You are on page 1of 9

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No.

3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

FAKTOR PENYEBAB MEDICATION ERROR PADA PELAYANAN


KEFARMASIAN RAWAT INAP BANGSAL ANAK
RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Yosefien Ch. Donsu1), Heedy Tjitrosantoso1), Widdhi Bodhi1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Medication Error ( ME ) is a patient adverse events resulted from the use of drugs by the
treatment of health personal which could otherwise be prevented. This research aims to determine
ME factors in the phase of prescribing, dispensing and administration. This research is using the
descriptive survey with data collection techniques through a questionnaire to the respondent doctors,
nurses, pharmacists and assistant pharmacists at irina E department of Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado then the data were analyzed using univariate analysis. It’s showed that the ME factors of
prescribing phase include workload that the ratio of the workload and the human resources are not
balanced, education that prescription does not qualify completeness recipes, impaired work such as
interrupted by phone ringing, the environmental condition such as poor lighting support at work and
communication by verbal order. Factors cause ME dispensing phase includes the workload that the
ratio of the workload and the human resources are not balanced, education by preparation of the
drugs that wasn’t prescription demand, communication by the lack of communication regarding the
stock of pharmaceuticals, environmental conditions such as no room preparation of drugs and
impaired work such as interrupted by phone ringing. Factors cause ME administration phase
includes the workload that the ratio of the workload and the human resources are not balanced,
impaired work such as interrupted by phone ringing, education such as not timely administration of
drugs, environmental conditions such as pharmaceutical unit location does not make it easier for
health workers on drug delivery and communication such as the lack of communication of health
workers and patients in drug use. Various factors have been identified in this study could affect the
treatment of patients.
Keywords : Patient safety, medication error factors, pediatric inpatient.

ABSTRAK
Medication Error (ME) adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat
selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Tujuan penelitian yaitu
mengetahui faktor penyebab ME pada fase prescribing, dispensing dan administration. Jenis
penelitian survei deskriptif dengan teknik pengambilan data melalui kuesioner kepada responden
dokter, perawat, apoteker dan asisten apoteker yang bertugas di irina E RSUP Prof Dr. R.D. Kandou
Manado kemudian data dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor penyebab ME fase prescribing meliputi beban kerja yaitu rasio antara beban kerja dan
SDM tidak seimbang, edukasi yaitu penulisan resep tidak memenuhi syarat kelengkapan resep,
gangguan bekerja yaitu terganggu dengan dering telepon, kondisi lingkungan yaitu pencahayaan yang
kurang mendukung saat bekerja, dan komunikasi yaitu permintaan obat secara lisan. Faktor penyebab
ME fase dispensing meliputi beban kerja yaitu rasio antara beban kerja dan SDM tidak seimbang,
edukasi yaitu penyiapan obat yang tidak sesuai permintaan resep, komunikasi yaitu kurangnya
komunikasi mengenai stok perbekalan farmasi, kondisi lingkungan yaitu tidak adanya ruangan
penyiapan obat dan gangguan bekerja yaitu terganggu dengan dering telepon. Faktor penyebab ME
fase administration meliputi beban kerja yaitu rasio antara beban kerja dan SDM tidak seimbang,
gangguan bekerja yaitu terganggu dengan dering telepon, edukasi yaitu tidak tepat waktu pemberian
obat, kondisi lingkungan yaitu jarak unit farmasi tidak memudahkan tenaga kesehatan dalam
pemberian obat dan komunikasi yaitu kurangnya komunikasi tenaga kesehatan dan pasien dalam
penggunaan obat. Berbagai faktor yang teridentifikasi dalam penelitian ini dapat berpengaruh
terhadap pengobatan pasien.
Kata Kunci : Keselamatan pasien, faktor penyebab medication error, rawat inap bangsal anak.

66
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN 2015 – Juli 2016. Jenis penelitian survei


