi penyumbang dan jumlah pengangguran sebesar
terbesar yaitu 12,94 persen dan 11,26 0.026707195 (lampiran B). Hal ini
persen. mengindikasikan hubungan antara
Berdasarkan olah data melalui tingkat inflasi dan jumlah
microsoft excel, dapat diketahui nilai pengangguran positif dan lemah.

IV Kondisi Tingkat Upah Di Indonesia


Menurut PP No. 8/1981, upah berlaku selalu mengalami peningkatan
merupakan suatu penerimaan sebagai dari tahun ke tahun, kecuali tahun
imbalan dari pengusaha kepada 1991. Pada tahun 1980 besarnya upah
karyawan untuk suatu pekerjaan atau rata-rata propinsi yang berlaku di
jasa yang telah atau akan dilakukan Indonesia sebesar Rp.28.354,00 dan
dan dinyatakan atau dinilai dalam mencapai Rp.672.792,00 di tahun
bentuk uang yang ditetapkan atas dasar 2007. Pertumbuhan upah terbesar
suatu persetujuan atau peraturan terjadi di tahun 2001 yaitu sebesar
perundang-undangan serta dibayarkan 35,31 persen dan pertumbuhan
atas dasar suatu perjanjian kerja antara terendah terjadi di tahun 1991 yaitu
pengusaha dengan karyawan termasuk sebesar -39,11 persen (Lampiran A).
tunjangan, baik untuk karyawan itu Berdasarkan gambar 4.3 yang
sendiri maupun untuk keluarganya mencerminkan upah minimum rata-
(Aris Ananta, 1990). Oleh karena itu, rata propinsi yang diterima oleh
setiap orang yang melakukan pekerja. Grafik yang cenderung
pekerjaan tertentu berhak untuk bergerak keatas mengindikasikan
menerima upah atas pekerjaan yang jumlah upah yang terus bertambah.
telah dilakukan atau dikerjakan. Upah merupakan hal yang
Kondisi sistem pengupahan sangat penting bagi pengusaha dan
yang terjadi di Indonesia dapat pekerja, karena hal ini dapat berkaitan
ditunjukkan melalui Lampiran A. Pada secara tidak langsung terhadap jumlah
tabel tersebut menggambarkan pengangguran. Gambar 4.4
besarnya upah rata-rata propinsi yang menggambarkan kecenderungan
berlaku di Indonesia serta tingkat hubungan upah dan pengangguran.
pertumbuhan upah dari tahun 1980-
2007. Besarnya tingkat upah yang
Gambar 4.3
Grafik Pergerakan Besaran Upah Rata-rata Propinsi Di Indonesia
Tahun 1980-2007

pergerakan upah di Indonesia

800000
700000
600000
500000
400000 besaran upah
300000
200000
100000
0
n

82

85

88

91

94

97

00

03

06
hu

19

19

19

19

19

19

20

20

20
Ta

Sumber: Lampiran A, diolah, Agustus 2010


Berdasarkan gambar 4.4 , ternyata mengakibatkan bertambahnya
pertumbuhan upah cenderung pengangguran. Kenaikan biaya
fluktuatif, namun dari segi jumlahnya, produksi berupa upah minimum yang
upah minimum rata-rata propinsi ditetapkan pemerintah ternyata
selalu mengalami pertambahan. Hal ini mengakibatkan perusahaan
juga diiringi dengan tingkat mengurangi pekerjanya untuk
pengangguran yang cenderung mengurangi biaya produksi.
meningkat. Tingkat upah yang tinggi
Gambar 4.4
Hubungan pertumbuhan Upah dan Tingkat Pengangguran
Di Indonesia Tahun 1980-2007
hubungan pertumbuhan upah dan tingkat
pengangguran

