PENGARUH MADU TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI STREPTOCOCCUS PYOGENES
Leanidha Erywiyatno, Djoko SSBU*, Dwi Krihariyani*
* Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
ABSTRACT
Honey has herbal tonic property such as variety of phyto-chemicals, antioxidant that
‘acts as antibiotic, antiseptic and antifungal. This research was a experimental
laboratory to determine the inhibiting the growth of Streptococcus pyogenes in
concentrated Honey solution. Samples used in this study are pure honey yellow and
done dilution. Honey was diluted to a concentration of 10%, 20%, 40%, 60%, 80%, and
100% by using sterile distilled water, with a positive control containing 1 ml of
antibiotics, and 1 mi of bacteria, a negative control containing 1 ml PZ and 1 ml of
germs. The study states Streptococcus pyogenes is compared with the Mc Farland
turbidity standard 0.5 (1.5 x108 bacteria counts) that diluted 8x has resistance to honey
‘at a concentration of 10% - 90%. Streptococcus pyogenes are not growing in honey
with a concentration of 95% and Minimum Inhibition Concentration (MIC) is positive.
‘Thus the use of honey in 95% concentrations effects to inhibit or reduce the growth of
the bacterium Streptococcus pyogenes.
Kata kunci
PENDAHULUAN
Manusia termasuk salah satu
makhluk yang paling rentan terhadap
infeksi Streptococcus dan tidak ada
alat-alet tubuh atau jaringan dalam
tubuh yang —benar-benar _kebal.
Streptococcus pyogenes
(Streptococcus grup A) merupakan
salah satu penyebab infeksi saluran
nafas. Kerongkongan = merupakan
tempat pertama yang _ diserang
sehingga menyebabkan nyeri menelan.
Kuman ini mungkin terkumpul pada
tonsil atau juga dapat menyerang faring
(Gupte, 2004),
‘Streptococcus pyogenes
merupakan bakteri_ yang — bersifat
anaerob fakultalif, hanya beberapa
jenis yang bersifat anaerob obligat.
Pada perbenihan biasa pertumbuhan
kurang subur jika tidak ditambahkan
darah atau serum, tumbuh baik pada
pH 7,4 7,5. Suhu optimum pada 37°C,
pertumbuhannya cepat berkurang pada
suhu 40°C. Bakteri yang berbentuk
bulat (coccus) yang bila diamati di
bawah mikroskop tampak membentuk
30
: Madu, Streptococcus pyogenes
rantai _panjang. Biasanya pada
pewarnaan akan tampak sebagai kokus
Gram-positif yang memanjang (Mukti,
2005). Winingsin (2008) menyatakan
bahwa selain madu, lebah juga
menghasikan resin yang disebut
dengan propolis. Propolis sebenamya
dihasilkan lebah dengan cara
mengumpulkan—resin-resin dari
berbagal macam tumbuhan, kemudian
resin ini bercampur dengan saliva dan
berbagai enzim yang ada pada lebah
sehingga menjadi resin yang berbeda
engan resin asalnya. Hal inilah yang
mendasari digunakannya propolis
sebagei antibiotik. Kemudian dilakukan
erbagal peneliian mengenai efek
antibiotik propolis terhadap berbagai
mikroba.
Hasil penelitian yang. dimutai
Karimova sejak tahun 1975 terhadap
Bacillus de Koch den kemudian dlikuti
eneli-penelii lain menunjukkan,
propolis memiliki efek — bakterisidal
terhadap Bacillus subtilis,
‘Staphylococcus aureus, memiliki efek
bakterisidal terhadap Bacillus subtiis,Analis Kesehatan Sains Vol 04 No OL 2022
‘Staphylococcus aureus, Streptococcus,
Escherichia col, Salmonella dan
Shigella. Propolis bisa _berfungsi
sebagai imunostimulan, yang
‘merangsang fungsi berbagai organ dan
menginduksi system pertahanan tubuh
‘menjadi lebih kebal terhadap kuman
penyakit, juga sebagal antibiotik yang
jarang "sekali_menimbulkan —_efek
samping. Zat akiif yang diketahui
bersifat antibiotik pada propolis adalah
asam feruiat dan flavonoid. Flavonoid
mempengaruhi tahapan_metabolisme
sel_kanker misalnya dengan cara
menghambat penggabungan timidin,
uridin, dan leucin dengan sel _kanker
tersebut sehingga dapat menghambat
tesis DNA sel kanker. Peranan
flavonoid sebagai antikanker juga
diperkuat oleh eksperimen lain yang
Menggunakan hidrokarbon aromatic,
polisikiik sebagai penginduksi kanker
‘(Winingsin, 2008).