Keselamatan Pasien (Patient deskriptif dengan pengambilan data secara
Safety) merupakan isu global dan nasional prospektif. Sampel yang dijadikan subyek
bagi rumah sakit, komponen penting dari penelitian yaitu seluruh tenaga kesehatan
mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari yang terlibat dalam proses penulisan resep
pelayanan pasien dan komponen kritis dari sampai obat tersebut diberikan kepada
manajemen mutu (Anonim, 2004b). pasien (Dokter, Perawat, Apoteker dan
Kejadian Medication Error (ME) Asisten Apoteker) di rawat inap bangsal
merupakan salah satu ukuran pencapaian anak (Irina E) RSUP Prof. Dr. R.D.
keselamatan pasien. ME adalah kejadian Kandou Manado dengan teknik
yang merugikan pasien akibat pemakaian pengambilan sampel yaitu purposive
obat selama dalam penanganan tenaga sampling dan didapat 25 responden untuk
kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah kuesioner prescribing dan 40 responden
(Anonim, 2004a). ME dapat timbul pada untuk kuesioner dispensing dan
setiap tahap proses pengobatan, antara lain administration. Instrumen yang digunakan
prescribing (peresepan), transcribing yaitu kuesioner yang berisi 29 pernyataan
(penerjemahan resep), dispensing untuk kuesioner prescribing, 16
(penyiapan obat) dan administration pernyataan untuk kuesioner dispensing dan
(Anonim, 2015). 11 pernyataan untuk kuesioner
Salah satu faktor penyebab administration yang telah diuji validitas
terjadinya ME adalah kegagalan dan reliabilitas. Peneliti menganalisa data
komunikasi (salah interpretasi) antara dengan menetapkan kriteria penilaian
prescriber (penulis resep) dengan dengan menggunakan skala Likert dengan
dispenser (pembaca resep) (Rahmawati menghitung jumlah total skor
dan Oetari, 2002). ME pada anak-anak menggunakan rumus statistic Hidayat
perlu perhatian khusus karena penggunaan (2009)
obat untuk anak-anak berkaitan dengan
perbedaan laju perkembangan organ,
sistem dalam tubuh maupun enzim yang Dimana i merupakan panjang kelas dengan
bertanggung jawab terhadap metabolisme rentang nilai tertinggi dikurang dengan
dan ekskresi obat yang belum sempurna nilai terendah dan banyak kelas merupakan
(Aslam dkk, 2003). banyaknya kategori. Analisis data yang
Tujuan penelitian untuk digunakan dalam penelitian ini adalah
mengetahui faktor yang dapat analisis univariat atau statistik deskriptif.
menyebabkan Medication Error pada fase
prescribing, dispensing dan administration HASIL DAN PEMBAHASAN
di rawat inap bangsal anak (Irina E) RSUP Medication Error pada Fase Prescribing
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Karakteristik Responden

METODOLOGI PENELITIAN NO. Karak- Freku- Persen-


Penelitian ini dilakukan di ruang teristik ensi tase (%)
rawat inap bangsal anak Irina E atas, E 1. 1. Umur
bawah dan RPI RSUP Prof. Dr. R.D. 20-30 tahun 16 64
Kandou Manado, pada bulan Desember 31-40 tahun 9 36

67
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

41-50 tahun 0 0 Faktor Kate- Freku- Persen-


51-60 tahun 0 0 Penyebab gori ensi tase (%)
> 60 tahun 0 0 Komunikasi Baik 23 92
Total 25 100 Kurang
2. Jenis Kelamin Baik 2 8
Perempuan 13 52 Kondisi Baik 22 88
Laki-laki 12 48 Lingkungan Kurang
Total 25 100 Baik 3 12
3. Pendidikan Gangguan/ Baik 20 80
D3/Sederajat 2 8 interupsi Kurang
S1 2 8 Bekerja Baik 5 20
S1 Profesi 21 84 Beban Kerja Baik 13 52
S2 0 0 Kurang
Total 25 100 Baik 12 48
4. Pekerjaan Edukasi Baik 18 72
Dokter Umum 19 76 Kurang
Dokter Baik 7 28
Spesialis Anak 0 0
Apoteker 2 8 Berdasarkan hasil kategori faktor
Asisten penyebab ME fase prescribing pada tabel
Apoteker 4 16 di atas menunjukkan responden
Total 25 100 mempersepsikan faktor beban kerja dapat
5. Lama Kerja menyebabkan ME (48%) pada fase
1-5 tahun 18 72 prescribing. Hasil jawaban kuesioner
6-10 tahun 5 20 terhadap beban kerja responden
>10 tahun 2 8 menyatakan kurang setuju dan tidak setuju
Total 25 100 dengan rasio antara beban kerja dan SDM
seimbang. Beban kerja yang berlebihan
Berdasarkan hasil yang didapat, akan mengurangi kualitas pelayanan akan
responden untuk kuesioner prescribing tetapi sebaliknya beban kerja yang sesuai
diketahui bahwa mayoritas umur dengan porsinya dapat meningkatkan
responden adalah 20-30 tahun sebanyak 16 kualitas melalui pengembangan inovasi
responden (64%), dengan mayoritas jenis pelayanan (Ilyas, 2011).
kelamin responden adalah perempuan Edukasi dinyatakan kurang baik
sebanyak 13 responden (52%), dengan dengan persentase 28%. Hasil jawaban
mayoritas pendidikan S1 Profesi sebanyak kuesioner terhadap edukasi responden
21 responden (84 %), dengan mayoritas menyatakan kurang setuju dan tidak setuju
pekerjaan dokter umum sebanyak 19 penulisan resep memenuhi syarat
responden (76%) dan lama bekerja kelengkapan resep. Masalah prescribing
terbanyak 1-5 tahun sebanyak 18 error yang terjadi di RSUD Anwar
responden (72%). Makkatutu adalah kesalahan prosedural
dan administratif berupa tulisan resep yang
tidak terbaca, penggunaan singkatan yang