40
30
20
10 pertumbuhan upah
0
-10 Tingkat
n
82

85

88

91

94

97

00

03

06
hu

pengangguran
19

19

19

19

19

19

20

20

20

-20
Ta

-30
-40
-50

Sumber: lampiran A, diolah, Agustus 2010


Menurut Adi Nugroho (Staff tersebut tidak sebanding dengan
Seksi Pengupahan dan Kerja) Dinas kenaikan barang-barang. Di satu sisi,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, upah kenaikan upah dapat mempengaruhi
minimum muncul karena intervensi investasi. Dengan tingginya upah di
pemerintah. Pasar tenaga kerja di suatu wilayah, maka investor akan
Indonesia yang belum berimbang, di berpikir dua kali untuk
mana penawaran tenaga kerja lebih menginvestasikan dananya.
banyak dari pada permintaan tenaga Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
kerja, membuat pengusaha memegang ditarik kesimpulan, kenaikan jumlah
kendali dalam menentukan upah, upah cenderung searanh dengan
sehingga pekerja hanya dapat jumlah pengangguran.
menerima. Oleh karena itu, pemerintah Berdasarkan olah data melalui
mengintervensi ketetapan upah microsoft excel, dapat diketahui nilai
minimum yang harus dibayar koefisien korelasi dari besaran upah
perusahaan kepada pekerjanya agar dan jumlah pengangguran sebesar
upah yang diberikan tidak terlalu 0.940608 (lampiran B). Hal ini
rendah, dan tentunya sesuai dengan mengindikasikan hubungan antara
Kebutuhan Layak Hidup (KHL). besaran upah dan jumlah
Hubungan searah antara kenaikan upah pengangguran positif dan kuat.
dan jumlah pengangguran disebabkan Besaran upah yang bertambah akan
upah yang naik tersebut hanya diikuti oleh penambahan jumlah
mengikuti inflasi, akan tetapi kenaikan pengangguran.

V Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia


Pertumbuhan ekonomi suatu Berdasarkan Lampiran A yang
negara dapat mencerminkan keadaan menggambarkan tabel pertumbuhan
perekonomian dalam negara tersebut. ekonomi dapat dilihat pertumbuhan
Salah satu indikator ekonomi yang ekonomi Indonesia melalui
dapat digunakan untuk mengukur penambahan GDP dari tahun ke tahun.
tingkat pertumbuhan perekonomian di Walaupun cenderung berfluktuasi dan
antaranya adalah melalui penghitungan lambat pertumbuhannya tetapi selalu
Gross Domestic Product . Pada menambah besaran GDP yang diterima
Lampiran A dapat diketahui besarnya Indonesia. Besarnya pertumbuhan
GDP yang terjadi di Indonesia pada ekonomi yang paling tinggi terjadi di
tahun 1980 sampai tahun 2007 yang tahun 1995 yaitu sebesar 8,22 persen
didasarkan harga konstan 2000. Hal ini dan pertumbuhan terendah terjadi di
dilakukan untuk mengukur tingkat tahun 1998 yaitu sebesar -13,13
pertumbuhan ekonomi dengan persen. Pertumbuhan negatif tersebut
mengesampingkan adanya perubahan disebabkan oleh adanya krisis moneter
tingkat harga yang berlaku dari tahun yang terjadi di Indonesia, hal ini
ke tahun. menyebabkan penurunan output,
sehingga pertumbuhan mengalami
angka yang negatif. Dengan melihat yang terjadi di Indonesia, apakah
pertumbuhan pada GDP dapat dilihat mengalami pertumbuhan atau tidak
dan dicermati kondisi perekonomian
.
Kemudian dapat dilihat juga dalam pendapatan GDP indonesia.
bahwa GDP di Indonesia selalu Hampir 30 persen pendapatan nasional
mengalami peningkatan dari tahun ke melalui GDP disumbangkan oleh
tahun dibandingkan tahun sebelumnya sektor industri, persentasenya
kecuali tahun 1998. Besarnya GDP punstabil, dimulai pada tahun 1998
Indonesia tahun 1980 sebesar Rp. sebesar 24,48 persen, lalu sampai 2007
554.161,73 miliar dan selalu sebesar 27,06 persen, bahkan di tahun
meningkat sampai tahun 2007 sebesar 2001, sektor ini menyumbang 30,07
Rp. 1.964.327,30 miliar. Di samping persen yang merupakan persentase
peningkatan dari tahun ke tahun GDP terbesar dalam 10 tahun terakhir.
Indonesia pernah mengalami Sektor pertanian, yang notabene
penurunan di tahun 1998 yaitu sebesar sebagian besar penduduk Indonesia
Rp.1.308.835,10 miliar rupiah bekerja di sektor itu cenderung
(dibanding tahun 1997 sebesar memperlihatkan penurunan persentase.
Rp.1.506.602,70 miliar). Pada tahun 1998 sebesar 18,06 persen
Berdasarkan tabel 4.2 dapat lalu di tahun 2007 hanya menyumbang
dilihat distribusi persentase GDP sebsesar 13,71 persen. Sektor
menurut lapangan usaha dalam 10 penyumbang terkecil ada di sektor
tahun terakhir (1998-2007). Pada data listrik,gas,dan air yang persentasenya
tersebut terlihat bahwa peranan tidak lebih dari 1 persen.
Industri pengolahan sangat besar
Tabel 4.2
Distribusi Persentase Gross Domestic Product
Menurut Lapangan Usaha Di Indonesia
Tahun 1998-2007

Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1. Pertanian, 18.06 19.61 17.23 15.63 16.04 15.93 15.38 13.4 12.97 13.71
kehutanan,per-
Buruan,perikanan
2. Pertambangan 13.73 10 13.86 10.81 8.64 8.28 8.55 10.44 10.98 11.17
3. Industri pengol- 24.48 25.99 24.9 30.07 29.73 28.83 28.34 28.06 27.54 27.06
Ahan
4. Listrik,gas,air 1.11 1.22 1.31 0.64 0.83 0.95 0.99 0.92 0.91 0.88
5. Bangunan 5.55 6.15 6.05 5.3 5.45 5.5 5.84 6.35 7.52 7.73
6. Perdagangan 16.67 15.99 15.74 15.9 16.87 16.55 16.19 15.75 15.02 14.92
besar,eceran,rum-
ah makan,hotel
7. Angkutan,pergu- 5.18 5.02 4.93 4.59 5.26 5.77 6.09 6.63 6.93 6.69
dangan,komunikasi
8. keuangan,asura- 6.98 6.48 6.36 8.02 8.29 8.51 8.44 8.35 8.06 7.73
nsi,usaha
persewaan
banguan,tanah dan
ja-
sa perusahaan
9. jasa
kemasyaraka- 8.23 9.54 9.63 9.04 8.89 9.68 10.18 10.1 10.07 10.11
Tan
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: BPS, 1998-2007

Gambar 4.5
Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Tingkat Pengangguran
Di Indonesia Tahun 1980-2007
hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat
pengangguran