Flavonoid dalam = madu
‘merupakan turunan dari senyawa fenol.
Fenol adalah zat pembaku daya
ntiseptik obat lain sehingga daya
entiseptik dinyatakan dalam koefesien
enol. Mekanisme kerja fenol sebagai
esinfektan yaitu dalam kadar 0,01%-
1% fenol bersifat bakteriostatik. Larutan
1,6% bersifat bakterisid, yang dapat
‘mengadakan koagulasi protein. Ikatan
protein dengan fenol mudah’ lepas,
Sehingga fenol dapat berpenetrasi ke
dalam kulit utuh. Larutan 1,3% bersifat
fungisid, berguna untuk steriisasi dan
lat kedokteran (Anonim?,2008).
Senyawa — tununan fenol
berinteraksi dengan sel bakteri melalui
roses adsorpsi yang melibatkan ikatan
hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk
kompleks protein fenol dengan ikatan
yang lemah dan segera_mengalami
eruraian, dikuti penetrasi fenol ke
dalam sel dan menyebabkan presipitasi
serta denaturasi protein. Pada kadar
tinggi fenol_menyebabkan koagulasi
Protein sel dan membran sitopiasma
mengalami lisis (Anonim*, 2009).
Penelitian Peter C.Molan (1992)
membuktikan —bahwa = madu
‘mengandung zat antibiotik yang aktif
(SSN 2302-3655
‘melawan dan menghambat bakteri
patogen penyebab infeksi dengan
mengkonsumsinya secara _teratur,
misainya Streptococcus pyogenes yang
dapat menyebabkan —_infeksi
tenggorokan. Peneltian yang dilakukan
oleh _Kamaruddin (1997) menyatakan
‘ada 4 faktor yang bertanggung jawab
tethadap akivitas antibakteri pada
‘madu_yaitu kadar gula madu dan
tingkat keasaman madu yang tinggi (pH
3,65), senyawa radikal hidrogen
Peroksida yang _bersifat_ dapat
membunuh mikroorganisme patogen
dan_adanya senyawa organik yang
bersifat antibakteri seperti flavonoid
(Yahya, 2006).
Berdasarkan latar_belakang
‘masalah diatas, peneiitian ini dilakukan
bertujuan untuk _mengetahui_ berapa
konsentrasi minimal madu yang dapat
menghambat pertumbuhan —bakteri
‘Streptoccocus pyogenes.
METODE DAN BAHAN
JJenis peneitian yang dilekukan
adalah bersifat eksperimen laborators,
yaknimerupakan suatu kegiatan
Percobaan (experiment) untuk
engetahui pengaruh yang _timbul,
sebagai akibat -adanyaperiekuan
tertentu, (Notoatmojo, 1983)
Peneltian —dilakukan i
Laboratorium Bakteriologi Jurusan
Anais Kesehatan Polteknik Kesehatan
Departemen Kesehatan Surabaya
Jalan Karangmenjangan no.t8a
Surabaya, dan dilakukan mulai tanggal
15 ~ 20 Juni 2009 yang meliputi
persiapan instrumen laboratorium,
media dan sampel
Bahan pencitian adalah _madu
kemasan yang diproduksi di daaerah
‘Sukapura, Probolinggo ada bermacam-
macam jenis yaitu-madu asi, madu
propolis, madu bee pollen, dan royal
jelly, ‘sedangkan — sampel__ yang
digunakan delam peneitian ini adalah
madu asli yang kemudian diencerkan
dengan konsentrasi 100%, 80%, 60%,
40%, 20% dan 10%. Bakter
Streptococcus pyogenes, media BAP,
NaC! 0.85% dan Aquedest
Leanidha Erywiyatno, Djoko SSBU, Dwi Kethariyani 31Analis Kesehatan Sains Vol O1 No O4 2012
Instrumen penelitian yang
diperlukan : autoclave, petridish, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, /aminary flow,
oven, inkubetor, mata ose, pengaduk
(spatula), bunsen, bulp, erlenmeyer,
timbangan, kapas berlemak, _karet,
kertas koran, corong, spido! permanen,
tissue.