68
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

tidak lazim, dan masalah kelengkapan area kerja mendukung dalam pelaksanaan
resep. Masalah kelengkapan resep yang tugas tenaga kesehatan. Faktor
sering terjadi adalah tidak adanya nama pencahayaan merupakan salah satu faktor
dokter penulis resep dan tidak ada aturan lingkungan kerja yang termasuk kelompok
pakai. Hal ini menyebabkan adanya faktor resiko, jika intensitas pencahayaan
hambatan ketika resep yang bermasalah tidak memadai maka dapat menyebabkan
tersebut akan dikonfirmasi kepada produktivitas tenaga kerja menurun
penulisnya. Sebagai akibatnya, dapat (Tarwaka dkk, 2004).
menghambat proses pengobatan pasien Responden mempersepsikan faktor
(Bayang dkk, 2013). komunikasi dapat menyebabkan ME
Berdasarkan hasil data pelengkap dengan persentase hanya 2% dimana
berupa resep menunjukkan bahwa masih responden menyatakan tidak setuju dengan
banyak beberapa item yang tidak permintaan obat dilakukan secara lisan.
memenuhi kelengkapan resep diantaranya Permintaan obat secara lisan hanya dapat
penulisan berat badan, status alergi, dilayani dalam keadaan emergensi dan
diagnosis pasien, tanggal lahir/usia, paraf itupun harus dilakukan untuk memastikan
dokter, NO. RM pasien, aturan pakai, rute obat yang diminta benar, dengan mengeja
pemberian, penggunaan singkatan obat, nama obat serta memastikan dosisnya.
dosis dan bentuk sediaan. Beberapa jenis Petugas yang menerima permintaan harus
kesalahan memang cukup banyak dijumpai menulis dengan jelas instruksi lisan setelah
dalam penulisan resep misalnya: masih mendapat konfirmasi (Anonim, 2008).
banyak resep obat yang ditulis tanpa ada
signa atau aturan pakai, kadangkala signa Medication Error pada Fase Dispensing
yang dituliskan kurang jelas atau kurang dan Administration
lengkap. Hal ini terutama banyak terdapat Karakteristik Responden
pada resep-resep yang ditulis oleh dokter
yang berpraktek di rumah sakit (Zairina NO. Karak- Freku- Persentase
dan Ekarina, 2003). teristik ensi (%)
Responden mempersepsikan faktor 1. Umur
gangguan/interupsi bekerja dapat 20-30 tahun 20 50
menyebabkan ME dengan persentase 20% 31-40 tahun 15 37.5
dimana responden merasa terganggu 41-50 tahun 4 10
dengan dering telepon yang bunyi tiba- 51-60 tahun 1 2.5
tiba. Gangguan lingkungan yang tidak > 60 tahun 0 0
nyaman salah satunya seperti gangguan Total 40 100
telepon merupakan sumber stres bagi para 2. Jenis Kelamin
petugas. Kondisi yang demikian dapat Perempuan 35 87.5
mengganggu konsentrasi dan perhatian Laki-laki 5 12.5
dari para petugas sehingga kesalahan dapat Total 40 100
terjadi (Cahyono dan Suharjo, 2008). 3. Pendidikan
Adapun kondisi lingkungan saat D3/Sederajat 20 50
proses peresepan dinyatakan kurang baik S1 7 17.5
dengan persentase 12% dimana responden S1 Profesi 13 32.5
menyatakan kurang setuju pencahayaan