15

10

5 Pertumbuhan
ekonomi
0
Tingkat
n

82

85

88

91

94

97

00

03

06

-5 pengangguran
hu

19

19

19

19

19

19

20

20

20
Ta

-10

-15

Sumber: Lampiran A, diolah, Agustus 2010


Pertumbuhan ekonomi di yang bertambah tiap tahunnya ternyata
Indonesia cenderung lambat memiliki hubungan searah dengan
pertumbuhannya, hal ini dapat dilihat jumlah pengangguran. Dengan
pada gambar 4.5. Pada gambar bertambahnya jumlah penduduk akan
tersebut terlihat bahwa kenaikan mengakibatkan bertambahnya jumlah
grafiknya tidak mencolok (kecuali pengangguran. Hal ini juga didapat
tahun 1998, karena krisis ekonomi), dari nilai koefisien korelasi sebesar
pertumbuhan ekonomi yang 0.883251251 antara jumlah penduduk
mengalami peningkatan ini dapat dan jumlah pengangguran. Hal ini
dilihat dari penambahan GDP mengindikasikan hubungan positif dan
Indonesia yang yang terus bertambah kuat antara jumlah penduduk dan
besarannya dari tahun ke tahun . jumlah pengangguran. Berdasarkan
Berdasarkan olah data melalui nilai koefisien tersebut dapat
microsoft excel, dapat diketahui nilai disimpulkan bahwa peningkatan
koefisien korelasi dari pertumbuhan jumlah penduduk seiiring dengan
ekonomi dan jumlah pengangguran peningkatan jumlah pengangguran di
sebesar 0.74466416 (lampiran B). Hal Indonesia. Hal ini disebabkan
ini mengindikasikan hubungan antara kurangnya Penyerapan tenaga kerja,
pertumbuhan upah dan jumlah sehingga hubungan antara kenaikan
pengangguran positif dan kuat. jumlah penduduk di Indonesia sangat
Pertumbuhan ekonomi yang kuat dengan kenaikan jumlah
bertambah akan diikuti oleh pengangguran.
penambahan jumlah pengangguran. Hubungan yang searah tersebut
Pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan teori pertumbuhan
mengalami kenaikan secara lambat ini klasik, di mana penduduk yang sudah
diiringi dengan kenaikan terlalu banyak, hukum hasil tambahan
pengangguran. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkurang akan
memang mengalami kenaikan, tetapi mempengaruhi fungsi produksi, maka
kenaikan tersebut hanya berorientasi produksi marginal akan mengalami
pada padat modal. penurunan. Oleh karena itu, dengan
Interpretasi hasil deskripsi adanya pertambahan penduduk yang
hubungan jumlah penduduk dan terlalu banyak maka akan menurunkan
jumlah angkatan kerja, tingkat inflasi, kegiatan ekonomi, sehingga
besaran upah, pertumbuhan ekonomi mengakibatkan penduduk bekerja, hal
terhadap jumlah pengangguran di tersebut mengindikasikan
Indonesia pada tahun 1980-2007 bertambahnya jumlah pengangguran.
adalah sebagai berikut: Pendapat serupa sesuai dengan
pernyataan dari Siti Wahyuni (Kepala
1. Jumlah Penduduk Sub-bagian Program) Dinas Tenaga
Berdasarkan grafik dan data Kerja dan Transmigrasi, yang
yang disajikan sebelumnya dapat menyatakan bahwa penduduk
diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah
banyak tiap tahunnya tidak terserap ke inflasi dengan tingkat pengangguran,
dunia pekerjaan secara keseluruhan, karena inflasi di Indonesia diukur
hal tersebut disebabkan oleh sempitnya melalui tujuh sektor perekonomian,
lapangan pekerjaan serta kompetensi bukan kenaikan upah.
pekerja yang tidak sesuai dengan
peluang kerja yang ada. 3. Upah
Berdasarkan hasil deskripsi
statistik secara grafik dan data
2. Inflasi ditemukan bahwa besaran upah
Berdasarkan hasil deskripsi memiliki kecenderungan searah
statistik secara grafik ditemukan terhadap jumlah pengangguran di
bahwa hubungan antara inflasi dan Indonesia tahun 1980-2007. Hal ini
pengangguran positif dan lemah. Hal dapat dilihat dari nilai koefisien
ini dapat diketahui dari nilai koefisien korelasi sebesar 0.940608 yang
korelasi sebesar 0.026707195 yang mengindikasikan hubungan kenaikan
mengindikasikan lemahnya hubungan upah dengan kenaikan jumlah
inflasi dan pengangguran. Inflasi yang pengangguran bersifat positif dan kuat.
naik ini tidak dapat dikaitkan dengan Kenaikan besaran upah minimum rata-
kenaikan jumlah pengangguran di rata propinsi memiliki hubungan yang
Indonesia. Hal ini dikarenakan inflasi kuat dengan kenaikan pada jumlah
di Indonesia diukur melalui tujuh pengangguran. Hubungan searah ini
sektor perekonomian dan bukan disebabkan ketika pemerintah
kenaikan permintaan akibat kenaikan menaikkan upah minimum, maka
upah yang tinggi. Oleh karena itu, kenaikan penawaran tenaga kerja pun
Analisis A.W. Phillips melalui kurva meningkat, akan tetapi perusahaan