Prosedur Penelitian
a. Sterilsasi
1. Steriisasi alat
Semua alat_ yang akan
digunakan dalam peneliian ini
sebelumnya —distenikan dalam
autoclave _menggunakan suhu
121°C selama 15 menit
2. Steriisasi bahan
Uji steriitas sampel_madu
dinyatakan sterl_karena tidak
terdapat _pertumbuhan__kuman
setelah madu dikultur pada media
BAP dengan inkubasi 37°C selam
24 jam.
b. Uji daya hambat
1. Pembuatan suspensi bakteri
Streptococcus pyogenes
Sebelum dilakukan ji daya
hambat —dilakukan —_pembuatan
suspensi dari bakteri Streptococcus
pyogenes. Suspensi bakteri diambil
dari biakan bakteri Streptococcus
pyogenes dengan menggunakan ose
kemudian dimasukkan ke tabung
yang berisi NaCl 0.85%, _lalu
dinomogenkan. Suspensi bakteri ini
kemudian disamakan_kekeruhannya
dengan Mc Farland 0,5. Setelah itu
suspensi bakteri diencerkan sebanyak
8X. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui dan menetapkan jumiah
bakteri per ml yang diinginkan dalam
suspensi
Pelaksanaan peneiiian
1. Ujsteriitas madu
Uji sterlitas sampel_madu ini
ditskukan dengan cara mengkultur
madu pada media BAP dengan
inkubasi 37°C selama 24 jam, apabila
tidak terdapat_pertumbuhan kuman
maka sampel madu dinyatakan telah
(SSN 2302-3635
steril, setelah tu. —_ilakukan
pengenceran terhadap madu tersebut
menggunekan aquabidest_ menjadi
konsentrasi 100%, 80%, 60%, 40%,
20% dan 10%.
2. Pengenceran bahan dan proses
antibakteri
MIC (Minimum Inhibition
Concentration) digunakan untuk
mengetahui_Konsentrasi_ minimal dari
suatu farutan antibakteriterhadap
ertumbuhan bakteri tertentu. Setelah
dilakukan—uji_—_steriitas_—madu,
selanjutnya melakukan uji pendahuluan
dengan melakukan pengenceran madu.
4. Menyiapkan 8 tabung reaksi ster
dan beri _etiket_ dengan kode
penulisan CP (Control positi), CN
(Control Negatif), dan pengenceran
100%, 80%, 60%, 40%, 20%, dan
10%.
2. Menyiapkan 1 tabung steril_ falu
letakkan di tak tabung dengan
turutan ke 1 berisi 1 mi antibiotik dan
1 ml_kuman Streptococcus
pyogenes, sebagai kontrol posit.
3. Menyiapkan 1 tabung steril_ lalu
letakkan di tak tabung_ dengan
urutan ke 2 berisi 1 ml PZ + 1 mi
kuman Streptococcus pyogenes, beri
etiket dengan nama kontrol negatif.
4, Menyiapkan 1 tabung steril lalu
letakkan di rak tabung dengan
urutan ke 3 berisi 1 mi madu + 1. mi
Kuman Streptococcus pyogenes dan
beri etiket dengan nama 100%.
5. Menyiapkan 1 tabung steril lalu
letakkan di tak tabung dengan
urutan ke 4 berisi 0,8 ml madu + 0,2
ml aquadest steril’+ 1 ml Kuman
Streptococcus pyogenes dan beri
etiket dengan nama 80%.
6. Menyiapkan 1 tabung ster! lalu
letakkan di tak tabung dengan
turutan ke 5 berisi 0,6 ml madu + 0,4
ml aquadest steril + 1 mi Kuman
Streptococcus pyogenes dan beri
etiket dengan nama 60%.