69
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

S2 0 0 Baik
Total 40 100
4. Pekerjaan Berdasarkan hasil kategori faktor
Apoteker 2 5 penyebab ME fase dispensing pada
Asisten Apoteker 4 10 menunjukkan responden mempersepsikan
Perawat 34 85 beban kerja dapat menyebabkan ME pada
Total 40 100 fase dispensing dengan persentase 30%.
5. Lama Kerja Dalam penyiapan obat, tenaga farmasi
1 – 5 tahun 12 30 melakukan skrinning dan pengkajian
6 – 10 tahun 13 32.5 resep, menyalin instruksi pemberian obat
>10 tahun 15 37.5 ke KPO (Kartu Pencatatan Obat),
Total 40 100 menginput obat dan membuat etiket obat
dalam sistem, penyiapan obat untuk satu
Berdasarkan hasil yang didapat. hari pemakaian, pengemasan obat, serah
mayoritas umur responden adalah 20 – 30 terima obat dan pengecekan oleh perawat
tahun sebanyak 20 responden (50%), yang kemudian disimpan pada kotak obat
dengan mayoritas jenis kelamin responden pasien. Perawat memainkan suatu peranan
adalah perempuan sebanyak 35 responden penting dalam sistem distribusi obat di
(87.5%), dengan mayoritas pendidikan rumah sakit dimana perawat menyiapkan
D3/Sederajat sebanyak 20 responden dan merekonstitusi dosis untuk
(50%), dengan mayoritas pekerjaan dikonsumsi, pemberian (pengonsumsian)
perawat sebanyak 34 responden (85%) dan obat, merekam tiap obat yang dikonsumsi
lama bekerja terbanyak >10 tahun serta memelihara persediaan obat di
sebanyak 15 responden (37.5%). ruangan (Siregar, 2003). Dispensing error
dapat terjadi karena jumlah petugas yang
FASE DISPENSING tidak memadai dan beban kerja yang
berlebihan (Cahyono dan Suharjo, 2008).
Faktor Kate- Freku- Persen- Responden mempersepsikan
Penyebab gori ensi tase (%) edukasi dan komunikasi dapat
Komunikasi Baik 29 72.5 menyebabkan ME dengan persentase
Kurang 27.5% dimana responden menyatakan
Baik 11 27.5 kurang setuju dengan penyiapan obat
Kondisi Baik 37 92.5 untuk pasien sesuai permintaan pada resep
Lingkungan Kurang karena pernah obat yang diterima dari
Baik 3 7.5 depo tertukar misalnya diminta cefotaxime
Gangguan/ Baik 39 97.5 munculnya ceftriaxone (obat LASA).
interupsi Kurang Dispensing error paling sering kesalahan
Bekerja Baik 1 2.5 terjadi karena tulisan yang tidak jelas, atau
Beban Kerja Baik 28 70 karena tempat obat yang berdekatan, nama
Kurang dan tampilan obat mirip (Bayang dkk,
Baik 12 30 2003).
Edukasi Baik 29 72.5 Adapun responden menyatakan
Kurang 11 27.5 kurang setuju dengan sistem komunikasi
mengenai stok perbekalan farmasi di depo