yang dikenal dengan kurva Phillips lebih memilih mengurangi biaya
tidak sesuai dengan kondisi inflasi dan produksi dengan mengurangi jumlah
pengangguran di Indonesia.. Dengan pekerja agar tidak terjadi collaps
alasan inilah, maka tidaklah tepat bila karena mengalami defisit, sehingga
perubahan jumlah pengangguran di jumlah pengangguran pun meningkat
Indonesia dihubungkan dengan inflasi. seiring kenaikan upah yang ditetapkan
Hasil ini juga sesuai dengan oleh pemerintah.
penelitian Amri Amir (2007) yang Hasil ini juga sesuai dengan
menemukan penggambaran kurva penelitian oleh Asep Suryahadi, dkk.
phillips yang menghubungkan inflasi (2003) yang menemukan bahwa
dengan tingkat pengangguran untuk peningkatan pada upah minimum akan
kasus Indonesia tidak tepat untuk memiliki dampak negatif pada tenaga
digunakan sebagai kebijakan untuk kerja sektor formal di perkotaan,
menekan tingkat pengangguran. Hasil kecuali pada pekerja ”white-collar”.
analisis statistik pengujian pengaruh Jika peningkatan dalam upah
inflasi terhadap pengangguran selama minimum mengurangi pertumbuhan
periode 1980 – 2005 ditemukan bahwa tenaga kerja pada sektor modern di
tidak ada pengaruh yang nyata antara bawah pertumbuhan pada populasi
angkatan kerja, maka akan semakin menyebutkan upah memang naik
banyak pekerja yang tidak terampil secara nominal, tetapi kenaikan
akan dipaksa untuk menerima upah tersebut hanya mengikuti inflasi,
yang lebih rendah dengan kondisi kenyataannya kenaikan tersebut tidak
kerja yang buruk dalam sektor sesuai dengan Kebutuhan Hidup Layak
informal. Menurut Adi Nugroho (Staff (KHL) dan kenaikan barang-barang
Seksi Pengupahan dan Kerja) Dinas yang terjadi di Indonesia.
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Secara teori, hasil tersebut juga sektor tersebut hanya menyerap tenaga
sesuai dengan pendapat Kaufman dan kerja tidak lebih dari 13 persen.
Hotckiss yang berpendapat bahwa Hal ini sejalan dengan
penetapan tingkat upah yang dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Coki
pemerintah pada suatu negara akan Ahmad Syahwier (2005) dan
memberikan pengaruh terhadap penelitian yang dilakukan oleh
besarnya tingkat pengangguran yang Dharendra Wardhana (2006). Kedua
ada. Semakin tinggi besaran upah yang peneliti tersebut mempunyai hasil dan
ditetapkan oleh pemerintah, maka hal pendapat yang sama tentang pengaruh
tersebut akan berakibat pada GDP dan tingkat pengangguran di
penurunan jumlah orang yang bekerja mana kenaikan GDP tidak
pada negara tersebut. mempengaruhi penyerapan tenaga
kerja. Hal ini dikarenakan kontribusi
4. Pertumbuhan Ekonomi yang paling besar dalam pertumbuhan
Berdasarkan hasil deskripsi ekonomi adalah sektor industri
statistik melalui grafik dan data manufaktur di mana sektor tersebut
ditemukan bahwa pertumbuhan merupakan pertumbuhan yang terjadi
ekonomi belakangan ini mengalami pada beberapa industri padat modal
pertumbuhan walaupun secara lambat. bukan padat karya.
Hal tersebut diikuti dengan naiknya
jumlah pengangguran. Nilai koefisien
korelasi antara jumlah pengangguran
dan pertumbuhan ekonomi sebesar
0.74466416 yang mengindikasikan
hubungan positif dan cukup kuat.
Kenaikan pertumbuhan ekonomi
mempunyai hubungan yang kuat
dengan bertambahnya jumlah
pengangguran. Hal ini disebabkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia
berorientasi pada padat modal bukan
padat karya. Dari distribusi persentase
GDP menurut lapangan usaha, terlihat
bahwa sektor industri yang dominan
dalam menyumbang pendapatan, tetapi
Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah 3. Upah memiliki hubungan
dilakukan, maka dapat ditarik positif dan kuat terhadap
kesimpulan sebagai berikut: pengangguran yaitu sebesar
1. Jumlah penduduk memiliki 0,94. Hal tersebut
hubungan yang positif dan kuat mengindikasikan keterkaitan
terhadap jumlah pengangguran yang kuat antara upah dan
yaitu sebesar 0,88. Hal ini pengangguran.
menunjukkan keterkaitan 4. Pertumbuhan ekonomi
antara jumlah penduduk dan memiliki hubungan positif dan
pengangguran sangat besar. cukup kuat terhdapa
2. Inflasi memiliki hubungan pengangguran yaitu sebesar
positif dan lemah terhadap 0,74. Hal tersebut
pengangguran yaitu sebesar mengindikasikan adanya
0,02. Hal ini menunjukkan keterkaitan antara pertumbuhan
tidak ada keterkaitan antara ekonomi dengan pengangguran
inflasi dan pengangguran
Keterbatasan