7. Menyiapkan 1 tabung steril lalu
fetakkan di tak tabung dengan
urutan ke 6 berisi 0,4 ml madu + 0.2
ml aquadest steril+ 1
32 Leanidha Erywiyatno, Djoko SSBU, Ow KrihariyaniAnalls Kesehatan Sains Vol 01 No 02 2022 ISSN 2302-3635
Sepwerent
ml Kuman Streptococcus pyogenes -
dan beri etket dengan nama 40%. 6 =
& Menyiapkan 1 tabung steril lalu
letakkan di rak tabung dengan 4 [Disntttccopace,
urutan ke 7 beri 0,2 ml madu + 0,8 a otk
mi aquadest steril'+ 1 mi Kuman U ican 2
Streptococcus pyogenes dan beri — sent oa
eticet dengan nama 20%. Susan 4 | Sere ras
8. Menyiapkan 1 tabung. steril alu Me Fanos
letakkan i rak tabung dengan
Uurutan ke 7 berisi 0,1 mi madu + 0,9 Masing-masing tabung +1 mi suspensikuman
ml aquadest steril'+ 1 mi Kuman
Streptococcus pyogenes dan beri
efiket dengan nama 10% ,
vo Meromtes seman mone Ca om] fm]
Teaks! pada suhu 37° C selama 24
jam dalam incubator. ff 6 a § 6
41. Pengamatan hasil biakan bakteri
ditinat” deri tabung pengenceran Ce] Cx] Ce) me
yang mengalam kekeruhan. Madu
feature te ee |
mempengaruhi kekeruhan
Sehingga sult untuk dibedakan
Maka ditanjutkan pada tes Inkubasi 37°C selama 24 jam
Penegasan dengan menanam
seluruh pengenceran pada media
BAP kemudian diinkubasi pada i
inkubator selama 24 jam pada
suhu 37°C, Ditanam pada media BAP
12. Mengamati ada tidaknya
pertumbuhan bakteri Streptococcus |
pyogenes. Jika pada keesokan
harinya terdapat_pertumbuhan
Streptococcus pyogenes pada Tnkubasi 37°C selama 24 jam
media BAP maka MIC negatif (-).
Sedangkan jika pada media BAP ig
tidak ada. pertumbuhan lareeitt
Streptococcus pyogenes maka MIC ain 5
dinyatakan posit (+). Cir eae ponteae eee
Pertumbuhan ‘Streptococcus rentang pengenceran yyatakan negatif’
pyogenes pada BAP —yaitu
membentuk zona bening di
sekeliling — koloniny diakibatkan Keterangan
sekating poorinye, tay NT ic0K): ttmads +t mis
pyogenes
Tabung 2 ( 80% : 0,8 mi medu + 0,2 mi
‘aquadest sterlt 1 ml S. pyogenes:
Tabung 3 ( 60% ) : 0,6 mi madu + 0,4 mi
‘aquadest ster 1 mi S. pyogenes
Tabung 4 ( 40% ) 04 mi madu +
06 ml aquadest steri+ 1 mi S.
pyogenes
‘Tabung 5 ( 20% ) 0,2 mi madu +
0,8 mi aquadest steril, 1 mi S.
pyogenes
Leanidha Erywiyatno, Djoko SSBU, Dwi Kriharivani 33Analls Kesehatan Sains Vol 04 No O4 2042 (SSN 2502-3635
Tabung 8 (10%) 0,1 mi madu + Tabel_2, Hasil Pertumbuhan _bakter!