70
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

farmasi berjalan lancar karena pernah Kurang


kejadian obat tidak tersedia di depo Baik 1 2.5
farmasi sehingga perlu dicari di depo Kondisi Baik 36 90
farmasi yang lain oleh apoteker/perawat Lingkungan Kurang
atau apotek yang lain oleh pasien. Baik 4 10
Kekurangan ketersediaan obat terjadi pada Gangguan/ Baik 32 80
dua resep obat yang kurang yaitu teofilin, interupsi Kurang
kurangnya obat bisa mengganggu sistem Bekerja Baik 8 20
kerja dispenser karena harus mencarinya Beban Kerja Baik 27 67.5
terlebih dahulu di depo obat gedung Kurang
lainnya sehingga pelayanan yang terjadi di Baik 13 32.5
depo kurang lancar, kemudian juga sangat Edukasi Baik 35 87.5
merugikan pasien yang kemungkinan Kurang
terlambat mendapatkan obat atau harus Baik 5 12.5
mencari diluar rumah sakit (Susanti,
2013). Berdasarkan hasil kategori faktor
Kondisi lingkungan dinyatakan penyebab ME fase administration pada
kurang baik dengan persentase 7.5% tabel di atas menunjukkan bahwa
dimana responden ada yang menyatakan responden mempersepsikan faktor beban
kurang setuju dan tidak setuju dengan kerja dapat menyebabkan ME pada fase
tersedianya ruangan sendiri untuk administration karena 32.5% berada dalam
penyiapan obat. Area dispensing harus kategori kurang baik jika dibandingkan
didesain dengan tepat untuk menghindari dengan faktor yang lain. Responden
kesalahan yang berkaitan dengan kondisi menyatakan kurang setuju dan tidak setuju
lingkungan. Dengan tidak adanya ruangan dengan rasio antara beban kerja dan SDM
penyiapan obat/racikan kesalahan pada seimbang. Bila banyaknya tugas tidak
saat dispensing dapat terjadi (Anonim, sebanding dengan kemampuan baik fisik
2008). maupun keahlian dan waktu yang tersedia
Faktor gangguan/interupsi bekerja maka akan menjadi sumber stress dan
pada saat dispensing dapat menyebabkan dapat mengganggu pelayanan kepada
ME dengan persentase hanya 2.5% dimana pasien (Ilyas, 2011).
tenaga kesehatan merasa terganggu dengan Responden mempersepsikan faktor
dering telepon yang bunyi tiba-tiba. gangguan/interupsi bekerja dapat
Dering telepon dapat menganggu menyebabkan ME dengan persentase 20%
konsentrasi kerja yang dapat menyebabkan dimana responden merasa terganggu
pekerja cenderung berbuat kesalahan dan dering telepon yang bunyi tiba-tiba.
akhirnya menurunkan produktivitas Gangguan/interupsi harus seminimum
bekerja (Notoatmodjo, 2003). mungkin dengan mengurangi interupsi
baik langsung maupun melalui telepon
FASE ADMINISTRATION (Anonim, 2008).
Edukasi dinyatakan kurang baik
Faktor Kate- Freku- Persen- dengan persentase 12.5% dimana
Penyebab gori ensi tase (%) responden menyatakan kurang setuju
Komunikasi Baik 39 97.5 dengan tepat waktu dalam memberikan
71
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

obat kepada pasien. Jenis administration 1. Faktor penyebab ME fase prescribing


error berkaitan dengan waktu pemberian meliputi beban kerja yaitu rasio antara
obat tidak tepat, dimana obat dalam beban kerja dan SDM tidak seimbang,
pemberiannya berkesinambungan per 8 edukasi yaitu penulisan resep tidak
jam yaitu injeksi tidak tepat waktu memenuhi syarat kelengkapan resep,
diberikan karena obat mengalami gangguan bekerja yaitu terganggu
kekosongan dan harus menunggu obat ada dengan dering telepon, kondisi
baru diberikan kepada pasien (Rusmi dkk, lingkungan yaitu pencahayaan yang
2012). kurang mendukung saat bekerja, dan
Kondisi lingkungan dinyatakan komunikasi yaitu permintaan obat
kurang baik dengan persentase 10% secara lisan.
dimana responden menyatakan kurang 2. Faktor penyebab ME fase dispensing
setuju dengan jarak unit farmasi dengan meliputi beban kerja yaitu rasio antara
kamar pasien memudahkan tenaga beban kerja dan SDM tidak seimbang,
kesehatan dalam pemberian obat. Jarak edukasi yaitu penyiapan obat yang
yang ditempuh tenaga kesehatan dalam tidak sesuai permintaan resep,
pemberian obat dengan banyaknya obat komunikasi yaitu kurangnya
yang harus dikirim ke ruang perawatan komunikasi mengenai stok perbekalan
pasien akan berpengaruh dengan ketepatan farmasi, kondisi lingkungan yaitu
waktu pemberian obat. Jarak pelayanan tidak adanya ruangan penyiapan obat
kesehatan memberikan kontribusi dan gangguan bekerja yaitu terganggu
rendahnya kepatuhan (Rich et al, 1995). dengan dering telepon.
Komunikasi dinyatakan kurang 3. Faktor penyebab ME fase
baik dengan persentase hanya 2.5% administration meliputi beban kerja
dimana responden menyatakan kurang yaitu rasio antara beban kerja dan
setuju komunikasi tenaga kesehatan SDM tidak seimbang, gangguan
dengan pasien tentang penggunaan obat bekerja yaitu terganggu dengan dering
berlangsung baik. Faktor kelalaian dan telepon, edukasi yaitu tidak tepat
ketidaktelitian petugas merupakan hal waktu pemberian obat, kondisi
dapat menyebabkan administration error lingkungan yaitu jarak unit farmasi
yaitu keterlambatan pemberian obat bagi tidak memudahkan tenaga kesehatan
pasien. Faktor kesibukan kerja akibat dalam pemberian obat dan komunikasi
banyaknya jumlah pasien dapat menjadi yaitu kurangnya komunikasi tenaga
faktor penyebab kelalaian petugas. kesehatan dan pasien dalam
Keluarga pasien yang tidak kooperatif penggunaan obat.
merupakan salah satu faktor penyebab ME Saran
(Bayang dkk, 2013). 1. Perlu diperhatikan kembali sistem
pelayanan rawat inap baik dalam
PENUTUP pelayanan pengobatan maupun
Kesimpulan ketersediaan sumber daya manusia
Berdasarkan hasil penelitian yang sehingga dapat memberikan pelayanan
dilakukan, maka dapat disimpulkan kepada pasien yang lebih baik dan
sebagai berikut : meminimalkan kejadian ME.