Kelemahan dan kekurangan yang tersebut maka peneliti hanya


ditemukan dalam penelitian ini adalah menyajikan data upah rata-rata
keterbatasan data yang diperoleh. Data propinsi. Lalu ada beberapa data yang
upah per sektor dan upah nominal per tidak tersedia lagi pada tahun-tahun
propinsi seharusnya dapat disajikan, tertentu sehingga peneliti
akan tetapi karena dinas-dinas terkait menggunakan data per 5 tahun atau
sudah tidak mempunyai data-data data 10 tahun terakhir.
Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti mencoba memberi
saran terhadap hasil yang didapat dari penelitian ini yaitu:
1. Berdasarkan hasil koefisien jumlah pengangguran,
korelasi bahwa jumlah penelitian ini mencoba
penduduk memiliki keterkaitan Mengadaptasi dari pendapat
yang kuat dengan jumlah staff disnakertrans, bahwa
pengangguran di Indonesia. seharusnya dalam penentuan
Oleh karena itu, jumlah upah harus di musyawarahkan
penduduk yang semakin antara pengusaha dan pegawai,
banyak di Indonesia harus upah yang baik adalah di mana
dapat ditekan, sehingga jumlah pekerja menerima upah yang
pengangguran pun tidak lebih jika perusahaan mendapat
semakin bertambah. keuntungan untuk
2. Berdasarkan hasil koefisien meningkatkan kesejahteraan
korelasi bahwa upah memiliki pekerja, dengan meningkatnya
keterkaitan yang kuat dengan kesejahteraan pekerja, maka
produktivitas pun akan pengangguran, maka untuk
meningkat, hal ini dapat menekan angka pengangguran,
meningkatkan produksi dan pertumbuhan ekonomi di
menguntungkan perusahaan. Indonesia seharusnya
Akan tetapi, jika perusahaan berorientasi pada padat karya,
mengalami kerugian, sektor-sektor yang dominan
perusahaan cukup membayar seperti sektor industri
upah pegawai tidak di bawah diharapkan dapat
upah minimum yang meningkatkan kapasitas
ditetapkan. produksi, agar tenaga kerja
3. Berdasarkan hasil koefisien dapat terserap banyak,
korelasi bahwa pertumbuhan sehingga angka pengangguran
ekonomi memiliki keterkaitan pun dapat berkurang.
yang cukup kuat dengan

DAFTAR PUSTAKA
Amri Amir. 2007. “Pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap
pengangguran di Indonesia”. Jurnal Inflasi dan Pengangguran Vol. 1 no. 1,
2007, jambi.