0,9 mi aquadest sterilt 1 ml S. Streptococcus pyogenes dan
pyogenes Minimum —Inhibtion Minimum
Tabung 7 (Kontrol +) : 1 mi antibiotk + 4 Inhibition a
mi S. pyogenes KonsentiasiPerumbuhan Minimum
Tabung 8 (Kontrol -) : 1 miPZ+4 mis. NO madu bakteri Inhibtion
pyogenes ‘Streptococcus Concentration
pyogenes (Mic)
HASIL PENELITIAN 7 96% = (Negatif) + (Postif)
Setelah dilakukan penelitian daya
antibakteri madu yang dapat ECE SEH Gemeente oar
menghambat pertumbuhan _bakteri 3 85% == + (Posi) - (Negatif)
Streptococcus "pyogenes, maka Kas
didapatkan hasil sebagai berikut :
4 Posi? == ((Negatif) + (Positif)
‘abel 1 Hasil Daya Anti Bakterimadu yang Kontrol
t_ menghambat _pertu
tened dra menoanreogenagt it 5 Negatf + (Postif) —- (Negatif)
bakteri Streptococcus pyogenes
nsentrasi Pertumbunan Minimum Dar has peneltian a tas, data
NR reat ie contig dapat dianalisis sebagal berikut
ptocaccus Concentration "Rada Konsenivasi 100 % tidak
ei terdapat —pertumbuhan _bakteri
1 100%, = (Regal) (Poet Streptococcus pyogenes hal ini
2 80% + (Posi) = (Negatif) __—_itandai dengan tidak adanya koloni
sep iicaeancasee kuman yang menghemolisa darah
ees (Positt) .- (Negati) pada media BAP. Hal ini
4 40% «+ (Positif) = ((Negatity —-menunjukkan bahwa’ MIC pada
. konsentrasi 100 % posit.
Pee aee (Positt) = (Negatif) >, Pada _konsentrasi 95 % tidak
6 10% + (Positif) - (Negatif) "terdapat _pertumbuhan —_bakteri
Kant Streptococcus pyogenes hal ini
7 Positt = (Negatit) + ( Positity ditandai dengan tidak adanya Koloni
Kontrol kuman yang menghemolisa darah
8 ___Negaiif__+ (Posi) _- (Negati pada media BAP. Hal ini
menunjukkan bahwa’ MIC pada
Dari hasil_pemeriksaan diatas konsentrasi 95 % posit
didapatken bahwa hanya pada «3. Pada_konsentrasi 90 % terdapat
kosentrasi pengenceran 100% yang sedikit pertumbuhan _bakteri
dapat menghambat _ pertumbuhan Streptococcus pyogenes hal ini
bakteri Streptococcus pyogenes ditandai dengan adanya__koloni
sehingga nilai Minimum Inhibition kuman yang menghemolisa darah,
Concentration (MIC) pada _madu ditandai_ dengan adanya zona
terhadap —pertumbuhan _bakteri ening disekitar koloni kuman, Hal
Streptococcus pyogenes adalah positf
(4) hingga konsentrasi dibawah 100 %
namun diatas 80%.
Berdasarkan _hasil
kemudian membuat
pengenceran di bawah 100%
ramun diates 80% —yaitu
Pengenceran 95%, 90 %, dan 85
%, serta dibuat kontrol positif dan
kontrol negatif.
tersebut
rentang
34
ini menunjukkan bahwa MIC pada
konsentrasi 90 % positit
4. Pada konsentrasi 85 % terdapat
pertumbuhan bakteri Streptococcus
pyogenes hal ini ditandai dengan
adenya koloni-kuman yang
menghemolisa daran, —ditandai
dengan adanya zona _bening
disekitar_koloni kuman. Hal ini
menunjukkan bahwa MIC pada
konsentrasi 85 % negatif.
Leanidha Erywiyatno, Djoko SSBU, Ow KrihariyaniAnalis Kesehatan Sains Vol 02 No O2 2042
5. Pada konsentrasi 80 % terdapat
pertumbuhan bakteri Streptococcus
pyogenes hal ini ditandai dengan
adanya koloni_kuman yang
menghemolisa darah, —ditandai
dengan adanya zona _bening
disekitar_koloni kuman. Hal ini
‘menunjukkan bahwa MIC pada
konsentrasi 80 % negatif.
6, Pada konsentrasi 60 % terdapat
ertumbuhan bakteri Streptococcus
pyogenes hal ini ditandai dengan
adanya koloni_kuman yang
menghemolisa darah, —ditandai
dengan adanya zona _bening
disekitar_koloni_kuman. Hal. ini
menunjukkan bahwa MIC pada
konsentrasi 60 % negati.
7. Pada konsentrasi 40 % terdapat
pertumbuhan bakteri Streptococcus
pyogenes hal ini ditandai dengan
adanya —koloni_kuman yang
menghemolisa darah, —ditandai
dengan adanya zona _bening
disekitar_koloni_kuman. Hal ini
menunjukkan bahwa MIC pada
konsentrasi 40 % negatif.