72
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

2. Perlunya tenaga kesehatan Kabupaten Bantaeng. Universitas


memperhatikan hal-hal yang dapat Hassanuddin, Makassar.
menyebabkan ME sehingga kejadian Cahyono., Suharjo B., 2008. Membangun
ME tidak terjadi dalam pelayanan Budaya Keselamatan Pasien dalam
kepada pasien. Praktik Kedokteran. Kanisius,
3. Perlunya dilakukan penelitian lebih Yogyakarta.
lanjut untuk mengetahui angka Hidayat, 2009. Metodologi Penelitian
kejadian ME dan mengkaji lebih Kesehatan. Bineka Cipta, Jakarta.
dalam tentang faktor penyebab ME Ilyas, Y. 2011. Perencanaan SDM Rumah
serta mencari hubungan faktor Sakit, Teori, Metoda dan Formula
tersebut terhadap kejadian ME. Cetakan Ketiga. Penerbit FKM UI,
Depok.
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Anonim. 2004a. Keputusan Menteri Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta,
Kesehatan Republik Indonesia Jakarta.
Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Rahmawati, F., Oetari R.A. 2002. Kajian
tentang Standar Pelayanan penulisan resep: “Tinjauan Aspek
Kefarmasian di Apotek. Legalitas dan Kelengkapan Resep
Departemen Kesehatan Republik di Apotek-apotek Kotamadya
Indonesia, Jakarta. Yogyakarta”. Majalah Farmasi
. 2004b. World Alliance for Patient Indonesia. 13(2): 86-94,
Safety: Forward Programme. Yogyakarta.
World Health Organization, Rich, MW., Bechkam V.,Wittenberg C.,
Geneva. Leven CL., Freedland KE., Carney
. 2008. Tanggungjawab Apoteker RM. 1995. A Multidisciplinary
Terhadap Keselamatan Pasien Intervention to Prevent the
(Patient safety). Departemen Readmission of Elderly Patients
Kesehatan Republik Indonesia, with Congestive Heart Failure. N
Jakarta. Engl J Med. 333(18):1190-5.
. 2015. InfoPOM: Monitoring Efek Rusmi, S.T., Indrianty S., Allmin M. 2012.
Samping Obat Sebagai Upaya Faktor Penyebab Medication Error
Pencegahan Medication Error. di Instalasi Rawat Darurat.
Badan Pengawas Obat dan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Makanan Republik Indonesia, Siregar, Charles J.P. 2003. Farmasi
Jakarta. Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Aslam, M., Chik K. T., Adji Prayitno. Penerbit Buku Kedoteran EGC,
2003. Farmasi Klinik (Clinical Jakarta.
Pharmacy) Menuju Pengobatan Susanti, Ika. 2013. Identifikasi Medication
Rasional dan Penghargaan Pilihan Error pada Fase Prescribing,
Pasien. Gramedia, Jakarta. Transcribing dan Dispensing di
Bayang, A.T., Syahrir, P., Sangkala. 2013. Depo Farmasi Rawat Inap
Faktor Penyebab Medication Error Penyakit Dalam Gedung Teratai,
di RSUD Anwar Makkatutu Instalasi Farmasi RSUP

73
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

Fatmawati Periode 2013. FKIK


Program Studi Farmasi. Jakarta
Tarwaka, Solichul BA., Lilik S. 2004.
Ergonomi untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. UNIBA Press,
Surakarta.
Zairina, E., Ekarina R.H. 2003. Frekuensi
dan Jenis Kesalahan yang Sering
Terjadi dalam Penulisan Resep
Obat Secara Umum. Jurnal Medika
Eksaka. 4(3): 203-213.

74

You might also like