Aris Ananta. 1990. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Demografi
FE UI.

Aris Ananta. 1990. Ciri demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.
Jakarta: Lembaga Demografi FE UI.

Asep Suryahadi. dkk,2003. ”Minimum Wage Policy and Its Impact on Employment
in The Urban Sector”. Bulletin of Indonesian Economic Studies Vol. 39, no.1,
2003.

Biro Pusat Statistik. Keadaan Angkatan Kerja Indonesia Berbagai Edisi. Jakarta:
Biro Pusat Statistik.

Biro Pusat Statistik. Statistik Indonesia Berbagai Edisi. Jakarta: Biro Pusat Statistik

Biro Pusat Statistik. Statisik Kesejahteraan Rakyat, Berbagai edisi. Jakarta: Biro
Pusat Statistik.

Boediono. 1991. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE- UGM.

Coki. A. Syahwier. 2005. Realitas Makroekonomi: Pertumbuhan Ekonomi dan


Kemiskinan. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan vol.1 no. 1, 2005.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dernburg, Thomas F dan Karyaman Muchtar. 1992. Makro Ekonomi- Konsep, Teori
dan Kebijakan Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.

Dharendra Wardhana. 2006. Pengangguran Struktural Di Indonesia: Keterangan Dari


Analisis SVAR Dalam Kerangka Hysteresis. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia vol.3 no., 2006. Universitas Gadjah Mada.

Dinarno, John and Mark. P. Moore. 1999 “The Phillips Curve is Back? Using Panel
Data to Analyze The Relationship Between Unemployment and Inflation in an
Open Economy”. NBER Working Paper Series, Working Paper 7328,
http://www.nber.org/paper/w7328.

Ester Magdalena. 2009. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran


di Indonesia”. Jurnal Pertumbuhan Ekonomi vol.1 no.1, 2009. Jakarta

Gilarso. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: kanisius.

Gujarati, Damodar. 1998. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Handayani, T., dan Mangku. Kondisi Ekonomi: Kesengsaraan Rakyat Parah [Suara
Karya Online].

Kaufman, Bruce E and Julie L Hotchkiss. 1999. The Economic Labor Markets. USA:
Georgia State University.

Lipsey, R.G.,P.N. Courant, D. D. Purvis, dan P.O.Steiner. 1996. Pengantar


Makroekonomi Jilid 1. Edisi ke-10. Wasana, Kirbrandoko, dan Budijanto
[penerjemah]. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro Edisi 3. Jakarta: Salemba


Empat.

Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Mason, D.Robert. 1996. Teknik Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi Jilid 1 & 2.
Jakarta:Erlangga

Mohammad Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mudrajad Kuncoro. 2004. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter Buku II. Yogyakarta: BPFE

Noegroho Boedijoewono. 2001. Pengantar Statistik Ekonomi dan Bisnis.


Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN

Payaman. J. Simanjuntak. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:


LPFE UI.

Pikiran Rakyat. Pertumbuhan Ekonomi Ditargetkan 5 persen [Pikiran Rakyat Cyber


Media]. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0803/13/0602.htm [13 Agustus
2003]

Sadono Sukirno. 1994. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sadono Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sadono Sukirno. 2008. Makroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Samuelson, A. Paul & Nordhaus, D. William. 1997. Mikroekonomi. Jakarta: Erlangga

Suharsimi, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka cipta

Suharyadi dan Purwanto. 2003. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba empat

Sumitro Djojohadikusumo, 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi- Dasar Teori


Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES

Suparmoko, M dan Irawan, 1997. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: BPFE

Todaro, P Michael. 1988. Pembangunan Ekonomi di Dunia ke-3. Jakarta: Erlangga.

Tulus T.H. Tambunan. 2009. Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

International Monetary fund. 2007. Data Pertumbuhan Ekonomi dan GDP.


www.imf.org

You might also like