8. Pada konsentrasi 20 % terdapat
pertumbuhan bakteri
Streptococcus pyogenes hal ini
ditandai dengan adanya _koloni
kuman yang menghemolisa darah,
ditandai_dengan adanya zona
bening disekitar koloni kuman. Hal
ini menunjukkan bahwa MIC pada
konsentrasi 20 % negatif.
9. Pada Konsentrasi 10 % terdapat
ertumbuhan bakteri
Streptococcus pyogenes hal
ditandai dengan adanya_kolori
kuman yang menghemolisa darah,
ditandai_dengan adanya zona
bening disekitar koloni kuman. Hal
ini menunjukken bahwa MIC pada
konsentrasi 10 % negatif.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan
Uji daya anti bakteri pada
Streptococcus pyogenes dengan
menggunakan madu. _Pengujian
aktivitas madu menggunakan metode
enipisan yeity madu —diencerkan
(SSN 2302-3635
secara _bertingkat. _ Metode
digunakan karena lebih teliti dan dapat
diketahuikonsentrasi daya hambat
minimal atau MIC. Pada tes
pendahuluan dilakukan pengenceran
madu dengan konsentrasi sebesar
10%, 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.
Dari tes 'tersebut didapatkan data
bahwa —_kemampuan —menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus
pyogenes hanya pada kosentrasi 100%
yang ditandai dengan tidak adanya
Pertumbuhan koloni Streptococcus
pyogenes pada media BAP.
Sedangkan pada kosentrasi 80%
didapatkan pertumbuhan_bakteri
Streptococcus pyogenes. Hal _ ini
menunjukkan bahwa nial Minimum
Inhibition Concentration (MIC) pada
madu terhadap pertumbuhan_ bakteri
Streptococcus pyogenes adalah positif
(+) pada konsentrasi antara 80% -
100%.
Berdasarkan —hasil__—_tersebut
kemudian dilakukan tes uji yang sama
dengan tes pendahuluan, yaitu dengan
‘membuat rentang pengenceran antara
80% - 100% (85%, 90%, dan 100%).
Selain itu dibuat kontrol positif dan
kontrol negatif dengan menambahkan 1
ml suspensi kuman terstandarisasi dari
suspensi kuman dengan Mc. Farland
yang telah dilakukan pengenceran 8X
kali pada masing-masing tabung
pengenceran madu tersebut. Kemudian
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
jam, untuk diihat kekeruhan masing-
masing konsentrasi. Sebagai tes
enegasan diiakukan penanaman pada
media BAP.
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan setelah diinkubasi pada suhu
37°C selama 24 jam temyata terdapat
kekeruhan pada konsentrasi_ larutan
sehingga tidek sama dengan kontrol.
Untuk memastikan ada pertumbuhan
bakteri Streptococcus pyogenes maka
ditanam pada media BAP dan
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
jam,
Hasil_pengamatan pada media
BAP ‘menunjukkan —adanya
pertumbuhan koloni Streptococcus
Leaniaha Erywiyatno, Djoko SSBU, Dwi Krihariyent 35Analls Kesehatan Sains Vol 04 No O4 2042
pyogenes yaitu pada konsentrasi 90%
dan 85%. Yaitu ditandai dengan koloni
kuman yang menghemolisa darah.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
menunjukkan _bekteri Streptococcus
pyogenes bisa tumbun pada
konsentrasi 95% ke bawah. Hal ini
‘menunjukkan bahwa nilai_ “Minimum
Inhibition Concentration (MIC) pada
madu terhadap pertumbuhan_ bakter!
Streptococcus pyogenes adalah positf
(+) pada konsentrasi 90%, Sedangkan
MBC (Minimum —_ Bakterisidal
Concentration) adalah pada kosentrasi
95%,
Kandungan zat aktif sebagai
anti bakteri yang terdapat dalam madu
adalah flavonoid. Senyawa flavonoid
yang merupakan senyawa golongan
fenol yang berinteraksi dengan sel
bakteri melalui proses adsorpsi_ yang
‘melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar
rendah terbentuk kompleks protein
fenol dengan ikatan yang lemah dan
segera mengalami peruraian, dikuti
penetrasi fenol ke dalam sel dan
menyebabkan —presipitasi seria
denaturesi protein. Pada kadar tinggi
fenol menyebabkan koagulasi protein
dan sel__membran —sitoplasma
mengelami isis.
Dalam peneliian yang
digunakan dalam kontol positif adalah
antibiotk eritromisin. Penggunaan
antibiotk —tersebut__dikarenakan
bakteriostatik dan tidak memilki efek
‘samping yang berat, mudah diserap
baik oleh usus kecil. Hanya 2-5%
eritromisin yang diekskresi melalui urin
karena ekskresi utama melalui hati
Eritromisin adalah pilthan utama untuk
kokus gram —positf seperti
Streptococcus pyogenes.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil peneiiian yang telah
dilakukan dapat disimpulkanbahwa
ada pengarunmadu_—_terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus
pyogenes pada media BAP, yaitu
ferjadinya penurunan atau daya hambat
terhadap —pertumbuhan —_bkteri
Streptococcus pyogenes _seiring
(SSN 2302-3635
dengan _meningkatnya _konsentrasi
madu, dan Konsentrasi minimal madu
yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus pyogenes adalah
95%, yang ditandai__ dengan
pertumbuhan bakter| Streptococcus
pyogenes negatif dan Minimum
Inhibition Concentration (MIC) positit
Dengan hasil positf yang
diperoleh dalam hasil_penelitian ini,
masyarakat Indonesia dianjurkan untuk
lebih banyak menggunakan madu
sebagai daya tahen tubun dan’ buken
hanya sebagai altematif dalam
menanggulangi penyakit yang
disebabkan oleh kuman Streptococcus
pyogenes tetapl sekaligus mengurangi
‘atau menghindari penggunaan obat-
obat antibiotik
Disamping itu hasil penelitian ini
dapat dijadikan_pengembangan
Peneliian lebih lanjut _ mengenai
kandungan madu dan khasiat serta
pengaruh madu terhadap pertumbuhan
kuman pathogen dan kuman penghasil
racun lainnya
DAFTAR RUJUKAN
Habbat, Oktober 2006. Keajaiban Madu
(nttov/abbat.com/maduiindex.p
hp?itemid=2&id=21&0ption=co
M_content&task=view
Hasnain W, 2001. Terapi Lebah Daye
kekuaten dan Khasiat Lebah,
Madu dan Serbuk sari, Prestasi
Pustaka, 2001
Jawetz, Melnick, Adelberg, Geo. F
Brooks, Janet S Bote, L.
Nicholus Omston 1996,
Mikrobiologi Kedokteran, EGC.
Penerbit Salemba — Medika.
Jakarta,
Mulyastuti, 2003. Diktat_—_Kulliah
Bakteriologi semester 2
Penerbit UNAIR. Surabaya,
‘Mukti, A, 2006, Steptococcus pyogenes
(Streptococcus beta hemolyticus
group A,
(http /Awww.mikrobia.files.wordpr
ess.com/2008/03/streptococcus.
pdt).
36 Leanidha Enpwiyatno, Djoko SSBU, Dwi KrihariyaniAnalis Kesehatan Sains Vol OL No O4 2042
Notoatmodjo S, 1993 Metodologi
Penolitian’ Kesehatan. Penerbit
PT. Rhineka Cipta, Jakarta,
Pestariati, 2006. Diktet —Kuliah
Bakteriologi 3 semester 4.
Penerbit Analis Kesehatan
‘Surabaya.
Prasetyo, E, Oktober 2008, Penyebab
‘Radang Tenggorokan.
‘Soemamo. 2000. isolasi dan identifkasi
Bakteri Klinik. Penerbit Analis
Kesehatan Jogiakarta.
ISSN 2302-3635
Sukamto, dkk, 2009, Artikel Madu
Untuk” Sakit’ —Tenggorokan
(Majalah HIKMAH), 2009.
Winingsin, W, November 2007,
Kediaman Leah sebagai
Antibiotik dan Antikanker,
(http zvivww.pikiranrakyat.com/ce
tak/0904/16/cakrawala/ainnya6,
htm).
Yahya, H, 2008 , Keajaiban Madu (htto:
thvewove.
com e008
him
Leanidha Erywiyatno, Djoko SSBU, Dwi Krihariyani 37